• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar Klorofil Chlorella pyrenoidosa dalam Berbagai Konsentrasi Limbah Cair Tahu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kadar Klorofil Chlorella pyrenoidosa dalam Berbagai Konsentrasi Limbah Cair Tahu"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kadar Klorofil Chlorella pyrenoidosa dalam Berbagai Konsentrasi Limbah

Cair Tahu

Chlorella pyrenoidosa Chlorophyll Levels in Various Concentrations of Tofu

Liquid Waste

Diah Apriati

Alumni Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya Email :ueej.tekling@gmail.com

ABSTRACK

The high content of nutrients contained in tofu liquid waste is a plus value so that tofu waste can be used as an alternative growth medium for Chlorella pyrenoidosa. Chlorella is one of the microalgae that has many benefits, namely as a food ingredient, animal feed, in the fields of pharmacy and cosmetics. This study aims to determine the levels of chlorophyll Chlorella pyrenoidosa in various concentrations of liquid tofu waste. From the results of the Duncan test on the effect of concentration on chlorophyll a and chlorophyll b levels, it can be seen that the concentration of 25% shows the highest effect. Meanwhile, for the test results on the effect of concentration time, the 6-day incubation time showed the most significant effect.

ABSTRAK

Tingginya kandungan zat gizi yang terkandung dalam limbah cair tahu merupakan nilai tambah yang signifikan sehingga limbah tahu dapat digunakan sebagai salah satu alternatif media pertumbuhan Chlorella pyrenoidosa. Chlorella merupakan salah satu mikroalga yang banyak manfaatnya, yaitu sebagai bahan pangan, pakan ternak, dalam bidang farmasi dan kosmetika. Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar klorofil Chlorella pyrenoidosa dalam berbagai konsentrasi limbah tahu cair. Dari hasil uji Duncan terhadap pengaruh konsentrasi pada kadar klorofil a dan klorofil b terlihat bahwa konsentrasi 25% menunjukkan pengaruh paling tinggi. Sedangkan untuk hasil uji terhadap pengaruh waktu konsentrasi, waktu inkubasi 6 hari menunjukkan pengaruh yang paling signifikan.

PENDAHULUAN

Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan kemajuan di sektor industri, baik yang berskala besar maupun industri skala rumah tangga (home industry). Sebagai akibat perkembangan industri yang terjadi adalah tingginya produksi limbah yang dihasilkan oleh industri. Limbah yang tidak terkendali dapat menurunkan kualitas lingkungan (Yulistia, 2020). Kegiatan

industri tahu di Indonesia didominasi oleh usaha-usaha skala kecil yang belum banyak yang melakukan pengolahan limbah. Industri tahu dalam proses pengolahannya menghasilkan limbah, baik limbah padat maupun cair. Limbah cair tahu mengandung protein 60%, lemak 15%, karbohidrat 20% dan sisanya beberapa mineral seperti kalium, fosfor dan zat besi (Afifah, 2014). Kandungan zat gizi yang masih tinggi inilah yang membuat limbah

(2)

cair tahu dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif nutrisi untuk media pembiakan Chlorella pyrenoidosa. Chlorella pyrenoidosa adalah sejenis mikro alga yang telah banyak diteliti dan dibudidayakan. Chlorella pyrenoidosa telah banyak dikembangkan sebagai biofuel, sumber pakan ternak, pangan, bahan baku industri farmasi dan kosmetika (Munir et al, 2017). Sel Chlorella pyrenoidosa yang mengandung kadar klorofil yang tinggi sangat besar manfaatnya, terutama apabila digunakan sebagai bahan pangan dan pakan ternak, serta dalam bidang farmasi dan kosmetika. Penelitian ini bertujuan mengetahui kadar klorofil Chlorella pyrenoidosa dalam berbagai konsentarsi limbah tahu cair.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai dengan Oktober 2020. Bertempat di Laboratorim Mikrobiologi dan Bioteknologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sriwijaya Inderalaya.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah gelas ukur, tabung reaksi, botol selai, pipet tetes, pipet hisap, stirer, hot plate, oven, autoclave, pH meter, mikroskop, haemasitometer, timbangan, jarum ose, bunsen, shaker, beker gelas, aluminium foil, kertas saring, penggerus (mortar), spektrofometer, tabung kuvet, alat sentrifugasi, tabung sentrifugasi, fortek, termometer, tisu gulung, kertas kopi, karet.

