• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : IRFAN NURSALIM NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : IRFAN NURSALIM NIM:"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

IRFAN NURSALIM NIM: 11150480000180

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

ii SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh: Irfan Nursalim NIM 11150480000180

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

iii

INTERNASIONAL TIDAK TERDAFTAR MENURUT HUKUM KEKAYAAN INTELEKTL INDON

(4)

iv

Nim : 11150480000180

Program Studi : Ilmu Hukum

Alamat : Jl. Halim Perdanakusuma RT.02/03 Pajang Benda Kota Tangerang

No Telp/Email : 087877490085 / irfanns2509@gmail.com Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan kebutuhan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukanlah hasil asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Januari 2021

Irfan Nursalim NIM: 11150480000180

(5)

v

Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1442H/2020M, + 60 halaman.

Perlindungan hukum merek terkenal yang tidak terdaftar mengakibatkan terjadinya tindakan plagiasi merek. Salah satunya juga disebabkan kurangnya pengawasan pemerintah atas banyak merek yang belum terdaftar sudah beredar di Indonesia. Kemudian bagaimana perlindungan hukum merek terkenal terdaftar di Indonesia dalam ketentuan hukum kekayaan intelektual dalam analisis putusan Nomor 789 K/Pdt.sus-HKI/2016. Bagaimana peran pemerintah dalam menindaklanjuti atas terjadinya pelanggaran terhadap merek terkenal di Indonesia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap merek terjenal di Indonesia dan peran pemerintah dalam menindaklanjuti atas terjadinya pelanggaran merek terkenal di Indonesia.

Dalam penelitian ini yang menja>di contoh kasus adalah putusan Nomor 789 K/Pdt.sus-HKI/2016. Metode penelitian yang digunakan adalah Normatif-Yuridis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah statute approach (pendekatan Undang-Undang) serta wawancara dengan Dirjend Hak Kekayaan Intelektual bagian Merek melalui penyederhanaan ke dalam bagian yang dibutuhkan. Adapun metode pengolahan-1 dan analisis data menggunakan cara deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan bahan hukum baik primer, sekunder maupun tersier serta data yang berkaitan dengan Undang-Undang.

Pada perlindungan hukum represif apabila telah terjadi pelanggaran hak atas merek, peran Dirjen HKI maupun lembaga peradilan dan aparat penegak hukum memiliki kewajiban untuk memeriksa dan mengadili apabila terdapat sengketa merek. Hal tersebut dilakukan guna melindungi hak daripada pemegang hak merek yang sah. Kemudian bagi pencipta merek disarankan untuk mendaftarkan mereknya dengan cepat guna mendapat perlindungan hak merek di Indonesia.

Kata Kunci : Perlindungan Merek, Hak Kekayaan Intelektual Pembimbing : Dr. Nahrowi, S.H., M.H.

: Nisrina Mutiara Dewi, S.Sy., M.H. Daftar Pustaka : Tahun 1990 Sampai Tahun 2019

(6)

vi

Allah SWT yang telah mengatur seluruh kehidupan dan penguasa seluruh kehendak hati manusia. Shalawat serta salam semoga tetap dilimpahkan selamanya kepada uswah hasanah kita yakni Nabi Muhammad SAW. yang telah mengajarkan kepada umatnya bagaimana memaknai hidup ini sesungguhnya, tak lupa kepada keluarganya, sahabat dan umatnya yang senantiasa kukuh dan istiqomah dalam memegang sunnahnya sampai hari pembalasan.

Selama penyusunan skripsi ini dan selama peneliti belajar Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, banyak mendapat bantuan dan sumbangan motivasi dan hasil pikiran dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, izinkan peneliti menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya, yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Nahrowi, S.H., M.H. dan Nisrina Mutiara Dewi, S.Sy., M.H. Pembimbing Akademik dan Pembimbing skripsi ditengah kesibukannya telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan arahan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Kepala Urusan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kepala Pusat Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

(7)

vii

dan Bapak yang telah memberikan dukungan moral dan materiil kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi.

7. Semua pihak terkait yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Tidak ada yang peneliti bisa berikan untuk membalas jasa-jasa kalian kecuali doa dan ucapan terima kasih.

Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca serta pihak yang memerlukannya. Sekian dan Terima Kasih.

Jakarta, 13 Januari 2021

(8)

viii

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ... 8

E. Metode Penelitian ... 10

F. Rancangan Sistematika Pembahasan... 13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK ... A. Kerangka Konseptual ... 14

1. Pengertian Perlindungan Hukum ... 14

2. Hak Kekayaan Intelektual ... 15

3. Merek ... 18

4. Merek Terkenal ... 21

5. Merek Terkenal Tidak Terdaftar ... 23

6. LOIS ... 24

7. Sengketa Merek ... 26

B. Kerangka Teori ... 27

1. Perlindungan Hukum ... 27

(9)

ix

2. Kronologis ... 38

C. Amar Putusan Nomor 789 K/Pdt.Sus-HKI/2016 ... 45

BAB IV PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP MEREK TERKENAL ... A. Mekanisme Pendaftaran Merek di Indonesia ... 48

B. Perlindungan Hukum Merek Terkenal yang Tidak Terdaftar di Indonesia dalam Ketentuan Hukum Kekayaan Intelektual Analisis Putusan Nomor 789 K/Pdt.sus-HKI/2016 ... 53

C. Peran Pemerintah dalam Menindaklanjuti Atas Terjadinya Pelanggaran Terhadap Merek di Indonesia ... 67

BAB V PENUTUP ... A. Kesimpulan ... 79

B. Rekomendasi ... 79

DAFTAR PUSTAKA...82

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perekonomian yang maju seiring dengan perkembangan teknologi membuat batas-batas lintas negara menjadi hilang (borderless) hal ini membuat dampak yang logis ketika perdagangan antar negara pada saat ini menjadi hal yang wajar karena berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berkembangnya internet pada masa ini mempermudah segala aspek kehidupan, yang mendukung perkembangan komunikasi, informasi hingga perdagangan yang dapat melewati batas lintas negara. Negara Indonesia merupakan negara yang sedang dalam masa perkembangan, dalam perkembangannya negara Indonesia turut menikmati adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti dengan banyaknya usaha mikro kecil menengah yang memanfaatkan media berbasis jaringan internet untuk memasarkan produk-produk tersebut. Menjunjung tinggi demokrasi ekonomi atau ekonomi pancasila, negara Indonesia menjamin semua warga negara untuk bebas dalam melakukan usaha selama tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku hal ini ditegaskan oleh undang-undang yang telah disahkan oleh negara sebagai bukti kongkrit bahwa negara menjamin adanya kebebasan berusaha dalam kehidupan perekonomian. Seiring dengan majunya perekonomian, ditemukanlah objek baru yang menjadi objek yang bernilai ekonomis atau dapat mendatangkan keuntungan yaitu hak kekayaan intelektual.

Hak kekayaan intelektual adalah hak ekslusif yang diberikan oleh negara terhadap temuan yang diciptakan, hak ekslusif atau hak istimewa ini seperti hak untuk mengadakan, adapun selain pengertian di atas hasil kerjanya itu berupa benda immaterial. Benda tidak berwujud.1 Hak untuk mewariskan, hak untuk memanfaatkan dan hak untuk melakukan pemindah tangankan atau lisensi.2

1Ok. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Right), (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 9.

