• Tidak ada hasil yang ditemukan

V ULASAN KARYA PERANCANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V ULASAN KARYA PERANCANGAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

40

V ULASAN KARYA PERANCANGAN

A. Konsep perancangan

Konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu. Dengan menggunakan definisi pembentukan konsep, suatu pernyataan konsep dalam suatu bentuk yang berguna untuk merencanakan suatu unit pengajaran ialah suatu deskripsi tentang sifat-sifat suatu proses, struktur atau kualitas yang dinyatakan dalam bentuk yang menunjukkan apa yang harus digambarkan atau dilukiskan sehingga mahasiswa dapat melakukan persepsi terhadap proses, struktur atau kualitas bagi dirinya sendiri.

Dalam proses perancang desain furniture ini dengan tujuan untuk memberikan nilai baru kepada permainan tradsional yang kini mulai ditinggilakan oleh anak anak maupun kalangan dewasa maka sebuah konsep yang baru sangat dibutuhkan untuk mempertahankan dan melestarikan permainan ini dengan pendekatan desain yang baik dan unik seperti mengembangkan permainan ini ke arah yang moderen dan juga mengembangkan permainan tradsional menjadi suatu produk yang baru yang bernilai jual tinggi, dan pada produk ini sebuah ekplorasi bentuk dari permaian tradsional congklak menjadi sebuah furniture yang multifungsi perwujudannya namun hal itu tidak terlepas pada fungsi dari kursi. Untuk mendapatkan sebuah kursi yang memiliki nilai estetis maka tidak terlepas dari aturan-aturan yang menentukan keindahan dari proporsi, keseimbangan, penekanan dan kesatuan dan aspek kenyamanan.

Dalam proses perancangan desain furniture ini dibuat untuk turut serta melestarikan dan mengambangkan kebudayaan Indonesia menjadi sebuah produk baru melalui kursi pantai yang mengandung esensi dari permainan congklak Seperti yang kita ketahui permainan congklak kini sudah sangat jarang ditemui keberadaannya. yang kini mulai ditinggilakan oleh anak anak maupun kalangan dewasa Kemudian di era globalisasi saat ini banyak sekali resort yang bertemakan

(2)

41 pantai pada halaman belakang dengan halaman yang cukup luas untuk menempatkan sebuah lounger atau kursi pantai. Maka dari itu, penulis menciptakan furniture kursi pantai multifungsi ini dengan mengaplikasikan unsur mainan tradisional congklak era 90’an pada kursi pantai namun semua itu tidak terlepas dari fungsi sebuah kursi. Seperti proporsi, keseimbangan, penekanan dan kesatuan.dan aspek kenyamanan dan mempertahankan unsur permaianan congklak yang saat ini sudah mulai hilang karena hadirnya mainan-mainan modern. pada furniture tersebut penulis berupaya agar masyarakat bisa mengenang kembali mainan mainan tradisional Indonesia yang memiliki nilai histori tinggi yang kini hampir punah karena tergerus perkembangan jaman

Konseptual dalam perancangan kursi pantai ini terlahir dari proses brain stroming permaianan tradisional congklak maka terlahiralah sebuah ide proses pendisainan sebuah kursi pantai yang keluar dari bentuk umum sebuah kursi pantai. Kursi pantai merupakan sebuah perabotan yang biasa digunakan untuk beristirahat saat lelah bermaian di pantai ataupun berguna untuk berjemur di ruangan outdoor khususnya di pantai. Pada umumnya kursi pantai,memiliki alas kayu dan 4 kaki yang digunakan untuk menopang berat tubuh di atasnya. Untuk mengahsilkan kursi tersebut maka penulis harus memahami tentang struktural dan tehnik penyambungan antar kayu agar di dapatkan sebuah kursi pantai yang simple dan unik namun tidak meninggalkan unsur unsur kenayaman, keindahan, dan juga bentuk dari congklak tersebut sebagai inpirasi bentuk kursi pantai yang unik.

B. Proses dan strategi perancangan

Proses utama dari perancangan ini adalah pengabungan unsur unsur permainan tradsional congklak yang diterapakn ke pada sebuah kursi pantai yang dilakukan ini adalah untuk mendapatakan sebuah inovasi yang baru yang mampu mengangkat citra dan nilai jual produk permaian tradsional congklak dengan pendekatan desain yang mengacu pada 4 faktor utama yaitu unik, multifungsi, efisiensi dan moderen. Konsep desain yang dikembangkan ini mempertimbangkan batasan batasan desain dari segi bentuk congklak itu sendiri dalam strategi desain

(3)

42 perancangan ini pengolahan dan ekplorasi bentuk congklak dan unsur kursi pantai yang menjadi gagasan utama dalam perancangan furniture ini

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dilakukan beberapa metode penelitian, yakni : studi literatur terkait, dan survey lapangan serta wawancara pada pelaku industri dibidang permaian tradisional congklak Dengan melakukan metode tersebut maka dapat dilakukan analisis terhadap data-data yang dihasilkan untuk mendapatkan peluang pengembangan desain furniture kursi pantai ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Diagram 5.1. Proses dan Strategi Perancangan Sumber : Hermawawn susanto2014

