• Tidak ada hasil yang ditemukan

OSTEOPOROSIS DEFINISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OSTEOPOROSIS DEFINISI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

OSTEOPOROSIS

DEFINISI

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang.

Menurut WHO (World Health Organisatition), Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan risiko terjadinya patah tulang.

EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.

Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015.

Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%. Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050. (Yayasan Osteoporosis Internasional) Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun. (Yayasan Osteoporosis Internasional) Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. (Yayasan Osteoporosis Internasional) Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis.

(2)

KLASIFIKASI & ETIOLOGI

Beberapa penyebab osteoporosis, yaitu:

 Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia antara 51- 75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen produksinya mulai menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause

 Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblas). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.

 Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, antikejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok dapat memperburuk keadaan ini.

 Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang

FAKTOR RESIKO

Faktor resiko yang tidak dapat diubah

a. Usia : Lebih sering terjadi pada lansia

b. Jenis Kelamin : Wanita 3 kali lebih sering terjadi dibandingkan pria. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh faktor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil.

c. Ras : Kulit putih mempunyai resiko paling tinggi.

d. Keturunan/Riwayat keluarga : Sejarah keluarga juga memengaruhi penyakit ini. Pada keluarga yang mempunyai riwayat osteoporosis,anak-anak yang dilahirkannya cenderung mempunyai penyakit yang sama.

(3)

e. Bentuk tubuh : Adanya kerangka tubuh yang lemah dan skoliosis vertebra menyebabkan penyakit ini. Keadaan ini terutama terjadi pada wanita antara usia 50-60 tahun dengan densitas tulang yang rendah dan diatas usia 70 tahun dengan BMI (body mass index) [berat badan dibagi kuadrat tinggi badan] yang rendah

Faktor resiko yang dapat diubah a. Merokok

b. Defisiensi vitamin dan gizi (antara lain protein)

c. Gaya hidup : Aktivitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan penyanga berat badan merupakan stimulus penting bagi resorpsi tulang. Beban fisik yang terintegrasimerupakan penentu dari puncak massa tulang.

d. Gangguan Makan

e. Menopause dini (Menopouse yang terjadi pada usia 46 tahun) dan hormonal, yaitu kadar estrogen plasma yang kurang. Disini kadar estrogen menurun. Dengan menurunnya kadar estrogen, resorpsi tulang menjadi lebih cepat sehingga akan terjadi penurunan masa tulang yang banyak. Bila tidak segera diintervensi, akan cepat terjadi osteoporosis.

PATOFISIOLOGI

Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus bertumbuh. Tulang mempunyai struktur, pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan hanya memberi kekuatan dan membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang juga terus mengalami perubahan karena berbagai stres mekanik dan terus mengalami pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel.

Untuk mempertahankan kekuatannya, tulang terus menerus mengalami proses penghancuran dan pembentukan kembali. Tulang yang sudah tua akan dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru dan kuat. Proses ini merupakan peremajaan tulang yang akan mengalami kemunduran ketika usia semakin tua.

Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia akil balig atau pubertas, ketika tulang menjadi makin besar, makin panjang, makin tebal, dan makin padat yang akan mencapai puncaknya pada usia sekitar 25-30 tahun. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia 30 tahun, yang akan makin bertambah setelah diatas 40 tahun, dan akan berlangsung terus dengan bertambahnya usia, sepanjang hidupnya. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada osteoporosis

(4)

MANIFESTASI KLINIS

Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun tanpa keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang.

Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya akan memberikan keluhan atau gejala sebagai berikut:

1. Tinggi badan berkurang

2. Bungkuk atau bentuk tubuh berubah 3. Patah tulang

4. Nyeri bila ada patah tulang

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan radiologik

Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif. Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen. Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame vertebra.

2. Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)

Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk menilai densitas massa tulang, seseorang dikatakan menderita osteoporosis apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density ) berada dibawah -2,5 dan dikatakan mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan tulang) bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai BMD berada diatas nilai -1.

3. Sonodensitometri

Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan menggunakan gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.

4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu pertama T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta kualitas jaringan tulang trabekula dan yang kedua untuk menilai arsitektur trabekula.

(5)

Merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk memeriksa kelainan metabolisme tulang. 6. CT-Scan

CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.