(11)

Pada awal mulanya hak kekayaan intelektual terbentuk dari konvensi paris, konvensi wina dan konvensi harbour yang menyepakati adanya hak individu terhadap suatu temuan yang berasalkan dari buah kerja keras berpikir penemu tersebut dan hak untuk memonopoli temuannya yang harus dijamin oleh negara selama masa berlaku perlindungan temuan tersebut masih dalam masa aktif, sehingga negara harus menjamin hak hukum dari penemu sebagai konsekuensi logis adanya undang-undang tentang kekayaan intelektual.3

Hak kekayaan intelektual pada dasarnya terbagi menjadi berbagai macam jenis yang berlandaskan hukum yang berbeda pada ketentuan peraturan perundang-undangan, berikut adalah jenis hak kekayaan intelektual yaitu: hak cipta, rahasia dagang, hak varietas tanaman, hak tata letak desain industri dan hak merek. Hak merek adalah hak untuk mempergunakan symbol sebagai merek dagang yang telah didaftarkan kepada negara, yang sifatnya first to use atau yang mengunakannya pertama kali berhak untuk mendeklarasikan bahwa merek tersebut merupakan kepemilikannya dan dilindungi oleh hukum yang berlaku pada negara tersebut.4

Pengertian merek menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 adalah tanda yang dapat ditampilkan berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan, warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau tiga dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 unsur atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa. Sedangkan jenis merek terbagi menjadi dua yaitu merek perdagangan barang yang digunakan perusahaan pemproduksi barang sebagai kegiatan utama perusahaan barang tersebut, yang 2Andrian Krisnawati dan Gazalba Sakeh, Perlindungan Hak Varietas Tanaman Baru Dalam

Prespektif Hak Paten dan Hak Pemuliaann Tanaman (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004),

h. 14.

3Muhammad Djumahana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual: Sejarah, Teori dan

Pratkteknya di Indonesia (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 21.

4R.Mujianto, Konsep Kepemilikan Merek di Indoneisa, (Jakarta: Jurnal Media Neliti, 2017), h. 53.

(12)

kedua adalah merek jasa atau merek yang dipergunakan perusahaan yang menyediakan jasa sebagai usaha utama dalam kegiatan berusaha atau berbisnis.5

Merek adalah tanda dengan ciri khas identitas visual yang memiliki sifat melekat pada barang atau pada jasa tertentu sehingga dapat menjadi ciri pembeda kasat mata dan bernilai ekonomis dikarenkan sifat diketahui oleh banyak pihak dan memilik sifat kepercayaan dari masyarakat. Sebagai objek yang bernilai ekonomis maka merek harus memiliki unsur pembeda dari merek lain, untuk itu merek harus memiliki elemen: tanda dengan pembeda, tanda tersebut harus dipergunakan dan untuk perdagangan barang dan jasa.6 Dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa merek haruslah memiliki perbedaan dengan merek yang lainya agar konsumen sebagai penikmat barang dan jasa tidak terkecoh oleh merek yang serupa, yang kedua adalah merek harus dipergunakan karena jika tidak dipergunakan maka merek dapat diminta pembatalannya melalui pengadilan dengan alasan bahwa merek tersebut tidak digunakan selama 3 tahun berturut-turut dan yang terakhir adalah merek harus dipergunakan untuk perdagangan barang ataupun jasa.

Dalam hal pendaftaran merek harus memenuhi unsur itikad baik yang tertera pada undang-undang merek, unsur beritikad baik adalah bahwa merek yang didaftarkan tidak melanggar hukum, melanggar susila dan tidak memplagiasi merek orang lain, jika terbukti pendaftar merek melakukan unsur itikad tidak baik maka merek tersebut dapat dimintai pembatalannya kepada pengadilan niaga yang memiliki kompetensi absolut,7 sebagai pembatal merek terdaftar dengan tidak beritidak baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pada dasarnya sebuah merek memilik persyaratan untuk didaftarkan. Sistem administrasi merek begitu penting karena hak atas merek adalah hak khusus yang

5Tim Lindsey, Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung: PT.Alumni, 2011), h. 131.

6Yoseph Erick, Identifikasi Elemen merek untuk Penetapan sebagai Brand, (Jakarta: Jurnal Peforma, 2016), h. 628.

7Yodi martono, kompetensi absolut pengadilan, (Jakarta: Jurnal Hukum dan Keadilan, 2006), h. 137.

(13)

diberikan oleh pemerintah atau negara.8 Pada dasarnya sebuah merek memiliki persyaratan untuk didaftarkan. Sistem administrasi merek begitu penting karena hak atas merek adalah hak khusus yang diberikan oleh pemerintah atau negara kepada pemilik merek untuk menggunakan merek tersebut untuk memberi izin pihak lain untuk menggunakannya, karen itu merek harus didaftarkan di Rektorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual. Pendaftaran sangat penting bagi konsumen, akan memberi merek (cap, simbol, dan sebagainya) yang tentunya memiliki kualitas dan aman untuk di konsumsi.

Dalam hal pembangunan perusahaan diperlukan waktu yang lama dikarenakan kepercayaan konsumenlah yang menentukan citra sebuah merek tersebut dapat laku dipasaran. Pembangunan merek tersebut memerlukan upaya sehingga merek dapat dikategorikan sebagai merek terkenal jika perdagangan barang atau jasa merek tersebut telah melewati batas lintas antar negara sehingga merek tersebut telah memiliki legitimasi yang kuat sebagai merek terkenal yang harus dilindungi dikarenakan hal ini merupakan kesepakatan antar anggota world trade organization (WTO) untuk menatuhi segala konvensi yang telah diratifikasi atau telah disepakati antar negara anggota WTO.9

Dalam hal perlindungan merek terdapat peristiwa hukum baru yaitu plagiasi merek, plagiasi merek adalah merupakan suatu tindakan curang dikarenakan peniruan merek ini mengakibatkan pihak lain selaku pemilik merek telah mendaftarkan mereknya dengan itikad baik mengalami kerugian dengan adanya pihak yang curang dengan cara melakukan pemboncengan dengan tujuan untuk mendompleng mereknya untuk mendapatkan keuntungan finansial.10 Didalam dunia perdagangan baik produksi barang atau jasa, merek merupakan suatu hal yang penting untuk menarik perhatian kosumen selain dalam 8Suyud Margono, Hak Memiliki Industri, Pengaturan dan Praktis di Indonesia, (Bogor: Ghalia, 2011), h.79.

9Aditya Oktoviano, Peran WTO dalam Menyelesaikan Sengketa Perdagangan, (Jakarta: Jurnal Media Neliti, 2017), h.2.

10Sri Ahyani, Perlindungan Merek Terhadap Plagiasi, (Bandung: Jurnal Wawasan Hukum, 2012), h. 54.

(14)

pengemasan dan pelayanan suatu badan usaha, karna merek merupakan apa yang ada didalem fikiran kosumen. Peniruan merek yang tidak sama namun pada dasarnya dari sudut pandang secara visual hal ini dilakukan agar barang atau jasa tersebut laku dipasaran dikarenakan merek yang ditiru tersebut sudah memiliki reputasi yang baik dikalangan konsumen. Reputasi atau good will merupakan suatu yang bersifat menguntungkan dalam keterkaitannya terhadap dunia bisnis. Reputasi merupakan takaran kegagalan atau kesuksesan dalam dunia bisnis, maka dari itu para pengusaha dalam mempertahankan reputasinya berusaha untuk memperbaiki produknya, mengeluarkan uang dalam jumlah yang banyak untuk kebutuhan periklanan untuk mempertahankan ataupun untuk meningkatkan reputasi merek yang dipakai sebagai tanda barang atau jasa.

Merek terkenal dikategorikan sebagai merek yang telah melewati batas lintas negara, seperti halnya yang kita ketahui bahwa merek terkenal seperti adidas, nike, sony dan puma merupakan merek yang telah mendapat legitimasi sebagai merek terkenal dan hal ini harus dilindungi oleh hukum suatu negara. Merek terkenal memiliki resiko untuk dipalsukan atau dijadikan objek pemboncengan oleh pihak-pihak yang tidak bertangungjawab untuk tujuan menjual barang dagangannya dengan cara meniru merek yang sudah terkenal dikarenakan reputasi merek terkenal sudah dipercaya oleh masyarakat hal ini berdampak signifikan dengan perdagangan barang dengan merek yang menyerupai merek terkenal. Dalam plagiasi merek belum diatur secara spesifik dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang merek, sehingga menyebabkan penegakan hukum yang masih sifatnya laporan dan membutuhkan kekuatan pengadilan niaga untuk mencabut penetapan hukum yang telah dilakukan oleh kementrian hukum dan hak asasi manusia untuk mensertifikasi merek yang telah meminta permohonan pendaftaran. Dengan melihat latar belakang tersebut.

