• Tidak ada hasil yang ditemukan

Supply Chain Management Tembakau Kabupaten Sumenep dengan Multi Supplier, Kelompok Tani, dan Gudang Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Supply Chain Management Tembakau Kabupaten Sumenep dengan Multi Supplier, Kelompok Tani, dan Gudang Perusahaan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

H34-39). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya.

Supply Chain Management Tembakau Kabupaten

Sumenep dengan Multi Supplier, Kelompok Tani,

dan Gudang Perusahaan

Kukuh Winarso(1), Sabarudin Akhmad(2), Achmad Nabil(3)

(1)(2)(3)Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang, kamal, Bangkalan, 69162

(1)Kukuhutm@gmail.com

ABSTRAK

Tembakau adalah komoditas perkebunan yang sangat diminati oleh masyarakat di kabupaten sumenep, hal ini disebabkan terdapat 25.000 Ha lahan potensial di kabupaten sumenep untuk menanam komoditas tersebut. Namun saat ini jumlah petani tembakau dari tahun ke tahun mulai berkurang, hal ini disebabkan harga penjualan tembakau pada petani sangat rendah. Penyebab utama dari rendahnya harga jual petani adalah permainan harga yang dilakukan oleh Bandol (Tengkulak) dan Ranting (Tengkulak Besar) dalam proses pendistribusian tembakau dari petani ke gudang perusahaan.

Dalam perancangan Supply Chain Management Tembakau kabupaten Sumenep, hal pertama yang dilakukan adalah mapping dari setiap elemen yang ada pada rantai pasok. Mapping yang dilakukan adalah dengan memberi label posisi dari setiap elemen pada aplikasi Google Maps, sehingga dapat diketahui jarak antar elemen tersebut. Selanjutnya adalah menyederhanakan rantai pasok dengan mengelompokkan kelompok tani yang ada dengan menggunakan metode

p-median menggunakan Matlab, sehingga didapatkan 12 pengelompokkan

kelompok tani bedasarkan kedekatan jarak antar kelompok tani. Dari rantai pasok yang dihasilkan maka selanjutnya adalah mengatur jalur distibusi dari setiap elemen yan ada dengan menggunakan software Matlab. Hasil software Matlab tersebut didapatkan pengaturan jalur distribusi dengan biaya operasional dan distribusi total paling minimum untuk setiap kelompok tani tembakau yang ada pada rantai pasok dengan total Rp. 8.003.547.924, sehingga keuntungan total petani menjadi meningkat sebanyak 16% dari keuntungan awal.

Kata Kunci : Mapping, Matlab, P-Median, Supply Chain Management, Tembakau

Kabupaten Sumenep.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Madura adalah pulau yang kaya sumber daya alam, baik sumber daya di sektor pertanian maupun peternakan. Komoditas pertanian yang diunggulkan di madura adalah tembakau, hal ini sesuai yang dilangsir di media elektronik bahwa madura merupakan 5 daerah terbesar penghasil tembakau di Indonesia (Alva, 2016). Komoditas tembakau di Indonesia memiliki jumlah produksi yang tinggi yaitu 163.187 ton per tahun dengan luas lahan total kebun tembakau 192.525 hektare (Kemenprin, 2015).

Di pulau madura terdapat 3 kabupaten menjadi sentra pembudidayaan tanaman tembakau yaitu, Kabupaten Pamekasan, Sumenep, dan Sampang. Pada kabupaten Sumenep terdapat 25.000 Ha lahan potensial yang dapat digunakan untuk membudidayakan tanaman tembakau. Walau dengan potensi yang ada dari tahun ke tahun jumlah petani tembakau terus menerun. Hal ini dikarenakan kesenjangan dan ketidak stabilan harga yang cukup besar antara kelompok tani dengan gudang tembakau perwakilan perusahaan disebakan karena ada permainan harga pada

(2)

pendsitribusian tembakau antara kelompok tani dengan pihak gudang perwakilan. Permainan harga ini dilakukan oleh pihak Bandol (Tengkulak) ,Ranting (Juragan), dan pihak gudang (Hasan, 2013). Dan berikut adalah hubungan dari setiap rantai pasok.

