• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PEMUSTAKA PADA P E M AN F A AT A N K O L E K S I N O N F I K S I SEBAGAI SUMBER BELAJAR DI P E R P U S T A KA A N S M P NE G E R I 1 9 SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI PEMUSTAKA PADA P E M AN F A AT A N K O L E K S I N O N F I K S I SEBAGAI SUMBER BELAJAR DI P E R P U S T A KA A N S M P NE G E R I 1 9 SEMARANG"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

P E R S E P S I P E M U S T A K A P A D A

P E M A N F A A T A N K O L E K S I N O N F I K S I

S E B A G A I S U M B E R B E L A J A R D I

P E R P U S T A KA A N S M P N E G E R I 1 9

S E M A R A N G

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi

Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan

Oleh :

DESTIANA REINDINY PUTRI NIM. 13040110151118

PROGRAM STUDI S1 ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Destiana Reindiny Putri NIM : 13040110151118 Jurusan : S1 Ilmu Perpustakaan

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Persepsi Pemustaka pada Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi Sebagai Sumber Belajar di SMP Negeri 19 Semarang” adalah benar-benar karya ilmiah saya sendiri, bukanlah hasil plagiat karya ilmiah orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, dan semua kutipan yang ada di skripsi ini telah saya sebutkan sumber aslinya berdasarkan tata cara penulisan kutipan yang lazim pada karya ilmiah.

Semarang, September 2013 Yang menyatakan,

(3)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Kau dan aku, kita semua punya 'perang' masing-masing untuk dimenangkan. Jadi

berhenti mengasihani diri sendiri karena satu-satunya pahlawan dalam perangmu

adalah kau, bukan orang lain.

(Arianna Bianchi: Ho lasciato il mio cuore a Perugia)

Hidup adalah soal keberanian. Menghadapi yang tanda tanya tanpa kita bisa

mengerti, tanpa kita bisa menawar. Terimalah dan hadapilah.

(Soe Hok Gie : Mandalawangi – Pangrango)

PERSEMBAHAN

1. Bapak dan Ibuku tercinta, atas nasihat, doa, dan kasih

sayang tiada henti, sepanjang hidupku.

2. Kak Ringga dan Dik Berda tersayang atas pengertian

dan dukungannya selama ini.

3. Paduan Suara Mahasiswa Universitas Diponegoro

Semarang, atas kesempatan dan pengalaman berharga

(4)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diajukan ke sidang

Panitia Ujian Skripsi pada :

Hari : Senin

Tanggal : 16 September 2013

Disetujui oleh,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(5)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh Panitia Ujian Skripsi pada

tanggal 1 Oktober 2013

Ketua Penguji,

Drs. Ary Setyadi, M.S NIP. 195809091984031002

Anggota I,

Endang Fatmawati, M.Si., M.A NIP. 132314562

Anggota II,

Yuli Rohmiyati, S.Sos., M.Si. NIP. 19800704 200812 2 002

Anggota III,

(6)

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya,

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Pemustaka pada

Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi Sebagai Sumber Belajar di SMP Negeri 19

Semarang” ini dengan baik.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Agus Maladi Irianto, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Diponegoro.

2. Dr. Dewi Yuliati, M.A. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Diponegoro.

3. Drs. Ari Setyadi, M.S. Selaku Ketua Jurusan Program Studi Reguler II Ilmu

Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro sekaligus dosen

penguji yang telah memberikan masukan dan saran pada skripsi ini sehingga

menjadi lebih sempurna dalam penulisannya;

4. Dra. Tri Wahyu H. M, M.Si dan Yuli Rohmiyati, S.Sos, M.Si selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada

penulis dalam penyusunan laporan penulisan skripsi ini;

5. Endang Fatmawati, M.Si, M.A selaku dosen pengiji yang telah memberikan

masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini sehingga menjadi lebih

sempurna.

6. Ellen CH. Mugroho, SH, M.Hum selaku Dosen Wali yang telah memberikan

(7)

7. Kepala Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang yang telah meluangkan waktu

dan memberi kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP

Negeri 19 Semarang;

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu

dengan hati terbuka penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi perbaikan tulisan yang akan datang.

Akhirnya penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat

bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Lintas Jalur Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Diponegoro pada khususnya dan semua pihak yang

memerlukan pada umumnya.

Semarang, 1 Oktober 2013

(8)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Persepsi Pemustaka pada Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi sebagai Sumber Belajar di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi pemustaka pada pemanfaatan koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan jenis data kualitatif yaitu pendapat seseorang. Sedangkan sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) metode pengumpulan data, yaitu wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik pengolahan data meliputi: memahami data, mengklasifikasi data, dan mengolah data. Keabsahan data telah dilakukan dengan teknik pemeriksaan triangulasi. Hasil penelitian diketahui pemanfaatan koleksi nonfiksi dilakukan dua kali dalam seminggu pada jam istirahat. Tujuan kunjungan pemustaka ke perpustakaan adalah membaca buku nonfiksi tentang ilmu pengetahuan alam dengan lama kunjungan antara 20 sampai 30 menit sekali berkunjung. Rata-rata pemustaka sering meminjam buku di perpustakaan karena adanya minat dan kebutuhan dari pemustakanya untuk menunjang proses belajar pemustaka. Dari hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa persepsi pemustaka pada pemanfaatan koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang sudah cukup baik. Pemanfaatan koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang dilakukan karena adanya minat dan kebutuhan dari pemustakanya. Pemanfaatan dilakukan untuk menunjang proses belajar pemustaka. Adapun motivasi pemustaka memanfaatkan koleksi nonfiksi adalah untuk menambah pengetahuan mereka. Adanya ketersediaan koleksi dengan kualiatas dan kuantitas koleksi yang baik juga menjadi alasan pemustaka memanfaatakan koleksi nonfiksi perpustakaan sebagai sumber belajar.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ...v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ….. ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...4

1.3 Tujuan yang Hendak Dicapai ...4

1.4 Manfaat Penelitian ...4

1.5 Tempat dan Waktu Penelitian ...5

1.6 Batasan Istilah ...5

BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Definisi……..………...7

2.1.1 Definisi Persepsi ...7

2.1.2 Definisi Perpustakaan Sekolah ...8

2.1.3 Definisi Koleksi ...10

(10)

2.2.1 Sumber Belajar ...11

2.2.2 Pembelajaran ...12

2.3 Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi Sebagai Sumber Belajar di Perpustakaan Sekolah ...14

2.4 Jenis-Jenis Koleksi ...20

2.4.1 Berdasarkan Bentuknya ...20

2.4.2 Berdasarkan Isinya ...21

2.5 Penelitian Sebelumnya ...21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ...23

3.2 Objek dan Subjek Penelitian ...23

3.3 Informan Penelitian ...24

3.4 Jenis dan Sumber Data ...25

3.4.1 Jenis Data ...25

3.4.2 Sumber Data ...25

3.5 Teknik Pengumpulan Data ...26

3.5.1 Wawancara ...26

3.5.2 Dokumentasi ...27

3.6 Teknik Pengolahan Data ...27

3.7 Keabsahan Data ...28

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN SMP NEGERI 19 SEMARANG 4.1 Deskripsi Lokasi ...31

4.2 Struktur Organisasi ...33

4.3 Visi dan Misi ...33

(11)

4.5 Sarana dan Prasarana ...37 4.6 Pemustaka ...38 4.7 Prestasi ...39

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1. Kriteria Informan ...40 5.2. Analisis Penelitian ...41 5.2.1. Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi sebagai Sumber Belajar

di SMP Negeri 19 Semarang ...41

5.2.2. Persepsi Pemustaka pada Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi

sebagai Sumber Belajar di SMP Negeri 19 Semarang ...59

BAB VI PENUTUP

6.1. Simpulan ...79 6.2. Saran ...80

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A : Data Informan

LAMPIRAN B : Pedoman Wawancara

LAMPIRAN C : Hasil Wawancara

LAMPIRAN D : Dokumentasi

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah koleksi perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang….. 37

Tabel 2 Daftar koleksi nonfiksi dan koleksi referensi……… 38

Tabel 3 Daftar peminjaman buku nonfiksi……… 40

Table 4 Jumlah Pengunjung Perpustakaan

Tahun Pelajaran 2012/2013... 42

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal, baik yang diselenggarakan oleh

pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan sumber belajar. Salah satu

sumber belajar yang sangat penting adalah perpustakaan. Dalam Undang -

Undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)

dijelaskan bahwa perpustakaan sekolah merupakan sarana penunjang proses

belajar mengajar di sekolah (dalam Sutarno NS, 2006: 43). Sedangkan dalam

pasal 3 Undang-undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan menyebutkan

bahwa perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian,

informasi dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.

