• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Sirosis Hati yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Penderita Sirosis Hati yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

77

85 5 2 1 2 2 4 2 1 4 2 1 7 2

86 6 2 1 2 2 4 1 3 2 1 6 1 6 2

87 2 1 2 2 2 5 2 2 1 1 6 1 3 2

88 3 2 2 2 2 5 2 1 4 2 1 6 2

89 3 2 2 2 2 4 2 4 1 1 1 1 6 2

90 1 1 1 6 1 2 1 6 3 1 1 1 6 1

91 5 2 1 2 2 3 1 1 3 1 6 1 6 2

92 3 2 2 2 2 5 2 3 4 1 1 1 11 2

93 5 2 1 2 2 4 1 2 4 1 6 1 5 3

94 2 1 1 2 3 2 2 3 1 2 3 2 3

95 5 2 2 2 2 5 1 3 2 1 1 1 6 2

96 6 2 1 6 2 3 1 5 3 1 3 1 11 2

97 3 2 1 2 3 3 2 3 2 1 1 1 3 1

98 3 2 1 2 2 3 1 1 4 1 6 1 4 3

99 3 2 1 6 3 3 2 3 1 1 6 1 3 2

100 4 2 2 2 2 5 1 3 3 1 6 1 13 2

101 4 2 1 2 2 1 2 3 3 1 6 1 4 2

102 4 2 1 2 2 1 2 3 1 1 2 1 4 2

103 3 2 1 2 2 2 1 1 4 1 1 1 7 2

104 3 2 1 2 1 3 2 4 3 2 1 3 2

105 2 1 2 2 3 5 2 3 4 1 3 1 2 3

106 4 2 2 2 2 4 2 4 4 2 1 9 2

107 4 2 2 2 2 1 2 3 4 1 1 1 3 2

108 3 2 1 2 2 1 1 3 2 2 3 7 2

109 2 1 2 2 2 5 2 2 4 2 1 8 2

110 5 2 1 2 3 4 2 3 1 1 6 1 16 3

111 4 2 1 2 2 3 1 1 4 1 6 1 44 2

112 5 2 2 2 2 4 2 1 4 1 1 1 9 2

(4)

78 Frequency Table Riwayat Penyakit Terdahulu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(5)

79

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 20-29 5 4,4 4,4 4,4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Batak 90 79,6 79,6 79,6

Jawa 5 4,4 4,4 84,1

Aceh 1 ,9 ,9 85,0

Lainnya 17 15,0 15,0 100,0

(6)

80

Agama yg diyakini pasien

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(7)

81

Status Komplikasi Penyakit

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ada 86 76,1 76,1 76,1

tdk ada 27 23,9 23,9 100,0

Total 113 100,0 100,0

Jenis Komplikasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(8)

82

a. Unless otherwise noted, bootstrap results are based on 113 bootstrap samples

Keadaan Sewaktu Pulang

Frequency Percent Valid Percent

(9)

83 Crosstabs

Umur *Jenis Komplikasi pasien Crosstabulation

Jenis Komplikasi umur pasien Most Extreme Differences Absolute ,388

Positive ,000

Negative -,388

Kolmogorov-Smirnov Z 1,102

Asymp. Sig. (2-tailed) ,176

(10)

84 Crosstabs

Jenis Kelamin*Riwayat Penyakit Terdahulu Crosstabulation Riwayat Penyakit Terdahulu Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

Hepatitis B Count 15 5 20

Expected Count 12,6 7,4 20,0

% within Riwayat Penyakit Terdahulu

% within Riwayat Penyakit Terdahulu

% within Riwayat Penyakit Terdahulu

% within Riwayat Penyakit Terdahulu % within Riwayat Penyakit

Terdahulu

Most Extreme Differences Absolute ,092

Positive ,092

Negative ,000

Kolmogorov-Smirnov Z ,474

Asymp. Sig. (2-tailed) ,978

(11)

85 Crosstabs

Jenis Komplikasi * Riwayat Penyakit Terdahulu Riwayat

(12)

86 Crosstabs

Jenis Kelamin * Jenis Komplikasi Crosstabulation Jenis komplikasi Jenis Kelamin

Most Extreme Differences Absolute ,182

Positive ,000

Negative -,182

Kolmogorov-Smirnov Z ,826

Asymp. Sig. (2-tailed) ,503

(13)
(14)

88

Test of Homogeneity of Variances Lama Rawatan

Keadaan Sewaktu Pulang * Jenis Komplikasi Crosstabulation

(15)

89

(16)

72

DAFTAR PUSTAKA

Bateson, Malcolm, 1996. Batu Empedu Dan Penyakit Hati. Jakarta : Arcan

Brashers, V. L., 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan dan

Manajemen. Jakarta : EGC

Brooks, G. F.; Carroll, K. C.; Morse, J. S.; Mietzner, T. A, 2012. Jawets, Melnick, & Adelberg ; Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Budihusodo, Unggul, 2009. Karsinoma Hati. Dalam Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbit

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI

Cahyono, Suharjo, 2010. Hepatitis B . Yogyakarta: Kanisius

Corwin, E. J., 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Depkes, 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).

www.k4health.org/sites/default/.../laporanNasionalRikesdas.

Diakses tanggal 12 Februari 2015

Depkes, 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS).www.depkes.go.id/resources/download/general/

Hasil%20Riskesdas%202013.pdf. Diakses tanggal 11 Juli 2015

Hadi, Sudoyo, 2000. Hepatologi. Bandung: Bandar Maju

Hadi, Sujono, 2002. Gastroenterologi. Bandung: P.T. Alumni

Hirian, 2009. Asites. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI

Karina, 2007. Faktor Risiko Kematian Penderita Sirosis Hati Di Rsup

Dr. Kariadi Semarang Tahun 2002 2006.

http://jurnal.fk.undip.ac.id. Diakses tanggal 11 Februari 2015

Lestari, Dewi, 2012. Karakteristik Penderita Sirosis Hati Yang

Dirawat Inap di RSUD Sidingkalang Tahun 2007-2011, Skripsi

FKM, USU Medan

(17)

73

Marpaung, Stephany, 2012. Karakteristik Penderita Sirosis Hati Rawat

Inap di ESUD DR Pringadi Medan Tahun 2010-2011,Skripsi

FKM, USU Medan

National Center for Health Statistics, 2014. Health, United States 2014.

http://www.cdc.gov/nchs/data/hus/hus14.pdf. Diakses pada

tanggal 01 Juni 2015

Oswari, Efendi,2009. Penyakit Dan Penanggulangannya. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Pearce, E. C., 2008. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Price, S. A.; Wilson L. M., 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC

Saratun & Lusianah, 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Sistem Gastrointestinal. Jakarta : Trans Info Media

Setiadi, 2007. Anatomi Dan Fisiologi Tubuh Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu

Sibuea, N. A., 2014. Karakteristik Penderita Sirosis Hati Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Medan Tahun 2012,Skripsi FKM, USU Medan

Sievert, William; Korman, M.G.; Bolin, Terry, 2010. Segala Sesuatu

Tentang Hepatitis. Jakarta : Arcan

Siregar, N. A., 2008. Karakteristik Penderita Sirosis Hati Yang

Dirawat Inap di RSU. Dr. Pringadi Medan Tahun 2002-2006,

Skripsi FKM, USU Medan

Soemohardjo, S., Gunawan, S., 2009. Hepatitis B Kronik. Dalam Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid I. Jakarta: Pusat

(18)

74

Tambunan G. W., 1994. Patologi Gastroenterologi. Jakarta : EGC

WHO, 2014. Global Status Report On Alcohol And Health 2014. www.who.int/gho/alcohol/harms_consequences/deaths_liver_ci

rrhosis/en/. Diakses tanggal 11 Mei 2015

WHO, 2008. World Health Statistics 2008.

http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/E

N_WHS08_full.pdf. Diakses tanggal 25 Mei 2015

Regina, Vyola; Arnelis; Edward, Zulkarnain, 2013. Artikel Penelitian : Hubungan Kadar Limfosit Total dengan Prognosis Penyakit pada Penderita Sirosis Hati di Bagian Penyakit Dalam RSUP

Dr. M. Djamil Padang Tahun 2011.

