• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. yang memiliki luas 589,946 HA, terletak pada Koordinat Bujur Timur 107,575, dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN. yang memiliki luas 589,946 HA, terletak pada Koordinat Bujur Timur 107,575, dan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian

TPK Sukamenak merupakan salah satu TPK yang berada diwilayah kerja KPBS,

yang terletak di Desa Pangalengan Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

yang memiliki luas 589,946 HA, terletak pada Koordinat Bujur Timur 107,575, dan

Lintang selatan 7,178. Sukamenak berada pada ketinggian 1.447,8 m dpl., dengan

kisaran suhu 16-20˚C, dan curah hujan 1.382,5 mm/tahun (Nanang, 2014).

Sukamenak merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan sapi perah, karena

suhu rata-rata 18,3˚C dan ketinggian tempat 1.524 m dpl., cocok untuk

pengembangan sapi perah di daerah tropis (Williamson, 1965).

TPK Sukamenak terdiri dari 173 orang peternak yang terbagi menjadi lima

kelompok ternak, yaitu kelompok Sukamenak satu terdiri dari 36 orang peternak,

kelompok Sukamenak dua terdiri dari 51 orang peternak, kelompok Sukamenak tiga

terdiri dari 35 orang peternak, kelompok Sukamenak empat terdiri dari 48 orang

peternak, dan kelompok Sukamenak lima terdiri dari 3 orang peternak.

1.2. Jumlah Kepemilikan Sapi Perah Laktasi

Alasan peternak membesarkan pedet betina sapi perah salah satunya adalah

jumlah sapi laktasi atau sapi produktif yang dimiliki, karena biaya pembesaran berupa

(2)

sudah menghasilkan susu. Sapi perah tidak produktif dalam hal ini pedet dan dara,

tidak mendapatkan jatah pakan dari koperasi. Koperasi hanya akan memberikan

pakan untuk sapi perah yang produktif karena biaya pakan akan diambil dari susu

yang disetor ke koperasi, artinya keberadaan betina produktif untuk usaha

pembesaran sangatlah penting. Kepemilikan sapi perah produktif dapat dilihat pada

Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Kepemilikan Sapi Perah Laktasi

No Skala Peternak yang Melakukan Pembesaran Pedet Betina

Peternak yang Tidak Melakukan Pembesaran Pedet Betina

Orang % Orang %

1 <4 54 73,97 56 88,89

2 4-7 19 26,03 7 11,11

Total 73 100 62 100

Kriteria skala usaha meliputi skala kecil adalah kurang dari 4 ekor sapi, skala

menengah adalah 4-7 ekor sapi dan skala besar yaitu, lebih dari 7 ekor (Priyanti,

2009). Responden yang melakukan dan tidak melakukan pembesaran sendiri lebih

banyak berasal dari usaha skala kecil, yaitu kepemilikan sapi perah laktasi kurang

dari 4 ekor. Alasan responden melakukan pembesaran adalah untuk meningkatkan

populasi, sedangkan yang tidak membesarkan adalah tidak cukupnya betina produktif

untuk membiayai pembesaran pedet sampai dengan menjadi induk, karena dari 56

orang responden yang tidak melakukan pembesaran sendiri, 3 orang tidak memiliki

betina produkti, 23 orang hanya memiliki satu ekor betina produktif, 21 orang

(3)

1.3. Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang berada di Tpk

Sukamenak wilayah kerja KPBS Pangalengan. Identitas responden yang

dianalogikan adalah umur, pendidikan, pengalaman beternak, dan pekerjaan.

1.3.1. Umur Responden

Umur responden berkisar antara 23 sampai dengan 79 tahun, dimana pada umur

15-55 tahun merupakan kelompok umur produktif, pada umur tersebut tenaga kerja

cukup tersedia dengan produktifitas tinggi, sedangkan umur >55 tahun merupakan

kelompok umur tidak produktif. Umur <15 merupakan kisaran umur muda, pada

umur ini termasuk kelompok yang belum produktif, artinya orang yang berada pada

kisaran umur ini masih menjadi tanggung jawab orang dewasa (Adiwilaga, 1974).

Umur responden dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Umur Responden

No Umur (Tahun) Peternak yang Melakukan Pembesaran Pedet Betina

Peternak yang Tidak Melakukan Pembesaran Pedet Betina

Orang % Orang %

1 15-55 57 78,08 50 80,65

2 >55 16 21,92 12 19,35

Total 73 100 62 100

Pembesaran pedet sapi perah di TPK Sukamenak banyak dilakukan oleh peternak yang berumur 15-55 tahun, begitupun yang tidak melakukan pembesaran atau sumber induk diperoleh dari membeli, banyak dilakukan oleh peternak yang

(4)

berumur 15-55 tahun, dimana reponden yang berada pada umur 15-55 tahun termasuk kedalam kelompok umur produktif.