7. Pemeriksaan Laboratorium

 Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.

 Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)

 Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.

 Ekresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.

STADIUM

1. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak dan lebih cepat daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia 30- 35 tahun

2. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai turun (osteopenia). 3. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan sentuhan atau benturan ringan.

4. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat patah tulang. Anda tidak bisa bekerja, bergerak , bahkan mengalami stres dan depresi

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan bertujuan untuk meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi.Wanita pascamenopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.

(6)

Terapi hormon pengganti di pakai untuk pengobatan dengan estrogen dengan progesteron di buat oleh indung telur dan jumlahnya menurun selama menupause. Estrogen yang di gunakan dalam THP adalah estrogen alami sedangkan yang dipakai untuk kontrasepsi adalah sintetik dan lebih kuat. Karena progesteron alami sulit di berikan lewat oral (terurai dalam saluran pencernaan) dan mempunyai efek samping, bentuk sintesis yang di bentuk di gunakan dalam THP. Jika THP gabungan di berikan progesteron biasa di berikan selama 10-14 hari dari siklus 28 hari dan estrogen selama 21-28 hari

2. Terapi non-hormonal bagi osteoporosis a. Bisfosfonat

Golongan obat sintesis untuk terapi osteoporosis. Efek utamanya untuk menonaktifkan sel-sel penghancur tulang sehingga penurunan masa tulang dapat di cegah

b. Etidronat

Adalah preparat bisfosfonat pertama yang di gunakan untuk mengatasi osteoporosis. Preparat ini diberikan dalam siklus 90 hari bersama kalsium dalam bentuk didronel PMO.

c. Alendronat

Alendronat jarang menimbulkan efek samping,namun bisa timbul diare,rasa sakit dan kembung pada perut dan gangguan pada tenggorokan atau esofagus.tablet alendronat harus diminum dengan benar sesuai ketentuan untuk menekan risiko gangguan tenggorokan.

d. Vitamin D

Vitamin D sangat penting untuk kesehatan tulang.vitamin D meningkatkan penyerapan kalsium oleh usus sehingga cukup tersedia kalsium untuk tulang.terdapat dua bentuk vitamin D dengan efek yang sama atau serupa yaitu D3 yang dibuat dalam kulit saat terkena sinar matahari dan vitamin D2 yang dioeroleh dari makanan.vitamin D bisa diberikan peroral atau suntikan.dalam bentuk tablet dosis yang dianjurkan adalah 800 international units perhari.

e. Kalsitriol

Kalsitriol terbukti mencegah hilangnya massa tulang dan mengurangi resiko patah tulang belakang,diberikan dalam bentuk tablet dengan dosis 0,25 mg perhari.daya kerjanya yang kuat mungkin menyebabkan tingginya kadar kalsium dalam darah dan urin

KOMPLIKASI

(7)

2. Hospitalisasi, penempatan di nursing home dan penurunan kemampuan untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dapat terjadi setelah fraktur osteoporosis.

PENCEGAHAN

Ada beberapa langkah pencegahan :

 Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun).

 Konsumsi vitamin D (lewat makanan kaya vitamin D)

 Olah raga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan tulang.

 Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang.

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah (tahap-tahap) pembelajaran berbasis masalah yang telah dikemukakan terlihat bahwa pembelajaran berbasis masalah pada intinya merupakan suatu strategi

1. Untuk mengetahui apakah telah siap kontraktor menengah dan kecil di Surakarta dalam menghadapi Perpres No. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kemampuan

Analisis dilakukan dengan bantuan model regresi lain yang memiliki variabel predictor dengan model yang telah dibentuk (dalam modul ini adalah model reg1 ) yang

059/MenKes/SK/I/2009 tanggal 16 Januari 2009, Dengan demikian dalam melaksanakan pelayanannya, Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo yang memiliki kapasitas

Madya Zuraidah Binti Abdul Rahman Pusat Pengajian Pendidikan Jarak Jauh Prof.. Madya Aizzat Binti Mohd Nasurdin Pusat

Kandungan amonia yang tinggi di perairan merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik di perairan, kadar amonia bebas melebihi 0,2 mg/L dapat menyebabkan kematian beberapa

Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 85% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I.