BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Koordinasi
2. 1. 1 Pengertian Koordinasi
Dalam sebuah organisasi setiap pimpinan perlu untuk mengkoordinasikan
kegiatan kepada anggota organisasi yang diberikan dalam menyelesaikan tugas.
Para manajer membagi kerja kedalam fungsi-fungsi atau departemen-departemen
khusus untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi perusahaan mereka.
Dengan adanya penyampaian informasi yang jelas pengkomunikasian yang tepat,
maka setiap individu akan dengan semangat dalam menyelesaikan tugasnya.
Tanpa adanya koordinasi setiap pekerjaan dari individu karyawan, tujuan
perusahaan tidak akan tercapai.
Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan
kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah(departemen-departemen atau
bidang-bidang fungsional) pada suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan
efektif (Handoko 2003:195).
Menurut E. F. L Brech dalam bukunya, the principle and practice of management yang dikutip Handayaningrat (2002:54) koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakan tim dengan memberikan lokasi kegiatan
pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu
Menurut Manulang (2001:72) koordinasi adalah usaha mengarahkan
kegiatan seluruh unit-unit organisasi agar tertuju untuk memberikan sumbangan
semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan,
dengan adanya koordinasi akan terdapat keselarasan aktivitas diantara unit-unit
organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kordinasi merupakan proses pengintegrasian tujuan dan aktivitas didalam suatu
perusahaan atau organisasi agar mempunyai keselarasan didalam mencapai tujuan
yang ditetapkan. Dengan kordinasi ini diartiakan sebagai suatu usaha kearah
keselarasan kerja antara anggota organisasi sehingga tidak terjadi kesimpang
siuran , tumpang tindih. Hal ini berarti pekerjaan akan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien.
Menurut winardi (2000:39) ciri-ciri koordinasi yaitu:
1. Seorang pimpinan merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap
koordinasi dengan baik, dibutuhkan kerja sama dari setiap komponen
organisasi.
2. Adanya proses yang berkesinambungan, sebab koordinasi adalah pekerjaan
pimpinan yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga
tujuan dapat tercapai dengan baik.
3. Koordinasi adalah konsep yang ditetapkan dalam kelompok, bukan terhadap
usaha individu, sejumlah individu yang bekerja sama menghasilkan suatu
usaha kelompok yang benar-benar dikerjakan dengan baik akan menghasilkan
4. Konsep kesatuan tidakan. Pimpinan harus dapat mengatur usaha dari tiap
kegiatan indivdu sehingga adanya keserasian dalam mencapai hasil.
5. Seorang pemimpin merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap
koordinasi. untuk dapat menjalankan koordinasi dengan baik, dibutuhkan
suatu kerjasama dari setiap komponen organisasi.
Koordinasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Empat cara utama
dalam usaha memelihara koordinasi adalah:
1. Mengadakan pertemuan resmi antara unsur-unsur atau unit yang harus
dikoordinasikan. Dalam pertemuan ini, dibahas dan diadakan pertukaran
pihak-pihak yang bersangkutan dengan tujuan mereka akan berjalan seiring
dan begandengan dalam mencapai suatu tujuan.
2. Mengangkat seseorang, suatu tim atau panitia koordinator yang khusus
bertugas melakukan kegiatan-kegiatan koordinasi, seperti memberi penjelasan
atau bimbingan kepada unit-unit yang dikoordinasikan
3. Membuat buku pedoman yang berisi penjelasan tugas masing-masing unit.
Buku pedoman seperti itu diberikan setiap unit untuk dipedomani dalam
pelaksanaan tugas masing-masing.
4. Pimipan atau atasan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan bawahannya
dalam rangka pemberian bimbingan, konsultasi dan pengarahan.
(Manulang,2001:72)
Melakukan kegiatan koordinasi dengan bebagai cara seperti tersebut diatas
konflik, mengurangi duplikasi tugas, meniadakan pengangguran, melenyapkan
kepentingan sendiri dan memperkukuh kerja sama.
2.1.2 Sifat-Sifat Koordinasi
Hasibuan (2006:87), berpendapat bahwa sifat-siafat koordinasi adalah :
1. Koordinasi bersifat dinamis bukan statis.
2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh menyeluruh. oleh
seorang koordinator dalam rangka mencapai sasaran.
