PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL ATAS PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR
DAN DAMPAK LINGKUNGAN YANG MUNGKIN DITIMBULKAN1
Oleh: Roberto Phispal2
A B S T R A K
Hukum internasional memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat internasional. Melalui hukum internasional negara-negara merumuskan prinsip-prinsip hubungan dan kerjasama di berbagai bidang kegiatan internasional untuk mencapai tujuan bersama. Melalui ketentuan-ketentuan hukum internasional, negara-negara dituntut untuk tunduk
terhadap setiap peraturan-peraturan
hukum internasional guna mencegah terjadinya sengketa yang mungkin terjadi dan menyelesaikan sengketa yang terjadi.
Melalui hukum internasional yang
dirumuskan dalam berbagai bentuk
perjanjian internasional, negara-negara menggabungkan upaya mereka untuk menangani isu keamanan, perlucutan
senjata, hak asasi manusia (HAM),
lingkungan hidup sampai pada terorisme. Metode penelitian yang digunakan dalam
skripsi ini yaitu metode penelitian
kepustakaan (Library Search), yakni dengan
mempelajari berbagai buku hukum,
himpunan peraturan perundang-undangan, artikel-artikel hukum, internet dan sumber
tertulis lainnya. Hasil penelitian
menunjukan bagaimana pengaturan hukum internasional terhadap pemanfatan tenaga nuklir serta bagaimana potensi timbulnya dampak lingkungan akibat pemanfaatan
dan penyalahgunaan tenaga nuklir.
Pertama pengaturan hukum internasional terhadap pemanfaatan tenaga nuklir diatur
dalam perjanjian internasional
ketenaganukliran, aspek keselamatan dan
pengendalian bahan nuklir, hirarki
peraturan perundang-undangan
1 Artikel Skripsi
2
NIM 090711595
ketenaganukliran dan kerangka peraturan
perundang-undangan, hukum
(internasional nuklir), penerapan sanksi atas pelanggaran dan penyalahgunaan pemanfaatan tenaga nuklir menurut hukum internasional semuanya diatur dalam pengaturan hukum internasional atas pembuatan tenaga nuklir. Kedua potensi timbulnya dampak lingkungan akibat pemanfaatan dan penyalahgunaan tenaga nuklir sangat besar resikonya karena dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan
bahkan juga akan menimbulkan gangguan kesehatan bagi tubuh manusia secara tidak langsung lewat lingkungan yang telah tercemar dari akibat pemanfaatan tenaga nuklir. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaturan hukum internasional terhadap pemanfaatan tenaga nuklir telah
diatur dalam peraturan hukum
internasional. Sedangkan potensi timbulnya dampak lingkungan sangatlah berisiko akibat dari pemanfaatan tenaga nuklir tersebut.
Kata kunci: Tanaga nuklir, dampak
lingkungan PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Hukum internasional memainkan
peranan yang sangat penting dalam
kehidupan masyarakat internasional.
Melalui hukum internasional negara-negara merumuskan prinsip-prinsip hubungan dan kerjasama di berbagai bidang kegiatan internasional untuk mencapai tujuan bersama. Melalui ketentuan-ketentuan
hukum internasional, negara-negara
dituntut untuk tunduk terhadap setiap peraturan-peraturan hukum internasional guna mencegah terjadinya sengketa yang
mungkin terjadi dan menyelesaikan
sengketa yang terjadi. Melalui hukum internasional yang dirumuskan dalam berbagai bentuk perjanjian internasional,
negara-negara menggabungkan upaya
mereka untuk menangani isu keamanan, perlucutan senjata, hak asasi manusia
(HAM), lingkungan hidup sampai pada terorisme.
Tanpa adanya ketentuan-ketentuan
hukum internasional, dunia tidak mungkin mencapai kemajuan dan kehidupan yang harmonis, tanpa adanya kehidupan yang harmonis antar negara tidak mungkin pula tercapai perdamaian dan keamanan yang dibutuhkan bagi kesejahteraan umat
manusia.3 Mengenai masalah isu
keamanan internasional merupakan hal yang paling diperhatikan oleh negara-negara di dunia. Berbagai usaha dan cara dilakukan oleh masyarakat internasional guna mencapai kehidupan yang aman dan harmonis, diantaranya dengan adanya berbagai macam perjanjian internasional
untuk berbagai permasalahan yang
mungkin timbul. Hal yang diperhatikan oleh dunia internasional dalam isu keamanan internasional salah satu diantaranya adalah
mengenai tenaga nuklir.4
Penggunaan teknologi nuklir juga
menuntut keselamatan dan keamanan yang tinggi, rawan terhadap penyimpangan senjata, dan rawan terhadap teroris
pemerasan politik.5 Oleh karenanya, demi
mencegah terjadinya penyalahgunaan
dalam penggunaan tenaga nuklir maka dunia internasional mendirikan suatu badan internasional di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Badan internasional tersebut bernama Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency, disingkat IAEA) adalah sebuah organisasi independen yang didirikan pada tanggal 29 Juli 1957 yang dipimpin oleh W. Sterling Cole (1957-1961),
3Boer Mauna, “Hukum Internasional: Pengertian,
Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global”, (Bandung: P.T. ALUMNI, 2005), hlm. 716.