Bahan yang digunakan dalam penelitian berikutini adalah sebagai berikut:

 Biakan Chlorella pyrenoidosa

Chick

Biakan Chlorella pyrenoidosa yang digunakan dalam penelitian ini dapat didapatkan dari laboratorium Mikrobiologi Pusat Antar Universitas (PAU) Ilmu Hayati ITB. Kemudian biakan tersebut diperbanyak di laboratorium Mikrobiologi

dan Bioteknologi Jurusan Biologi FMIPA UNSRI.

 Limbah cair tahu

Media tumbuh yang dipakai dalam penelitian ini adalah limbah cair dari pengolahan tahu (whey) yang diambil dari industri rumah tangga tahun di daerah Padang Selasa Bukit Besar Palembang dengan umur 0 hari. Analisa kandungan kimia dilakukan di laboratorium kimia analisa, teknik kimia UNSRI. Sedangkan sebagai kontrol dipakai media tumbuh Benneck yang telah dimodifikasi.

 Bahan Kimia

Bahan kimia yang dipakai adalah , 6H2O 2%, KH2PO41%, MgSO4, 7H2O 1%,

NaNO31% untuk membuat media Benneck,

bacto agar, akuades, dan aceton 80% dan alkohol 70%.

Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini dalah Rancangan Acak lengkap (RAL) berpola Faktorial. Faktor yang dicoba terdiri dari 2 faktor yaitu :

Konsentrasi limbah (A) dengan taraf : a1 = konsentrasi limbah 0% (kontrol) a2 = konsentrasi limbah 25%

a3 = konsentarsi limbah 50% a4 = konsentrasi limbah 75% a5 = kosentrasi limbah 100% Waktu inkubasi (B) dengan taraf : b1 = waktu inkubasi 3 hari

b2 = waktu inkubasi 6 hari b3 = waktu inkubasi 9 hari b4 = waktu inkubasi 12 hari

sehingga kombinasi perlakuan yang dicoba sebanyak 20, dengan ulangan untuk masing-masing perlakuan sebanyak 5 kali.

Cara Kerja

1. Pembuatan Media

Media yang digunakan pada penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu medium padat dan medium cair. Medium padat digunakan untuk memperbanyak biakan agar dapat disimpan. Sedangkan medium cair digunakan untuk pembuatan inokulum dan perlakuan yang akan diuji cobakan.

(3)

20 ml KH2PO4 1%, 10 ml MgSO4, 7H2O

1%, 50ml NaNO31%, 0.5 ml FeCl3, 6H2O

2% dilarutkan dalam 1 liter akuades, kemudian diukur pH. Untuk pertumbuhan C.pyrenoidosa,pH normal adalah 7. Media disterilisasi dengan autoklaf pada suhu

121̊C dengan tekanan 15 lbs selama 15

menit.

Media padat Benneck:

Diambil 80 ml medium cair Benneck yang belum disterilisasi, tambahkan agar-agar sebanyak 13.6 gr sambil distirer lalu didihkan. Kemudian bagi dalam 12 tabung masing-masing sebanyak 6-7 ml tiap tabung, sterilisasi dalam autoklaf suhu

121̊C dengan tekanan 15 lbs selama 15

menit.