3. Koordinasi meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
Asas koordinasi adalah asas skala (scalar principle = hirearki) artinya koordinasi dilakukan menurut jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggung jawab
yang disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda satu sama lain. Asas
hierarki ini merupakan setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasi bawahan
secara langsung.
2. 13Tujuan Koordinasi
Tujuan yang paling tepat dari pengkoordinasian ialah untuk
mempermudah dalam melaksanakan kegiatan kerja. Oleh karena itu,
mengkoordinator segala kegiatan yang dilaksanakan bawahan dan menunjuk
orang yang tepat dan sesuai. Jika koordinasi dilakukan dengan efektif maka ada
beberapa manfaat yang didapatkan. Hasibuan (2006:86) berpendapat bahwa
1. Untuk mencegah terjadinya kekacauan, percekcokan, dan kekembaran
idelaraskan dan atau kekosongan pekerjaan.
2. Agar orang-orang dan pekerjaannya diselaraskan serta diarahkan untuk
pencapaian tujuan perusahaan.
3. Agar sarana dan prasarana dimanfaatkan untuk mnecapai tujuan.
4. Supaya semua unsur manajemen dan pekerjaan masing-masing individu
pegawai harus membantu tercapainya tujuan perusahaan.
5. Supaya semua tugas,kegiatan dan pekerjaan terintegrasi kepada sasaran yang
diinginkan.
2. 2. Komunikasi
2. 2. 1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan
atau komunikasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut
melibatkan lebih dari sekedar kat-kata yang di gunakan dalam percakapan, tetapi
juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan sebagainya. Dan perpindahan
yang efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi bahwa seseorang
mengirimkan berita dan menerimanya sangat tergantung pada
ketrampilan-ketrampilan tertentu (membaca, menulis, mendengar, berbicara, dan
lain-lain)untuk membuat sukses pertukaran informasi.
Komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi anatr individu
melalui suatu sistem yang (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal
suatu proses, terdapat simbol-simbol dan simbol-simbol itu mengandung arti. Arti
atau makna simbol disini tentu saja tergantung pada pemahaman dan persepsi
komunikan sehingga ada umpan balik (feedback) bagi komunikan setelah mendapatkan pesan. Oleh karena itu, komunikasi akan efektif dan tujuan
komunikasi akan tercapai, apabila masing-masing pelaku yang terlibat di
dalamnya mempunyai persepsi yang sam terhadap simbol. (Purwanto, 2006:3)
“Komunikasi organisasi adalah suatu proses komunikasi yang
menggunakan media yaitu bahasa atau simbol-simbol yang biasa digunakan untuk
mentransfer pesan-pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan melalui proses
komunikasi agar diperoleh suatu hasil yang sangat berarti bagi suatu organisasi. ”
(Purwanto, 2003:20). Pentingnya peran komunikasi bagi perusahaan adalah
sebagai saluran untuk melakukan dan menerima pengaruh, dan juga sebagai alat
untuk mendorong atau mempertinggi motivasi sebagai sarana yang
memungkinkan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya.
Komunikasi memiliki peranan penting dalam memperlancar kegiatan
perusahaan, dapat terlihat dari beberapa hal berikut:
a) Fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan dapat tercapai.
b) Meningkatkan gairah dan kompetensi kerja.
c) Dengan menggunakan komunikasi sebagai alat koordinasi dan pengendalian
para pemimpin dapat mengetahui keadaan dari setiap bidang yang menjadi
d) Menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antara bawahan dengan
atasan,bawahan dengan bawahan dan antara atasan, karena pengawasan yang
jelas dan mantap.
e) Dengan komunikasi semua bagian organisasi dapat mengetahui kebijakan,
peraturan dan ketentuan – ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemimpin.
Oleh sebab itu di dalam sebuah organisasi setiap orang yang terlibat
didalamnya ketika melaksanakan tugas dan tanggung jawab, agar dapat terlaksana
dengan lancar dan harmonis, maka kerjasama harus senantiasa tercipta dengan
baik. Dengan terjadinya proses kerja sama maka unsur komunikasi pun dengan
sendirinya akan tercipta dalam sebuah organisasi, karena apapun bentuk instruksi,
informasi dari pimpinan ke bawahan maupun sebaliknya senantiasa dilakukan
melalui proses komunikasi.
