• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: REZA FAHLEVI NIM:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: REZA FAHLEVI NIM:"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

REZA FAHLEVI NIM: 11150440000053

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442H/2020M

(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

REZA FAHLEVI NIM: 11150440000053

Dibawah Bimbingan

Dr. Syahrul A’dam, M.Ag NIP. 197305042000031002

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442H/2020M

(3)

PEGAWAI PENCATAT NIKAH DALAM MENANGANI PERNIKAHAN TIDAK TERCATAT (Studi di Kampung Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok) telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Hukum Keluarga Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 Desember 2020 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Hukum Keluarga.

Jakarta, 28 Januari 2020 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H.,M.A.,M.H.

NIP. 197608072003121001 PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

1. Ketua : Dr. Mesraini,S.H.,M.Ag. ( ) NIP.197602132003122001

2. Sekretaris : Ahmad ChairulHadi,M.A. ( ) NIP. 197205312007101002

3. Pembimbing : Dr. SyahrulA’dam,M.Ag. ( ) NIP. 197305042000031002

4. Peguji I : Dr. H. MuchtarAliM.Hum ( ) NIP. 195704081986031002

5. Penguji II : Dr. Moh. Ali Wafa, SH.,S.Ag. M.Ag. ( ) NIP. 197304242002121007

(4)

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S-1) Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang ada dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 14 Desember 2020

Reza Fahlevi

(5)

1

Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 1442 H/ 2020 M. Xii + 85 halaman.

Kantor Urusan Agama (KUA) merupakan jajaran Kementerian Agama yang berada di wilayah kecamatan. Di antara peran KUA adalah melayani masyarakat yang terkait dengan pelaksanakan pencatatan nikah; mengurus dan membina masjid, zakat, wakaf, baitul mal, ibadah sosial; kependudukan dan pengembangan keluarga sakinah. Bagi orang Islam perkawinan yang sah adalah perkawinan yang dilaksanakan menurut hukum Islam seperti yang disebutkan dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Setelah itu sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad SAW diumumkan melalui walimah supaya diketahui orang banyak. Akan tetapi, dalam kenyataannya masih banyak dijumpainya pernikahan yang dilakukan dengan tidak mengikuti yang telah ditetapkan dalam undang- undang tersebut, seperti pernikahan yang dilakukan di oleh amil atau yang lebih peneliti kenal dengan sebutan pernikahan tidak tercatat.

Rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah Bagaimana Peran KUA dalam mengatasi nikah tidak tercatat di kecamatan Sawangan Kel.

Sawangan Baru? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kontestasi amil dan pegawai pencatat nikah serta Peran KUA dalam mengatasi nikah tidak tercatat di kecamatan Sawangan kel. Sawangan Baru. Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach). Penelitian ini bersifat deskriptif. Metode penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu interview dan dokumentasi. Data dalam penelitian ini adalah data berupa hasil interview dengan Amil, pegawai pencatat nikah, Kepala KUA Kecamatan Sawangan, staff administrai nikah dan rujuk KUA Kecamatan Sawangan, dan pelaku pernikahan tidak tercatat serta data lain yang mendukung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran Amil dan Pegawai pencatat nikah dari KUA dalam mengatasi nikah tidak tercatat di kecamatan Sawangan Kota Depok diantaranya: melakukan penyuluhan-penyuluhan Pencatatan Pernikahan dan Keluarga Bahagia yang dilakukan oleh BP4 di Kantor Urusan Agama kepada calon pengantin dan wali, melakukan sosialisasi tentang pentingnya pencatatan pernikahan dan dampak buruknya terhadap keluarga, ibu dan anak, KUA Sawangan saling bekerjasama dengan rekan kerjanya yang berada di setiap desa yaitu P3N bersama staff aparatur desa melakukan penyuluhan- penyuluhan setiap 2 Bulan sekali kepada masyarakat, KUA Sawangan sebagai lembaga utama yang mengurusi pernikahan di wilayah Sawangan dengan pendekatan yang dilakukan melalui majelis taklim yang ada di masyarakat dengan penjelasan bahwa lebih banyak dampak negatif yang didapatkan dari pernikahan tidak tercatat dari pada dampak positif.

Kata Kunci : Amil, Pegawai Pencatat Nikah, Pernikahan Tidak Tercatat Pembimbing : Dr. Syahrul A’dam, M.Ag

Daftar Pustaka : Tahun 1969 - 2017

(6)

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam dan Tuhan diatas segala kebesaran yang ada. Dengan kalimat “Laailaha illallah” kita hidup dan kita dimatikan semoga tetap dengan prinsip menjaga iman serta tauhid kita kepada Allah SWT. Atas dasar rahtmat-Nya lah yang selalu menaungi setiap hamba-Nya tanpa pilih kasih, tanpa membedakan satu sama lain dan dengan keadilan dan kebijaksanaan-Nya, sehingga penulis mampu merasakan nikmat hidup dan nikmat sehat serta nikmat lainnya, nikmat yang tiada tara. Dan dari sebab-sebab itulah, penulis pun akhirnya mampu menyelesaikan tulisan ini sebagai tugas akhir.

Tidak lupa dan tidak akan pernah bisa putus shalawat serta salam kita kepada Nabi junjungan umat, yang selalu menegakkan kalimat Allah dalam setiap tutur kata, tindakan dan ketetapannya, yang selalu kita harap penuh syafaat darinya dan selalu kita rindu untuk berjumpa dengannya, tidak lain dan tidak bukan Baginda Nabi Besar nan Agung Muhammad Rasulullah SAW. Atas dasar peran besar beliaulah, Islam selain merupakan agama juga menjadi peran peradaban dan sejarah yang besar yang bisa membawa dan menuntun umatnya kedalam jalan yang benar-benar lurus dan penuh keridhoan dari-Nya. Jalan yang indah dan penuh perdamaian serta kesejahteraan bagi yang mampu meresapi nilai- nilainya.

Alhamdulillah, penuh syukur atas karunia Allah yang telah diberikan.

Sehingga sampai titik balik ini, sampai ke tahap ini, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, atas segala dorongan dan motivasi dari ayahanda dan Ibunda yang memberikan dorongan kasihnya, juga untuk orang-orang yang senantiasa mensuport cucunya agar tetap semangat dalam menyelesaikan skripsinya, tak lupa juga untuk saudara sekandung serta para Sanak saudara Mamang, Bibi dan Om, Mereka semua senantiasa memberi masukan, dorongan dan semangat yang tiada henti-hentinya kepada penulis untuk menyelesaikan proses yang pastinya selalu menemui fase naik-turun dan penuh ujian ini hingga sampai titik dimana terselesaikannya amanah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari sinilah, penulis belajar akan saling menguatkan

(7)

satu sama lain dan selalu berusaha tanpa kenal lelah tanpa kata menyerah. Semoga Allah selalu memberikan limpahan rezeki yang penuh barokah dan limpahan ilmu yang berkah dan teramalkan bagi lingkungan dan masyarakat. Amin.

Selain itu, tak lupa penulis ucapkan banyak kata terimakasih kepada pihak-pihak lain yang turut memberikan sumbangsihnya dan membantu memberikan pengaruh positif selama masa perkuliahan ini. Terimakasih sebesar- besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, L.c.,M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2019- 2023.

2. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H.,M.A.,M.H selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Mesraini, S.H., M.Ag., selaku Ketua Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Yang mana selalu mendorong saya dengan nasihat, motivasi dan bantuannyalah kami selalu semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Ahmad Chairul Hadi, M.A. selaku Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta yang mana menjadi Dosen Pembimbing Skripsi juga yang telah membantu dalam segala hal agar dapat terselesaikan skripsii ini.

5. Bapak/Ibu Dr. Kamarusdiana, M.H. selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu memberikan arahan dan banyak pelajaran yang bisa kami dapatkan dari awal masuk keliah hingga pada titik proses wisuda ini.