(19)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan desain

case saries.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di RS Santa Elisabet Medan dengan alasan

tersedianya data penderita Sirosis hati yang dirawat inap di RS Santa Elisabet

Medan tahun 2012-2014 dan belum pernah dilakukan penelitian tentang

karakteristik penderita Sirosis hati di RS tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari – Agustus 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah data semua penderita Sirosis hati

rawat inap di RS Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014 yaitu sebesar 158 orang.

3.3.2 Sampel

a. Besar Sampel

Sampel adalah data penderita Sirosis hati yang dirawat inap di RS Santa

Elisabet Medan tahun 2012-2014. Besar sampel diambil dengan menggunakan

rumus (Notoatmodjo,2005) yaitu :

(20)

Keterangan :

N = ukuran populasi n = ukuran sample minimal

d = presisi yang ditetapkan = 0,05

b. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling dengan

tabel angka acak menggunakan komputer.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari

kartu status penderita Sirosis hati rawat inap di bagian rekam medik RS Santa

Elisabet Medan tahun 2012-2014. Semua kartu status dikumpulkan kemudian

dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang akan diteliti.

3.5 Defenisi Operasional

1). Penderita Sirosis hati adalah seseorang yang dinyatakan menderita Sirosis hati

berdasarkan diagnosa dokter sesuai dengan yang tertulis di kartu status.

(21)

2). Umur adalah lama hidup penderita Sirosis hati yang dihitung berdasarkan

tahun sejak dilahirkan hingga saat penderita menjadi pasien di RS Santa

Elisabet. Menurut National Center for Health Statistics tahun 2014, umur

pasien Sirosis hati dimulai dari 30-60 tahun. Umur pasien tertulis pada kartu

status dan dikategorikan:

1. 20-29 tahun 2. 30-39 tahun 3. 40-49 tahun 4. 50-59 tahun 5. 60-69 tahun 6. 70-79 tahun

Untuk tabulasi silang, dikelompokkan menjadi :

1.<40 tahun 2. ≥40 tahun

3). Jenis Kelamin adalah ciri khas organ reproduksi yang dimiliki oleh penderita

sesuai dengan yang tertulis pada kartu status dan dikategorikan:

1. Laki-laki 2. Perempuan

4). Suku adalah etnik yang melekat pada diri penderita Sirosis hati sesuai dengan

yang tertulis pada kartu status dan dikategorikan:

1. Melayu 2. Batak 3. Jawa 4. Aceh 5. Lainnya

5). Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita Sirosis hati sesuai

dengan yang tertulis pada kartu status dan dikategorikan:

1. Islam

2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik 4. Hindu

(22)

6). Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita Sirosis hati

sehari-harinya untuk memenuhi kebutuhan hidup sesuai dengan yang tertulis di

kartu status dan dikategorikan:

1. Pegawai Negeri/Pensiunan PNS 2. Pegawai swasta

3. Wiraswasta 4. Petani

5. Ibu Rumah Tangga 6. Lainnya

7). Daerah asal adalah tempat dimana penderita Sirosis hati tinggal dan menetap

sesuai dengan yang tertulis di kartu status dan dikategorikan:

1. Kota Medan 2. Luar kota Medan

8). Keluhan utama adalah jenis keluhan yang dirasakan oleh penderita Sirosis hati

sebagai alasan untuk datang berobat dan memeriksakan diri sesuai dengan

yang tertulis di kartu status dan dikategorikan:

1. Perut membesar

2. Ikterus (mata dan kulit kuning) 3. Nyeri perut kanan atas

4. Badan lemas

5. Perubahan mental (Sering lupa,sukar konsentrasi,bingung)

9). Riwayat penyakit terdahulu adalah penyakit yang pernah diderita oleh

penderita Sirosis hati yang beresiko menimbulkan Sirosis hati sesuai dengan

yang tertulis di di kartu status dan dikategorikan:

(23)

10). Status komplikasi adalah ada atau tidaknya penyakit lain yang timbul akibat

penyakit Sirosis hati sesuai dengan yang tertulis di kartu status dan

dikategorikan:

1. Ada 2. Tidak

11). Jenis komplikasi adalah penyakit lain yang timbul akibat dari penyakit

Sirosis hati yang diderita sesuai dengan yang tertulis di kartu status dan

dikategorikan:

1. Varises Esophagus 2. Hepatoma

3. Ensefalopati Hepatikum 4. Asites

12). Sumber biaya adalah pihak yang akan menanggung biaya perawatan

penderita selama dirawat inap sesuai dengan yang tertulis di kartu status dan

dikategorikan:

1. Biaya asuransi swasta 2. Perusahaan

3. Biaya sendiri

13). Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lamanya penderita Sirosis hati

menjalani rawat inap yang dihitung sejak tanggal masuk sampai tanggal

keluar dari RS Santa Elisabet Medan sesuai dengan yang tertulis di kartu

status.

14). Keadaan sewaktu pulang adalah kadaan penderita Sirosis hati sewaktu keluar

dari RS Santa Elisabet Medan sesuai dengan yang tertulis di kartu status dan

dikategorikan:

(24)

3.6 Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisa secara statistik. Pengolahan

data menggunakan bantuan komputer dan dianalisa menggunakan uji Chi-Square,

Kolmogorov-Smirnov, uji Anova, Mann Whitney dan Kruskal Wallis. Data

(25)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1Profil Rumah Sakit Santa Elisabet Medan

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan terletak di Jalan H. Misbah No.7

Medan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit milik Kongregasi Fransisikanes

Santa Elisabeth Medan. Visi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah

menjadikan Rumah Sakit Santa Elisabeth mampu berperan aktif dalam

memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, atas dasar cinta kasih

dan persaudaraan sejati pada era globalisasi. Misi Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan adalah meningkatkan derajat kesehatan, melalui sumber daya manusia

yang profesional, sarana dan prasarana yang memadai, dengan tetap

memperhatikan masyarakat lemah.

Rumah sakit ini telah dilengkapi berbagai prasarana yang terdiri dari Poli

Umum, Spesialis, Unit Gawat Darurat (UGD) dan Intensive Care Unit (ICU).

Masing-masing unit dilengkapi dengan fasilitas sesuai dengan kebutuhan

pelayanan. UGD Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan buka 24 jam dan dilengkapi

oleh tenaga dokter dan perawat yang profesional. Rumah sakit ini memiliki

pelayanan penunjang medis seperti laboratorium, rontgen, CT-Scan,

Electrokardiografi (EKG), Electroencephalografi (EEG), farmasi, fisioterapi,

ruang diagnostik, hemodialisa dan laboratorium buka selama 24 jam. Penunjang

umum yang terdapat di rumah sakit ini terdiri dari administrasi, jaringan

komputer, telepon, sumber air, listrik, pengolahan air limbah, instalasi gizi dan

dapur umum, Central Steril Supply Department (CSSD), teknik pemeliharaan,

(26)

4.2 Analisa Deskriptif

4.2.1 Sosiodemografi

Distribusi proporsi penderita Sirosis hati rawat inap berdasarkan

sosiodemografi di RS Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014 dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

(27)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita Sirosis hati

rawat inap berdasarkan umur terdapat pada kelompok umur 50-59 tahun yaitu 36

orang (31,9%), sedangkan proporsi terendah terdapat pada kelompok umur 80-89

tahun yaitu 2 orang (1,8%). Proporsi penderita Sirosis hati rawat inap berdasarkan

jenis kelamin lebih tinggi pada laki-laki yaitu 71 orang (62,8%). Proporsi tertinggi

penderita Sirosis hati rawat inap berdasarkan suku yaitu suku Batak sebanyak 90

orang (79,7%). Suku lainnya meliputi Jawa, Cina, India, Nias, dan Minang.