Plagiasi merek berkaitan dengan perlindungan merek, dunia perdagangan tidak akan berjalan secara baik jika perlindungan hukum dalam suatu negara tidak memadai dikarenakan bisnis dilandasi atas dasar kepercayaan dalam hal ini apabila

(15)

hukum tidak memadai maka hal ini berdampak secara berhubungan terhadap berjalannya suatu bisnis di negara tersebut. Pembajakan tentunya tidak hanya merugikan pemegang hak merek namun juga merugikan konsumen sebagai penikmat dari barang ataupun jasa yang dihasilkan oleh pelaku bisnis, dikarenakan merek merupakan ciri visual yang menjadi pembeda dengan produk lainya, dalam hal ini ketika merek yang pada dasarnya memiliki kesamaan dengan merek lainya otomatis hal ini dapat merugikan konsumen dikarenakan sulit membedakan antara merek asli dan merek yang melakukan pemboncengan.

Peneliti sangat tertarik membahas masalah ini dengan mengambil judul skripsi: “Perlindungan Hukum Pemegang Merek Terkenal Lois Internasional Tidak Terdaftar Menurut Hukum Kekayaan Intelektual Indonesia (Analisis Putusan Nomor 789 K/Pdt.sus-HKI/2016)”.

B. Indentifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

a. Tindakan plagiasi merek internasional tidak tercakup dalam peraturan undang-undang merek.

b. Penegakan hukum plagiasi yang masih rendah.

c. Ketentuan convensi Paris (Internasional) tidak dijadikan dasar dalam peredaran merek terkenal di Indonesia menurut undang-undang merek. d. Pertimbangan hakim dalam memutus sengketa merek bukan komprehensif. e. Kurangnya pengawasan pemertintah atas banyak merek belum terdaftar yang

beredar di Indonesia.

f. Pemerintah lalai dalam mengesahkan merek 2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka agar penelitian penulisan yang dilakukan agar lebih fokus pada pada masalah kurangnya pengawasan pemerintah atas banyak merek belum terdaftar yang beredar di Indonesia, “Perlindungan Hukum Pemegang Merek Terkenal Lois

(16)

Internasional Tidak Terdaftar Menurut Hukum Kekayaan Intelektual Indonesia”.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka peneliti merumuskan masalah berikut: Dampak hukum terhadap merek terkenal tidak terdaftar sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan. Dan apa upaya atau peran pemerintah dalam mengawasi dan menindaklanjuti merek yang tidak terdaftar di indonesia. Untuk mempertegas arah dari masalah utama yang telah diuraikan diatas maka peneliti menjabarkan penulisan ini melalui rincian perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan :

a. Bagaimana mekanisme pendaftaran merek di Indonesia?

b. Bagaimana peran pemerintah dalam menindaklajuti atas terjadinya pelanggaran terhadap merek terkenal di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui mekanisme pendaftaran merek di Indonesia.

b. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam menindaklanjuti atas terjadinya pelanggaran merek terkenal di Indonesia.

2. Manfaat Teoritis a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya konsep-konsep, teori-teori terhadap ilmu pengetahuan dari penelitian yang sesuai dengan bidang ilmu dalam suatu penelitian. Maka penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran hukum di Indonesia terutama untuk menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi para pelaku bisnis antar negara.

b. Manfaat Praktis

Sebagai upaya pengembangan kemampuan dan pengetahuan penelitian ini diharapkan dapat berguna dikalangan masyarakat sebagai

(17)

upaya pemberantasan pelanggaran-pelanggaran tentang hak merek yang belum terdaftar di Indonesia dan pengetahuan bagi peneliti sendiri.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1. Perlindungan merek terkenal terhadap pemalsuan merek dalam ketentuan hukum yang berdampak pada pemidanaan yang dilakukan oleh penegak hukum.

Skripsi ini ditulis oleh Jaenuri Dwi Putra11, Pada skripsi ini membahas tentang perlindungan merek terkenal terhadap pemalsuan merek dalam ketentuan hukum yang berdampak pada pemidanaan yang dilakukan oleh penegak hukum. Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yakni menganalisis terkait dengan perlindungan merek terkenal tidak terdaftar dan analisis putusan hakim terkait dengan perbuatan plagiasi dalam putusan Nomor 789 K/Pdt.sus-HKI/2016.

2. Penegakan Hukum Terhadap Pemalsuan Merek Barang Tinjauan Yuridis. Skripsi ini ditulis oleh Andi Ratubulqis. Pada Skripsi ini membahas tentang perlindungan merek terkenal terhadap pemalsuan merek dalam ketentuan hukum yang berdampak pada pemidanaan yang dilakukan oleh penegak hukum. Proses penyelesaian hukum hak merek palsu adalah Pemilik merek dapat menempuh upaya penyelesaian tergantung pada kasus faktual yang terjadi dan dijatuhkan sanksi berupa sanksi pidana penjara, sanksi perdata ganti kerugian dan sanksi administrasi. Akan tetapi dari ketentuan tersebut sanksi Administrasi lah yang paling efektif untuk dilakukan.12

3. Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Atas Merek Terhadap Perbuatan Pelanggaran Merek.

11Jaenuri Dwi Putra, Perlindungan Hukum Merek Sepatu Adidas Terhadap Pemalsuan Merek

yang Dilakukan oleh Pengusaha Lokal dalam Tinjauan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek, (Universitas Negeri Jember), 2015.

12Andi Ratu Balqis, Penegakan Hukum Terhadap Pemalsuan Merek Di Kota Makassar, (Universitas Negeri Makassar), 2019.

(18)

Jurnal ini ditulis oleh Fajar Nur Cahya Dwi Putra. Pada jurnal ini membahas tentang perlindungan hukum pemegang merek terhadap perbuatan pelanggaran merek. Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yakni menganalisis terkait dengan perlindungan merek terkenal tidak terdaftar dan analisis putusan hakim terkait dengan perbuatan plagiasi dalam putusan Nomor 789 K/Pdt.sus-HKI/2016.13

4. Hukum Merek (Trademark Law).

Buku ini ditulis oleh Rahmi Jened yang diterbitkan oleh PT. Gramedia pada tahun 2015. Pada buku ini membahas tentang merek dilihat dari segi pendaftaran dan penyamaan terhadap merek terkenal. Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yakni menganalisis terkait dengan perlindungan merek terkenal tidak terdaftar dan analisis putusan hakim terkait dengan perbuatan plagiasi dalam putusan Nomor 789 K/Pdt.sus-HKI/2016.14 5. Hak Atas Kekayaan Intelektual, Hak Cipta, Merk dan Paten Serta

Hubungannya dengan Dunia Usaha.

Jurnal ini ditulis oleh H.E.Z. Arifin. Pada jurnal ini membahas mengenai persiapan pengusaha di Indonesia yang harus mempersiapkan diri sejak dini untuk menghadapi perubahan pasar dan tata perekonomian dunia dalam era globalisasi. Persiapan yang dimaksud mulai dari SDM termasuk modernisasi proses produksi teknologi, design produk baru, memperluas jaringan distribusi, serta memenuhi norma dan standar umum yang baru mengenai hak milik intelektual. Kemudian para pengusaha juga ditunut untuk meningkatkan pengertian, pemahaman, pengetahuan, persepsi serta kesadarannya mengenai hak atas kekayaan intelektual. Sehingga HAKI akan menjadi suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesuksesan pengusaha

13 Fajar Nur Cahya Dwi Putra, Tentang Perlindungan Hukum Pemegang Merek Terhadap

Perbuatan Pelanggaran Merek, (Surabaya: Jurnal Ilmu Hukum, 2014).

14Rahmi Jened, Hukum Merek (Trademark Law), (Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri, 2015).