6. Keluarga Besar Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, segenap dosen, karyawan dan staff yang telah banyak membantu baik langsung maupun secara tidak langsung dengan menyediakan fasilitas-fasilitas belajar yang baik dan profesional.

7. Keluarga Besar Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (DEMA-F) dan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Hukum Keluarga Fakultas

(8)

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

8. Aliansi NNC: Muhammad Kahfi, Rizki Rahman Afandi, Robiatul Adawiyah, M. Sykur Ramadhan, Ahmad tamami, Ahmad Lukman Hakim, Nida Nailil Hidayah, Vidia Septiani, Riyadhul Fikri dkk yang tak bisa disebutkan satu persatu. Yang selama ini selalu bertukar pikiran.

9. Keluarga Besar, Semua bentuk pengorbanan beliau-beliau demi melihat anak-anaknya sukses, do’akan anak-anakmu selalu agar suatu saat tiba saatnya kami yang akan membahagiakan kalian dan membuat bangga nama keluarga. Ridhoi kami selalu karena dengan ridho kalian lah, kami menjadi kami yang sekarang dan yang akan datang.

Dan terakhir, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga pada pihak-pihak yang tentunya tidak bisa disebutkan satu persatu yang turut andil dalam mendukung dan men-support secara lahir maupun batin.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua. Amin.

Ciputat, 14 Desember 2020 Penulis

Reza Fahlevi

(9)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 13

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ... 20

1. Identifikasi masalah ... 20

2. Pembatasan Masalah ... 20

3. Rumusan Masalah ... 20

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 21

D. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 22

E. Kerangka Teori dan Konseptual ... 26

F. Metode Penelitian ... 24

G. Sistematika Penulisan ... 30

(10)

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI AMIL DAN PEGAWAI

PENCATAT NIKAH DAN PERNIKAHAN TIDAK TERCATAT ... 32

A. Pengertian Perkawinan ... 32

B. Pengertian Munakahat/ Pernikahan dalam Islam ... 33

C. Pengertian Amil ... 35

D. Pengertian Pegawai Pencatat Nikah ... 35

E. Pernikahan Tidak Tercatat ... 36

F. Pencatat Pernikahan ... 39

G. Pernikahan tanpa Pencatatan dalam Praktek ... 42

H Dampak Pernikahan tanpa Pencatatan ... 45

BAB III GAMBARAN LAPANGAN PENELITIAN ... 48

A. Profil KUA Kecamatan Sawangan Kota Depok ... 48

1. Latar Belakang ... 50

2. Dasar Hukum ... 51

3. Maksud dan Tujuan ... 52

4. Kondisi Objektif KUA Kecamatan Sawangan ... 52

5. Letak Geografis ... 52

6. Kondisi Pemerintahan ... 52

7. Keadaan Penduduk ... 53

8. Visi dan Misi dan Motto Pelayanan ... 54

9. Inventaris, Peristiwa, Ibadah, dan Sarana, Struktur dan Kondisi .... 57

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Peranan Seorang Amil pada Masyarakat Sawangan Baru ... 58

B. Pernikahan Tidak Tercatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Sawangan Baru Kota Depok ... 63

C. Persyaratan dan Biaya Pernikahan ... 65

D. Faktor Persaingan Amil dengan P3N ... 71

E. Lanadasan Amil ... 73

F. Peran KUA Kecamatan Sawangan Depok dalam Mengatasi Nikah Tidak Tercatat oleh Pegawai Pencatat Nikah (nikah melalui Amil) ... 74

G. Program Kerja KUA Kecamatan Sawangan ... 78

BAB V PENUTUP ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran dan Rekomondasi ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88

LAMPIRAN ... 90

(12)

DAFTAR BIMBINGAN SKRIPSI PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Nama : Reza Fahlevi

NIM : 11150440000053

Program Studi : Hukum Keluarga

Pembimbing : Dr. Syahrul A’dam, M.Ag

Judul Skripsi : “Persaingan Peran Amil dan Pegawai Pencatat Nikah Dalam Menangani Pernikahan Tidak Tercatat (Studi di Kampung Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok ”.

No Hari/Tanggal Materi Bimbingan Tempat Paraf Dosen

1 Kamis/ 01 Oktober 2020

Pembatasan dan perumusan masalah Online

2 Rabu, 14

Oktober 2020

Pengertian dan Undang-undang Pernikahan tidak tercatat

Online 3 Jum’at. 23

Oktober 2020

Pemindahan bab satu ke dua tentang metodologi di bab III

Online

4 Rabu, 28

Oktober 2020

Penggunaan Foot note dan penulisan bab 1-3, serta revisian bab IV

Online

5 Senin, 02 November 2020

Tambahkan uraian hasil penelitian menurut masyarakat

Online

6 Senin, 23 November 2020

Laporan seluruh revisian bab I-V Online

Keterangan

- Bimbingan Skripsi minimal dilakukan 4 kali termasuk penyampaian bimbingan

- Lama bimbingan minimal 3 bulan, maksimal 1 tahun terhitung mulai tanggal surat penunjukkan pembimbing

- Setiap selesai melakukan bimbingan skripsi, blanko harus diparaf oleh pembimbing

- Jika skripsi telah selesai dan ditandatangani oleh pembimbing, maka lembar blanko ini harus diserahkan ke Sekretaris Program Studi.

Jakarta, 14 Desember 2020

Ketua Program Studi Hukum Keluarga

Dr. Mesraini, S.H., M.Ag.

NIP. 19760213 200312 2 001

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan sebuah ikatan perjanjian antara pihak pria dengan pihak wanita sehingga harus ada suatu aturan yang mengatur dengan erat terkait peristiwa perkawinan tersebut. Perkawinan dalam bahasa Arab disebut dengan al-nikah, yang bernama al-wathi’, dan al- dammu wal jam’u, atau ibarat ‘an alwath’ wa al-‘aqd yang bernama bersetubuh, berkumpul dan akad. Menjadi ranah hukum dan solusinya hanya dengan mengajukan Pengesahan Nikah (itsbat nikah) ke Pengadilan agama bagi yang beragama Islam, sesuai maksud pasal 2 ayat (2) Kompilasi Hukum Islam Tahun 1991.1

Perkawinan yang tidak resmi atau tidak tercatat tersebut menjadi peroblema hukum, karena meskipun sah, akan tetapi dalam ketentuan negara perkawinan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum, suatu perbuatan hukum yang tidak mempunyai kekuatan hukum maka tidak dapat diakui oleh negara sebagai alas hak untuk mengurus segala kepentingan yang berkaitan dengan negara (karena tidak tercatat pada administrasi perkawinan negara), seperti : Dasar untuk menerbitkan Akta Kelahiran Anak dan menunjuk ayahnya, dasar untuk mendapatkan bagian waris dari ayahnya, Dasar untuk mengurus status kewarisan harta peninggalan ayahnya baik bersumber dari harta peninggalan, hak properti, hak menerima gaji pensiun, simpanan pada bank dari ayahnya, hak dasar untuk pengalihan balik nama atas kekayaan syahnya, dan banyak hal yang lain yang membutuhkan data adanya perkawinan antara suami dan istri tersebut, dan anak hanya disandarkan pada ibunya saja. dan sebagai suami

1 Wahbah al-Zuhaily, al Fiqh al-Islami wa Adilatuhu, Juz VII, Damaskus : Dar al-Fikr, 1989, hlm. 29.

(14)

istri tidak mempunyai hubungan hukum untuk saling mewarisi apabila meminta batuan penyelesaian perkara dari pemerintah.2

