• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUTE ANGKUTAN KOTA TRAYEK G" DARI PAKEM MENUJU KAMPUS MELALUI JALAN SUMATRA DI KABUPATEN JEMBER ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN RUTE ANGKUTAN KOTA TRAYEK G" DARI PAKEM MENUJU KAMPUS MELALUI JALAN SUMATRA DI KABUPATEN JEMBER ABSTRACT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN JEMBER

Ayu Mirdhia Husnita Sonya Sulistyono Akhmad Hasanuddin

Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik – Univ. Jember

Jl. Slamet Riyadi 62 Jember Telp. : 085230002782

Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik – Univ. Jember

Jl. Slamet Riyadi 62 Jember sonya@teknik.unej.ac.id

Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik – Univ. Jember

Jl. Slamet Riyadi 62 Jember hasanuddin@teknik.unej.ac.id

ABSTRACT

Role of Jl. Sumatra initially only as access road and alternative street. Along with expanding and growing of population around the street, many society exploiting the street as short route to go to campus area (UNEJ, STIE Mandala and Poltek Jember). Jl. Sumatra does not pass public transport, so that societies have to use vehicle of person to exploit the street or changed transportation to go to the street. For that require to be developed public transport route to pass the street. Target of this research is to know competent or not Route of G (Pakem - Campus) passing Jl. Sumatra and to know the amount of trip and armada majors of Pakem - Campus pass Jl. Sumatra if this route can be opened.

Collecting data from interview household survey at society around Jl. Sumatra and Jl. Bengawan Solo and also static survey and dynamic survey. Result of analysis show Jl. Sumatra and Jl. Bengawan Solo evaluated to competent request aspect to get service of public transport. Amount of vehicle to reach break even point entrepreneur of transportation is 29 vehicle, but field there are 42 vehicle operate. So that need development of existing route that is by adding route go to Jl. Sumatra and of Jl. Bengawan Solo. Amount of vehicle every hour to pass new route (jl. Sumatra and Jl. Bengawan Solo) is 5 vehicle trips. And for needed old route 26 vehicle trip every hour with headway among 2 until 3 minutes. Journey conducted counted 7 until 8 times to every MPU route of G or 14 trips until 16 trips. From result of simulation of vehicle trip of G there obtained 21 vehicle leave from Pakem and 21 other vehicle leave from Tawang Alun, and for vehicle which passing jl. Sumatra every hour is 6 vehicle trips.

Keyword: public transport, route of G, needed vehicle, amount of trip.

1. PENDAHULUAN

Meningkatnya masyarakat yang lebih memilih mengkredit sepeda motor untuk menjangkau daerah tujuannya supaya lebih dekat membuat jumlah pangguna angkutan umum menjadi berkurang. Hal tersebut tidak dapat disalahkan karena masyarakat lebih memilih efisiensi waktu untuk melakukan perjalanan atau tidak tersedianya angkutan pada suatu daerah. Trayek angkutan kota Kabupaten Jember cukup banyak tersedia namun beberaka kawasan hingga saat ini belum terlayani angkutan kota. Jl. Sumatera saat ini telah tumbuh menjadi kawasan niaga, pendidikan hingga untuk kegiatan bisnis. Pertumbuhan yang pesat pada kawasan ini belum diiringi dengan ketersediaan angkutan umum. Selain itu jalan ini merupakan salah satu jalan penghubung dari Kota Jember bagian Selatan menuju Jl. Kalimantan, Jl. Jawa dan Jl. Mastrip yang sudah terlebih dulu berkembang kawasannya untuk pendidikan, perkantoran, niaga maupun bisnis.

Kendala bagi masyarakat yang sering terjadi adalah bila masyarakat dari Jl. Basuki Rahmat, Jl. Letjen Suprapto serta masyarakat di kawasan Kota Jember bagian Selatan yang menggunakan jasa angkutan kota untuk menuju daerah kampus (Jl. Kalimantan, Jl. Jawa dan Jl. Mastrip) harus menempuh perjalanan yang cukup jauh. Mereka harus menaiki angkutan kota sampai daerah Jompo kemudian beralih angkutan kota yang menuju arah kampus. Tentu

(2)

cukup sulit untuk menuju ke daerah kota (pusat Kabupaten Jember) dengan menggunakan angkutan umum.

