P E R S E P S I P E M U S T A K A P A D A
P E M A N F A A T A N K O L E K S I N O N F I K S I
S E B A G A I S U M B E R B E L A J A R D I
P E R P U S T A KA A N S M P N E G E R I 1 9
S E M A R A N G
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan
Oleh :
DESTIANA REINDINY PUTRI NIM. 13040110151118
PROGRAM STUDI S1 ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Destiana Reindiny Putri NIM : 13040110151118 Jurusan : S1 Ilmu Perpustakaan
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Persepsi Pemustaka pada Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi Sebagai Sumber Belajar di SMP Negeri 19 Semarang” adalah benar-benar karya ilmiah saya sendiri, bukanlah hasil plagiat karya ilmiah orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, dan semua kutipan yang ada di skripsi ini telah saya sebutkan sumber aslinya berdasarkan tata cara penulisan kutipan yang lazim pada karya ilmiah.
Semarang, September 2013 Yang menyatakan,
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Kau dan aku, kita semua punya 'perang' masing-masing untuk dimenangkan. Jadi
berhenti mengasihani diri sendiri karena satu-satunya pahlawan dalam perangmu
adalah kau, bukan orang lain.
(Arianna Bianchi: Ho lasciato il mio cuore a Perugia)
Hidup adalah soal keberanian. Menghadapi yang tanda tanya tanpa kita bisa
mengerti, tanpa kita bisa menawar. Terimalah dan hadapilah.
(Soe Hok Gie : Mandalawangi – Pangrango)
PERSEMBAHAN
1. Bapak dan Ibuku tercinta, atas nasihat, doa, dan kasih
sayang tiada henti, sepanjang hidupku.
2. Kak Ringga dan Dik Berda tersayang atas pengertian
dan dukungannya selama ini.
3. Paduan Suara Mahasiswa Universitas Diponegoro
Semarang, atas kesempatan dan pengalaman berharga
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diajukan ke sidang
Panitia Ujian Skripsi pada :
Hari : Senin
Tanggal : 16 September 2013
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh Panitia Ujian Skripsi pada
tanggal 1 Oktober 2013
Ketua Penguji,
Drs. Ary Setyadi, M.S NIP. 195809091984031002
Anggota I,
Endang Fatmawati, M.Si., M.A NIP. 132314562
Anggota II,
Yuli Rohmiyati, S.Sos., M.Si. NIP. 19800704 200812 2 002
Anggota III,
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Pemustaka pada
Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi Sebagai Sumber Belajar di SMP Negeri 19
Semarang” ini dengan baik.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Agus Maladi Irianto, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro.
2. Dr. Dewi Yuliati, M.A. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro.
3. Drs. Ari Setyadi, M.S. Selaku Ketua Jurusan Program Studi Reguler II Ilmu
Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro sekaligus dosen
penguji yang telah memberikan masukan dan saran pada skripsi ini sehingga
menjadi lebih sempurna dalam penulisannya;
4. Dra. Tri Wahyu H. M, M.Si dan Yuli Rohmiyati, S.Sos, M.Si selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis dalam penyusunan laporan penulisan skripsi ini;
5. Endang Fatmawati, M.Si, M.A selaku dosen pengiji yang telah memberikan
masukan dan saran demi perbaikan skripsi ini sehingga menjadi lebih
sempurna.
6. Ellen CH. Mugroho, SH, M.Hum selaku Dosen Wali yang telah memberikan
7. Kepala Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang yang telah meluangkan waktu
dan memberi kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP
Negeri 19 Semarang;
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu
dengan hati terbuka penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan tulisan yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan Lintas Jalur Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Diponegoro pada khususnya dan semua pihak yang
memerlukan pada umumnya.
Semarang, 1 Oktober 2013
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul Persepsi Pemustaka pada Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi sebagai Sumber Belajar di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi pemustaka pada pemanfaatan koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan jenis data kualitatif yaitu pendapat seseorang. Sedangkan sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) metode pengumpulan data, yaitu wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik pengolahan data meliputi: memahami data, mengklasifikasi data, dan mengolah data. Keabsahan data telah dilakukan dengan teknik pemeriksaan triangulasi. Hasil penelitian diketahui pemanfaatan koleksi nonfiksi dilakukan dua kali dalam seminggu pada jam istirahat. Tujuan kunjungan pemustaka ke perpustakaan adalah membaca buku nonfiksi tentang ilmu pengetahuan alam dengan lama kunjungan antara 20 sampai 30 menit sekali berkunjung. Rata-rata pemustaka sering meminjam buku di perpustakaan karena adanya minat dan kebutuhan dari pemustakanya untuk menunjang proses belajar pemustaka. Dari hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa persepsi pemustaka pada pemanfaatan koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang sudah cukup baik. Pemanfaatan koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang dilakukan karena adanya minat dan kebutuhan dari pemustakanya. Pemanfaatan dilakukan untuk menunjang proses belajar pemustaka. Adapun motivasi pemustaka memanfaatkan koleksi nonfiksi adalah untuk menambah pengetahuan mereka. Adanya ketersediaan koleksi dengan kualiatas dan kuantitas koleksi yang baik juga menjadi alasan pemustaka memanfaatakan koleksi nonfiksi perpustakaan sebagai sumber belajar.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN ... ii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ...v
PRAKATA ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ….. ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Rumusan Masalah ...4
1.3 Tujuan yang Hendak Dicapai ...4
1.4 Manfaat Penelitian ...4
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian ...5
1.6 Batasan Istilah ...5
BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Definisi……..………...7
2.1.1 Definisi Persepsi ...7
2.1.2 Definisi Perpustakaan Sekolah ...8
2.1.3 Definisi Koleksi ...10
2.2.1 Sumber Belajar ...11
2.2.2 Pembelajaran ...12
2.3 Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi Sebagai Sumber Belajar di Perpustakaan Sekolah ...14
2.4 Jenis-Jenis Koleksi ...20
2.4.1 Berdasarkan Bentuknya ...20
2.4.2 Berdasarkan Isinya ...21
2.5 Penelitian Sebelumnya ...21
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ...23
3.2 Objek dan Subjek Penelitian ...23
3.3 Informan Penelitian ...24
3.4 Jenis dan Sumber Data ...25
3.4.1 Jenis Data ...25
3.4.2 Sumber Data ...25
3.5 Teknik Pengumpulan Data ...26
3.5.1 Wawancara ...26
3.5.2 Dokumentasi ...27
3.6 Teknik Pengolahan Data ...27
3.7 Keabsahan Data ...28
BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN SMP NEGERI 19 SEMARANG 4.1 Deskripsi Lokasi ...31
4.2 Struktur Organisasi ...33
4.3 Visi dan Misi ...33
4.5 Sarana dan Prasarana ...37 4.6 Pemustaka ...38 4.7 Prestasi ...39
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1. Kriteria Informan ...40 5.2. Analisis Penelitian ...41 5.2.1. Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi sebagai Sumber Belajar
di SMP Negeri 19 Semarang ...41
5.2.2. Persepsi Pemustaka pada Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi
sebagai Sumber Belajar di SMP Negeri 19 Semarang ...59
BAB VI PENUTUP
6.1. Simpulan ...79 6.2. Saran ...80
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A : Data Informan
LAMPIRAN B : Pedoman Wawancara
LAMPIRAN C : Hasil Wawancara
LAMPIRAN D : Dokumentasi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah koleksi perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang….. 37
Tabel 2 Daftar koleksi nonfiksi dan koleksi referensi……… 38
Tabel 3 Daftar peminjaman buku nonfiksi……… 40
Table 4 Jumlah Pengunjung Perpustakaan
Tahun Pelajaran 2012/2013... 42
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal, baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan sumber belajar. Salah satu
sumber belajar yang sangat penting adalah perpustakaan. Dalam Undang -
Undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)
dijelaskan bahwa perpustakaan sekolah merupakan sarana penunjang proses
belajar mengajar di sekolah (dalam Sutarno NS, 2006: 43). Sedangkan dalam
pasal 3 Undang-undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan menyebutkan
bahwa perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian,
informasi dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.
