• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PERATURAN PEMERINTAH

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 33 TAHUN 2012

TENTANG

PEMBERIAN AIR SUSU IBU

EKSKLUSIF

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012

(4)
(5)



PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

DAFTAR ISI

Peraturan Pemerntah Republk Indonesa Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberan Ar Susu Ibu Eksklusf ... Bab I Ketentuan Umum ... Bab II Tanggung Jawab ... Bab III Ar Susu Ibu Eksklusf ... Bab IV Penggunaan Susu Formula Bay Dan

Produk Bay Lannya ... Bab V Tempat Kerja Dan Tempat Sarana

Umum ... Bab VI Dukungan Masyarakat ... Bab VII Pendanaan ... Bab VIII Pembnaan Dan Pengawasan ... Bab IX Ketentuan Peralhan ... Bab X Ketentuan Penutup ... Penjelasan Atas Peraturan Pemerntah Republk Indonesa Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberan Ar Susu Ibu Eksklusf ...

1 2 5 9 15 25 29 30 30 32 33 37

(6)
(7)

1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 PERATURAN PEMERINTAH

REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

TENTANG

PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

ketentuan Pasal 129 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Pemerntah tentang Pemberan Ar Susu Ibu Eksklusf;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2)

Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945;

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

(8)

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kese-hatan (Lembaran Negara Republk Indonesa Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republk Indonesa Nomor 5063);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH

TEN-TANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerntah n yang dmaksud dengan:

1. Ar Susu Ibu yang selanjutnya dsngkat ASI adalah caran hasl sekres kelenjar payudara bu.

2. Ar Susu Ibu Eksklusf yang selanjutnya dsebut ASI Eksklusf adalah ASI yang dberkan kepada Bay sejak dlahrkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/ atau menggant dengan makanan atau mnuman lan.

(9)

3

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

3. Bay adalah anak dar baru lahr sampa berusa 12 (dua belas) bulan.

4. Keluarga adalah suam, anak, atau keluarga sedarah dalam gars lurus ke atas dan ke bawah sampa dengan derajat ketga. 5. Susu Formula Bay adalah susu yang secara

khusus dformulaskan sebaga penggant ASI untuk Bay sampa berusa 6 (enam) bulan. 6. Fasltas Pelayanan Kesehatan adalah suatu

alat dan/atau tempat yang dgunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, bak promotf, preventf, kuratf maupun rehabltatf yang dlakukan oleh Pemerntah, Pemerntah Daerah, dan/atau masyarakat.

7. Tenaga Kesehatan adalah setap orang yang mengabdkan dr dalam bdang kesehatan serta memlk pengetahuan dan/ atau keteramplan melalu penddkan d bdang kesehatan yang untuk jens tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

8. Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dmana tenaga kerja bekerja, atau yang serng dmasuk tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dmana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.

(10)

9. Pemerntah Pusat yang selanjutnya dsebut Pemerntah adalah Presden Republk Indonesa yang memegang kekuasaan pemerntahan negara Republk Indonesa sebagamana dmaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945.

10. Pemerntah Daerah adalah gubernur, bupat, atau walkota, dan perangkat daerah sebaga unsur penyelenggara pemerntahan daerah.

11. Menter adalah menter yang menye-lenggarakan urusan pemerntahan d bdang kesehatan.

Pasal 2

Pengaturan pemberan ASI Eksklusf bertujuan untuk:

a. menjamn pemenuhan hak Bay untuk mendapatkan ASI Eksklusf sejak dlahrkan sampa dengan berusa 6 (enam) bulan dengan memperhatkan pertumbuhan dan perkembangannya;

b. memberkan perlndungan kepada bu dalam memberkan ASI Eksklusf kepada baynya; dan

(11)

5

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

c. menngkatkan peran dan dukungan Kelu-arga, masyarakat, Pemerntah Daerah, dan Pemerntah terhadap pemberan ASI Eksklusf.

BAB II TANGGUNG JAWAB

Bagian Kesatu Tanggung Jawab Pemerintah

Pasal 3

Tanggung jawab Pemerntah dalam program pemberan ASI Eksklusf melput:

a. menetapkan kebjakan nasonal terkat program pemberan ASI Eksklusf;

b. melaksanakan advokas dan sosalsas program pemberan ASI Eksklusf;

c. memberkan pelathan mengena program pemberan ASI Eksklusf dan penyedaan tenaga konselor menyusu d Fasltas Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum lannya;

d. mengntegraskan mater mengena ASI Eksklusf pada kurkulum penddkan formal dan nonformal bag Tenaga Kesehatan;

(12)

e. membna, mengawas, serta mengevaluas pelaksanaan dan pencapaan program pemberan ASI Eksklusf d Fasltas Pelayanan Kesehatan, satuan penddkan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegatan d masyarakat;

f. mengembangkan lmu pengetahuan dan tek-nolog yang berkatan dengan ASI Eksklusf; g. mengembangkan kerja sama mengena

program ASI Eksklusf dengan phak lan d dalam dan/atau luar neger; dan

h. menyedakan ketersedaan akses terhadap nformas dan edukas atas penyelenggara-an program pemberpenyelenggara-an ASI Eksklusf.

Bagian Kedua

Tanggung Jawab Pemerintah Daerah Provinsi Pasal 4

Tanggung jawab pemerntah daerah provns dalam program pemberan ASI Eksklusf melput: a. melaksanakan kebjakan nasonal dalam

rangka program pemberan ASI Eksklusf; b. melaksanakan advokas dan sosalsas

pro-gram pemberan ASI Eksklusf dalam skala provns;

c. memberkan pelathan tekns konselng menyusu dalam skala provns;

(13)

7

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

d. menyedakan tenaga konselor menyusu d Fasltas Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum lannya dalam skala provns; e. membna, montorng, mengevaluas, dan

mengawas pelaksanaan dan pencapaan program pemberan ASI Eksklusf d Fasltas Pelayanan Kesehatan, satuan penddkan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegatan d masyarakat dalam skala provns;

f. menyelenggarakan, memanfaatkan, dan memantau peneltan dan pengembangan program pemberan ASI Eksklusf yang mendukung perumusan kebjakan provns; g. mengembangkan kerja sama dengan phak

lan sesua dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

h. menyedakan ketersedaan akses terhadap nformas dan edukas atas penyelenggaraan pemberan ASI Eksklusf dalam skala provns.