Responden yang berada pada umur produktif dianggap telah memiliki kemampuan berwirausaha dalam bidang peternakan, sehingga peternak diharapkan dapat menentukan pola pergantian induk yang cocok dengan usaha peternakan sapi perah miliknya, dengan pertimbangan berbagai resiko yang akan dihadapi, karena kelompok umur produktif merupakan sumber tenaga yang produktif sehingga diharapkan mampu mengembangkan usahanya, serta dalam umur produktif responden dianggap mampu menyelesaikan masalah serta resiko yang dihadapi berdasarkan pola pikir serta kematangan berpikir (Herlawati, 2007).

1.3.2. Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan akan berpengaruh pada jenis mata pencaharian yang

dilakukan maupun jenis pekerjaan lain yang dapat dilakukan untuk mendapatkan

penghasilan yang memadai (Dwijatmiko, 2001). Tingkat pendidikan responden

sebagian besar adalah sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, hal tersebut

sesuai dengan pekerjaan responden yaitu sebagai peternak, dan disamping beternak

responden juga sebagai petani atau buruh, ilmu yang digunakan biasanya didapatkan

dari turun menurun atau berasal dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang

lain, sehingga pendidikan dianggap tidak terlalu penting bagi responden. Tingkat

pendidikan rendah akan mengakibatkan lambatnya mengadopsi teknologi yang

(5)

tata laksana akan menjadi lebih baik karena adopsi inovasi baru dalam teknik

beternak serta cara berfikir dalam memecahkan masalah lebih matang (Dwijatmiko,

2001). Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Tingkat Pendidikan Responden

No Pendidikan Peternak yang Melakukan Pembesaran Pedet Betina

Peternak yang Tidak Melakukan Pembesaran Pedet Betina Orang % Orang % 1 Tidak Tamat SD 6 8,2 6 9,7 2 SD 31 42,5 28 45,2 3 SMP 23 31,5 16 25,8 4 SMA 13 17,8 9 14,5 5 PT 0 0 3 4,8 Total 73 100 62 100

Rendahnya tingkat pendidikan responden akan berpengaruh terhadap

kemajuan dan perkembangan usaha, karena pendidikan akan berpengaruh pada pada

penyerapan inovasi pertanian atau petenakan serta dapat meningkatkan kemampuan

berpikir dalam mengelola usaha peternakannya (Suarta,1997).

1.3.3. Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak dapat menentukan kelangsungan dan keberhasilan usaha

serta dapat menentukan baik tidaknya usaha peternakan. Pengalaman beternak sangat

penting, karena peternak yang memiliki pengalaman beternak yang lama dianggap

mempunyai ketekunan bekerja, dimana ketekunan merupakan hal yang mutlak dalam

beternak sapi perah, karena beternak sapi perah merupakan pekerjaan yang

membutuhkan perhatian intensif, serta usaha peternakan sapi perah tidak selalu

(6)

Peternak yang berpengalaman akan cepat bangun dari kegagalan dan akan belajar

dari pengalaman kegagalan, sehingga tidak akan mengalami kegagalan yang sama

(Herry, 2006). Pengalaman responden dalam beternak peternak di TPK Sukamenak

dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengalaman Beternak Responden

No Pengalaman Beternak

(Tahun)

Peternak yang Melakukan Pembesaran Pedet Betina

Peternak yang Tidak Melakukan Pembesaran Pedet Betina Orang % Orang % 1 <5 2 2,74 2 3 2 5 < 10 15 20,55 15 24 3 >10 56 76,71 45 73 Total 73 100 62 100

Tabel 10 menunjukan bahwa pengalaman beternak responden lebih dari 10 tahun. Responden dianggap memiliki banyak pengetahuan serta keterampilan dalam usaha peternakan, karena pengalaman yang lama akan menunjang keterampilan beternak seorang peternak dan dari pengalaman yang diperoleh akan tercipta suatu pengetahuan (Notoadmojo, 2010)

1.3.4. Mata Pencaharian Responden

Sebagian responden bermata pencaharian utamanya sebagai peternak.

Sebagian lain responden menjadikan beternak sebagai mata pencaharian sampingan,

(7)

pendapatan atau sebagai tabungan apabila suatu hari memerlukan uang dalam jumlah

yang besar. Mata pencaharian peternak dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Mata Pencaharian Responden

No Mata

Pencaharian

Peternak yang Melakukan Pembesaran Pedet Betina

Peternak yang Tidak Melakukan Pembesaran Pedet Betina Orang % Orang % 1 Peternak 59 80,8 46 74,2 2 Tani ternak 11 15,1 9 14,5 3 Peternak & Buruh 3 4,1 2 3,2 4 Lain-lain 0 0 5 8,1 Total 73 100 62 100

Responden yang bermata pencaharian utama sebagai peternak diharapkan akan

dapat menjalankan usahanya dengan sungguh-sungguh dan berusaha

mengembangkan usahanya karena beternak merupakan sistem perekonomian responden, dapat diartikan bahwa beternak merupakan satu-satunya pemenuhan kebutuhan jasmaniah responden (Raharjo, 2004).