Sayid Sabiq mengungkapkan bahwa ikatan antara suami istri adalah ikatan yang paling suci dan paling kokoh, dan tidak ada suatu dalil yang jelas menunjukkan sifat kesucian yang demikian agung itu, lain dari Allah itu sendiri, yang menamakan ikatan perjanjian antara suami istri mitsaqan ghalidzan (perjanjian kokoh). Pada uraian di atas bahwa perkawinan tidak dapat dikatakan dalam berbentuk wujud, oleh karena itu peristiwa perkawinan perlu diawasi dan dipublikasikan. Perikatan merupakan suatu bentuk yang disebabkan oleh kedua pihak dalam perjanjiannya yang mengikuti dari ketentuan UU. Suatu perkawinan sah ditinjau dari sudut keperdataan adalah bilamana perkawinan tersebut sudah dicatat atau didaftarkan pada Kantor Urusan Agama (KUA) atau Kantor Catatan Sipil sesuai dengan agama yang dianutnya.3

Selama perkawinan ini belum terdaftar perkawinan itu masih belum dianggap sah menurut ketentuan hukum negara sekalipun mereka sudah memenuhi prosedur dan tata cara menurut ketentuan agama. Sedangkan jika ditinjau sebagai suatu perbuatan keagamaan pencatat nikah hanyalah sekedar memenuhi administrasi perkawinan saja yang tidak menentukan sah atau tidaknya suatu perkawinan. Ketentuan mengenai pencatatan nikah diatur dalam Undang-Undang perkawinan (UUP) No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 2 ayat 2 yang berbunyi; “Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku” dan kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 5 ayat 1 berbunyi “Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat”.

Pencatatan nikah adalah kegiatan menulis yang dilakukan oleh seorang mengenai suatu peristiwa yang terjadi, sedangkan pengertian

2 Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, Ed.1 Cet. 1, Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 1995, hlm. 2. Lihat Prof. R. Soebekti, Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional, Bandung: Alumni, 1984, hlm. 10.

3 Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz ke-2, Libanon : Beirut, 1991, hlm. 206

(15)

perkawinan dalam Ensiklopedia Indonesia adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang laki-laki dan perempuan yang keduanya bukan muhrim dan dilakukan dengan ijab qabul. Berikut penjelasan dari Muhrim dan Mahram yaitu:

1. Muhrim adalah kita boleh berjumpa bebas dengannya tanpa perlu berjilbab atau pakaian tertutup, boleh jumpa misalnya dengan celana pendek, atau pakaian bebas lainnya, dan bila bersentuhan tidak batal wudhunya, dan haram nikah dengan mereka.

2. Mahram adalah orang yang haram dinikahi karena sebab keturunan (nasab), persusuan, dan pernikahan.

Pencatat nikah sangat penting dilaksanakan oleh pasangan mempelai sebab buku nikah merupakan bukti otentik tentang keabsahan pernikahan itu baik secara agama maupun negara. Dengan buku nikah tersebut, mereka dapat membuktikan pula keturunan sah yang dihasilkan dari perkawinan tersebut dan memperoleh hak-haknya sebagai ahli waris.4

Saat ini menuntut adanya ketertiban dalam berbagai hal, antara lain masalah pencatatan perkawinan apabila hal ini tidak mendapat perhatian kemungkinan besar akan timbul kekacauan dalam kehidupan masyarakat, mengingat jumlah manusia sudah sangat banyak dan permasalahan hidup pun semakin kompleks. Mengetahui hubungan perkawinan seorang dengan pasangan mungkin sangat sulit bila perkawinan itu tidak tercatat. Terutama jika terjadi masalah, antara lain mengenai sah tidaknya anak yang dilahirkan, hak dan kewajiban keduanya sebagai suami istri. Bahkan dengan tidak tercatatnya hubungan suami istri itu, sangat mungkin salah satu pihak berpaling dari tanggung jawabnya dan menyangkal hubungannya suami istri.5

4 Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995.

Hlm.2

5 Hassan Sadily, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta Ichtiar baru 1983, Hlm. 2388

(16)

Perkawinan yang demikian, walaupun dilihat dari segi ibadah keagamaan adalah sah akan tetapi jika dilihat dari segi pembuktian maka nikah yang demikian tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang mengikat dan sempurna karena tidak diterbitkannya akta nikahnya oleh PPN secara resmi. Hal ini tentu akan menimbulkan kesulitan hari apabila timbul suatu masalah dalam hubungan perkawinan mereka, seperti dalam hal menentukan faraidh bagi janda atau duda yang ditinggal mati istrinya atau suaminya. Pernikahan yang tidak mempunyai kekuatan hukum tetap terkait pembuktiannya maka solusi yang ditempuh bagi suamiistri dengan cara mengajukan permohonan itsbat nikah ke Pengadilan Agama, itsbat nikah itu sendiri merupakan sebuah proses penetapan pernikahan pasangan suami-istri yang sebelumnya telah melakukan pernikahan namun belum memiliki buku akta nikah.6

Pencatatan perkawinan adalah sama halnya dengan pencatatan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan seseorang, misalnya kelahiran atau kematian yang dinyatakan dalam surat-surat keterangan atau akta yang dimuat dalam daftar pencatatan.7 Pelaksanaan pencatatan nikah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, bahwa untuk yang beragama islam dilaksanakan di Kantor Urusan Agama, sedangkan untuk yang non islam dilaksanakan oleh Kantor Catatan Sipil. Undang-Undang No. 22 Tahun 1946 juga menjelaskan mengenai pencatatan nikah, talak, dan rujuk, berlaku bagi umat Islam.

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 22 Tahun 1946 menentukan bahwa nikah yang dilakukan menurut agama Islam, selanjutnya disebut nikah, diawasi oleh Pegawai Pencatat Nikah yang diangkat oleh Menteri Agama atau oleh pegawai yang ditunjuk.

Ayat (2) menentukan bahwa yang berhak melakukan pengawasan atas nikah dan menerima pemberitahuan tentang talak dan rujuk, hanya

6 Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1995, Hlm.

30

Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan dan Perkawinan Tidak Dicatat Menurut Hukum Tertulis di Indonesia dan Hukum Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h., 215

(17)

pegawai yang diangkat oleh Menteri Agama atau oleh pegawai yang ditunjuk olehnya. Sementara itu, dalam keadaan tertentu karena luasnya daerah atau besarnya jumlah penduduk yang perlu diberikan pelayanan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan baik dalam pelayanan nikah, talak, cerai, dan rujuk maupun bimbingan agama Islam pada umumnya, dalam hal ini Menteri Agama melalui Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah menetapkan adanya Pembantu Pegawai Pencatat Nikah.

Pembantu Pegawai Pencatat Nikah (P3N) adalah anggota masyarakat tertentu yang diangkat oleh Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk membantu tugas-tugas PPN/Kepala KUA di desa tertentu. Keberadaan P3N sangat penting dalam pemerataan pelayanan pernikahan dalam masyarakat di wilayah kerja Kantor Urusan Agama Kecamatan. Pembantu Pegawai Pencatat Nikah merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan tugas KUA dalam pembinaan keagamaan di desa. Pada Kecamatan Parung terlebih di daerah Desa Jabon Mekar khususnya, penyebutan P3N (Pembantu Pegawai Pencatat Nikah) tidak begitu populer, masyarakat lebih sering menyebutnya sebagai seorang Amil.5 Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975 (disempurnakan) bahwa KUA mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementrian Agama Kabupaten/Kotamadya di bidang urusan agama Islam dalam wilayah Kecamatan. Salah satu tugasnya adalah melaksanakan pencatatan nikah, talak, cerai, dan rujuk.

Dalam praktiknya seorang Amil ini diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat terhadap dirinya dalam hal keagamaan terutama permasalahan perkawinan dan pengurusan jenazah. Amil diangkat dari musyawarah masyarakat dengan masa jabatan yang tidak ditentukan serta tidak mendapatkan gaji dari instansi manapun. Pengangkatan Amil ini juga berdasarkan keputusan dari Kepala Desa yang mengetahui. Karena Amil merupakan anggota masyarakat tertentu yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk membantu dalam hal pelayanan perkawinan dan pendidikan

(18)

keagamaan Islam lainnya. Amil yang sebelumnya dipilih secara langsung oleh masyarakat, semakin menyadari bahwa kewajiban yang dijalankan ini dalam hal membantu pelayanan terhadap perkawinan perlu adanya pengakuan secara hukum yang kemudian diangkat secara legal oleh Kepala Desa melalui Surat Keputusan dengan rekomendasi dari KUA.

