• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Sarana komunikasi telah menjadi bagian yang penting dari kehidupan manusia pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Sarana komunikasi telah menjadi bagian yang penting dari kehidupan manusia pada"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sarana komunikasi telah menjadi bagian yang penting dari kehidupan manusia pada zaman modern seperti sekarang ini,. Hal ini dikarenakan komunikasi merupakan sarana utama bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk bertukar informasi dari satu pihak ke pihak lainnya. Seiring dengan perkembangan teknologi di segala bidang saat ini, perkembangan sarana komunikasi pun telah berlangsung dengan cepat. Mulai dari sarana komunikasi yang sangat sederhana sebelum tahun 1990 sampai sarana komunikasi yang mewah yang banyak dijumpai diabad 21 ini. Banyaknya jenis dan jumlah sarana komunikasi telah banyak mengalami perkembangan yang pesat. Salah satu dari sarana komunikasi yang mengalami perkembangan pesat adalah telepon seluler (ponsel).

Ponsel merupakan salah satu bentuk sarana komunikasi yang sudah banyak dimiliki oleh masyarakat dan sudah menjadi kebutuhan yang sangat bagi manusia karena pada saat sekarang ini,ponsel merupakan jembatan komunikasi dalam bertukar informasi antara satu dengan yang lainnya. Pada umumnya masyarakat membeli ponsel untuk menikmati fitur telepon dan pesan singkat untuk bertukar informasi. Namun, selain itu pemilik ponsel juga ingin menikmati fitur yang lain, seperti: kamera, mp3, video player, dan Internet yang kita ketahui sebagai salah satu fitur yang sangat diminati oleh konsumen karena kita bisa mendapatkan informasi serta berkomunikasi dengan menggunakan internet.Ponsel juga dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi seseorang, selain itu dengan kita memiliki ponsel maka dapat meningkatkan prestise.

Banyak pilihan produk yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Masing-masing perusahaan berusaha untuk mendiferensiasikan produknya supaya mempunyai keunikan dan karakteristik yang unik, sehingga dapat menimbulkan daya tarik

(2)

dan minat konsumen untuk melakukan pembelian. Hal itu telah menimbulkan persaingan antar perusahaan karena masing-masing perusahaan berusaha untuk mempertahankan pangsa pasarnya atau bahkan memperluas pangsa pasarnya dan memperoleh keuntungan maksimal.

Produk yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan kepada para konsumen begitu variasi, maka konsumen akan lebih selektif dalam menyeleksi produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan, supaya produk yang dibelinya sesuai dengan kebutuhannya. Masing–masing perusahaan berusaha untuk mendifferensiasikan produknya supaya mempunyai keunikan dan karakteristik yang unik, sehingga dapat menimbulkan daya tarik dan minat konsumen untuk melakukan pembelian. Hal itu telah menimbulkan persaingan antara perusahaan telekomunikasi karena masing–masing perusahaan berusaha untuk mempertahankan pangsa pasarnya atau bahkan memperluas pangsa pasarnya dan memperoleh keuntungan maksimal. Sebagai contoh produsen ponsel asal Canada, Perusahaan Research in Motion(RIM) yang memproduksi ponsel Blackberry, melanjutkan dominasi di pasar ponsel dengan keunikannya dalam keunggulan komunikasi.

Blackberry sebagai ponsel yang sangat fenomenal, juga berhasil menguasai pangsa pasar ponsel dengan penjualan ponsel blackberry tumbuh mencapai 494% di Indonesia (www.detik.com). Ponsel Blackberry menyediakan fitur yang canggih pada produk yaitu fitur internet dan BlackBerry juga menyediakan software Messenger built-in sehingga memungkinkan penggunanya bisa menggunakannya sepuasnya, dengan tarif flat, sehingga lebih irit daripada menelepon secara langsung dan fitur lainnya. Satu faktor yang mengendalikan kesuksesan BlackBerry di Indonesia selain biaya yang rendah juga kecanduan berkirim pesan dan posting Facebook (www.vivanews.com). Hal ini merupakan salah satu fitur yang paling digemari oleh masyarakat khususnya anak-anak muda pada saat sekarang, dalam hal ini mahasiswa, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(3)

Blackberry memang digemari oleh masyrakat di Indonesia karena kelebihan produk tersebut dan tampilan yang unik. Tetapi Blackberry juga memiliki kelemahan pada produknya. Banyak konsumen ponsel blackberry yang sudah merasakan kekurangan tersebut setelah memiliki ponsel blackberry sebagai contoh Blackberry Strom, menurut analisis dari

The New York Times, untuk BlackBerry edisi Storm, memiliki beberapa kelemahan, yakni

konsep touchscreen yang bermaksud menyamai touchscreen iPhone. Pada blackberry tipe Bold juga memiliki kelemahan yaitu kondisi baterai yang kurang bagus dan cepat timbul panas pada keyboard dan kelemahan lainnya. Banyak konsumen yang mengeluh akan kekurangan dari ponsel Blackberry tersebut.