Salah satu upaya rekayasa transportasi yang dapat dilakukan adalah menyediakan angkutan kota untuk melintasi Jl. Sumatra, dengan membagi armada angkutan kota Trayek G rute Pakem - Tawang Alun. Dipilihnya trayek G dalam studi ini karena Trayek G merupakan salah satu trayek dengan jumlah armada terbanyak dan pendapatan perhari yang mulai menurun. Adapun tujuan dari penelitian yang akan dilakukan ini antara lain:

a. Mengetahui kelayakan Trayek G (Pakem – Kampus) melewati Jl. Sumatra untuk dioperasikan dan jumlah armada untuk mencapai titik impas Trayek G yang saat ini kondisinya mulai terpuruk.

b. Mengetahui jumlah trip per-hari untuk rute pengembangan angkutan kota Trayek G. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat menggunakan angkutan umum dengan mempermudah transportasi menggunakan kendaraan umum bagi masyarakat di sekitar daerah Jl. Sumatra maupun bagi masyarakat dari arah Kota Jember bagian Selatan bisa melalui jalur yang lebih pendek untuk menuju daerah kampus.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Kota

Menurut KM 35 Tahun 2003, angkutan kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah kota atau wilayah ibukota Kabupaten dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek. Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyak-banyaknya delapan tempat duduk, tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. Sedangkan mobil penumpang umum (MPU) adalah mobil penumpang yang digunakan sebagai kendaraan umum (Dephub, 2002).

Menurut PP 41 Tahun 1993, trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal. Jaringan trayek adalah kumpulan trayek yang menjadi satu kesatuan pelayanan angkutan orang. Hirarki trayek terdiri atas trayek utama, trayek cabang, trayek ranting dan trayek langsung. Faktor yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan jaringan trayek adalah pola tata guna tanah, pola penggerakan penumpang angkutan umum, kepadatan penduduk, daerah pelayanan dan karakteristik jaringan.

2.2 Pelayanan Angkutan Penumpang Umum

Penentukan wilayah pelayanan angkutan penumpang umum dimulai dari penentuan titik-titik terjauh permintaan pelayanan angkutan penumpang umum didaerah perkotaan, dengan menentukan (Dephub, 2002) :

a. Jumlah permintaan pelayanan angkutan umum penumpang kota pada kelurahan-kelurahan yang terletak di sekitar batas wilayah terbangun kota, meliputi :

1) Jumlah penduduk kelurahan : P (Jiwa).

2) Jumlah penduduk potensi melakukan pergerakan, merupakan jumlah penduduk usia 5 - 65 tahun : Pm (jiwa).

3) Angka pemilikan kendaraan pribadi (K, kend/penduduk) : P

V

(3)

Dimana : V = Jumlah kendaraan pribadi (kendaraan) P = Jumlah penduduk seluruhnya

4) Kemampuan pelayanan kendaraan pribadi (L) :

C Pm K

L= × × ... (2)

Dimana : K = Angka pemilikan kendaraan pribadi

Pm = Jumlah penduduk potensial melakukan pergerakan C = jumlah penumpang yang diangkut oleh kendaraan pribadi

5) Jumlah kemampuan potensial melakukan pergerakan yang membutuhkan pelayanan angkutan umum penumpang.

6) Jumlah permintaan angkutan umum penumpang (D) : M

ftr

D= × ... (3)

Dimana M adalah besarnya jumlah penduduk potensial melakukan pergerakan yang membutuhkan pelayanan angkutan umum penumpang.

b. Jumlah penumpang minimal untuk mencapai titik impas pengusahaan angkutan umum penumpang, meliputi :

1) Jumlah penumpang minimal untuk kendaraan angkutan umum penumpang (Pmin). Pmin untuk jenis MPU (roda empat) adalah 250 penumpang per-hari bus.

2) Penentuan titik-titik terjauh permintaaan pelayanan angkutan umum penumpang dengan kriteria :

min P R

D> × ... (4)

Dimana R adalah jumlah kendaraan minimal untuk pengusaha angkutan umum penumpang (untuk MPU roda empat = 20 kendaraan)

3) Jumlah kendaraan yang dibutuhkan untuk melayani suatu daerah (N) : min

P D

N = ... (5)

Dimana D adalah jumlah permintaan perhari. Jika N < R, suatu daerah tidak dapat dimasukan ke dalam wilayah pelayanan angkutan umum, dan jika N > R suatu daerah dapat menjadi bagian wilayah pelayanan angkutan umum.

3. CARA PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Guna memperoleh hasil penelitian sesuai tujuan, dilakukan pengaturan tahapan penelitian. Tahapan-tahapan pelaksanaan dalam penelitian ini adalah :

a. Pengumpulan data sekunder.

b. Pengumpulan data primer. meliputi : survai wawancara rumah tangga angkutan umum, survai jumlah kendaraan yang melalui Jl. Sumatra, survai dinamis dan survai statis.

c. Analisis permintaan (demand) penggunaan angkutan kota Trayek G (Pakem – Kampus). d. Analisis pengembangan Trayek G melalui Jl. Sumatera.

3.2 Data Penelitian

Sesuai dengan metode penelitian, maka data penelitian yang diperlukan terdiri dari :

a. Data sekunder, meliputi: trayek angkutan, jumlah angkutan di Pangkalan Pakem dan jumlah penduduk dilingkungan kawasan yang akan dikembangkan.

b. Data primer, diperoleh melalui survai wawancara rumah tangga, survai jumlah kendaraan yang melalui Jl. Sumatra, survai dinamis dan survai statis angkutan kota Trayek G.