2. 2. 2 Proses Komunikasi
Menurut Djoko Purwanto (2003:11) bahwa proses komunikasi terdiri dari
enam tahap yaitu:
1) Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan : sebelum proses penyampaian
pesan dilakukan, maka pengiriman pesan harus menyiapkan ide atau gagasan
yang ingin disampaikan kepada pihak lain. Dimana ide tersebut dapat
diperoleh dari berbagai sumber.
2) Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan : dalam suatu proses komunikasi
tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Oleh
pesan harus memperhatikan beberapa hal yaitu subjek( apa yang ingin
disampaikan), maksud (tujuan) , audiens, gaya personal dan latar belakang
budaya.
3) Pengirim menyampaikan pesan
Dalam meyampaikan dan mengirim pesan dapat digunkan berbagai saluran
yang ada kepada si penerima pesan. Panjang pendeknya rantai saluran
komunikasi yang digunakan akan berpengaruh terhadap efektifitas
penyampaian pesan, dalam menyampaikan pesan dapat digunakan berbagai
media komunikasi baik media tulisan maupun lisan.
4) Penerima menerima pesan
Komunikasi antar seseorsng dengan orang lain akan terjadi bila pengirim
mengirimkan suatu pesan dan menerima pesan tersebut. komunikasi baru
akan terjalin bila penerima surat telah membaca dan memahami isinya.
5) Penerima menafsirkan pesan
Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana ia
menafsirkan pesan. Suatu pesan dapat ditafsirkan secara benar bila penerima
pesan telah memahami isi pesan sebagaiman yang dimaksud oleh pengirim
pesan.
6) Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik ke pengirim
Setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan dengan cara
tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan
memegang peranan penting dalam proses komunikasi, karena ia memberi
kemungkinan bagi pengirim untuk menilai suatu pesan.
Sumber: Djoko Purwanto (2003:7)
Gambar 2. 1 Proses Komunikasi
2. 2. 3 Fungsi Komunikasi
Organisasi pada umumnya mempunyai tujuan yang akan diwujudkan
dalam perusahaan. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan tersebut didukung oleh
adanya proses komunikasi yang berjalan lancar. Komunikasi sangat penting dalam
memperlancar kegiatan perusahaan, hal ini dapat terlihat dari beberapa hal:
1. Komunikasi merupakan proses dimana fungsi-fungsi manajemen yaitu:
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat dicapai.
2. Menimbulkan rasa kesetiakawanan.
3. Meningkatkan kegairahan dan motivasi kerja pegawai.
4. Komunikasi sebagai alat koordinasi dan pengendalian. Tahap 1
Pengirim mempunyaiide
Tahap 6
Penerima Mengirim Ide Pesan
5. Melalui komunikasi semua pegawai dapat mengetahui kebijakan, peraturan
yang telah ditetapkan oleh pimpinan.
Komunikasi sebagai saran hubungan antar orang didalam organisasi untuk
bersama. Sesungguhnya tanpa komunikasi tidak mungkin ada aktivitas kelompok
karena tanpa hal ini koordinasi dan perubahan tidak dapat dilakukan dengan baik.
Dengan kata lain, tanpa adanya komunikasi yang baik pekerjaan akan menjadi
simpang siur dan kacau balau sehingga tujuan perusahaan kemungkinan besar
tidak akan tercapai. Sebagai seorang manajer yang baik hendaknya dapat
menciptakan komunikasi yang baik dalam perusahaan sebab dapat dibayangkan
bagaimana akibatnya bagi perusahaan yang komunikasinya tidak dapat berjalan
dengan baik.
2. 2. 4 Saluran Komunikasi Dalam Organisasi
Pemahaman yang lebih baik tentang komunikasi dapat diperoleh dengan
mempelajari arah-arah dasar gerakkannya yang tampak dengan terbentuknya
salura-saluran komunikasi. Adapun saluran-saluran komunikasi formal yang biasa
terdapat dalam organisasi adalah:
1. Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal terdiri dari komunikasi ke atas dan ke bawah sesuai
rantai perintah. Komunikasi ke bawah (Downward Communication) di mulai dari manajemen puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan
manajemen sampai karyawan ini dan personalia paling bawah. Maksud utama
nasehat, sasaran dan penilaian kepada bawahan serta memberikan informasi
kepada para anggota organisasi tentang tujuan dan kebijaksanaan organisasi
berita-berita kebawah dapat berbentuk tulisan maupun lisan, dan biasanya
disampaikan melalui memo, laporan atau dokumen lain, pertemuan atau rapat dan
percakapan serta melalui interaksi. Dan manajemen seharusnya tidak memusatkan
perhatiannya pada usaha komunikasi ke bawah, tetapi juga komunikasi ke atas.