Blackberry juga memiliki berbagai informasi baik informasi yang positif maupun negatif mengenai ponsel merek Blackberry, hal ini akan membuat konsumen merasa dihadapkan pada suatu kondisi yang membingungkan, dimana kepercayaan mereka tidak “sejalan bersama”. Pada awalnya,mereka terpengaruh oleh kelebihan dari produk tersebut tanpa mengetahui kekurangannya. Hal inilah yang akan mengakibatkan timbulnya disonansi pada konsumen.

Menurut Kotler dan Amstrong (2003:228): disonansi kognitif adalah ketidak-nyamanan pembeli karena konflik setelah pembelian. Kondisi disonansi kognitif pembeli dapat diukur dengan tiga dimensi yaitu emosional, kebijaksanaan pembelian dan perhatian setelah transaksi. Seorang konsumen akan mengalami disonansi kognitif pasca melakukan pembelian suatu produk, terutama produk mahal seperti ponsel Blackberry .

Konsumen pasti dapat merasakan terjadinya disonansi kognitif atau tidak setelah melakukan pembelian produk ponsel Blackberry. Untuk mengetahui hal tersebut maka penulis melakukan penelitian terlebih dahulu. Dari hasil penelitian pendahuluan yang penulis lakukan pada beberapa pemilik ponsel Blackberry, ternyata diketahui bahwa mereka

(4)

mengalami disonansi kognitif walaupun tingkatnya rendah. Disonansi kognitif tersebut terjadi karena pemilik/konsumen tersebut mendapatkan kekurangan yang terdapat pada ponsel Blackberry. Hal inilah yang menimbulkan disonansi kognitif

Dari fenomena di atas, penulis akan meneliti tentang “Analisis Disonansi Konsumen Pemilik Ponsel Blackberry Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: “Faktor-faktor apa saja yang membentuk Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Ponsel Blackberry pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara?”

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan, dan dieborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi, dan survei literatur (Kuncoro, 2003:4).

Penelitian 22 item yang didesain oleh Sweeney, Hausknecht, dan Soutar

(2000:369-385) menyatakan bahwa Disonansi Koginitif (Cognitive Dissonance) dapat diukur dengan tiga dimensi yaitu: Emosional (Emotional), Kebijaksanaan Pembelian (Wisdom of Purchase), Perhatian Setelah Transaksi (Concern Over the Deal). Maka dalam kerangka penelitian ini dikemukakan variabel yang akan diteliti yaitu: Emosional (Emotional), Kebijakan Pembelian

(5)

Emosional (Emotional) adalah ketidaknyamanan psikologis yang dialami seseorang terhadap keputusan pembelian. Kebijaksanaan Pembelian (Wisdom of Purchase) adalah ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian, dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka sangat membutuhkan produk tersebut atau apakah mereka telah memilih produk yang sesuai. Perhatian Setelah Transaksi (Concern Over the Deal) adalah ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka telah dipengaruhi oleh tenaga penjual yang bertentangan dengan kemauan atau kepercayaan mereka. Dimensi ini menghasilkan 22 item yang dapat digunakan untuk mengukur Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance).

Sumber.Sweeny, Hausknecht, dan Soutar (2000)(diolah)

Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance)

1. Emosional

2. Kebijaksanaan Pembelian 3. Perhatian Setelah Transaksi

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual diatas menjelaskan bahwa Emosional (Emotional), Kebijaksanaan Pembelian (Wisdom of Purchase), Perhatian Setelah Transaksi (Concern Over

the Deal) berpengaruh terhadap pembentukan Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance).

2. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara atas rumusan masalah, yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis (Sugiono, 2003:306). Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah: “Faktor- faktor yang mempunyai pengaruh terhadap pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Ponsel Blackberry pada mahasiswa fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara”.