(4)

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi awal yang perlu ditinjau adalah di daerah Pakem. Tempat ini merupakan awal keberangkatan angkot Trayek G. Daerah yang direncanakan untuk dilalui beberapa angkot Trayek G ini adalah Jl. Sumatra dan Jl. Bengawan Solo. Untuk memperjelas daerah-daerah yang dimaksud, dapat dilihat dalam Lampiran 1.

Kondisi Geografi

Jl. Sumatra dan Jl. Bengawan Solo dipotong oleh sungai, sehingga kontur tanahnya tidak beraturan. Namun jalan yang melintasi sudah cukup baik dan sering dilewati kendaraan. Di Jl. Sumatra terdapat tanjakan yang cukup tajam. Jika menggunakan kendaraan bermotor hal ini tidak akan menjadi masalah. Namun jika menggunakan becak penumpangnya harus turun dan berjalan terlebih dahulu melalui tanjakan. Demikian juga dengan Jl. Bengawan Solo, terdapat tanjakan yang merupakan bagian dari jembatan Semanggi.

Kondisi Penduduk

Di daerah Jl. Sumatera dan Jl. Bengawan Solo terdapat banyak pemukiman penduduk. Selama ini mereka cukup sulit untuk menuju ke daerah kota dengan menggunakan angkutan umum. Jumlah penduduk menurut data langsung dari RT/RW maupun Dhasa Wisma setempat per-akhir tahun 2006 di dapat nilai P, Pm, dan V seperti Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah Penduduk Produktif dan Jumlah Kendaraan Pribadi

Kawasan Jl. Sumatera Kawasan Jl. Bengawan Solo RW RT Jml. Pend. (P) Jml. Pend. 5 - 6 th (Pm) Jml. Kend. Pribadi (V) RW RT Jml. Pend. (P) Jml. Pend. 5 - 6 th (Pm) Jml. Kend. Pribadi (V) 1 1 168 144 30 5.L 1 160 138 20 2 257 225 46 2 114 100 32 3 317 273 57 2 1 357 305 64 5.K 1 256 226 54 2 321 286 58 2 326 284 58 3 331 272 51 3 115 102 21 3 1 342 294 58 2 225 205 53 3 158 141 43 7 522 445 69 Jumlah 2.998 2.590 529 Jumlah 971 850 185

Sumber : Hasil survai, 2007

Kondisi Transportasi

Di daerah Jl. Basuki Rahmat - Jl. Letjen Suprapto angkutan umum yang melintas hanya angkot. Hanya terdapat satu trayek angkot yaitu Trayek G (Pakem-Tawang Alun). Moda transportasi lain selain kendaraan pribadi adalah taxi, becak dan ojek. Sementara ini masyarakat dari daerah Jl. Basuki Rahmat - Jl. Letjend Suprapto jika ingin menuju daerah kampus harus berganti angkutan kota di daerah Jompo untuk kemudian menaiki angkutan kota yang ke arah kampus. Hal tersebut akan membutuhkan waktu lebih lama dan biaya yang lebih banyak, sehingga masyarakat yang tidak mempunyai kendaraan pribadi ini lebih memilih becak sebagai moda transportasi menuju daerah kampus. Bahkan kebanyakan dari mereka memilih untuk mengkredit sepeda motor. Hal ini membuat jumlah sepeda motor semakin banyak dan memadati laulintas. Setiap pagi di hari-hari aktif, cukup banyak masyarakat dari daerah Jl. Basuki Rahmat - Jl. Letjend Suprapto yang menuju arah kampus untuk melakukan aktifitas. Diantaranya menuju sekolah-sekolah, kampus dan kantor. Dengan tidak adanya angkutan kota yang melalui jalan penghubung (Jl. Sumatera) masyarakat kesulitan untuk tepat waktu sampai ditujuan.

(5)

Di sepanjang Jl. Sumatra dan Jl. Bengawan Solo banyak terdapat pemukiman penduduk. Tentunya mereka juga melaksanakan kegiatan transportasi setiap harinya. Namun jika tidak memiliki kendaraan pribadi mereka harus menggunakan kendaraan umum. Kendaraan umum yang tersedia di sepanjang jalan ini hanya becak dan ojek. Jika ingin menggunakan lin yang relative lebih murah, mereka harus berjalan kaki terlebih dahulu. Hal tersebut akan membutuhkan waktu yang cukup lama.

MPU Trayek G

Rute yang dilewati angkot Trayek G adalah Pakem - Jl. Basuki Rahmat - Jl. Letjen Suprapto - Jl. Trunojoyo - Jompo - Tawang Alun. Di antara Jl. Letjen Suprapto dan Jl. Trunojoyo terdapat Jl. Sumatera yang merupakan jalan penghubung untuk menuju daerah kampus, namun Jl. Sumatera ini tidak dilalui angkutan kota. Padahal di sepanjang Jl. Sumatera saat ini sudah mulai berkembang. Yaitu dengan adanya tempat kursus, warnet, pertokoan, cafe/ restorant, bahkan Perguruan Tinggi yang telah lama berdiri di daerah tersebut. Daerah-daerah yang dihubungkan oleh Jl. Sumatera antara lain Jl. Jawa, Jl. Kalimantan, dan Jl. Bengawan Solo. Di sepanjang Jl. Jawa terdapat sekolah-sekolah (SMU dan SMP), kampus, berbagai macam pertokoan dan kantor. Demikian pula dengan Jl. Kalimantan terdapat pertokoan, kantor, dan kampus. Sedangkan Jl. Bengawang Solo terdapat SD dan pemukiman yang cukup padat, juga sebagai penghubung ke arah kota.