Perpustakaan menurut IFLA dalam Sulistyo-Basuki (1993: 4) yaitu kumpulan

materi tercetak dan media noncetak atau sumber informasi dalam komputer yang

disusun secara sistematis untuk digunakan pemustaka.

Perpustakaan sebagai lembaga penyedia ilmu pengetahuan dan informasi

mempunyai peran terhadap lembaga induk. Demikian halnya perpustakaan di

dalam lingkungan pendidikan seperti sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan

pusat sumber ilmu pengetahuan dan informasi yang berada di sekolah.

(15)

pendidikan, sehingga setiap sekolah semestinya memiliki perpustakaan yang

memadai (Sutarno, 2006: 39).

Perpustakaan sekolah harus dapat memaksimalkan perannya dalam

membantu siswa mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Dengan memaksimalkan

perannnya, diharapkan perpustakaan sekolah membuat siswa terbiasa dengan

aktivitas membaca, memahami pelajaran, mengerti maksud dari sebuah informasi

dan ilmu pengetahuan, serta menghasilkan karya bermutu, sehingga pada akhirnya

prestasi relatif mudah untuk diraih.

Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya untuk mengumpulkan

dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan

perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu siswa dan para guru untuk

menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar. Agar dapat menunjang

proses belajar mengajar, maka dalam pengadaan bahan pustaka harus

mempertimbangkan kurikulum sekolah, serta selera para pemustakanya.

Perpustakaan sekolah dapat dijadikan sebagai sumber belajar, baik dalam

proses kegiatan belajar mengajar secara formal maupun nonformal untuk

membantu sekolah dalam upaya mencapai tujuan pendidikan di sekolah tersebut.

Selain itu, perpustakan dapat digunakan sebagai sarana peningkatan wawasan dan

pengetahuan, meningkatkan minat dan kebiasaan membaca siswa. Perpustakaan

sekolah juga dapat dijadikan sebagai sarana pencarian pengetahuan/informasi

maupun sebagai tempat diskusi, ajang bertukar pikiran antar kelompok belajar.

Bagaimana cara agar pemustaka memanfaatkan perpustakaan secara efektif

(16)

pemanfaatan perpustakaan menjadi kurang maksimal. Pertama dari rendahnya

minat baca pemustaka. Masyarakat dalam memberikan sesuatu termasuk

cerita-cerita terdahulu lebih mengandalkan tutur daripada tulisan. Budaya lisan itulah

yang menjadi salah satu penyebab lemahnya budaya baca masyarakat, termasuk

minat pada pustaka dan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi dan

ilmu pengetahuan, hal tersebut berlangsung secara turun temurun hingga generasi

sekarang (Wiranto, 2008:75). Minat baca/ gemar membaca harus dibiasakan pada

usia dini. Faktor pendorong tumbuhnya minat baca adalah ketertarikan,

kegemaran, dan hobi membaca (Sutarno, 2006: 27). Kebiasaan membaca sejak

usia dini dapat menjadi budaya pada dirinya sehingga akan tumbuh minat baca.

Kedua dari pihak sekolah yang kurang memaksimalkan perpustakaan sekolah.

Salah satu sekolah yang memaksimalkan peran perpustakaan adalah SMP

Negeri 19 Semarang yang mengajarkan siswa-siswanya untuk gemar membaca

dengan program ”Pembiasaan Perpustakaan” yang sering disebut dengan ”Jam

Perpustakaan”. Jam Perpustakaan ini merupakan suatu kegiatan dimana seluruh

siswa diwajibkan berkunjung ke perpustakaan satu jam setiap minggunya. Dalam

kegiatan ini siswa tidak hanya berkunjung, namun juga diberikan tugas-tugas

yang berkaitan dengan kurikulum. Program ini dapat memotivasi siswa untuk

membaca di perpustakaan. Perpustakaan di SMP Negeri 19 Semarang juga

mengalami peningkatan yang sangat pesat dengan adanya beberapa prestasi yang

(17)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti

tentang “Persepsi Pemustaka pada Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi sebagai Sumber

Belajar di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang.”

1.2

Rumusan Masalah

Untuk membatasi pola pikir penulis, maka penulis merumuskan hal sebagai

berukut:

“Bagaimana persepsi pemustaka pada pemanfaatan koleksi nonfiksi sebagai

sumber belajar di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang?”

1.3

Tujuan yang Hendak Dicapai

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi pemustaka

pada pemanfaatan koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar di SMP Negeri 19

Semarang.

1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut,

a. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam

pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengembangan dan

(18)

b. Bagi perpustakaan, penelitian ini bermanfaat sebagai dasar dalam

pemberdayaan perpustakaan agar dapat dimanfaatan oleh pemustakanya,

terutama para siswa, secara efektif dan efisien

1.5

Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini terfokus pada Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang yang

beralamat di Jalan Abdulrahman Saleh Manyaran Semarang dan diharapkan dapat

mencerminkan karakteristik pemanfaatan koleksi nonfiksi perpustakaan sekolah di

Semarang.

Waktu penelitian dilakukan mulai bulan November 2012 sampai dengan

Maret 2013.

1.6

Batasan Istilah

1. Persepsi dalam penelitian ini merupakan pandangan dan penilaian pemustaka

terhadap pemanfaatan koleksi nonfiksi di perpustakaan.

2. Pemustaka dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 19 Semarang.

3. Pemanfaatan koleksi dalam penelitian ini adalah keterpakaian koleksi baik

yang dibaca di perpustakaan maupun yang dibawa pulang oleh pemustaka.

4. Perpustakaan dalam penelitian ini adalah Perpustakaan SMP Negeri 19

Semarang.

5. Sumber belajar dalam penelitian ini adalah perpustakaan sekolah yang

(19)

dapat digunakan siswa untuk mempermudah dalam mencapai tujuan

belajarnya.

6. Jam perpustakaan adalah suatu program Pembiasaan Perpustakaan yang

merupakan kebijakan yang dibuat oleh SMP Negeri 19 Semarang, dengan

setiap siswa diwajibkan berkunjung ke perpustakaan satu jam setiap minggu

(20)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1

Definisi

2.1.1 Definisi Persepsi

Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,

mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses

tersebut mempengaruhi perilaku kita (Mulyana, 2001: 167). Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal

melalui panca inderanya (Alwi, 2008: 863). Menurut Suwarno (2009: 52),

persepsi merupakan suatu proses membuat penilaian atau membangun kesan

mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan

seseorang. Sedangkan Walgito (1989: 69) mendefinisikan persepsi adalah suatu

proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses

diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses

sensoris.

Stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Selain

stimulus, faktor yang berperan dalam persepsi, yang menjadi syarat terjadinya

persepsi yaitu objek atau stimulus yang dipersepsi; alat indera dan syaraf-syaraf

serta pusat susunan syaraf, yang merupakan syarat fisiologis; dan perhatian yang

(21)

Persepsi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu persepsi benda dan

persepsi sosial. Persepsi benda, objek stimulusnya merupakan suatu hal atau

benda yang nyata dan dapat diraba, dirasakan dan dapat diindera secara langsung.

Sedangkan persepsi sosial stimulusnya tidak bisa diraba, dirasakan, dan hanya

dapat ditangkap melalui sejumlah petunjuk, misalnya motif, emosi, sikap, dan

lainnya (Suwarno, 2009: 52).

Hasil dari persepsi bisa berupa tanggapan atau penilaian yang berbeda dari

individu. Persepsi pemustaka perlu diketahui oleh perpustakaan untuk melihat

apakah koleksi nonfiksi di perpustakaan sudah memenuhi kebutuhan dan harapan

pemustaka.