Proporsi tertinggi penderita Sirosis hati rawat inap berdasarkan agama yaitu

agama Kristen Protestan sebanyak 79 orang (69,9%), sedangkan proporsi terendah

yaitu agama Hindu sebanyak 1 orang (0,9%). Proporsi tertinggi penderita Sirosis

hati rawat inap berdasarkan pekerjaan yaitu pengawai negeri/pensiunan PNS

sebanyak 26 orang (23%), sedangkan proporsi terendah yaitu lainnya sebanyak 3

orang (2,7%). Pekerjaan lainnya meliputi pendeta, mahasiswa dan supir. Proporsi

penderita Sirosis hati rawat inap berdasarkan daerah asal lebih tinggi pada pasien

yang tinggal di luar kota Medan sebanyak 81 orang (71,7%), sedangkan proporsi

terendah adalah dari luar kota Medan sebanyak 32 orang (28,3%). Penderita yang

dari luar kota Medan berasal dari Kisaran, Kabupaten Karo, Deli Serdang, Tobasa,

Tidak tercatat 6 5,3

Jumlah 113 100

Daerah Asal Kota Medan Luar Kota Medan

32 81

28,3 71,7

(28)

Kabupaten Dairi, Langkat, Nias, Tapanuli Utara, Simalungun, Humbahas, Batam,

dan Aceh.

4.2.2 Keluhan Utama Sewaktu Datang

Distribusi proporsi penderita Sirosis hati rawat inap berdasarkan keluhan

utama sewaktu datang di RS Elisabet Medan pada tahun 2012-2014 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Keluhan Utama Sewaktu Datang di Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita Sirosis hati

rawat inap berdasarkan keluhan utama sewaktu datang yaitu nyeri perut kanan

atas sebanyak 43 orang (38,1%), sedangkan proporsi terendah yaitu perubahan

mental sebanyak 2 orang (1,8%). Keluhan lainnya adalah muntah berdarah, BAB

(29)

4.2.3 Riwayat Penyakit Terdahulu

Distribusi proporsi penderita Sirosis hati rawat inap berdasarkan riwayat

penyakit terdahulu di RS Elisabet Medan pada tahun 2012-2014 dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu di Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Riwayat Penyakit Terdahulu f %

Hepatitis B Hepatitis C Penyakit lain Tidak tercatat

20 7 10 76

17,7 6,2 8,8 67,3

Jumlah 113 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

Sirosis hati rawat inap berdasarkan riwayat penyakit terdahulu adalah Hepatitis B

sebanyak 20 orang (17,7%) sedangkan proporsi terendah adalah Hepatitis C

sebanyak 7 orang (6,2%). Ada 76 kartu status yang tidak tercatat riwayat penyakit

pendahuluannya. Penyakit lainnya yaitu Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas

(PSMBA), Diabetes Meilitus (DM), Dyspepsia, Hernia Umblicalis, suka minum

(30)

4.2.4 Status Komplikasi

Distribusi proporsi penderita Sirosis hati yang dirawat inap berdasarkan

status komplikasi di RS Elisabet Medan pada tahun 2012-2014 dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Status Komplikasi di Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa proporsi penderita Sirosis hati

rawat inap berdasarkan status komplikasi lebih tinggi yang ada komplikasi yaitu

sebanyak 86 orang (76,1%).

4.2.5 Jenis Komplikasi

Distribusi proporsi penderita Sirosis hati yang dirawat inap berdasarkan

jenis komplikasi di RS Elisabet Medan pada tahun 2012-2014 dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

(31)

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa proporsi penderita Sirosis hati

rawat inap berdasarkan jenis komplikasi yaitu Asites sebanyak 49 orang (57%)

sedangkan proporsi terendah yaitu Ensefalopati Hepatikum 2,3%.

4.2.6 Sumber Biaya

Distribusi proporsi penderita Sirosis hati yang dirawat inap berdasarkan

sumber biaya di RS Elisabet Medan pada tahun 2012-2014 dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Sumber Biaya f %

Biaya sendiri Bukan biaya sendiri

106 7

93,8 6,2

Jumlah 113 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

Sirosis hati rawat inap berdasarkan sumber biaya yaitu biaya sendiri sebanyak 106

orang (93,8%) sedangkan proporsi terendah yaitu bukan biaya sendiri sebanyak 7

orang (6,2%). Bukan biaya sendiri ini meliputi biaya dari perusahaan, asuransi

(32)

4.2.7 Lama Rawatan Rata-rata

Distribusi proporsi penderita Sirosis hati yang dirawat inap berdasarkan

lama rawatan rata-rata di RS Elisabet Medan pada tahun 2012-2014 dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Lama Rawatan Rata-rata di Rumah Sakit Santa

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita

Sirosis hati adalah 7,26 hari (7 hari) dengan Standar Deviasi (SD) 6,134 hari.

Lama rawatan maksimum adalah 44 hari dan lama rawatan minimum adalah 1

hari.

4.2.8 Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi penderita Sirosis hati yang dirawat inap berdasarkan

keadaan sewaktu pulang di RS Elisabet Medan pada tahun 2012-2014 dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Keadaan Sewaktu Pulang f %

Pulang Berobat Jalan

Pulang atas permintaan sendiri Meninggal

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita Sirosis hati

(33)

sedangkan proporsi terendah yaitu meninggal dunia sebanyak 12 orang (10,6%).

Case Fatality Rate (CFR) penderita Sirosis hati rawat inap di RS Santa Elisabet

Medan tahun 2012-2014 adalah 10,6%.

4.3Analisa Statistik

4.3.1 Umur Berdasarkan Jenis Komplikasi

Distribusi proporsi umur penderita Sirosis hati rawat inap di RS Santa

Elisabet Medan tahun 2012-2014 berdasarkan jenis komplikasi dapat dilihat :

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Umur Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2012- 2014

Jenis Komplikasi

Umur (tahun) Total

<40 ≥40

f % f % f %

Varises Esofagus 4 12,9 27 87,1 31 100

Hepatoma 2 50,0 2 50,0 4 100

Ensefalopati Hepatikum 1 50,0 1 50,0 2 100

Asites 2 4,1 47 95,9 49 100

p=0,176

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa proporsi penderita Sirosis hati

dengan komplikasi Varises Esofagus pada kelompok umur <40 tahun adalah 4

orang (12,9%) sedangkan pada kelompok umur ≥40 tahun adalah 27 orang

(87,1%). Proporsi penderita Sirosis hati dengan jenis komplikasi Hepatoma pada

kelompok umur <40 tahun adalah 2 orang (50,0%) dan pada kelompok umur ≥40

tahun adalah 2 orang (50,0%). Proporsi penderita Sirosis hati dengan jenis

komplikasi Ensefalopati Hepatikum pada kelompok umur <40 tahun adalah 1

orang (50%) dan pada kelompok umur ≥40 tahun adalah 1 orang (50,0%).

Proporsi penderita Sirosis hati dengan komplikasi Asites pada kelompok

umur <40 tahun adalah 2 orang (4,1%) sedangkan pada kelompok umur ≥40 tahun

(34)

Kolmogorov-Smirnov Z diperoleh nilai p = 0,176, artinya tidak ada perbedaan

yang bermakna antara proporsi umur berdasarkan jenis komplikasi pasien.

4.3.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu

Ada 76 kartu status yang tidak tercatat riwayat penyakit terdahulunya.