Perpustakaan menurut IFLA dalam Sulistyo-Basuki (1993: 4) yaitu kumpulan
materi tercetak dan media noncetak atau sumber informasi dalam komputer yang
disusun secara sistematis untuk digunakan pemustaka.
Perpustakaan sebagai lembaga penyedia ilmu pengetahuan dan informasi
mempunyai peran terhadap lembaga induk. Demikian halnya perpustakaan di
dalam lingkungan pendidikan seperti sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan
pusat sumber ilmu pengetahuan dan informasi yang berada di sekolah.
pendidikan, sehingga setiap sekolah semestinya memiliki perpustakaan yang
memadai (Sutarno, 2006: 39).
Perpustakaan sekolah harus dapat memaksimalkan perannya dalam
membantu siswa mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Dengan memaksimalkan
perannnya, diharapkan perpustakaan sekolah membuat siswa terbiasa dengan
aktivitas membaca, memahami pelajaran, mengerti maksud dari sebuah informasi
dan ilmu pengetahuan, serta menghasilkan karya bermutu, sehingga pada akhirnya
prestasi relatif mudah untuk diraih.
Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya untuk mengumpulkan
dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan
perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu siswa dan para guru untuk
menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar. Agar dapat menunjang
proses belajar mengajar, maka dalam pengadaan bahan pustaka harus
mempertimbangkan kurikulum sekolah, serta selera para pemustakanya.
Perpustakaan sekolah dapat dijadikan sebagai sumber belajar, baik dalam
proses kegiatan belajar mengajar secara formal maupun nonformal untuk
membantu sekolah dalam upaya mencapai tujuan pendidikan di sekolah tersebut.
Selain itu, perpustakan dapat digunakan sebagai sarana peningkatan wawasan dan
pengetahuan, meningkatkan minat dan kebiasaan membaca siswa. Perpustakaan
sekolah juga dapat dijadikan sebagai sarana pencarian pengetahuan/informasi
maupun sebagai tempat diskusi, ajang bertukar pikiran antar kelompok belajar.
Bagaimana cara agar pemustaka memanfaatkan perpustakaan secara efektif
pemanfaatan perpustakaan menjadi kurang maksimal. Pertama dari rendahnya
minat baca pemustaka. Masyarakat dalam memberikan sesuatu termasuk
cerita-cerita terdahulu lebih mengandalkan tutur daripada tulisan. Budaya lisan itulah
yang menjadi salah satu penyebab lemahnya budaya baca masyarakat, termasuk
minat pada pustaka dan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi dan
ilmu pengetahuan, hal tersebut berlangsung secara turun temurun hingga generasi
sekarang (Wiranto, 2008:75). Minat baca/ gemar membaca harus dibiasakan pada
usia dini. Faktor pendorong tumbuhnya minat baca adalah ketertarikan,
kegemaran, dan hobi membaca (Sutarno, 2006: 27). Kebiasaan membaca sejak
usia dini dapat menjadi budaya pada dirinya sehingga akan tumbuh minat baca.
Kedua dari pihak sekolah yang kurang memaksimalkan perpustakaan sekolah.
Salah satu sekolah yang memaksimalkan peran perpustakaan adalah SMP
Negeri 19 Semarang yang mengajarkan siswa-siswanya untuk gemar membaca
dengan program ”Pembiasaan Perpustakaan” yang sering disebut dengan ”Jam
Perpustakaan”. Jam Perpustakaan ini merupakan suatu kegiatan dimana seluruh
siswa diwajibkan berkunjung ke perpustakaan satu jam setiap minggunya. Dalam
kegiatan ini siswa tidak hanya berkunjung, namun juga diberikan tugas-tugas
yang berkaitan dengan kurikulum. Program ini dapat memotivasi siswa untuk
membaca di perpustakaan. Perpustakaan di SMP Negeri 19 Semarang juga
mengalami peningkatan yang sangat pesat dengan adanya beberapa prestasi yang
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang “Persepsi Pemustaka pada Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi sebagai Sumber
Belajar di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang.”
1.2
Rumusan Masalah
Untuk membatasi pola pikir penulis, maka penulis merumuskan hal sebagai
berukut:
“Bagaimana persepsi pemustaka pada pemanfaatan koleksi nonfiksi sebagai
sumber belajar di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang?”
1.3
Tujuan yang Hendak Dicapai
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi pemustaka
pada pemanfaatan koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar di SMP Negeri 19
Semarang.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut,
a. Bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengembangan dan
b. Bagi perpustakaan, penelitian ini bermanfaat sebagai dasar dalam
pemberdayaan perpustakaan agar dapat dimanfaatan oleh pemustakanya,
terutama para siswa, secara efektif dan efisien
1.5
Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini terfokus pada Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang yang
beralamat di Jalan Abdulrahman Saleh Manyaran Semarang dan diharapkan dapat
mencerminkan karakteristik pemanfaatan koleksi nonfiksi perpustakaan sekolah di
Semarang.
Waktu penelitian dilakukan mulai bulan November 2012 sampai dengan
Maret 2013.
1.6
Batasan Istilah
1. Persepsi dalam penelitian ini merupakan pandangan dan penilaian pemustaka
terhadap pemanfaatan koleksi nonfiksi di perpustakaan.
2. Pemustaka dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 19 Semarang.
3. Pemanfaatan koleksi dalam penelitian ini adalah keterpakaian koleksi baik
yang dibaca di perpustakaan maupun yang dibawa pulang oleh pemustaka.
4. Perpustakaan dalam penelitian ini adalah Perpustakaan SMP Negeri 19
Semarang.
5. Sumber belajar dalam penelitian ini adalah perpustakaan sekolah yang
dapat digunakan siswa untuk mempermudah dalam mencapai tujuan
belajarnya.
6. Jam perpustakaan adalah suatu program Pembiasaan Perpustakaan yang
merupakan kebijakan yang dibuat oleh SMP Negeri 19 Semarang, dengan
setiap siswa diwajibkan berkunjung ke perpustakaan satu jam setiap minggu
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1
Definisi
2.1.1 Definisi Persepsi
Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,
mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses
tersebut mempengaruhi perilaku kita (Mulyana, 2001: 167). Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia persepsi adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui panca inderanya (Alwi, 2008: 863). Menurut Suwarno (2009: 52),
persepsi merupakan suatu proses membuat penilaian atau membangun kesan
mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan
seseorang. Sedangkan Walgito (1989: 69) mendefinisikan persepsi adalah suatu
proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses
sensoris.
Stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Selain
stimulus, faktor yang berperan dalam persepsi, yang menjadi syarat terjadinya
persepsi yaitu objek atau stimulus yang dipersepsi; alat indera dan syaraf-syaraf
serta pusat susunan syaraf, yang merupakan syarat fisiologis; dan perhatian yang
Persepsi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu persepsi benda dan
persepsi sosial. Persepsi benda, objek stimulusnya merupakan suatu hal atau
benda yang nyata dan dapat diraba, dirasakan dan dapat diindera secara langsung.
Sedangkan persepsi sosial stimulusnya tidak bisa diraba, dirasakan, dan hanya
dapat ditangkap melalui sejumlah petunjuk, misalnya motif, emosi, sikap, dan
lainnya (Suwarno, 2009: 52).
Hasil dari persepsi bisa berupa tanggapan atau penilaian yang berbeda dari
individu. Persepsi pemustaka perlu diketahui oleh perpustakaan untuk melihat
apakah koleksi nonfiksi di perpustakaan sudah memenuhi kebutuhan dan harapan
pemustaka.