Di dalam struktur organisasi KUA, terdapat Kepala KUA, sekretaris, dan anggota yang terdiri dari Pegawai Pencatat Nikah. Tugas Pegawai Pencatat Nikah ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang- Undang No. 22 Tahun 1946 yaitu, Pegawai Pencatat Nikah dan orang yang disebut dalam Pasal 1 ayat (3) membuat catatan tentang segala nikah yang dilakukan di bawah pengawasannya dan tentang talak dan rujuk yang diberitahukan kepadanya. Catatan yang dimaksudkan pada Pasal 1 dimasukkan di dalam buku pendaftaran masing-masing yang sengaja diadakan untuk hal itu, dan contohnya masing-masing ditetapkan oleh Menteri Agama.

Ada beberapa macam penyebutan P3N di setiap daerah di Indonesia, penyebutannya dengan Amil, Modin, Lebe, Ajengan atau Pangulu.8 Dari kesekian banyak penyebutannya di setiap daerah tetap berkewajiban untuk melaksanakan pembinaan keagamaan, dan melayani pelayanan perkawinan pada umumnya yang tidak lain untuk memberikan edukasi yang baik kepada masyarakat dalam hal tertib administrasi. Dalam kehidupan bermasyarakat, Amil ini dianggap seorang yang berkompeten dalam memahami keagamaan Islam dan memahami akan hal prosedural mengenai pelayanan perkawinan yang harus dipersiapkan di KUA.

Masyarakat Kampung Sawangan Baru sudah mengetahui prosedur atau taat hukum untuk melaksanakan segala aktifitas perdata serta akibat- akibatnya. Namun, sebagian besar dari mereka masih enggan untuk datang langsung ke Kantor Urusan Agama ataupun Pengadilan Agama dikarenakan akses yang cukup jauh dari kediaman mereka dan keterbatasan pengetahuan administrasi hukum. Masyarakat lebih mengandalkan seorang Amil yang dianggap bisa mengurusi segala

(19)

aktifitas perdata mereka dan sebagai orang yang bisa dimintai nasihat- nasihatnya.

Data yang didapat penulis mengenai pernikahan tidak tercatat yang dilakukan melalui Amil, hampir setiap 3 Bulan sekali atau 4 Bulan Amil bisa menikahkan 4 pasang calon suami istri yang menikah tanpa melalui pernikah SAH menurut Negara hanya SAH menurut Agama, faktor yang melatarbelakangi akhir nya masyarakat disitu tidak melakukan pernikahan SAH menurut Negara salah satunya adalah faktor profesi buruh yang menjadi sebuah hambatan, dan bahkan yang melakukan pernikahan tersebut secara KTP (Kartu Tanda Penduduk) pun tidak memiliki, bukan karna faktor jauh atau tidak nya kantor-kantor yang bersangkutan dalam bermasyarakat. Dan faktor yang menyebabkan pernikahan yang dilakukan oleh Amil dan dipercaya oleh masyarakat karna takut nya timbul hal yang tidak diinginkan atau fitnah, oleh sebab itu pernikahan tidak tercatat oleh Negara dilakukan dengan Amil tidak tercatat di KUA.

Oleh karena itu, penulis hendak melakukan penelitian mengenai peranan seorang amil yang dianggap sebagai kaki tangan pelayanan KUA dan pengurusan persyaratan perceraian ke Pengadilan Agama, dan penulis ingin mengetahui lebih dalam mengenai faktor apa yang menyebabkan masyarakat Kampung Sawangan Baru dalam proses administrasi keperdataan lebih mengandalkan seorang Amil, baik dalam aspek sosiologis, yuridis, maupun filosofis. Berpijak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji, meneliti, dan selanjutnya dituangkan kedalam suatu karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang berjudul

“Persaingan Peran Amil dan Pegawai Pencatat Nikah Dalam Menangani Pernikahan Tidak Tercatat (Studi di Kampung Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok ”.

(20)

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang dapat diketahui atau diperoleh dari latar belakang masalah meliputi masalah perbedaan pemberian hukuman terhadap penyedia jasa prostitusi itu terjadi karena sanksi yang di jatuhkan kepada pelaku bertumpu pada peran yang mereka lakukan.

Oleh karena itu akan dikumpulkan altermatif-alternatif penyebab dari masalah tersebut yang nantinya akan di teliti sesuai dengan batasan kemampuan peneliti. Masalah yang dapat diidentifikasi penulis adalah sebagai berikut:

1. Banyaknya nikah tidak dicatat di Kampung Sawangan Baru Kecamatan Sawangan?

2. Konsekuensi apa jika melakukan nikah tidak dicatat melalui Amil?

3. Pandangan pegawai pencatat nikah (PPN) tentang nikah tidak dicatat yang dilakukakan oleh Amil?

4. Pandangan KUA terhadap persaingan P3N dan amil dalam menghadapi nikah tidak dicatat?

2. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi beberapa masalah mengenai Berdasarkan pembahasan yang sudah dipaparkan pada latar belakang dan untuk mempertajam pembahasan, maka penulis membatasi masalah ini dengan memperhatikan latar belakang masalah yang penulis sampaikan di atas agar tidak melebar terlalu jauh maka penulis membatasi penulisan ini dengan mengkaji mengenai pegawai pencatat nikah hingga mengakibatkan perkawinan yang tidak dicatat.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan Identifikasi dan Pembatasan yang telah ditulis diatas, maka penulis merumuskan masalahnya yaitu “Bagaimana

(21)

persaingaan P3N dengan Amil dalam pencatatan pernikahan tidak tercatat yang dilakukan oleh Amil dan upaya penyelesaiannya”?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui secara hukum islam yang mengatur dalam kompilasi hukum islam dan mengetahui argumentasi hukum positif dalam menanggapi pernikahan tidak tercatat yang dilakukan oleh Amil.

2. Solusi apa yang ditempuh PPN ( pegawai pencatat nikah ) agar hukum menikah tidak tercatat menjadi legal.

3. Untuk mengetahui batasan Amil dan kenerja PPN dalam menangani nikah yang tidak dicatat.

b. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat digunakan dan bermanfaat dalam penegakan hukum, sehingga memberikan kemanfaatan dan keadilan bagi masyarakat, antara lain:

a. Dapat menambah khazanah keilmuan dalam bidang hukum bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

b. Menambah dan memperkaya referensi dan literatur studi kasus Hukum Keluarga yang ada kaitannya tentang analisis kasus dalam persoalan pencatatan nikah.

c. Menjadi kesempatan bagi penulis untuk membentuk dan mengembangkan penalaran pola piker ilmiah serta dapat menguji dan mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

d. Memberi sumbangan pemikiran bagi institusi atau lembaga yang terkait langsung dengan penelitian ini.

e. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

f. penelitian ini diharapkan menjadi pelengkap penelitian- penelitian sebelumnya.

(22)

g. menggali apakah dalam hukum Islam terdapat hukum yang bisa dikenakan bagi Amil dan kenerja PPN.

h. Memberikan sumbangan-sumbangan kepada mahasiswa atau siapa saja yang konsen dengan masalah ini.

i. Memberikan suatu karya ilmiah yang bermanfaat bagi civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta secara khusus dan masyarakat secara umum.