2.1.2 Definisi Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah,

baik sekolah dasar, menengah, maupun sekolah menengah umum. Tujuan

perpustakaan sekolah diselenggarakan di sekolah adalah untuk menunjang

program belajar mengajar di sekolah tersebut. Menurut Rahayuningsih (2007:6),

perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang melayani para siswa, guru, dan

karyawan pada suatu sekolah tertentu.

Sementara itu menurut Lasa (2007: 21) menyatakan bahwa perpustakaan

merupakan sistem informasi yang di dalamnya terdapat aktivitas pengumpulan,

pengolahan, pengawetan, pelestarian, penyajian, dan penyebaran informasi.

Sulistyo-Basuki (1993: 50) mendefinisikan perpustakaan sekolah merupakan

perpustakaan yang tergabung pada sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya oleh

(22)

mencapai tujuan khusus sekolah dan tujuan pendidikan pada umumnya.

Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada dalam suatu sekolah yang

kedudukan dan tanggung jawabnya kepada kepala sekolah; yang melayani sivitas

akademika sekolah yang bersangkutan (Surachman, 2007: 2).

Keberadaan perpustakaan sekolah diharapkan berfungsi sebagai media

pendidikan, tempat belajar, penelitian sederhana, pemanfaatan teknologi

informasi, kelas alternatif, dan sumber informasi (Lasa , 2007: 13).

Ada beberapa fungsi perpustakaan menurut Bafadal (2008: 6) yaitu,

1. Fungsi edukatif, yaitu perpustakaan sekolah menyediakan buku-buku fiksi

maupun nonfiksi. Adanya buku-buku tersebut dapat membiasakan murid-murid

belajar mandiri tanpa bimbingan guru, baik secara individu maupun

berkelompok.

2. Fungsi informatif, yaitu perpustakaan sekolah bukan hanya menyediakan

bahan pustaka buku tetapi juga menyediakan bahan pustaka non buku (non material) seperti majalah, buletin, surat kabar, pamflet, guntingan artikel, peta, bahkan dilengkapi juga dengan alat-alat pandang-dengar seperti overhead

proyektor, LCD, televisi, tape recorder dan sebagainya.

3. Fungsi tanggung jawab administrasi, yaitu fungsi ini tampak pada kegiatan

sehari-hari di perpustakaan sekolah. Kegiatan peminjaman dan pengembalian

buku selalu dicatat oleh guru pustakawan, setiap murid yang masuk harus

menunjukkan kartu anggota perpustakaan dan selalu mengisi pada buku daftar

(23)

4. Fungsi riset, yaitu adanya bahan pustaka yang lengkap, murid-murid dan

guru-guru dapat melakukan riset dengan mengumpulkan data atau keterangan yang

diperlukan.

5. Fungsi rekreatif, yaitu perpustakaan sekolah dapat dijadikan sebagai tempat

mengisi waktu luang.

Menurut Darmono (2007: 5) menyatakan secara umum perpustakaan

mengemban beberapa fungsi yaitu: fungsi informasi, fungsi pendidikan, fungsi

kebudayaan, fungsi rekreasi, fungsi penelitian, fungsi deposit.

2.1.3 Definisi Koleksi

Koleksi atau bahan pustaka merupakan modal awal bagi terselenggaranya

perpustakaan. Pada umumnya masyarakat datang ke perpustakaan karena

membutuhkan sumber informasi yang terdapat pada bahan pustaka. Begitu pula

pada perpustakaan sekolah, bahan pustaka sangat dibutuhkan untuk menunjang

belajar mengajar di sekolah. Bahan pustaka adalah bahan pustaka yang masuk

atau diterima oleh perpustakaan baik berupa hasil karya seseorang maupun

sekelompok orang/ badan/ lembaga yang diwujudkan dalam bentuk tercetak dan

terekam. Hasil karya ini juga disebut dengan istilah karya cetak dan karya rekam

(Perpustakaan RI, 1996: 29).

Bahan pustaka yang merupakan wadah informasi menurut bentuk fisiknya

ada berbagai macam, seperti: bagan, bentuk mikro, berkas komputer, bola dunia

(globe), buku, film, foto udara, gambar, kartu peraga, peta, piringan hitam, pita

gulung, poster, rekaman video, slide, dan lain-lain (Soeatminah, 1992: 23).

(24)

terbitan cetakan dengan ketebalan paling sedikit 48 halaman tidak termasuk kulit

maupun jaket buku (Sulistyo-Basuki, 1991: 8). Buku merupakan alat komunikasi

untuk menyampaikan informasi berjangka panjang dan paling berpengaruh

kepada perkenbangan budaya manusia.

2.2

Sumber Belajar dan Pembelajaran

2.2.1 Sumber Belajar

2.2.1.1 Definisi Sumber Belajar

Segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana kegiatan belajar,

dinamakan sumber belajar. Sumber belajar adalah wujud fisik dari teknologi

perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan pembelajaran. Menurut Sanjaya

(2008: 174), sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh

siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan

yang hendak dicapai.

AECT (Asssociation of Education and Communication Technology) dalam Darmono (2007: 6) mendefinisikan sumber belajar merupakan berbagai sumber

baik berupa data, orang, atau wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam

belajar, baik yang digunakan secara terpisah maupun secara terkombinasi

sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.

Berdasarkan dua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sumber belajar

adalah segala sesuatu baik berupa data, orang, atau wujud tertentu yang dapat

dimanfaatkan siswa untuk kepentingan proses belajar sehingga dapat

mempermudah siswa mencapai tujuan belajarnya. Sumber belajar sangat

(25)

diperlukan sesorang dalam mengembangkan berbagai kompetensi yang diinginkan

pada bidang studi atau mata pelajaran yang dipelajarinya.

2.2.1.2 Jenis Sumber Belajar

Mengacu pada definisi sumber belajar di atas, AECT (Asssociation of Education and Communication Technology) membedakan sumber belajar menjadi dua jenis yaitu:

1. Sumber belajar yang dirancang atau sengaja dibuat untuk digunakan dalam

kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

2. Sumber belajar yang tidak dirancang atau tidak disengaja dibuat terlebih

dahulu tetapi langsung dipakai guna kepentingan pengajaran.

2.2.2 Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses untuk seseorang menjadi makhluk yang

belajar. Menurut Mohamad Surya (2004: 7), pembelajaran ialah suatu proses yang

dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran harus memiliki perencanaan atau

perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai satu sumber

belajar, tetapi mereka juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang

dipakai, seperti perpustakaan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

(26)

Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah bahwa pembelajaran

mengandung arti: terjadinya proses interaksi; ada pendidik; ada peserta didik; ada

sumber belajar; terjadi dalam lingkungan belajar.

Dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa prinsip yang menjadi landasan. Beberapa prinsip tersebut adalah:

a. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu ialah adanya perubahan perilaku dalam diri individu. Artinya seseorang yang telah mengalami pembelajaran akan berubah perilakunya, tetapi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran.

b. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah meliputi semua aspek perilaku yaitu aspek kognitif, konatif, afektif atau motorik.

Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ketiga ini mengandung makna

bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan. Di

dalam aktivitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan

terarah (Surya, 2004: 8-9).

2.3

Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi sebagai Sumber Belajar di

Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah diselenggarakan bukan hanya bertujuan untuk menyimpan

(27)

dan guru untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dalam proses belajar mengajar.

Perpustakaan sekolah akan tampak bermanfaat apabila benar-benar memperlancar

pencapaian tujuan proses belajar mengajar di sekolah. Indikasi manfaat tersebut

tidak hanya berupa tingginya prestasi siswa, tetapi lebih jauh lagi adalah siswa

mampu mencari, menemukan, menyaring dan menilai informasi, siswa terbiasa

belajar mandiri, siswa terlatih ke arah tanggung jawab, siswa selalu mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya. Dari penjelasan

singkat di atas, maka akan ditemukan 2 kultur pemanfaatan sumber belajar

perpustakaan sekolah yang berupa karakteristik pemanfaatan bahan pustaka dalam

bentuk tercetak dan noncetak. Bahan pustaka berbentuk cetak yang biasa

digunakan adalah bahan pustaka buku.