Komunikasi ke atas (Upward Communication) alur pesan yang disampaikan berasal dari bawah (karyawan) menuju ke atas (manajer). Pesan yang
ingin disampaikan mula-mula berasal dari karyawan yang selanjutnya
disampaikan ke jalur yang ebih tinggi, yaitu bagian pabrik, ke manajer produksi,
dan akhirnya ke manajer umum. Tipe komunikasi ini mencakup laporan-laporan
periodik, penjelasan, gagasan dan permintaan untuk diberikan keputusan. Hal ini
dapat dipandang sebagai data atau informasi umpan balik bagi manajemen atas.
2. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal meliputi hal-hal berikut ini:
a. Komunikasi di antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar
dalam suatu organisasi
b. Komunikasi yang terjadi antara dan di antara departemen-departemen
pada tingkatan organisasi yang sama.
Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat koordinatif dan merupakan
hasil dari konsep spesialisasi organisasi. Sehingga komunikasi ini dirancang untuk
membantu koordinasi kegiatan-kegiatan horizontal, komunikasi tipe ini juga
menghindarkan prosedur pemecahan yang lambat.
3. Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal merupakan komunikasi yang memotong secara
menyilang diagonal rantai perintah organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai hasil
hubungan-hubungan departemen lini dan staf. Hubungan-hubungan yang ada
antara personalia dan staf dapat berbeda-beda yang akan membentuk beberapa
komunikasi diagonal yang berbeda-beda pula.
2. 2. 5 Hambatan Dalam Komunikasi
Struktur organisasi yang dirancang bangun secara buruk tidak
mengkomunikasikan hubungan organisasi secara jelas. Dengan demikian manajer
yang perspektif terlebih dahulu akan mencari sebab timbulnya masalah
komunikasi dan bukan sekedar menanggulangi masalah itu.
Menurut Daft (2003:157) hambatan komunikasi dapat hadir didalam
individu sebagi bagian dari organisasi:
1) Hambatan individu : terdapat hambatan interpersonal, hal ini termasuk
masalah dengan emosi dan persepsi yang disandang oleh karyawan.
2) Hambatan organisasi : hambatan ini menyangkut faktor-faktor pada
organisasi secara utuh yaitu masalah perbedaan status dan kekusasaan &
perbedaan antar departemen dalam bentuk mencampuri kebutuhan dan tujuan
2. 3 Semangat Kerja
2. 3. 1 Pengertian Semangat Kerja
Menurut Hasibuan (2003), semangat kerja adalah keinginan dan
kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin
untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Semangat kerja ini merangsang
seseorang untuk berkarya dan berkreatifitas dalam pekerjaannya. Semangat kerja
digunakan untuk menggambarkan suasana keseluruhan yang dirasakan para
pegawai dalam kantor. Apabila pegawai merasa bergairah, bahagia, optimis
menggambarkan bahwa pegawai tersebut mempunyai semangat kerja tinggi dan
jika pegawai suka membantah, menyakiti hati, kelihatan tidak tenang maka
pegawai tersebut mempunyai semangat kerja rendah. Semangat kerja
menggambarkan perasaan berhubungan dengan jiwa, semangat kelompok,
kegembiraan, dan kegiatan. Apabila pekerja tampak merasa senang, optimis
mengenai kegiatan dan tugas, serta ramah satu sama lain, maka pegawai itu
dikatakan mempunyai semangat yang tinggi. Sebaliknya, apabila pegawai tampak
tidak puas, lekas marah, sering sakit, suka membantah, gelisah, dan pesimis, maka
reaksi ini dikatakan sebagai bukti semangat yang rendah”.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat dilihat bahwa yang dimaksud
dengan semangat kerja adalah kemampuan atau kemauan setiap indivdu atau
sekelompok orang untuk saling bekerjasama dengan giat dan disiplin serta penuh
rasa tanggung jawab disertai kesukarelaan dan kesediaannya untuk mencapai
suatu organisasi adalah melalui presensi, kerjasama, tanggung jawab, kegairahan
dan hubungan yang harmonis.