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita Sirosis hati rawat inap di RS Santa

Elisabet Medan tahun 2012-2014 berdasarkan riwayat penyakit terdahulu dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Sirosis Hati Berdasarkan RiwayatPenyakitTerdahuludi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2012- 2014

Riwayat Penyakit Terdahulu JenisKelamin Total

Laki-laki Perempuan

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa proporsi penderita Sirosis hati

dengan riwayat penyakit terdahulu Hepatitis B lebih banyak pada laki-laki yaitu

15 orang (75%). Proporsi penderita Sirosis hati dengan riwayat penyakit terdahulu

Hepatitis C pada laki-laki adalah 4 orang (57,1%) sedangkan pada perempuan

adalah 3 orang (42,9%). Proporsi penderita Sirosis hati dengan riwayat penyakit

terdahulu penyakit lainnya pada laki-laki adalah 6 orang (60%) sedangkan pada

perempuan adalah 4 orang (40%).

Proporsi penderita Sirosis hati dengan riwayat penyakit terdahulu tidak

tercatat pada laki-laki adalah 46 orang (60,5%) sedangkan pada perempuan adalah

30 orang (39,5%).Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov Z diperoleh nilai p = 0,978, artinya tidak ada perbedaan yang bermakna

(35)

4.3.3 Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Komplikasi

Distribusi proporsi riwayat jenis kelamin penderita Sirosis hati rawat inap

di RS Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014 berdasarkan jenis komplikasi dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.11Distribusi ProporsiJenis Kelamin Penderita Sirosis Hati

Berdasarkan Jenis Komplikasi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2012- 2014

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa dari 31 orang penderita Sirosis

hati dengan jenis komplikasi Varises Esofagus, penderita dengan jenis kelamin

laki-laki sebanyak 15 orang (48,4%) dan perempuan sebanyak 16 orang (51,6%).

Dari 4 orang penderita Sirosis hati dengan jenis komplikasi Hepatoma, penderita

dengan jenis kelamin laki-laki 3 orang (75%) dan perempuan 1 orang (25%). Dari

2 orang penderita Sirosis hati dengan jenis komplikasi Ensefalopati Hepatikum,

penderita dengan jenis kelamin laki-laki 1 orang (50%) dan perempuan 1 orang

ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin berdasarkan jenis

(36)

4.3.4 Jenis Komplikasi Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu

Ada 57 kartu status yang tidak tercatat riwayat penyakit

terdahulunya.Distribusi proporsi jenis komplikasipenderita Sirosis hati rawat inap

di RS Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014 berdasarkan riwayat penyakit

terdahulu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Jenis KomplikasiPenderita Sirosis Hati Berdasarkan RiwayatPenyakitTerdahuludi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2012- 2014

Jenis Penyakit

dengan riwayat penyakit terdahulu Hepatitis B, yang mengalami komplikasi

Varises Esofagus 2 orang (13,3%), yang mengalami komplikasi Hepatoma 1

orang (6,7%), yang mengalami komplikasi Asites 12 orang (80%). Dari 6 orang

penderita Sirosis hati dengan riwayat penyakit terdahulu Hepatitis C, yang

mengalami komplikasi Varises Esofagus 3 orang (50%), yang mengalami

komplikasi Asites 3 orang (50%).

Dari 8 penderita Sirosis hati dengan riwayat penyakit terdahulu adalah

penyakit lainnya, yang mengalami komplikasi Varises Esofagus 2 orang (25%),

yang mengalami komplikasi Ensefalopati Hepatikum 1 orang (12,5%), yang

mengalami komplikasi Asites 5 orang (62,5%). Dari 57 penderita Sirosis hati

yang tidak tercatat riwayat penyakit terdahulunya, yang mengalami komplikasi

(37)

orang (5,3%), yang mengalami komplikasi Ensefalopati Hepatikum 1 orang

(1,8%), yang mengalami komplikasi Asites 29 orang (50,9%).Dari hasil uji

statistik dengan menggunakan uji Kruskal Wallis diperoleh nilai p = 0,329, artinya

tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis komplikasiberdasarkan

riwayat penyakit terdahulu.

4.3.5 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Jenis Komplikasi

Lama rawatan rata-rata penderita Sirosis hati rawat inap di RS Santa

Elisabet Medan tahun 2012-2014 berdasarkan jenis komplikasi dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 4.13 Lama Rawatan Rata-rataPenderita Sirosis Hati Berdasarkan Jenis Komplikasi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun

Ensefalopati Hepatikum Asites

komplikasi Hepatoma, lama rawatan rata-ratanya 4,75 (5 hari), dengan standar

deviasi 0,5. Dari 2 orang penderita Sirosis hati dengan komplikasi Ensefalopati

Hapatikum, lama rawatan rata-ratanya 6,50 (7 hari), dengan standar deviasi 6,364.

Dari 49 orang penderita Sirosis hati dengan komplikasi Asites, lama rawatan

(38)

4.3.6 Jenis Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi jenis komplikasi penderita Sirosis hati rawat inap di RS

Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014 berdasarkan keadaan sewaktu pulang

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.14 Distribusi Proporsi Jenis KomplikasiPenderita Sirosis Hati Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulangdi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2012- 2014

Keadaan Sewaktu

Dari 2 penderita Sirosis hati dengan komplikasi Ensefalopati Hepatikum,

tidak yang pulang berobat jalan, yang pulang atas permintaan sendiri 1 orang

(50%) dan yang meninggal dunia 1 orang (50%). Dari 49 penderita Sirosis hati

dengan komplikasi Asites, yang berobat jalan 5 orang (10,2%), yang pulang atas

permintaan sendiri 37 orang (75,5%) dan yang meninggal dunia 7 orang

(39)

nilai p = 0,072, artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis

(40)

48 BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Berdasarkan Sosiodemografi

5.1.1 Umur dan Jenis Kelamin

Distribusi proporsi umur dan jenis kelamin penderita Sirosis hati rawat

inap di RS Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014 dapat dilihat pada gambar

berikut ini:

Gambar 5.1 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RS Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

Sirosis hati terdapat pada kelompok umur 50-59 tahun, proporsi laki-laki yaitu

sebesar 16,81% dan proporsi perempuan yaitu 15,04%. Proporsi terendah

penderita Sirosis hati terdapat pada kelompok umur 80-89 tahun, proporsi

laki-laki yaitu 0,88% dan perempuan yaitu 0,88%. Terdapat 1 orang pasien Sirosis hati

yang berumur 21 tahun dengan jenis kelamin laki-laki, suku Batak Toba, agama

Kristen Protestan, mahasiswa, berasal dari Medan, keluhannya nyeri perut kanan

atas, riwayat penyakit terdahulu tidak tercatat, tidak ada komplikasi, sumber biaya

(41)

asuransi Prudential, lama rawatan 8 hari dan pulang atas permintaan sendiri. Hal

ini berbeda dengan hasil penjelasan WHO yang menjelaskan bahwa umur

terendah penderita Sirosis hati adalah 30 tahun. Hal ini mungkin terjadi karena

orang tersebut sudah terinfeksi Hepatitis B atau Hepatitis C saat bayi, sehingga

orang tersebut mengalami Hepatitis B atau C kronik kemudian mengakibatkan dia

menderita Sirosis hati pada usia muda.

Pada gambar di atas dapat dilihat pada kelompok umur 70-79 tahun

penderita Sirosis hati cenderung menurun, kemungkinan diakibatkan penderita

Sirosis hati pada umur tersebut sudah ada yang meninggal. Proporsi penderita

Sirosis hati lebih tinggi pada usia produktif, hal ini kemungkinan karena perilaku

mengkonsumsi alkohol dalam jangka waktu yang lama dan perilaku beresiko

terkena Sirosis hati.

Penderita Sirosis hati lebih banyak dialami laki-laki kemungkinan karena

laki-laki lebih cenderung berperilaku beresiko untuk terkena Hepatitis B dan jika

Hepatitis B itu telah menjadi kronis akan menyebabkan Sirosis hati dan juga

kebiasaan laki-laki sering mengkomsumsi alkohol dalam waktu yang lama

sehingga menyebabkan Sirosis hati.