(6)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang membentuk Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Ponsel Blackberry Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Univesitas Sumatera Utara

b. Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor utama yang membentuk Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Ponsel Ponsel Blackberry Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Univesitas Sumatera Utara

2. Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan

Sebagai sumbangan informasi dan pengetahuan agar dapat meningkatkan penjualan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelanggannya.

b. Bagi Departemen Manajemen FE USU

Menambah koleksi skripsi di perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

c. Bagi Penulis

Untuk memperdalam pengetahuan di bidang manajemen pemasaran mengenai perubahan sikap konsumen pasca pembelian.

d. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang.

(7)

E. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini, sebagai berikut:

a. Ponsel yang diteliti adalah merek Blackberry minimal 2 bulan memakai.

b. Variabel independen yaitu variabel Emosional (Emotional), Kebijaksanaan Pembelian

(Wisdom of Purchase), Perhatian Setelah Transaksi (Concern Over the Deal).

c. Responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Definisi Operasional Variabel

Penguraian definisi operasional varibel-variabel yang akan diteliti merupakan suatu cara untuk mempermudah pengukuran variabel penelitian. Selain itu juga memberi batasan-batasan pada obyek yang akan diteliti.

a. Emosional (Emotional)

Emosional adalah ketidaknyamanan psikologis yang dialami seseorang terhadap keputusan pembelian.Dengan kata lain emosional dapat terbentuk melalui situasi psikologis yang konsumen alami ketika dia mempertanyakan apakah tindakan yang dilakukan denagan membeli suatu produk telah tepat.

b. Kebijaksanaan Pembelian (Wisdom of Purchase)

Kebijaksanaan pembelian adalah ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah melakukan pembelian,dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka sangat membutuhkan produk tersebut atau apakah mereka telah memilih produk yang sesuai. Dalam hal ini konsumen mulai mempertanyakan apakah dia telah membeli suatu barang atau produk yang benar dengan apa yang dibutuhkannya.

(8)

c. Perhatian Setelah Transaksi (Concern Over the Deal)

Perhatian setelah transaksi adalah ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka telah dipengaruhi oleh tenaga penjual yang bertentangan dengan kemauan atau kepercayaan mereka. Perhatian setelah transaksi berkaitan dengan kekecewaan konsumen dimana pada kondisi ini konsumen cenderung kurang yakin dengan keputusan yang telah dibuatnya oleh dirinya sendiri.

Pada Tabel 1.1 berikut,menggambarkan definisi operasional variabel yang akan digunakan dalam penelitian.

Tabel 1.1

Definisi operasional Variabel

Tabel 1.1 Lanju tan

Variabel Definisi Variabel Indikator Alat

Variabel Definifi Variabel Indikator Alat

Ukur 1.Emosioanal Ketidaknyamanan Psikologis yang dialami seseorang terhadap keputusan pembelian 1.Membuat sesuatu kesalahan pembelian 2.putus asa; 3.menyesal; 4.kecewa; 5.takut; 6.hampa; 7.marah; 8.cemas; 9.kesal; 10.frustrasi; 11.sakit hati; 12.depresi;

13.marah dengan diri sendiri; 14.muak; 15mendapat masalah. Skala likert 2.Kebijaksanaan pembelian Ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi

pembelian,dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka merasa butuh atau telah sesuai membeli suatu produk

1.merasa tidak membutuhkan

2.merasa tidak perlu membeli;

3.telah membuat pilihan yang tidak tepat;

4.telah melakukan hal yang tidak tepat untuk membeli

Skala Likert

(9)

Ukur 3.Perhatian Setelah Pembelian Ketidaknyamanan yang dialami seseorang setelah transaksi pembelian dimana mereka bertanya-tanya apakah mereka telah dipengaruhi oleh tenaga penjual yang bertentangan dengan kemauan atau kepercayaan mereka

1.Mereka terkejut karena

telah membuat kesalahan dengan melakukan persetujuan pembelian

2.Merasa telah membuat

ketololan dengan melakukan persetujuan pembelian

3.merasa terkejut karena tenaga penjula membuat bingung anda.

Skala Likert

Sumber.Sweeny, Hausknecht, dan Soutar (2003)(diolah)

3. Pengukuran Variabel

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah faktor Emosional (Emotional), Kebijaksanaan Pembelian (Wisdom of Purchase), dan Perhatian Setelah Transaksi (Concern

Over the Deal). Menurut Sugiono(2006:84), skala pengukuran merupakan kesepakatan yang

digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam satu alat ukur,sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Ketiga variabel tersebut diukur dengan Skala Likert yaitu digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiono, 2006:104). Peneliti memberikan lima alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 5 untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian, yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

(10)