1.4. Minat Responden Membesarkan Pedet Betina Sapi perah

Minat merupakan salah satu aspek psikis yang dapat mendorong manusia

mencapai tujuan (Sri, 2012), minat membesarkan pedet betina sapi betina perah

adalah merupakan keinginan responden untuk melakukan pembesaran pedet betina

sapi perah yaitu dari mulai sapi tersebut disapih sampai dengan siap menjadi induk

pengganti. Minat responden dalam membesarkan pedet betina sapi perah dapat

dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 menunjukan bahwa semua responden berminat untuk membesarkan

(8)

dapat memperoleh beberapa keuntungan, yaitu pedet hasil pembesaran dapat

dijadikan untuk menambah populasi, dapat dijadikan sebagai induk pengganti sapi

afkir, dan dapat dijual apabila responden membutuhkan uang, baik untuk pendidikan

anak, biaya rumah sakit, membeli tanah dan keperluan mendadak lainnya.

Tabel 12. Minat Responden Membesarkan Pedet Betina Sapi Perah

No Pembesaran Minat Peternak yang Melakukan Pembesaran Pedet Betina Melakukan Pembesaran Peternak yang Tidak Pedet Betina

Orang % Orang %

1 Minat 73 100 62 100

2 Tidak Minat 0 0 0 0

Total 73 100 62 100

Responden yang membesarkan sendiri atau yang tidak membesarkan, semuanya

berminat untuk membesarkan sendiri sapi yang akan menjadi induk pengganti,

namun responden yang tidak melakukan pembesaran dihadapkan pada beberapa

faktor penghambat, seperti adanya kebutuhan mendadak yang menyebabkan

responden harus menjual pedet miliknya serta tidak cukupnya induk produktif yang

membiayai biaya pembesaran.

1.5. Anggaran Parsial Pembesaran Pedet Betina Sapi Perah

Anggaran parsial dilakukan untuk mengevaluasi akibat-akibat yang disebabkan

oleh perubahan usahatani (Soekarwati, dkk., 1986). Perubahan yang terjadi pada

(9)

1. Pakan

Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor hewan yang mampu

menyajikan hara atau nutrien yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan,

penggemukan, reproduksi (birahi, konsepsi, kebuntingan) serta laktasi (produksi

susu). Pakan dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu konsentrat (produk bijian atau

butiran) dan bahan berserat (jerami atau rumput) (Blakely, dkk., 1998).

Perubahan yang terjadi pada peternakan sapi perah yang memelihara pedet betina

secara mandiri salah satunya adalah pakan, perubahan ini dapat dilihat dari

bertambahnya jumlah pakan yang diperlukan dalam suatu peternakan sapi perah

karena peternak harus memberi pakan pada pedet yang dibesarkan untuk calon induk,

baik pakan konsentrat, pakan hijauan serta pakan tambahan lainnya.

Rata-rata pertambahan pakan yang diperlukan oleh peternak di TPK Sukamenak

untuk membesarkan pedet betina sapi perah dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rata-Rata Pertambahan Pakan untuk Usaha Pembesaran Sapi Perah

NO Umur (Bulan) Hijauan (Kg/ekor/hari) Konsentrat (Kg/ekor/hari) Pakan Tambahan (Kg/ekor/hari) 1 3-6 17,89 1,58 1,31 2 7-10 29,9 2,72 2,19 3 11-14 34,14 3,19 2,38 4 15-18 38,19 3,66 2,53 5 19-21 40,23 4,00 2,60 6 22-24 41,87 4,15 2,63

Pedet berumur 2 minggu sudah harus diajari memakan hijauan muda dan

segar (Firman, 2010). Pemberian hijauan lebih dari 40% bahan kering atau minimal

(10)

sampai 50% (Toharmat, 1997). Rata-rata hijauan yang diberikan peternak untuk sapi

berumur pada umur 2 minggu adalah 0,15 kg, semakin pedet bertambah umurnya,

maka jumlah pemberian hijauan semakin bertambah.

Konsentrat harus mulai diberikan pada umur 3-4 minggu dengan jumlah awal

0,25 kg, kemudian jumlahnya ditingkatkan seiring dengan pertambahan berat badan

pedet (Firman, 2010). Pemberian konsentrat untuk sapi lepas sapih umumnya 2 kg

dengan kandungan protein 14-16% dan pemberian dapat dibatasi setelah umur 10

bulan (Toharmat, 1997), sedangkan rata-rata pemberian konsentrat oleh peternak

adalah 1,58 kg dan pemberiannya semakin ditingkatkan dengan semakin

bertambahnya umur. Pemberian ransum untuk pembesaran pedet harus diperhatikan

kualitas maupun kuantitasnya, yakni yang dapat memberikan pertumbuhan cepat

namun bukan untuk penggemukan (Subandriyo, dkk., 2009).