4.2 Analisis Kinerja Trayek G

Waktu Tempuh

Dari hasil rekapitulasi didapat waktu tempuh rata-rata angkot Trayek G yang digambarkan dalam grafik (Gambar 1). Dapat dilihat bahwa waktu tempuh pergi angkot Trayek G adalah ± 35 menit dengan jarak 13,8 km dan waktu tempuh pulang lin G adalah ± 32 menit dengan jarak 13,9 km. Sehingga waktu tempuh pulang-pergi angkot Trayek G adalah ± 67 menit atau kurang dari 70 menit.

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00

SENIN SELASA RABU KAMIS JUM'AT SABTU Rata-rata

w a k tu te m puh (m en it ) pergi pulang Total wkt tempuh

Gambar 1 Grafik Waktu Tempuh Saat Jam Sibuk

Dari grafik (Gambar 2) dapat dilihat bahwa tidak semua armada menempuh waktu dan jarak yang sama. Dapat dilihat pada grafik, waktu tempuh ada yang tidak mencapai 40 menit. Hal tersebut dikarenakan angkot Trayek G hanya menempuh perjalanan hingga segmen 5b. Sebab pada waktu tidak sibuk, kendaraan mulai kosong saat berada di segmen 5b ini. Dari hasil suvai ini ditemukan penyimpangan trayek.

(6)

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

SENIN SELASA RABU KAMIS JUM'AT SABTU Rata-rata

w a k tu t e mp uh ( m e n it ) Pergi Pulang Total wkt tempuh

Gambar 2 Grafik Waktu Tempuh Saat Jam Tidak Sibuk

Perpindahan Penumpang

Analisa perpindahan penumpang diperoleh dari hasil survai wawancara langsung pada penumpang dilakukan selama enam hari dengan 3 kali pergi dan pulang setiap harinya. Jumlah keseluruhan penumpang pada arah pergi yaitu 211 penumpang. Sedangkan untuk arah pulang hanya pada 137 orang.

Tabel 2 Persentase Perpindahan Penumpang Arah Pergi dan Arah Pulang

Prosentase Perpindahan Prosentase Jumlah Perpindahan Arah Sampel Jumlah Perpindahan Tdk. Pindah 1 kali 2 kali 3 kali

Pergi 211 54 46 89 11 1 Pulang 137 50 50 72 25 3

Sumber : Hasil analisis, 2007

Dari Tabel 2, penumpang arah pergi banyak melakukan perpindahan moda transportasi. Sebab kebanyakan dari mereka akan melakukan perjalanan keluar daerah. Namun perpindahan yang dilakukan oleh mayoritas penumpang hanya sebanyak satu kali saja. Sedangkan untuk arah pulang, penumpang yang melakukan perpindahan moda transportasi sama banyak dengan yang tidak melakukan perpindahan. Perpindahan yang dilakukan oleh mayoritas penumpang hanya sebanyak satu kali. Perpindahan moda transportasi ini dilakukan tergantung pada tujuan perjalanan masing-masing penumpang.

Waktu Antara (Headway)

Di pemberhentian terakhir angkot Trayek G (Pangkalan Pakem), didapat nilai headway rata-rata antar kendaraan adalah 3 menit. Sedangkan di ruas-ruas jalan, headway antar kendaraan untuk Pertigaan Armed, Halte Jl. Trunojoyo dan Jl. Gadjah Mada adalah 2 menit. Pada lokasi tiga titik ruas jalan, headway rata-ratanya sama yaitu 2 menit. Sedangkan headway ideal adalah 5-10 menit. Sehingga jarak antar kendaraan terlalu dekat. Mencari dan menunggu penumpang merupakan salah satu penyebab jarak antar angkutan (headway) tidak beraturan. Frekuensi Kendaraan di Terminal / di Ruas Jalan

Dapat dilihat dalam grafik (Gambar 3), pada pukul 6.15 - 7.15 paling banyak melintas di pertigaan Armed. Kemudian pada pukul 10.15 - 11.15 di pertigaan Armed Trayek G yang melintas paling banyak. Hal ini merupakan kemungkinan terjadinya penyimpangan trayek.