Hasil penelitian Stephany Marpaung di RSUD dr. Pringadi Medan tahun

2010-2011 menemukan bahwa penderita Sirosis hati lebih banyak diderita oleh

(42)

5.1.2 Suku

Ada 2 kartu status yang tidak tercatat suku penderitanya. Distribusi

proporsi penderita Sirosis hati rawat inap berdasarkan suku di RS Santa Elisabet

Medan tahun 2012-2014 dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Suku di RS Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Berdasarkan gambar 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

Sirosis hati rawat inap di RS Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014 berdasarkan

suku adalah suku Batak sebesar 79,6% dan proporsi terendah adalah suku Melayu.

Hal tersebut disebabkan karena penderita yang datang berobat ke RS Santa

Elisabet Medan lebih banyak suku Batak. Pada penelitian ini suku Batak adalah

penggabungan dari Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak

dan Batak Mandailing. Suku lainnya meliputi Jawa, Cina, India, Nias, dan

Minang. Kemungkinan juga karena kebiasaan orang Batak minum tuak dan

mengkonsumsi alkohol. Hal ini sejalan dengan penelitian Nerry Armis Sibuea di

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Medan menemukan bahwa proporsi

tertinggi penderita Sirosis hati adalah suku Batak sebesar 56,9%.

79,6% 13,2%

4,4% 0,9%

Suku

(43)

5.1.3 Agama

Distribusi proporsi penderita Sirosis hati rawat inap berdasarkan agama di

RS Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Agama di RS Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

Sirosis hati rawat inap di RS Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014 berdasarkan

agama adalah agama Kristen Protestan sebesar 69,9% sedangkan proporsi

terendah adalah Hindu sebesar 0,9%.

Menurut penelitian Nur Aisyah Siregar (2008) di Rumah Sakit Umum

(RSU) Pringadi tahun 2002-2006 proporsi tertinggi penderita Sirosis hati adalah

penderita yang beragama Islam sebesar 68,1%. Hal ini tidak berarti agama

mempengaruhi kejadian Sirosis hati, tetapi karena yang datang ke RS Santa

Elisabet Medan lebih banyak yang beragama Kristen Protestan.

69,9% 13,3%

11,5%

4,4% 0,9%

Agama

Kristen Protestan Katolik

(44)

5.1.4 Pekerjaan

Ada 6 kartu status yang tidak tercatat pekerjaan si penderita Sirosis hati.

Distribusi proporsi penderita Sirosis hati rawat inap berdasarkan pekerjaan di RS

Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014 dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.4 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di RS Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Berdasarkan gambar 5.4 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

Sirosis hati rawat inap di RS Santa Elisabet Medan berdasarkan pekerjaan adalah

pegawai negeri/pensiunan sebesar 23% sedangkan proporsi terendah adalah

lainnya sebesar 2,7%. Pada penelitian ini pekerjaan lainnya meliputi pendeta,

supir dan mahasiswa. Hal ini kemungkinan karena mayoritas penderita yang

berobat ke RS Santa Elisabet Medan adalah yang memiliki pekerjaan

PNS/pensiunan. Hasil penelitian Stephany marpaung di RSUD dr. Pringadi

Medan tahun 2010-2011 menyatakan bahwa proporsi tertinggi pekerjaan

penderita Sirosis hati adalah wiraswasta sebesar 40,8%.

23% 22,1%

20,4%

15,9%

10,6%

8%

(45)

5.1.5 Daerah Asal

Distribusi proporsi penderita Sirosis hati rawat inap berdasarkan daerah

asal di RS Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014 dapat dilihat pada gambar

berikut ini:

Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Daerah Asal di RS Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Berdasarkan gambar 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

Sirosis hati rawat inap di RS Santa Elisabet Medan berdasarkan daerah asal adalah

luar kota Medan sebesar 71,7% sedangkan proporsi terendah adalah dari kota

Medan sebesar 28,3%. Hal ini dikarenakan RS Santa Elisabet Medan merupakan

salah satu rumah sakit rujukan yang menerima pasien dari rumah sakit lain di kota

Medan dan di luar kota Medan. Penderita yang dari luar kota Medan berasal dari

Kisaran, Kabupaten Karo, Deli Serdang, Tobasa, Kabupaten Dairi, Langkat, Nias,

Tapanuli Utara, Simalungun, Humbahas, Batam, dan Aceh.

71,7% 28,3%

Daerah Asal

(46)

5.2 Keluhan Utama Sewaktu Datang

Distribusi proporsi penderita Sirosis hati rawat inap berdasarkan keluhan

utama di RS Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014 dapat dilihat pada gambar

berikut ini:

Gambar 5.6 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Rawat

Inap Berdasarkan Keluhan Utama di RS Santa Elisabet Medan Tahun

2012-2014

Bersadarkan gambar 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

Sirosis hati rawat inap di RS Santa Elisabet Medan berdasarkan keluhan utama

adalah nyeri perut kanan atas sebesar 38,1% sedangkan proporsi terendah adalah

perubahan mental 1,8%. Keluhan lainnya adalah muntah berdarah, BAB berdarah,

dan mual + muntah. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Stephany Marpaung

di RSUP dr. Pringadi Medan tahun 2010-2011, proporsi tertinggi penderita Sirosis

hati berdasarkan keluhan utama sewaktu datang ke rumah sakit adalah perut

membesar 44,7%.

Penderita Sirosis hati kompensata mengalami gejala-gejala yang mirip

dengan penyakit lain. Gejala-gejala yang sering timbul pada penderita Sirosis hati

(47)

warna pada kulit, dan perubahan mental yang meliputi sulit konsentrasi, mudah

lupa dan bingung.

5.3 Riwayat Penyakit Terdahulu

Distribusi proporsi penderita Sirosis hati rawat inap berdasarkan riwayat

penyakit terdahulu di RS Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014 dapat dilihat

pada gambar berikut ini:

Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu di RS Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Berdasarkan gambar 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

Sirosis hati rawat inap di RS Santa Elisabet Medan berdasarkan riwayat penyakit

terdahulu adalah Hepatitis B yaitu 17,7%, sedangkan proporsi terendah adalah

hepatitis C sebesar 6,2%. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Nerry Armis

Sibue di RUSP Haji Adam Malik Medan tahun 2012, proporsi tertinggi penderita

Sirosis hati berdasarkan riwayat penyakit terdahulu adalah Hepatitis B 57,8%.

Menurut Longo & Fauci pada tahun 2013, pasien-pasien yang terpajan oleh

Hepatitis B, sekitar 5% mengalami Hepatitis B kronik dan sekitar 20% dari pasien

ini akan berlanjut menjadi Sirosis hati. Di Asia Tenggara dan Afrika sub-Sahara

Hepatitis B adalah penyakit endemik, dan sekitar 15% penduduknya mungkin

67,3% 17,7%

8,8% 6,2%

Riwayat Penyakit Terdahulu

(48)

terinfeksi secara vertikal (penularan dari ibu ke bayi). Karena itu, lebih dari

300-400 juta orang diperkirakan mengidap Hepatitis B di dunia, dan sekitar 25% dari

jumlah ini akhirnya akan mengalami Sirosis hati.

5.4 Status Komplikasi

Distribusi proporsi penderita Sirosis hati rawat inap berdasarkan status

komplikasi di RS Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014 dapat dilihat pada

gambar berikut ini:

Gambar 5.8 Diagram Pie Distribus Proporsi Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Status Komplikasi di RS Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Berdasarkan gambar 5.8 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

Sirosis hati rawat inap di RS Santa Elisabet Medan berdasarkan status komplikasi

adalah ada komplikasi sebesar 76,1% sedangkan proporsi terendah adalah tidak

ada komplikasi sebesar 23,9%. Sirosis hati berdasarkan gejala klinis terbagi

menjadi 2 yaitu ; 1. Sirosis hati kompensata yang berarti belum adanya gejala

klinis yang nyata. Sirosis hati ini sering ditemukan terjadi pada pemeriksaan test

rutin atau ketika terjadi pemeriksaan karena masalah lain atau ketika pembedahan,

2. Sirosis hati dekompensata yang ditandai dengan gejala-gejala dan tanda klinis

terutama pasien mengeluh karena adanya asites. Pada RS Santa Elisabet Medan

76,1% 23,9%

Status Komplikasi

(49)

lebih banyak terdapat yang memiliki komplikasi kemungkinan karena banyak

penderita Sirosis hati sering tidak menyadari akan gejala Sirosis hati sehingga

ketika penderita datang ke rumah sakit keadaannya sudah dalam kondisi berat atau

sudah mengalami komplikasi.