Untuk memahami pengertian diatas penjelasannya sebagai berikut :
1) Presensi
Presensi merupakan kehadiran pegawai yang berkenaan dengan tugas dan
kewajibannya. Pada umumnya suatu instansi/organisasi selalu mengharapkan
kehadiran pegawai tepat waktu dalam setiap jam kerja sehingga pekerjaannya
akan mempengaruhi terhadap produktivitas kerja, sehingga suatu organisasi
tidak akan mencapai tujuannya secara optimal.
a)Presensi / kehadiran pegawai dapat diukur melalui :
b) Kehadiran pegawai ditempat kerja
c)Ketepatan pegawai datang / pulang kerja
2) Kerjasama
Kerjasama adalah sikap dari individu atau sekelompok untuk saling
membantu atau menginformasikan agar dapat mencurahkan kemampuannya
secara menyeluruh. Kerjasama dapat menimbulkan dampak positif apabila
dilakukan dengan niat baik, tujuan baik dan dilakukan dengan cara yang baik
pula. Kerjasama ini sangat bermanfaat dan digunakan untuk memecahkan
berbagai masalah dengan berorganisasi sedangkan bekerjasama yang negatif
yaitu adalah kerjasama yang dilakukan dengan niat dan tujuan yang tidak
baik. Yaitu untuk mendapatkan kepentingan pribadi dengan cara yang dapat
Untuk mengukur adanya kerjasama dalam kantor digunakan kriteria
sebagai berikut :
a) Kesediaan pegawai untuk bekerjasama baik dengan teman sejawat maupun
pimpinan berdasarkan kesadaran untuk mencapai tujuan.
b) Adanya kemauan untuk membantu teman yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan pekerjaan.
c) Adanya kemauan untuk memberikan kritik atau menerima kritik dan saran
sehingga diperoleh cara yang baik.
3) Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan suatu kewajiban untuk melaksanakan suatu tugas
dan untuk apa seseorang dapat dipertanggungjawabkan dalam pelaksanaan
tugas yang diserahkan. Tanggung jawab adalah penting dan harus ada dalam
setiap pelaksanaan”. Penyelesaian pekerjaan karena tangung jawab dan
mempunyai semangat kerja pegawai.
Dengan adanya tanggung jawab yang diberikan pimpinan maka pegawai
terdorong untuk melaksanakan pekerjaan tersebut apalagi jika pegawai
merasa ikut memiliki organisasi tersebut ia akan berusaha semaksimal
mungkin untuk dapat menyelesaikan pekerjaan sebaik-baiknya sehingga
tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Untuk mengukur daya tangung jawab
dapat diukur dari :
a) Kesanggupan pegawai melaksanakan perintah dan kesanggupan dalam
bekerja.
c) Melaksanakan tugas yang telah diberikan dengan sebaik-baiknya.
4) Kegairahan Kerja
Setiap pegawai yang memiliki kesenangan yang mendalam (minat) terhadap
pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, pada umumnya memiliki semangat
kerja yang positif atau tinggi. Karena beban kerja, jenis dan sifat volume
pekerjaannya sesuai dengan minat dan perhatiannya yang akan menimbulkan
rasa senang dan bergairah dalam arti tidak merasa terpaksa dan tertekan dalam
bekerja.
5) Hubungan yang Harmonis
Pergaulan antara pimpinan dan pegawai yang dipimpin sangat besar
pengaruhnya terhadap semangat kerja. Pimpinan yang memperlakukan
pegawai secara manusiawi, dengan sikap saling menghormati, saling
menghargai, saling mempercayai dan saling menerima satu sama lain, baik
selama melakukan pekerjaan maupun di luar jam kerja akan menimbulkan
rasa senang yang dapat meningkatkan semangat kerja.
2. 4 Prestasi Kerja
2. 4. 1 Pengertian Prestasi Kerja
Prestasi kerja (performance) dapat diartikan sebagai hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok (organisasi) dalam waktu tertentu.
Pencapaian tujuan perusahaan menjadi kurang efektif apabila banyak karyawan
Menurut Sutrisno (2009:150) prestasi kerja adalah hasil yang dicapai
seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Dan
setiap pencapaianya diikuti perolehan yang mempunyai nilai bagi karyawan yang
bersangkutan, baik berupa promosi, upah, teguran atau pekerjaan yang lebih baik.