Tabel 1.2

Instrumen Skala Likert

No. Alternatif Jawaban Skor

1. Sangat Setuju (SS) 5

2. Setuju (S) 4

3. Kurang Setuju (KS) 3

4. Tidak Setuju (TS) 2

5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Sumber: Sugiono (2006:105)

Pada penelitian ini, responden diharuskan memilih salah satu dari sejumlah alternatif jawaban yang tersedia, kemudian masing-masing jawaban diberi skor tertentu(5,4,3,2,1). Skor jawaban dari responden dijumlahkan dan merupakan total skor. Total skor inilah yang ditafsir sebagai posisi responden dalam Skala Likert.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan Mei 2010 – Juli 2010. Tempat penelitian adalah Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, jl.Universitas Kampus Universitas Sumatera Utara.Medan.

5. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajari suatu objek penelitian (Kuncoro, 2003 : 103). Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakulytas Hukum Universitas Sumatera Utara yang memiliki ponsel Blackberry yang jumlahnya tidak diketahui sehingga untuk menentukan jumlah sample digunakan rumus sebagai berikut (Yuswianto, 2008):

(11)

(Zα) 2 (p)(q) n = ——————

d2

Keterangan: n = Jumlah sampel

Zα = Nilai standard normal yang besarnya tergantung α, bila α = 0,05 → z = 1,67

bila α = 0,01 → z = 1,96

p = Estimator proporsi populasi q = 1 – p

d = Penyimpangan yang di tolerir

Untuk memperoleh n (jumlah sampel) yang besar dan nilai p belum diketahui, maka dapat digunakan p = 0,5. Dengan demikian, jumlah sampel yang mewakili populasi dalam penelitian ini adalah:

2 2

d

(p)(q)

)

(Z

n

2 2 d (0,5)(0,5) (1,96) n  n = 96,04 = 96 orang

Metode penelitian sampel menggunakan Metode Aksidental sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kebetulan, artinya siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sample, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2005 : 77) dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan yaitu telah memakai ponsel blackberry minimal selama 2 bulan

(12)

6. Jenis dan sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu:

a. Data Primer menurut Kuncoro (20003: 136) adalah data yang dikumpulkan dari sumber-sumber asli. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari hasil kuesioner penelitian Analisis Pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Ponsel Blackberry pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

b. Data sekunder menurut Kuncoro (2003:136) adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. Data sekunder ini diperoleh melalui studi pustaka, internet, majalah, dan tabloid.

7. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ialah: a. Daftar Pertanyaan (Questionaire)

Menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden terpilih tentang bagaimana pengaruh faktor Emotional, Wisdom of Purchase, dan Concern Over the Deal berpengaruh terhadap pembentukan Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Ponsel Blackberry pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara secara langsung dengan pihak-pihak yang berhak dan berwenang. c. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dibuat untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam buku yang memberikan landasan bagi perumusan hipotesis, penyusunan kuesioner, dan pembahasan teoritis. Peneliti juga menyertakan informasi yang didapat melalui artikel yang relevan dari jurnal-jurnal ilmiah dan buku-buku lain yang berkaitan dengan penelitian.

(13)

8. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan oleh peneliti untuk menguji apakah suatu kuesioner layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur melakukan tugasnya mencapai sasarannya. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar. Reliabilitas menunjukkan akurasi dan konsistensi dari pengukurannya. Dikatakan konsisten jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang berbeda (Jogiyanto,2004). Adapun tempat untuk menguji validitas dan reliabilitas tersebut adalah di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan yang jumlahnya 30 0rang. Uji validitas dan reliabilitas ini menggunakan alat bantu SPSS versi 15.0 for windows.

a. Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 15.0, dengan kriteria sebagai berikut

Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan tersebut valid

Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak valid

b. Uji Reliabilitas

Uji ini dilakukan setelah uji validitas dan yang diuji merupakan pertanyaan yang sudah valid. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

Jika ralpha > rtabel, maka kuesioner reliabel

Jika ralpha < rtabel, maka kuesioner tidak reliabel

9. Teknik Analisis Data a. Analisis Deskriptif

(14)

Analisis deskriptif adalah salah satu dari metode analisis, dengan cara data disusun dan dikelompokkan, kemudian dianalisis sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan.

b. Analisis Faktor

Analisis faktor digunakan untuk mereduksi faktor sehingga didapat faktor-faktor utama yang membentuk Disonansi Kognitif Konsumen Pemilik Ponsel Blackberry Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penelitian ini, analisis faktor menggunakan bantuan aplikasi software SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version.

