BISA KENA SANKSI, KANTOR ATAU
PERUSAHAAN HARUS PEDULI ASI
EKSLUSIF
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 disebutkan, tempat kerja (perusahaan, kantor pemerintah, pemerintah daerah, dan swasta) harus mendukung program ASI eksklusif dengan memberikan fasilitas ruang laktasi dan memberikan kesempatan ibu bekerja untuk menyusui atau memerah ASI. Peraturan perusahaan atau perjanjian kerja harus memiliki kebijakan tentang dukungan terhadap program ASI eksklusif , juga memiliki peraturan internal mengenai dukungan terhadap program ASI eksklusif. Dalam Pasal 36 disebutkan, jika tempat kerja tidak menjalani peraturan tersebut, dapat terkena sanksi sesuai Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 dalam Pasal 200 dan 201, yaitu ancaman pidana kurungan paling berat selama 1 tahun dan denda maksimal Rp 100 juta. Untuk perusahaan, denda menjadi maksimal 3 kali lipat atau Rp 300 juta dan ancaman pencabutan badan izin usaha.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 15 tahun 2013 pun telah diatur tatacara penyediaan ruang ASI. Ruang laktasi bisa disesuaikan dengan jumlah pekerja hamil atau menyusui di perusahaan tersebut. Pendanaan ruang laktasi dilarang bersumber dari produsen susu bayi dan produksi lainnya, seperti produk botol, dot, atau empeng.Adanya ruang laktasi di tempat kerja dan tempat umum amat penting bagi ibu menyusui yang bekerja. Di ruang laktasi, ibu dapat menyusui bayinya maupun memerah ASI. Lebih dari itu, adanya ruang laktasi ternyata bisa memengaruhi banyak sedikitnya produksi ASI. Adanya ruang laktasi di tempat kerja dan tempat umum amat penting bagi ibu menyusui yang bekerja. Di ruang laktasi, ibu dapat menyusui bayinya maupun memerah ASI. Lebih dari itu, adanya ruang laktasi ternyata bisa memengaruhi banyak sedikitnya produksi ASI.
Rekomendasi:
o Jika kantor belum memiliki ruang laktasi, segera ajukan ke manajemen. Jika sudah ada ruang laktasi, karyawan juga berhak mendapat kesempatan untuk memerah ASI. Adanya ruang laktasi dapat mendukung ibu memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
https://asilaktasi.com/2015/08/03/bisa-kena-sanksi-kantor-atau-perusahaan-harus-peduli-asi-ekslusif/
ASI Eksklusif, Antara Harapan dan
Kenyataan
Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi yang paling ideal bagi bayi, dan menyusui secara umum memberikan manfaat bagi bayi dan juga bagi sang ibu. ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dilaporkan beberapa studi memberikan perlindungan bagi bayi dari infeksi saluran pencernaan dan infeksi saluran pernafasan bawah, bahkan apabila dibandingkan dengan bayi yang hanya diberikan ASI eksklusif selama 4 bulan. Dengan berbagai macam bukti dari manfaat pemberian ASI, World Health
Organization (WHO) mengeluarkan rekomendasi agar bayi diberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan dan kemudian baru diperkenalkan dengan makanan pendamping, pemberian ASI secara parsial masih dapat dilanjutkan sampai usia 2 tahun. Pengertian ASI eksklusif yang perlu dipahami betul adalah pemberian asupan makanan kepada bayi hanya mencakup ASI, tanpa makanan dan minuman lain, bahkan tidak memberikan air putih. Pemberian obat syrup, oralit, ataupun vitamin masih diperbolehkan dalam praktik ASI eksklusif secara definisi. Pengertian mengenai ASI eksklusif ini yang masih banyak kurang dipahami oleh masyarakat sehingga
mempengaruhi keberhasilan praktik ini.