2.1.2 Definisi Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah,
baik sekolah dasar, menengah, maupun sekolah menengah umum. Tujuan
perpustakaan sekolah diselenggarakan di sekolah adalah untuk menunjang
program belajar mengajar di sekolah tersebut. Menurut Rahayuningsih (2007:6),
perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang melayani para siswa, guru, dan
karyawan pada suatu sekolah tertentu.
Sementara itu menurut Lasa (2007: 21) menyatakan bahwa perpustakaan
merupakan sistem informasi yang di dalamnya terdapat aktivitas pengumpulan,
pengolahan, pengawetan, pelestarian, penyajian, dan penyebaran informasi.
Sulistyo-Basuki (1993: 50) mendefinisikan perpustakaan sekolah merupakan
perpustakaan yang tergabung pada sebuah sekolah, dikelola sepenuhnya oleh
mencapai tujuan khusus sekolah dan tujuan pendidikan pada umumnya.
Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada dalam suatu sekolah yang
kedudukan dan tanggung jawabnya kepada kepala sekolah; yang melayani sivitas
akademika sekolah yang bersangkutan (Surachman, 2007: 2).
Keberadaan perpustakaan sekolah diharapkan berfungsi sebagai media
pendidikan, tempat belajar, penelitian sederhana, pemanfaatan teknologi
informasi, kelas alternatif, dan sumber informasi (Lasa , 2007: 13).
Ada beberapa fungsi perpustakaan menurut Bafadal (2008: 6) yaitu,
1. Fungsi edukatif, yaitu perpustakaan sekolah menyediakan buku-buku fiksi
maupun nonfiksi. Adanya buku-buku tersebut dapat membiasakan murid-murid
belajar mandiri tanpa bimbingan guru, baik secara individu maupun
berkelompok.
2. Fungsi informatif, yaitu perpustakaan sekolah bukan hanya menyediakan
bahan pustaka buku tetapi juga menyediakan bahan pustaka non buku (non material) seperti majalah, buletin, surat kabar, pamflet, guntingan artikel, peta, bahkan dilengkapi juga dengan alat-alat pandang-dengar seperti overhead
proyektor, LCD, televisi, tape recorder dan sebagainya.
3. Fungsi tanggung jawab administrasi, yaitu fungsi ini tampak pada kegiatan
sehari-hari di perpustakaan sekolah. Kegiatan peminjaman dan pengembalian
buku selalu dicatat oleh guru pustakawan, setiap murid yang masuk harus
menunjukkan kartu anggota perpustakaan dan selalu mengisi pada buku daftar
4. Fungsi riset, yaitu adanya bahan pustaka yang lengkap, murid-murid dan
guru-guru dapat melakukan riset dengan mengumpulkan data atau keterangan yang
diperlukan.
5. Fungsi rekreatif, yaitu perpustakaan sekolah dapat dijadikan sebagai tempat
mengisi waktu luang.
Menurut Darmono (2007: 5) menyatakan secara umum perpustakaan
mengemban beberapa fungsi yaitu: fungsi informasi, fungsi pendidikan, fungsi
kebudayaan, fungsi rekreasi, fungsi penelitian, fungsi deposit.
2.1.3 Definisi Koleksi
Koleksi atau bahan pustaka merupakan modal awal bagi terselenggaranya
perpustakaan. Pada umumnya masyarakat datang ke perpustakaan karena
membutuhkan sumber informasi yang terdapat pada bahan pustaka. Begitu pula
pada perpustakaan sekolah, bahan pustaka sangat dibutuhkan untuk menunjang
belajar mengajar di sekolah. Bahan pustaka adalah bahan pustaka yang masuk
atau diterima oleh perpustakaan baik berupa hasil karya seseorang maupun
sekelompok orang/ badan/ lembaga yang diwujudkan dalam bentuk tercetak dan
terekam. Hasil karya ini juga disebut dengan istilah karya cetak dan karya rekam
(Perpustakaan RI, 1996: 29).
Bahan pustaka yang merupakan wadah informasi menurut bentuk fisiknya
ada berbagai macam, seperti: bagan, bentuk mikro, berkas komputer, bola dunia
(globe), buku, film, foto udara, gambar, kartu peraga, peta, piringan hitam, pita
gulung, poster, rekaman video, slide, dan lain-lain (Soeatminah, 1992: 23).
terbitan cetakan dengan ketebalan paling sedikit 48 halaman tidak termasuk kulit
maupun jaket buku (Sulistyo-Basuki, 1991: 8). Buku merupakan alat komunikasi
untuk menyampaikan informasi berjangka panjang dan paling berpengaruh
kepada perkenbangan budaya manusia.
2.2
Sumber Belajar dan Pembelajaran
2.2.1 Sumber Belajar
2.2.1.1 Definisi Sumber Belajar
Segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana kegiatan belajar,
dinamakan sumber belajar. Sumber belajar adalah wujud fisik dari teknologi
perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan pembelajaran. Menurut Sanjaya
(2008: 174), sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh
siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai.
AECT (Asssociation of Education and Communication Technology) dalam Darmono (2007: 6) mendefinisikan sumber belajar merupakan berbagai sumber
baik berupa data, orang, atau wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam
belajar, baik yang digunakan secara terpisah maupun secara terkombinasi
sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.
Berdasarkan dua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sumber belajar
adalah segala sesuatu baik berupa data, orang, atau wujud tertentu yang dapat
dimanfaatkan siswa untuk kepentingan proses belajar sehingga dapat
mempermudah siswa mencapai tujuan belajarnya. Sumber belajar sangat
diperlukan sesorang dalam mengembangkan berbagai kompetensi yang diinginkan
pada bidang studi atau mata pelajaran yang dipelajarinya.
2.2.1.2 Jenis Sumber Belajar
Mengacu pada definisi sumber belajar di atas, AECT (Asssociation of Education and Communication Technology) membedakan sumber belajar menjadi dua jenis yaitu:
1. Sumber belajar yang dirancang atau sengaja dibuat untuk digunakan dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
2. Sumber belajar yang tidak dirancang atau tidak disengaja dibuat terlebih
dahulu tetapi langsung dipakai guna kepentingan pengajaran.
2.2.2 Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses untuk seseorang menjadi makhluk yang
belajar. Menurut Mohamad Surya (2004: 7), pembelajaran ialah suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran harus memiliki perencanaan atau
perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai satu sumber
belajar, tetapi mereka juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang
dipakai, seperti perpustakaan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah bahwa pembelajaran
mengandung arti: terjadinya proses interaksi; ada pendidik; ada peserta didik; ada
sumber belajar; terjadi dalam lingkungan belajar.
Dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa prinsip yang menjadi landasan. Beberapa prinsip tersebut adalah:
a. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu ialah adanya perubahan perilaku dalam diri individu. Artinya seseorang yang telah mengalami pembelajaran akan berubah perilakunya, tetapi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran.
b. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah meliputi semua aspek perilaku yaitu aspek kognitif, konatif, afektif atau motorik.
Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ketiga ini mengandung makna
bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan. Di
dalam aktivitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan
terarah (Surya, 2004: 8-9).
2.3
Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi sebagai Sumber Belajar di
Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah diselenggarakan bukan hanya bertujuan untuk menyimpan
dan guru untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dalam proses belajar mengajar.
Perpustakaan sekolah akan tampak bermanfaat apabila benar-benar memperlancar
pencapaian tujuan proses belajar mengajar di sekolah. Indikasi manfaat tersebut
tidak hanya berupa tingginya prestasi siswa, tetapi lebih jauh lagi adalah siswa
mampu mencari, menemukan, menyaring dan menilai informasi, siswa terbiasa
belajar mandiri, siswa terlatih ke arah tanggung jawab, siswa selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya. Dari penjelasan
singkat di atas, maka akan ditemukan 2 kultur pemanfaatan sumber belajar
perpustakaan sekolah yang berupa karakteristik pemanfaatan bahan pustaka dalam
bentuk tercetak dan noncetak. Bahan pustaka berbentuk cetak yang biasa
digunakan adalah bahan pustaka buku.