Proses dasar dari analisis faktor, adalah:

1. Menentukan variabel yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, variabel yang akan dianalisis adalah variabel Emosional (Emotional) yang terdiri dari 15 faktor yaitu telah membuat sesuatu yang salah (1), merasa putus asa (2), merasa menyesal (3), merasa kecewa dengan diri sendiri (4), merasa takut(5), merasa hampa (6), merasa marah (7), merasa cemas atau khawatir (8), merasa kesal atau jengkel (9), merasa frustrasi (10), merasa sakit hati (11), merasa depresi (12), merasa marah dengan diri sendiri (13), merasa muak (14), mendapat masalah (15). Variabel Kebijaksanaan Pembelian (Wisdom of Purchase) terdiri dari 4 faktor yaitu merasa bahwa telah melakukan hal yang tepat untuk membeli ponsel Blackberry (16), merasa bahwa sangat membutuhkan ponsel Blackberry (17), merasa bahwa seharusnya tidak perlu membeli suatu apapun (18), dan merasa bahwa telah membuat pilihan yang tepat (19). Variabel Perhatian setelah Transaksi (Concern Over the Deal) terdiri dari 3 faktor yaitu terkejut bahwa telah melakukan kesalahan dengan persetujuan yang dibuat (20), telah melakukan suatu ketololan (21), terkejut bahwa tenaga penjual telah membuat bingung (22).

(15)

2. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan dengan menggunakan metode

Bartlett test of sphercity serta pengukuran MSA (Measure of Sampling Adequacy).

Hipotesis untuk signifikansi adalah:

Ho = Sampel (variabel) belum memadai untuk dianalisis lebih lanjut Hi = Sampel (variabel) sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut Kriteria dengan melihat probabilitas (signifikan):

Angka Sig.>0,05 maka Ho diterima Angka Sig,<0,05 maka Ho ditolak

Angka MSA berkisar antara 0 sampai 1, dengan kriteria:

MSA-1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain MSA>0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalis lebih lanjut

MSA<0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan variabel lainnya.

Dasar MSA ini akan digunakan untuk menganalisis setiap variabel.

3. Hasil Anti Image Matrics perlu diperhatikan, khususnya pada angka korelasi yang bertanda a (arah diagonal dari kiri atas ke kanan bawah). Dengan kriteria angka MSA seperti dibahas di atas, maka apabila terlihat MSA variabel tidak memenuhi batas 0,5 maka variabel tersebut dikeluarkan kemudian pengujian diulang lagi. Misal ada lebih dari satu variabel yang mempunyai MSA di bawah 0,5 maka yang dikeluarkan adalah variabel dengan MSA terkecil, dan tentunya proses pengujian tetap diulang.

4. Melakukan proses inti pada analisis faktor, yakni factoring atau melakukan ekstraksi terhadap sekumpulan variabel yang ada, sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Banyak metode untuk melakukan proses ekstraksi, namun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode yang paling populer digunakan yaitu Principal

(16)

5. Interpretasi atas faktor yang telah terbentuk, khususnya memberi nama atas faktor yang terbentuk tersebut yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan yang terjadi setelah adanya pelatihan dan sosialisasi Dombii adalah menurunnya angka mortalitas anak domba akibat kelahiran prolifik,

Diantaranya kandungan dalam telur dan ayam yang memiliki kalori, protein, lemak dan karbohidrat yang baik untuk tubuh, kandungan dalam daging sapi adalah protein, vitamin B12

Seperti yang telah dibahas pada bagian pendahuluan, PKM Kewirausahaan “Usaha Jasa Video Shooting &amp; Editing - Komunitas Multimedia Mahasiswa PPTI UKSW Salatiga” ini

:ari pengertian kompon&#34; diketahui bah*a dalam proses pembuatannya digunakan baha-bahan kimia yang ditambahkan pada bahan baku karet untuk  memperoleh si'at 'isik

Dinas Perikanan Kabupaten Lumajang memiliki tugas pokok dan fungsi membantu Bupati Lumajang dalam pelaksanaan penyelenggaraan pembangunan di bidang Kelautan dan perikanan

• Persoalan Organisasi &amp; Manajemen Kompleks • Teori manajemen klasik : Organisasi Mekanistik • Karakteristik: Sentralisasi tinggi Spesialisasi tugas Disiplin Aturan

1) Pelaksanaan Upacara Ngerasakin perlu disebar luaskan kepada semua masyarakat di Desa Banyuatis khususnya yang belum mengerti mengenai, bentuk, fungsi maupun

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37 ayat (2) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 31 Tahun 2018