Dalam chain penjualan tembakau kelompok tani bisa menjual langsung ke dalam gudang perusahaan, tetapi pada kenyataannya chain tersebut tidak dilakukan oleh kelompok tani. Hal ini disebabkan beberapa masalah yang dihadapi oleh kelompok tani, yaitu waktu tunggu kelompok tani di gudang yang sangat lama dalam penjualan ke gudang perwakilan, biaya transportasi yang mahal, kelompok tani kurang memahami prosedur yang jelas dalam penjualan tembakau ke gudang, adanya permainan dalam penjualan tembakau di gudang oleh oknum di gudang, adanya kemudahan yang ditawarkan oleh bandul dan ranting dalam proses penjualan tembakau, kurang mengertinya kelompok tani dalam penentuan grade tembakau yang dihasilkan oleh kelompok tani, adanya keterikatan kelompok tani dengan bandul atau ranting dalam penanaman tembakau, dan cara beli pra panen yang diberikan bandul terhadap kelompok tani tembakau (Hasan, 2013).

Penyelsaian masalah rendahnya harga tembakau oleh kelompok tani adalah dengan menghilangkan titik rantai berupa bandol dan ranting pada pendistrubusian tembakau di kabupaten Sumenep, sehingga penjualan yang dilakukan oleh petani langsung ke gudang perusahaan.

B. Manfaat Penelitian

Dalam makalah ini membahas tentang supply chain management tembakau jenis bokabo di kabupaten sumenep. Penelitian yang dilakukan ini memeliki manfaat untuk memaksimalkan keuntungan dari petani dengan meminimalkan biaya distribusi pembelian bahan baku dan penjualan tembakau di kabupaten sumenep.

C. Batasan dan Asumsi

Dalam penelitian ini memiliki batasan yaitu, hanya membahas supply chain tembakau daerah kabupaten sumenep, tidak membahas penentuan kualitas dari tembakau jenis bokabo di kabupaten sumenep, dan tidak membahas penetuan harga jual tembakau jenis bokabo di kabupaten sumenep. Serta asumsi yang dipakai adalah kapasitas hasil tanaman sesuai dengan kondisi normal, biaya transportasi, penanaman, dan harga jual stabil, harga pembelian bibit tembakau jenis bokabo dan pupuk stabil, bandul dan ranting tidak ada pada rantai pasok tembakau di kabupaten sumenep.

II. METODOLOGI

A. Jenis dan Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010), jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat kuantitatif. Hal ini karena dalam peneltian ini data yang digunakan dapat diukur secara matematis yaitu data kapasitas produksi, harga jual, jarak untuk setiap chain, biaya transpotasi, dan lain-lain. Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehinggadiperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudianditarik kesimpulannya (sugiyono, 2007). Variabel-variabel penelitian didapatkan dari model supply chain tembakau bokabo. Dan berikut adalah model supply chain tembakau di kabupaten sumenep.

Dan berikut adalah indeks dan parameter yang digunakan dalam model supply chain

management temabakau madura.

Indeks:

i = Indeks untuk menyatakan penangkar j = Indeks untuk menyatakan toko pupuk k = Indeks untuk menyatakan Kelompok tani c = Indeks untuk menyatakan Gudang Perwakilan Parameter :

= harga bahan baku pupuk oleh toko pupuk j

= harga tembakau bokabo oleh gudang perusahaan c

(3)

= biaya tetap pengiriman dari toko pupuk j ke kelompok tani k

= biaya tetap pengiriman dari kelompok tani k ke gudang perusahaan c

= biaya pengiriman bahan baku bibit tembakau bokabo dari penangkar i ke poktan k = biaya pengiriman bahan baku pupuk dari toko pupuk j ke poktan k

= biaya pengiriman bahan baku pupuk dari kelompok tani k ke gudang perusahaan c = banyak permintaan tambakau bokabo pada gudang perusahaan c

= banyak permintaan bibit tembakau pada kelompok tani k = banyak permintaan pupuk pada kelompok tani k

= banyaknya bibit yang dikirim dari penangkar i ke kelompok tani k = banyaknya pupuk yang dikirim dari toko pupuk j ke kelompok tani k

= banyaknya produk tembakau bokabo p yang dikirim dari kelompok tani k ke gudang perusahaan c

= Banyak bibit yang dihasilkan oleh penangkar i = Banyak pupuk yang tersedia pada toko pupuk j

= Banyak produk tembakau yang dihasilkan oleh kelompok tani k = jarak antara penangkar i ke kelompok tani k

= jarak antara toko pupuk j ke kelompok tani k

= jarak antara kelompok tani k ke gudang perusahaan c = Kapasitas maksimum kendaraan untuk mengakut bibit = Kapasitas maksimum kendaraan untuk mengakut pupuk

= Kapasitas maksimum kendaraan untuk mengakut tembakau

B. Metode Penyelesaian

Dalam penyelesaian permaslahan suppy chain management tembakau kabupaten sumenep ada beberapa tahapan yang dilalui, yaitu:

1. Mapping

Mapping ini bertujuan untuk memetakan seluruh chain yang ada dari toko pupuk,

penangkar bibit, kelompok tani, ranting, dan gudang perwakilan menggunakan aplikasi bantuan Google Maps.