Bagian Ketiga

Tanggung Jawab Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Pasal 5

Tanggung jawab pemerntah daerah kabupaten/ kota dalam program pemberan ASI Eksklusf melput:

(14)

a. melaksanakan kebjakan nasonal dalam rangka program pemberan ASI Eksklusf; b. melaksanakan advokas dan sosalsas

pro-gram pemberan ASI Eksklusf dalam skala kabupaten/kota;

c. memberkan pelathan tekns konselng menyusu dalam skala kabupaten/kota; d. menyedakan tenaga konselor menyusu

d Fasltas Pelayanan Kesehatan dan tem-pat sarana umum lannya dalam skala kabupaten/kota;

e. membna, montorng, mengevaluas, dan mengawas pelaksanaan dan pencapaan program pemberan ASI Eksklusf d Fasltas Pelayanan Kesehatan, satuan penddkan kesehatan, Tempat Kerja, tempat sarana umum, dan kegatan d masyarakat dalam skala kabupaten/kota;

f. menyelenggarakan peneltan dan pengem-bangan program pemberan ASI Eksklusf yang mendukung perumusan kebjakan kabupaten/kota;

g. mengembangkan kerja sama dengan phak lan sesua dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

h. menyedakan ketersedaan akses terhadap nformas dan edukas atas penyelenggaraan pemberan ASI Eksklusf dalam skala kabupaten/kota.

(15)

9

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 BAB III

AIR SUSU IBU EKSKLUSIF Bagian Kesatu

Umum Pasal 6

Setap bu yang melahrkan harus memberkan ASI Eksklusf kepada Bay yang dlahrkannya.

Pasal 7

Ketentuan sebagamana dmaksud dalam Pasal 6 tdak berlaku dalam hal terdapat:

a. ndkas meds: b. bu tdak ada; atau c. bu terpsah dar Bay.

Pasal 8

(1) Penentuan ndkas meds sebagamana dmaksud dalam Pasal 7 huruf a dlakukan oleh dokter.

(2) Dokter dalam menentukan ndkas meds sebagamana dmaksud pada ayat (1) harus sesua dengan standar profes, standar pelayanan, dan standar prosedur operasonal.

(16)

(3) Dalam hal d daerah tertentu tdak terdapat dokter, penentuan ada atau tdaknya ndkas meds dapat dlakukan oleh bdan atau perawat sesua dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua Inisiasi Menyusu Dini

Pasal 9

(1) Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasltas Pelayanan Kesehatan wajb mela-kukan nsas menyusu dn terhadap Bay yang baru lahr kepada bunya palng sngkat selama 1 (satu) jam.

(2) Insas menyusu dn sebagamana dmaksud pada ayat (1) dlakukan dengan cara meletakkan Bay secara tengkurap d dada atau perut bu sehngga kult Bay melekat pada kult bu.

Pasal 10

(1) Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasltas Pelayanan Kesehatan wajb menempatkan bu dan Bay dalam 1 (satu) ruangan atau rawat gabung kecual atas ndkas meds yang dtetapkan oleh dokter.

(17)

11

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

(2) Penempatan dalam 1 (satu) ruangan atau rawat gabung sebagamana dmaksud pada ayat (1) dmaksudkan untuk memudah-kan bu setap saat membermemudah-kan ASI Eksklusf kepada Bay.

Bagian Ketiga Pendonor Air Susu Ibu

Pasal 11

(1) Dalam hal bu kandung tdak dapat memberkan ASI Eksklusf bag baynya sebagamana dmaksud dalam Pasal 6, pemberan ASI Eksklusf dapat dlakukan oleh pendonor ASI.

(2) Pemberan ASI Eksklusf oleh pendonor ASI sebagamana dmaksud pada ayat (1) dlakukan dengan persyaratan:

a. permntaan bu kandung atau Keluarga Bay yang bersangkutan;

b. denttas, agama, dan alamat pendonor ASI dketahu dengan jelas oleh bu atau Keluarga dar Bay penerma ASI; c. persetujuan pendonor ASI setelah

mengetahu denttas Bay yang dber ASI;

(18)

d. pendonor ASI dalam konds kesehatan bak dan tdak mempunya ndkas meds sebagamana dmaksud dalam Pasal 7; dan

e. ASI tdak dperjualbelkan.

(3) Pemberan ASI sebagamana dmaksud pada ayat (1) dan ayat (2) wajb dlaksa-nakan berdasarkan norma agama dan mempertmbangkan aspek sosal budaya, mutu, dan keamanan ASI.

(4) Ketentuan lebh lanjut mengena pemberan ASI Eksklusf dar pendonor ASI sebagamana dmaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) datur dengan Peraturan Menter.

Pasal 12

(1) Setap bu yang melahrkan Bay harus menolak pemberan Susu Formula Bay dan/ atau produk bay lannya.

(2) Dalam hal bu yang melahrkan Bay mennggal duna atau oleh sebab lan sehngga tdak dapat melakukan penolakan sebagamana dmaksud pada ayat (1), penolakan dapat dlakukan oleh Keluarga.

(19)

13

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 Bagian Keempat

Informasi dan Edukasi Pasal 13

(1) Untuk mencapa pemanfaatan pemberan ASI Eksklusf secara optmal, Tenaga Kesehatan dan penyelenggara Fasltas Pelayanan Kesehatan wajb memberkan nformas dan edukas ASI Eksklusf kepada bu dan/atau anggota Keluarga dar Bay yang bersangkutan sejak pemerksaan kehamlan sampa dengan perode pemberan ASI Eksklusf selesa.

(2) Informas dan edukas ASI Eksklusf seba-gamana dmaksud pada ayat (1) palng sedkt mengena:

a. keuntungan dan keunggulan pember-an ASI;

b. gz bu, persapan dan mempertahan-kan menyusu;

c. akbat negatf dar pemberan makan-an botol secara parsal terhadap pem-beran ASI; dan

d. kesultan untuk mengubah keputusan untuk tdak memberkan ASI.

(3) Pemberan nformas dan edukas ASI Eksklusf sebagamana dmaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dlakukan melalu penyuluhan, konselng dan pendampngan.

(20)

(4) Pemberan nformas dan edukas ASI Eksklusf sebagamana dmaksud pada ayat (1) dapat dlakukan oleh tenaga terlath.

Bagian Kelima Sanksi Administratif

Pasal 14

(1) Setap Tenaga Kesehatan yang tdak melaksanakan ketentuan sebagamana d-maksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1), atau Pasal 13 ayat (1) dkenakan sanks admnstratf oleh pejabat yang berwenang berupa:

a. teguran lsan;

b. teguran tertuls; dan/atau c. pencabutan zn.