Pemberian pakan baik hijauan maupun konsentrat untuk pembesaran pedet

betina sapi perah akan menambah jumlah pakan yang harus dikeluarkan peternak,

sehingga membuat biaya produksi bertambah. Satu Kg pakan konsentrat dibeli

dengan harga Rp. 2.400 dan rata-rata harga hijauan adalah Rp. 497.

2. Tenaga Kerja

Usaha peternakan rakyat merupakan perusahaan keluarga, dimana semua

(11)

Peternak dalam usahanya memerankan dua peranan penting yaitu pemimpin

perusahaan yang mengurus management, dan sebagai pekerja utama yang melakukan

bagian terbesar dari pekerjaan-pekerjaan penting (Adiwilaga, 1974).

Jumlah jam kerja peternak di TPK Sukamenak dalam sehari rata-ratanya adalah

12 jam, yang terdiri dari pemerahan sebanyak dua kali (pagi dan sore), mencari

rumput sebanyak satu sampai dengan dua kali, membersihkan kandang dan

memandikan sapi serta memberi pakan sebanyak 3 sampai dengan 4 kali.

Faktor-faktor yang menyebabkan jumlah jam kerja peternak besar adalah jenis kegiatan yang

dilakukan, jarak dan lokasi kegiatan serta frekuensi pelaksanaan kegiatan dan siapa

yang melakukan kegiatan tersebut (Sumardi, 1998).

Pemeliharaan pedet betina yang dilakukan peternak akan menambah jam kerja

peternak, karena jumlah jam kerja peternak akan bertambah atau semakin lama sesuai

dengan jumlah ternak yang dimiliki (Dwijatmiko, 2001). Jam kerja peternak

bertambah adalah memberi pakan, menyabit rumput serta membersihkan kandang.

Pertambahan jumlah jam kerja peternak di TPK Sukamenak dapat dilihat pada

lampiran 7, dalam memberikan pakan untuk pedet, peternak memerlukan waktu

rata-rata 27,43 menit, untuk menyabit rumput, rata-rata-rata-rata waktu yang diperlukan adalah

33,33 menit dan untuk membersihkan kandang adalah 37,44 menit, jadi dalam satu

hari jam kerja peternak akan bertambah 98,20 menit karena memelihara pedet betina

(12)

Tenaga kerja yang terlibat dalam peternakan rata-rata dua orang, terdiri dari

tenaga kerja dalam keluarga yaitu peternak (suami) dan istrinya atau peternak dan

anaknya. Tenaga kerja keluarga banyak dipakai dalam usaha skala kecil, pembagian

kerja dalam keluarga didasarkan atas tradisi dan perbedaan-perbedaan fisik

(Mubyarto, 1991). Tenaga kerja laki-laki pada usaha peternakan sapi perah biasanya

paling banyak mencurahkan waktunya dibandingkan tenaga kerja wanita atau

anak-anak (Dwijatmiko, 2001).

Jenis kegiatan yang dilakukan tenaga kerja laki-laki di TPK Sukamenak adalah

memerah, mencari hijauan, memandikan sapi dan memberi pakan, jenis kegiatan

tenaga kerja wanita adalah membersihkan kandang, memberi pakan dan membantu

mencari rumput, dan jenis kegitan yang dilakukan anak-anak adalah membantu

membersihkan kandang serta memberi pakan.

3. Obat-obatan, Vitamin dan Mineral

Kesehatan, kebersihan serta asupan makanan pedet dan dara harus diperhatikan,

karena tingkat kematian pedet akan mencapai 5% sampai umur 6 bulan dan 5,7-60%

sampai umur 1 tahun (Santosa, 1999). Kematian yang sering terjadi disebabkan

kurang makan/susu, penyakit penumonia yang sering berkomplikasi dengan

gangguan pencernaan dan infeksi pada pusar (Djaja, dkk., 2009).

Penyakit yang sering melanda pedet di TPK Sukamenak adalah penyakit

(13)

sejak lahir. Tanda-tanda pedet terserang penyakit cacingan adalah hilangnya nafsu

makan, terjadi konstipasi (sembelit, sukar mengeluarkan kotoran), dan diare.

Pencegahan pada penyakit ini dapat dilakukan dengan pemberian obat cacing pada

pedet umur 10-14 hari dan pada pedet yang berusia diatas 20 hari (Santosa, 1999).