2. Pengelompokan kelompok tani

Pengelompokkan mengunakan metode p-median.

Fungsi obyektif (1) Fungsi Pembatas (2) (3) (4) (5) (6) Keterangan

n = total titik kelompok tani dij = jarak antara titik i dan j

xij = 1 jika titik i menjadi anggota pada titik cluster pada poin j; 0 untuk lainnya yj = 1 jika titik cluster terletak pada poin j; 0 untuk lainnya

p = jumlah cluster yang di inginkan 3. Perbaikan model supply chain.

Dalam proses ini di lakukan perbaikan model supply chain yang ada, perbaikan ini dilakukan karena rantai pasok yang terlalu penjang yang menyebabkan harga jual tembakau pada petani rendah. Dan berikut adalah modelnya.

(4)

Penangka r Bibit Toko Pupuk Prancak 95 Bokabo Cangkre ng Jebon Rajeh, Kenik Urea ZA SP-36 Phonska Organik POKTAN BANDUL Ranting Gudang Perwakila n Perajangan dan Pengemasan (a) Penangk ar Bibit Toko Pupuk Prancak 95 Bokabo Cangkr eng Jebon Rajeh, Kenik Urea ZA SP-36 Phonsk a Organik Petani Gudang Perwakil an Perajangan dan Pengemasa n (b)

Gambar 1 (a) model SCM tembakau awal (b) model SCM Tembakau Perbaikan

4. Pembuatan fungsi objektif dan pembatas untuk model SCM tembakau bokabo kabupaten Sumenep

Fungsi obyektif 1 (Penangkar dan kelompok tani)

(7)

Fungsi Obyektif 2 (Toko pupuk dan kelompok tani)

(8) Fungsi Obyektif 3 (Kelompok tani dan gudang tembakau)

(5)

Fungsi Kendala (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) 5. Verifikasi dan validasi model

Setelah itu model yang dibuat dilakukan verifikasi dan validasi pada model tersebut. 6. Penyelesaian distribusi

Selanjutnya adalah penyelesaian distrubsi menggunakan program Matlab sesuai dengan model yang dibuat sebelumnya.

7. Penyajian hasil distribusi

Penyajian hasil distribusi disajikan dalam bentuk gambar, yaitu peta distribusi untuk masing-masing rantai.

III. HASIL dan PEMBAHASAN

Dari hasil program Matlab telah didapatkan distribusi dari masing-masing chain yang memberikan biaya yang minimum. Hasil tersebut disajikan dalam peta distribusi untuk masing-masing chain. Dan berikut adalah hasilnya.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2 (a) peta seluruh fasilitas pada SCM tembakau kabuapten Sumenep (b) peta distribusi

kelompok tani ke toko pupuk (c) peta distribusi kelompok tani ke penangkar bibit (d) peta distribusi kelompok tani ke gudang perusahaan

Dengan menggunakan peta distribusi yang telah dibuat, diharapkan keteraturan dalam pendistribusian baik dari bibit, pupuk, maupun tembakau hasil panen. Dan penggunaan peta distribusi tersebut mengahasilkan peningkatan keuntungan petani yaitu, harga jual tembakau dari

(6)

Rp. 35.000 menjadi sebesar Rp. 42.000 per kilonya. Dan keuntungan total yang diperoleh pada sistem meningkat dari model lama sebesar Rp. 177.394.823.353 menjadi Rp. 205.693.725.826 pada model Supply Chain yang baru. Hal tersebut diterjadi karena penghilangan rantai pada bandol dan ranting sehingga biaya distribusi berkurang sehingga keuntungan total pada sistem bertambah. Dan juga dengan menghilangkan bandol dan ranting maka harga tembakau yang diperoleh adalah harga langsung dari gudang yaitu antara Rp. 35.000 menjadi sebesar Rp. 42.000 per kilonya.