Jenis-jenis bahan pustaka yang dapat diadakan untuk perpustakaan adalah

bahan pustaka dalam bentuk tercetak. Bahan pustaka tercetak meliputi buku,

majalah, jurnal, tabloid dan surat kabar (Rahayuningsih, 2007: 13-14). Koleksi

perpustakaan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan kriteris dan

jenis sebuah perpustakaan (Sutarno, 2004: 66). Perpustakaan sekolah harus

menyediakan bermacam-macam bahan pustaka, baik yang berupa buku maupun

bukan berupa buku (nonbook material). Koleksi perpustakaan adalah koleksi yang disediakan berhubungan dengan mata pelajaran.

Di perpustakaan sekolah, bahan pustaka yang banyak dikoleksi adalah buku,

terutama buku nonfiksi karena buku-buku tersebut digunakan pemustaka sebagai

buku pendamping belajar. Selain buku nonfiksi, perpustakaan sekolah juga

(28)

Kebiasaan membaca pada pelajar dan anak-anak tergolong sangat rendah.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun

2006, bahwa masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai

sumber utama dalam mendapatkan informasi. Masyarakat Indonesia yang

menjadikan membaca sebagai sumber informasi baru sekitar 23,5%, sedangkan

yang menonton televisi 85,9%, dan mendengarkan radio 40,3%. (Febriyanto,

2009: 9). Padahal membaca sangat penting, karena dapat meningkatkan wawasan

dan ilmu pengetahuan seseorang. Pembiasaan membaca sejak dini sangat

menentukan budaya membaca pada masyarakat. Kegiatan membaca yang

dilakukan secara benar dan efektif dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang

yang kemudian akan menjadi suatu budaya atau kebiasaan membaca bagi dirinya.

Oleh karena itu, beberapa tahun lalu pemerintah mencanangkan bulan buku,

bahasa, gemar membaca atau bulan aksara. Hal ini bertujuan agar masyarakat

membiasakan pemakaian bahasa yang baik dan membudayakan gemar membaca.

Perpustakaan sekolah merupakan salah satu tempat meningkatkan wawasan dan

ilmu pengetahuan bagi siswa. Sebuah perpustakaan sekolah berperan penting

dalam tujuan pembudayaan gemar membaca, karena selain sebagai proses belajar

mengajar di sekolah, perpustakaan memiliki segudang informasi yang dapat

merangsang minat baca siswa.

Faktor yang dapat membangkitkan minat baca menurut Sutarno (2006: 29),

yaitu:

1. Rasa ingin tahu yang tinggi atas fakta, teori, prinsip, pengetahuan, dan

(29)

2. Keadaan lingkungan fisik yang memadai

3. Keadaan lingkungan sosial yang lebih kondusif

4. Rasa haus informasi, rasa ingin tahu, terutama yang aktual

5. Berprinsip bahwa membaca merupakan kebutuhan rohani

Kelima faktor di atas berkaitan dengan perilaku dan motivasi dari pemustaka.

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

lingkungan (Alwi, 2008: 859). Agar siswa dapat terangsang untuk membaca,

perpustakaan perlu melakukan inovasi dalam hal pengadaan koleksi maupun

dalam hal layanan perpustakaan.

Sedangkan motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang

secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan

tertentu (Alwi, 2008: 756). Pada beberapa orang, minat baca tidak datang dengan

sendirinya, ada yang butuh dorongan untuk membaca. Di sekolah-sekolah telah

diadaakan suatu program pembiasaan perpustakaan, hal ini dapat memotivasi para

siswa untuk datang ke perpustakaan dan membaca buku meskipun hanya karena

tugas. Namun hal ini dapat menjadi budaya dan kebiasaan pada diri siswa.

Motivasi belajar siswa merupakan hal yang penting bagi pencapaian prestasi

belajar siswa. Menurut Muhibbin Syah (2009: 153), motivasi dapat dibedakan

menjadi dua macam yaitu:

1. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa

(30)

motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya

terhadap materi tersebut.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan hal da keadaan yang datang dari luar diri siswa

yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Contohnya adalah

pujian dan hadiah, tata tertib sekolah, guru, orang tua dan seterusnya.

Kurangnya motivasi baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik pada

siswa, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses

belajar baik di sekolah maupun di rumah. Sebaliknya, dengan adanya motivasi

belajar, siswa akan bersemangat dalam belajar dan haus akan ilmu pengetahuan.

Jika sudah demikian, maka bukan tidak mungkin akan terjadi pemanfaatan

koleksi.

Menurut Hamsah B.Uno (2011: 23), hakikat motivasi belajar adalah hasrat

internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan

perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator yang

mendukung. Indikator tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

d. Adanya penghargaan dalam belajar

(31)

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa

dapat belajar dengan baik.

Pemanfaatan koleksi perpustakaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor

eksternal.

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang

meliputi kebutuhan dan minat. Pawit M Yusuf (1995: 6) menyatakan bahwa

setiap indivisu memiliki perbedaan dalam kebutuhan informasinya. Sedangkan

dalam dunia perpustakaan, kebutuhan pemustaka akan informasi berbeda-beda

sesuai dengan latar belakang pencari informasi.kebutuhan dalam penelitian ini

adalah kebutuhan pemustaka pada koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar di

sekolah.

Selain kebutuhan, minat juga termasuk dalam faktor internal. Minat adalah

kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2008: 916). Minat merupakan motivasi untuk mendorong seseorang

melakukan apa yang dia inginkan.

2. Faktor Eksternal

Faktor kedua adalah faktor eksternal. Faktor ini merupakan faktor yang berasal

dari luar individu, misalnya faktor lingkungan atau faktor orang. Dalam

perpustakaan faktor eksternal meliputi kondisi fisik perputakaan seperti

(32)

petugas yang melayani pemustaka, dan ketersediaan fasilitas menemuan

kembali informasi.

Menurut Latif Nasution (2011: 3) terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi pemanfaatan koleksi perpustakaan sekolah yaitu:

a. Minat Siswa

Faktor ini sangat menentukan pemanfaatan koleksi di perpustakaan sekolah,

karena adanya pendorong dalam diri siswa untuk memanfaatkan

perpustakaan sekolah demi kelancaran studinya.

b. Tenaga Pengelola

Faktor ini sangat berperan menentukan berhasil tidaknya sebuah

perpustakaan. Oleh karena itu, penyelenggara dan pengelola harus

menyadari kepentingan dan kedudukan perpustakaan bagi pelajar,

memahami keperluan siswa dan kemudian menguasai liku-liku kegiatan dan

pekerjaan perpustakaan itu sendiri.

c. Koleksi Perpustakaan

Koleksi perpustakaan sebenarnya sangat erat kaitannya dengan maksud

didirikannya perpustakaan sekolah. Maka tentunya perpustakaan harus dapat

menyediakan koleksi yang menunjang pengajaran yang dilaksanakan di

sekolah.

d. Motivasi Guru

Motivasi guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi, karena

(33)

perpustakaan dalam aktivitas belajarnya akan memacu siswa untuk

meningkatkan aktivitas belajarnya.

e. Gedung dan Fasilitas Perpustakaan.

Keadaan gedung perpustakaan dan fasilitas perpustakaan yang baik akan

mendorong siswa untuk berkunjung ke perpustakaan.

2.4

Jenis-jenis Koleksi

2.4.1 Berdasarkan Bentuknya

Berdasarkan bentuknya, koleksi dapat berupa bahan pustaka cetak dan noncetak.

Menurut Soeatminah (1992: 23-25), Jenis-jenis koleksi cetak adalah sebagai

berikut, buku teks atau monografi, buku fiksi, majalah, surat kabar, brosur atau

pamflet, buku referensi.

Sedangkan koleksi noncetak antara lain mikrofis, film mikro, kaset, piringan

hitam, dan CD-room (Lasa , 2007: 60).

2.4.2 Berdasarkan Isinya

Berdasarkan isinya, koleksi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu,

1. Buku Fiksi

Buku fiksi adalah buku yang berisi cerita rekaan, tidak nyata, contohnya:

cerita pendek, cerita rakyat, novel, roman, dan lain-lain (Soeatminah, 1992:

23).