(2) Setap penyelenggara Fasltas Pelayanan Kesehatan yang tdak melaksanakan keten-tuan sebagamana dmaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 10 ayat (1), atau Pasal 13 ayat (1) dkenakan sanks admnstratf oleh pejabat yang berwenang berupa:

a. teguran lsan; dan/atau b. teguran tertuls.

(3) Ketentuan mengena tata cara pengenaan sanks admnstratf sebagamana dmaksud pada ayat (1) dan ayat (2) datur dengan Peraturan Menter.

(21)

15

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 BAB IV

PENGGUNAAN SUSU FORMULA BAYI DAN PRODUK BAYI LAINNYA

Pasal 15

Dalam hal pemberan ASI Eksklusf tdak d-mungknkan berdasarkan pertmbangan seba-gamana dmaksud dalam Pasal 7, Bay dapat dberkan Susu Formula Bay.

Pasal 16

Dalam memberkan Susu Formula Bay seba-gamana dmaksud dalam Pasal 15, Tenaga Kesehatan harus memberkan peragaan dan penjelasan atas penggunaan dan penyajan Susu Formula Bay kepada bu dan/atau Keluarga yang memerlukan Susu Formula Bay.

Pasal 17

(1) Setap Tenaga Kesehatan dlarang memberkan Susu Formula Bay dan/ atau produk bay lannya yang dapat menghambat program pemberan ASI Eksklusf kecual dalam hal dperuntukkan sebagamana dmaksud dalam Pasal 15. (2) Setap Tenaga Kesehatan dlarang menerma

dan/atau mempromoskan Susu Formula Bay dan/atau produk bay lannya yang dapat menghambat program pemberan ASI Eksklusf.

(22)

Pasal 18

(1) Penyelenggara Fasltas Pelayanan Kese-hatan dlarang memberkan Susu Formula Bay dan/atau produk bay lannya yang dapat menghambat program pemberan ASI Eksklusf kepada bu Bay dan/atau keluarganya, kecual dalam hal dper-untukkan sebagamana dmaksud dalam Pasal 15.

(2) Penyelenggara Fasltas Pelayanan Kese-hatan dlarang menerma dan/atau mempromoskan Susu Formula Bay dan/ atau produk bay lannya yang dapat menghambat program pemberan ASI Eksklusf.

(3) Dalam hal terjad bencana atau darurat, penyelenggara Fasltas Pelayanan Kese-hatan dapat menerma bantuan Susu Formula Bay dan/atau produk bay lannya untuk tujuan kemanusaan setelah mendapat persetujuan dar kepala dnas kesehatan kabupaten/kota setempat. (4) Penyelenggara Fasltas Pelayanan

Kese-hatan dlarang menyedakan pelayanan d bdang kesehatan atas baya yang dseda-kan oleh produsen atau dstrbutor Susu Formula Bay dan/atau produk bay lannya.

(23)

17

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 Pasal 19

Produsen atau dstrbutor Susu Formula Bay dan/ atau produk bay lannya dlarang melakukan kegatan yang dapat menghambat program pemberan ASI Eksklusf berupa:

a. pemberan contoh produk Susu Formula Bay dan/atau produk bay lannya secara cuma-cuma atau bentuk apapun kepada penyelenggara Fasltas Pelayanan Kese-hatan, Tenaga KeseKese-hatan, bu haml, atau bu yang baru melahrkan;

b. penawaran atau penjualan langsung Susu Formula Bay ke rumah-rumah;

c. pemberan potongan harga atau tambahan atau sesuatu dalam bentuk apapun atas pembelan Susu Formula Bay sebaga daya tark dar penjual;

d. penggunaan Tenaga Kesehatan untuk memberkan nformas tentang Susu Formula Bay kepada masyarakat; dan/atau

e. pengklanan Susu Formula Bay yang dmuat dalam meda massa, bak cetak maupun elektronk, dan meda luar ruang.

(24)

Pasal 20

(1) Ketentuan sebagamana dmaksud dalam Pasal 19 huruf e dkecualkan jka dlakukan pada meda cetak khusus tentang kese-hatan.

(2) Pengecualan sebagamana dmaksud pa-da ayat (1) dlakukan setelah memenuh persyaratan:

a. mendapat persetujuan Menter; dan b. memuat keterangan bahwa Susu Formula

Bay bukan sebaga penggant ASI.

Pasal 21

(1) Setap Tenaga Kesehatan, penyelenggara Fasltas Pelayanan Kesehatan, penye-lenggara satuan penddkan kesehatan, organsas profes d bdang kesehatan dan termasuk keluarganya dlarang menerma hadah dan/atau bantuan dar produsen atau dstrbutor Susu Formula Bay dan/ atau produk bay lannya yang dapat menghambat keberhaslan program pem-beran ASI Eksklusf.

(25)

19

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

(2) Bantuan dar produsen atau dstrbutor Susu Formula Bay sebagamana dmaksud pada ayat (1) dapat dterma hanya untuk tujuan membaya kegatan pelathan, peneltan dan pengembangan, pertemuan lmah, dan/atau kegatan lannya yang sejens.

Pasal 22

Pemberan bantuan untuk baya pelathan, peneltan dan pengembangan, pertemuan lmah, dan/atau kegatan lannya yang sejens sebagamana dmaksud dalam Pasal 21 ayat (2) dapat dlakukan dengan ketentuan:

a. secara terbuka;

b. tdak bersfat mengkat;

c. hanya melalu Fasltas Pelayanan Kesehatan, penyelenggara satuan penddkan kese-hatan, dan/atau organsas profes d bdang kesehatan; dan

d. tdak menamplkan logo dan nama produk Susu Formula Bay dan/atau produk bay lannya pada saat dan selama kegatan berlangsung yang dapat menghambat program pemberan ASI Eksklusf.

(26)

Pasal 23

(1) Tenaga Kesehatan yang menerma bantuan sebagamana dmaksud dalam Pasal 21 ayat (2) wajb memberkan pernyataan tertuls kepada atasannya bahwa bantuan tersebut tdak mengkat dan tdak menghambat keberhaslan program pemberan ASI Eksklusf.