(19)

Indonesia yang tangguh dalam pesaingan bisnin baik di dalam maupun luar negeri.15

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang termasuk penelitian hukum normatif-yuridis, yaitu penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan hukum yang sedang berlaku, yang dibangun berdasarkan objek hukum itu sendiri.16 Penelitian hukum yuridis merupakan objek kajian yang meliputi keputusan pengadilan, serta literatur-literatur yang berhubungan dengan pokok pembahasan. Tipe penelitian hukumnya adalah analisis yuridis dari norma-norma hukum yang berkaitan dengan pokok pembahasan terutama dalam perdagangan eloktronik yang bersifat keperdataan. 2. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan penelitian ini adalah pendekatan melalui undangan (statute approach) yang memfokuskan pada ketentuan perundang-undangan dan pendekatan secara kasus yang melihat peristiwa hukum yang terjadi di masyarakat.17

15 H.E.Z. Arifin, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Hak Cipta, Merk dan Paten Serta

Hubungannya dengan Dunia Usaha, (Jurnal Syiar Madani, Vol. III, No. 3 November 2006).

16Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya: Bayumedia Publishing, 2005), h. 5.

(20)

3. Sumber Data

Data penelitian merupakan informasi yang diperlukan untuk salah satunya menjawab masalah penelitian, maka data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini ialah meliputi:

a. Bahan Hukum Primer yang merupakan salah satu bahan hukum yang autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum tersebut terbagi menjadi peraturan perundang-undangan, risalah resmi dalam pembuatan perundang-undangan atau putusan hakim.

b. Bahan Hukum Sekunder berupa publikasi tentang dokumen-dokumen resmi ataupun buku-buku, kamus hukum, jurnal hukum ataupun komentar para ahli-ahli hukum.

c. Bahan Tersier adalah bahan hukum yang merupakan pelengkap yang sifatnya memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder.

Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan sumber hukum primer, sumber data sekunder dan sumber data tersier yang diperoleh berdasarkan bahan-bahan pustaka.

a. Sumber data primer yaitu adalah sumber hukum atau ketentuan yang mempunyai kekuatan mengikat secara umum dalam hal ini perundang-undangan yang telah disahkan dan berlaku di negara Indonesia terkhusus undang-undang sebagai berikut:

- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 - KUHD (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang)

- KUH Perdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) - Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta - Undang-Undang 20 Tahun 2016 Tentang Merek

b. Sumber data sekunder yaitu adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung yang telah mendapatkan proses pengkajian terlebih dahulu

(21)

seperti: Hasil Wawancara, Jurnal ilmiah, skripsi, buku, kesimpulan diskusi serta tulisan-tulisan yang berhubungan dengan penelitian ini.

c. Sumber data tersier yaitu sumber data yang melanjutkan penjelasan dari data primer dan sekunder seperti kamus, ensiklopedia, website dan portal berita.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan ialah studi kepustakaan FSH UIN Jakarta, UI dan peneliti mengumpulkan data-data yang berasal dari Undang-Undang, Putusan hakim, dan melakukan wawancara terhadap Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual.

5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pada penelitian ini, metode yang digunakan ialah dengan cara deskripstif kualitatif dengan mengumpulkan bahan-bahan hukum baik primer, sekunder maupun tersier serta data data yang ada dan berkaitan dengan undang-undang, buku, jurnal, dan wawancara penelitian ini melalui penyederhanaan ke dalam bagian-bagian yang diperlukan.

Bahan Hukum Primer, Hukum Sekunder, dan non hukum serta data Primer, Sekunder, serta Tersier dielaborasi dalam penulisan secara sistematis demi menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan. Pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif yaitu menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum kepada permasalahan kongkret yang sedang dihadapi maka ditemukan jawaban dari rumusan masalah demikian.

6. Metode Penulisan

Dalam penyusunan penelitian ini peneliti menggunakan teknik penulisan yang sesuai dengan sistematika penulisan yang ada pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2017.

(22)

F. Rancangan Sistematika Pembahasan

Sistematika ini merupakan gambaran dari penelitian agar memudahkan dalam mempelajari seluruh isinya. Penelitian ini dibahas dan diuraikan menjadi 5 (lima) bab, adapun bab-bab yang dimaksud adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan memuat secara keseluruhan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan, dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Pada bab ini membahas terkait dengan Teori perlindungan hukum merek terkenal yang tidak terdaftar dan ketentuan hukum kekayaan intelektual. Kemudian review study terdahulu

BAB III : Pada bab ini memaparkan temuan penelitian yakni kronologis putusan dan profil perusahaan yang memiliki merek terkenal

BAB IV : Pada bab ini akan menganalisis tentang mekanisme pendaftaran merek, perlindungan hukum merek terkenal yang tidak terdaftar di Indonesia dan peran pemerintah terhadap perlindungan merek terkenal dan pemerintah dalam rangkaian menindaklanjuti terjadinya pelanggaran merek terkenal di Indonesia BAB V : Bab ini berisikan kesimpulan yang diambil dari

uraian/deskripsi yang menjawab masalah berdasarkan data yang diperoleh, dan rekomendasi.

(23)

14 BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK A. Kerangka Konseptual

1. Pengertian Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum memiliki pengertian seperti sarana yang diberikan oleh hukum kepada subjek hukum atas segala perbuatannya yang dilakukan terhadap kepetingan dirinya maupun orang lain. Secara nyata perlindungan hukum merupakan upaya dari negara untuk mengintegrasikan dan menyelaraskan kepentingan hukum antara subjek hukum yang berbeda dalam suatu negara. Hal inilah yang berhubungan dengan sebuah merek dalam negara, negara harus hadir dalam konteks melindungi merek yang terdaftar sebagai bagian dari fungsi hukum yang harus berjalan didalam merek tersebut.

Secara umum perlindungan hukum terhadap suatu merek hanya diberlakukan terhadap merek yang sudah didaftarkan. Perlindungan secara internasional dibutuhkan terhadap merek suatu produk yang diperdagangkan melampaui dan melintas batas-batas negara. Sebagai mana fungsi merek, yaitu sebagai identitas dari suatu produk atau perusahaan tertentu, shingga konsumen dapat membedakan antara produk antara produk yang sau dengan produk yang lainnya untuk jenis produk yang sama.18

Perlindungan hukum merupakan bagian penting dari terbentuknya suatu hukum, jikalau hukum tanpa mekanisme perlindungan didalamnya akan seperti norma yang tidak dapat terpakai di masyarakat maka dari itu hadirnya hukum semata-mata untuk menjamin perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang memang haknya bisa saja ditindas atau dilanggar oleh orang lain.

Menurut Sajtipto Rahardjo mendefinisikan perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan oleh orang lain dan perlindungan hukum diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat

18 Sentosa sembiring, Produser dan Tata Cara Memperoleh Hak Kekayaan Intelektual di Bidang

(24)

menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. Definisi ini merujuk pada perlindungan hak yang semestinya didapatkan oleh seluruh orang atas dasar perlindungan dari hukum agar tidak terjadi peristiwa yang merugikan hak orang lain.

C.S.T Kansil mendefinisikan lain tentang perlindungan hukum, adalah upaya hukum yang diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan ancaman pihak manapun. Ketika terjadi gangguan terhadap fisik maupun pikiran maka penegak hukum hadir dalam upaya untuk melindungi orang tersebut sehingga hak-hak orang tersebut yang dilindungi oleh hukum dapat berjalan sebagai mana mestinya.

Menurut muktie, A Fadjar hakim mahkamah konstitusi republik indonesia menyatakan bahwa perlindungan hukum adalah perlindungan yang diberikan oleh hukum, terkait dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subjek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai subjek hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan sesuatu tindakan hukum yang diberikan oleh negara dengan cara melindungi subjek hukum tersebut.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum adalah suatu upaya hukum yang dapat memberikan perlindungan hak asasi manusia agar merasa aman secara fisik maupun pikiran dari ancaman atau gangguan pihak lain. Hak perlindungan ini harus dapat dirasakan semua orang agar tidak terjadi peristiwa yang merugikan antar sesama.