Walaupun informasi mengenai betapa luar biasanya manfaat dari ASI, hanya sebagian bayi-bayi di Indonesia yang merasakan anugerah ini. Berdasarkan survey Indonesia Demographic and Health Survey pada tahun 2012, terdapat 96% bayi di Indonesia yang pernah diberikan ASI, namun hanya 41% saja yang berhasil diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Dilaporkan pula pada survey tersebut, 60% dari bayi di Indonesia telah diberikan makanan selain ASI pada usia 3 hari. Penerapan ASI ekslusif yang tidak optimal ini tentunya akan berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien akibat masalah gizi. Lantas, apa kira-kira yang menyebabkan praktik ASI eksklusif dapat mengalami kendala?
ASI eksklusif merupakan suatu proses yang dinamis dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti psikologis, lingkungan, dan sosiokultural. Mengetahui faktor-faktor yang menentukan pemberian ASI sangatlah penting untuk dipahami, agar masyarakat dan juga petugas kesehatan dapat memaksimalkan edukasi untuk
mencegah penghentian ASI eksklusif.
(1) masalah nutrisi yang mencakup kekhawatiran berat badan bayi tidak naik, anak tampak kurang puas menyusu, ibu tergoda untuk memberikan makanan pendamping yang dianggap dapat membantu pertumbuhan;
(2) masalah laktasi, seperti luka atau infeksi pada puting ibu, perlekatan yang tidak baik ;
(3) penyakit pada ibu atau bayi sehingga menyebabkan ibu memutuskan untuk menghentikan ASI eksklusif untuk pemulihan yang lebih baik atau mengharuskan ibu mengkonsumsi obat tertentu;
(4) ibu yang kembali bekerja sehingga mengurangi waktu yang optimal untuk produksi dan pemberian ASI;
(5) lingkungan yang kurang mendukung pemberian ASI, seperti tempat-tempat publik yang tidak menyediakan sarana ruangan menyusui sehingga membuat laktasi menjadi beban;
(6) anjuran pihak medis, misalnya apabila memang terdapat beberapa indikasi; dan
(7) penghentian sementara oleh ibu yang berujung pada penghentian ASI eksklusif selanjutnya.
Suatu studi kualitatif yang dilakukan di Jakarta oleh Marzuki dan kawan-kawan, menemukan bahwa alasan penghentian ASI eksklusif di Indonesia umumnya masih berkutat pada kekhawatiran di bidang kesehatan. Alasan-alasan yang diutarakan ditemukan banyak berkaitan dengan usia bayi saat ASI dihentikan. Sebagai contoh, praktik ASI eksklusif pada bayi usia di bawah 1 bulan biasanya berhubungan dengan masalah perlengketan dalam menyusui. Luka pada puting ibu, perlengketan yang tidak baik sehingga bayi tampak tidak menyusu dengan puas merupakan hal yang sering terjadi. Berbeda dengan penghentian ASI eksklusif pada usia bayi yang lebih besar, masalah status gizi anak yang seringkali menjadi faktor pemicu seperti berat badan tidak naik sehingga menimbulkan persepsi tidak cukupnya ASI yang
diberikan. Selain itu, ditemukan masih banyak persepsi mengenai ASI yang kurang tepat di masyarakat, seperti ASI tidak cukup bergizi bagi anak karena ibu merasa tidak yakin bahwa dia memiliki status gizi yang baik, anak yang rewel setelah diberikan ASI semerta-merta dianggap sebagai tanda belum kenyang sehingga ASI dianggap kurang. Ada banyak pula ibu pada studi ini yang mengatakan bahwa ASI eksklusif hanyalah mimpi indah yang dapat dicapai oleh sebagian kecil ibu yang mampu memproduksi ASI dalam jumlah yang cukup.
Apabila pengetahuan mengenai ASI eksklusif ini telah tepat, niscaya pencapaian ASI eksklusif di Indonesia bukan hanya sekedar harapan belaka bagi sebagian besar ibu-ibu Indonesia. Semoga praktik ASI eksklusif di Indonesia dapat lebih optimal dan dapat menciptakan generasi baru yang lebih berkualitas.
http://beranisehat.com/archives/air-susu-ibu-asi-eksklusif-antara-harapan-dan-kekayaan/
Menkes: Mitos Rusak Program
Pemenuhan Gizi Ibu dan Bayi
"Kematian ibu tinggi ada karena faktor internal."