IV. PENUTUP

Dalam perancangan distribusi pada kelompok tani yang banyak maka dilakukan pengelompokkan pada kelompok tani tersebut menggunkan metode p-median. Sehingga pengelompokkan tersebut dapat menjadikan 385 titik menjadi 15 titik sebagai titik perwakilan dalam perancangan distribusi tembakau di kabupaten Sumenep. Dan setelah itu dari setiap kelompok tersebut di pecah sehingga dapat diketahui distribusi sebenarnya.

Penggunaan SCM pada distrubusi tembakau kabupaten sumenep dapat menghasilkan keteraturan dalam pendistrubusian untuk masing-masing rantai yaitu, kelompok tani ke penangkar, kelompok tani ke toko pupuk, kelompok tani ke gudang perusahaan. Sehingga kelompok tani tidak merasa kebingungan dalam proses pemebelian bahan baku maupun penjualan hasil tembakau, karena sudah diatur terlebih dahulu. Dan penggunaan dari peta distribusi yang dibuat dapat meningkatkan harga tembakau dari Rp. 35.000 menjadi sebesar Rp. 42.000 per kilonya. Dan keuntungan total yang diperoleh pada sistem meningkat dari model lama sebesar Rp. 177.394.823.353 menjadi Rp. 205.693.725.826 pada model Supply Chain yang baru.

DAFTAR PUSTAKA

Alva, A., 2016, Penghasil Tembakau Indonesia - Ini Lho Daerah Produsen Bahan Dasar Rokok, Ada Negeri di Atas Awan, http://travel.tribunnews.com/2016/08/18/penghasil-tembakau-indonesia-ini-lho-daerah-produsen-bahan-dasar-rokok-ada-negeri-di-atas-awan (diakses 18 Agustus 2017)

Hasan, F., 2013, "Prospek Dan Tantangan Usahatani Tembakau Madura". SEPA, hlm 63-70. Kemenprin, 2015, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Retrieved from Produksi

Tembakau Siap Bangkit, http://www.kemenperin.go.id/artikel/13782/Produksi-Tembakau-Siap-Bangkit (diakses 15 Agustus 2017)

Mattfeld, D. C. (2006). The Management Of Transshipment Terminals Decision Support For

Terminal Operations In Finished Vehicle Supply Chains. United States of America:

pringer Science & Business Media, Inc.

Pujawan, I. N., & ER, M. (2010). Supply Chain Management. Surabaya: Guna Widya.

Rivai, M., 2017, Surya. Retrieved from Kilau Daun Emas yang Kian Redup, Tembakau Dulu Primadona, Kini Merana, http://surabaya.tribunnews.com/2017/02/01/kilau-daun-emas-yang-kian-reduptembakau-dulu-primadona-kini-merana?page=all (diakses 13 Agustus 2017)

Shapiro, J. F., 2001, Modeling The Supply Chain, United Stated Of America: Duxbury Thomson Learning.

Sugiyono, 2007, Statistik untuk Penelitian, Jakarta: Alfabeta.

Gambar

Gambar 1 (a) model SCM tembakau awal (b) model SCM Tembakau Perbaikan

Referensi

Dokumen terkait

Mawas diri dan koreksi diri setelah mengimani Hadhrat Masih Mau’ud as; Tuhan takkan mempedulikan kita bila kita mengalami kemerosotan moral; terdapat kekacauan dan kerusakan dan

Dengan kendala tahap persediaan terkontrol supply chain model dari supplier, gudang, pabrik, toko hingga pelanggan dan multi periode, maka susunan model untuk fungsi tujuan

Kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian Zumiati (2014) bahwa persentase rasio berat daging basah pada kerang yang berukuran kecil lebih tinggi dibandingkan

Metode pembelajaran di Sekolah Alam tidak terpatok dengan metode ceramah atau metode klasikal tetapi lebih banyak dengan metode bergerak, anak berkebutuhan khusus tidak

Berdasarkan hasil analisis data pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tahfidz al-Qur’an dengan bahasa Arab santri di SMP PPPA

2004 Lokakarya Pembangunan Berwawasan Budaya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Pusat Studi Pariwisata UGM, Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang Pembicara. 2004

Petani hanya mengandalkan sumber pakan lokal dan baru sebagian kecil yang menggunakan hijauan pakan unggul, karena belum tersedianya sumber pakan ternak yang bisa diolah menjadi

Hasil identifikasi kepada 6 ibu hamil dan keluarga dengan anak usia 0-23 bulan menunjukkan bahwa kejadian stunting berkaitan dengan praktek pengasuhan anak yang kurang