Menurut Hasibuan (2003: 87) prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.
Prestasikerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan
minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi
tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga
faktor diatas, semakin besarlah prestasi kerja karyawan bersangkutan.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara dalam Subekhi (2012:193) kinerja
(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.
Prestasi kerja karyawan yang umumnya kebanyakan pekerjaan meliputi
beberapa unsur sebagai berikut (Mathis dan Jackson dalam Subekhi, 2012:193):
kuantitas dari hasil, kualitas dari hasil, ketepatan waktu dari hasil, kehadiran, dan
kemampuan untuk bekerja sama.
2. 4. 2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja
Menurut Sulistiyani, Ambar dan Rosidah (2003: 200) beberapa faktor
1) Pengetahuan, yaitu kemampuan yang dimiliki karyawan yang berorientasi
pada intelegensi dan daya pikir serta penguasaan ilmu yang lebih luas yang
dimiliki karyawan.
2) Keterampilan, yaitu kemampuan dan penguasan teknis operasional dibidang
yang dimiliki karyawan.
3) Abilities, yaitu kecakapan atau kemampuan yang terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh seorang karyawan.
4) Attitude, yaitu sikap atau suatu kebiasan yang terpolakan.
Menurut Moenir (2005: 9) terdapat beberapa faktor yang dapat dijadikan
standar prestasi kerja, yaitu :
1) Kualitas kerja yang meliputi ketepatan, ketelitian, keterampilan serta
kebersihan.
2) Kuantitas kerja yang meliputi output rutin serta output non rutin (ekstra).
3) Keandalan atau dapat tidaknya diandalkan yakni dapat tidaknya mengikuti
instruksi, kemampuan inisiatif, kehati-hatian serta kerajinan.
4) Sikap yang meliputi sikap terhadap perusahaan, karyawan lain, pekerjaan
serta kerja sama
2. 4. 3 Tujuan Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian hendaknya memberikan suatu gambaran akurat mengenai
prestasi kerja karyawan. Untuk mencapai tujuan ini, sistem-sistem penilaian harus
dan menggunakan berbagai ukuran yang dapat diandalkan. Menurut Hasibuan
(2003: 91) menjelaskan beberapa syarat-syarat penilai, yaitu:
1) Penilai harus jujur, adil, objektif dan mempunyai pengetahuan mendalam
tentang unsur-unsur yang akan dinilai supaya penilaiannya sesuai dengan
realitas/fakta yang ada.
2) Penilai hendaknya mendasarkan penilaiannya atas benar atau salah, baik atau
buruk, terhadap unsur-unsur yang dinilai sehingga hasil penilaiannya jujur,
adil, dan objektif. penilai tidak boleh mendasarkan penilaiannya atas fisis rasa
supaya penilaian bukan didasarkan atas suka atau tidak suka.
3) Penilai harus mengetahui secara jelas uraian dari setiap pekerjaan karyawan
yang akan dinilai supaya hasil penilaiannya dapat dipertanggung jawabkan
dengan baik.
4) Penilai harus mempunyai keimanan supaya penilaiannya adil dan jujur.
Menurut Handoko (2001: 135) menjelaskan beberapa tujuan prestasi kerja,
yaitu:
1) Perbaikan Prestasi Kerja
Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer, dan
departemen personalia dapat membetulkan kegiatan-kegiatan mereka untuk
memperbaiki prestasi
2) Penyesuaian-Penyesuaian Kompensasi
Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam
3) Keputusan-Keputusan Penempatan
Promosi, transfer dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa
lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk penghargaan
terhadap prestasi kerja masa lalu.
4) Kebutuhan-Kebutuhan Latihan Dan Pengembangan
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhan latihan. Demikian
juga, prestasi yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus
dikembangkan.
5) Perencanaan Dan Pengembangan Karier
Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan kraier, yaitu tentang
jenjang karier tertentu yang harus diteliti.
6) Penyimpangan-Penyimpangan Proses Staffing
Prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkam kekuatan atau kelemahan
prosedur staffting departemen personalia. 7) Ketidak-Akuratan Informasional
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan
informasi analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia atau
komponen-komponen lain sistem informasi manajemen personalia.