2. Pembuatan inokulum

Dari biakan agar miring Chlorella yang sudah diperbanyak di medium Beneck diambil sebanyak 3 ose biakan Chlorella kemudian diinokulasikan kedalam 100 ml medium Benneck cair. Inkubasi pada suhu kamar dan dishaker dengan kecepatan 125 rpm. Dilakukan penghitungan jumlah sel tiap hari hingga diperoleh pertumbuhan sel yang menurun. Data yang diperoleh diperbuat kurva pertumbuhan dan ditentukan kecepatan pertumbuhan maksimum dengan rumus:

µ =

µ= kecepatan rata-rata pertambahan sel (jmlh sel/jam)

Xt= jumlah akhir sel

Xo= jumalh awal sel

t = waktu (jam) (Doelle,1994)

Berdasarkan laju pertumbuhan maksimum yang diperoleh, digunakan untuk menentukan waktu inkubasi inokulum sebelum digunakan.

3. Pembuatan dan inokulasi inokulum pada media perlakuan

Limbah cair tahu disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121̊C dengan tekanan 15 lbs. Pembuatan perlakuan dilakukan dengan

cara menambahkan limbah dengan media Benneck dengan asumsi limbah cair yang berasal dari pabrik memiliki konsentrasi 100%. Sebelum dilakukan uji sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan untuk mengetahui rentang konsentrasi limbah yang berpengaruh baik pada Chlorella pyrenoidosa. Inkubasi pada suhu kamar dengan intensitas cahaya 2000 lux (Widayat et al, 2015), di atas shaker dengan kecepatan 125 rpm sesuai dengan lamanya waktu inkubasi.

Variabel yang diamati

Variabel yang diamati adalah kadar klorofil, yang analisisnya mengacu pada metode yang dilakukan oleh Mackinney

(1941) dengan menggunakan spektrofotometer. Kandungan klorofil dihitung dengan persamaan Arnon (1949) dengan cara ekstraksi aseton 80%. Sebanyak 10 ml suspensi kultur dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge dan disentrifugasi pada kecepatan 6.000 rpm selama 15 menit. Supernatan dibuang dan endapan biomassa ditambahkan aseton lalu digerus dalam lumpang untuk memecah sel Chlorella pyrenoidosa. Volume akhir dibuat 10 ml, vortek 1-2 menit lalu disentrifugasi kembali dengan kecepatan 6.000 rpm selama 5 menit. Supernatan diambil untuk diperiksa pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 663 dan 645 nm untuk klorofil. Sedangkan endapan dan kotoran lainnya dibuang. Pengukuran kadar klorofil dilakukan pada akhir waktu inkubasi. Menurut Mackinney bahwa rumus untuk menentukan kadar klorofil adalah :

Klorofil a (mg/l) = 12,7 D663– 2,69 D645

Klorofil b (mg/l) = 22,9 D645– 4,68 D663 Analisa Data

Data yang didapatkan berupa data jumlah sel Chlorella pyrenoidosa, dianalisis dengan analisa sidik ragam dan jika terlihat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan

(4)

HASIL

Tabel 1. Tabel analisis sidik ragam kadar klorofil a sel Chlorella pyrenoidosa selama waktu inkubasi 12 hari.

Sumber Keragaman DB JK KT F hitung F tabel Perlakuan 19 56.952 2.998 17.424* 1.71 Hari 3 20.116 6.702 38.958* 2.72 Konsentrasi 4 24.763 6.191 35.987* 2.48 Interaksi 12 12.083 1.007 5.853* 1.68 Galat 80 13.762 0.172 Total 99 70.7144

Keterangan : *berbeda nyata

Tabel 2. Tabel hasil uji Duncan waktu inkubasi terhadap kadar klorofil a sel Chlorella pyrenoidosa selama waktu inkubasi 12 hari Waktu Inkubasi (hari) Rata-Rata Kadar Klorofil a (mg/l) Notasi 3 0.6206 a 6 1.7977 b 9 1.0844 c 12 0.8804 c

Tabel 3. Tabel hasil uji Duncan konsentrasi terhadap kadar klorofil a sel Chlorella pyrenoidosa selama waktu inkubasi 12

Konsentrasi (%) Rata-Rata Kadar Klorofil b (mg/l) Notasi 0 (kontrol) 0.5231 a 25 1.9306 a 50 1.1746 b 75 1.2647 c 100 0.5859 c

Tabel 4. Tabel analisis sidik ragam kadar klorofil b sel Chlorella pyrenoidosa selama waktu inkubasi 12 hari.