(34)

Buku nonfiksi adalah buku-buku ilmu pengetahuan. Buku nonfiksi berisi

pengetahuan yang memuat hasil pemikiran dan pengamatan seseorang yang

dituangkan dalam bentuk karya cetak seperti buku teks, bibliografi, buku

referensi (Yulia, 1993: 4). Menurut Yusuf (1995: 290) buku nonfiksi adalah

buku yang pembahasannya berdasarkan fakta atau kenyataan. Sedangkan

menurut Bafadal (1992: 27), buku nonfiksi adalah buku ilmu pengetahuan

yang memuat hasil pemikiran dan pengamatan seorang pengarang yang

dituangkan dalam bentuk karya cetak. Bisa disimpulkan bahwa buku nonfiksi

disusun berdasarkan kajian keilmuan atau berasal dari pengalaman si penulis

buku dan berdasarkan data-data nyata atau fakta yang ada dan bisa diuji

kebenaranya. Contoh buku nonfiksi, antara lain buku biografi, buku

pendamping, buku literatur, buku motivasi.

2.5

Penelitian Sebelumnya

Berkaitan dengan penelitian tentang pemanfaatan koleksi perpustakaan, Media

Novia Sari dalam penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Koleksi Monograf dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pemakai di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta” tahun 2005 menyimpulkan bahwa frekuensi pemanfaatan pada subjek agama (200) dan karya fiksi berjumlah 32 (16,2%) dari seluruh

pemanfaatan sebanyak 197 (100%). Dari hasil tersebut jelas bahwa koleksi

monograf di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta belum sepenuhnya

dimanfaatakn secara merata pada subjek tertentu.

(35)

Petompon 05-06-07 Semarang Tahun 2007” menyimpulkan bahwa pemanfaatan koleksi perpustakaan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SD

Petompon 05-06-07 Semarang Tahun 2007, pada kenyataanya menunjukkan

adanya peningkatan prestasi belajar siswa siswa sebanyak 17,90%.

Mahyum Effendi dalam penelitian “Pemanfaatan Koleksi Buku Teks Pelajaran pada Perpustakaan Sekolah dalam Kegiatan Belajar Mengajar Siswa Kelas VIII MTS Negeri Karangawen Demak Tahun 2010” menyimpulkan bahwa tingkat pemanfaatan koleksi buku teks pelajaran dengan cara meminjam di

perpustakaan mempunyai prosentase sebesar (42,85%). Koleksi buku teks

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

Suatu penelitian membutuhkan data-data yang relevan, lengkap dan objektif untuk

mendapatkan kebenaran sesungguhnya tentang objek penelitian yang sedang

diteliti agar dapat memecahkan masalah dan tidak menjadi rancu atau terjadi

kesalahan dalam memaparkan materi. Maka dari itu, suatu penelitian memerlukan

metode penelitian.

3.1

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang

menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, maupun tindakan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata (Moleong, 2010: 6).

3.2

Objek dan Subjek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah persepsi pemustaka pada pemanfaatan koleksi

nonfiksi perpustakaan sebagai sumber belajar di SMP Negeri 19 Semarang.

(37)

3.3

Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif

berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil

kajianya tidak akan diberlakukan pada populasi tetapi ditransferkan ke tempat lain

pada situasi sosial dalam kasus yang dipelajari (Sugiyono, 2010: 50).

Dalam penelitian ini informannya adalah siswa SMP Negeri 19 Semarang

yang berkunjung ke perpustakaan dan memanfaatkan koleksi nonfiksi

perpustakaan. Untuk menentukan informan, peneliti memiliki beberapa

pertimbangan sebagai berikut:

1. Siswa yang sering berkunjung ke Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang.

2. Siswa yang sering meminjam koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19

Semarang.

3. Siswa yang benar-benar memanfaatkan koleksi nonfiksi sebagai sumber

belajar.

Pada tahap ini, peneliti mengobservasi selama beberapa hari sebelum menentukan

informan yang sesuai kriteria.

Jumlah informan yang diambil peneliti dalam penelitian ini adalah 5 (lima)

informan dengan kriteria yang telah ditentukan. Informan-informan tersebut

(38)

3.4

Jenis dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Data merupakan suatu informasi yang belum diolah yang dapat dimanfaatkan

sebagai alat pemahaman terhadap suatu hal. Menurut Lofland dalam Moleong

(2010: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Jenis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif yaitu

pendapat seseorang.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah sumber data yang diperoleh dari

pengamatan atau dari wawancara, selebihnya merupakan sumber data berupa

dokumen dan foto. Menurut Sangadji (2010: 43) sumber data adalah subjek

penelitian tempat data menempel berupa benda, gerak, manusia, tempat dan

sebagainya. Sumber data dalam penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu,

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan. Dalam

penelitian ini, data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan

para informan yaitu pemustaka Perpustakaan SMP Negeri19 Semarang dan

observasi langsung pada subjek penelitian di tempat penelitian selama

(39)

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang bersumber dari buku atau informasi

melalui media perantara. Menurut Sangadji (2010: 44) data sekunder

merupkan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui

media perantara (diperoleh dan dicatat oleh orang lain). Data sekunder dalam

penelitian ini adalah statistik kunjungan pemustaka ke perpustakaan.

3.5

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan proses pengumpulan data atau bukti tentang

objek penelitian. Salah satu penentu dari baik dan buruknya hasil dari

pengumpulan data adalah cara pendekatan dan cara pengumpulan data.

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini,

yaitu:

3.5.1 Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara

dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan

interview guide atau panduan wawancara (Nazir, 1988: 234). Melalui teknik ini peneliti bertujuan memperoleh data secara langsung dari sumber data yaitu

pemustaka Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. Peneliti mewawancarai 5

(lima) informan yang merupakan siswa kelas VIII dan kelas IX.

(40)

a. Persepsi pemustaka pada manfaat koleksi nonfiksi di perpustakaan. Apakah

buku nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang bermanfaat

membantu dan memudahkan siswa dalam menambah sumber belajar atau

tidak.

b. Persepsi pemustaka pada tujuan pemanfaatan koleksi nonfksi di perpustakaan.

Apakah pemustaka terpaksa meminjam karena tugas dari guru atau karena

keinginannya sendiri untuk menambah ilmu pengetahuan.

c. Motivasi pemustaka memanfaatkan koleksi nonfiksi perpustakaan.

3.5.2 Dokumentasi

Metode dokumentasi dipakai untuk mengumpulkan data dari sumber-sumber

dokumen yang mendukung. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah

berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang (Sugiyono, 2010: 82).

Dalam penelitian ini, penerapan dokumentasi yang dilakukan dengan cara

membaca buku-buku ilmu pengetahuan, catatan, dokumen tertulis, literatur, yang

berhubungan dengan objek penelitian. Peneliti juga mempelajari penelitian

sebelumnya untuk menjadi acuan penelitian ini. Selain itu peneliti membaca dan

mencatat tingkat kunjungan di perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang mulai dari

(41)

3.6

Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data merupakan teknik analisis data. Analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara dan catatan lapangan dengan cara mengorganisir data ke dalam

kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih nama yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri-sendiri maupun orang lain

(Sugiyono, 2010: 244).

Tahapan analisis data dalam penilitian ini, adalah

a. Memahami data yang diperoleh dari lapangan. Hasil wawancara dengan

informan dan catatan lapangan.

b. Mengklasifikasi data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan

dan catatan lapangan. Dalam hal ini peneliti memilah antara data yang sesuai

dengan tema masalah dan data yang tidak sesuai.

c. Mengolah data dari hasil wawancara yang dimaksudkan untuk mendapatkan

inti jawaban dari pertanyaan yang diberikan.

3.7

Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian dilakukan dengan tujuan agar dapat

menghasilkan temuan dan interpretasi data yang absah dan dapat diterima oleh

semua pihak. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas empat kriteria,

(42)

kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability) (Moleong, 2008: 324).

Menurut Sugiyono (2010: 147) ada empat uji keabsahan data, yaitu uji

kredibilitas data (validasi internal), uji dependabilitas (reliabilitas) data, uji

transferabilitas (validasi eksternal/generalisasi), dan uji konfirmabilitas

(objektinitas). Dalam penelitian ini peneliti melakukan uji kredibilitas data.