Menguntungkan diri pada informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan
keputusan-keputusan personalia yang diambil tidak tepat.
8) Kesalahan-Kesalahan Desain Pekerjaan
Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam
desain pekerjaan. Penilaian prestasi membantu diagnosa kesalahan-kesalahan
9) Kesempatan Kerja Yang Adil
Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan
penempatan internaldiambil tanpa diskriminasi.
10)Tantangan-Tantangan Eksternal
Kadang-kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar
lingkungan kerja, seperti keluarga, kesehatan, kondisi finansial atau masalah-
masalah pribadi lainnya. Dengan penilaian prestasi departemen personalia
mungkin dapat menawarkan bantuan.
2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2. 1
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Sarah, Prestasi PT. Telkomsel Branch Medan.
Variabel komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi dari bawah ke atas, dan komunikasi horizontal berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan PT. Telkomsel Branch Medan.
Variabel koordinasi dan
pendelegasian wewenang secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) PT Perkebunan Nusantara IV
Variabel semangat kerja dan disiplin kerja berpengaruhpositif dan signifikan terhadap variabel prestasi kerja karyawan pada Perum Pegadaian Kanwil I Medan sebesar 65,9%.
2.6 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini secara teoritis juga menjelaskan yaitu terdapat tiga
variabel bebas yaitu koordinasi kerja, komunikasi, dan semangat kerja serta satu
variabel terikat yaitu prestasi kerja. Adapun hubungan antar variabel yaitu :
Menurut Hasibuan (2006:85) berpendapat bahwa : “koordinasi adalah
kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, mengkoordinasikan unsur-unsur
manajemen dan pekerjaan – pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan
organisasi”. Manfaat koordinasi kerja sangat menentukan terselenggaranya usaha
yang telah diprogramkan untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam pencapaian
prestasi kerja karyawan. Tetapi apabila koordinasi kerja tidak dilakasanakan maka
akan menimbulkan setiap bagian organisasi yang berjalan sendiri-sendiri tanpa
ada kesatuan arah. Untuk mencapai prestasi kerja karyawan yang optimal
diperlukan adanya integrasi antara kesatuan kerja, komunikasi dan disiplin.
Dimana jika keseluruhan faktor tersebut sudah terarah maka dapat mencapai
prestasi yang diharapkan.
Menurut Purwanto (2003:20) “Komunikasi adalah suatu proses komunikasi
yang menggunakan media yaitu bahasa atau simbol-simbol yang biasa digunakan
untuk mentransfer pesan-pesan dari pemberi pesan ke penerima pesan melalui
proses komunikasi agar diperoleh suatu hasil yang sangat berarti bagi suatu
organisasi. ” Apabila cara menyampaikan pesan dan mengembangkan pesan tidak
terdapat masalah-masalah dan si penerima pesan juga dapat menerima pesan dan
kerja karyawan akan meningkat karena karyawan telah mengerti pesan yang
disampaikan kepadanya.
Menurut Purwanto (2006:37-38), dalam upaya mencapai prestasi kerja
karyawan yang tinggi, sangat diperlukan terjalinnya komunikasi yang baik
antarunit yang ada dalam organisasi tersebut, baik komunikasi antara pimpinan
dan bawahan, maupun komunikasi antarkaryawan.
Menurut Hasibuan (2003:94) “Semangat kerja adalah keinginan dan
kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin
untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Semangat kerja ini akan
merangsang seseorang untuk berkarya dan berkreativitas dalam pekerjaannya”.
Sehingga karyawan dapat mengeluarkan seluruh kemampuan yang dimilikinya
dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan kepadanya untuk mencapai
prestasi kerja yang maksimal.
Menurut Hasibuan (2003:87) prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.
Prestasikerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan
minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi
tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga
faktor diatas, semakin besarlah prestasi kerja karyawan bersangkutan.
Berdasarkan uraian diatas maka model kerangka konseptual dalam
Gambar 2. 2 Kerangka Konseptual
2.7 Hipotesis
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian”. (Sugiyono, 2012:93).
Sehubungan dengan perumusan masalah dan kerangka kosneptual, maka
dapat dikemukakan hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Koordinasi kerja dan
komunikasi serta semangat kerja berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan
pada PT. PLN (Persero) Area Medan. ” Koordinasi kerja ( )
Komunikasi ( ) Prestasi kerja (Y)