VIVA.co.id – Jumlah stunting atau pertumbuhan badan yang tidak sesuai dengan usia masih terbilang tinggi di Indonesia. Meski menurut Pantauan Status Gizi 2016 terdapat penurunan 37 persen. Hal ini terkait dengan pemenuhan gizi yang dibutuhkan anak-anak. Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengatakan, ada dua hal
terkait dengan status perempuan dalam keluarga dalam hal pemberian makanan pada anak.
"Ada pola asuh dan salah asuh. Seringkali perempuan bukan yang menengah atas, tidak memiliki pengetahuan dan cara yang salah dalam memberikan makan pada anak. Terutama pada perempuan di pedesaan," ujar Nila saat acara peringatan Hari Gizi Nasional di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu, 25 Januari 2017. Khususnya 1000 hari pertama kehidupan anak yang menjadi masa penting bagi anak agar bisa tumbuh dengan baik, penyakit
berkurang, dan berperilaku sehat.
Tak hanya itu, banyak mitos yang masih dilakukan di berbagai daerah di Indonesia juga menjadi penghalang pemenuhan gizi bagi bayi serta ibu. Misalnya di Batang dan Pekalongan, tepatnya di desa nelayan ada mitos bahwa ibu melahirkan tidak boleh makan ikan. Mereka juga harus berpuasa selama 40 hari.
Ada pula kepercayaan di wilayah Atambua, Nusa Tenggara Timur, ibu harus dipanggang. Mereka diminta untuk tidak makan selama 40 hari. Hal ini menyebabkan ibu tidak bisa memberi ASI,
karenanya angka tidak memberikan ASI di sana mencapai 70 persen.
Kepercayaan ini pula yang menyebabkan banyak wanita terutama ibu yang mengalami anemia. Anemia merupakan salah satu
penyebab angka kematian ibu yang tinggi di Indonesia.
"Kematian ibu tinggi ada karena faktor internal seperti anemia dan kurang gizi yang menyebabkan eklampsi. Ada juga faktor eksternal seperti transportasi, ketersediaan air bersih, dan sebagainya," kata Nila.
http://life.viva.co.id/news/read/875120-menkes-mitos-rusak-program-pemenuhan-gizi-ibu-dan-bayi
Pemkot Surabaya
Canangkan
Gerakan 1.000 Hari
Pertama Kehidupan
SURABAYA, JAWA TIMUR —
Pemerintah Kota Surabaya mencanangkan Gerakan "1.000
Hari Pertama Kehidupan" di Balai Pemuda Surabaya, Rabu
(25/1), sebagai upaya untuk menurunkan angka kematian
ibu dan bayi di Surabaya. Meski angka kematian ibu
melahirkan di Surabaya tergolong rendah, upaya
pencegahan dianggap penting untuk menyelamatkan nyawa
ibu melahirkan beserta bayinya.
Gerakan "1.000 Hari Pertama Kehidupan" menjadi dasar
Dinas Kesehatan Kota Surabaya, mengajak seluruh
masyarakat khususnya pasangan muda untuk
memperhatikan kesiapan dan kesehatan ibu hamil.
Pada tahun 2016, angka kematian ibu melahirkan di
Surabaya mencapai 28 kasus, sedikit mengalami penurunan
dari tahun 2015 yang mencapai 39 kasus kematian.
Kematian ibu melahirkan banyak disebabkan oleh
pendarahan, serta tekanan darah tinggi saat melahirkan.
“Mulai dari calon pengantin, sampai dia punya anak umur
dua tahun, dia diberi pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi, bagaimana dia nanti pada saat menjadi ibu
hamil, pada saat hamil dia harus menjaga kesehatan dia
dan anaknya di dalam kandungan, kemudian setelah lahir
dia harus menyusui enam bulan ASI ekslusif sampai umur
dua tahun dia tetap diberi ASI,” kata Febria Rachmanita.
Pendampingan juga diberikan dengan menyiapkan bidan
dan dokter, untuk memantau dan memastikan kesehatan
ibu hamil. Dinas Kesehatan Kota Surabaya, kata Febria,
telah mendata 315 calon pengantin dan calon ibu hamil
yang bersedia mengikuti program 1.000 Hari Pertama
Kehidupan.