Fungsi dari pengujian ini adalah untuk melaksanakan pemeriksaan sedemikian

rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan kita dapat dicapai dan

mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penelitian kita dengan jalan

pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang diteliti (Moleong, 2010: 324).

Ada tujuh jenis teknik pengujian kredibilitas, yaitu perpanjangan pengamatan,

meningkatkan ketentuan, trigulasi, diskusi dengan teman sejawat, member check, analisis kasus negatif, dan menggunakan bahan referensi.

Namun, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan trigulasi saja.

Triangulasi adalah teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain untuk keperluan atau sebagai pembanding terhadap data itu

(Moleong, 2010: 330). Trigulasi merupakan teknik untuk memeriksa kembali

hasil penelitian dengan cara membandingkannya dengan berbagai sumber,

metode, atau teori yang telah ada sebelumnya. Dalam penelitian ini

mempertimbangkan pemakaian jenis triangulasi yang tepat sesuai kondisi di

lapangan. Peneliti tidak mungkin menggunakan semua jenis bersamaan. Ada tiga

(43)

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber merupakan teknik trigulasi yang dilakukan dengan

memeriksa data yang didapatkan melalui berbagai sumber (Prastowo, 2011:

269). Pada penelitian ini, data diperoleh dari informan (pemustaka) dan petugas

perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. Data tersebut dianalisis dan

menghasilkan suatu kesimpulan. Kemudian dimintakan kesepakatan (member check) dengan sumber data.

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik merupakan teknik trigulasi yang digunakan untuk meguji

kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda (Prastowo, 2011: 270). Dalam

penelitian ini, peneliti memperoleh data melalui wawancara, kemudian dicek

melalui observasi. Apabila ada perbedaan, maka dilakukan diskusi lebih lanjut

untuk memastikan data mana yang paling benar.

c. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu merupakan teknik trigulasi yang dilakukan dengan cara

melakukan pengecekan melakukan wawancara, observasi, atau teknik lain

dalam waktu dan situasi yang berbeda (Prastowo, 2011: 270). Waktu juga

sering mempengaruhi kredibiltas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik

wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak

masalah, akan lebih valid sehingga lebih kredibel. Pengumpulan data dalam

(44)

diketahui apakah narasumber memberikan data yang sama atau berbeda kepada

(45)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN SMP NEGERI 19

SEMARANG

4.1

Deskripsi Lokasi

SMP Negeri 19 Semarang berdiri tahun 1977 dengan nama awal SMP Borobudur

Semarang. Pengambilan nama ini disesuaikan dengan tempat berdirinya yaitu di

jalan Borobudur Selatan. Seiring dengan perkembangan waktu, perhatian

pemerintah pusat dalam hal ini adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

maka sekolah ini diubah namanya menjadi SMP Negeri Manyaran. Sejak tahun

1982 dan sampai sekarang SMP Negeri Manyaran berganti nama menjadi SMP

Negeri 19 Semarang. Sejak berdiri sampai sekarang SMP Negeri 19 Semarang

banyak mengalami perubahan dan pergantian kepala sekolah. SMP Negeri 19

Semarang sampai saat ini sudah mengalami pergantian delapan kali dan sejak

Oktober 2012 yang menjabat sebagai kepala sekolah adalah Bapak Muhammad

Ahsan, S.Ag, M.Kom. Sejak tahun 2008 SMP Negeri 19 Semarang sudah

mengajukan sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN). SMP Negeri 19 Semarang

terletak di sebelah barat kota Semarang. Tepatnya di Jl. Abdulrahman Saleh

Manyaran Semarang Telp. (024) 7607932, memiliki 48 guru dan 19 karyawan

serta 929 siswa.

SMP Negeri 19 mempunyai gedung perpustakaan dengan luas bangunan 251

(46)

terletak di samping Ruang Multimedia, situasi tenang, mudah dijangkau oleh

pemustaknya dan ditangani oleh 4 tenaga yang terlatih.

Keadaan gedung yang teratur membuat aktivitas di perpustakaan dapat

berjalan lancar. Sirkulasi udara cukup baik, begitupula dengan penerangan

ruangannya. Letak gedung perpustakaan yang cukup strategis dengan cukupnya

sinar matahari yang masuk dalam ruangan dan sirkulasi udara yang baik, serta

situasiyang tidak terlalu ramai, membuat pemustaka nyaman berada di

perpustakaan.

Setiap awal tahun pelajaran, Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang

melaksanakan program kerja seperti pengadaan dan pengolahan koleksi,

pengerjaan administrasi, dan lain sebagainya demi mencapai tujuan perpustakaan.

Pengelola perpustakaan juga melakukan promosi dengan mengenalkan

koleksi-koleksi yang dimiliki perpustakaan dan memberikan bimbingan minat baca pada

siswa baru.

Pengelola perpustakaan bersama guru Bahasa Indonesia bekerjasama untuk

membiasakan para siswa berkunjung ke perpustakaan dengan cara mengajak

siswa berkunjung ke perpustakaan saat jam pelajaran minimal satu jam setiap

minggunya. Kegiatan yang dilakukan bermacam-macam tergantung dari guru

(47)

Kepala Sekolah

Kepala Perpustakaan

Bagian Administrasi Bagian Teknis

Bagian Pelayanan 4.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang adalah Ibu Nunik

Iswati, S.pd sebagai kepala perpustakaan, bagian teknis Ibu Sri Haryuni, Bagian

Pelayanan Bp. Sumarlan, dan Bagian Administrasi Ibu Dewi.

STRUKTUR ORGANISASI PERPUSTAKAAN SMP Negeri 19 Semarang

Gambar 1. Struktur Organisasi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang

4.3 Visi dan Misi

VISI :“BERPRESTASI, BERBUDI PEKERTI LUHUR DAN

BERKEPRIBADIAN MANTAP “

MISI :

1. Meningkatkan prestasi bidang akademik

2. Meningkatkan prestasi bidang olah raga dan seni

(48)

4. Menumbuhkan rasa ikut handarbeni sekolah, sehingga dapat

menjaga kebersihan, keindahan dan keamanan sekolah

5. Menerapkan menejemen partisipatif dengan melibatkan seluruh

warga sekolah dan komite sekolah

4.4

Koleksi

Koleksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang pada tahun pelajaran

2012/2013 terdiri dari koleksi cetak dan koleksi noncetak. Koleksi cetak terdiri

dari koleksi referensi, nonfiksi, fiksi, buku teks utama, majalah 5 judul (Penyebar

Semangat, Joyo Boyo, Trubus, Hello, Bola), surat kabar 2 judul (Kompas, Suara

Merdeka). Sedangkan koleksi noncetak terdiri dari CD pembelajaran 88 judul

dengan jumlah 247 keping yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu. Rincian

koleksi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1:

Jumlah koleksi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang

Koleksi Judul Eksemplar

Referensi 1406 4394

Nonfiksi 1597 5374

Fiksi 788 2376

Buku Teks Utama 155 24236

(49)

Sumber: Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang

Berikut ini adalah daftar rincian koleksi nonfiksi dan koleksi referensi yang

masuk buku induk perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang tahun ajaran

2012/2013 berdasarkan nomor klasifikasinya:

Tabel: 2

Daftar koleksi nonfiksi dan koleksi referensi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang

No. Klas Subjek

Jumlah

Judul Eksemplar

1. 000 Karya Umum 210 395

2. 100 Filsafat 63 85

3. 200 Agama 271 1095

4. 300 IPS 736 1295

5. 400 Bahasa 245 1698

6. 500 Ilmu Murni 350 2151

Surat Kabar 2 -

(50)

7. 600 Teknologi 365 397

8. 700 Kesenian, Hiburan, Olah

Raga

275 651

9. 800 Kesusastraan 191 502

10. 900 Sejarah Ilmu Bumi 355 960

Sumber: Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang

Koleksi buku nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang bervariatif

meskipun kurang up to date. Banyak koleksi yang seharusnya sudah kuno dan informasinya sudah ketinggalan jaman, namun masih dilayankan. Pengadaan

koleksi nonfiksi selalu diupayakan oleh perpustakaan setiap tahunnya, namun

kendala biaya selalu menjadi penghambat. Sehingga pengadaannya juga kurang

maksimal beberapa tahun belakangan. Saat ini penambahan koleksi buku di

perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang masih bergantung pada sumbangan dari

pemerintah, siswa, dan guru. Kebanyakan siswa menyumbang buku ke

perpustakaan sebagai hukuman yang diberikan oleh guru.