2. Hak Kekayaan Intelektual

Hak kekayaan intelektual adalah hak yang berasal dari hasil kegiatan intelektual manusia yang mempunyai manfaat ekonomi. Konsepsi mengenai Hak Kekayaan Intelektual didasarkan pada pemikiran bahwa karya intelektual yang telah dihasilkan manusia memerlukan pengorbanan tenaga, waktu dan

(25)

biaya. Pengorbanan ini menjadikan karya yang telah dihasilkan memiliki nilai ekonomi karena manfaat yang dapat dinikmatinya. Ini mendorong butuhnya penghargaan atas hasil berupa perlindungan hukum. Hak Kekayaan Intelektual merupakan terjemahan dari Intellectual Property Rights (IPR), sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1994 Tentang pengesahan WTO (Agreement Establishing The World Trade Organization, yang artinya hak atas kekayaan dari kemampuan intelektual manusia, yang mempunyai hubungan dengan hak seseorang secara pribadi (human rights).19

Esensi dari Hak Kekayaan Intelektual ini sendiri didasarkan pada suatu pandangan yang sangat mendasar di mana karya-karya intelektual yang dihasilkan oleh manusia, di dalam proses pembuatannya tentunya memerlukan suatu skill ataupun keahlian khusus danjuga keuletan dan tentunya memerlukan banyak daya upaya juga pengorbanan. Kepemilikan hak atas hasil kreasi intelektual ini sangat abstrak dibandingkan dengan hak kepemilikan benda yang terlihat, tetapi hak-hak tesebut mendekati hak-hak benda, lagipula kedua hak tersebut bersifat mutlak. Selanjutnya, terdapat analogi bahwa setelah benda yang tak berwujud itu keluar dari pikiran manusia, menjelma dalam suatu ciptaan kesusastraan, ilmu pengetahuan, kesenian atau dalam bentuk pendapat. Jadi, berupa berwujud (lichamelijke zaak) yang dalam pemanfaatannya (exploit) dan reproduksinya dapat merupakan sumber keuntungan uang. Inilah yang membenarkan penggolongan hak tersebut ke dalam hukum harta benda yang ada.

Ada beberapa hal yang menjadi elemen penting di dalam Hak Kekayaan Intelektual, antara lain:

a. Adanya sebuah hak eksklusif yang diberikan oleh hukum;

b. Hak tersebut berkaitan dengan usaha manusia yang didasarkan pada kemampuan intelektual; dan

(26)

c. Kemampuan intelektual tersebut memiliki nilai ekonomi

Menurut Konvensi World Intellectual Property Organization(WIPO), Hak Kekayaan Intelektual diartikan sebagai hak milik intelektual dapat memasukkan hak-hak yang berkaitan dengan karya sastra, karya seni dan hasil karya ilmiah, invensi-invensi di semua bidang usaha manusia, penemuan ilmiah, desain industri, merek dagang, merek jasa, dan nama-nama dalam penandaan-penandaan komersial, perlindungan terhadap persaingan tidak sehat, dan seluruh hak lain hasil dari aktivitas intelektual yang berhubungan dengan industri, karya ilmiah, karya sastra, dan bidang-bidang seni.

Berikut ini beberapa definisi Hak Kekayaan Intelektual menurut para ahli, antara lain:

a. Harsono Adisumarto, mendefinisikan bahwa istilah “property”adalah kepemilikan di mana orang lain dilarang menggunakan hak itu tanpa izin dari pemiliknya. Sedangkan kata “intellectuall berkenaan dengan kegiatan intelektual berdasarkan daya cipta dan daya pikir dalam bentuk ekspresi ciptaan sastra, seni dan ilmu, serta dalam bentuk penemuan sebagai benda immateriil , dan kata “intelektual” itu harus diletakkan pada setiap karya atau temuan yang berasal dari kreativitas berpikir manusia tersebut.20

b. Peter Mahmud Marzuki mendefinisikan Hak Kekayaan Intelektual adalah suatu hak yang timbul dari karya intelektual seseorang yang mendatangkan keuntungan materiil.

c. Muhammad Djumhana & R. Djubaedillah mendefinisikan Hak Kekayaan Intelektual sebagai hak yang berasal dari kegiatan kreatif manusia yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai

20 Muhammad Djumhana, Hak Milik Intelektual (Sejarah dan Teori Prakteknya di Indonesia), (Bandung: Citra Aditya Bhakti.1997), h. 18.

(27)

bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia, juga bernilai ekonomi.21

d. A. Zen Umar Purba mendefinisikan bahwa Hak Kekayaan Intelektual merupakan aset yang secara hukum menimbulkan hak dan kewajiban bagi pemiliknya, seperti juga aset-aset yang lain, seperti tanah dnegan sertifikat, dan kepemilikan benda-benda bergerak, melekat pada yang menguasai. Untuk itu diperlukan suatu proses pendaftaran guna mendapatkan tanda kepemilikan dari negara. Kesadaran bahwa karya intelektual merupakan benda tidak berwujud yang dapat dijadikan aset adalah kunci pokok permasalahan, selanjutnya dengan adaya unsur kepemilikan, diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas usaha.

Dapat dikatakan bahwa Hak Kekayaan Intelektual adalah pengakuan dan pengahargaan pada seseorang atau badan hukum atas penemuan atau ciptaan karya intelektual mereka dengan memberikan hak-hak khusus bagi mereka baik yang bersifat sosial maupun ekonomis. Objek yang diatur di dalam Hak Kekayaan Intelektual adalah hal yang lahir dari karya pikir seseorang. Apabila orang lain dibiarkan untuk memanfaatkan suatu karya secara sebebas-bebasnya maka manfaat dari karya itu hanya akan dinikmati orang lain, sedangkan pemiliknya tidak memperoleh hal yang sebanding.22 3. Merek

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “merek” diartikan sebagai tanda yang dikenakan oleh pengusaha (pabrik, produsen dan sebagainya) pada barang yang dihasilkan sebagai tanda pengenal (cap, tanda) yang menjadi pengenal untuk menyatakan nama.

Merek adalah simbol untuk membedakan barang dan atau jasa yang diproduksi oleh pelaku usaha dengan tujuan untuk membedakan dengan hasil

21 Muhhamad Djumhana, Hak Milik Intelektual (Sejarah dan Teori Prakteknya di Indonesia), (Bandung: Citra Aditya Bhakti.1997), h.160.

(28)

produksi barang ataupun jasa yang diproduksi oleh pelaku usaha lain. Berdasarkan Undang-Undang Tentang Merek perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 menjelaskan bahwa merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.23

Menurut Kotler & Keller Merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainya untuk memuaskan kebutuhan yang sama. Sedangkan menurut Tjipton Merek adalah janji penjual untuk menyampaikan kumpulan, sifat manfaat, dan jasa spesifik kepada pembeli secara konsisten kepada pembeli. Merek dapat menyampaikan enam tingkat arti yaitu atribut, manfaat, nilai, budaya, kepribadian dan pemakaian.24

Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa deinisi merek merupakan salah satu atribut yang merupakan bagian dari sebuah produk yang berguna sebagai tanda, nama, atau istilah yang digunakan pemasar pada barang ataupun jasa. Dengan tujuan untuk menjadi pembeda dengan pesaing untuk menjadi indentifikasi dari produk tersebut dan dirancang untuk memuaskan kebutuhan konsumen seperti menyampaikan sifat dan manfaat secara konsisten kepada konsumen.

Sesuai dengan ketentuan bahwa hak merek itu diberikan pengakuannya oleh negara, maka pendaftaran atas mereknya merupakan suatu keharusan apabila ia menghendaki agar menurut hukum dipandang sah sebagai orang yang berhak atas merek. Bagi orang yang mendaftarkan mereknya terdapat suatu kepastian hukum bahwa ialah yang berhak atas merek itu. Pasal 3 Undang-Undang Merek menyatakan hak atas merek adalah hak eksklusif yang 23 Harsono Adisumarto, Hak Milik Intelektual Khususnya Hukum Paten dan Merek, (Jakarta: Akademika Presindo, 1990), h.19.

24 Enny Mirfa, Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terdaftar, (Aceh: Jurnal Hukum Samudra Keadilan, 2016), h.67.