(2) Penyelenggara Fasltas Pelayanan Kesehat-an yKesehat-ang menerma bKesehat-antuKesehat-an sebagamKesehat-ana dmaksud dalam Pasal 21 ayat (2) wajb memberkan pernyataan tertuls kepada Menter bahwa bantuan tersebut tdak mengkat dan tdak menghambat keber-haslan program pemberan ASI Eksklusf. (3) Penyelenggara satuan penddkan

kesehat-an ykesehat-ang menerma bkesehat-antukesehat-an sebagamkesehat-ana dmaksud dalam Pasal 21 ayat (2) wajb memberkan pernyataan tertuls kepada menter yang menyelenggarakan urusan pemerntahan d bdang penddkan bahwa bantuan tersebut tdak mengkat dan tdak menghambat keberhaslan program pemberan ASI Eksklusf.

(27)

21

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

(4) Pengurus organsas profes d bdang kesehatan yang menerma bantuan seba-gamana dmaksud dalam Pasal 21 ayat (2) wajb memberkan pernyataan tertuls kepada Menter bahwa bantuan tersebut tdak mengkat dan tdak menghambat keberhaslan program pemberan ASI Eksklusf.

Pasal 24

Dalam hal Pemerntah dan/atau Pemerntah Daerah menerma bantuan baya pelathan, peneltan dan pengembangan, pertemuan lmah, dan/atau kegatan lannya yang sejens maka penggunaannya harus sesua dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(28)

Pasal 25

(1) Setap produsen atau dstrbutor Susu Formula Bay dan/atau produk bay lannya dlarang memberkan hadah dan/atau bantuan kepada Tenaga Kesehatan, penyelenggara Fasltas Pelayanan Kesehatan, penye-lenggara satuan penddkan kesehatan, dan organsas profes d bdang kesehatan termasuk keluarganya yang dapat meng-hambat keberhaslan program pem-beran ASI Eksklusf, kecual dberkan untuk tujuan sebagamana dmaksud dalam Pasal 21 ayat (2).

(2) Setap produsen atau dstrbutor Susu Formula Bay dan/atau produk bay lannya yang melakukan pemberan bantuan seba-gamana dmaksud pada ayat (1) wajb memberkan laporan kepada Menter atau pejabat yang dtunjuk.

(3) Laporan sebagamana dmaksud pada ayat (2) palng sedkt memuat:

a. nama penerma dan pember bantuan; b. tujuan dberkan bantuan;

c. jumlah dan jens bantuan; dan d. jangka waktu pemberan bantuan.

(29)

23

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 Pasal 26

(1) Penyelenggara Fasltas Pelayanan Kese-hatan, penyelenggara satuan penddkan kesehatan, dan/atau organsas profes d bdang kesehatan yang menerma bantuan sebagamana dmaksud dalam Pasal 22 huruf c wajb memberkan laporan kepada Menter, menter terkat, atau pejabat yang dtunjuk.

(2) Laporan sebagamana dmaksud pada ayat (1) palng sedkt memuat:

a. nama pember dan penerma bantuan; b. tujuan dberkan bantuan;

c. jumlah dan jens bantuan; dan d. jangka waktu pemberan bantuan.

Pasal 27

Laporan sebagamana dmaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 26 dsampakan kepada Menter, menter terkat, atau pejabat yang dtunjuk palng sngkat 3 (tga) bulan terhtung sejak tanggal penermaan bantuan.

(30)

Pasal 28

Ketentuan lebh lanjut mengena tata cara penggunaan Susu Formula Bay dan produk bay lannya datur dengan Peraturan Menter.

Pasal 29

(1) Setap Tenaga Kesehatan yang tdak melak-sanakan ketentuan sebagamana dmaksud dalam Pasal 16, Pasal 17, Pasal 21 ayat (1), dan Pasal 23 ayat (1), dkenakan sanks admnstratf oleh pejabat yang ber-wenang berupa:

a. teguran lsan;

b. teguran tertuls; dan/atau c. pencabutan zn.

(2) Setap penyelenggara Fasltas Pelayanan Kesehatan, penyelenggara satuan pen-ddkan, pengurus organsas profes d bdang kesehatan serta produsen dan dstrbutor Susu Formula Bay dan/atau produk bay lannya yang tdak melaksanakan ketentuan sebagamana dmaksud dalam Pasal 18 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4), Pasal 19, Pasal 21 ayat (1), Pasal 23 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), Pasal 25 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 26 ayat (1) dkenakan sanks admnstratf oleh pejabat yang berwenang berupa:

(31)

25

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

a. teguran lsan; dan/atau b. teguran tertuls.

(3) Ketentuan mengena tata cara pengenaan sanks admnstratf sebagamana dmaksud pada ayat (1) datur dengan Peraturan Menter.

BAB V

TEMPAT KERJA DAN TEMPAT SARANA UMUM Pasal 30

(1) Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus mendukung program ASI Eksklusf.

(2) Ketentuan mengena dukungan program ASI Eksklusf d Tempat Kerja sebagamana dmaksud pada ayat (1) dlaksanakan sesua dengan peraturan perusahaan antara pengusaha dan pekerja/buruh, atau melalu perjanjan kerja bersama antara serkat pekerja/serkat buruh dengan pengusaha. (3) Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara

tempat sarana umum harus menyedakan fasltas khusus untuk menyusu dan/atau memerah ASI sesua dengan konds kemampuan perusahaan.

(32)

(4) Ketentuan lebh lanjut mengena tata cara penyedaan fasltas khusus menyusu dan/ atau memerah ASI sebagamana dmaksud pada ayat (3) datur dengan Peraturan Menter.

Pasal 31

Tempat Kerja sebagamana dmaksud dalam Pasal 30 terdr atas:

a. perusahaan; dan

b. perkantoran mlk Pemerntah, Pemerntah Daerah, dan swasta.

Pasal 32

Tempat sarana umum sebagamana dmaksud dalam Pasal 30 terdr atas:

a. Fasltas Pelayanan Kesehatan; b. hotel dan pengnapan; c. tempat rekreas;

d. termnal angkutan darat; e. stasun kereta ap; f. bandar udara; g. pelabuhan laut;

h. pusat-pusat perbelanjaan; . gedung olahraga;

j. lokas penampungan pengungs; dan k. tempat sarana umum lannya.