Jenis-jenis bahan pustaka yang dapat diadakan untuk perpustakaan adalah
bahan pustaka dalam bentuk tercetak. Bahan pustaka tercetak meliputi buku,
majalah, jurnal, tabloid dan surat kabar (Rahayuningsih, 2007: 13-14). Koleksi
perpustakaan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan kriteris dan
jenis sebuah perpustakaan (Sutarno, 2004: 66). Perpustakaan sekolah harus
menyediakan bermacam-macam bahan pustaka, baik yang berupa buku maupun
bukan berupa buku (nonbook material). Koleksi perpustakaan adalah koleksi yang disediakan berhubungan dengan mata pelajaran.
Di perpustakaan sekolah, bahan pustaka yang banyak dikoleksi adalah buku,
terutama buku nonfiksi karena buku-buku tersebut digunakan pemustaka sebagai
buku pendamping belajar. Selain buku nonfiksi, perpustakaan sekolah juga
Kebiasaan membaca pada pelajar dan anak-anak tergolong sangat rendah.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun
2006, bahwa masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai
sumber utama dalam mendapatkan informasi. Masyarakat Indonesia yang
menjadikan membaca sebagai sumber informasi baru sekitar 23,5%, sedangkan
yang menonton televisi 85,9%, dan mendengarkan radio 40,3%. (Febriyanto,
2009: 9). Padahal membaca sangat penting, karena dapat meningkatkan wawasan
dan ilmu pengetahuan seseorang. Pembiasaan membaca sejak dini sangat
menentukan budaya membaca pada masyarakat. Kegiatan membaca yang
dilakukan secara benar dan efektif dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang
yang kemudian akan menjadi suatu budaya atau kebiasaan membaca bagi dirinya.
Oleh karena itu, beberapa tahun lalu pemerintah mencanangkan bulan buku,
bahasa, gemar membaca atau bulan aksara. Hal ini bertujuan agar masyarakat
membiasakan pemakaian bahasa yang baik dan membudayakan gemar membaca.
Perpustakaan sekolah merupakan salah satu tempat meningkatkan wawasan dan
ilmu pengetahuan bagi siswa. Sebuah perpustakaan sekolah berperan penting
dalam tujuan pembudayaan gemar membaca, karena selain sebagai proses belajar
mengajar di sekolah, perpustakaan memiliki segudang informasi yang dapat
merangsang minat baca siswa.
Faktor yang dapat membangkitkan minat baca menurut Sutarno (2006: 29),
yaitu:
1. Rasa ingin tahu yang tinggi atas fakta, teori, prinsip, pengetahuan, dan
2. Keadaan lingkungan fisik yang memadai
3. Keadaan lingkungan sosial yang lebih kondusif
4. Rasa haus informasi, rasa ingin tahu, terutama yang aktual
5. Berprinsip bahwa membaca merupakan kebutuhan rohani
Kelima faktor di atas berkaitan dengan perilaku dan motivasi dari pemustaka.
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau
lingkungan (Alwi, 2008: 859). Agar siswa dapat terangsang untuk membaca,
perpustakaan perlu melakukan inovasi dalam hal pengadaan koleksi maupun
dalam hal layanan perpustakaan.
Sedangkan motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang
secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu (Alwi, 2008: 756). Pada beberapa orang, minat baca tidak datang dengan
sendirinya, ada yang butuh dorongan untuk membaca. Di sekolah-sekolah telah
diadaakan suatu program pembiasaan perpustakaan, hal ini dapat memotivasi para
siswa untuk datang ke perpustakaan dan membaca buku meskipun hanya karena
tugas. Namun hal ini dapat menjadi budaya dan kebiasaan pada diri siswa.
Motivasi belajar siswa merupakan hal yang penting bagi pencapaian prestasi
belajar siswa. Menurut Muhibbin Syah (2009: 153), motivasi dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu:
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa
motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya
terhadap materi tersebut.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan hal da keadaan yang datang dari luar diri siswa
yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Contohnya adalah
pujian dan hadiah, tata tertib sekolah, guru, orang tua dan seterusnya.
Kurangnya motivasi baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik pada
siswa, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses
belajar baik di sekolah maupun di rumah. Sebaliknya, dengan adanya motivasi
belajar, siswa akan bersemangat dalam belajar dan haus akan ilmu pengetahuan.
Jika sudah demikian, maka bukan tidak mungkin akan terjadi pemanfaatan
koleksi.
Menurut Hamsah B.Uno (2011: 23), hakikat motivasi belajar adalah hasrat
internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator yang
mendukung. Indikator tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
d. Adanya penghargaan dalam belajar
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa
dapat belajar dengan baik.
Pemanfaatan koleksi perpustakaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang
meliputi kebutuhan dan minat. Pawit M Yusuf (1995: 6) menyatakan bahwa
setiap indivisu memiliki perbedaan dalam kebutuhan informasinya. Sedangkan
dalam dunia perpustakaan, kebutuhan pemustaka akan informasi berbeda-beda
sesuai dengan latar belakang pencari informasi.kebutuhan dalam penelitian ini
adalah kebutuhan pemustaka pada koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar di
sekolah.
Selain kebutuhan, minat juga termasuk dalam faktor internal. Minat adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2008: 916). Minat merupakan motivasi untuk mendorong seseorang
melakukan apa yang dia inginkan.
2. Faktor Eksternal
Faktor kedua adalah faktor eksternal. Faktor ini merupakan faktor yang berasal
dari luar individu, misalnya faktor lingkungan atau faktor orang. Dalam
perpustakaan faktor eksternal meliputi kondisi fisik perputakaan seperti
petugas yang melayani pemustaka, dan ketersediaan fasilitas menemuan
kembali informasi.
Menurut Latif Nasution (2011: 3) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi pemanfaatan koleksi perpustakaan sekolah yaitu:
a. Minat Siswa
Faktor ini sangat menentukan pemanfaatan koleksi di perpustakaan sekolah,
karena adanya pendorong dalam diri siswa untuk memanfaatkan
perpustakaan sekolah demi kelancaran studinya.
b. Tenaga Pengelola
Faktor ini sangat berperan menentukan berhasil tidaknya sebuah
perpustakaan. Oleh karena itu, penyelenggara dan pengelola harus
menyadari kepentingan dan kedudukan perpustakaan bagi pelajar,
memahami keperluan siswa dan kemudian menguasai liku-liku kegiatan dan
pekerjaan perpustakaan itu sendiri.
c. Koleksi Perpustakaan
Koleksi perpustakaan sebenarnya sangat erat kaitannya dengan maksud
didirikannya perpustakaan sekolah. Maka tentunya perpustakaan harus dapat
menyediakan koleksi yang menunjang pengajaran yang dilaksanakan di
sekolah.
d. Motivasi Guru
Motivasi guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi, karena
perpustakaan dalam aktivitas belajarnya akan memacu siswa untuk
meningkatkan aktivitas belajarnya.
e. Gedung dan Fasilitas Perpustakaan.
Keadaan gedung perpustakaan dan fasilitas perpustakaan yang baik akan
mendorong siswa untuk berkunjung ke perpustakaan.
2.4
Jenis-jenis Koleksi
2.4.1 Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, koleksi dapat berupa bahan pustaka cetak dan noncetak.
Menurut Soeatminah (1992: 23-25), Jenis-jenis koleksi cetak adalah sebagai
berikut, buku teks atau monografi, buku fiksi, majalah, surat kabar, brosur atau
pamflet, buku referensi.
Sedangkan koleksi noncetak antara lain mikrofis, film mikro, kaset, piringan
hitam, dan CD-room (Lasa , 2007: 60).
2.4.2 Berdasarkan Isinya
Berdasarkan isinya, koleksi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu,
1. Buku Fiksi
Buku fiksi adalah buku yang berisi cerita rekaan, tidak nyata, contohnya:
cerita pendek, cerita rakyat, novel, roman, dan lain-lain (Soeatminah, 1992:
23).