Kebanyakan pemustaka memanfaatkan koleksi buku nonfiksi di Perpustakaan

SMP Negeri 19 Semarang karena adanya tugas dari guru bidang studi. Buku-buku

yang dipinjam hanya boleh dipinjam selama di sekolah dan tidak boleh dibawa

pulang. Kebanyakan buku yang dipinjam adalah buku-buku Ilmu Pengetahuan

Alam, terutama buku biologi dan fisika. Di bawah ini merupakan daftar

(51)

Tabel: 3

Daftar peminjaman buku nonfiksi Semester 1 tahun ajaran 2012/2013

No. Nomor Klas Subjek Jumlah Peminjaman

1. 000 Karya Umum 2

Sumber: Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang

4.5

Sarana dan Prasarana

Perabot yang dimiliki Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang antara lain: meja

baca 6 buah, kursi baca 48 buah, rak buku 6 buah, almari buku referens 4 buah,

almari buku katalog 1 buah, papan pengumuman 1 buah, rak koran 2 buah, rak

majalah 2 buah, papan pamer 1 buah, meja baca perorangan (study carrel) 4 buah, tempat penitipan 1 buah, jam penitipan 1 buah, taman baca, komputer 4 unit (1

unit digunakan sebagai absensi pengunjung, 1 unit digunakan sebagai otomasi

perpustakaan, 1 unit untuk internet, dan 1 unit untuk kegiatan administrasi

perpustakaan). Selain itu memiliki 1 CCTV, 1 Tv 14 Inch, 1 TV 29 Inch, 1 buah

VCD Player, 1 buah DVD (radio, Tape), 1 buah LCD, dan seperangkat alat dengar

(52)

4.6

Pemustaka

Pemustaka di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang adalah siswa-siswi, guru,

karyawan, dan seluruh civitas akademika SMP Negeri 19 Semarang.

Karena adanya pembiasaan perpustakaan, pihak sekolah memberikan

tanggung jawab kepada guru-guru Bahasa Indonesia untuk mengajak

siswa-siswinya belajar di perpustakaan minimal satu jam tiap minggunya. Tidak hanya

berkunjung, namun siswa-siswi juga diberikan tugas-tugas yang berkaitan dengan

kurikulum. Maka dari itu, kunjungan pemustaka ke perpustakaan tergolong tinggi.

Meskipun demikian, selama tiga tahun ini siswa belum bisa meminjam buku

untuk dibaca di rumah, hanya diperbolehkan meminjam selama berada di sekolah.

Hal ini dikarenakan pihak sekolah dan perpustakaan belum memberikan kartu

anggota perpustakaan kepada siswa. Sehingga siswa hanya bisa membaca di

perpustakaan.

Berikut ini adalah tabel jumlah pengunjung Perpustakaan SMP Negeri 19

Semarang pada Tahun Pelajaran 2011/2012:

Tabel: 4

Jumlah Pengunjung Perpustakaan Tahun Pelajaran 2012/2013

No Semester 1 Jumlah Pengunjung Semester 2 Jumlah Pengunjung

1 Juli 3990 Januari 4881

2 Agustus 5600 Pebruari 3619

(53)

4 Oktober 3515 April 2246

5 Nopember 4112 Mei 1986

6 Desember 4221 Juni 1171

Jumlah 25.403 Jumlah 17.109

Sumber: Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang

4.7

Prestasi

Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang merupakan salah satu perpustakaan

yang berprestasi. Perpustakaan ini pernah meraih juara dalam beberapa

Lomba Perpustakaan pada tahun 2006 dan 2007, mulai tingkat Kota sampai

tingkat Provinsi. Prestasi yang pernah diraih Perpustakaan SMP Negeri 19

Semarang, yaitu:

1. Juara I Lomba Perpustakaan Tingkat Kota Semarang tahun 2006.

2. Juara I Lomba Perpustakaan Tingkat Eks Karisidenan Semarang

tahun 2006.

3. Juara III Lomba Perpustakaan Tingkat Jawa Tengah tahun 2006.

(54)

BAB V

HASIL PENELITIAN

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara dan catatan lapangan dengan cara mengorganisir

data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih nama yang penting dan yang akan dipelajari,

dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri-sendiri maupun

orang lain (Sugiyono, 2009: 244).

Pada sub bab berikut membahas hasil penelitian berdasarkan pengamatan atau

observasi, wawancara maupun dokumentasi, kemudian dilakukan teknik analisis

deskriptif terhadap motivasi pemanfaatan koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar di SMP

Negeri 19 Semarang sehingga diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemustaka

dalam memanfaatkan koleksi nonfiksi perpustakaan.

5.1

Kriteria Informan

Informan dalan penelitian kualitatif ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu.

Peneliti menentukan beberapa pertimbangan dalam menentukan informan. Jumlah

informan yang diambil peneliti dalam penelitian ini adalah 5 (lima) informan

dengan kriteria sebagai berikut:

1. Siswa yang sering berkunjung ke Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang.

2. Siswa yang sering meminjam koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19

(55)

3. Siswa yang benar-benar memanfaatkan koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar.

Berdasarkan kriteria tersebut di atas peneliti akan lebih mudah dalam menentukan

pemustaka yang akan dijadikan informan. Peneliti memilih lima pemustaka yang terdiri

dari siswa kelas VIII dan kelas IX di SMP Negeri 19 Semarang sebagai informan dalam

penelitian, yaitu:

Table: 5

Daftar Informan

NO NAMA KELAS JENIS

KELAMIN

1. Novia Monicasari IX-A Perempuan

2. Vada Annisa IX-A Perempuan

3. Ajiyoko IX-E Laki-laki

4. Bella Isahara VIII-E Perempuan

5. Dinda Putri Astria VIII-C Perempuan

5.2

Analisis Penelitian

5.2.1 Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi sebagai Sumber Belajar di SMP Negeri 19

Semarang

Perpustakaan sekolah akan bermanfaat apabila benar-benar memperlancar pencapaian

tujuan proses belajar mengajar di sekolah dengan adanya pemanfaatan koleksi oleh

pemustakanya. Pemanfaatan koleksi dilakukan karena adanya kebutuhan dalam diri

seseorang akan informasi dan ilmu pengetahuan. Begitu halnya dengan pemustaka SMP

(56)

belajar. Pemustaka memanfaatkan koleksi dengan cara berkunjung ke perpustakaan.

Perpustakaan dan guru Bahasa Indonesia bekerjasama untuk memaksimalkan

perpustakaan dengan melaksanakan belajar mengajar di perpustakaan.

5.2.1.1 Jam Perpustakaan

Berkaitan dengan pertanyaan mengenai topik pembicaraan adanya jam perpustakaan di

kelas. Pertanyaannya sebagai berikut:

”Apakah ada jam perpustakaan di kelas Anda?”

Ketiga informan dari kelas IX, Vada Anisa kelas A, Novia Monicasari kelas

IX-A, dan Ajiyoko kelas IX-E menyatakan bahwa jam perpustakaan ada setiap satu jam

seminggu ketika mereka kelas VII, namun sekarang jadwal jam perpustakaan tidak tentu.

Jam berkunjungnya tergantung pada guru Bahasa Indonesia. Berikut pernyataannya:

”Sekarang ada, tapi tergantung Bu Wahyati (guru Bahasa Indonesia) kapan mau ke perpustakaannya.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)

”Ada, tapi gak seperti waktu kelas VII. Kalau sekarang terserah gurunya.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)

”Ada. Tapi jamnya gak pasti.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)

Dua informan kelas VIII memiliki pernyataan sebagai berikut:

Gak tau. Tapi kalau pelajarannya Bu Dewi (guru Bahasa Indoneisa) sering di perpustakaan.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)

(57)

Berdasarkan pernyataan-pernyataan dari informan, dapat diketahui bahwa saat ini

jam perpustakaan yang terjadwal sudah ditiadakan. Namun, setiap guru Bahasa Indonesia

di SMP Negeri 19 Semarang tetap mengajak para siswa untuk memanfaatkan

perpustakaan dengan cara melaksanakan proses belajar mengajar di perpustakaan dan

memberi tugas-tugas yang mengaharuskan siswa memanfaatkan koleksi di perpustakaan.