(33)

27

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 Pasal 33

Penyelenggara tempat sarana umum berupa Fasltas Pelayanan Kesehatan harus mendukung keberhaslan program pemberan ASI Eksklusf dengan berpedoman pada 10 (sepuluh) langkah menuju keberhaslan menyusu sebaga berkut: a. membuat kebjakan tertuls tentang

me-nyusu dan dkomunkaskan kepada semua staf pelayanan kesehatan;

b. melath semua staf pelayanan dalam kete-ramplan menerapkan kebjakan menyusu tersebut;

c. mengnformaskan kepada semua bu haml tentang manfaat dan manajemen menyusu;

d. membantu bu menyusu dn dalam waktu 60 (enam puluh) ment pertama persalnan; e. membantu bu cara menyusu dan memper-tahankan menyusu meskpun bu dpsah dar baynya;

f. memberkan ASI saja kepada Bay baru lahr kecual ada ndkas meds;

g. menerapkan rawat gabung bu dengan baynya sepanjang waktu 24 (dua puluh empat) jam;

h. menganjurkan menyusu sesua permntaan Bay;

(34)

. tdak member dot kepada Bay; dan j. mendorong pembentukan kelompok

pen-dukung menyusu dan merujuk bu kepada kelompok tersebut setelah keluar dar Fasltas Pelayanan Kesehatan.

Pasal 34

Pengurus Tempat Kerja wajb memberkan kesempatan kepada bu yang bekerja untuk memberkan ASI Eksklusf kepada Bay atau memerah ASI selama waktu kerja d Tempat Kerja.

Pasal 35

Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum wajb membuat peraturan nternal yang mendukung keberhaslan program pemberan ASI Eksklusf.

Pasal 36

Setap pengurus Tempat Kerja dan/atau penyelenggara tempat sarana umum yang tdak melaksanakan ketentuan sebagamana dmaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dan ayat (3), atau Pasal 34, dkenakan sanks sesua dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(35)

29

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 BAB VI

DUKUNGAN MASYARAKAT Pasal 37

(1) Masyarakat harus mendukung keberhaslan program pemberan ASI Eksklusf bak secara perorangan, kelompok, maupun organsas. (2) Dukungan masyarakat sebagamana

dmak-sud pada ayat (1) dlaksanakan melalu : a. pemberan sumbangan pemkran

ter-kat dengan penentuan kebjakan dan/ atau pelaksanaan program pem-beran ASI Eksklusf;

b. penyebarluasan nformas kepada masyarakat luas terkat dengan pem-beran ASI Eksklusf;

c. pemantauan dan evaluas pelaksanaan program pemberan ASI Eksklusf; dan/ atau

d. penyedaan waktu dan tempat bag bu dalam pemberan ASI Eksklusf. (3) Dukungan masyarakat sebagamana

dmaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dlaksanakan sesua dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(36)

BAB VII PENDANAAN

Pasal 38

Pendanaan program pemberan ASI Eksklusf dapat bersumber dar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, atau sumber lan yang sah sesua dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 39

(1) Menter, menter terkat, kepala lembaga pemerntah non kementeran, gubernur, dan bupat/walkota melakukan pembnaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program pemberan ASI Eksklusf sesua dengan tugas, fungs, dan kewenangan masng-masng.

(2) Pembnaan dan pengawasan sebagamana dmaksud pada ayat (1) dtujukan untuk: a. menngkatkan peran sumber daya

manusa d bdang kesehatan, Fasltas Pelayanan Kesehatan, dan satu-an penddksatu-an kesehatsatu-an dalam mendukung keberhaslan program pemberan ASI Eksklusf;

(37)

31

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

b. menngkatkan peran dan dukungan Keluarga dan masyarakat untuk ke-berhaslan program pemberan ASI Eksklusf; dan

c. menngkatkan peran dan dukungan pengurus Tempat Kerja dan penye-lenggara sarana umum untuk ke-berhaslan program pemberan ASI Eksklusf.

(3) Pembnaan dan pengawasan sebagamana dmaksud pada ayat (1) dlaksanakan melalu:

a. advokas dan sosalsas penngkatan pemberan ASI Eksklusf;

b. pelathan dan penngkatan kualtas Tenaga Kesehatan dan tenaga terlath; dan/atau

c. montorng dan evaluas.

(4) Menter, menter terkat, kepala lembaga pemerntah non kementeran, gubernur, dan bupat/walkota dalam melaksanakan pembnaan dan pengawasan sebaga-mana dmaksud pada ayat (3) dapat mengkutsertakan masyarakat.

(38)

Pasal 40

(1) Pengawasan terhadap produsen atau dstrbutor Susu Formula Bay dan/atau produk bay lannya yang melakukan kegatan pengklanan Susu Formula Bay yang dmuat dalam meda massa, bak cetak maupun elektronk, dan meda luar ruang sebagamana dmaksud dalam Pasal 19 huruf e dlaksanakan oleh badan yang melaksanakan tugas pemerntahan d bdang pengawasan obat dan makanan. (2) Ketentuan lebh lanjut mengena

pengawasan terhadap produsen atau dstrbutor Susu Formula Bay dan/atau produk bay lannya sebagamana dmaksud pada ayat (1) datur dengan peraturan kepala badan yang melaksanakan tugas pemerntahan d bdang pengawasan obat dan makanan.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 41

Pada saat Peraturan Pemerntah n mula berlaku, Pengurus Tempat Kerja dan/atau penyelenggara tempat sarana umum, wajb menyesuakan dengan ketentuan Peraturan Pemerntah n palng lama 1 (satu) tahun.

(39)

33

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 BAB X

KETENTUAN PENUTUP Pasal 42

Pada saat Peraturan Pemerntah n mula berlaku, semua ketentuan yang mengatur tentang pemberan ASI Eksklusf dnyatakan mash berlaku sepanjang tdak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerntah n.

Pasal 43

Peraturan Pemerntah n mula berlaku pada tanggal dundangkan.

Agar setap orang mengetahunya, meme-rntahkan pengundangan Peraturan Pemerntah n dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republk Indonesa.

Dtetapkan d Jakarta pada tanggal 1 Maret 2012

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd.

(40)

Dundangkan d Jakarta pada tanggal 1 Maret 2012

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 58

Salnan sesua dengan aslnya KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

Assten Deput Perundang-undangan Bdang Poltk dan Kesejahteraan Rakyat,

(41)

35

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 33 TAHUN 2012

TENTANG

PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

(42)
(43)

37

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 PENJELASAN ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

TENTANG

PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF I. UMUM

Pembangunan kesehatan sebaga bagan dar pembangunan nasonal darahkan pada penngkatan kualtas sumber daya manusa dan dlaksanakan guna tercapa-nya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hdup sehat bag setap penduduk agar dapat menngkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setngg-tnggnya. Indkator keberhaslan pembangunan kese-hatan antara lan adalah penurunan angka kematan Bay dan penngkatan status gz masyarakat. Indonesa saat n mash

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

(44)

menghadap masalah gz ganda yatu konds dmana dsatu ss mash banyaknya jumlah penderta gz kurang, sementara dss lan jumlah masyarakat yang mengalam gz lebh cenderung menngkat. Masalah gz ganda n sangat erat katannya dengan gaya hdup masyarakat dan perlaku gz. Status gz masyarakat akan bak apabla perlaku gz yang bak dlakukan pada setap tahap kehdupan termasuk pada Bay. Pola pemberan makan terbak untuk Bay sejak lahr sampa anak berumur 2 (dua) tahun melput: (a) memberkan ASI kepada Bay segera dalam waktu 1 (satu) jam setelah lahr; (b) memberkan hanya ASI saja sejak lahr sampa umur 6 (enam) bulan. Hampr semua bu dapat dengan sukses menyusu dukur dar permulaan pemberan ASI dalam jam pertama kehdupan Bay. Menyusu menurunkan rsko nfeks akut sepert dare, pnemona, nfeks telnga, haemophlus influenza, meningitis dan infeksi saluran kemih. Menyusu juga melndung Bay dar penyakt krons masa depan sepert dabetes tpe 1. Menyusu selama masa Bay berhubungan dengan penurunan tekanan darah dan kolesterol serum total, berhubungan dengan prevalens dabetes tpe 2 yang lebh rendah, serta kelebhan berat badan dan obestas pada masa remaja dan dewasa.

(45)

39

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

Menyusu menunda kembalnya kesuburan seorang wanta dan mengurang rsko perdarahan pasca melahrkan, kanker payudara, pra menopause dan kanker ovarum; (c) memberkan Makanan Pendampng ASI (MP-ASI) yang tepat sejak genap umur 6 (enam) bulan; dan (d) meneruskan pemberan ASI sampa anak berumur 2 (dua) tahun. Penerapan pola pemberan makan n akan menngkatkan status gz Bay dan anak serta mempengaruh derajat kesehatan selanjutnya.

Namun demkan, saat n penerapan pola pemberan makan terbak untuk Bay sejak lahr sampa anak berumur 2 (dua) tahun tersebut belum dlaksanakan dengan bak khususnya dalam hal pemberan ASI Eksklusf. Beberapa kendala dalam hal pemberan ASI Eksklusf karena bu tdak percaya dr bahwa drnya mampu menyusu dengan bak sehngga mencukup seluruh kebutuhan gz Bay. Hal n antara lan dsebabkan karena kurangnya pengetahuan bu, kurangnya dukungan Keluarga serta rendahnya kesadaran masyarakat tentang manfaat pemberan ASI Eksklusf. Selan tu kurangnya dukungan Tenaga Kesehatan, Fasltas Pelayanan Kesehatan, dan produsen makanan bay untuk keberhaslan bu dalam menyusu baynya.

(46)

Dalam rangka melndung, mendukung dan mempromoskan pemberan ASI Eksklusf perlu dlakukan upaya untuk menngkatkan dukungan dar Pemerntah, Pemerntah Daerah, Fasltas Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Kesehatan, masyarakat serta Keluarga agar bu dapat memberkan ASI Eksklusf kepada Bay. Untuk maksud tersebut, maka dperlukan Peraturan Pemerntah tentang Pemberan ASI Eksklusf.

Dalam Peraturan Pemerntah n datur: 1. tanggung jawab Pemerntah,

pemern-tah daerah provns, dan pemernpemern-tah daerah kabupaten/kota;

2. Ar Susu Ibu Eksklusf;

3. penggunaan susu formula dan produk bay lannya;

4. tempat kerja dan tempat sarana umum; 5. dukungan masyarakat;

6. pendanaan; dan

(47)

41

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Huruf a

Kebjakan nasonal dtuangkan dalam bentuk norma, standar, prosedur, dan krtera yang dtetapkan oleh Menter. Strateg program pemberan ASI Eksklusf dlakukan secara terpadu, berjenjang, dan berkesnambungan. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Cukup jelas. Huruf f Cukup jelas.

(48)

Huruf g Cukup jelas. Huruf h Cukup jelas. Pasal 4 Huruf a

Dalam melaksanakan kebjakan naso-nal, daerah provns dapat menetapkan peraturan daerah atau peraturan gubernur dengan mengacu pada kebjakan nasonal.

Dalam menetapkan kebjakan pro-gram pemberan ASI Eksklusf d daerah, pemerntah daerah provns dapat memperhatkan kemampuan dan potens sumber daya manusa, kemampuan dan potens sumber pen-danaan, dan dukungan masyarakat. Strateg program pemberan ASI Eksklusf dlakukan secara terpadu, berjenjang, dan berkesnambungan. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas.

(49)

43

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

Huruf e Cukup jelas. Huruf f Cukup jelas. Huruf g Cukup jelas. Huruf h Cukup jelas. Pasal 5 Huruf a

Dalam melaksanakan kebjakan naso-nal, daerah kabupaten/kota dapat menetapkan peraturan daerah atau peraturan bupat atau peraturan walkota dengan mengacu pada kebjakan nasonal dan kebjakan pe-merntah daerah provns.

Dalam menetapkan kebjakan program pemberan ASI Eksklusf d daerah, pemerntah daerah kabupaten/kota dapat memperhatkan kemampuan dan potens sumber daya manusa, kemampuan dan potens sumber pendanaan, dan dukungan masyarakat. Strateg program pemberan ASI Eksklusf dlakukan secara terpadu, berjenjang, dan berkesnambungan.

(50)

Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Cukup jelas. Huruf f Cukup jelas. Huruf g Cukup jelas. Huruf h Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Huruf a

Yang dmaksud dengan “ndkas meds” adalah konds meds Bay dan/atau konds meds bu yang tdak memungknkan dlakukannya pemberan ASI Eksklusf.

Konds meds Bay yang tdak me-mungknkan pemberan ASI Eksklusf antara lan:

(51)

45

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

a. Bay yang hanya dapat menerma susu dengan formula khusus, yatu Bay dengan krtera:

1. Bay dengan galaktosemia klask, dperlukan formula khu-sus bebas galaktosa;

2. Bay dengan penyakt kemh beraroma srup maple (maple

syrup urine disease), dperlukan

formula khusus bebas leusin,

isoleusin, dan valin; dan/atau

3. Bay dengan fenilketonuria, dbutuhkan formula khusus bebas fenilalanin, dan d-mungknkan beberapa kal menyusu, d bawah peng-awasan.

b. Bay yang membutuhkan makanan lan selan ASI selama jangka waktu terbatas, yatu:

1. Bay lahr dengan berat badan kurang dar 1500 (serbu lma ratus) gram (berat lahr sangat rendah);

2. Bay lahr kurang dar 32 (tga puluh dua) mnggu dar usa kehamlan yang sangat prematur; dan/atau

(52)

3. Bay baru lahr yang bersko

hipoglikemia berdasar-kan gangguan adaptas meta-bolsme atau penngkatan kebutuhan glukosa sepert pada Bay prematur, kecl untuk umur kehamlan atau yang mengalam stress

iskemik/intrapartum hipoksia

yang signifikan, Bayi yang sakit dan Bay yang memlk bu pengdap dabetes, jka gula darahnya gagal merespon pemberan ASI bak secara langsung maupun tdak langsung.

Konds meds bu yang tdak dapat memberkan ASI Eksklusf karena harus mendapat pengobatan sesua dengan standar. Konds bu tersebut antara lan:

a. bu yang dapat dbenarkan alasan tdak menyusu secara permanen karena ternfeks

Human Immunodeficiency Virus.

Dalam konds tersebut, penggant pemberan ASI harus memenuh krtera, yatu dapat dterma, layak, terjangkau, berkelanjutan, dan aman (acceptable, feasible,

(53)

47

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

Konds tersebut bsa berubah jka secara teknolog ASI Eksklusif dar bu ternfeks Human Immunodeficiency

Virus dnyatakan aman bag Bay

dan dem untuk kepentngan terbak Bay. Konds tersebut juga dapat dberlakukan bag penyakt menular lannya;

b. bu yang dapat dbenarkan alasan menghentkan menyusu semen-tara waktu karena:

1. penyakt parah yang meng-halang seorang bu merawat Bay, msalnya sepss (nfeks demam tngg hngga tdak sadarkan dr);

2. nfeks Virus Herpes Simplex tipe 1 (HSV-1) d payudara; kontak langsung antara luka pada payudara bu dan mulut Bay sebaknya dhndar sampa semua les aktf telah dterap hngga tuntas;

3. pengobatan bu:

a) obat–obatan pskoterap jens penenang, obat

anti–epilepsi dan opod

dan kombnasnya da-pat menyebabkan efek sam-png sepert mengantuk

(54)

dan depres pernapasan dan lebh bak dhndar jka alternatf yang lebh aman terseda;

b) radioaktif iodine–131 lebh bak dhndar mengngat bahwa alternatf yang lebh aman terseda, seorang bu dapat melan-jutkan menyusu sektar 2 (dua) bulan setelah menerma zat n;

c) penggunaan yodum atau

yodofor topikal msalnya povidone–iodine secara

berlebhan, terutama pada luka terbuka atau membran mukosa, dapat menyebabkan pene-kanan hormon trod atau kelanan elektrolt pada Bay yang mendapat ASI dan harus dhndar; dan d) sitotoksik kemoterapi yang

mensyaratkan seorang bu harus berhent menyusu selama terap.

(55)

49

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

Huruf b

Konds yang tdak memungknkan Bay mendapatkan ASI Eksklusf karena bu tdak ada atau terpsah dar Bay dapat dkarenakan bu mennggal duna, bu tdak dketahu keberadaaanya, bu terpsah dar Bay karena adanya bencana atau konds lannya dmana bu terpsah dengan Baynya sehngga bu tdak dapat memenuh kewajban-nya atau anak tdak memperoleh haknya.

Huruf c

Lhat penjelasan Pasal 7 huruf b. Pasal 8 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)

Dalam menentukan ada atau tdaknya ndkas meds, bdan atau perawat mengacu penjelasan Pasal 7.

(56)

Pasal 9 Ayat (1)

Insas menyusu dn dlakukan dalam keadaan bu dan Bay stabl dan tdak membutuhkan tndakan meds selama palng sngkat 1 (satu) jam. Lama waktu nsas menyusu dn palng sngkat selama 1 (satu) jam dmaksudkan untuk memberkan kesempatan kepada Bay agar dapat mencar putng susu bu dan menyusu sendr. Dalam hal selama palng sngkat 1 (satu) jam setelah melahrkan, Bay mash belum mau menyusu maka kegatan nsas menyusu dn harus tetap dupayakan oleh bu, Tenaga Kesehatan, dan penyelenggara Fasltas Pelayanan Kesehatan.

Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 10

Ayat (1)

Yang dmaksud dengan “1 (satu) ruangan atau rawat gabung” adalah ruang rawat nap dalam 1 (satu) ruangan dmana Bay berada dalam jangkauan bu selama 24 (dua puluh empat) jam.

(57)

51

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

Indkas meds ddasarkan pada konds meds Bay dan/atau konds meds bu yang tdak memungknkan dlakukan rawat gabung.

Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 11

Ayat (1)

Yang dmaksud dengan “pendonor ASI” adalah bu yang menyumbangkan ASI kepada Bay yang bukan anaknya. Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Yang dmaksud dengan “mutu dan keamanan ASI” melput kebershan, cara penympanan, cara pemberan, atau cara memerah ASI.

Ayat (4)

Cukup jelas. Pasal 12

Ayat (1)

Yang dmaksud dengan “bu” dalam ketentuan n adalah bu yang dapat memberkan ASI Eksklusf kepada Bay.

(58)

Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 13 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c

Dalam ketentuan n yang d-maksud dengan “pemberan makanan botol secara parsal” adalah makanan/mnuman selan ASI yang dberkan kepada Bay dengan menggunakan botol. Huruf d

Dalam ketentuan n yang dmaksud dengan “kesultan untuk mengubah keputusan” adalah konds dmana bu sudah memutuskan untuk tdak memberkan ASI, maka sult untuk kembal lag memberkan ASI. Ayat (3)

Pendampngan dlakukan melalu pem-beran dukungan morl, bmbngan,

(59)

53

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

bantuan, dan pengawasan bu dan bay selama kegatan nsas menyusu dn dan/atau selama awal menyusu. Ayat (4)

Yang dmaksud dengan “tenaga terlath” adalah tenaga yang memlk pengetahuan dan/atau keteramplan mengena pemberan ASI melalu pelathan, antara lan konselor menyusu. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16

Pemberan peragaan dan penjelasan atas penggunaan dan penyajan Susu Formula Bay atau produk susu bay lannya hanya dapat dlakukan oleh Tenaga Kesehatan. Dengan demkan, tenaga non kesehatan tdak dapat melakukan pemberan peragaan dan penjelasan atas penggunaan dan penyajan Susu Formula Bay atau produk susu bay lannya.

Dalam hal bu dar Bay yang memerlukan Susu Formula Bay atau produk susu bay lannya tersebut telah mennggal duna, sakt berat, sedang menderta gangguan jwa berat, dan/atau tdak dketahu

(60)

keberadaannya, peragaan dan penjelasan atas penggunaan dan penyajan Susu Formula Bay atau produk susu bay lannya hanya dapat dlakukan terbatas pada Keluarga yang akan mengurus dan merawat Bay tersebut.

Pasal 17 Ayat (1)

Yang dmaksud dengan “produk bay lannya” adalah produk bay yang terkat langsung dengan kegatan menyusu melput segala bentuk susu dan pangan bay lannya, botol susu, dot, dan empeng.

Ayat (2)

Dalam ketentuan n yang dmaksud dengan “dlarang mempromoskan” termasuk memajang, memberkan potongan harga, memberkan sampel Susu Formula Bay, memberkan hadah, memberkan nformas melalu saluran telepon, meda cetak dan elektronk, memasang logo atau nama perusahaan pada perlengkapan persalnan dan perawatan Bay, membuat dan menyebarkan brosur, leaflet, poster, atau yang sejens lannya.

Pasal 18

(61)

55

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Huruf a

Yang dmaksud dengan “secara terbuka” adalah tidak ada konflik kepentngan antara pember bantu-an dbantu-an penerma bbantu-antubantu-an, dbantu-an dumumkan secara terbuka.

Huruf b

Yang dmaksud dengan “tdak bersfat mengkat” adalah tdak ada kewajban tertentu yang harus dlakukan oleh nsttus penerma bantuan berdasarkan kengnan pember bantuan.

Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas.

(62)

Pasal 24

Dalam ketentuan n yang dmaksud dengan “ketentuan peraturan undangan” antara lan peraturan perundang-undangan d bdang keuangan.

Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30 Ayat (1)

Dalam ketentuan n yang dmaksud dengan “pengurus Tempat Kerja” adalah orang yang mempunya tugas memmpn langsung suatu Tempat Kerja atau bagannya yang berdr sendr. Ayat (2)

(63)

57

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

Ayat (3)

Dalam ketentuan n yang dmaksud dengan “fasltas khusus” adalah ruang menyusu dan/atau memerah ASI yang dnama dengan ruang ASI.

Ayat (4)

Cukup jelas. Pasal 31

Huruf a

Dalam ketentuan n yang dmaksud dengan “perusahaan” adalah seba-gamana dmaksud dalam peraturan perundang-undangan d bdang ke-tenagakerjaan.

Huruf b

Yang dmaksud dengan “perkantoran” termasuk lembaga pemasyarakatan. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Cukup jelas. Pasal 35 Cukup jelas.

(64)

Pasal 36

Dalam ketentuan n yang dmaksud dengan “peraturan perundang-undangan” adalah peraturan perundang-undangan d bdang kesehatan.

Pasal 37 Ayat (1)

Pelaksanaan dukungan dar masya-rakat dlakukan sesua dengan kemampuan sumber daya yang terseda. Pelaksanaan dukungan dar masyarakat dlakukan dengan berpe-doman pada 10 (sepuluh) langkah menuju keberhaslan menyusu untuk masyarakat, yatu:

a. memnta hak untuk mendapatkan pelayanan nsas menyusu dn ketka persalnan;

b. memnta hak untuk tdak mem-berkan asupan apapun selan ASI kepada Bay baru lahr;

c. memnta hak untuk Bay tdak dtempatkan terpsah dar bunya; d. melaporkan

pelanggaran-pelang-garan kode etk pemasaran peng-gant ASI;

e. mendukung bu menyusu dengan membuat Tempat Kerja yang memlk fasltas ruang menyusu;

(65)

59

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012

f. mencptakan kesempatan agar bu dapat memerah ASI dan/atau menyusu Baynya d Tempat Kerja; g. mendukung bu untuk memberkan

ASI kapanpun dan dmanapun; h. menghormat bu menyusu d

tem-pat umum;

. memantau pemberan ASI d lng-kungan sektarnya; dan

j. memlh Fasltas Pelayanan Kese-hatan dan Tenaga KeseKese-hatan yang menjalankan 10 (sepuluh) langkah menuju keberhaslan menyusu. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 38 Cukup jelas. Pasal 39

Pembnaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program pemberan ASI Eksklusf dlaksanakan pada stuas normal dan stuas bencana atau darurat.

Pasal 40

(66)

Pasal 41 Cukup jelas. Pasal 42 Cukup jelas. Pasal 43 Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5291

(67)
(68)

Referensi

Dokumen terkait

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik perusahaan yang digunakan adalah ukuran perusahaan, leverage dan intensitas modal, sedangkan untuk

Dengan diimplementasikan sistem penggajian ini sangat membantu dalam menyelesaikan masalah pengolahan data gaji bersih yang diterima karyawan pada SD Muhammadiyah

Filtrate kemudian dinetralisasi, kedalam filtrate ditambah 4M sambil diaduk selama 30 menit pada suhu ruang lalu disentrifuge ditambah ethanol (1:2) kemudian

Pada bab analisa dan perancangan sistem ini, berisi tentang penjelasan mengenai perancangan sistem secara umum, perancangan setiap proses nya, mulai dari proses ekstraksi

Kerja Praktek (KP) merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diikuti oleh mahasiswa. Dalam pelaksanaan kerja praktek, mahasiswa diharapkan mampu menyusun laporan tugas khusus

Dalam hal ini, pengetahuan dasar mengenai apa itu Hepatitis-C menjadi hal yang saat ini lebih mereka perlukan, sehingga kampanye akan berjalan lebih mudah apabila terlebih

Akan tetapi penulis menyadari adanya suatu hal yang kurang sesuai dengan harapan pada beberapa karya dalam hal teknik, seperti pada karya dengan judul Jeruji, ukuran 35

Apakah faktor kepribadian extraversion memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian luxury service membership golf pada PT Pondok Indah Padang Golf