5.5 Jenis Komplikasi

Distribusi proporsi penderita Sirosis hati rawat inap berdasarkan jenis

komplikasi di RS Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014 dapat dilihat pada

gambar berikut ini:

Gambar 5.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di RS Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Berdasarkan gambar 5.9 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

Sirosis hati rawat inap di RS Santa Elisabet Medan berdasarkan jenis komplikasi

adalah Asites sebesar 57% dan komplikasi terendah adalah Ensefalopati

hepatikum 2,3%. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Stephany Marpaung

di RSUD dr. Pringadi tahun 2010-2011 yang menemukan bahwa komplikasi

terbanyak itu adalah Varises esofagus dan perdarahan sebesar 55,1%. Asites

adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum. Infeksi pada

57% 36%

4,5% 2,3%

Jenis Komplikasi

Asites

Varises Esofagus

Hepatoma

(50)

cairan Asites akan lebih memperberat perjalanan penyakit Sirosis hati, oleh karena

itu Asites harus dikelola dengan baik (Hirian, 2009).

5.6 Sumber Biaya

Distribusi proporsi penderita Sirosis hati rawat inap berdasarkan sumber

biaya di RS Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014 dapat dilihat pada gambar

berikut ini:

Gambar 5.10 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RS Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Berdasarkan gambar 5.10 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

Sirosis hati rawat inap di RS Santa Elisabet Medan berdasarkan sumber biaya

adalah biaya sendiri sebesar 93,8% sedangkan proporsi terendah adalah yang

bukan biaya sendiri 6,2%. Bukan biaya sendiri ini meliputi biaya dari perusahaan,

asuransi Prudential, asuransi Allianz, asuransi Sinar Mas, dan asuransi Medilum.

Berkaitan dengan distribusi proporsi ppenderita Sirosis hati di RS Santa Elisabet

berdasarkan pekerjaan dapat kita lihat bahwa rata-rata pasien berasal dari sosial

ekonomi menengah ke atas, sehingga berpengaruh terhadap cara pembiayaan

perawatan pasien di RS Santa Elisabet Medan yang sebagian besar biaya sendiri. 93,8%

6,2%

(51)

5.7 Lama Rawatan Rata-rata

lama rawatan rata-rata penderita Sirosis hati adalah 7,26 (7 hari) dengan

standar deviasi 6,134. Lama rawatan minimum adalah 1 hari dan lama rawatan

maksimum adalah 44 hari.

Pasien yang menderita Sirosis hati yang paling lama dirawat selama 44

hari berjumlah 1 orang dengan jenis kelamin laki-laki, suku Batak, pekerjaan

wiraswasta, keluhan utama perut membesar, riwayat penyakit terdahulu tidak

tercatat, jenis komplikasi Asites, sumber biaya sendiri, dan keadaan sewaktu

pulang adalah pulang atas permintaan sendiri.

Penderita Sirosis hati yang dirawat hanya 1 hari berjumlah 2 orang dan

kedua pasien meninggal dunia. Satu pasien mengalami komplikasi Asites dan

berusia 46 tahun dan 1 orang lagi tidak mengalami komplikasi dan berusia 74

tahun.

Pasien yang meninggal tanpa komplikasi tersebut kemungkinan meninggal

karena memang faktor usia yang sudah lanjut. Meskipun si pasien tidak

mengalami komplikasi, Sirosis hati juga dapat mengakibatkan gejala-gejala

seperti kurang nafsu makan sehingga berat badan menurun, gangguan tidur, dan

demam yang tidak begitu tinggi, gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi,

epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh

pekat, muntah darah dan melena, serta perubahan mental, meliputi mudah lupa,

(52)

5.8 Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi penderita Sirosis hati rawat inap berdasarkan keadaan

sewaktu pulang di RS Santa Elisabet Medan tahun 2012-2014 dapat dilihat pada

gambar berikut ini:

Gambar 5.11 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RS Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Berdasarkan gambar 5.11 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita

Sirosis hati rawat inap di RS Santa Elisabet Medan berdasarkan keadaan sewaktu

pulang adalah pulang atas permintaan sendiri sebesar 73,5% sedangkan proporsi

terendah adalah meninggal dunia sebesar 10,6%. CFR Sirosis hati di RS Santa

Elisabet Medan tahun 2012-2014 adalah 10,6%. Hal ini kemungkinan disebabkan

pasien datang dengan kondisi buruk dan disertai komplikasi sehingga penanganan

dan pengobatan yang diberikan kepada pasien sudah terlambat. Proporsi penderita

Sirosis hati yang pulang atas permintaan sendiri adalah proporsi yang paling

tinggi. Hal ini terjadi kemungkinan keluarga sudah pasrah dengan kondisi pasien

karena penyakit Sirosis hati adalah penyakit yang sulit ditangani, sehingga

keluarga memilih untuk merawat pasien di rumah saja.

73,5% 15,9%

10,6%

Keadaan Sewaktu Pulang

Pulang atas

permintaan sendiri Pulang Berobat Jalan

(53)

5.9 Analisa Statistik

5.9.1 Umur Berdasarkan Jenis Komplikasi

Distribusi proporsi umur penderita Sirosis hati di RS Santa Elisabet Medan

berdasarkan jenis komplikasi tahun 2012-2014 dapat dilihat pada gambar berikut

ini:

Gambar 5.12 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di RS Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Berdasarkan gambar 5.12 dapat dilihat bahwa dengan komplikasi Varises

Esofagus, proporsi penderita yang berumur <40 tahun adalah 12,9% dan yang

berumur ≥40 tahun adalah 87,1%. Penderita Sirosis hati dengan komplikasi

Hepatoma, proporsi yang berumur <40 tahun adalah 50% dan yang berumur ≥40

tahun adalah 50%. Penderita Sirosis hati dengan komplikasi Ensefalopati

Hepatikum, proporsi yang berumur <40 tahun adalah 50% dan yang berumur ≥40

tahun adalah 50%. Penderita Sirosis hati dengan komplikasi Asites, proporsi yang

berumur <40 tahun adalah 4,1% dan yang berumur ≥40 tahun adalah 95,9%. Hasil

uji statistik dengan menggunakan uji uji Kolmogorov-Smirnov Z diperoleh nilai p

12,9%

50% 50%

4,1% 87,1%

50% 50%

95,9%

0 20 40 60 80 100 120

(54)

= 0,176, artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur

berdasarkan jenis komplikasi.

5.9.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu

Ada 76 kartu status yang tidak tercatat riwayat penyakit terdahulunya

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita Sirosis hati di RS Santa Elisabet

Medan berdasarkan riwayat penyakit terdahulu tahun 2012-2014 dapat dilihat

pada gambar berikut ini:

Gambar 5.13 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu Penderita di RS Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Berdasarkan gambar 5.13 dapat dilihat bahwa penderita Sirosis hati

dengan riwayat penyakit terdahulu Hepatitis B, proporsi yang berjenis kelamin

laki-laki adalah 75% dan yang perempuan adalah 25%. Penderita Sirosis hati

dengan riwayat penyakit terdahulu Hepatitis C, proporsi yang berjenis kelamin

(55)

artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin

berdasarkan riwayat penyakit terdahulu

5.9.3 Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Komplikasi

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita Sirosis hati di RS Santa

Elisabet Medan berdasarkan jenis komplikasi tahun 2012-2014 dapat dilihat pada

gambar berikut ini:

Gambar 5.14 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di RS Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Berdasarkan gambar 5.14 dapat dilihat bahwa penderita Sirosis hati

dengan jenis komplikasi Varises Esofagus, proporsi penderita dengan jenis

kelamin laki-laki adalah 48,4% dan perempuan adalah 51,6%. Penderita Sirosis

hati dengan jenis komplikasi Hepatoma, proporsi penderita dengan jenis kelamin

laki-laki adalah 75% dan perempuan adalah 25%. Penderita Sirosis hati dengan

jenis komplikasi Ensefalopati Hepatikum, proporsi penderita dengan jenis

kelamin laki-laki adalah 50% dan perempuan 1 adalah 50%. Penderita Sirosis hati

dengan jenis komplikasi Asites, proporsi penderita dengan jenis kelamin laki-laki

(56)

menggunakan Kolmogorov-Smirnov Z diperoleh nilai p = 0,503, artinya tidak ada

perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin berdasarkan jenis

komplikasi.

5.9.4 Jenis Komplikasi Berdasarkan Penyakit Terdahulu

Ada 57 kartu status yang tidak tercatat riwayat penyakit terdahulunya.

Distribusi proporsi jenis komplikasi penderita Sirosis hati di RS Santa Elisabet

Medan berdasarkan riwayat penyakit terdahulu tahun 2012-2014 dapat dilihat

pada gambar berikut ini:

Gambar 5.15 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Komplikasi

Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Riwayat Penyakit Terdahulu di RS Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Berdasarkan gambar 5.15 dapat dilihat bahwa Penderita Sirosis hati

dengan riwayat penyakit terdahulu Hepatitis B, proporsi yang mengalami

komplikasi Varises Esofagus adalah 13,3%, yang mengalami komplikasi

Hepatoma adalah 6,7%, yang mengalami komplikasi Asites adalah 80%.

Penderita Sirosis hati dengan riwayat penyakit terdahulu Hepatitis C, proporsi

(57)

yang mengalami komplikasi Varises Esofagus adalah 50%, yang mengalami

komplikasi Asites adalah 50%.

Penderita Sirosis hati dengan riwayat penyakit terdahulu adalah penyakit

lainnya, proporsi yang mengalami komplikasi Varises Esofagus adalah 25%, yang

mengalami komplikasi Ensefalopati Hepatikum adalah 12,5%, yang mengalami

komplikasi Asites adalah 62,5%. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji

Kruskal Wallis diperoleh nilai p = 0,329, artinya tidak ada perbedaan yang

bermakna antara proporsi jenis komplikasi berdasarkan riwayat penyakit

terdahulu.

5.9.5 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Jenis Komplikasi

Distribusi proporsi jenis lama rawatan rata-rata penderita Sirosis hati di RS

Santa Elisabet Medan berdasarkan jenis komplikasi tahun 2012-2014 dapat dilihat

pada gambar berikut ini:

Gambar 5.16 Diagram Bar Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di RS Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

4.75 5.74

6.5

9.49

0 2 4 6 8 10

(58)

Berdasarkan gambar 5.16 dapat dilihat bahwa penderita yang mengalami

komplikasi Varises Esofagus, lama rawatan rata-ratanya 5,74 (6 hari). Penderita

Sirosis hati dengan komplikasi Hepatoma, lama rawatan rata-ratanya 4,75 (5 hari).

Penderita Sirosis hati dengan komplikasi Ensefalopati Hapatikum, lama rawatan

rata-ratanya 6,50 (7 hari). Penderita Sirosis hati dengan komplikasi Asites, lama

rawatan rata-ratanya 9,49 (9 hari). Hasil analisis statistik dengan uji Anova

diperoleh nilai p>0,05 yang artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna

antara lama rawatan rata-rata dengan jenis komplikasi.

5.9.6 Jenis Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi jenis komplikasi penderita Sirosis hati di RS Santa

Elisabet Medan berdasarkan keadaan sewaktu pulang tahun 2012-2014 dapat

dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 5.17 Diagram Bar Proporsi Jenis Komplikasi Penderita Sirosis Hati Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RS Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014

Berdasarkan gambar 5.17 dapat dilihat bahwa penderita Sirosis hati dengan

29%

(59)

komplikasi Varises Esofagus, proporsi penderita yang pulang berobat jalan adalah

29%, yang pulang atas permintaan sendiri adalah 67,7% dan yang meninggal

dunia adalah 3,2%. Penderita Sirosis hati dengan komplikasi Hepatoma, tidak ada

yang pulang berobat jalan, proporsi penderita yang pulang atas permintaan sendiri

adalah 75%, dan yang meninggal dunia adalah 25%. Penderita Sirosis hati dengan

komplikasi Ensefalopati Hepatikum, tidak yang pulang berobat jalan, proporsi

penderita yang pulang atas permintaan sendiri adalah 50% dan yang meninggal

dunia adalah 50%. Penderita Sirosis hati dengan komplikasi Asites, proporsi

penderita yang berobat jalan adalah 10,2%, yang pulang atas permintaan sendiri

adalah 75,5% dan yang meninggal dunia adalah 14,3%.

Komplikasi yang biasa muncul pada Sirosis hati adalah Asites dan Varises

Esofagus. Asites adalah akumulasi cairan di rongga peritoneum. Mekanisme

terjadinya Asites pada pasien Sirosis hati karena adanya Hipertensi portal yang

mengakibatkan peningkatan tekanan hidrostatik, kemudian terjadi penurunan

produksi albumin yang menyebabkan penurunan tekanan osmotik koloid. Tahap

tekahir terjadi penurunan volume sirkulasi yang menyebabkan hiperaldosteronism

yang mengakibatkan retensi natrium dan air. Infeksi pada cairan Asites akan

memperberat kondisi pasien, maka Asites harus dikelola dengan baik (Saratun &

Lusianah, 2010).

Menurut Saratun & Lusianah (2010), Ensefalopati Hepatik salah satu

komplikasi pada Sirosis hati yang penyebabnya karena ketidakmampuan hati

untuk memetabolisme amonia menjadi ureum, amonia bersifat toksik pada

susunan saraf pusat. Ensefalopati Hepatik dapat mengakibatkan kemunduran

(60)

tidur dan kurang konsentrasi. Pasien Sirosis hati dalam keaadan berbahaya apabila

terjadi perdarahan dan pecahnya Varises Esofagus. Bila terjadi perdarahan, maka

pasien memerlukan tranfusi darah, vasopressin dan pemasangan NGT untuk

lavage lambung. Apabila perdarahan belum juga berhenti, maka dapat dilakukan

pemasangan balon untuk tamponade. Apabila tidak berhasil dapat dilakukan ligasi

varises.

Menurut Unggul Budihusodo (2009), Hepatoma memiliki beberapa faktor

risiko yaitu Virus Hepatitis B, Virus Hepatitis C, Sirosis hati, dan konsumsi

alkohol terus-menerus. Sekitar 3-5% dari pasien Sirosis hati akan mengalami

Hepatoma dan Hepatoma merupakan penyebab utama kematian Sirosis hati.

Pasien Sirosis hati dengan komplikasi apapun dianjurkan mengurangi kegiatan

yang berat misalnya olahraga sepakbola karena dapat memberatkan kerja hati.

Olahraga yang disarankan hanya sebatas jalan santai. Hasil uji statistik dengan

menggunakan uji Kruskal Wallis diperoleh nilai p = 0,072, artinya tidak ada

perbedaan yang bermakna antara proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan

(61)

69 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Distribusi proporsi penderita Sirosis hati berdasarkan sosiodemografi

tertinggi yaitu pada kelompok umur 50-59 tahun 31,9%, jenis kelamin

laki-laki 62,8%, suku Batak 79,6%, agama Kristen Protestan 69,9%,

pekerjaan pegawai negeri/pensiunan PNS 23%, daerah asal luar kota

Medan 71,7%.