4
Jelly Leviza, “Pengenalan Konvensi/Peraturan Internasional ketenaganukliran”. Makalah disampaikan dalam seminar tentang nuklir tanggal 27 November 2007, hlm. 2.
5
Estopet M. D. Sormin, “Ketentuan Internasional Ketenaganukliran di Bidang Pemanfaatan Nuklir Untuk Tujuan Damai”. Makalah disampaikan dalam seminar tentang nuklir tanggal 27 November 2007.
kemudian dilanjutkan oleh Sigvard Eklund
(1961-1981), Hans Blix (1981-1997),
Mohamed ElBaradei (1997-2009), dan Yukiya Amano (2009-Sekarang) dengan tujuan mempromosikan penggunaan energi nuklir secara damai serta menangkal penggunaannya untuk keperluan militer. Markas IAEA terletak di Wina, Austria, dan
beranggotakan 137 negara.6
Selain pengawasan yang dilakukan oleh
Badan Tenaga Atom Internasional
(International Atomic Energy Agency/IAEA), maka disetiap negara yang ikut serta dalam berbagai macam perjanjian internasional yang diadakan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA), juga mempunyai badan
pengawasan mereka masing-masing
disetiap negara guna mengawasi
penggunaan tenaga nuklir tersebut di masing-masing negara. Dalam hal ini khususnya di Indonesia sebagai salah satu negara yang juga ikut serta sebagai anggota
Badan Tenaga Atom Internasional
(International Atomic Energy Agency/IAEA). Indonesia juga memiliki suatu badan
nasional yang bertugas melakukan
pengawasan tenaga nuklir yang dinamakan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dan disamping memiliki badan yang
melakukan pengawasan terhadap
penggunaan tenaga nuklir, Indonesia juga memiliki suatu badan yang melakukan riset tenaga nuklir yang bernama Badan Tenaga
Atom Nasional (BATAN).7
Penggunaan tenaga nuklir tidak hanya menimbulkan efek yang bermanfaat dan berguna bagi kehidupan masyarakat negara
penggunanya. Pemanfaatan dan
penggunaan tenaga nuklir yang menyalahi ketentuan yang telah ditetapkan oleh
Badan Tenaga Atom Internasional
6Badan Tenaga Atom Internasional,
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Tenaga_Atom_ Internasional
7
Badan Pengawas Tenaga Nuklir,
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Pengawas_Tena ga _Nuklir
(International Atomic Energy Agency/IAEA) juga dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan hidup. Beberapa kasus dapat digunakan sebagai contoh dari
penyalahgunaan pemanfaatan tenaga
nuklir antara lain adalah bom nuklir yang menghancurkan serta merusak dua kota di Jepang yang dinamai dengan Little Boy (Yang dijatuhkan di kota Hiroshima) dan Fat Man (Yang dijatuhkan di kota Nagasaki) yang dibuat oleh Amerika Serikat dalam Proyek Manhattan (Manhattan Project). Kedua bom nuklir tersebut yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat di Jepang tidak hanya menimbulkan banyaknya korban jiwa dari rakyat Jepang di dua kota tersebut, tetapi juga menghancurkan lingkungan hidup di kedua kota tersebut, dan pemulihan
kondisinya setelah pemboman
membutuhkan waktu yang sangat lama. Selain penggunaanya dalam hal senjata nuklir, nuklir juga dapat digunakan sebagai reaktor nuklir atau Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal yang di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaturan hukum
internasional terhadap pemanfaatan tenaga nuklir?
2. Bagaimana potensi timbulnya dampak lingkungan akibat pemanfaatan dan penyalahgunaan tenaga nuklir?
C. METODE PENELITIAN
Bahan yang diperlukan bagi penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan mempelajari berbagai buku hukum, himpunan peraturan perundang-undangan, artikel-artikel hukum, internet,
dan sumber-sumber tertulis lainnya.
Metode analisa data yang dipergunakan bersifat Analisis Kualitatif Normatif.