Buku nonfiksi adalah buku-buku ilmu pengetahuan. Buku nonfiksi berisi
pengetahuan yang memuat hasil pemikiran dan pengamatan seseorang yang
dituangkan dalam bentuk karya cetak seperti buku teks, bibliografi, buku
referensi (Yulia, 1993: 4). Menurut Yusuf (1995: 290) buku nonfiksi adalah
buku yang pembahasannya berdasarkan fakta atau kenyataan. Sedangkan
menurut Bafadal (1992: 27), buku nonfiksi adalah buku ilmu pengetahuan
yang memuat hasil pemikiran dan pengamatan seorang pengarang yang
dituangkan dalam bentuk karya cetak. Bisa disimpulkan bahwa buku nonfiksi
disusun berdasarkan kajian keilmuan atau berasal dari pengalaman si penulis
buku dan berdasarkan data-data nyata atau fakta yang ada dan bisa diuji
kebenaranya. Contoh buku nonfiksi, antara lain buku biografi, buku
pendamping, buku literatur, buku motivasi.
2.5
Penelitian Sebelumnya
Berkaitan dengan penelitian tentang pemanfaatan koleksi perpustakaan, Media
Novia Sari dalam penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Koleksi Monograf dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi Pemakai di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta” tahun 2005 menyimpulkan bahwa frekuensi pemanfaatan pada subjek agama (200) dan karya fiksi berjumlah 32 (16,2%) dari seluruh
pemanfaatan sebanyak 197 (100%). Dari hasil tersebut jelas bahwa koleksi
monograf di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta belum sepenuhnya
dimanfaatakn secara merata pada subjek tertentu.
Petompon 05-06-07 Semarang Tahun 2007” menyimpulkan bahwa pemanfaatan koleksi perpustakaan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa kelas V SD
Petompon 05-06-07 Semarang Tahun 2007, pada kenyataanya menunjukkan
adanya peningkatan prestasi belajar siswa siswa sebanyak 17,90%.
Mahyum Effendi dalam penelitian “Pemanfaatan Koleksi Buku Teks Pelajaran pada Perpustakaan Sekolah dalam Kegiatan Belajar Mengajar Siswa Kelas VIII MTS Negeri Karangawen Demak Tahun 2010” menyimpulkan bahwa tingkat pemanfaatan koleksi buku teks pelajaran dengan cara meminjam di
perpustakaan mempunyai prosentase sebesar (42,85%). Koleksi buku teks
BAB III
METODE PENELITIAN
Suatu penelitian membutuhkan data-data yang relevan, lengkap dan objektif untuk
mendapatkan kebenaran sesungguhnya tentang objek penelitian yang sedang
diteliti agar dapat memecahkan masalah dan tidak menjadi rancu atau terjadi
kesalahan dalam memaparkan materi. Maka dari itu, suatu penelitian memerlukan
metode penelitian.
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang
menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, maupun tindakan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata (Moleong, 2010: 6).
3.2
Objek dan Subjek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah persepsi pemustaka pada pemanfaatan koleksi
nonfiksi perpustakaan sebagai sumber belajar di SMP Negeri 19 Semarang.
3.3
Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif
berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil
kajianya tidak akan diberlakukan pada populasi tetapi ditransferkan ke tempat lain
pada situasi sosial dalam kasus yang dipelajari (Sugiyono, 2010: 50).
Dalam penelitian ini informannya adalah siswa SMP Negeri 19 Semarang
yang berkunjung ke perpustakaan dan memanfaatkan koleksi nonfiksi
perpustakaan. Untuk menentukan informan, peneliti memiliki beberapa
pertimbangan sebagai berikut:
1. Siswa yang sering berkunjung ke Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang.
2. Siswa yang sering meminjam koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19
Semarang.
3. Siswa yang benar-benar memanfaatkan koleksi nonfiksi sebagai sumber
belajar.
Pada tahap ini, peneliti mengobservasi selama beberapa hari sebelum menentukan
informan yang sesuai kriteria.
Jumlah informan yang diambil peneliti dalam penelitian ini adalah 5 (lima)
informan dengan kriteria yang telah ditentukan. Informan-informan tersebut
3.4
Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
Data merupakan suatu informasi yang belum diolah yang dapat dimanfaatkan
sebagai alat pemahaman terhadap suatu hal. Menurut Lofland dalam Moleong
(2010: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif yaitu
pendapat seseorang.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah sumber data yang diperoleh dari
pengamatan atau dari wawancara, selebihnya merupakan sumber data berupa
dokumen dan foto. Menurut Sangadji (2010: 43) sumber data adalah subjek
penelitian tempat data menempel berupa benda, gerak, manusia, tempat dan
sebagainya. Sumber data dalam penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu,
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan. Dalam
penelitian ini, data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan
para informan yaitu pemustaka Perpustakaan SMP Negeri19 Semarang dan
observasi langsung pada subjek penelitian di tempat penelitian selama
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang bersumber dari buku atau informasi
melalui media perantara. Menurut Sangadji (2010: 44) data sekunder
merupkan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui
media perantara (diperoleh dan dicatat oleh orang lain). Data sekunder dalam
penelitian ini adalah statistik kunjungan pemustaka ke perpustakaan.
3.5
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan proses pengumpulan data atau bukti tentang
objek penelitian. Salah satu penentu dari baik dan buruknya hasil dari
pengumpulan data adalah cara pendekatan dan cara pengumpulan data.
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini,
yaitu:
3.5.1 Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara
dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan
interview guide atau panduan wawancara (Nazir, 1988: 234). Melalui teknik ini peneliti bertujuan memperoleh data secara langsung dari sumber data yaitu
pemustaka Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. Peneliti mewawancarai 5
(lima) informan yang merupakan siswa kelas VIII dan kelas IX.
a. Persepsi pemustaka pada manfaat koleksi nonfiksi di perpustakaan. Apakah
buku nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang bermanfaat
membantu dan memudahkan siswa dalam menambah sumber belajar atau
tidak.
b. Persepsi pemustaka pada tujuan pemanfaatan koleksi nonfksi di perpustakaan.
Apakah pemustaka terpaksa meminjam karena tugas dari guru atau karena
keinginannya sendiri untuk menambah ilmu pengetahuan.
c. Motivasi pemustaka memanfaatkan koleksi nonfiksi perpustakaan.
3.5.2 Dokumentasi
Metode dokumentasi dipakai untuk mengumpulkan data dari sumber-sumber
dokumen yang mendukung. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang (Sugiyono, 2010: 82).
Dalam penelitian ini, penerapan dokumentasi yang dilakukan dengan cara
membaca buku-buku ilmu pengetahuan, catatan, dokumen tertulis, literatur, yang
berhubungan dengan objek penelitian. Peneliti juga mempelajari penelitian
sebelumnya untuk menjadi acuan penelitian ini. Selain itu peneliti membaca dan
mencatat tingkat kunjungan di perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang mulai dari
3.6
Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data merupakan teknik analisis data. Analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara dan catatan lapangan dengan cara mengorganisir data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih nama yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri-sendiri maupun orang lain
(Sugiyono, 2010: 244).
Tahapan analisis data dalam penilitian ini, adalah
a. Memahami data yang diperoleh dari lapangan. Hasil wawancara dengan
informan dan catatan lapangan.
b. Mengklasifikasi data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan
dan catatan lapangan. Dalam hal ini peneliti memilah antara data yang sesuai
dengan tema masalah dan data yang tidak sesuai.
c. Mengolah data dari hasil wawancara yang dimaksudkan untuk mendapatkan
inti jawaban dari pertanyaan yang diberikan.
3.7
Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian dilakukan dengan tujuan agar dapat
menghasilkan temuan dan interpretasi data yang absah dan dapat diterima oleh
semua pihak. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas empat kriteria,
kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability) (Moleong, 2008: 324).