(7)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 7:15 8:15 9:15 10:15 11:15 12:15 13:15 14:15 15:15 16:15 6:15 7:15 8:15 9:15 10:15 11:15 12:15 13:15 14:15 15:15 Waktu J u m lah K e nd a raa n Pakem Pertigaan Armed Halte Trunojoyo Gj.Mada

Gambar 3 Grafik Frekuensi Kendaraan Angkutan Umum Trayek G

Frekuensi Pelayanan di Terminal / di Ruas Jalan

Dari hasil survai dapat dilihat bahwa pelayanan pada jam sibuk pertama selama 4 jam (pagi) kendaraan yang melintas cukup banyak adalah pada titik pertigaan Armed dan Helte Trunojoyo. Sedangkan di Pakem hanya ada beberapa angkot Trayek G yang berhenti ataupun hanya sekedar putar balik. Pada jam sibuk kedua selama 3 jam (siang), angkot Trayek G juga masih banyak melintas di pertigaan Armed dan Helte Trunojoyo. Namun angkot Trayek G sudah mulai berkurang pada saat jam tidak sibuk, yaitu pada sore hari. Karena jumlah penumpang mulai berkurang.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 7:15 8:15 9:15 10:15 11:15 12:15 13:15 14:15 15:15 16:15 6:15 7:15 8:15 9:15 10:15 11:15 12:15 13:15 14:15 15:15 Jam pelayanan Fak tor m u at Pakem Pertigaan Armed Halte trunojoyo Gj.Mada

Gambar 4 Grafik Faktor Muat Tiba MPU Trayek G

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 7:15 8:15 9:15 10:15 11:15 12:15 13:15 14:15 15:15 16:15 6:15 7:15 8:15 9:15 10:15 11:15 12:15 13:15 14:15 15:15 Jam pelayanan Faktor muat Pakem Pertigaan Armed Halte trunojoyo Gj.Mada

Gambar 5 Grafik Faktor Muat Pergi MPU Trayek G

Gambar 4 dan 5 menunjukkan faktor muat rata-rata. Dalam grafik tersebut dapat dilihat faktor muat terbanyak pada pagi hari adalah saat di pertigaan Armed dan Halte Trunojoyo. Sebab dipagi hari merupakan awal dari mulainya aktifitas, sehingga jumlah penumpang cukup banyak. Namun selain pada pagi hari faktor muat kurang dari 70%. Jadi dapat dikatakan bahwa permintaan tidak terlalu banyak selain dipagi hari.

(8)

Persentase Jumlah Armada yang Beroperasi

Persentase jumlah armada yang beroperasi dari hasil survai statis menunjukkan armada yang diberikan ijin trayek hanya 42 kendaraan, sedangkan armada yang beroperasi tercatat 43 kendaraan. Sehingga prosentase jumlah armada yang beroperasi adalah sebesar 102%. Terdapat satu armada yang tidak terdaftar dalam Dinas Perhubungan Kabupaten Jember maupun Primkoveri Jember.

4.3 Analisis Pengembangan Rute Trayek G

Perbandingan Jumlah Armada dan Demand

Jumlah penumpang perhari perkendaraan dapat dihitung dari hasil survai dinamis dan survai statis. Diketahui jumlah penumpang rata-rata dalam satu kali perjalanan (PP) pada waktu sibuk adalah 24 dan 25 penumpang, sedangkan waktu tidak sibuk adalah 12 penumpang. Setiap armada trayek G rata-rata melakukan 8 kali perjalanan pergi pulang. Dari perkalian antara jumlah perjalanan pergi pulang dengan jumlah penumpang rata-rata pada jam sibuk maupun tidak sibuk didapat jumlah penumpang perhari perkendaraan. Namun sebelumnya dilakukan perhitungan waktu sirkulasi MPU trayek G dari Pakem (A) ke Tawang Alun (B) kembali ke A, yaitu:

TAB = 34,5 menit (rata-rata waktu tempuh MPU trayek G dari survai dinamis)

TBA = 32,08 menit (rata-rata waktu tempuh MPU trayek G dari survai dinamis)

Perhitungan dapat disajikan dalam Tabel 16, sehingga didapat CTABA = 76,57 menit.

Jika dalam satu kali perjalanan pergi pulang pada rute awal adalah selama 76,57 menit (CTABA) maka banyaknya perjalanan pergi pulang (PP) dapat dihitung:

PP kali menit menit S 3 57 , 76 240 1= = PP kali menit menit S 2 57 , 76 180 2= = PP PP PP PP TS =8 −3 −2 =3

Sehingga perhitungan jumlah penumpang perkendaraan dalam satu hari adalah sebagai berikut: penumpang penumpang PP S1=3 ×24 =72 penumpang penumpang PP S2=2 ×25 =50 penumpang penumpang PP TS =3 ×12 =36

Jumlah penumpang perhari perkendaraan = 72 + 50 + 36

= 158 penumpang

Jika MPU trayek G yang tersedia saat ini adalah 42 armada, maka jumlah permintaan MPU trayek G perhari adalah:

Jumlah permintaan = 158 x 42 = 6636 pnp/hari

Sesuai dengan ketentuan Dephub, jumlah penumpang minimal per kendaraan per hari untuk mencapai titik impas pengusaha angkutan nilai Pmin adalah 250. Sehingga jumlah armada G untuk mencapai titik impas pengusaha angkutan dapat dihitung sebagi berikut:

Jumlah permintaan tiap hari trayek G / Pmin = 6636 / 250

= 26,54 ≈ 27 armada

Dari perhitungan di atas dapat diketaui jumlah armada yang tersedia lebih banyak dari jumlah armada yang seharusnya untuk mencapai titik impas pengusaha angkutan. Sehingga perlu pengembangan rute yang ada untuk menambah demand dan meningkatkan pendapatan angkutan umum trayek G.