Sumber Keragaman DB JK KT F hitung F tabel Perlakuan 19 64.135 3.375 6.763* 1.71 Hari 3 16.362 5.454 10.929* 2.72 Konsentrasi 4 27.288 6.822 13.671* 2.48 Interaksi 12 20.245 1.707 3.420* 1.68 Galat 80 39.920 0.499 Total 99 70.7144

Keterangan : *berbeda nyata

Tabel 5. Tabel hasil uji Duncan waktu inkubasi terhadap kadar klorofil b sel Chlorella pyrenoidosa selama waktu inkubasi 12 hari Waktu Inkubasi (hari) Rata-Rata Kadar Klorofil b (mg/l) Notasi 3 0.997 a 6 1.8826 b 9 1.1272 c 12 0.8483 c

Tabel 6. Tabel hasil uji Duncan konsentrasi terhadap kadar klorofil b sel Chlorella pyrenoidosa selama waktu inkubasi 12 hari

Konsentrasi (%) Rata-Rata Kadar Klorofil (mg/l) Notasi 0 (kontrol) 0.7044 a 25 2.2659 b 50 1.476 c 75 1.7034 d 100 1.1693 e PEMBAHASAN

Pengaruh limbah tahu terhadap kadar klorofil Chlorofil pyrenoidosa selama waktu inkubasi 12 hari dapat dilihat pada grafik 1 untuk klorofil a dan grafik 2 untuk klorofil b.

Grafik 1. Kurva Kadar Klorofil a Chlorella pyrenoidosa selama waktu inkubasi 12 hari.

Grafik 2. Kurva Kadar Klorofil b Chlorella pyrenoidosa selama waktu inkubasi 12 hari. Setelah dilakukan analisis sidik ragam terhadap waktu inkubasi didapatkan hasil F hitung untuk klorofil a = 38,898* F hitung untuk klorofil b = 10929* dengan F tabel = 2,72.

Hasil ini menunjukkan bahwa waktu inkubasi memberikan pengaruh nyata terhadap kadar klorofil a dan b sel

(5)

Chlorella pyrenoidosa. Hal ini mungkin dikarenakan semakin lama waktu inkubasi maka kadar klorofil akan meningkt pula hingga batas pertumbuhan sel yang maksimal (fase stasioner), atau dapat juga dikatakan bahwa peningkatan kadar klorofil akan sejalan dengan peningkatan waktu inkubasi dan pertambahan jumlah sel. Asumsi ini didukung oleh Komarawidjaja (2011) bahwa kandungan klorofil mikroalga selalu berbanding lurus dengan pertumbuhan selnya.

Setelah dilakukan uji Duncan terhadap waktu inkubasi, terlihat bahwa waktu inkbasi 6 hari memiliki pengaruh paling tinggi terhadap pertambahan kadar klorofil. Diduga hal ini terjadi karena pada perlakuan tersebut jumlah sel Chlorella pyrenoidosa sedang berada pada keadaan maksimal sehingga kadar klorofil yang dikandung juga maksimal. Pada waktu inkubasi 3 hari, kadar klorofil lebih rendah, mungkin hal ini disebabkan pada saat itu sel baru akan memasuki fase logaritma dimana sel baru akan bertambah dengan cepat. Sedangkan pada waktu inkubasi 9 dan 12 hari diduga sel sudah memasuki fase kematian sehingga kadar klorofil pun ikut menurun.