Menurut Sugiyono (2010: 147) ada empat uji keabsahan data, yaitu uji
kredibilitas data (validasi internal), uji dependabilitas (reliabilitas) data, uji
transferabilitas (validasi eksternal/generalisasi), dan uji konfirmabilitas
(objektinitas). Dalam penelitian ini peneliti melakukan uji kredibilitas data.
Fungsi dari pengujian ini adalah untuk melaksanakan pemeriksaan sedemikian
rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan kita dapat dicapai dan
mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penelitian kita dengan jalan
pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang diteliti (Moleong, 2010: 324).
Ada tujuh jenis teknik pengujian kredibilitas, yaitu perpanjangan pengamatan,
meningkatkan ketentuan, trigulasi, diskusi dengan teman sejawat, member check, analisis kasus negatif, dan menggunakan bahan referensi.
Namun, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan trigulasi saja.
Triangulasi adalah teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain untuk keperluan atau sebagai pembanding terhadap data itu
(Moleong, 2010: 330). Trigulasi merupakan teknik untuk memeriksa kembali
hasil penelitian dengan cara membandingkannya dengan berbagai sumber,
metode, atau teori yang telah ada sebelumnya. Dalam penelitian ini
mempertimbangkan pemakaian jenis triangulasi yang tepat sesuai kondisi di
lapangan. Peneliti tidak mungkin menggunakan semua jenis bersamaan. Ada tiga
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber merupakan teknik trigulasi yang dilakukan dengan
memeriksa data yang didapatkan melalui berbagai sumber (Prastowo, 2011:
269). Pada penelitian ini, data diperoleh dari informan (pemustaka) dan petugas
perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang. Data tersebut dianalisis dan
menghasilkan suatu kesimpulan. Kemudian dimintakan kesepakatan (member check) dengan sumber data.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik merupakan teknik trigulasi yang digunakan untuk meguji
kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda (Prastowo, 2011: 270). Dalam
penelitian ini, peneliti memperoleh data melalui wawancara, kemudian dicek
melalui observasi. Apabila ada perbedaan, maka dilakukan diskusi lebih lanjut
untuk memastikan data mana yang paling benar.
c. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu merupakan teknik trigulasi yang dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan melakukan wawancara, observasi, atau teknik lain
dalam waktu dan situasi yang berbeda (Prastowo, 2011: 270). Waktu juga
sering mempengaruhi kredibiltas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak
masalah, akan lebih valid sehingga lebih kredibel. Pengumpulan data dalam
diketahui apakah narasumber memberikan data yang sama atau berbeda kepada
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN SMP NEGERI 19
SEMARANG
4.1
Deskripsi Lokasi
SMP Negeri 19 Semarang berdiri tahun 1977 dengan nama awal SMP Borobudur
Semarang. Pengambilan nama ini disesuaikan dengan tempat berdirinya yaitu di
jalan Borobudur Selatan. Seiring dengan perkembangan waktu, perhatian
pemerintah pusat dalam hal ini adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
maka sekolah ini diubah namanya menjadi SMP Negeri Manyaran. Sejak tahun
1982 dan sampai sekarang SMP Negeri Manyaran berganti nama menjadi SMP
Negeri 19 Semarang. Sejak berdiri sampai sekarang SMP Negeri 19 Semarang
banyak mengalami perubahan dan pergantian kepala sekolah. SMP Negeri 19
Semarang sampai saat ini sudah mengalami pergantian delapan kali dan sejak
Oktober 2012 yang menjabat sebagai kepala sekolah adalah Bapak Muhammad
Ahsan, S.Ag, M.Kom. Sejak tahun 2008 SMP Negeri 19 Semarang sudah
mengajukan sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN). SMP Negeri 19 Semarang
terletak di sebelah barat kota Semarang. Tepatnya di Jl. Abdulrahman Saleh
Manyaran Semarang Telp. (024) 7607932, memiliki 48 guru dan 19 karyawan
serta 929 siswa.
SMP Negeri 19 mempunyai gedung perpustakaan dengan luas bangunan 251
terletak di samping Ruang Multimedia, situasi tenang, mudah dijangkau oleh
pemustaknya dan ditangani oleh 4 tenaga yang terlatih.
Keadaan gedung yang teratur membuat aktivitas di perpustakaan dapat
berjalan lancar. Sirkulasi udara cukup baik, begitupula dengan penerangan
ruangannya. Letak gedung perpustakaan yang cukup strategis dengan cukupnya
sinar matahari yang masuk dalam ruangan dan sirkulasi udara yang baik, serta
situasiyang tidak terlalu ramai, membuat pemustaka nyaman berada di
perpustakaan.
Setiap awal tahun pelajaran, Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang
melaksanakan program kerja seperti pengadaan dan pengolahan koleksi,
pengerjaan administrasi, dan lain sebagainya demi mencapai tujuan perpustakaan.
Pengelola perpustakaan juga melakukan promosi dengan mengenalkan
koleksi-koleksi yang dimiliki perpustakaan dan memberikan bimbingan minat baca pada
siswa baru.
Pengelola perpustakaan bersama guru Bahasa Indonesia bekerjasama untuk
membiasakan para siswa berkunjung ke perpustakaan dengan cara mengajak
siswa berkunjung ke perpustakaan saat jam pelajaran minimal satu jam setiap
minggunya. Kegiatan yang dilakukan bermacam-macam tergantung dari guru
Kepala Sekolah
Kepala Perpustakaan
Bagian Administrasi Bagian Teknis
Bagian Pelayanan 4.2 Struktur Organisasi
Struktur organisasi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang adalah Ibu Nunik
Iswati, S.pd sebagai kepala perpustakaan, bagian teknis Ibu Sri Haryuni, Bagian
Pelayanan Bp. Sumarlan, dan Bagian Administrasi Ibu Dewi.
STRUKTUR ORGANISASI PERPUSTAKAAN SMP Negeri 19 Semarang
Gambar 1. Struktur Organisasi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang
4.3 Visi dan Misi
VISI :“BERPRESTASI, BERBUDI PEKERTI LUHUR DAN
BERKEPRIBADIAN MANTAP “
MISI :
1. Meningkatkan prestasi bidang akademik
2. Meningkatkan prestasi bidang olah raga dan seni
4. Menumbuhkan rasa ikut handarbeni sekolah, sehingga dapat
menjaga kebersihan, keindahan dan keamanan sekolah
5. Menerapkan menejemen partisipatif dengan melibatkan seluruh
warga sekolah dan komite sekolah
4.4
Koleksi
Koleksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang pada tahun pelajaran
2012/2013 terdiri dari koleksi cetak dan koleksi noncetak. Koleksi cetak terdiri
dari koleksi referensi, nonfiksi, fiksi, buku teks utama, majalah 5 judul (Penyebar
Semangat, Joyo Boyo, Trubus, Hello, Bola), surat kabar 2 judul (Kompas, Suara
Merdeka). Sedangkan koleksi noncetak terdiri dari CD pembelajaran 88 judul
dengan jumlah 247 keping yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu. Rincian
koleksi tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1:
Jumlah koleksi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang
Koleksi Judul Eksemplar
Referensi 1406 4394
Nonfiksi 1597 5374
Fiksi 788 2376
Buku Teks Utama 155 24236
Sumber: Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang
Berikut ini adalah daftar rincian koleksi nonfiksi dan koleksi referensi yang
masuk buku induk perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang tahun ajaran
2012/2013 berdasarkan nomor klasifikasinya:
Tabel: 2
Daftar koleksi nonfiksi dan koleksi referensi Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang
No. Klas Subjek
Jumlah
Judul Eksemplar
1. 000 Karya Umum 210 395
2. 100 Filsafat 63 85
3. 200 Agama 271 1095
4. 300 IPS 736 1295
5. 400 Bahasa 245 1698
6. 500 Ilmu Murni 350 2151
Surat Kabar 2 -
7. 600 Teknologi 365 397
8. 700 Kesenian, Hiburan, Olah
Raga
275 651
9. 800 Kesusastraan 191 502
10. 900 Sejarah Ilmu Bumi 355 960
Sumber: Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang
Koleksi buku nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang bervariatif
meskipun kurang up to date. Banyak koleksi yang seharusnya sudah kuno dan informasinya sudah ketinggalan jaman, namun masih dilayankan. Pengadaan
koleksi nonfiksi selalu diupayakan oleh perpustakaan setiap tahunnya, namun
kendala biaya selalu menjadi penghambat. Sehingga pengadaannya juga kurang
maksimal beberapa tahun belakangan. Saat ini penambahan koleksi buku di
perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang masih bergantung pada sumbangan dari
pemerintah, siswa, dan guru. Kebanyakan siswa menyumbang buku ke
perpustakaan sebagai hukuman yang diberikan oleh guru.