(9)

Penentuan Jumlah Kendaraan per Waktu Sirkulasi

Sesuai dengan petunjuk perhitungan pada Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan dalam Trayek Tetap dan Teratur, maka berikut cara penentuan jumlah kendaraan perwaktu sirkulasi:

a. Waktu sirkulasi dari Pakem (A) ke Tawang Alun (B) kembali ke A, untuk rute awal dan rute baru dapat dilihat dalam Tabel 3. Untuk G2 nilai Tab didapat dari perhitungan

berikut:

Jika diketahui jarak tambahannya adalah 3,2 km dan kecepatan rata-rata pergi MPU trayek G (hasil survai dinamis) adalah 25,35 km/jam, maka waktu tempuh rute baru adalah:

menit 57 , 7 35 , 25 60 2 , 3 × =

Tabel 3 Waktu Sirkulasi

Trayek Tab Tba ab ba Tta Ttb CTaba

(menit) (menit) 5%xTab 5%xTba 10%xTab 10%xTba

(1)+(2)+(3)+

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (4)+(5)+(6)

G awal 34.5 32.08 1.73 1.60 3.45 3.21 76.57

G2 7.57 0.38 0.76 8.71

b. Waktu antara kendaraan jika diketahui: C = 11 orang

Lf = Faktor muat, diambil 70 % (pada kondisi dinamis)

Nilai P dicari dari data survai statis di jl. Trunojoyo yang merupakan rute awal sebelum perubahan melewati jl. Sumatra. Nilai K’ untuk jam sibuknya (pada pukul 6.15 sampai 10.15) adalah 104 trip kendaraan. CTABA sebelum perubahan rute adalah 76,57 menit.

unit K 33 57 , 76 240 104 = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = menit H 2,31 33 57 , 76 = = penumpang P 200,2 200 31 , 2 7 , 0 11 60× × = =

Kemudian perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4, sehingga kebutuhan jumlah armada tiap satu jam adalah 26 trip kendaraan untuk rute awal.

Sedangkan jumlah armada tiap satu jam yang dibutuhkan untuk melewati jl. Sumatra dan jl. Bengawan Solo dapat dihitung sebagai berikut:

a. Menentukan perkiraan jumlah penumpang perhari yang akan memanfaat MPU trayek G baru (G2), yaitu dengan menjumlahkan penumpang MPU trayek G yang melakukan perpindahan angkutan umum di Jompo sebanyak 53 orang perhari (sesuai hasil survai di Jompo) dengan jumlah penduduk jl. Sumatra dan jl. Bengawan Solo yang memanfaat angkutan umum untuk kegiatan transportasi sehari-hari (sesuai hasil survai wawancara rumah tangga).

Di daerah ini sebanyak 33 % (survai wawancara rumah tangga) penduduknya menggunakan angkutan umum, dengan jumlah penduduk produktif 3440 jiwa, sehingga didapat:

Jumlah yang menggunakan angkutan umum =33%×3440=1135,2≈1136orang

(10)

b. Menentukan perkiraan nilai P (jumlah penumpang perjam pada seksi terpadat)

Pada rute awal didapat nilai P = 200 penumpang dari jumlah permintaan 6636 pnp/hari, sehingga: P untuk G2 : penumpang 35 24 , 34 6636 200 1136 ⎟= ≈ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ×

Setelah diketahui nilai P, langkah perhitungan selanjutnya dapat disajikan dalam Tabel 17 berikut:

Tabel 4 Jumlah Armada yang Dibutuhkan Setiap Jam Perjalanan

CTaba P C H K W K'

Trayek (60xCxLf)/P CTABA/(HxfA) Kx(W/CTABA)

(menit) (unit) (menit)

G awal 76.57 200 11 2.31 33 60 26

G2 8.71 35 11 13.20 1 60 5

Dari Tabel 4 didapat kebutuhan jumlah armada tiap satu jam adalah 26 trip kendaraan untuk rute awal dengan headway 3 menit dan 5 trip kendaraan untuk rute baru dengan headway 13 menit. Karena headway idealnya adalah 5 dampai 10 menit, maka headway pada saat melewati jl. Sumatra dan jl. Bengawan Solo adalah 9-10 menit dengan jumlah kendaraan 6-7 perjamnya.