Analisis sidik ragam terhadap konsentrasi memberikan hasil F hitung untuk klorofil a = 35,987* sedangkan F hitung untuk klorofil b = 13,6572* dengan F tabel 005 = 2.48. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi memberikan pengaruh nyata terhadap kadar klorofil a dan klorofil b Chlorella pyrenoidosa. Diduga ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi media perlakuan maka kandungan unsur Fe dan Mg yang berperan dalam pembentukan klorofil akan semakin tinggi pula, sehingga diharapkan kadar klorofil akan meningkat. Menurut Harahap (2013), unsur yang sangat penting dalam pembentukan klorofl adalah Fe dan Mg. Pendapat ini didukung pula oleh Susanti et al (2013).

Dari hasil uji Duncan terhadap pengaruh konsentrasi pada kadar klorofil a dan klorofil b terlihat bahwa konsentrasi

25% menunjukkan pengaruh paling tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini mungkin terjadi karena selain ketersediaan Fe dan Mg sebagai sumber nutrisi, pembentukan klorofil juga dipengaruhi oleh faktor cahaya dan kekeruhan yang merupakan karakteristik dari limbah tahu yang berwarna kuning keruh karena adanya suspensi bubur sisa pengumpalan. Sebab walaupun sember cahaya diseragamkan dengan penyinaran lampu TL 10 watt, jarak 20 cm dengan kekuatan 2000 luks sesuai dengan hasil penelitian Syaichurrozi (2016), tetapi tetap harus disesuaikan dengan volume kultur dan densitas alga dalam dalam kultur. Pada konsentrasi, densitas media dan jumlah sel yang lebih tinggi intensitas cahaya harus ditingkatkan agar bisa dipenetrasi oleh cahaya (Widayat, 2015). Hal itulah yang mungkin yang menyebabkan walaupun sumber Fe dan Mg sudah mencukupi kebutuhan tetapi kadar klorofil pada konsentrasi 50%, 75% dan 100% lebih rendah dibandingkan konsentrasi 25%.

Hasil analisis sidik ragam terhadap interaksi waktu inkubasi dengan konsentrasi memperlihatkan F hitung untuk klorofil a = 5,412* sedangkan F hitung klorofil b = 3,417* dengan F tabel = 1,68. Hasil ini menunjukkan bahwa interaksi antara waktu inkubasi dengan konsentrasi memberikan pengaruh nyata terhadap kadar klorofil a dan klorofil b Chlorella pyrenidosa. Diduga ini terjadi karena semakin lama waktu inkubasi maka jumlah sel akan semakin meningkat sehingga kadar klorofil akan meningkat pula. Sedangkan semakin tinggi konsentrasi maka kadar klorofil akan semakin tinggi pula karena kandungan unsur Fe dan Mg sebagai pembentuk klorofil akan semakin banyak.

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa waktu inkubasi dan konsentrasi yang paling baik untuk pembentukan klorofil a maupun klorofil b adalah waktu inkubasi 6 hari dengan konsentrasi 25% dimana perlakuan tersebut memberikan pengaruh paling nyata dibanding kontrol kadar klorofil a dan klorofil b sel

(6)

C.pyrenoidosa. Diduga hal ini dikarenakan dari 0 hari sampai 3 hari sel sedang mengalami proses adaptasi sehingga tidak terjadi pertambahan sel dan dengan sendirinya kadar klorofil tidak bertambah. Hal ini didukung oleh pernyataan Afifah (2014) bahwa pertambahan kandungan klorofil mikoralga selalu berbanding lurus dengan pertambahan selnya. Terbukti dengan penurunan kadar klorofil setelah 6 hari hingga ke akhir waktu inkubasi 12 hari. Pada penelitian ini kadar klorofil pada 0 hari tidak terukur karena disesuaikan dengan waktu inkubasi.

Penurunan kadar klorofil setelah 6 hari kemungkinan diakibatkan oleh kematian sel sehingga klorofil yang ada pada sel yang mati tersebut ikut hancur bersamaan dengan lisisnya sel, hal ini didukung oleh Harahap (2013). Kemungkinan lain adalah proses perubahan struktur klorofil menjadi struktur lain yang tidak dianalisis pada penelitian ini. Menurut Afifah(2014) proses aging pada pertumbuhan populasi akan menyebabkan perubahan warna kultur menjadi kekuningan. Pada kultur Chlorella pyrenoidosa warna hijau klorofil akan berubah menjadi kekuningan setelah fase stasioner yang berarti klorofil mengalami distruksi yang digantikan oleh karotenoid. Secara visual memang terjadi perubahan warna media dari hijau menjadi kekuningan pada fase stasioner sampai akhir waktu inkubasi.