PEMBAHASAN
1. Pengaturan Hukum Internasional Terhadap Pemanfaatan Tenaga Nuklir Dalam hal perkembangan menyangkut
persoalan pemanfaatan dan
pengembangan tenaga nuklir, melalui
Badan tenaga Atom Internasional
(International Atomic Energy Agency/IAEA) lahirlah beberapa peraturan internasional yang berbentuk perjanjian internasional, yang berlaku bagi negara-negara yang
meratifikasinya.8 Diantaranya beberapa
peraturan penting yang telah dibuat, antara lain adalah sebagai berikut:
1.1 Perjanjian Internasional Ketenaganukliran
Infrastruktur yang diperlukan dalam mendukung program pemanfaatan nuklir, sesuai panduan dari Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA), antara lain partisipasi pada
perjanjian (traktat dan konvensi)
internasional ketenaganukliran, yang
meliputi Aspek Keselamatan (safety),
Keamanan (security), Pengawasan
(safeguards), dan Pertanggungjawaban Kerugian (liability). Kesemua aspek ini dicakup dalam apa yang disebut dengan
hukum internasional ketenaganukliran
(hukum nuklir).
1. Traktat/Konvensi Internasional Tentang Keselamatan Nuklir (safety):
Konvensi Keselamatan Nuklir (Nuclear Safety Convention)
Joint Convention on the Safety of Spent Fuel Management and on the Safety of Radioactive Waste
Management (the ‘Joint
Convention')1
Convention on Early Notification of a Nuclear Accident
8
Traktat Pelanggaran Menyeluruh Uji-coba Nuklir, http://id.wikipedia.org/wiki/Traktat_
Convention on Assistance in the Case of a Nuclear Accident or Radiological Emergency
Regulations for the Safe Transport of Radioactive Material
Code of Conduct on the Safety and Security of Radioactive Sources
Code of Conduct on the Safety of Research Reactors
2. Traktat/Konvensi Internasional Tentang Keamanan Nuklir (security):
Convention on the Physical Protection of Nuclear Material
Amendment to the Convention on the Physical Protection of Nuclear Material
Code of Conduct on the Safety and Security of Radioactive Sources
International Convention for the Suppression of Acts of Nuclear Terrorism. Adopted 13 April 2005
Resolution 1540 (2004)
3. Traktat/Konvensi Internasional Tentang Pengawasan Nuklir (safeguards):
Treaty on the Non-proliferation of Nuclear Weapons (NPT)
Treaty on the Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone (Treaty of Bangkok)
The Structure and Content of Agreements Between the Agency and States Required in Connection with the Treaty on the Non-proliferation of Nuclear Weapons
Model Protocol Additional to the Agreement Between States and the International Atomic Energy Agency/IAEA for the Application of Safeguards
4. Traktat/Konvensi Internasional Tentang Pertanggungjawaban Kerugian Nuklir
(liability):
Paris Convention 1960
Brussels Supplementary Convention 1963
Vienna Convention on Civil Liability for Nuclear Damage 1963
Joint Protocol Relating to the Application of the Vienna Convention and the Paris Convention, 1988
Protocol to Amend the 1963 the 1963 Vienna Convention on Civil Liability for Nuclear Damage 1997
Convention on Supplementary Compensation for Nuclear Damage 1997
Protocol Revising 2004 the Paris and Brussels Convention
1.2 Aspek Keselamatan dan
Pengendalian Bahan Nuklir
Pilihan meluncurkan program nuklir
merupakan komitmen penting yang
memerlukan perhatian khusus pada aspek keselamatan dan pengendalian bahan nuklir. Komitmen ini tidak hanya mencakup tanggung jawab terhadap masyarakat internasional. Poin-poin penting dalam rangka komitmen tersebut antara lain:
Perlunya memastikan keselamatan,
keamanan dan non-proliferasi bahan nuklir;
Perlunya menjadi pihak pada
perjanjian dan konvensi internasional yang relevan;
Perlunya mengembangkan suatu
kerangka peraturan
perundang-undangan komprehensif yang
mencakup semua aspek hukum
nuklir: Keselamatan (Safety),
Keamanan (Security), Pengawasan (Safeguards), Pertanggungjawaban
(Liability) Kerugian dan aspek
komersialnya;
Perlunya badan pengawas yang
independen, kompeten dan efektif;
Perlunya mengembangkan dan
mempertahankan kemampuan
sumber daya nasional baik dalam sektor pemerintah maupun industri
agar dapat mengelola,
mengoperasikan, memelihara dan mengatur fasilitas nuklir;
• Adanya suatu undang-undang dan
penerapan instrumen hukum
internasional yang relevan.