4.4 Evaluasi Kelayakan

Sesuai dengan ketentuan dalam Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan dalam Trayek Tetap dan Teratur (2002) serta sesuai dengan Panduan Pengumpulan Data Angkutan Umum Perkotaan (2001) yang dikeluarkan Departemen Perhubungan, dari hasil survai didapat:

a. Besarnya demand di jl. Sumatra dan jl. Bangawan Solo (D) adalah 5608. Sedangkan jumlah penumpang minimal dalam satu hari adalah 5000, maka D>5000, sehingga daerah ini dapat dilayani angkutan umum penumpang.

b. Nilai N dari hasil perhitungan adalah 22,43 lebih besar dari nilai R (20 unit), sehingga daerah ini dapat dimasukkan ke dalam wilayah pelayanan angkutan umum.

c. Dari hasil kuisioner yang disebarkan ke beberapa penduduk, 44% responden berpendapat sangat setuju jika angkutan umum dari Pakem melewati jl. Sumatra – jl. Bengawan Solo – Tawang Alun, dan 49% setuju serta hanya 7 % yang tidak setuju. Sehingga dapat diketahui penduduk didaerah ini membutuhkan pelayanan angkutan umum.

d. Rute yang ada sebelumnya dapat dikembangkan sebab dari evaluasi kinerja MPU trayek G didapat:

1) Kecepatan MPU trayek G tergolong normal yaitu tidak kurang dari 10 km/jam, dengan waktu tempuh yang juga normal saat jam sibuk. Namun pada jam tidak sibuk, waktu tempuh dari beberapa MPU trayek G ini menjadi lebih cepat dikarenakan ada penyimpangan trayek. Hal ini disebabkan sedikitnya jumlah permintaan pada jam tidak sibuk sedangkan armada yang tersedia cukup banyak. 2) PNP rata-rata pada jam sibuk kurang dari 9 penumpang dan pada waktu tidak sibuk

kurang dari 5 penumpang. Sedangkan kapasitas yang tersedia adalah 11 penumpang. Sehingga permintaan (demand) belum melebihi pelayanan armada yang disediakan. 3) Waktu antara (headway) angkutan umum trayek G ini melebihi headway ideal.

Jumlahnya yang cukup banyak dibandingkan dengan trayek lain menyebabkan jarak antar MPU trayek G terlalu dekat dengan MPU trayek G yang lain.

(11)

4) Terdapat satu armada trayek G yang tidak terdapat dalam daftar ijin Dishub maupun Primkoveri Jember.

5) Jumlah armada untuk mencapai titik impas pengusaha angkutan adalah 27 kendaraan, namun dilapangan terdapat 42 kendaraan. Jumlah armada G melebihi permintaan yang ada saat ini, sehingga perlu pengembangan rute yang ada yaitu dengan menambah rute pergi melalui jl. Sumatra dan jl. Bengawan Solo.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil survai lapangan maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini:

1. Jl. Sumatra dan jl. Bengawan Solo dari aspek demand dapat dilayani dan dapat dimasukkan dalam wilayah pelayanan angkutan umum (layak) dilihat dari besarnya nilai demand (D) 5608>5000 dan jumlah kendaraan yang dibutuhkan untuk melayani suatu daerah (N) 22,43>20.

2. Jumlah trip/hari dan armada yang diperlukan untuk jurusan Pakem – Kampus melewati jl. Sumatra adalah:

a. Dari perhitungan didapat jumlah kendaraan setiap jam untuk melalui rute baru (jl. Sumatra dan jl. Bengawan Solo) adalah 5 trip kendaraan. Dan untuk rute lama diperlukan 26 trip kendaraan setiap jamnya dengan headway antara 2 sampai 3 menit. Perjalanan pergi pulang dilakukan sebanyak 7 sampai 8 kali untuk setiap angkutan trayek G atau sebanyak 14 trip sampai 16 trip.

b. Dari hasil simulasi pembagian trip armada G didapat 21 armada berangkat dari Pakem dan 21 armada lainnya berangkat dari Tawang Alun, dan untuk armada yang melalui jalan Sumatra setiap jamnya adalah 6 trip kendaraan.

Untuk itu maka bagi dinas terkait perlu melakukan studi lebih lanjut hingga penyusunan jadwal giliran operasional armada Trayek G yang melayani rute lama dan melayani rute baru yang menrupakan pengembangan dari rute lama. Selain itu perlu dilakukan sosialisasi awal sebelum pelaksanaan operasional pengembangan rute Trayek G tersebut.

6. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Jawa Timur dan jajarannya serta pimpinan Primkoveri Jember berserta jajarannya atas bantuan data sekunder dan dukungannya selama pengambilan data primer.

7. DAFTAR PUSTAKA

Departemen Perhubungan (1993), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41

Tahun 1993. Angkutan Jalan, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta.

Departemen Perhubungan (2001), Panduan Pengumpulan Data Angkutan Umum

Perkotaan, Direktorat Bina Soistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota, Jakarta.