Kebanyakan pemustaka memanfaatkan koleksi buku nonfiksi di Perpustakaan
SMP Negeri 19 Semarang karena adanya tugas dari guru bidang studi. Buku-buku
yang dipinjam hanya boleh dipinjam selama di sekolah dan tidak boleh dibawa
pulang. Kebanyakan buku yang dipinjam adalah buku-buku Ilmu Pengetahuan
Alam, terutama buku biologi dan fisika. Di bawah ini merupakan daftar
Tabel: 3
Daftar peminjaman buku nonfiksi Semester 1 tahun ajaran 2012/2013
No. Nomor Klas Subjek Jumlah Peminjaman
1. 000 Karya Umum 2
Sumber: Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang
4.5
Sarana dan Prasarana
Perabot yang dimiliki Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang antara lain: meja
baca 6 buah, kursi baca 48 buah, rak buku 6 buah, almari buku referens 4 buah,
almari buku katalog 1 buah, papan pengumuman 1 buah, rak koran 2 buah, rak
majalah 2 buah, papan pamer 1 buah, meja baca perorangan (study carrel) 4 buah, tempat penitipan 1 buah, jam penitipan 1 buah, taman baca, komputer 4 unit (1
unit digunakan sebagai absensi pengunjung, 1 unit digunakan sebagai otomasi
perpustakaan, 1 unit untuk internet, dan 1 unit untuk kegiatan administrasi
perpustakaan). Selain itu memiliki 1 CCTV, 1 Tv 14 Inch, 1 TV 29 Inch, 1 buah
VCD Player, 1 buah DVD (radio, Tape), 1 buah LCD, dan seperangkat alat dengar
4.6
Pemustaka
Pemustaka di Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang adalah siswa-siswi, guru,
karyawan, dan seluruh civitas akademika SMP Negeri 19 Semarang.
Karena adanya pembiasaan perpustakaan, pihak sekolah memberikan
tanggung jawab kepada guru-guru Bahasa Indonesia untuk mengajak
siswa-siswinya belajar di perpustakaan minimal satu jam tiap minggunya. Tidak hanya
berkunjung, namun siswa-siswi juga diberikan tugas-tugas yang berkaitan dengan
kurikulum. Maka dari itu, kunjungan pemustaka ke perpustakaan tergolong tinggi.
Meskipun demikian, selama tiga tahun ini siswa belum bisa meminjam buku
untuk dibaca di rumah, hanya diperbolehkan meminjam selama berada di sekolah.
Hal ini dikarenakan pihak sekolah dan perpustakaan belum memberikan kartu
anggota perpustakaan kepada siswa. Sehingga siswa hanya bisa membaca di
perpustakaan.
Berikut ini adalah tabel jumlah pengunjung Perpustakaan SMP Negeri 19
Semarang pada Tahun Pelajaran 2011/2012:
Tabel: 4
Jumlah Pengunjung Perpustakaan Tahun Pelajaran 2012/2013
No Semester 1 Jumlah Pengunjung Semester 2 Jumlah Pengunjung
1 Juli 3990 Januari 4881
2 Agustus 5600 Pebruari 3619
4 Oktober 3515 April 2246
5 Nopember 4112 Mei 1986
6 Desember 4221 Juni 1171
Jumlah 25.403 Jumlah 17.109
Sumber: Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang
4.7
Prestasi
Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang merupakan salah satu perpustakaan
yang berprestasi. Perpustakaan ini pernah meraih juara dalam beberapa
Lomba Perpustakaan pada tahun 2006 dan 2007, mulai tingkat Kota sampai
tingkat Provinsi. Prestasi yang pernah diraih Perpustakaan SMP Negeri 19
Semarang, yaitu:
1. Juara I Lomba Perpustakaan Tingkat Kota Semarang tahun 2006.
2. Juara I Lomba Perpustakaan Tingkat Eks Karisidenan Semarang
tahun 2006.
3. Juara III Lomba Perpustakaan Tingkat Jawa Tengah tahun 2006.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara dan catatan lapangan dengan cara mengorganisir
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih nama yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri-sendiri maupun
orang lain (Sugiyono, 2009: 244).
Pada sub bab berikut membahas hasil penelitian berdasarkan pengamatan atau
observasi, wawancara maupun dokumentasi, kemudian dilakukan teknik analisis
deskriptif terhadap motivasi pemanfaatan koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar di SMP
Negeri 19 Semarang sehingga diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemustaka
dalam memanfaatkan koleksi nonfiksi perpustakaan.
5.1
Kriteria Informan
Informan dalan penelitian kualitatif ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu.
Peneliti menentukan beberapa pertimbangan dalam menentukan informan. Jumlah
informan yang diambil peneliti dalam penelitian ini adalah 5 (lima) informan
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Siswa yang sering berkunjung ke Perpustakaan SMP Negeri 19 Semarang.
2. Siswa yang sering meminjam koleksi nonfiksi di Perpustakaan SMP Negeri 19
3. Siswa yang benar-benar memanfaatkan koleksi nonfiksi sebagai sumber belajar.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas peneliti akan lebih mudah dalam menentukan
pemustaka yang akan dijadikan informan. Peneliti memilih lima pemustaka yang terdiri
dari siswa kelas VIII dan kelas IX di SMP Negeri 19 Semarang sebagai informan dalam
penelitian, yaitu:
Table: 5
Daftar Informan
NO NAMA KELAS JENIS
KELAMIN
1. Novia Monicasari IX-A Perempuan
2. Vada Annisa IX-A Perempuan
3. Ajiyoko IX-E Laki-laki
4. Bella Isahara VIII-E Perempuan
5. Dinda Putri Astria VIII-C Perempuan
5.2
Analisis Penelitian
5.2.1 Pemanfaatan Koleksi Nonfiksi sebagai Sumber Belajar di SMP Negeri 19
Semarang
Perpustakaan sekolah akan bermanfaat apabila benar-benar memperlancar pencapaian
tujuan proses belajar mengajar di sekolah dengan adanya pemanfaatan koleksi oleh
pemustakanya. Pemanfaatan koleksi dilakukan karena adanya kebutuhan dalam diri
seseorang akan informasi dan ilmu pengetahuan. Begitu halnya dengan pemustaka SMP
belajar. Pemustaka memanfaatkan koleksi dengan cara berkunjung ke perpustakaan.
Perpustakaan dan guru Bahasa Indonesia bekerjasama untuk memaksimalkan
perpustakaan dengan melaksanakan belajar mengajar di perpustakaan.
5.2.1.1 Jam Perpustakaan
Berkaitan dengan pertanyaan mengenai topik pembicaraan adanya jam perpustakaan di
kelas. Pertanyaannya sebagai berikut:
”Apakah ada jam perpustakaan di kelas Anda?”
Ketiga informan dari kelas IX, Vada Anisa kelas A, Novia Monicasari kelas
IX-A, dan Ajiyoko kelas IX-E menyatakan bahwa jam perpustakaan ada setiap satu jam
seminggu ketika mereka kelas VII, namun sekarang jadwal jam perpustakaan tidak tentu.