1.3 Hirarki Peraturan Perundang-Undangan Ketenaganukliran dan Kerangka Peraturan Perundang-Undangan
Norma hukum pengaturan energi nuklir merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berada dalam hirarki hukum biasa, yang terdiri dari beberapa tingkatan yaitu:
1. Tingkat Konstitusi, menetapkan struktur kelembagaan dan hukum dasar yang mengatur semua hubungan di dalam negara.
2. Tingkat Legislasi (Statuta), yaitu undang-undang yang ditetapkan oleh parlemen dalam rangka membentuk badan-badan yang diperlukan dan untuk mengambil langkah-langkah yang berkaitan dengan
dengan berbagai kegiatan yang
mempengaruhi kepentingan nasional. 3. Tingkat Regulasi, terdiri dari peraturan
yang rinci dan seringkali merupakan aturan yang sangat teknis untuk mengontrol atau mengatur kegiatan yang ditentukan oleh instrumen hukum.
4. Tingkat Instrumentasi, terdiri dari
panduan tidak mengikat, yang berisi rekomendasi yang dirancang untuk membantu orang dan orang dan organisasi dalam memenuhi persyaratan hukum.
1.4 Hukum (Internasional) Nuklir Hukum nuklir adalah bangunan norma-norma hukum khusus yang dibuat untuk mengatur tindakan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan bahan dapat belah (fissionable material) dan radiasi pengion (ionizing radiation). Hukum nuklir bertujuan untuk menyediakan kerangka hukum untuk melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan energi nuklir dan radiasi pengion, dengan cara sebagaimana mestinya untuk
melindungi individu, harta benda dan lingkungan hidup.
Karakteristik Hukum Nuklir meliputi Prinsip Keselamatan, Prinsip Keamanan, Prinsip Tanggungjawab, Prinsip Perizinan, Prinsip Pengawasan Berkelanjutan, Prinsip
Kompensasi, Prinsip Pembangunan
Berkelanjutan Prinsip Kepatuhan, Prinsip Indepedensi, Prinsip Transparansi, dan Prinsip Kerjasama Internasional.
• Prinsip Keselamatan
- Prinsip Pencegahan : Memberikan peringatan dan melakukan analisis untuk mencegah dan meminimalkan dampak yang tidak diinginkan dari penggunaan bahan-bahan radioaktif. - Prinsip Perlindungan : Prioritas harus
diberikan untuk melindungi
kesehatan, keselamatan, keamanan masyarakat dan lingkungan.
- Prinsip Pemberian Peringatan : Langkah-langkah pencegahan harus dilakukan untuk mencegah bahaya yang mungkin timbul.
• Prinsip Keamanan
- Bahan-bahan dan teknologi nuklir memiliki resiko keamanan, juga keselamatan dan kesehatan.
- Sumber-sumber yang hilang,
terbuang, atau tertinggal dapat menyebabkan cedera.
- Bahan yang dicuri atau diselewengkan dapat digunakan untuk tindakan terorisme atau perbuatan pidana yang melibatkan piranti peledak
bahan nuklir atau penyebar
radiologis.
- Langkah-langkah hukum diperlukan
untuk melindungi terhadap
penyimpangan baik kebetulan
maupun disengaja dari penggunaan yang sah.
- Proteksi Fisik, Akuntansi dan Kontrol Bahan, Pengawasan (safeguards), Perlindungan selama transportasi,
kesiapsiagaan kedaruratan
semuanya mendukung prinsip
• Prinsip Tanggungjawab
- Penggunaan energi nuklir biasanya melibatkan banyak pihak (misalnya, organisasi R&D, pemroses bahan,
manufaktur, praktisi medis,
perusahaan arsitek-rekayasa,
perusahaan konstruksi, operator
instalasi nuklir, lembaga keuangan, badan pengatur, dan banyak lagi). - Salah satu dari mereka, operator atau
pemilik lisensi yang berkewenangan melakukan kegiatan tertentu yang melibatkan tenaga nuklir atau radiasi
pengion adalah yang paling
bertanggungjawab untuk menjamin keselamatan dan keamanan.
• Prinsip Perizinan
- Biasanya, kegiatan yang tidak dilarang secara khusus dapat dilakukan tanpa otoritas resmi.
- Dalam teknologi nuklir mensyaratkan izin lebih dahulu harus diperoleh untuk kegiatan yang melibatkan
bahan-bahan dapat belah dan
radioisotop.
• Prinsip Pengawasan Berkelanjutan
- Badan pengatur harus dapat
memantau secara berkelanjutan
kegiatan nuklir untuk memastikan
bahwa kegiatan tersebut
dilaksanakan secara selamat dan aman, konsisten dengan persyaratan otorisasi.