Departemen Perhubungan (2002), Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat

Nomor : SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan

(12)

Departemen Perhubungan (2005), Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM. 35

Tahun 2003.Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta.

Gray, E.G. (1992), Public Transport, Prentice Hall, Engelwoods Cliffs, New Jersey.

Hobbs, F.D. (1995), Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Morlok, E.K. (1998), Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Erlangga, Jakarta. Sevilla, Consuelo G. dkk. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UIP

(13)

Lampiran 1 Sketsa Wilayah Kota Jember yang dilalui Angkutan Kota Trayek G DP RD UN EJ SM PN 3 SM AN 2 SD ST IE MA N D AL A ST AS IU N K A SM A MU H AM AD IY AH TE RM IN AL PA KE M Jl. B asu ki R ahm at ( Muk tisa ri) Jl. L etj d. Su prap to ( Keb ons ari) U Jl. Le tjd. Panj aita n Jl . L et jd . Su to yo Jl . T euk u Um ar Jl. T ru no jo yo Jl. Ahmad Yan i Jl. PB . S ud irm an Jl. B enga wan Solo Jl. Ja wa Jl. K ali m an ta n Jl. M astri p Jl. Ka rim ata Jl. Ri au Jl. S um at ra SM PN 2 RS P TP RS DK T Pa sa r Tan ju ng Ma ta ha ri De pt . S to re Ta wan g Al un Jo m po Jl. Ga ja h Ma da AL un -Alu n Jl . R ay a Su lta n Ag un g Pak usa ri Ar jas a G E, R D, Q , K D, Q , A , B, O , N , AT D, Q , A , B, O , N , AT , H , C, E , R , G , P D, Q , A , B , O , N, AT , H , C, E , R, G , P, L, T B, C D, Q , A , O , N , AT , H , E , R , G , P D, Q , A, B, O , N , AT , H , C, E , R , G , P Ma sj id Al-H ud a Ket er an gan : G : Tw .A lu n-Jo m po-P em da-Pa ke m E : Tw .A lu n-Jo m po-P em da-Pa ku sa ri R: A jun g-P emd a-P aku sari D: T w .A lu n-Ka mp us-P aku sa ri Q: T w .A lu n-Ka mp us-P aku sa ri K: A rja sa-K am pus -P ak usa ri A : Tw .A lu n-Jo m po-A rj as a B: T w .A lu n-Ga jah M ada-G eba ng-Arja sa O : Tw .A lu n-Jo m po-A rj as a N : Tw .A lu n-Jo m po-A rj as a AT: T w. Alu n-Jo m po -M astr ip H: T w .A lu n-Ka nto r Po s-A .Ya ni -T w. A lun C : Tw .A lu n-G aj ah M ad a-K re yo ng an -P er um na s-Ar ja sa L : Tw .A lu n-G eb ang -D r. S ub and i-Ar ja sa T : A jun g-G B .P ore ng-A rja sa : T iti k su rv ai s tat is Pa ke m Pe rt ig aan ar m ed Ha lte Tru no jo yo Gj . M ad a

Gambar

Tabel 1  Jumlah Penduduk Produktif dan Jumlah Kendaraan Pribadi  Kawasan Jl. Sumatera  Kawasan Jl
Gambar 1 Grafik Waktu Tempuh Saat Jam Sibuk
Gambar 2 Grafik Waktu Tempuh Saat Jam Tidak Sibuk  Perpindahan Penumpang
Gambar 3 Grafik Frekuensi Kendaraan Angkutan Umum Trayek G  Frekuensi Pelayanan di Terminal / di Ruas Jalan
+2

Referensi

Dokumen terkait

(forward linkage) dalam suatu sistem agribisnis. Keterkaitan ke belakang berlangsung karena subsistem usahatani memerlukan input produksi yang dapat diperoleh dengan

oleh DJP dan KPP Pratama Cikarang Utara yakni dari segi keandalan, yakni perlu adanya pemilihan provider jaringan yang memiliki kualitas lebih bagus lagi agar masalah

Kecelakaan yang terjadi pada resiko medik tidak dapat dicegah dan terjadinya memang tidak terduga, Pada sanksi dari resiko medik, dalam UU praktik kedokteran dan

Protein dalam makanan memiliki peran aktif sebagai media transportasi bagi vitamin dan mineral di dalam tubuh salah satunya zat besi (Sari dkk., 2016),

Tujuan dari laporan akhir ini adalah untuk mengetahui dan memahami pentingnya penerapan etika berbusana pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Selatan, masalah

Motor pasti akan menurun seiring bertambahnya rpm pada motor listrik tersebut. Hal itu dikarenakan rpm motor listrik bertambah seiring berkurangnya beban yang diberikan pada

4.1.27 Banyaknya Murid Baru, Lulus, Mengulang, dan Putus Sekolah di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Menurut Kecamatan di Kabupaten Wonosobo, 2015. Number of New, Graduated,

Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek penelitian, teori yang digunakan, dan teknik analisis data yang berbeda yakni penelitian ini