Jam berkunjungnya tergantung pada guru Bahasa Indonesia. Berikut pernyataannya:
”Sekarang ada, tapi tergantung Bu Wahyati (guru Bahasa Indonesia) kapan mau ke perpustakaannya.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
”Ada, tapi gak seperti waktu kelas VII. Kalau sekarang terserah gurunya.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)
”Ada. Tapi jamnya gak pasti.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
Dua informan kelas VIII memiliki pernyataan sebagai berikut:
”Gak tau. Tapi kalau pelajarannya Bu Dewi (guru Bahasa Indoneisa) sering di perpustakaan.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
Berdasarkan pernyataan-pernyataan dari informan, dapat diketahui bahwa saat ini
jam perpustakaan yang terjadwal sudah ditiadakan. Namun, setiap guru Bahasa Indonesia
di SMP Negeri 19 Semarang tetap mengajak para siswa untuk memanfaatkan
perpustakaan dengan cara melaksanakan proses belajar mengajar di perpustakaan dan
memberi tugas-tugas yang mengaharuskan siswa memanfaatkan koleksi di perpustakaan.
Di luar kewajiban berkunjung ke perpustakaan karena tugas dari guru, pemustaka
juga berkunjung ke perpustakaan ketika jam istirahat. Berdasarkan data kunjungan yang
dimiliki perpustakaan, rata-rata pemustaka berkunjung dua atau tiga kali seminggu.
5.2.1.2 Frekuensi Kunjungan
Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembahasan kunjungan informan ke
perpustakaan dalam seminggu. Pertanyaannya sebagai berikut:
”Dalam satu minggu berapa kali Anda berkunjung ke perpustakaan?”
Berdasarkan pertanyaan tersebut di atas, berikut jawaban dari salah satu informan:
”Lebih dari dua kali. Bisa sampai empat atau lima kali kalau lagi butuh referensi buat makalah.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
Vada Anisa berkunjung ke perpustakaan lebih dari dua kali dalam satu minggu.
Frekuensinya bisa bertambah jika dia sedang membutuhkan referensi untuk bahan
membuat KIR (Karya Ilmiah Remaja).
Novia Monicasari juga mengatakan bahwa dia berkunjung ke perpustakaan dua kali
atau lebih dalam seminggu. Namun ketika Novia membutuhkan referensi untuk
mengerjakan tugas, dia akan lebih sering datang ke perpustakaan. Berikut pernyataannya:
Berbeda dengan dua informan di atas, ketiga informan lainnya menyatakan jumlah
kunjungan yang berbeda-beda dalam satu minggu. Kunjungan ke perpustakaan ketiga
informan di berikut tidak pasti setiap minggunya. Berikut pernyataannya:
”Kadang dua kali, tiga kali, kadang gak ke perpustakaan sama sekali.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”Seringnya dua kali seminggu. Kadang-kadang ya sekali. Tapi kayaknya gak pernah lebih.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
”Kadang-kadang sekali, kadang-kadang dua kali.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
Berdasarkan pernyataan dari informan, dapat diketahui bahwa rata-rata kunjungan
informan adalah dua kali dalam satu minggu dengan tujuan kunjungan yang berbeda.
Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembahasan lama kunjungan informan ke
perpustakaan. Berikut pertanyaannya:
”Berapa lama Anda berkunjung ke perpustakaan?”
Kelima informan berkunjung ke perpustakaan pada saat jam istirahat. Rata-rata lama
berkunjungnya sekitar 20 sampai 30 menit. Berikut pernyataannya:
”Kira-kira ya 30 menitan lebihlah.” (Wawncara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
”Sekitar 15 sampai 20 menitan. Pokoknya selama istirahat.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)
”30 menitan mungkin.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
”Paling 5 menit atau 10 menit.” (Wawancara dengan Dinda, pada 4 Januari 2013)
Waktu istirahat di SMP Negeri 19 Semarang adalah 40 menit saat istirahat pertama
dan 45 menit saat istirahat kedua. Vada Anisa, Novia Monicasari, Ajiyoko, dan Bella
Isahara berkunjung ke perpustakaan dengan lama kunjungan yang hampir sama.
Sedangkan Dinda Putri Astria memiliki waktu kunjungan yang berbeda dari informan
lain. Dia berkunjung ke perpustakaan hanya sekitar 5 sampai 10 menit. Dinda
mengatakan berkunjung ke perpustakaan hanya untuk meminjam buku untuk dibawa ke
kelas dan dikembalikan saat pulang sekolah.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata para informan
berkunjung antara 20 sampai 30 menit. Mereka memanfaatkan waktu istirahat mereka
untuk berkunjung ke perpustakaan dengan tujuan masing-masing. Saat berkunjung ke
perpustakaan informan tidak selalu meminjam buku perpustakaan.
5.2.1.3 Tujuan Kunjungan
Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembahasan tujuan kunjungan informan ke
perpustakaan. Berikut pertanyaannya:
Berdasarkan pertanyaan di atas, Novia Monicasari siswa kelas IX-A menjawab
sebagai berikut:
”Saya seringnya datang ke perpustakaan kalau mau mengerjakan tugas. Mencari referensi gitu.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)
Menurut Novia, perpustakaan menyediakan informasi lebih banyak. Sehingga jika
dia membutuhkan informasi untuk membantu mengerjakan tugasnya, dia akan datang ke
perpustakaan.
Jawaban Novia sedikit berbeda dengan Vada Anisa, siswa kelas IX-A yang
menjawab sebagai berikut:
”Untuk mengisi waktu luang sambil baca-baca buku. Kadang-kadang untuk cari referensi.” (Wawancara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
Vada berkunjung ke perpustakaan untuk mengisi waktu luangnya dan membaca
buku. Namun, jika dia membutuhkan referensi untuk mengerjakan tugas, tempat pertama
yang akan dia datangi untuk mencari referensi adalah perpustakaan.
Sedangkan tujuan informan lain berkunjung ke perpustakaan adalah untuk membaca
membaca buku atau meminjam buku. Berikut pernyataannya:
”Untuk baca-baca aja.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)
”Baca-baca atau pinjam buat dibaca di kelas.” (Wawancara dengan Bella, pada 4 Januari 2013)
Tujuan Ajiyoko datang ke perpustakaan adalah untuk membaca buku. Buku yang dia
baca di perpustakaan merupakan koleksi perpustakaan maupun buku yang dia bawa dari
rumah. Berbeda dengan Ajiyoko, Dinda Putri Astria memiliki tujuan datang ke
perpustakaan untuk meminjam buku. Biasanya Dinda meminjam buku karena ada tugas
yang mengahruskan memakai koleksi perpustakaan. Sedangkan Bella Isahara berkunjung
ke perpustakaan untuk membaca koleksi perpustakaan atau meminjam buku pendamping
belajar untuk dibaca di kelas.
Berdasarkan pernyataan dari informan, rata-rata tujuan informan datang ke
perpustakaan adalah untuk membaca buku. Setiap kunjungan pemustaka ke perpustakaan
terbatas pada jam istirahat saja. Kecuali pada saat ada tugas dari guru untuk ke
perpustakaan.
5.2.1.4 Pemanfaatan Koleksi
Berkaitan dengan pertanyaan tentang topik pembahasan informan selalu atau tidak selalu
meminjam buku saat berkunjung ke perpustakaan. Berikut pertanyaannya:
”Apakah Anda selalu meminjam buku saat berkunjung ke perpustakan?”
Berdasarkan pertanyaan di atas, berikut ini adalah jawaban dari informan:
”Selalu.” (Wawncara dengan Vada, pada 5 Januari 2013)
”Kadang-kadang.” (Wawancara dengan Novia, pada 11 Januari 2013)
”Kadang minjem kadang gak.” (Wawancara dengan Ajiyoko, pada 12 Januari 2013)