(29)

diberikan oleh negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.25

Mengenai jangka waktu keberlakuan hak atas suatu merek menurut Pasal 3 yaitu perlindungan yang diberikan adalah secara “eksklusif” artinya selama mereknya terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu tertentu 10 tahun kemudian dapat diperpanjang.26

Merek adalah suatu tanda, tetapi agar tanda tersebut dapat diterima oleh merek, harus memiliki daya pembeda, hal ini disebabkan pendaftaran merek, berkaitan dengan pemberian hak eksklusif yang diberikan oleh negara atas nama atau simbol terhadap suatu pelaku usaha. Untuk mempunyai daya pembeda, merek yang bersangkutan arus dapat memberikan penentuan atau “individuali sering” dari barang yang bersangkutan. Terjadinya perbedaan kemasyhuran suatu merek, membedakan pula tingkat derajat kemasyhuran yang dimiliki oleh berbagai merek. Ada 3 (tiga) jenis merek yang dikenal oleh masyarakat:

b. Merek Biasa, disebut juga sebagai “normal mark”, yang tergolong kepada merek biasa adalah merek yang tidak memiliki reputasi tinggi. Merek yang masuk kategori ini boleh dikatakan kurang ikut berperan meramaikan persaingan usaha di pasaran. Jangkauan pemasarannya sangat sempit dan terbatas pada lokal, sehingga merek jenis ini tidak dianggap sebagai saingan utama, serta tidak pula menjadi incaran para pedagang atau pengusaha untuk ditiru atau dipalsukan.

c. Merek Terkenal, merek terkenal biasa disebut juga sebagai “well known mark”. Merek jenis ini memiliki reputasi tinggi karena lambangnya memiliki kekuatan untuk menarik perhatian. Contohnya,

25 Sudarga Gautama, Hukum Merek Indonesia, (Jakarta:Citra Aditya Bakti.1993), h.21.

26 Insan Budi Maulana, Kapita Selekta Hak Kekayaan Intelektual, (Yogyakarta: Pusat Studi Hukum UII, 2000), h. 89.

(30)

adalah produk Honda, baik sepeda motor maupun mobil, bahkan sampe ada di suatu daerah yang menyebutkan Honda untuk semua merek sepeda motor. Sehingga merek Honda dapat dikategorikan sebagai merek terkenal (well known mark) karena pengetahuan masyarakat mengenai merek ini baik di dalam maupun di luar negeri. 3. Merek Termasyhur, sedemikian rupa terkenalnya suatu merek sehingga dikategorikan sebagai “famous mark”. Derajat merek termasyhur pun lebih tinggi daripada merek biasa, sehingga jenis barang apa saja yang berada di bawah merek ini langsung menimbulkan sentuhan keakraban dan ikatan mitos.

4. Merek Terkenal

Merek terkenal adalah merek yang memiliki reputasi tinggi memiliki daya tarik yang besar pada masyarakat dan sugestif karena sudah dikenal secara luas di dunia serta bernilai tinggi. Peraturan mengenai merek terkenal sampai dengan diubahnya undang-undang merek menjadi undang-undang nomor 20 Tahun 2016 tentang merek dan indikasi geografis belum mendefinisikan merek terkenal secara kongkrit.27

Jika ditarik sejarahnya dalam undang-undang sebelumnya maka pengaturan mengenai merek terkenal di Indonesia memanglah sangat minim dan bersifat abstrak. Maka dari itu merek terkenal adalah merek asing yang diajukan oleh pemilik merek yang bertempat tinggal atau berkedudukan tetap diluar wulayah negara republik indonesia yang telah menembus pasar indonesia dan telah dikenal lama di indonesia maupun luar negeri.28

Berdasarkan Penjelasan Pasal 21 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis, telah dijelaskan bahwa penentuan keterkenalan suatu merek, harus dilakukan dengan 27 Yulisar Ningsih, Perlindungan dan Penegakan Hukum Merek di Indonesia, (Matraman: Jurnal Matraman, 2003), h.26.

28 M.Yahya Harahap, Tinjauan Merek Secara Umum dan Hukum Merek di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti, 1996), h.105.

(31)

mempertimbangkan pengetahuan umum masyarakat mengenai merek tersebut dibidang usaha bersangkutan, dan memperhatikan pula reputasinya sebagai Merek terkenal yang diperoleh karena promosi besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran Merek tersebut di beberapa negara di dunia. Apabila hal-hal diatas belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya Merek yang menjadi dasar penolakan.

Pengertian Merek Terkenal kita dapatkan juga dari Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Permen) Nomor 67 Tahun 2017 tentang Pendaftaran Merek pada Pasal 18 ayat (3). Kriteria Merek terkenal lainnya adalah mengacu pada Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 1486 K/pdt/1991 yang menyatakan bahwa: “Pengertian Merek terkenal yaitu, apabila suatu Merek telah beredar keluar dari batas-batas regional sampai batas-batas internasional, dimana telah beredar keluar negeri asalnya dan dibuktikan dengan adanya pendaftaran Merek yang bersangkutan di berbagai negara”.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi suatu merek dikatakan merek terkenal, di amtara lain adalah:

a. Tingkat pengetahuan atau pengakuan mengenai merek tersebut dalam sektor publik yang bersangkutan.

b. Masa, jangkauan, dan darah geografis dari penggunaan merek. c. Masa, jangkauan dan daerah geografis dari promosi merek, termasuk pengiklanan dan publisitas serta presentasi pada pameran dari barang-barang atau jasa merek tersebut.

d. Masa dan daerah geografis dari setiap pendaftaran dan setiap aplikasi pendaftaran sampai pada satu tingkat sehingga merefleksikan penggunaan atau pengakuan merek.

(32)

e. Catatan dari penegakan hukum yang berhasil atas hak yang melekat pada merek sampai pada suatu tingkat dimana merek tersebut diakui sebagai merek terkenal oleh pejabat yang berwenang.

f. Nilai yang berkaitan dengan merek tersebut melebihi nilai daripada merek biasa yang beredar di pasar nasional suatu negara.

Dalam penjalananya merek terkenal harus pula didaftarkan kepada negara yang telah dimasuki oleh merek tersebut untuk menjamin perlindungan atas merek terkenal. Dalam ketentuan ini merupakan gambaran untuk menjamin kepastian hukum terhadap merek terkenal yang masuk kedalam negara peserta perjanjian Internasional tentang Hak kekayaan Intelektual.29

Dapat ditarik kesimpulan bahwa merek terkenal adalah merek yang telah menembus batasan suatu negara dalam pemasaran produk atau jasa. Merek yang telah menembus batasan wilayah antar suatu negara serta diakui keberadaanya oleh masyarakat dapat dikategorikan sebagai merek terkenal sehingga membuat merek tersebut dapat masuk kategori sebagai merek terkenal. Namun legitimasi terhadap merek terkenal mengharuskan merek tersebut didaftarkan di negara yang dimasuki oleh merek tersebut, hal ini berguna untuk menjaga atau memberikan perlindungan hukum terhadap merek tersebut.30

5. Merek Terkenal Tidak Terdaftar

Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis tidak memberikan definisi merek terkenal secara eksplisit. Walaupun demikian, ruang lingkup merek terkenal dapat ditelusur berdasarkan definisi “Pemilik Merek yang tidak terdaftar” pada bagian “Pembatalan” yang diatur pada Penjelasan Pasal 76 ayat (2) Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis. Ketentuan tersebut berbunyi sebagai berikut. Adapun yang dimaksud dengan “Pemilik Merek 29 Agung Sujatmiko, Perjanjian Lisensi Merek Terkenal, (Surabaya: Jurnal Universitas Airlangga, 2009), h. 254.

30 Ridwan Khairandy, Perlindungan Hukum Merek Terkenal di Indonesia, (Jakarta: Jurnal hukum, 2002), h. 67.

(33)

yang tidak terdaftar” antara lain pemilik merek yang itikad baik tetapi tidak terdaftar atau pemilik merek terkenal tetapi tidak terdaftar.