- Akses bebas inspektur badan
pengatur ke semua lokasi yang menggunakan bahan nuklir harus tercermin dalam legislasi nasional. • Prinsip Kompensasi
Hukum energi nuklir mengharuskan negara-negara untuk mengadopsi langkah-langkah pemberian kompensasi yang cukup
atas kerugian akibat kejadian atau
kecelakaan nuklir.
• Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
- Hukum Lingkungan telah
mengidentifikasi kewajiban kepada
setiap generasi untuk tidak
meninggalkan beban tidak semestinya pada generasi berikutnya.
- Pembangunan ekonomi dan sosial hanya dapat “berkelanjutan” jika lingkungan dilindungi.
- Kegiatan nuklir selalu memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan guna kepentingan generasi masa depan.
• Prinsip Kepatuhan
- Energi nuklir memiliki potensi dampak lintas batas antar negara selain negara yang bersangkutan.
- Subyek hukum nuklir yang terus berkembang adalah muncul dari
berbagai instrumen internasional
yang memaksakan kewajiban dalam menggunakan teknologi.
- Negara-negara yang menjadi pihak pada instrumen seperti itu harus mencerminkan kewajubannya dalam
legislasi nuklir (kecuali mereka
menjalankannya sendiri dalam hukum nasional).
• Prinsip Indepedensi
- Hukum nuklir menempatkan
penekanan tertentu pada
pembentukan kewenangan peraturan yang memiliki kebijakan pada isu-isu keselamatan tidak tunduk pada intervensi badan lainnya yang terlibat dalam pengembangan atau promosi energi nuklir.
- Kepentingan lainnya harus tunduk
kepada regulator independen,
pertimbangan ahli dalam kasus dimana terkait masalah keselamatan. • Prinsip Transparansi
- Nuklir dari awal pembangunannya dilaksanakan dalam program militer, sebagian besar dirahasiakan.
- Pemahaman dan keyakinan publik dalam penggunaan energi nuklir
tujuan damai mensyaratkan
pemberian informasi kepada
pemangku kepentingan yang relevan tentang resiko dan manfaat teknologi.
- Baik promotor maupun regulator harus menyediakan informasi yang relevan mengenai penggunaan energi
nuklir, khususnya menyangkut
peristiwa atau kejadian yang dapat
mempengaruhi kesehatan
masyarakat, keselamatan dan
lingkungan.
• Prinsip Kerjasama Internasional
Penggunaan yang aman dan selamat
energi nuklir dapat mendapatkan
keuntungan dari harmonisasi kebijakan dan tindakan.
- Pelajaran yang diperoleh dari satu negara dapat membantu negara lain meningkatkan keselamatan program nuklir mereka sendiri.
- Resiko keamanan karena teroris atau unsur pidana yang melibatkan bahan nuklir hanya dapat berhasil ditangani melalui kerjasam internasional.
- Karakter multinasional industri nuklir memerlukan pendekatan kooperatif pada komersial dan regulasi.
1.5 Penerapan Sanksi Atas Pelanggaran dan Penyalahgunaan Pemanfaatan Tenaga Nuklir Menurut Hukum Internasional
Bagi negara-negara yang tergabung sebagai anggota Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) yang melakukan pelanggaran dan penyalahgunaan pemanfaatan tenaga nuklir maka akan dikenai sanksi menurut ketentuan hukum internasional.
Negara-negara yang diduga melakukan
pelanggaran dan penyalahgunaan
pemanfaatan tenaga nuklir akan dilakukan pemeriksaan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) dan apabila selama pemeriksaan tersebut diperoleh bukti-bukti dan keterangan yang mengarah kepada pelanggaran dalam hal pemanfaatan tenaga nuklir oleh negara yang sedang diperiksa tersebut, maka Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy
Agency/IAEA) akan melaporkannya kepada
Dewan Keamanan (DK) Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB). Apabila melalui perundingan yang dilakukan oleh Dewan Keamanan (DK) Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) dengan negara yang
bersangkutan tidak mendapatkan hasil yang diinginkan oleh Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi anggota Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) maka akan dikenai sanksi berupa resolusi
Dewan Keamanan (DK) Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) berdasarkan laporan dan bukti-bukti serta keterangan yang diberikan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA).
2. Potensi Timbulnya Dampak Lingkungan
Akibat Pemanfaatan dan
Penyalahgunaan Tenaga Nuklir
Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup terdapat pasal yang mengharuskan agar pihak yang mempunyai suatu rencana melakukan suatu usaha atau kegiatan harus terlebih
dahulu melakukan analisis dampak
lingkungan yang mungkin ditimbulkan dari rencana yang akan dikembangkan tersebut.