Sapi perah memerlukan mineral untuk kebutuhan hidupnya, misalnya natrium

(Na), kalsium (Ca), Phosphorm (P), dan vitamin-vitamin (Firman, 2010). Peternak

TPK Sukamenak tidak memberikan mineral tambahan untuk sapi perahnya karena

menurut peternak di dalam konsentrat yang diberikan sudah mengandung

mineral-mineral yang pedet butuhkan.

Obat dan vitamin merupakan salah satu faktor yang berubah secara kuantitas

dalam usaha peternakan sapi perah yang memelihara pedet betina sendiri sebagai

calaon induk, namun perubahan kuantitas ini tidak merubah biaya yang dikeluarkan

oleh peternak di TPK Sukamenak, karena menurut KPBS biaya untuk kesejahteraan

ternak (obat, vitamin dan inseminasi buatan) diambil dari produksi susu yang

dihasilkan oleh peternakan (produksi susu perbulan x harga dasar susu x 4%), biaya

tersebut setiap bulannya dipotong baik ada sapi yang sakit maupun tidak ada sapi

yang sakit.

Partial budget analysis adalah tabulasi dari tambahan nilai yang diharapkan dan

kerugian dari tambahan nilai yang diharapkan dan kerugian yang ditimbulkan akibat

(14)

keuntungan atau kerugian yang timbul akibat perubahan-perubahan yang timbul

karena peternak membesarkan pedet betina sebagai calon induk dapat dilihat pada

Tabel 14, 15, dan 16.

Tabel 14. Anggaran Parsial Usaha Sapi Perah dalam Pembesaran Pedet Betina

(A) Penurunan Pendapatan

Rp (B) Peningkatan Pendapatan

Rp

1. Biaya Tambahan 2. Tambahan

pendapatan

 Hijauan 5.700.683  Penjualan dara umur 10 bulan 8.489.474  Konsentrat 2.480.454  Pakan tambahan 584.834  Tenaga kerja 1.608.055 3. Penghasilan yang hilang 4. Pengurangan Biaya

 Penjualan pedet umur 3 bulan

4.000.000  Pembelian dara umur 10 bulan

9.000.000

Total (A) Rp.14.374.026 Total (B) Rp. 17.489.474

Net income change (B-A) Rp. 3.115.448

Keterangan : Anggaran parsial peternak yang tidak melakukan pembesaran menjadi melakukan pembesaran sampai umur 10 bulan

Tabel 15. Anggaran Parsial Usaha Sapi Perah dalam Pembesaran Pedet Betina

(C) Penurunan Pendapatan

Rp (D) Peningkatan Pendapatan

Rp

5. Biaya Tambahan 6. Tambahan

pendapatan

 Hijauan 6.718.947  Penjualan dara umur 12 bulan 8.950.000  Konsentrat 2.940.931  Pakan tambahan 689.747,9  Tenaga kerja 2.010.069 7. Penghasilan yang hilang 8. Pengurangan Biaya

 Penjualan pedet umur 3 bulan

4.000.000  Pembelian dara umur 12 bulan

(15)

Total (A) Rp.16.359.695 Total (B) Rp. 18.450.000

Net income change (B-A) Rp. 2.090.305

Keterangan : Anggaran parsial peternak yang tidak melakukan pembesaran menjadi melakukan pembesaran sampai umur 12 bulan

Tabel 16. Anggaran Parsial Usaha Sapi Perah dalam Pembesaran Pedet Betina

(E) Penurunan Pendapatan

Rp (F) Peningkatan Pendapatan

Rp

9. Biaya Tambahan 10. Tambahan

pendapatan

 Hijauan 10.837.396  Penjualan dara umur 24 bulan 15.518.182  Konsentrat 4.976.597  Pakan tambahan 1.069.034  Tenaga kerja 4.422.152,1 11. Penghasilan yang hilang 12. Pengurangan Biaya

 Penjualan pedet umur 3 bulan

4.000.000  Pembelian dara umur 24 bulan

19.000.000

Total (A) Rp.25.305.179 Total (B) Rp. 34.518.182

Net income change (B-A) Rp.9.213.003

Keterangan : Anggaran parsial peternak yang tidak melakukan pembesaran menjadi melakukan pembesaran sampai umur 12 bulan

Tabel 14, 15, dan 16 menunjukan nilai net income change bernilai positif, yaitu

sebesar Rp.3.115.448 untuk pembesaran sampai dengan umur 10 bulan, Rp.2.090.305

untuk pembesaran sampai dengan umur 12 bulan, dan Rp.9.213.003 untuk

pembesaran sampai dengan umur 24 bulan, artinya bahwa pembesaran pedet betina

secara mandiri sampai dengan umur berapapun untuk calon induk dapat memberikan

(16)

Hasil penelitian Pakpahan (2013), adopsi rearing pada usaha sapi perah di Desa

Cihanjuang Rahayu, yang dianalisis dengan anggaran parsial memberikan tambahan

keuntungan sebesar Rp. 3.115.448 persatu ekor pedet yang dibesarkan sampai umur

empat bulan, artinya pembesaran pedet sapi perah dapat memberikan keuntungan

finansial atau tambahan pendapatan untuk peternak.