Walaupun berdasarkan jumlah sel maksimum waktu inkubasi 6 hari dengan konsentrasi 100% merupakan kombinasi perlakuan terbaik, namun berdasarkan kadar klorofil a maupun klorofil b kombinasi waktu inkubasi 6 hari dan konsentrasi 25% adalah kombinasi perlakuan yang paling baik. Hal ini disebabkan pada konsentrasi 100% sebagian besar sel dalam keadaan mati sehingga tidak menghasilkan klorofil lagi. Karena penghitungan jumlah sel menggunakan Haemacytometer maka sel yang sudah mati ikut terhitung juga. Hal ini memang merupakan kekurangan

pemakaian Haemocytometer karena tidak bisa dibedakan antara sel yang mati dan yang hidup.

Tabel 7. Hasil uji duncan pengaruh limbah cair tahu terhadap kadar klorofil a Chlorella pyrenoidosa selama waktu inkubasi 12 hari.

Perlakuan Rata-Rata Notasi a1b1 0,3898 a a1b2 1,0268 b a1b3 0,7546 c a1b4 0,4148 a a1b5 0,5170 d a2b1 0,6710 c a2b2 3,5322 e a2b3 1,7524 f a2b4 1,9456 g a2b5 1,2186 h a3b1 0,5398 d a3b2 1,7098 f a3b3 1,1608 h a3b4 1,4654 i a3b5 0,4154 a a4b1 0,4920 d a4b2 1,4520 i a4b3 1,0306 b a4b4 1,2332 h a4b5 0,1926 a Keterangan :

a1 = waktu inkubasi 3 hari a2 = waktu inkubasi 6 hari a3 = waktu inkubasi 9 hari a4 = waktu inkubasi 12 hari b1 = konsentrasi 0% (kontrol) b2 = konsentrasi 25%

b3 = konsentrasi 50% b4 = konsentrasi 75% b5 = konsentrasi 100%

Tabel 8. Hasil uji duncan pengaruh limbah cair tahu terhadap kadar klorofil b Chlorella pyrenoidosa selama waktu inkubasi 12 hari.

Perlakuan Rata-Rata Notasi a1b1 0,6630 a a1b2 1,4702 b a1b3 1,1014 c

a1b4 0,4996 d

(7)

a2b1 0,7266 a a2b2 3,7278 e a2b3 1,8692 f a2b4 2,9234 k a2b5 1,6880 h a3b1 0,7600 g a3b2 1,6964 h a3b3 1,1404 b a3b4 1,5668 h a3b5 0,4728 d a4b1 0,6680 a a4b2 2,1694 i a4b3 1,1404 b a4b4 1,5668 f a4b5 0,4728 b Keterangan :

a1 = waktu inkubasi 3 hari a2 = waktu inkubasi 6 hari a3 = waktu inkubasi 9 hari a4 = waktu inkubasi 12 hari b1 = konsentrasi 0% (kontrol) b2 = konsentrasi 25% b3 = konsentrasi 50% b4 = konsentrasi 75% b5 = konsentrasi 100% KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik untuk meningkatkan kadar klorofil a dan b Chlorella pyrenoidosa adalah perlakuan limbah dengan konsentrasi 25% yang diinkubasi selama 6 hari. Hal ini dikarenakan limbah tahu mengandung unsur Fe dan Mg yang berperan dalam pembentukan klorofil. Pada perlakuan tersebut kadar klorofil maksimum yang dapat dicapai adalah 3,53mg/l untuk klorofil a dan 3,72 mg/l untuk klorofi b.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Siti., 2014., Respon Pucuk Kentang In Vitro Terhadap Cekaman Salinitas., Universitas Pendidikan Indonesia. Repository upi.edu., Perpustakaan upi.edu., diakses

tanggal 5 November 2020, pukul 09.45 wib.