D. Tinjauan Kajian Terdahulu

Pada penelitian ini, penulis melakukan analisis pada kajian terdahulu seperti skripsi, dan juga jurnal hukum yang didalamnya mencakup materi yang akan dibahas yang kemudian penulis jadikan sebgai bahan pertimbangan dan perbandingan dalam penelitian ini adapun kajian terdahulu yang menjdi acuan antara lain:

Skripsi oleh MUHAMAD LUKMAN HAKIM: KEBIJAKAN ITSBAT NIKAH TERHADAP PERNIKAHAN YANG TIDAK TERCATAT DALAM BUKU REGISTER NIKAH (Studi Analisis di KUA Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal). Suatu perkawinan sah ditinjau dari sudut keperdataan adalah bilamana perkawinan tersebut sudah dicatat atau didaftarkan pada Kantor Urusan Agama (KUA) atau Kantor Catatan Sipil sesuai dengan agama yang dianutnya. Selama perkawinan ini belum terdaftar perkawinan itu masih belum dianggap sah menurut ketentuan hukum negara sekalipun mereka sudah memenuhi prosedur dan tata cara menurut ketentuan agama. Sedangkan jika ditinjau sebagai suatu perbuatan keagamaan pencatat nikah hanya sekedar memenuhi administrasi perkawinan saja yang tidak menentukan sah atau tidaknya suatu perkawinan. penyebab pernikahan yang tidak tercatat dalam buku register nikah disebabkan kelalaian Pengawai Pencatat Nikah (PPN), karena pada waktu itu Kantor Urusan Agama (KUA) tempatnya belum menetap sedangkan pernikahannya tersebut juga dilaporkan di Kelurahan

(23)

sehingga tercatat dalam buku register Desa di kelurahan Merbuh dan secara resmi.

Jurnal oleh Deasy Defa Natalia:Perlindungan Hukum Bagi Istri yang Diceraikan Secara Sepihak Tanpa Melalui Pengadilan Ditinjau dari Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1 1974 Tentang Perkawinan. Perkawinan dalam kehidupan nyata tidak selamanya harmonis seperti yang diharapkan. Padasaatterjadi keretakan suami istri tidak mampu mengendalikan dan tidak ada niat untuk mencari solusi, maka penyelesaian lewat perceraian tidak bisa dielakkan. Dalam hal perceraian harus memiliki alasan yang kuat sebagai dasar keinginan untuk bercerai. Fenomena yang terjadi dimana suami istri melakukan perkawinan secara resmi dan dicatatkan. Namun ketika suami ingin bercerai, hanya dengan mengucapkan kata cerai secara lisan saja. Padahal perceraianharus dilakukan di depan sidang pengadilan dan menggunakan penetapan dari hakim. Dari penjelasan tersebut di atas perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Permasalahan yang dibahas adalah Bagaimana prosedur perceraian menurut KHI dan Undang-Undang Perkawinan, Bagaimana akibat hukum bagi istri yang diceraikan secara sepihak di luar pengadilan menurut KHI dan Undang-Undang Perkawinan, dan Bagaimana perlindungan hukum bagi istri yang diceraikan secara sepihak di luar pengadilan menurut KHI dan Undang-Undang Perkawinan.

Jurnal oleh Siah Khosyi’ah: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN TIDAK DICATAT TERHADAP ISTRI DAN ANAK ATAS HAK KEBENDAAN MENURUT HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Tulisan ini menjelaskan akibat hukum perkawinan tidak dicatat terhadap istri dan anak atas hak kebendaan menurut hukum Islam di Indonesia, dengan demikian tulisan ini lebih difokuskan terhadap sejarah perkawinan di Indonesia, perkawinan tidak dicatat, dan akibat hukum perkawinan tidak dicatat terhadap hak kebendaan. Sedangkan upaya hukum yang dapat dilakukan untuk dapat pengakuan negara bagi perkawinan yang tidak dicatat, yaitu melalui pengajuan isbat nikah ke Pengadilan Agama. Dalam

(24)

Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwa: yang berhak mengajukan permohonan isbat nikah ialah suami atau istri, anak-anak mereka, wali nikah, dan pihak yang berkepentingan.

E. Kerangka Teori dan Konseptual

Dalam memebahas permasalahan penelitian didasarkan pada kerangka teoritik yang merupakan landasan teoritis,, dan landasan ini adalah upaya untuk mengidentifikasi teori hukum umum/khusus, konsep- konsep hukum, azaz-azas hukum dan lain-lain yang akan dipakai sebagai landasan untuk membahas permasalahan penelitian.7

Sebagai suatu kegiatan ilmiah, maka dalam suatu penelitian diperlukan teori yang berupa asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial, secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. 8

F. Metode penelitian

1. Jenis penelitian Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field reseach), penelitian kancah atau lapangan (field research), yaitu sesuai dengan bidangnya, maka kancah penelitian akan berbeda-beda tempatnya. Penelitian pendidikan mempunyai kancah bukan saja di sekolah tetapi dapat di keluarga, di masyarakat, di pabrik, di rumah sakit, asal semuanya mengarah tercapainya tujuan pendidikan”.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Deskriptif dapat diartikan suatu metode dalam memcari fakta status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang dengan interprestasi yang tepat. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan anatara variabel-variabel yang ada.

7 Supasti Dharmawan Ni ketut, “Metodologi Penelitian Hukum Empiris”, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2006), hlm. 6.

8 Burhan Ashofa, “Metode Penelitian Hukum”, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm, 8.

(25)

Sementara itu tehnik analisis dalam penelitian ini mengunakan teknik analisis kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandasan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah experimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Dalam penulisan ini, hal tersebut ditunjuk untuk memaparkan penguatan kelembagaan KUA yaitu Pegawai Pencatat Nikah dalam mengatasi pernikahan tidak tercatat oleh Amil di Kecamatan Sawangan Kelurahan sawangan baru Kota Depok tersebut sesuai atau tidak sesuai menurut ketentuan hukum Islam.

2. Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian field research maka sumber data berasal langsung dari lapangan yang dihimpun untuk mendapatkan data yang akurat penulis mengambil tempat penelitian Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok. Alasan penulis mengambil penelitian di Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok tersebut adalah karena masih banyak masyarakat yang mengulangi perkawinannya setelah bayi yang dikandung lahir dan pernikahan tidak tercatat oleh pegawai pencatat nikah di Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok.

Sumber penelitian ini diperoleh dari tiga sumber:

a) Sumber data Primer

Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan, data primer dapat dikumpulkan melalui wawancara dan diperoleh langsung dari sumber pertama adalah Kepala KUA Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok, Amil Nikah di Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok, staff administrai pegawai pencatat nikah dan rujuk KUA Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok, dan 5 pelaku pernikahan tidak tercatat, untuk mendapatkan bukti yang kuat sebagai pendukung argumentasi.

(26)

b) Sumber data Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber dari bahan bacaan.

Sumber data sekunder adalah data kedua yaitu data yang diambil dari sumber kedua data sekunder ini mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.

Sumber data sekunder berasal dari buku tentang data yang berkaitan dengan Peran Amil dan Pegawai Pencatat Nikah di KUA Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok dalam mengatasi pernikahan tidak tercatat di KUA Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok tersebut sesuai atau tidak sesuai menurut ketentuan hukum Islam diantaranya:

a. Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat 1, Bandung: CV Pustaka Setia, 2009

b. Departemen Agama RI, Tugas-Tugas Pejabat Pencatat Nikah, Jakarta: Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama RI, 2004

c. Departemen Agama RI, Buku Rencana Induk KUA Dan Pengembangannya, Jakarta: Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji, 2002

d. Dewi Rieka K., Kenapa Harus Melajang, Bandung: PT Mizan Bunaya Kreativa, t.t.

e. Happy Susanto, Nikah Siri Apa Untungnya, Jakarta: Visimedia, 2007

f. Idris Ramulya, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002

g. Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Fokusmedia, tt.

h. M. Dahlan R., Fikih Munakahat, Yogyakarta: Deepublish, 2015

(27)

c) Sumber data tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelas terhap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, bahan hukum ini seperti ensklopedia, kamus (hukum), internet

3. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian field research ini penulis menggunakan metode:

a) Wawancara atau Interview

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis wawancara bebas terpimpin yaitu kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin. Maksudnya peneliti telah mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan sebagai pedoman tentang hal-hal yang akan ditanyakan. Wawancara dilakukan kepada beberapa keluarga di Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok yang melaksanakan pernikahan tidak tercatat untuk memperoleh informasi yang valid, dan juga bertanya kepada Amil, tokoh agama setempat serta penghulu yang biasanya melakukan tradisi ini.

b) Dokumentasi

Dalam rangka mendapatkan data yang lengkap dan akurat maka diperlukan bahan-bahan penunjang dari literatur yang relevan dengan masalah yang penulis teliti yaitu dengan penelusuran dokumentasi untuk membantu membahas permasalah ini. Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi adalah cara mencari data atau informasi dari bukubuku, catatan-catatan, transkrip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lainya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode dokumentasi dalam penggumpulan data, yang berupa data orang- orang yang pernah melaksanakan Peran Amil dan Pegawai Pencatat Nikah di KUA dalam mengatasi pernikahan tidak tercatat di Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok dan buku-buku yang terkait dengan tradisi ini.