1.6. Partisipatori Sistem Analisis 1.6.1. Eliminasi Faktor

Sembilan belas faktor pendorong dan penghambat yang telah diidentifikasi

kemudian dieliminasi dengan menggunakan uji Cochran dengan tujuan

ditentukannya faktor dominan pendorong dan penghambat pembesaran pedet betina

sapi perah. Frekuensi jawaban peternak untuk ke 19 faktor pendorong dan

penghambat yang telah teridentifikasi terdapat pada Tabel 17.

Tabel 17. Frekuensi Kesesuaian Jawaban Peternak Faktor Pendorong dan Penghambat Pembesaran Pedet Betina

Faktor Frekuensi

YA TIDAK

Umur Peternak 50 85

Tenaga Pekerja Keluarga 59 76

Tingkat Pendidikan 12 123

Pengalaman Beternak 55 80

Pengetahuan Peternak 35 100

Asumsi Pembesaran Pedet Lama Menghasilkan Keuntungan 42 93 Ternak 112 23 Hijauan 37 98 Lahan 26 109 Modal 81 54

(17)

Biaya Pembesaran 56 79

Kebutuhan Peternak Akan Uang 110 25

Inseminasi Buatan 18 117 Pakan Konsentrat 55 80 Kebijakan Koperasi 31 104 Kebijakan Dinas 24 111 Kebijakan Pemerintah 21 114 Bandar 33 102 Permintaan Susu 13 112

Jawaban responden terhadap faktor tersebut selanjutnya difalidasi dengan uji

Cochran, dengan menggunakan program SPSS™, hasil uji tersebut adalah dari

jumlah responden sebanyak 135 orang, untuk df = 18 , nilai 𝑄ℎitung adalah 588,488 dan untuk df 18 dengan α 0,5 maka nilai 𝑄𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 adalah 28,869. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil tersebut adalah 𝑄ℎitung > 𝑄𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka H0 ditolak dan terima

H1.

Hasil dari empat kali perhitungan menghasilkan 2 faktor pendorong dan penghambat yang valid, yaitu ternak dan kebutuhan peternak akan uang merupakan faktor pendorong dan penghambat pemelirahaan pedet betina sapi perah sebagai calon induk. Kedua faktor pendorong dan penghambat yang telah valid merupakan faktor penentu atau bukan akan diketahui dengan analisis PSA.

1.6.2. Analisis Faktor Penentu

Dua faktor pendorong dan penghambat yang terdiri dari kebutuhan ternak

untuk Replacement stock dan kebutuhan akan uang dianlisis untuk mengetahui

apakah menjadi faktor penentu atau bukan. Faktor-faktor tersebut dianalisis lebih

(18)

sympotom, critical element, buffer atau motor/laver. Kedua faktor itu adalah ternak

dengan jumlah jawaban Ya 112 dan kebutuhan peternak akan uang dengan jawaban

Ya 110. Kedua faktor dinilai tingkat pengaruh antar faktor, nilai pengaruh

perpeternak dapat dilihat pada lampiran 12 dan nilai pengaruh yang telah mewakili

semua peternak dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 18. Nilai Pengaruh Antar Faktor

Faktor Kebutuhan akan ternak Kebutuhan akan uang AS DI (AS-PS) Kebutuhan akan ternak 2 2 1 Kebutuhan akan uang 1 1 -1 PS 1 2 AR(AS/PS) 2 0,5

Keterangan : AS : Active Sum, PS : Pasive Sum, AR: Activaty Ratio, DI : Degree of Interrelatio

Faktor kebutuhan akan ternak terletak pada kuadran dua yaitu kuadran

Critical Element. Faktor yang berada pada kuadran critical element merupakan

faktor yang harus diperhatikan karena dapat berubah sewaktu-waktu dan membuat efek samping (Van, 2005). Kebutuhan peternak akan uang berada pada kuadran tiga yaitu buffer. Faktor yang berada pada kuadran buffer merupakan faktor yang tidak dipengaruhi atau mempengaruhi faktor lainnya (Herweg, dkk., 2002). Kategori kedua faktor tersebut menurut hasil PSA dapat dilihat pada Ilustrasi 3.