Kombinasi Material Konstruksi dan Perakitan Konstruksi modular yang dapat menghasilkan beberapa variasi bentuk Melibatkan User Estetis dan Fungsional

(4)

43 C. Sketsa desain

Sketsa ini merupakan langkah awal dalam mendesain furniture yang berhubungan deangan permainan tardsional yang awal nya sketsanya ini terdiri dari beberapa produk furniture mulai dari kursi santai, lampu hias, lampu tempel, lemari, rak sepatu sofa di ruang tunggu, kasur sketsa juga mempersingkat waktu kita dalam menciptakan sesuatu. Dan kita akan dapat mengembangkan sketsa tersebut ke sebuah bentuk yang lebih baik nantinya untuk dikembangkan.

Gambar 5.2. Sketsa Awal Sumber : Hermawawn susanto2014

D. Sketsa metamorforsa

Sketsa ini mengambarkan proses awal mendesain sebuah kursi pantai yang sesuai dengan permainan congklak. berbagai inpirasi bentuk mulai dari bentuk congklak dan biji congklak hingga kursi pantai tersebut yang akhirnya diagubungkan menjadi sebuah kursi pantai yang unik, nyaman dan fungsional, proses awalnya yaitu:

• Yang pertama pada bentuk body samping kursi pantai ini terinspirasi dari biji congklak yang biasanya menggunakan biji kerang dan biji kopi lalu bentuk tersebut di aplikasikan kesebuah kursi pantai.

(5)

44 • Lalu bagian tengah kursi pantai ini terinspirasi dari bentuk congklak yang berbentuk

persegi panjang dan kotak lalu dibelakangnya diberi tambahan sanggahan untuk kepala yang mangadaptasi dari sistem kursi pantai yang ada kini.

• lalu yang terakhir adalah bagian penutup kepala yang terinspirasi dari payung kursi pantai yang diserderhanakan menjadi penutup kepala yang bisa dibuka tutup dan diberi motif tambahan yaitu bulat bulat yang mengadaptasi dari bentuk lubang lubang congklak yang berbentuk lingkaran.

• Dan bentuk bentuk yang lain mengadaptasi dari unsur unsur permaian tradisional congklak seperti laci penyimpanan dan sanggahan kaki yang mengunakan sistem buka tutup yang mengadaptasi dari congklak tasik yang bentuk congklaknya dapat dibuak dan ditutup.

Jadi kesluruhan desain furniture kursi pantai ini mengandung arti dan semuanya saling berhubungan satu sama lain.

(6)

45

Gambar 5.3. Sketsa metamorforsa Sumber : Hermawawn susanto2014

Gambar 5.4. Sketsa metamorforsa Sumber : Hermawawn susanto201

E. Desain Breakdown

Gambar 5.5. Desain Breakdown Sumber : Hermawan Susanto 2014

(7)

46 F. Desain alternative

Gambar 5.6. Desain Alternative Sumber : Achamd Roffi 2014

G. Desain Fix kursi Pantai Congklak

A= 80cm H = 6cm B = 70cm I=20cm C= 80cm J=200cm D=62cm K=42cm E= 180 cm L=60cm F= 40cm M=75cm G=62 cm N=134cm

(8)

47

Gambar 5.7. Desain fix Sumber : Achamd Roffi 2014

Pada bagian samping kursi merupakan salah satu bentuk eksporasi dari congklak, bentuk ini didesain dengan memperhatikan bentuk samping dari biji congklak yang diterapkan kedalam bentuk kursi pantai ini dengan bentuk samping yang seperti biji congklak ini diharapkan memberikan ciri sendiri kepada kursi pantai ini

Untuk sandaran didesain sesuai dengan ukuran lekuk pinggang manusia pada umumnya sehingga memberikn rasa rileksasi dan nyaman pada saat bersandar. Aspek yang tidak dapat terpisahkan dari sebuah kursi adalah aspek ergonomi, agar sebuah perancangan dapat memenuhi suatu sistem yang efektif, aman, nyaman dan efisien. Oleh sebab itu maka bentuk dan ukuran rancangan kursi harus diperhitungakan sesuai manusia. Dalam perancangan ini lebih mengedepankan presentase estetika dari pada presentase ergonomi,

(9)

48 namun desainer menggunakan panutan dimensi manusia diatas agar memudahkan dalam pengukuran desain kursi dan pembentukan ruang dalam, untuk kenyamanan kegiatan yang dilakuakan di sekitar kursi.

Keterangan gambar

A derajat kemirngan dudukan 100º B Panjang dudukan 134 cm

C Ketinggiaan dudukan 60 cm D Lebar dudukan 75 cm E Ketinggian penyangga 42 Diameter 10 cm

(10)

49 H. Ulasan Teknik

Berikut adalah ulasan teknis berkenaan dengan desain kursi pantai Ulasan meliputi dimensi, teknik pembuatan, perangkat pendukung dan bahan finishing.