(28)

4. Pendekatan

Pendekatan ini menggunakan pendekatan penelitian normatif- empiris. Menurut Abdul Kadir Muhammad “penelitian normatif- emoiris (terapan) mengkaji pelaksanaan atau emplemantasi ketentuan hukum secara faktual pada setiap pristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Pendekatan ini adalah mengkaji dan memastikan penerapan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat, bertujuan untuk mengetahui sesuai atau tidaknya dengan ketentuan hadist-hadist atau hukum tertentu.

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu metode atau cara yang digunakan dalam penelitian bahan pustaka yang ada dan sumber datanya melalui penelitian buku yang relavan dengan persoalan pertanggungjawaban pidana dalam kasus tindak pidana penyedia jasa prostitusi online. Norma-norma, kaidah-kaidah, atau asas-asas dalam prinsip yang terkandung dalam perundang-undangan, landasan filosofi dan sosiologis dan yuridis.

Dengan demikian, penulis mencoba mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai sumber pustaka atau bacaan-bacaan yang kemudian penulis paparkan dan jelaskan.

Pendekatan Penelitian adalah kualitatif, eksploratif dan studi perbandingan.

Pendekatan Penelitian dalam penelitian karya ilmiah ini, penulis menggunakan pendekatan empiris, yaitu suatu pendekatan penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan kondisi yang dilihat di lapangan secara apa adanya. Pendekatan empiris ini diharapkan dapat menggali data dan informasi semaksimal mungkin tentang perkawinan yang tidak tercatat di KUA Kecamatan Sawangan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah studi dokumenter, yaitu penulis mencari dan mengumpulkan beberapa bahan dan sumber bacaan, baik itu di perpustakaan ataupun didalam jurnal

(29)

ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menelaah terhadap bahan pustaka yang bersifat:

a. Data primer yaitu: Data yang diperoleh secara langsung dari lapangan. Dalam hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis kepada masyarakat dan PPN Kampung Sawangan Baru Kecamatan Sawangan

b. Data sekunder yaitu: Data-data yang diperoleh dari bahan pustaka, dengan cara membaca, mencari data-data, keterangan, informasi yang relevan dengan konsep penelitian serta mengkaji literatur lainnya.

Untuk memperoleh data yang akan dibutuhkan untuk menyusun skripsi ini, maka penulis menggunakan beberapa metode antara lain.

Teknik Pengumpulan Data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik berupa wawancara dan Observasi.

Wawancara. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penulis atau pewanwancara dengan informan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).

Penulis menggunakan teknik ini karena teknik interview merupakan teknik tanya jawab secara lisan yang berpedoman pada pertanyaan terbuka untuk mencari informasi secara detail dan terperinci. Dengan demikian diperoleh jawaban secara langsung yang sedalam-dalamnya tentang masalah yangdibahas.

Observasi. Penulis mengadakan pengamatan secara langsung di Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Parung serta mengumpulkan data-data dan informasi yang terkait erat dengan penelitian ini.

6. Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan yang telah ditentukan yakni identifikasi, klasifikasi dan selanjutnya diinterprentasikan dengan cara menjelaskan secara

(30)

deskriptif. Penelitian akan mengumpulkan data dari lokasi penelitian, kemudian mengolahnya dan selanjutnya akan menjelaskan dengan kesimpulan yang telah diperolah.

Maka dalam hal ini penulis menggunakan cara berfikir induktif yaitu bertitik tolak dari fakta-fakta khusus, peristiwa-peristiwa tersebut ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum. Dalam penelitian ini peneliti memberikan gambaran secara menyeluruh tentang Peran Amil dan Pegawai Pencatat Nikah di KUA dalam mengatasi pernikahan tidak tercatat di Kelurahan Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok, gambaran hasil penelitian tersebut kemudian ditelaah, dikaji, dan disimpulkan sesuai dengan tujuan dan kegunaan peneliti, dalam memperoleh kecermatan, ketelitian dan kebenaran.

Teknis analisis data; data dikumpulkan, dipilah2, di kelompkkan dalam kajian yang sesuai dengan penelitian. Metode analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisis Yuridis. yakni penulis melakukan penelitian secara deskriptif dengan objek kajian.

Teknis Analisis Data. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu teknik menganalisis data dimana penulis menjabarkan data-data yang telah didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, kemudian menganalisis dengan content analysist (analisis).

7. Teknik Penulisan

Penyusunan penelitian ini akan menggunakan metode penelitian yang merujuk kepada Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun terbit 2017.

Penulisan Data. Sedangkan dalam penyusunan secara teknik penulisan semua berpedoman pada prinsip-prinsip yang telah diatur dan dibukukan dalam buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.

(31)

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini terdiri dari limam bab, yang pada masing- masing bab tersebut mempunyai sub-sub bab. Secara sistematis bab-bab tersebut terdiri dari:

Agar penulisan skirpsi ini menjadi lebih sistematis, maka tata uraian terbagi menjadi lima bab dengan susunan sebagai berikut:

BAB I Bab pertama ini merupakan Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Studi Review, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Bab kedua ini menjelaskan tentang Kerangka Teori yang membahas Pengertian Perkawinan dan Dasar hukum, Rukun dan Syarat, Tujuan dan Himah Perkawinan, Pencatatan Perkawinan, Pentingnya pencatatan perkawinan serta Pencatatan dalam hukum Islam dan Hukum Positif.

BAB III Bab ketiga ini berisikan tentang Gambaran umum tentang Amil dan pegawai pencatatan nikah yang berkompetsi hingga mengakibatkan masyarakat dapat melakukan perkawinan yang tidak tercatat.

BAB IV Bab keempat berisikan tentang analisis perkawinan tidak tercatat yang dilakukan Amil tidak certatat di Kampung Sawangan Baru Kecamatan Sawangan dengan menguraikan Analisis Hukum Islam dan Hukum Positif mengenai pegawai pencatat nikah, yang berisikan faktor terjadinya perkawinan yang tidak tercatat dan akibat hukum perkawinan yang tidak tercatat dan peran pegawai pencatat nikah.

BAB V Bab kelima yaitu uraian tentang penutup yang memuat tentang kesimpulan penulis yang didasarkan pada uraian bab-bab sebelumnya, yang kemudian dilanjutkan dengan saran-saran dari penulis.