6.1.2 Proporsi tertinggi penderita Sirosis hati berdasarkan keluhan utama yaitu

nyeri perut kanan atas 38,1%.

6.1.3 Proporsi tertinggi penderita Sirosis hati berdasarkan riwayat penyakit

terdahulu yaitu Hepatitis B 17,7%.

6.1.4 Proporsi tertinggi penderita Sirosis hati berdasarkan status komplikasi yaitu

ada komplikasi 76,1%.

6.1.5 Proporsi tertinggi penderita Sirosis hati berdasarkan jenis komplikasi yaitu

Asites 57%.

6.1.6 Proporsi tertinggi penderita Sirosis hati berdasarkan sumber biaya yaitu

biaya sendiri 93,8%.

6.1.7 Lama rawatan rata-rata penderita Sirosis hati adalah 7,26 (7 ) hari.

6.1.8 Proporsi tertinggi penderita Sirosis hati berdasarkan keadaan sewaktu

pulang yaitu pulang atas permintaan sendiri 73,5%.

6.1.9 Tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur berdasarkan jenis

komplikasi pasien (p = 0,176).

(62)

6.1.10 Tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin

berdasarkan riwayat penyakit terdahulu (p = 0,978).

6.1.11 Tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis komplikasi

berdasarkan riwayat penyakit terdahulu (p = 0,329).

6.1.12 Tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin

berdasarkan jenis komplikasi (p = 0,503).

6.1.13 Tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata

berdasarkan jenis komplikasi (p>0,05).

6.1.14 Tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi keadaan sewaktu

pulang berdasarkan jenis komplikasi (p= 0,072).

6.2 Saran

6.2.1 Diharapkan kepada penderita Sirosis hati agar tetap mematuhi anjuran

pengobatan dari dokter dengan menghindari kegiatan ataupun aktivitas

fisik yang akan menyebabkan perdarahan maupun kematian, menjaga pola

makan dan diet yang benar sesuai anjuran dokter.

6.2.2 Diharapkan agar petugas kesehatan melakukan penyuluhan kepada orang

yang beresiko menderita Sirosis hati dan kepada pasien yang menderita

Sirosis hati yang belum mengalami komplikasi agar tetap menjaga pola

makan dan tetap menaati anjuran pengobatan yang diberikan dokter.

6.2.3 Diharapkan kepada dokter dan perawat di RS Santa Elisabet Medan agar

memberikan pemahaman kepada keluarga pasien yang menderita Sirosis

hati tentang kondisi pasien yang sebenarnya, faktor resiko terjadinya

(63)

6.2.4 Bagi penderita Hepatitis diharapkan melakukan pemeriksaan secara berkala

(64)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Sirosis hati

Sirosis hati adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan terbentuknya

jaringan parut pada hati sebagai akibat dari kerusakan hati yang terus menerus dan

berkepanjangan. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan, nekrosis sel

hati yang luas dan usaha regenerasi nodul. Apabila Sirosis hati sudah parah,

sebagian besar struktur hati yang normal mengalami perubahan bentuk atau

menjadi hancur. Hal ini dapat menimbulkan masalah penting misalnya

pendarahan usus, pembekuan darah yang tidak normal, penumpukan cairan dalam

perut dan kaki dan kekacauan pikiran karena hati tidak dapat lagi menyaring zat

racun dalam tubuh (Sievert, 2010).

2.2Anatomi dan Fungsi Hati

Menurut Longo & Fauci (2013), hati (liver) adalah organ vital yang

bertanggung jawab untuk banyak proses yang penting dalam hidup kita. Hati

(liver) merupakan salah satu organ tambahan pada sistem pencernaan dalam tubuh

manusia. Hati melakukan banyak fungsi penting yang berbeda-beda dan

bergantung pada sistem aliran darahnya yang unik dan sel-selnya yang sangat

khusus. Ketika hati mengalami masalah atau kerusakan, maka semua sistem tubuh

akan terpengaruh.

(65)

2.2.1 Anatomi Hati

Hati adalah organ terbesar di tubuh, memiliki berat 1-1,5 Kg. Hati terletak

di kuadran kanan atas abdomen di bawah sangkar iga bawah kanan, bersebelahan

dengan diafragma, dan menonjol dengan tingkat bervariasi ke kuadran kiri atas.

Hati secara luas dilindungi iga-iga.

Sebagian besar sel di hati adalah hepatosit, yang membentuk dua pertiga

dari massa hati. Tipe sel sisanya adalah sel Kupffer atau sel fagositik (anggota dari

sistem retikoloendotel), sel bentuk bintang (ito atau penyimpanan lemak) sel

endotel dan pembuluh darah, sel duktus empedu dan struktur-struktur penunjang.

Dilihat dengan mikroskop cahaya, hati tampak tersusun dalam lobulus-lobulus,

dengan daerah porta perifer dan vena sentral di bagian tengah masing-masing

lobulus (Longo & Fauci, 2013).

Menurut Pearce (2008), hati terbagi dalam dua belahan utama, kanan dan

kiri. Permukaan atas berbentuk cembung dan terletak dibawah diafragma;

permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan, fisura transversus.

Permukaannya dilintasi oleh berbagai pembuluh darah yang masuk-keluar hati.

Fisura longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri di permukaan bawah,

sedangkan ligamen falsiformis melakukan hal yang sama di permukaan atas hati.

Selanjutnya hati dibagi lagi dalam empat belahan (kanan, kiri ,kaudata dan

kuadrata). Setiap belahan atau lobus terdiri atsa lobulus. Lobulus ini berbentuk

polihedral (segi banyak) dan terdiri atas sel hati berbentuk kubus, dan

cabang-cabang pembuluh darah diikat bersama oleh jaringan hati. Hati mempunyai dua

jenis persediaan darah, yaitu yang datang melalui arteri hepatika dan yang melalui

Gambar

tabel angka acak menggunakan komputer.
Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita Sirosis Hati Yang Dirawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di Rumah Sakit Santa Elisabet Medan Tahun 2012-2014
Tabel 4.2
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa variabel Lokasi (X1), Merchandise (X2), Harga (X3), Promosi (X4), Atmosfer Dalam Gerai (X5), dan Retail Service (X6) memiliki pengaruh yang

dan untuk evaluasi. Laporan juga sering kali dijadikan alat bukti atau penilaian.. akan kinerja perpustakaan. Ini juga merupakan salah satu yang sering. ditanyakan jika ada

43/S EOJ K.03/2016 tentang “Transparansi dan Publikasi Laporan Bank Umum Konvensional” yang berlaku sejak tanggal ditetapkan (28 September 2016), Cadangan Tujuan tidak dapat

Berdasarkan kesepakatan tersebut di atas, tidak terdapat keuntungan atau kerugian dan piutang atau kewajiban yang harus dicatat oleh Perusahaan dalam laporan

pengembalian periodik yang konstan atas investasi bersih Perusahaan dan Anak perusahaan sebagai lessor dalam sewa pembiayaan. Lease payment receivable is treated as

Di awal tahun 2014, untuk meningkatkan kinerja perusahaan, PT Dahana (Persero) menggelar rapat yang biasa dilakukan setiap tahun, yaitu Rapat kerja (Raker) Penjabaran

Berdasarkan Perjanjian “Closing and Amendment” tertanggal 13 September 2007 antara Perusahaan, TriStar dan ETRL, telah disetujui beberapa hal diantaranya: (1)

Siswo Pudjiatmoko, Sekretaris Lembaga SESKOAU yang ikut serta dalam kunjungan ini mengatakan bahwa para siswa yang telah dibina sejak 9 Januari 2014 ini, tengah