“Jadi satu bidan mendampingi tiga orang ibu hamil,
kemudian ibu hamil itu juga mendapat donor (darah) dari
empat orang, ya karena kan kasusnya banyak perdarahan
itu. Jadi satu ibu hamil didampingi empat pendonor, nah
kemudian orang per orang ke rumah, bidan ke rumah, para
dokter ke rumah,” kata Febria Rachmanita.
Dian Fitriani, seorang ibu rumah tangga di Surabaya,
mengatakan, mempersiapkan kehamilan dengan
mengetahui kondisi kesehatan sangat penting dilakukan,
untuk mencegah risiko kehamilan yang dapat berdampak
pada kematian ibu melahirkan. Selain itu, asupan makanan
yang bergizi dan dibutuhkan oleh ibu hamil, perlu
diperhatikan untuk menghasilkan anak yang sehat dan
cerdas.
Persiapan kehamilan menjadi penting dilakukan, karena
berkaitan dengan mempersiapkan generasi penerus bangsa
di masa mendatang. Walikota Surabaya Tri Rismaharini
mengatakan, persiapan generasi penerus bangsa yang
unggul dan sehat dapat dipersiapkan sejak dini, salah
satunya dengan memperhatikan kualitas gizi makanan bagi
ibu hamil maupun bayi.
“Seringkali kita tidak mempedulikan, kita hanya ngomong
cari uang, kemudian uangnya untuk beli rumah, kita tidak
memperhatikan bahwa misalkan kita lagi hamil, itu ada
yang harus diperhatikan untuk masa depan anak-anak itu.
Mulai dia nanti ke depan IQ-nya seperti apa, kecerdasan
intelektualnya seperti apa, kemudian fisiknya seperti apa,
sebetulnya bisa direncanakan itu,” kata Tri Rismaharini.
Risma memastikan akan memperhatikan kualitas gizi
makanan bagi anak usia di bawah delapan tahun, dengan
memberikan asupan makanan berbahan dasar ikan untuk
meningkatkan kecerdasan dan kesehatan anak.
“Saya coba menunya diubah, jadi ada sebagian ikan. Ini
kan, tahun ini 2017 itu kita juga memberikan makanan
untuk anak PAUD (pendidikan anak usia dini/ pra TK), jadi
seminggu sekali kita berikan makanan untuk anak PAUD,
nanti kalau ini berhasil tahun depan kita usulkan untuk
makanan anak SD kelas 1 dan 2, sehingga usia d ibawah 8
tahun itu kita harapkan dia punya gizi yang bagus. Jadi
nanti yang Posyandu (pos pelayanan terpadu) sama yang
PAUD itu, kita akan perbanyak ikan, menunya diperbanyak
ikan, kemudian sayur dan buah,” lanjut Tri
Rismaharini.
[pr/ab]
Tantangan ASI Eksklusif di
Indonesia, Masih Ada
Lho
Bayi
Diberi Minum Kopi
Dari berbagai jenis asupan yang diberikan pada bayi di bawah usia 6 bulan, susu formula tercatat paling banyak yakni 60,4 persen. Berturut-turut di bawahnya adalah air putih dan madu, masing-masing sebanyak 29,5 persen dan 18 persen.
Asupan selain ASI yang diberikan pada bayi di bawah usia 6 bulan adalah teh, air tajin, madu, dan makanan lumat. Menariknya, sebanyak 1,4 persen bayi mendapatkan asupan kopi dari orang tuanya.
"Memang tidak banyak, biasanya cuma seujung sendok. Biasanya diberikan karena bayinya demam, supaya tidak step (kejang)," kata Iin Mursalin dari MCA-Indonesia, dalam talk show di @america, Pacific Place Mall, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Rabu (3/8/2016). Seorang dokter yang juga aktivis menyusui, dr Falla Adinda Pringgayuda, mengakui pernah mendapati kasus serupa. Menurutnya, masih ada keyakinan di kalangan sebagian
masyarakat bahwa anak demam perlu diberi kopi. Menurut dr Falla, dalam kondisi apapun bayi di bawah usia 6 bulan hanya membutuhkan ASI.