Di luar kewajiban berkunjung ke perpustakaan karena tugas dari guru, pemustaka

juga berkunjung ke perpustakaan ketika jam istirahat. Berdasarkan data kunjungan yang

dimiliki perpustakaan, rata-rata pemustaka berkunjung dua atau tiga kali seminggu.

5.2.1.2 Frekuensi Kunjungan

Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembahasan kunjungan informan ke

perpustakaan dalam seminggu. Pertanyaannya sebagai berikut:

”Dalam satu minggu berapa kali Anda berkunjung ke perpustakaan?”

Berdasarkan pertanyaan tersebut di atas, berikut jawaban dari salah satu informan:

”Lebih dari dua kali. Bisa sampai empat atau lima kali kalau lagi butuh referensi buat makalah.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)

Vada Anisa berkunjung ke perpustakaan lebih dari dua kali dalam satu minggu.

Frekuensinya bisa bertambah jika dia sedang membutuhkan referensi untuk bahan

membuat KIR (Karya Ilmiah Remaja).

Novia Monicasari juga mengatakan bahwa dia berkunjung ke perpustakaan dua kali

atau lebih dalam seminggu. Namun ketika Novia membutuhkan referensi untuk

mengerjakan tugas, dia akan lebih sering datang ke perpustakaan. Berikut pernyataannya:

(58)

Berbeda dengan dua informan di atas, ketiga informan lainnya menyatakan jumlah

kunjungan yang berbeda-beda dalam satu minggu. Kunjungan ke perpustakaan ketiga

informan di berikut tidak pasti setiap minggunya. Berikut pernyataannya:

”Kadang dua kali, tiga kali, kadang gak ke perpustakaan sama sekali.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)

”Seringnya dua kali seminggu. Kadang-kadang ya sekali. Tapi kayaknya gak pernah lebih.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)

”Kadang-kadang sekali, kadang-kadang dua kali.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)

Berdasarkan pernyataan dari informan, dapat diketahui bahwa rata-rata kunjungan

informan adalah dua kali dalam satu minggu dengan tujuan kunjungan yang berbeda.

Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembahasan lama kunjungan informan ke

perpustakaan. Berikut pertanyaannya:

”Berapa lama Anda berkunjung ke perpustakaan?”

Kelima informan berkunjung ke perpustakaan pada saat jam istirahat. Rata-rata lama

berkunjungnya sekitar 20 sampai 30 menit. Berikut pernyataannya:

”Kira-kira ya 30 menitan lebihlah.” (Wawncara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)

”Sekitar 15 sampai 20 menitan. Pokoknya selama istirahat.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)

(59)

”30 menitan mungkin.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)

”Paling 5 menit atau 10 menit.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)

Waktu istirahat di SMP Negeri 19 Semarang adalah 40 menit saat istirahat pertama

dan 45 menit saat istirahat kedua. Vada Anisa, Novia Monicasari, Ajiyoko, dan Bella

Isahara berkunjung ke perpustakaan dengan lama kunjungan yang hampir sama.

Sedangkan Dinda Putri Astria memiliki waktu kunjungan yang berbeda dari informan

lain. Dia berkunjung ke perpustakaan hanya sekitar 5 sampai 10 menit. Dinda

mengatakan berkunjung ke perpustakaan hanya untuk meminjam buku untuk dibawa ke

kelas dan dikembalikan saat pulang sekolah.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata para informan

berkunjung antara 20 sampai 30 menit. Mereka memanfaatkan waktu istirahat mereka

untuk berkunjung ke perpustakaan dengan tujuan masing-masing. Saat berkunjung ke

perpustakaan informan tidak selalu meminjam buku perpustakaan.

5.2.1.3 Tujuan Kunjungan

Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembahasan tujuan kunjungan informan ke

perpustakaan. Berikut pertanyaannya:

(60)

Berdasarkan pertanyaan di atas, Novia Monicasari siswa kelas IX-A menjawab

sebagai berikut:

”Saya seringnya datang ke perpustakaan kalau mau mengerjakan tugas. Mencari referensi gitu.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)

Menurut Novia, perpustakaan menyediakan informasi lebih banyak. Sehingga jika

dia membutuhkan informasi untuk membantu mengerjakan tugasnya, dia akan datang ke

perpustakaan.

Jawaban Novia sedikit berbeda dengan Vada Anisa, siswa kelas IX-A yang

menjawab sebagai berikut:

”Untuk mengisi waktu luang sambil baca-baca buku. Kadang-kadang untuk cari referensi.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)

Vada berkunjung ke perpustakaan untuk mengisi waktu luangnya dan membaca

buku. Namun, jika dia membutuhkan referensi untuk mengerjakan tugas, tempat pertama

yang akan dia datangi untuk mencari referensi adalah perpustakaan.

Sedangkan tujuan informan lain berkunjung ke perpustakaan adalah untuk membaca

membaca buku atau meminjam buku. Berikut pernyataannya:

”Untuk baca-baca aja.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)

”Baca-baca atau pinjam buat dibaca di kelas.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)

(61)

Tujuan Ajiyoko datang ke perpustakaan adalah untuk membaca buku. Buku yang dia

baca di perpustakaan merupakan koleksi perpustakaan maupun buku yang dia bawa dari

rumah. Berbeda dengan Ajiyoko, Dinda Putri Astria memiliki tujuan datang ke

perpustakaan untuk meminjam buku. Biasanya Dinda meminjam buku karena ada tugas

yang mengahruskan memakai koleksi perpustakaan. Sedangkan Bella Isahara berkunjung

ke perpustakaan untuk membaca koleksi perpustakaan atau meminjam buku pendamping

belajar untuk dibaca di kelas.

Berdasarkan pernyataan dari informan, rata-rata tujuan informan datang ke

perpustakaan adalah untuk membaca buku. Setiap kunjungan pemustaka ke perpustakaan

terbatas pada jam istirahat saja. Kecuali pada saat ada tugas dari guru untuk ke

perpustakaan.

5.2.1.4 Pemanfaatan Koleksi

Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembahasan informan selalu atau tidak selalu

meminjam buku saat berkunjung ke perpustakaan. Berikut pertanyaannya:

”Apakah Anda selalu meminjam buku saat berkunjung ke perpustakan?”

Berdasarkan pertanyaan di atas, berikut ini adalah jawaban dari informan:

”Selalu.” (Wawncara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)

”Kadang-kadang.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)

”Kadang minjem kadang gak.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)

Gambar

Gambar 1.  Struktur Organisasi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang
Tabel 1:

Referensi

Dokumen terkait

Melalui temuan dan analisis data di atas dapat dilihat bahwa adanya pembongkaran representasi kulit hitam dalam aspek kepemimpinan dan heroisme. Namun pembongkaran itu

Ketidakmampuan manusia dalam menjalankan kehidupan sehari- hari akan mendorong manusia untuk selalu mengadakan hubungan timbal balik dengan sesamanya serta bertujuan

Seorang wanita, usia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kaki tidak dapat berjalan sejak 3 minggu yang lalu. Riwayat sebelumnya pasien sering keputihan berbau

Sekolah atau Madrasah adalah satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat dengan jenjang pendidikan dasar dan Menengah secara

Penelitian ini menggunakan Metode Deskriptif Kuantitatif, yaitu menggambarkan hasil penelitian berdasarkan nilai-nilai yang diperoleh pesertan didik dalam tes

Untuk menumbuhkan minat dan motivasi mahasiswa, dosen dapat memberi rangsangan dan dukungan moral dalam belajar writing dengan bantuan media internet yaitu Facebook

Informasi terkait adanya penambahan informasi terbuka pada Daftar Informasi Publik (Kepala) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian (Kepala) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Maret

Meskipun sudah berusaha melawan kecanggungannya, Charlie tetap gagal karena dalam dirinya sendiri Charlie tidak memiliki keyakinan yang kuat dan keteguhan hati