Pasal 16 Undang-Undang tersebut
menyatakan bahwa setiap rencana yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib dilengkapi
dengan analisis mengenai dampak
lingkungan yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah. Penjelasan dari pasal tersebut bahwa pada dasarnya semua usaha dan kegiatan pembangunan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup. Perencanaan awal suatu usaha atau
kegiatan pembangunan sudah harus
memuat perkiraannya yang penting
terhadap lingkungan hidup, guna dijadikan pertimbangan apakah untuk rencana
tersebut perlu dibuat analisis mengenai
dampak lingkungan.9
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup di satu sisi merupakan studi kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, di sisi lain merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui secara lebih jelas, dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, baik dampak negatif maupun dampak positif yang akan timbul dari usaha
dan/atau kegiatan, sehingga dapat
dipersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan
dampak positif.10
Tenaga nuklir saat ini telah menjadi salah satu alternatif yang menarik minat banyak negara dalam hal penggunaannya. Penggunaan tersebut dapat diterapkan di berbagai bidang kegiatan. Salah satu yang menjadi sangat terkenal belakangan ini adalah penggunaan tenaga nuklir sebagai reaktor nuklir yang lebih dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Saat ini di Indonesia hal tersebut menjadi topik yang selalu diperdebatkan. Usul penggunaan tenaga nuklir ini timbul karena adanya peningkatan kebutuhan energi yang aman untuk pertumbuhan serta masa
depan, hampir separuh penduduk
Indonesia belum menikmati listrik,
pencegahan pemanasan global, dan
peningkatan peran energi baru dan
terbarukan.11
Di Indonesia melalui BATAN dan
BAPETEN tengah gencar dilakukan
pengenalan tenaga nuklir kepada
9Koesnadi Hardjasoemantri, “Hukum Tata
Lingkungan”, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002), hlm 230.
10Siswanto Sunarso, “Hukum Pidana Lingkungan
Hidup dan Strategi Penyelesaian Sengketa”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm 66.
11
Ferhat Aziz, “Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dan Lingkungan”, makalah disampaikan dalam seminar tentang nuklir tanggal 27 November 2007.
masyarakat untuk digunakan sebagai pembangkit listrik guna menangani masalah pasokan listrik di Indonesia. Namun
pendirian reaktor nuklir sebagai
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) tersebut diragukan dan ditentang oleh banyak pihak. Ini dikarenakan mereka takut akan dampak lingkungan hidup yang mungkin saja timbul akibat terjadinya penyalahgunaan atas pemanfaatan tenaga nuklir tersebut. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain.12 Menurut Pasal 1
angka 20 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1997, yang dimaksud dengan dampak lingkungan hidup
adalah pengaruh perubahan pada
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.
Menyangkut isu dampak lingkungan
hidup yang mungkin ditimbul dari
pemanfaatan tenaga nuklir pada saat ini yang mencemaskan masyarakat Indonesia adalah mengenai rencana pemerintah membangun Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN). Sejak tahun 70-an,
pemerintah terus ngotot untuk
membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Debat mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sampai sekarang masih berlanjut, walaupun belum ada kepastian kapan akan dibangun. Ada semacam keraguan besar di kalangan
masyarakat yang kritis mengenai
penerapan teknologi canggih tersebut. Namun, arah industrialisasi di pihak lain
sangat membutuhkan energi yang
memadai.13 Tahun 1998, rencana
12Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
13
Fachruddin M. Mangunjaya, “Hidup Harmonis Dengan Alam: Esai-Esai Pembangunan Lingkungan, Konservasi dan Keanekaragaman Hayati
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Muria gagal akibat krisis ekonomi. Rencana pemerintah membangun delapan reaktor Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Semenanjung Muria, Jawa Tengah, mendapat reaksi penolakan dari para ahli nuklir dan lingkungan. Mereka minta pembangunan tersebut dihentikan, karena dampak radiasi nuklir sangat berbahaya, dan pemerintah dinilai masih belum mampu menangani dampaknya jika terjadi kebocoran. Bencana dan kecelakaan beruntun yang terjadi di Indonesia banyak disebabkan oleh faktor kelalaian manusia. Kasus banjir, semburan lumpur Lapindo, tabrakan kereta api, kapal tenggelam dan terbakar, meledaknya pesawat terbang,
menunjukan ketidaksiapan masyarakat
dalam mengelola teknologi tinggi. Operasi sebuah instalasi pembangkit tenaga nuklir dari hulu sampai hilir yang berpotensi menghasilkan limbah. Aneka limbah padat dan cair dihasilkan sejak dari penambangan uranium, fabrikan bahan bakar, operasi reaktor hingga pemrosesan ulang bahan
bakar.14
Amerika Serikat yang memiliki 110 buah reaktor nuklir atau 25,4% dari total seluruh reaktor yang ada di dunia, akan menutup 103 reaktor nuklirnya. Demikian halnya dengan Jerman, negara industri besar ini, juga berencana menutup 19 reaktor nuklirnya. Penutupan pertama dilakukan
pada tahun 2002 kemarin, sedang
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) terakhir akan ditutup pada tahun 2021 mendatang. Keadaan lain juga terjadi di Swedia, akan menutup seluruh Pembangkit Listrik Tenaga Nuklirnya yang berjumlah 12, mulai tahun 1995, sampai negara tersebut bebas dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pada tahun 2010 kemarin.