(19)

Ilustrasi3.Faktor penentu pembesaran pedet betina sapi perah 1.6.2.1. Kebutuhan akan ternak (untuk Replacement Stock)

Kebutuhan akan ternak (untuk Replacement Stock) terdapat pada kuadran

critical element karena kebutuhan akan ternak untuk pengganti induk merupakan

hal yang harus diperhatikan oleh peternak untuk meneruskan generasi dan meningkatkan populasi peternakan sapi perahnya, jika suatu peternakan sapi perah tidak memiliki sapi perah pengganti maka akan menghambat peningkatan populasi peternakan serta produksi usaha akan terganggu yang mengakibatkan penurunan pendapatan, artinya penyediaan sapi pengganti induk harus sangat diperhatikan karena dampak yang ditimbulkan jika tidak memiliki induk pengganti sangat merugikan peternak. Lazimnya induk pengganti dibutuhkan sekitar 30% setiap tahun dari seluruh induk yang dipelihara (Santosa, 1999).

Peternak harus pandai memilih pedet untuk dijadikan calon induk mengingat pentingnya penyediaan induk pengganti. Pedet sebagai calon induk harus berasal dari

Kebutuhan uang

Kebutuhan akan Ternak Symptom

Critical Element

(20)

induk yang menghasilkan susu yang tinggi, memiliki berat badan yang normal (30 kg keatas) (Atmadilaga, 1976), namun hal tersebut harus ditunjang dengan feeding dan manajemen pemeliharaan yang baik.

1. Feeding atau Pemberian Ransum untuk Pembesaran Pedet

Ransum merupakan input produksi yang vital bagi ternak itu sendiri. Selain dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup pokok, ransum juga digunakan untuk berproduksi, misalnya untuk tumbuh, untuk mempertahankan kebuntingan dan melahirkan, untuk menghasilkan susu, dan sebagainya. Pertumbuhan ternak akan terhambat, produksi rendah, ternak akan kurus dan tidak mampu berproduksi, apabila ransum yang diberikan tidak sesuai atau kurang dari kebutuhannya (Firman, 2010).

Pertumbuhan sapi pengganti induk harus selalu diperhatikan dengan cara memberikan pakan dengan kualitas baik dan kuantitas yang sesuai, karena pertumbuhan sapi dara sebelum melahirkan anak pertama tergantung sekali pada pakan yang diberikan. Banyak sekali peternak yang sering mengabaikan pemeliharaan sapi setelah lepas sapih sehingga pertumbuhan sapi dara akan terhambat, pada saat beranak pertama berat badan sapi tidak normal atau kecil, sapi akan beranak pertama terlamat sampai tiga tahun dan atau bahkan lebih, dan produksi susu tidak akan sesuai yang diharapkan (Atmadilaga, dkk., 1976).

2. Manajemen Pemeliharaan Pedet

Manajemen dalam usaha peternakan sapi perah merupakan penentu dari keberhasilan atau kegagalan usaha karena tindakkan yang kurang efisien akan menghambat usaha yang mengakibatkan perkembangan usaha menjadi lambat (Prodjodihardjo, 1984). Manajemen pemeliharaan pedet sangat penting karena

(21)

tingkat kematian ternak pada fase pedet lebih tinggi dibandingkan dengan sapihan maupun dewasa (Tiba, 2009). Kesehatan pedet sampai dengan umur 4 bulan harus benar-benar dijaga dan diawasi karena pada umur tersebut tingkat kematian pedet sekitar 25-33%, kematian tersebut banyak disebabkan oleh kekurangan makan/susu dan penyakit gangguan pencernaan (Djaja, 2009). Kematian pedet akan menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi peternak karena harga seekor pedet termasuk mahal dan tingkat kematian akan lebih tinggi pada pemeliharaan secara tradisional yaitu 6,99% untuk pedet yang dipelihara sejak lahir (Santosa, 1999). 3. Manajemen Sapi Dara

Usaha untuk menghasilkan pedet dan sapi dara yang kuat dan sehat, sangat penting agar usaha sapi perah mempunyai harapan masa depan yang baik dan menguntungkan (Toharmat, dkk., 1997). Usaha pembibitan sapi perah diperlukan bibit yang baik, untuk memperoleh bibit yang baik harus dilakukan pemuliaan

dalam satu rumpun atau satu galur, baik pejantan maupun induk yang dikawinkan berasal dari satu rumpun atau galur yang sama. Bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam upaya pengembangan sapi perah (Direktorat Perbibitan Ternak, 2014), untuk itu manajemen sapi dara sebagai bibit sangat penting diperhatikan peternak untuk upaya pengembangan sapi perahnya.

Kebutuhan akan ternak berada di kuadran critical element mengharuskan peternak untuk benar-benar memperhatikan dan mengelola pembesaran pedet betina untuk pengganti induk dengan baik, artinya peternak harus banyak membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan dalam pembesaran pedet betina untuk pengganti induk, karena keberhasilan pembangunan peternakan akan sangat

(22)

ditentukan oleh sumberdaya manusia peternak sebagai pelaku utama dari kegiatan peternakan itu sendiri. Pengetahuan dan keterampilan peternak dapat diperoleh dengan mengikuti pelatihan serta penyuluhan, karena kegiatan pendidikan non formal akan memberikan penguatan kepada peternak, karena peternak akan memungkinkan untuk berubah perilakunya kearah yang diharapkan, sehingga pengetahuannya akan lebih meningkat, sikapnya akan lebih positif terhadap perubahan dan penerimaan inovasi, dan akan lebih terampil di dalam melaksanakan usaha ternaknya (Yunasaf, dkk., 2011).