1. Perhitungan Antropometris

Data perhitungan antropmoteri yang digunakan dalam proses perancangan didapat dari buku karangan Woodson dengan judul Human Factors Design Handbook.

A= 80cm H = 6cm B = 70cm I=20cm C= 80cm J=200cm D=62cm K=42cm E= 180 cm L=60cm F= 40cm M=75cm G=62 cm N=134cm

Gambar 5.8 Desain fix Sumber : Hermawawn susanto2014

2. Ukuran dan Teknik Sambung Modul Kayu

Pada perancangan ini media kayu multipleks mengunakan tehnik sambung seperti berikut

• utt joints : adalah teknik menyambung kayu membentuk siku yang paling mudah dilakukan. Sambungan untuk mengikat sambungan ini diperlukan bantuan paku, sekrup, atau lem. Kekurangannya sambungan ini agak kasar penampilannya.

(11)

50

Gambar 5.9. desain sambungan kayu Sumber : http://www.belfortfurniture.com

• Dowel adalah sistem sambungan kayu yang mirip dengan sistem Spline, yaitu kayu yang disambung dengan pasak ( Dowel ). Bedanya adalah kayu penyambungnya ( Dowel ) berbentuk bundar, dan cara penyambungannya adalah dengan membuat lubang pada kayu-kayu yang hendak disambung. Dowel biasalnya dibuat dengan alur atau gerigi, dengan tujuan agar menempel erat pada kayu yang disambung, dan pembuatan alur tersebut dimaksudkan agar deposit lem kayu lebih banyak. Dowel juga dapat divariasi dengan bentuk bertingkat atau disebut dengan Stepped Dowel.1

Gambar 5.10. desain sambungan kayu

Sumber http://vanilaputridsign.blogspot.com/2012/07/tektnik-tanggam.ht

(12)

51 3. Sliding rel/Ball-Bearing Glides

Dalam membuat rangka konstruksi rel ini dengan menggunakan ukuran ketebalan 1cm dan tinggi 4 cm inch agar lebih kuat dan tidak mudah lepas Penggunaan rel ini diplih untuk memudahkan saat membuka body samping kursi pantai ini dan memunculkan kesan mudah dan moderen.

Gambar 5.11. Sliding rel/Ball-Bearing Glides Sumber : http://www.metal-drawerslides.com 2014

Gambar 5.12. Sliding rel/Ball-Bearing Glides Sumber : Hermawan Susanto 2014 4.Material Finishing

Setelah komponen kursi selesai dibuat, selanjutnya dilakukan proses pelapisan material finishing. Material yang dipilih untuk hasil finishing nya adalah HPL dengan warna krem penulis menggunakan warna krem ini karena ingin menimbulkan unsur kayu yang sesuai dengan permainan congklak dan HPL memiliki bermacam ragam corak dan warna permukaan yang dapat kita gunakan, dan dari berbagai ragam tersebut yang paling banyak merupakan corak dan warna kayu dari berbagai jenis. Dan yang paling penting

(13)

52 HPL memiliki anti gores dan anti air kuat dan mudah dibentuk sesuai dengan alur kayu yang kita buat dan cocok untuk ditaruh di tempat yang basah

Gambar 5.13. jenis HPL

Sumber http://falcodepoudvar.hu

Gambar 5.14. finishing menggunakan HPL Sumber : Hermawan Susanto 2014

5.Sofa

Sofa secara umum dapat diartikan sebagai kursi panjang yang memiliki lengan dan sandaran, berlapis busa dan upholstery (kain pelapis). Istilah sofa berasal dari kata sopha yang memiliki arti sebagai tempat duduk seperti dipan (tempat tidur). Sofa di kursi pantai ini sebagai alas untuk istirahat selain itu berguna mempercantik tampilan dari kursi pantai ini dan memberikan kesan yang mewah dan bahan yang dipilih pun yang tahan dengan air dan mudah untuk dibersihkan

(14)

53

Gambar 5.15. finishing menggunakan sofa Sumber : Hermawan Susanto 2014

Referensi

Dokumen terkait

pelanggaran hukum yang di lakukan penanaman modal asing di Indonesia dengan cara melakukan koordinasi ke Badan koordinasi Penanaman Modal (BKPM)dengan berdasarkan

[r]

Nota: Kod-kod ini ditugaskan berdasarkan kegunaan yang paling biasa untuk bahan ini dan mungkin tidak menggambarkan bahan cemar yang disebabkan daripada penggunaan sebenar.

Model Kontekstual dinyatakan Riyanto (2009) bahwa pembelajaran kontekstual me- rupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya

Menurut Haniyah dan Jauhar (2014 : 165) “metode ekspositori merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.”

Mahasiswa dapat: memahami tentang biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan/investor , menghitung biaya modal dari sumber dana yang ada, memahami metode

Mahasiswa memahami mengenai perepresentasian dan perepresentasian dan pengorganisasian pengetahuan di dalam memori yang meliputi konsep, kategori, jaringan, dan skema,

Menurut Arikunto (2006: 53) Tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan