• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Konformasi Tubuh Menggunakan Rumus Thomas Pada Kuda Lokal Sumba. Evaluation Of Body Conformation Using Thomas Formula In Local Sumba Horse

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi Konformasi Tubuh Menggunakan Rumus Thomas Pada Kuda Lokal Sumba. Evaluation Of Body Conformation Using Thomas Formula In Local Sumba Horse"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Evaluasi Konformasi Tubuh Menggunakan Rumus Thomas Pada Kuda

Lokal Sumba

Evaluation Of Body Conformation Using Thomas Formula In Local Sumba

Horse

Vini Nur Alfiani*, Sri Bandiati Komar**, Nena Hilmia**

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016

**Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran email: nuralfianivini@yahoo.com

Abstrak

Konformasi tubuh kuda mempengaruhi kecepatan lari pada kuda pacu. Penelitian bertujuan untuk mengetahui penyimpangan konformasi tubuh antara nilai ideal Thomas dengan aktual pada Kuda Lokal Sumba. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pengambilan sampel secara Purposive Sampling. Sampel ditentukan berdasarkan kuda Sumba jantan yang berumur 4 – 7 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 33 ekor. Penyimpangan nilai aktual dengan nilai Thomas dianalisis menggunakan Uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konformasi tubuh kuda Sumba memiliki rata-rata tinggi pundak sebesar 125,39± 3,57 cm dan panjang badan sebesar 119,98 ± 4,6 cm. Konformasi tubuh kuda Sumba tidak termasuk kategori ideal berdasarkan rumus Thomas.

Kata kunci : Kuda Lokal Sumba, Konformasi Tubuh, Rumus Thomas

Abstract

The body conformation of the horse affects the running speed of racehorses. The objective of this study was to find out the actual body conformation of Local Sumba Horse and to find out the deviation of actual value of body conformation with Thomas Formula. This research used descriptive method and Purposive Sampling was used to get 33 sample based on the age of male horses, which were 4-7 years participant of traditional horse race. Deviation of actual value with the Thomas value was analyzed by t test. The body conformation of the Sumba Horse have an average shoulder height 125.39 ± 3.57 cm, and body length of 119.98 ± 4.61 cm. The body conformation of Sumba horse was not ideal according to the ideal Thomas formula.

Key words : local Sumba horse, body conformation, formula Thomas

(2)

2 Ternak kuda mempunyai peranan yang cukup penting dalam kehidupan masyarakat seperti halnya di Kabupaten Sumba Timur, dimana kuda mempunyai fungsi sosial dan ekonomi yang cukup tinggi. Selain digunakan sebagai tenaga kerja dan alat angkut yang praktis, kuda juga dijadikan sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat Sumba Timur, karena kuda-kuda yang menjuarai event pacuan kuda memiliki nilai jual yang tinggi.

Kuda yang baik harus memiliki konformasi tubuh yang baik atau ideal, sehingga dalam memilih seekor kuda perlu memperhatikan tinggi pundak, lingkar dada, tinggi pinggul dan panjang badan dari ternak kuda tersebut. Penaksiran atau pendugaan proporsi tubuh ternak termasuk kuda dapat dilakukan dengan dua cara. Cara yang pertama adalah dengan pengamatan langsung terhadap kondisi atau penampilan tubuh ternak atau dengan menduga performans ideal melalui rumus dengan parameter ukuran tubuh ternak. Ukuran tubuh yang biasa dijadikan parameter yaitu seperti tinggi pundak dan panjang badan. Pendugaan proporsi tubuh kuda bertujuan untuk proses seleksi pada kuda pacu, dimana kuda yang memiliki konformasi tubuh yang baik berpengaruh terhadap kecepatan lari kuda pacu tersebut sehingga proporsi tubuh ini menjadi pilihan untuk menduga kuda yang proporsional sebagai kuda pacu. Salah satu metode yang cukup efektif untuk menduga konformasi tubuh kuda adalah rumus Thomas. Rumus Thomas merupakan rumus untuk menduga tubuh kuda yang ideal. Kuda yang ideal adalah kuda yang bagian tubuhnya berbentuk persegi dimana panjang badan yaitu jarak dari bahu sampai bagian belakang atau buttocks sama dengan tinggi pundak. Terkecuali kepala dan leher, tubuh kuda akan terlihat persegi jika jarak antara panjang badan dan tinggi pundak sama (Thomas, 2000). Salah satu cara untuk menentukan konformasi tubuh kuda ideal adalah dengan melihat keseimbangan antara panjang badan dengan tinggi pundak. Kemampuan atlelis terbaik kuda dapat diduga dengan melihat proporsi seperti tinggi pada

withers dan pada titik tertinggi pinggul (croup), dan tinggi badannya harus proposional

dengan panjang badan. Kuda yang berbadan panjang, berkaki pendek atau berbadan pendek, dan berkaki panjang tidak memenuhi syarat. Bagian belakang yang lebih pendek lebih baik asalkan memiliki pinggul dan bahu yang panjang. Seekor kuda yang berbadan terlalu panjang pada saat perjalanan jauh tidak dapat membawa beban berat dipunggungnya (Bane and Hellens, 1990).

(3)

3 Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini bertujuan mengetahui penyimpangan konformasi tubuh antara nilai ideal Thomas dengan aktual pada Kuda Lokal Sumba.

BAHAN DAN METODE 1. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah 33 ekor kuda Sumba jantan dengan umur 4-7 tahun yang mengikuti perlombaan pacuan kuda pada bulan Oktober tahun 2015 di lapangan kuda Rihi Eti, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.

2. Alat yang Digunakan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian:

1. Tongkat Ukur, digunakan untuk mengukur tinggi pundak dalam ukuran sentimeter (cm).

2. Pita ukur, digunakan untuk mengukur ukuran tubuh tertentu dalam satuan sentimeter (cm).

3. Alat tulis dan kertas, digunakan untuk mencatat panjang badan, tinggi pundak dan bobot badan kuda.

4. Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan gambar kuda yang diukur.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode Deskriptif dengan pengambilan sampel secara Purpose Sampling. Data yang diperoleh melalui pengamatan dan pengukuran langsung pada ternak yang selanjutnya dicatat dalam format pengumpulan data.

4. Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah:

1. Tinggi Pundak, diukur dari permukaan tanah sampai titik tertinggi withers menggunakan tongkat ukur dalam satuan sentimeter (cm).

2. Panjang Badan, diukur secara lurus dengan menggunakan pita ukur mulai dari

(4)

4

5. Analisis Statistik

Data hasil pengukuran tubuh dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Menurut Thomas (2000) konformasi tubuh kuda yang ideal adalah kuda yang memiliki perbandingan panjang bagian tubuh AB = CD dimana titik A adalah shoulder, titik B adalah

buttocks, titik C adalah permukaan tanah atau ground, titik D adalah withers.

Analisis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut:

(1) Rata-rata x adalah rata-rata hitung dari semua nilai yang terdapat dalam sampel

Keterangan:

= Jumlah dari semua sampel = Banyaknya data sampel = 33 x = Rata-rata sampel (2) Ragam (s2) 1 ) ( 2 2     n x x s i Keterangan:

(5)

5 i

x = Nilai setiap individu dalam sampel x = Rataan sampel = Banyaknya sampel = 33 2 s = Ragam sampel (3) Simpangan Baku (s) 1 ) ( 2 2      n x x s s i (4) Koefisien Variasi (KV) x Keterangan: s = Simpangan Baku

(5) Nilai minimum : Data yang mempunyai nilai paling kecil. (6) Nilai maksimum : Data yang mempunyai nilai paling besar. (7) Uji t dengan rumus varian sama

s2 =

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran Tinggi Pundak Dan Panjang Badan Kuda Sumba

Berdasarkan hasil pengukuran tinggi pundak dan panjang badan yang dilakukan pada kuda Sumba diperoleh data hasil analisis yang disajikan pada Tabel 1

Tabel 1. Tinggi Pundak dan Panjang Badan Kuda Sumba Jantan Uraian Minimum (cm) Maksimum (cm) Rata-rata (cm) Simpangan Baku (cm) Koevisien Variasi (%) Tinggi Pundak 120 131 125,39 3,57 2,85 Panjang Badan 111 130 119,98 4,61 3,84

(6)

6 Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa tinggi pundak kuda Sumba jantan berumur 4 – 7 tahun berkisar antara 120 cm sampai dengan 131 cm, nilai rata-ratanya sebesar 125,39 ± 3,57 cm, dan koefisien variasi sebesar 2,85%. Nilai koefisien variasi dengan angka 2,85 % menunjukkan bahwa kuda Sumba yang berada di lapangan Rihi eti, Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur adalah seragam. Hal ini mengacu pada pendapat Nasution yang dikutip dari Sastrosupadi (2000) bahwa nilai koefisien variasi dibawah 15% menunjukkan data yang diperoleh merupakan data yang seragam.

Jika dilihat dari rata-rata tinggi pundak kuda Sumba yaitu sebesar 125,39±3,57 cm, maka kuda Sumba dikategorikan sebagai kuda sangat kecil atau kuda poni. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sasimowski (1978) bahwa tinggi pundak kuda dapat dikategorikan sangat kecil jika ukuran tinggi pundak dibawah 130 cm, kecil jika ukurannya 131 – 147 cm, sedang jika ukurannya 148 – 158 cm, besar jika ukurannya 159 – 169 cm, dan sangat besar jika ukurannya diatas 170 cm.

Berdasarkan pada Tabel.1 dapat dikemukakan bahwa panjang badan kuda Sumba jantan berumur 4 – 7 tahun berkisar antara 111 cm sampai dengan 130 cm, dengan nilai rata-rata sebesar 119,98 ± 4,61 cm, dan koefisien variasi sebesar 3.84%. Nilai koefisien variasi dengan angka 3,84 % menunjukkan bahwa kuda Sumba yang berada di lapangan Rihi eti, Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur adalah seragam. Hal ini mengacu pada pendapat Sastrosupadi (2000) bahwa nilai koefisien variasi dibawah 15% menunjukkan data yang diperoleh adalah seragam.

Tinggi Pundak dan Panjang Badan Serta Konformasi Tubuh Ideal Kuda Lokal Sumba Mengunakan Rumus Thomas

Evaluasi konformasi tubuh kuda menggunakan rumus Thomas merupakan salah satu cara untuk menentukan keidealan konformasi tubuh kuda. Menurut Thomas (2000) konformasi tubuh kuda yang ideal adalah ukuran panjang badan sama dengan tinggi pundak. Panjang badan dan tinggi pundak kuda yang diperoleh kemudian dibandingkan dan selisih dari panjang badan dan tinggi pundak tersebut dijadikan rentang kondisi konformasi tubuh berdasarkan rumus Thomas.

Panjang badan dan tinggi pundak merupakan parameter penting dalam menilai suatu performans kuda. Thomas (2000) menyatakan bahwa kuda yang baik adalah berbentuk

(7)

7 persegi, yaitu panjang badan dan tinggi pundaknya sama sehingga memaksimalkan pergerakan kuda, sedangkan besarnya dalam dada yang berkaitan dengan panjang badan berpengaruh pada rancangan sistem organ dalam yang mempengaruhi respirasi dan metabolisme energi. Rumus Thomas digunakan untuk mengevaluasi konformasi tubuh ideal kuda yang berkaitan dengan kemampuan berlari, karena panjang badan dan tinggi pundak yang seimbang akan menghasilkan pergerakan kuda yang seimbang.

Pengujian untuk mengetahui konformasi tubuh menurut Thomas dengan kondisi aktual dianalisis dengan uji t. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata (P<0.,05) antara tinggi pundak dan panjang badan yang dapat diartikan bahwa konformasi tubuh kuda Sumba tidak termasuk dalam kategori ideal menurut rumus Thomas, dimana tinggi pundak lebih tinggi dibandingkan dengan panjang badan. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Bandiati (1990) bahwa panjang badan pada umumnya memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan tinggi pundak.

Gay (1964) menyatakan panjang badan relatif pendek akan membantu dalam pergerakan badan kuda sehingga akan menjamin kesinambungan gerak. Tinggi pundak juga dapat mempengaruhi langkah dari kuda yang nantinya akan berpengaruh terhadap kecepatan lari pada kuda pacu. Selanjutnya Sasimowski (1987) menyatakan bahwa keadaan pundak merupakan hal yang penting karena dapat menentukan kecepatan dan ketangkasan pergerakan seekor kuda. Menurut Bandiati (1990) bahwa panjang badan relatif pendek akan membantu pergerakan badan sehingga akan lebih cepat dan akan menjamin kesinambungan gerak.

Tinggi pundak dan panjang badan saling berkaitan dengan kecepatan lari. Panjang kaki merupakan konstruksi dari tinggi pundak, panjang kaki yang kokoh akan mempengaruhi pergerakan kuda pada saat melangkah dan berlari.

Kegiatan pacuan kuda di sumba sudah menjadi kegiatan rutin yang dilakukan secara turun temurun, kegiatan ini diadakan setiap tiga kali setahun. Lapangan yang digunakan untuk pacuan kuda yaitu lapangan Rihi Eti yang memiliki panjang lintasan 920 meter. Kegiatan tersebut mendorong masyarakat sumba untuk memiliki kuda-kuda yang tangguh dan memiliki kemampuan atau kecepatan lari yang baik, karena kuda pacu memiliki nilai sosial, ekonomi, dan politik bagi kalangan masyarakat Sumba. Semakin sering kuda tersebut menjuarai perlombaan maka pemilik kuda dan kuda itu sendiri menjadi populer di kalangan

(8)

8 masyarakat. Kuda-kuda yang menjadi juara pada event ini memiliki nilai jual yang tinggi dan penggemar kuda pada umumnya menjadikan kuda tersebut sebagai pejantan atau induk yang diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang unggul. Kondisi ini yang menyebabkan terjadinya proses seleksi yang terus menerus kearah kuda yang memiliki konformasi sebagai pelari pada lintasan jarak pendek, yaitu panjang badan lebih pendek dibandingkan dengan tinggi pundak.

Kuda Sumba dikenal sebagai kuda pacu yang tangguh dan dijadikan sumber bibit kuda pacu di Indonesia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soehardjono (1990) bahwa pembentukan kuda pacu Indonesia diawali dengan persilangan antara kuda Sumba atau poni lokal asli lainnya (Priangan) dengan kuda pacu Thoroughbred .

Kegiatan pacuan kuda di lapangan kuda Rihi Eti, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur dapat menjadi sarana seleksi bibit kuda unggul atau bermutu, selain itu untuk melesatrikan plasma nutfah kuda lokal Sumba agar terhindar dari kepunahan.

KESIMPULAN

Konformasi Tubuh kuda Sumba rata-rata tinggi pundak sebesar 125,39± 3,57 cm, panjang badan sebesar 119,98 ± 4,61 cm. Konformasi tubuh kuda Sumba tidak termasuk kategori ideal berdasarkan rumus Thomas, karena ukuran pundak berbeda dengan panjang badan.

SARAN

Rumus Thomas tidak tepat untuk mengevaluasi konformasi tubuh ideal kuda Sumba karena sebagai kuda pacu jarak lintas pendek, tinggi pundak harus lebih tinggi dibandingkan panjang badan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih penulis sampaikan kepada Dinas Peternakan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, dan PORDASI Kabupaten Sumba Timur yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Kabupaten Sumba Timur serta pihak-pihak terkait yang telah meluangkan waktu dan membantu dalam proses penelitian

(9)

9

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten Sumba Timur dalam Angka. Waingapu.

Bamualim, A, dan Wirdahayati, R, B. 2002. Pertanian Di Lahan Kering Nusa Tenggara. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) : Nusa Tenggara Timur.

Bandiati, Sri, K, P. 1990. Hubungan Antara Ukuran-Ukuran Tubuh Dengan Kecepatan Lari

Pada Kuda. Universitas Padjadjaran : Sumedang.

Bane, S dan Hellens D. 1990. Horse Care and Riding. David and Charles plc, Hongkong. Blakely, J. dan D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Terjemahan : Bambang

Srigandono. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Bowling, A, T. dan A. Ruvinsky. 2000. The Genetics of the Horse. CABI Publishing, London. Dewi, Astari. 2011. Karakteristik Karkas Kuda Dengan Umur, Jenis Kelamin Dan

Pemanfaatan Yang Berbeda Di Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan. Departemen Ilmu Produksi Dan Teknologi. Peternakan Fakultas Peternakan.

Institut Pertanian Bogor.

Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2012. Proposal Penetapan Rumpun Sandelwood. Kupang.

Edwards, E. H. 1994. The Encyclopedia of The Horse. Dorling Kindersley. London.

Ensminger, M. E. 1962. Animal science “Animal Agriculture series”. The Interstate. North Carolina.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Gay, C, W. 1964. Productive Horse Husbandry. Philadelphia and London. Lippioncott Company.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakkan Ternak di Lapangan. Gramedia : Jakarta Hammer, D. 1993. Understanding Fitness and Training. Ward Lock Book London.

Martojo, H. 1992. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Pusat Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor : Bogor.

McGregor, P. 1980. The Complete Book of Horse. QED Public ltd. Feltham

Parakkasi, A. 2006. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Press Indonesia : Jakarta Pemerintah Daerah Kaupaten Sumba Timur. 2014. Kependudukan Kabupaten Sumba Timur.

http://www.sumbatimurkab.go.id/penduduk.html (Diakses pada 08 Februari 2016 pkl 20.05 WIB)

(10)

10 Prabowo, P. P. 2003. Produksi dan Konsumsi Daging Kuda. Makalah Semiloka. Perkudaan

Indonesia : Jakarta

Roberts, P. 1994. The Complete Horse. Multimedia Books Publishing, ltd. London.

Silver, C. 1984. Guide to The Horses of The World. Published by Treasure Press : London. Soehardjono, O. 1990. Kuda. Yayasan Pamulang, Jakarta.

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Tarsito : Bandung.

Sasimowski, E, N. Moore. 1987. Animal Breeding and Production. Elrevier Science Publishing co. Inc : USA.

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Untuk Bidang Pertanian. Kanisius : Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian pendahuluan akan dijadikan acuan untuk penelitian utama, pada penelitian pendahuluan didapatkan hasil bahwa pada perlakuan P2 dengan menggunakan

Melakukan perencanaan terhadap output yang diinginkan, dalam perancangan sistem informasi ini output yang ingin dihasilkan adalah lokasi pos polisi penertiban lalu lintas

Istilah magang diberikan kepada tim PPL UNY di ADiTV karena pihak ADiTV sendiri menginstruksikan kepada seluruh tim yang melaksanakan PKL (Praktik Kerja Lapangan)

29 او رغل ض ﻦم ارد ةس ا دقﻨل ا أ د يب ةفرﻌم ا وقل ا دع ا يتل عيطتسن اهب نأ مكحن ىلع ا ةﻌطقل ا أ د ةيب ُأ ديج ريﻏ مأ ة ديج ،ة إف اذ تناك ديج در وأ ة ةئي امف

Administrasi Pembangunan. SKPD wajib melakukan pengawasan terhadap PPK dan Pokja ULP / Pejabat Pengadaan di lingkungan SKPD masing masing, dan menugaskan aparat pengawasan intern

Semakin banyak jumlah penggunaan fermentasi tepung daun Semak Bunga Putih dalam ransum, harga ransum semakin murah dan rataan konversi pakannya semakin rendah, sehingga

Seluruh Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat

Mengenai pengaruh kebudayaan terhadap budaya politik masyarakat Samin (Sedulur Sikep) dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan asli yang dipegang warga masyarakat Samin