Berdasarkan Penjelasan Pasal 76 ayat (2) Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis, maka dapat diketahui bahwa selain merek terkenal yang terdaftar, merek terkenal yang tidak terdaftar juga diberi hak untuk mengajukan pembatalan. Namun, tidak jelas apakah lingkup merek terkenal tersebut juga berlaku sebagai dasar penolakan pendaftaran merek sebagaimana diatur dalam Pasal 21 Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis, mengingat tidak adanya definisi merek terkenal secara eksplisit pada bagian “Ketentuan Umum” Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis.

Undang-Undang Merek dan Indifikasi Geografis menyatakan bahwa penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai Merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan.

Di samping itu, diperhatikan pula reputasi Merek tersebut yang diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran Merek dimaksud di beberapa negara.

6. LOIS

Merek LOIS adalah merek yang digunakan oleh perusahaan Saez Moreno grup di negara Spanyol yang mulai diproduksi pada tahun 1950 sampai dengan saat ini. Saez Moreno grup mulai berkembang dengan produksi barang berupa celana jeans yang kemudian melesat berkembang di luar negara Spanyol yaitu negara-negara Eropa sehingga produknya menembus luas negara itu sendiri.31

(34)

Merek LOIS menembus batas wilayah sehingga dapat dikategorikan sebagai merek terkenal, yang pada awal mulanya hanya berbasis pemasaran di kota valencia kemudian berkembang di negara-negara lain. Saez moreno grup merupakan perusahaan garmen yang menyajikan beragam produk fashion namun lebih terkenal dari beberapa produknya adalah celana jeans.

LOIS kemudian menembus luar Eropa masuk ke negara-negara yang lebih jauh yaitu, Argentina, Arab, Hongkong, Filiphina, Malaysia dan sampai ke Indonesia pada tahun 2003. Di negara-negara tersebut merek LOIS didaftarkan sebagai merek internasional yang terkenal untuk melindungi di negara-negara tersebut, sehingga perlindungan yang didapatkan oleh merek LOIS adalah mutlak harus dijalankan oleh negara masing-masing yang dimana ditempatkan merek tersebut didaftarkan.

Masuknya merek LOIS ke indonesia melalui proses lisensi, proses lisensi ini merupakan proses pengalihan merek dengan perjanjian untuk dilaksanakan di Indonesia. Proses pengalihan melalui perjanjian ini diterima oleh PT. Intigramindo Persada yang berkedudukan di jalan pualam raya 31 sumur batu kemayoran, jakarta pusat. Lisensi pada dasarnya merupakan kesepakatan antara kedua belah pihak untuk menyepakati bahwa terjadi pengalihan pertangungjawaban terhadap suatu merek dengan salah satu pihak memberikan hak yang lainya memberikan kewajiban untuk melaksanakan hal-hal yang telah disepakati oleh masing-masing pihak.

PT. Intigramindo persada didirikan pada tahun 1978 yang bergerak dalam brand fashion, sehingga membuat Saez Moreno Grup percaya kepada PT. Intigramindo untuk melisensikan merek LOIS di Indonesia melalui PT. Intigramindo karena memiliki kesamaan dalam penjalanan produk bisnis.32

Merek LOIS didaftarkan oleh PT. Intigramindo Persada pada tahun 2003 melalui Direktorat jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian 32 Diakses dari https://www.liputan6.com/bisnis/read/757256/merek-besar-louis-vuitton-lahir-dari-pengangguran-super-melarat Pada tanggal 1 Mei 2020 Pukul 20.30.

(35)

Hukum dan HAM Indonesia. Sehingga merek LOIS secara mutlak harus mendapatkan perlindungan dari negara untuk dihindarkan dari pelanggaran terhadap merek tersebut.

LOIS pada dasarnya merupakan merek terkenal dikarenakan merek tersebut telah menembus beberapa negara dan didaftarkan di negara-negara yang telah dimasuki. Hal ini dibuktikan dengan indikator-indikator merek terkenal yaitu:33

a. Merek tersebut telah menembus beberapa negara.

b. Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap merek tersebut relevan. c. Durasi dan tingkat wilayah geografis dari pemakaian merek. d. Nilai merek yang melebihi merek biasa.

e. Pendaftaran merek yang dilakukan dinegara lain merupakan salah satu indikator yang menandakan merek terkenal.

Dari semua indikator tersebut merek LOIS telah memenuhi seluruh indikatornya sehingga dapat dikategorikan sebagai merek terkenal, sehingga perlindungannya dijamin oleh negara yang dimasuki.

7. Sengketa Merek

Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek yaitu dalam Pasal 76 ayat (1), seorang pemilik merek atau penerima lisensi merek dapat menuntut seseorang yang tanpa izin telah menggunakan merek yang memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek orang lain yang bergerak dalam bidang perdagangan atau jasa yang sama. Setelah itu, Pengadilan Niaga-lah yang berwenang menyidangkan kasus tersebut (Pasal 76 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek). Putusan dari Pengadilan Niaga dapat diajukan kasasi ke Mahkamah Agung (Pasal 79 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek).

(36)

Pasal 84 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek memberikan pilihan penyelesaian sengketa merek melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa. Dalam penyelesaian atas pelanggaran ini dapat menggunakan lembaga-lembaga yang ada di Indonesia. Lembaga yang dapat digunakan dalam menyelesaikan pelanggaran merek adalah sebagai berikut:

1) Alternatif Penyelesaian Sengketa

Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa ini diatur di dalam Bab II Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Arbitrase dengan menggunakan jalur ini biasanya para pihak ingin menyelesaikan kasus dengan cara damai dan tidak menggunakan jalur hukum. Tapi biasanya dalam hal ini yang sering dibahas hanya ganti rugi dan pembatalan pendaftaran merek.

2) Arbitrase

Arbitrase adalah penyelesaian sengketa dengan menggunakan arbiter atau wasit. Lembaga ini diatur dalam Bab III dan seterusnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999. Tapi biasanya dalam menggunakan lembaga ini menyelesaikan obyek sengketa merek dalam lingkup perdagangan.

3) Pengadilan

Pengadilan merupakan lembaga yang melaksanakan kekuasaan kehakiman dan mempunyai tugas memeriksa dan mengadili suatu perkara yang diajukan kepadanya. Dalam kasus pelanggaran atau sengketa merek pengajuan gugatannya biasa kepada Pengadilan Niaga wilayah hukum setempat.

B. Kerangka Teori

1. Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum adalah bahwa hukum harus menyambungkan dan menyelaraskan segala kepentingan yang ada didalam masyarakat serta membatasi kepentingan beberapa pihak lain agar tercipta suatu keseimbangan

(37)

atau keadilan dalam hukum tersebut. perlindungan hukum terlahir dikarenakan terjadi konsensus atau kesepakatan seluruh elemen masyarakat untuk mengatur segala hubungan dan perilaku antar anggota masyarakat dan antar masyarakat hubungannya dengan pemerintah.34

Menurut Satjipto Raharjdo awal mula munculnya teori perlindungan hukum ini berssumber dari teroi hukum alam yang menyebutkan bahwa segalal sesuatu hukum tersebut bersumber dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak dapat dipisahkan.

Teori perlindungan hukum bertujuan untuk mengintgrasikan dan mengkordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan dalam masyarakat dibutuhkan perlindungan hukum untuk melindungi kepentingan tertentu terhadap kepentingan lainya. Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi. Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antar anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan.35

Perlindungan hukum merupakan salah satu hal terpenting dalam unsur suatu negara hukum. Hal itu dianggap penting karena dalam pembentukan suatu negara akan dibentuk pula norma hukum melalui peraturan perundang-undangan yang mengatur tiap-tiap warga negaranya. Di dalam negara akan terjadi hubungan timbal balik antara warga negaranya sendiri. Dalam hal tersebut akan melahirkan suatu hak dan kewajiban satu sama lain. Perlindungan hukum akan menjadi hak setiap warga negaranya. Di sisi lain dapat dirasakan juga bahwa perlindungan hukum merupakan kewajiban bagi

34 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya, 2000), h. 53

35 Syamsul Arifin, Penghantar Hukum Indonesia, (Medan: Medan Area University Press, 2012), h. 5-6.

(38)

negara itu sendiri, oleh karena itu 24 negara wajib memberikan perlindungan hukum kepada warga negaranya. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek hukum kedalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang lisan maupun yang tertulis. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri dari fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep bahwa hukum memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan, dan kedamaian.36

Philipus M. Hadjon, berpendapat bahwa Perlindungan hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya, yang dimaksud melindungi suatu hal dari hal lainya adalah fungsi negara untuk menutup kepentingan hukum seseorang sehingga kepentingan hukum lain yang lebih berhak dapat terjalankan. Fungsi negara dalam perlindungan hukum adalah menyeimbangkan antara kepentingan hukum seseorang dengan seseorang yang lain37.