(32)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI AMIL DAN PEGAWAI PENCATAT NIKAH DALAM MENANGANI PERNIKAHAN TIDAK TERCATAT A. Pengertian Perkawinan

Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawanjenis melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.9 Perkawinan dalam literature fikih berbahasa Arab disebut dengan dua kata yaitu nikah dan zawaj Kata nikah berarti “bergabung”, “hubungan kelamin” dan juga berarti akad.10 Perkawinan disebut juga juga “pernikahan”, berasal dari kata nikah yang menurut bahasa mengumpulkan, dan di gunakan arti bersetubuh (wathi). Kata nikah sendiri sering digunakan untuk arti persetubuhan (coitus).11 Sedangkan pengertian nikah secara istilah diantaranya adalah: Yaitu akad yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafaz nikah atau tazwij atau semakna dengannya.12 Atau didefinisikan juga dengan akad atau perjanjian yang mengandung maksud membolehkan hubungan kelamin dengan menggunakan lafadz nikah dan zawaj.

Pengertian di atas tampaknya dibuat hanya melihat dari satu segi saja, yaitu kebolehan hukum dalam hubungan antara seorang laki-laki dan seorang wanita yang semula dilarang menjadi dibolehkan. Padahal setiap hukum itu mempunyai tujuan dan akibat ataupun pengaruhnya. Hal-hal inilah yang

9 Dep Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), 456.

10 Moh. Makmun, Keluarga Sakinah (Yogyakarta: Pelangi Aksara, 2015), 30.

11 Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuh (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), 29.

12 Zakiah Derajat, Ilm Fiqh (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1995), 37.

(33)

menjadikan perhatian manusia pada umumnya dalam kehidupannya sehari- hari, seperti terjadinya perceraian, kurang adanya keseimbangan antara suami istri, sehingga memerlukan penegasan arti pekawinan, bukan saja dari segi kebolehan hubungan seksual tetapi dari segi tujuan dan akibat hukumnya.

Perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluknya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah Swt, sebagai jalan bagi makhluk- nya untuk berkembang biak dan melestarikan hidupnya.13 Beberapa penulis juga terkadang menyebut pernikahan dengan kata perkawinan. Dalam bahasa Indonesia, “perkawinan” berasal dari kata “kawin”, yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis; melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh” istilah “kawin” digunakan secara umum, untuk tumbuhan, hewan dan manusia, dan menunjukkan proses generatif secara alami. Berbeda dengan itu, nikah hanya digunakan pada manusia karena mengandung keabsahan secara hukum nasional, adat istiadat, dan terutama menurut agama. Makna nikah adalah akad atau ikatan, karena dalam proses pernikahan terdapat ijab (pernyataan penyerahan dari pihak perempuan) dan kabul (pernyataan penerimaan dari pihak lelaki). Selain itu, nikah bisa juga diartikan sebagai bersetubuh.14

Di dalam Undang-undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 pasal 1, pengertian perkawinan adalah “Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Menurut Kompilasi Hukum Islam yaitu di Pasal 2 menyatakan bahwa,

“Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu mitsaqan ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”. Dan pasal 3 menyatakan bahwa perkawinan bertujuan untuk

13 Slamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat 1 (Bandung: Pustaka Setia, 1999), 9.

14 Abd. Rachman Assegaf, Studi Islam kontektual Elaborasi Paradigma Baru Muslim Kaffah (Yogyakarta: Gama Media, 2005) , 131

(34)

mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.15

B. Konsep Pernikahan/ Munakahat dalam Islam

Pernikahan berasal dari kata nikah yang menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan digunakan untuk bersetubuh (wathi’). Kata nikah sendiri sering dipergunakan untuk arti persetubuhan (coitus), juga untuk arti akad nikah.16

Pernikahan disebut juga pernikahan, dalam bahasa Indonesia pernikahanberasal dari kata nikahyang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Abdur Rahman Gazaly mengutip pendapat Muhammad Abu Israh memberikan definisi yang lebih, pernikahan ialah akad yang memberikan faedah hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami-isteri) antaralaki-laki dan perempuandan mengadakan tolong menolong, dan memberi batas hak bagi pemiliknya serta pemenuhan kewajiban bagi masing-masing.17

Pernikahan menurut syara’ yaitu akad yang ditetapkan syara’ untuk membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan dan menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki.

Dalam kompilasi hukum Islam, pengertian pernikahandinyatakan dalam pasal 2, sebagai berikut:

Pernikahan menurut hukum Islamadalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.18

Perkawinan atau nikah menurut bahasa ialah berkumpul. Menurut istilah Syara‟ ialah Ijab dan Qabul (Akad) yang menghalalkan

15 H. Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia (Jakarta: CV. Akademika Pressindo, 1995), 114.

16 Abd. Rachman Gozali, Fikih Munakahat, (Jakarta Timur: Prenada Media, 2003). 7

17 Abdur Rachman Gazhali, Fikih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006). 1

18 Abd.Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta Timur: Prenada Media, 2003),10.

(35)

persetubuhan antara lelaki dan perempuan yang diucapkan oleh kata-kata yang ditentukan oleh Islam.19

Menurut Fiqh, nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna.20

Pernikahan itu bukan hanya untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi juga perkenalan antara suatu kaum dengan kaum yang lainnya.

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.21

Menurut Kompilasi Hukum Islam pasal 2 perkawinan adalah suatu pernikahan yang merupakan akad yang sangat baik untuk mentaati perintah Allah dan pelaksanaanya adalah merupakan ibadah.22

Pernikahan dianggap sah apabila dilakukan menurut hukum perkawinan masing-masing agama dan kepercayaan serta tercatat oleh lembaga yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku.23 C. Pengertian Amil

Pemidanaan adalah tahap penetapan sanksi atau pemberian sanksi dalam hukum pidana atau dapat di katakan sebagai penghukuman. Secara sederhana dapat di kemukakan bahwa hukum pidana merupakan hukum yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan yang di larang oleh undang-undang beserta sanksi pidana yang dapat dijatuhkannya kepada pelaku.24

D. Pengertian Pegawai Pencatat Nikah

19 Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,1998) hal.537

20 H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2010), hlm. 374

21 Mohd. Idris Ramulyo,S.H, M.H, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan Agama, dan Zakat menurut Hukum Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 1995), Hlm. 43

22 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2010), cet.4, hlm.

114

23 YLBH APIK, Undang- undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974, diakses pada tanggal 12 Januari 2021, http://www.lbh-apik.or.id/uu-perk.htm.

24 Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.6

(36)

Memberikan deskripsi tentang pengertian hokum pidana tidaklah mudah. Sebab, suatu pengertian yang diberikan para ahli tentang pengertian hokum pidana akan berkaitan dengan cara pandang, batasan dan ruang lingkup dari pengertian tersebut. Seorang ahli hokum pidana yang mengartikan hukum pidana berdasarkan cara pandang tertentu akan berimplikasi pada batasan dan ruang lingkup hokum pidana. Hal demikian tentu berbeda dengan ahli lain yang memberikan pengertian hukum pidana berdasarkan cara pandang yang lain. Tidak mengherankan jika dijumpai banyak sekali pengertian hukum pidana yang dikemukakan oleh para ahli hukum pidana yang berbeda antara satu dengan yang lain.25

E. Pernikahan Tidak Tercatat atau Sah tidaknya Melalui Amil

Sah tidaknya suatu perkawinan ditentukan oleh hukum yang berlaku disuatu negara (hukum positif). Hukum perkawinan disetiap negara telah mensyaratkan adanya pencatatan perkawinan setelah perkawinan dilangsungkan. Adanya keharusan pencatatan suatu perkawinan tersebut sudah merupakan syarat formil atau syarat administrasi di banyak negara. Di Negara Republik Indonesia, syarat sah perkawinan telah ditentukan dalam undang-undang perkawinan yangmeliputi syarat materiil dan syarat formil. Syarat formil adalah syarat yang menyangkut formalitas yang harus dipenuhi sebelum dilangsungkan perkawinan dan pada saat dilangsungkan perkawinan. Sedangkan syarat materiil ialah syarat-syarat yang menyangkut pribadi calon suami-isteri. Di dalam UU Perkawinan sahnya suatu perkawinan telah diatur dalam Pasal 2, yang menyatakansebagi berikut:

1. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing- masing agamanya dan kepercayaannya;

2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku.