Reaktor nuklir bisa sangat
membahayakan dan mengancam
Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), hlm. 259.
14Rencana Pembangunan Reaktor Nuklir Ditolak,
Suara Pembaruan, Kamis 1 Maret 2007, hlm. 5.
keselamatan jiwa manusia. Radiasi yang diakibatkan oleh reaktor nuklir ini ada dua. Pertama, radiasi langsung, yaitu radiasi
yang terjadi bila radioaktif yang
dipancarkan langsung mengenai kulit atau tubuh manusia. Kedua, radiasi tak langsung, yaitu radiasi yang terjadi lewat makanan dan minuman yang tercemar oleh zat radioaktif, baik melalui udara, air, maupun media lainnya yang telah terkontaminasi oleh zat radioaktif.
Keduanya, baik radiasi langsung maupun tidak langsung, akan mempengaruhi fungsi
organ tubuh melalui sel-sel
pembentukannya. Organ-organ tubuh yang sensitif akan menjadi rusak. Sel-sel tubuh bila tercemar radioaktif uraiannya sebagai berikut: terjadinya ionisasi akibat radiasi dapat merusak hubungan antara atom dengan molekul-molekul sel kehidupan, juga dapat mengubah kondisi atom itu sendiri, mengubah fungsi asli sel atau
bahkan dapat membunuhnya. Pada
prinsipnya, ada tiga akibat radiasi yang dapat berpengaruh pada sel. Pertama, sel akan mati, kedua, terjadi penggandaan sel dan pada akhirnya dapat menimbulkan kanker, dan ketiga, kerusakan dapat timbul pada sel telur atau testis yang akan mulai memproses bayi-bayi cacat. Selain itu, radiasi juga dapat menimbulkan lika bakar dan peningkatan jumlah penderita kanker (thyroid dan cardiovascular) sebanyak 30-50% di Ukraina, radang pernapasan, dan terhambatnya saluran pernapasan, juga
masalah psikologi dan stres yang
diakibatkan dari kebocoran radiasi.
Ada beberapa bahaya laten dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang perlu dipertimbangkan. Pertama, kesalahan manusia (human error) yang bisa menyebabkan kebocoran, yang jangkauan radiasinya sangat luas dan berakibat fatal bagi lingkungan dan makhluk hidup. Kedua, salah satu yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yaitu plutonium yang memiliki hulu ledak yang sangat dahsyat. Sebab plutonium inilah salah satu
bahan baku pembuatan senjata nuklir. Kota Hiroshima hancur lebur hanya dengan 5kg plutonium. Ketiga, limbah yang dihasilkan (uranium) bisa berpengaruh pada genetika. Di samping itu, tenaga nuklir memancarkan radiasi radioaktif yang sangat berbahaya
bagi manusia.15
PENUTUP A. Kesimpulan
1. Keberadaan legislasi internasional yang disponsori dan dikembangkan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) yang telah mendorong percepatan dan promosi penggunaan tenaga nuklir dalam berbagai bidang aplikasi dewasa ini untuk perdamaian dan kesejahteraan umat manusia. Pemanfaatan tenaga nuklir terkait erat dengan keselamatan manusia yang
ditujukan sepenuhnya untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang dilaksanakan secara tepat dan seksama sesuai jiwa UU No. 10 Tahun
1997. Untuk kepatuhan terhadap
instrumen internasional, standar
keselamatan, keamanan nuklir dan persyaratan safeguards sangat penting
dalam membangun program
pemanfaatan nuklir yang bertanggung jawab. Peraturan perundang-undangan adalah mencakup: pembentukan badan regulator independen yang berwenang pada sistem perizinan, inspeksi dan penegakan hukum dan termasuk semua subjek hukum nuklir, yaitu proteksi radiasi , bahan radioaktif dan sumber
radiasi, keamanan instalasi nuklir,
kesiapsiagaan kedaruratan dan tanggap
darurat, pertambangan dan
penggilingan, transportasi, limbah
radioaktif dan bahan bakar bekas,
pertanggungjawaban kerugian dan
15Nuklir Antara Manfaat dan Dampak,
http://forumkimia.multiply.com/reviews/item/3
kompensasi, proteksi, kontrol ekspor dan impor, dan proteksi fisik.