1.6.2.2. Kebutuhan akan uang

Buffer dalam bahasa indonesia dapat diartikan sebagai penyangga.

Pembesaran pedet betina merupakan penyangga kebutuhan peternak akan uang, artinya pembesaran pedet betina sapi perah dilakukan peternak untuk memenuhi kebutuhan peternak akan uang. Hasil penelitian Pakpahan (2013), dari 20 orang peternak di Desa Cihanjuang Rahayu, 80% peternak memelihara pedet betina sapi perah memiliki motivasi sebagai tambahan pendapatan, peternak dapat menjual ternaknya apabila membutuhkan biaya mendadak.

Kebutuhan peternak akan uang adalah kebutuhan peternak dalam bentuk uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, misalnya kebutuhan uang untuk berobat, kebutuhan untuk sekolah anak, kebutuhan untuk hajatan, membeli tanah, kebutuhan untuk membayar tunggakan pakan, bahkan untuk membeli induk yang siap perah, kebutuhan – kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi dengan penghasilan dari menjual susu. Pendapatan yang diperoleh peternak selama ini hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Rusdiana, dkk., 2009).

(23)

Hasil penelitian Pakpahan (2013), 27,3% dari 11 orang peternak tidak memelihara pedet betina karena terdesak kebutuhan ekonomi, peternak menjual pedetnya untuk mencukupi kebutuhan sehari-seharinya dari hasil usahaternak sehingga tidak punya pendapatan lain untuk menyediakan tabungan untuk keperluan sehari-hari.

Hasil penelitian Tia, dkk (2014) menunjukan bahwa pendapatan peternak di KPBS Pangalengan rata-rata Rp.8.873.849,56/usaha ternak /tahun atau Rp.2.681.422,59 /satuan ternak /tahun atau Rp.739. 487,463 /usaha ternak /bulan atau Rp.223.451,882 /satuan ternak /bulan, sedangkan hasil penelitian Sugiarti, dkk (1999) di Kabupaten Bandung yaitu lembang dan pangalengan menunjukan bahwa pendapatan rata-rata agribisnis sapi perah sebesar Rp. 633.903/bulan dengan rata-rata kepemilikan ternak 3 ekor. Pendapatan peternak dibawah Upah Minimum Kabupaten Bandung (UMK) yaitu Rp. 2.001.195/bulan, artinya peternak tidak dapat memenuhi kebutuhannya hanya dengan mengandalkan dari hasil penjualan susu yang dibawah UMK, karena penetapan UMK adalah dengan melakukan sebuah penelitian dimana komponen UMK merupakan harga barang konsumsi sehari-hari, untuk itu peternak banyak menjual sapi pedetnya untuk memenuhi kebutuhannya akan uang (Nur, 2013).

Pembesaran pedet betina sapi perah harus selalu dilakukan peternak, karena selain mengahasilkan calon induk, juga menghasilkan tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan akan uang peternak.

Gambar

Tabel 16. Anggaran Parsial Usaha Sapi Perah dalam Pembesaran Pedet Betina
Tabel 18. Nilai Pengaruh Antar Faktor

Referensi

Dokumen terkait

penelitian ini dilakukan dengan meneliti secara langsung pada karyawan Faiza Bordir Bangil, maka penulis mengambil judul “Pengaruh Disiplin Kerja dan

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan jenis asam yang berbeda untuk menganalisis kadar Cu total dan Zn total dalam lumpur limbah industri pelapisan

menyebabkan kontraksi otot berlebihan sehingga timbul nyeri. c) Cedera atau penyakit pada suatu organ dan struktur yang terletak di dekat leher, misalnya saraf,

Keamanan pangan termasuk keamanan pangan asal ternak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari konsep ketahanan pangan karena sebanyak apapun pangan yang tersedia,

Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa anggota keluarga (orang tua, saudara, kakek/ nenek, paman/ bibi, pasangan dan wali lainnya) merupakan faktor yang

Sejak tahun 2002 kontribusi kehutanan terhadap PDB mengalami kenaikan karena berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 34 Tahun 2002 disebutkan bahwa pengelolaan

Tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang secara rinci, dapat melihat dari hasil perhitungan PDRB ADHK 2010 berdasarkan lapangan usaha yang dikategorikan dalam 2

Sehubungan dengan keluarnya Keputusan Menteri Dalam Negri Nomor 23 Tahun 1989 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Daerah