Sarana perlindungan hukum menurut Philipus M. Hadjon terbagi menjadi dua yaitu:

a. Sarana Perlindungan Hukum Preventif38

Sarana perlindungan hukum preventif adalah bahwa negara menjamin warga negaranya dengan ketentuan hukum dan aparatur penegak hukum untuk melindungi sebelum terjadinya pelanggaran atas suatu hak hukum. Sarana perlindungan hukum preventif ini bertujuan untuk mencegah terjadinya konflik, sarana perlindungan hukum preventif membuat suatu hukum menjadi sarana untuk mencegah pelanggaran hukum.

36 Sudikno Mertokousumo, Penemuan Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2009), h. 38. 37 Philious M.Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987), h. 29.

(39)

Perlindungan hukum preventif ini terdapat dalam aturan-aturan hukum, didalam hukum tersebut terdapat rambu-rambu atau batasan-batasan sehingga seseorang mengetahui bagaimana diharuskan untuk bertingkah laku. Perlindungan hukum Preventif terdapat juga kewenangan dari pemerintah untuk mengatur aparat penegak hukumnya agar turut serta dalam menjalankan fungsinya yaitu mencegah terjadinya pelanggaran hukum dengan pendekatan-pendekatan preventif.

b. Sarana Perlindungan Hukum represif39

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukum tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran. Perlindungan hukum yang 26 represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan perlindungan hukum represif ini dilakukan melalui pengadilan umum dan pengadilan administrasi negara.

Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan yang terjadi ketika sesuatu peristiwa telah dinyatakan merupakan pelanggaran hukum. Dengan kata lain telah terjadi perbuatan yang melanggar hak hukum orang lain maka dari itu dipergunakan mekanisme terakhir yaitu mekanisme penegakan hukum yang diberikan berupa sanksi hukuman badan/pidana, denda, maupun hukuman yang bersifat administratif seperti pencabutan atau penghentian pengunaan objek tertentu.

Perlindungan hukum represif hadir untuk mengembalikan keadaan seperti sebelum terjadinya pelanggaran terhadap hak hukum tertentu. Dengan pengsanksian terhadap seseorang maka hal ini

(40)

dianggap sebuah pengembalian terhadap suatu keadaan yang dianggap telah dilanggar sebelumnya.

2. Kepastian Hukum

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah Sistem Norma. Norma adalah pernyataan yang menekankan aspek “seharusnya” atau das sollen, dengan menyertakan beberapa peraturan tentang apayang harus dilakukan. Norma-norma adalah produk dan aksi manusia yang deliberatif. Undang-undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku dalam bermasyarakat, baik dalam hubungan dengan sesama individu maupun dalam hubungannya dengan masyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum sehingga penerapan hukum yang sesuai dengan seharusnya merupakan gambaran dari kepastian hukum.40

Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian, yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.41

Kepastian hukum menurut Jan Michiel Otto mendefenisikan sebagai kemungkinan bahwa dalam situasi tertentu : 1) Tersedia aturan -aturan yang jelas (jernih), konsisten dan mudah diperoleh, diterbitkan oleh dan diakui karena (kekuasaan) nagara. 2) Instansi-instansi penguasa (pemerintah) menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan taat kepadanya. 3) Warga secara prinsipil menyesuaikan prilaku mereka

40 Peter Mahmud Marzuki, Penghantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 58. 41 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), h. 23.

(41)

terhadap aturanaturan tersebut. 4) Hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpikir menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten sewaktu mereka menyelesaikan sengketa hukum. 5) Keputusan peradilan secara konkrit dilaksanakan.

Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk kepastian hukum.

Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan akhirnya timbul keresahan. Tetapi terlalu menitik beratkan pada kepastian hukum, terlalu ketat mentaati peraturan hukum akibatnya kaku dan akan menimbulkan rasa tidak adil.

Adanya kepastian hukum merupakan harapan bagi pencari keadilan terhadap tindakan sewenang-wenang dari aparat penegak hukum yang terkadang selalu arogansi dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum. Karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan tahu kejelasan akan hak dan kewajiban menurut hukum. Tanpa ada kepastian hukum maka orang akan tidak tahu apa yang harus diperbuat, tidak mengetahui perbuatanya benar atau salah, dilarang atau tidak dilarang oleh hukum. Kepastian hukum ini dapat diwujudkan melalui penoramaan yang baik dan jelas dalam suatu undang-undang dan akan jelas pula penerapanya. Dengan kata lain kepastian hukum itu berarti tepat hukumnya, subjeknya dan objeknya serta ancaman hukumnya.42

(42)
(43)

33 BAB III

KEDUDUKAN MEREK TERKENAL LOIS DI INDONESIA A. Pengertian Passing Off dan Merek

Dalam hukum merek Indonesia tidak mengenal adanya passing off karena passing off lebih dikenal di negara-negara penganut Common Law sebagai bagian dari hukum persaingan curang. Passing Off sering diartikan sebagai pemboncengan pada merek terkenal atau hakim biasanya mengartikan passing off sebagai penyerupaan atau pengelirupaan seperti pada Putusan Nomor 789 K/P.dt.sus-HKI/2016.

Dalam Common Law Passing Off dapat diartikan secara singkat menjadi pemboncengan reputasi dan citra sebuah merek yang sudah dahulu dan atau lebih terkenal. Hal ini dimaksudkan untuk mengecoh dan membuat bingung masyarakat umum yang mengakibatkan publik salah memilih barang yang seharusnya, bagi pihak pelaku Passing Off mendatangkan keuntungan tetapi pihak yang diboncengi mengalami kerugian yang tidak sedikit. Alhasil merek dagang kadang menjadi perebutan yang sengit, baik secara perdata hingga berujung penjara.

Passing Off sendiri adalah sebuah pranata hukum yang dihasilkan

oleh case law, bukan peraturan perundang-undangan, dan menurut case

law, passing off hanya dapat dituntut oleh pemegang merek, bukan publik.43

Terdapat beberapa pengertian passing off dari berbagai sumber di antaranya:

1. Passing off adalah suatu upaya/ tindakan/ perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang yang mengarah kepada adanya

43 Hukum online, Dapatkah Doktrin Passing Off Diaplikasikan di Indonesia, diakses pada

tanggal 10 Januari 2021, http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol20887/dapatkahdoktrin-passing-off-diaplikasikan-diindonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, penulis menggunakan bahan analisis berupa Kontrak baku pada situs crowdfunding berbasis utang piutang yang beroperasi di Indonesia, yaitu pada

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan

.Menurut Imam Soepomo Imam Soepomo, kesehatan kerja mengacu pada aturan dan upaya yang dirancang untuk melindungi pekerja dari kerusakan yang dilakukan seseorang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolah yang memiliki sistem full day school tidak akan menimbulkan stres akademik pada siswa jika konsep full day school diterapkan dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran Amil dan Pegawai pencatat nikah dari KUA dalam mengatasi nikah tidak tercatat di kecamatan Sawangan Kota Depok

89 Respon terhadap privasi informasi yang berkaitan dengan pada pelanggan?. 90 Respon untuk risiko keamanan

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Septama (2012), yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan firm size terhadap

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menjelaskan syarat- syarat yang wajib dipenuhi