25 Mahrus Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal. 1

(37)

Lebih lanjut dalam penjelasannya disebutkan bahwa tidak ada perkawinan di luar hukum masing–masing agama dan kepercayaannya itu, halini sesuai dengan Pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:

1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa;

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.

Sesuai dengan isi undang-undang perkawinan tersebut di atas, perkawinan yang sah menurut hukum perkawinan nasional adalah perkawinan yang dilaksanakan menurut tata tertib aturan hukum yang berlaku dalam agama yang dianut di Negara Republik Indonesia, yang terdiri atas agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budhadan Konghucu, yang merupakan agama resmi yang telah diakui dan dijamin keberadaannya oleh Negara Republik Indonesia. Kata ‘hukum masing-masing agamanya’ berarti hukum dari salah satu agama itu, bukan berarti hukum agama yang dianut oleh masing-masing kedua mempelai atau keluarganya, sehingga hukum perkawinan diIndonesia tidak menganut adanya perkawinan beda agama.

Di dalam hukum agama Islam, yang merupakan agama mayoritas di Indonesia, perkawinan yang sah adalah perkawinan yang dilaksanakan di tempat kediaman mempelai, di masjid atau pun di kantor urusan agama, ataupun ditempat yang telah disepakati, dengan ucapan ijab dan qabul dalam bentuk akad nikah. Ijab adalah ucapan ‘menikahkan’ dari wali calon isteri dan Qabul adalah kata ‘penerimaan’ dari calon suami. Jadi, perkawinan adalah akad (perikatan) antara wali wanita calon isteri dengan pria calon suaminya.

Akad nikah itu harus diucapkan oleh wali si wanita dengan jelas dan dikabulkan oleh si calon suami dengan jelas dalam waktu yang sama, yang dilaksanakan di hadapan dua orang saksi yang memenuhi syarat. Jika tidak demikian, maka perkawinan tidak sah, karena bertentangan dengan hadis Nabi Muhammad SAW. yang diriwayatkan Ahmad menyatakan “Tidak sah nikah kecuali dengan wali dan dua saksi yang adil”.

(38)

Dari ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinantersebut di ataas,jelas terlihat bahwa undang-undang perkawinan tersebut menentukan sahnya suatu perkawinan berdasarkan kepada aturan hukum agama dan kepercayaan masing-masing pemeluknya.

Setelah perkawinan dilangsungkan menurut tatacara masing-masing agama dan kepercayaannya, maka kedua mempelai menandatangani akta perkawinan yang telah disiapkan oleh pegawai pencatat perkawinan. Hal ini diyakini karena perkawinan dianggap sebagai suatu perbuatan yang terikat pada suatu pengakuan oleh negara dan hanya sah dilakukan di hadapan pejabat yang berwenang (penguasa).

Ada perbedaan pendapat diantara pakar hukum mengenai sahnya perkawinan berkaitan dengan pencatatan. Satu pihak menyatakan bahwa perkawinan tidak sah apabila tidak dicatatkan. Apabila perkawinan dilaksanakan hanya secara agama saja, dan tidak dicatatkan pada instansi yang berwenang dalam hal ini KUA Kecamatan, maka suami dapat saja mengingkari perkawinan tersebut. Untuk itu Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagai syarat sahnya suatu perkawinan. Pendapat lain menyatakan bahwa perkawinan sah apabila dilakukan sesuai dengan ajaran agama masing-masing atau menurut kepercayaanya, meskipun perkawinan tersebut tidak dicatatkan. Pencatatan perkawinan dalam hal ini semata hanya sebagai kepentingan administratif demi kemudahan negara dalam menjalankan pengawasan dan perlindungan bagi setiap warga negara. Jadi sah atau tidaknya suatu perkawinan bukan ditentukan oleh pencatatan, melainkan disyaratkan dengan dilangsungkan secara hukum agama masing- masing.26

Dalam pandangan Penulis, sahnya perkawinan telah diatur di dalam UU perkawinan Pasal 2 ayat (1), bahwa perkawinan sah apabila dilaksanakan dengan prosesi perkawinan berdasarkan ajaran agama kedua mempelai yang

26http://www.kompasiana.com/sangatgampangdiingat/perkawinan-yang-tidak-dicatatkan sah-menurut-pakar-hukum-dan yurisprudensi_5500de60a333113072512404, diakses pada tanggal 17 Februari 2020

(39)

telah memenuhi rukun dan syarat perkawinan. Adapun pencatatan perkawinan wajib adanya untuk mendapatkan kemaslahatan dalam berumah tangga, oleh karena itu negara berhak mengaturnya dalam suatu aturan yang tegas. Namun, apabila tidak ada pencatatan dalam suatu perkawinan tidak menyebabkan perkawinan yang sah menurut agama jadi batal demi hukum, akan tetapi dapat dibatalkan. Perkawinan yang telah sah menurut agama namun tidak dicatatkan, maka Negara harus memberikan kemudahan bagi setiap warga negara yang ingin mencatat perkawinannya tersebut, dalam kaitannya dengan ini dapat diajukan permohonan isbat nikah di Pengadilan Agama.

F. Pencatatan Pernikahan

Menurut fikih atau aturan hukum Islam klasik, perkawinan dianggap sah dengan adanya ijab (menyerahkan) yang diucapkan oleh wali dari pihak istri dan qabul (menerima) yang diucapkan oleh pihak laki-laki, calon suami, dengan dihadiri saksi; dua atau satu orang Muslim laki-laki dan dua orang Muslim perempuan,27 dan adanya mahar. Unsur-unsur tersebut dinamakan dengan rukun pernikahan. Setiap rukun dari pernikahan harus memenuhu syarat-syarat. Rukun ijab dan qabul, misalnya, harus memenuhi beberapa syarat, di antaranya, bahwa ijab dan qabul harus dengan kalimat yang jelas, selaras dan berkesinambungan.28 Wali yang mengucapkan ijab juga harus memenuhi syarat, seperti, persamaan agama dengan kedua mempelai. Begitu juga halnya dengan saksi. Terkait dengan saksi para ‘ulama berbeda pandangan dalam menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi.29

Menilik rukun-rukun dan syarat-syarat tersebut di atas, aturan tentang keharusan penctatan tidak ditemukan dalam aturan hokum Islam klasik ini.

Namun demikian, perkembangan jaman dan kompleksitas kehidupan telah mendorong para ‘ulama untuk melakukan sebuah pembaharuan terkait pernikahan, dan Negara-negara Muslim menyadari bahwa kontrak perkawinan perlu didaftarkan agar bukti dari pernikahan tersebut dapat

27 Syams ad-Din al-Sarakhsi, Al-Mabsut (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1989), hal. 30.

28 Al-Fiqh Ala al-Madhahib al-Arba’a, 12-14.

29 Ibid. hlm. 13-17

Gambar

FOTO PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menjelaskan syarat- syarat yang wajib dipenuhi

DEDI menjemput 2 (dua) orang cewek TIARA dan SARI untuk dibawa ke lokalisasi Pulau Bay Bengkulu. b) Terdakwa III menjelaskan, benar orang yang menjadi korban dalam

Pada penelitian ini, penulis menggunakan bahan analisis berupa Kontrak baku pada situs crowdfunding berbasis utang piutang yang beroperasi di Indonesia, yaitu pada

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan

.Menurut Imam Soepomo Imam Soepomo, kesehatan kerja mengacu pada aturan dan upaya yang dirancang untuk melindungi pekerja dari kerusakan yang dilakukan seseorang

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Septama (2012), yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan firm size terhadap

Berdasarkan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara power otot tungkai dan power otot lengan dengan hasil belajar tiger sprong pada

Rantai Pemasaran durian tidak terlalu rumit, sama dengan pemasaran duku. Durian yang telah jatuh kemudian dikumpulkan oleh petani pada pondok-pondok kecil di lahan tersebut. Hasil