Arnon, D.I., 1949., Copper Enzymes in Isolated Chloroplasts. Polyphenoloxidase in Beta Vulgaris., Plant Physiol. 24(1)., 1-15.

Harahap, Puspita Sari., Susanto, AB., Susilaningsih, Dwi., Delicia, YR., 2013., Pengaruh Substitusi Limbah Cair Tahu Untuk Menstimulasi Pembentukan Lipida Pada Chlorella sp., Jurnal of Marine Research., 2:1. 80-86.

Komarawidjaja, Wage. 2011,. Kajian Pemanfaatan Limbah Padat Industri Pengolahan Rumput Laut Sebagai Media Kultur Mikroalga Chlorella sp. Jurnal Teknik Lingkungan., 12:3., 241-250.

Mackinney, G., 1941., Absorbtion of Light by Chlorophyll Solution.,

www.jbc.org., diakses tanggal 5 November 2020, pukul 10.15 wib. Munir, Fatmawati., Hariyanti, Richie.,

Wiryani, Errie., 2017., Pengaruh Limbah Cair Tahu Terhadap Pertumbuhan populasi Chlorella pyreidosa dalam skala laboratorium. Jurnal Biologi., 6:2., 84-92.

Pelczar, Michael Junior., 2005., Dasar-Dasar Mikrbiologi., UI Press. Jakarta. Susanti, Tiara Ika., Lutfi, Musthofa., Nugroho, Wahyunanto Agung., 2013., Pengaruh Penambahan Plant-Growth Promoting Bacteria (Azospirillum sp) Terhadap Laju Pertumbuhan Mikroalga (Chlorella sp) Pada Media Limbah Tahu Sintesis., Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem., 1:3. 55-61.

Syaichurrozi, Iqbal., Jayanudin, Jayanudin., 2016., Potensi Limbah Cair Tahu Sebagai Media Tumbuh

(8)

Spirulina platensis. Jurnal Integrasi Proses., 6:2., 64-68.

Widayat, Widayat., Hadiyanto, H., 2015., Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Untuk Produksi Biomassa Mikroalga Nannoscloropsis sp Sebagai Bahan Baku Biodiesel. Reaktor., 15:4., 253-260.

Yulistia, E., 2020., Dampak Kegiatan Masyarakat di Sempadan Sungai terhadap Kualitas Air Ogan di Kota Baturaja Kabupaten OKU., UEEJ., 1(1)., 14-20.

Gambar

Tabel 8. Hasil uji duncan pengaruh limbah cair  tahu  terhadap  kadar  klorofil  b Chlorella  pyrenoidosa selama  waktu inkubasi 12 hari.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan dengan nilai perusahaan pada tingkat signifikansi 5%, akan tetapi

Saya merasa puas dengan pekerjaan saya saat ini... Saya merasa senang dengan

Potensi masyarakat Desa Ceringin asri, terletak pada semangat belajar baik dari kalangan anak-anak maupun remaja dengan diadakannya pengabdian berwujud Kuliah

Bentuk Tari Jathilan yang digunakan dalam proses terapi pada penderita rehabilitan gangguan jiwa (Skizofrenia) melalui Tari Jathilan di Rumah Sakit Jiwa Magelang mencangkup

Hasil penelitian yang akan dibahas adalah kemampuan problem solving siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang dihubungkan dengan langkah-langkahn Polya yakni

Rehabilitasi merupakan salah satu bentuk sanksi tindakan. Dalam Pasal 103 UU Narkotika ditegaskan bahwa hakim dapat memutus atau menetapkan pecandu narkoba untuk

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok... Gunakan ventilasi lokal

Langkah pertama adalah menentukan tujuan dari sekolah atau kelas, Langkah kedua adalah mengembangkan pengalaman belajar yang membantu siswa untuk