2. Dalam rangka program pemanfaatan nuklir, pemerintah telah menerbitkan
berbagai peraturan
perundang-undangan yang mencakup semua aspek hukum nuklir dan mengacu pada konvensi dan standar internasional.
Dengan perundang-undangan
ketenaganukliran, masyarakat akan
merasa aman dan tenteram dalam penggunaan nuklir di berbagai bidang
tidak perlu dikhawatirkan karena
peraturan perundang-undangan
mengharuskan pemakai mengikuti
aturan-aturan yang ada supaya pekerja, masyarakat maupun lingkungan hidup terhindar dari bahaya radiasi.
B. Saran
1. Hendaknya Badan Tenaga Atom
Internasional (International Atomic
Energy Agency/IAEA) melalui negara-negara anggotanya melakukan sosialisasi mengenai tenaga nuklir tersebut serta
penggunaannya untuk kepentingan
damai. Selain itu negara-negara anggota melalui badan tenaga atom nasional di masing-masing negara perlu melakukan penyuluhan dan pengenalan lebih jauh kepada masyarakatnya mengenai tenaga nuklir serta manfaatnya, agar supaya masyarakat dapat mengerti bahwa tenaga nuklir bukan hanya dipergunakan untuk membuat senjata saja melainkan dapat juga digunakan di berbagai bidang
kegiatan positif yang lebih
menguntungkan masyarakat
internasional. Dalam hal peraturan hukum internasional yang mengatur mengenai pemanfaatan dan penggunaan
tenaga nuklir seharusnya lebih
diperkenalkan lagi oleh pemerintah di
masing-masing negara kepada
masyarakatnya. Hal ini dimaksudkan
agar masyarakat internasional
internasional dibalik penggunaan tenaga nuklir tersebut.
2. Dikarenakan besarnya potensi timbulnya
dampak lingkungan hidup akibat
pemanfaatan dan penyalahgunaan
tenaga nuklir, ada baiknya bagi
negara-negara yang menggunakan nuklir
sebagai alternatif modern yang sangat
menguntungkan, Agar lebih
memperhatikan lagi prosedur-prosedur keamanan dalam pemanfaatan dan penggunaan tenaga nuklir agar potensi kecelakan dalam penggunaan tenaga nuklir bisa dihindari.
DAFTAR PUSTAKA
Adolf, Huala. “Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional”, (Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada, 2002).
Akhadi, Mukhlis. “Pengantar Teknologi Nuklir”, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997). Hardjasoemantri, Koesnadi. “Hukum Tata
Lingkungan”, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002).
Mauna, Boer. “Hukum Internasional:
Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global”, (Bandung: P.T. ALUMNI, 2005).
Mangunjaya, Fachruddin M. “Hidup
Harmonis Dengan Alam: Esai-Esai Pembangunan Lingkungan, Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006).
Mustofa, Agus. “Indonesia Butuh Nuklir”, (Surabaya: PADMA press, 2006).
Putra, Ida Bagus Wyasa. “Hukum
Lingkungan Internasional: Perspektif Bisnis Internasional”, (Bandung: Refika Aditama, 2003).
Sunarso, Siswanto. “Hukum Pidana
Lingkungan Hidup dan Strategi Penyelesaian Sengketa”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005).
Wardhana, Wisnu Arya. “Teknologi Nuklir: Proteksi Radiasi dan Aplikasinya”, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2007).
Wirengjurut, Dian. “Kawasan Damai dan Bebas Senjata Nuklir: Pengertian, Sejarah dan Perkembangannya”, (Bandung: PT. ALUMNI, 2002).
Sumber Tambahan
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Difa Publiser).
Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran.
Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 1 Angka 26 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Estopet M. D. Sormin, “Ketentuan
Internasional Ketenaganukliran di Bidang Pemanfaatan Nuklir Untuk Tujuan Damai”, makalah seminar
tentang nuklir tanggal 27 November
2007.
Ferhat Aziz, “Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dan Lingkungan”, makalah disampaikan dalam seminar tentang nuklir tanggal 27 November 2007.
Jelly Leviza, “Pengenalan
Konvensi/Peraturan Internasional
ketenaganukliran”, makalah
disampaikan dalam seminar tentang
nuklir tanggal 27 November 2007.
Yaziz Hasan, “Peran Perjanjian Internasional Ketenaganukliran Dalam Promosi Penggunaan Nuklir Tujuan Damai”, makalah disampaikan dalam seminar
tentang nuklir tanggal 28 September
2012.
Jurnal Forum Nuklir (JFN), Volume 6, Nomor 1, Mei 2012, “Kerangka Peraturan
Perundang-Undangan Program