"ASI mengandung 87,5 persen air. Bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air meski berada di tempat yang mempunyai suhu panas," kata dr Falla.
10 Faktor yang Mempengaruhi
Produksi ASI
Faktor yang Mempengaruhi Produksi
ASI
1. Makanan
Kualitas dan produksi ASI dipengaruhi oleh makanan yang ibu konsumsi sehari-hari. Selama masa menyusui, ibu harus mengkonsumsi
makanan yang sehat, beragam dan mengandung gizi yang seimbang. Jika pola makan ibu tidak tepat dan ibu tidak mengkonsumsi makanan sehat, maka akibatnya produksi ASI akan menjadi terpengaruh.
Terdapat berbagai jenis makanan yang dapat mempengaruhi produksi ASI, di antaranya yaitu daun katuk, sayuran hijau, daun pepaya dan lain sebagainya.
2. Keadaan Psikis dan Emosi Ibu
Keadaan psikis dan emosi ibu dapat mempengaruhi refleks pengaliran susu. Refleks ini berperan untuk mengontrol perintah, yang mana perintah tersebut dikirim oleh hipotalamus yang terdapat pada kelenjar bawah otak. Apabila ibu mengalami cemas, tegang, stres, dan
ibu dalam keadaan tenang, nyaman, rileks dan tidak tegang atau merasa cemas. Anda dapat mendengar suara tangisan bayi atau selalu memikirkannya sehingga dapat membantu refleks air susu bekerja. Efeknya produksi ASI akan terbantu.
3. Frekuensi Menyusui
Apabila bayi menyusu semakin sering, maka produksi ASI akan
semakin banyak. Selain menyusui langsung, anda juga dapat memerah ASI dengan pompa ASI. Apabila menyusui bayi jarang dilakukan, ASI pun tidak akan dihisap oleh bayi anda yang akan berpengaruh pada pengeluaran ASI.
4. Pemakaian Alat Kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi harus ibu perhatikan selama masa menyusui. Pasalnya, pemakaian alat kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi produksi ASI.
5. Usia Kehamilan Saat Melahirkan
Usia kehamilan dapat mempengaruhi produksi ASI. Bayi yang lahir kurang bulan atau prematur keadaannya sangat lemah dan membuat ia kesulitan ketika menghisap payudara ibu untuk mendapatkan ASI. Sehingga keadaan ini akan menyebabkan produksi ASI menjadi lebih rendah dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi normal atau cukup bulan. Penyebab bayi prematur belum mampu menghisap ASI dengan optimal karena lemah, berat badan yang rendah dan belum sempurnanya organ tubuh bayi.
6. Anatomi Payudara
Ukuran payudara tidak mempengaruhi produksi ASI, karena yang mempengaruhi produksi ASI yaitu jumlah kelenjar air susu dalam payudara ibu. Meskipun ukuran payudara ibu kecil, tetapi kelenjar air susunya banyak, maka ibu tetap bisa menghasilkan ASI yang banyak.
7. Merokok dan Konsumsi Alkohol
Merokok merupakan salah satu kebiasaan buruk yang akan
menimbulkan banyak efek negatif, khususnya pada ibu menyusui. Merokok akan mempengaruhi jumlah ASI yang ibu produksi karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin. Ketika merokok maka dapat menstimulasi pelepasan hormon adrenalin. Dimana pelepasan hormon adrenalin tersebut dapat menghambat pelepasan hormon oksitosin. Begitu pun dengan minuman yang mengandung alkohol, minuman ini dapat mempengaruhi produksi ASI.
8. Pengaruh Obat-Obatan
Dimana kedua hormon ini berfungsi untuk pengeluaran dan
pembentukan ASI. Jika kedua hormon ini terganggu, maka akibatnya pembentukan dan pengeluaran ASI pun akan mengalami hambatan.
9. Kemampuan Bayi Menghisap ASI
Hisapan bayi ketika menyusu mempengaruhi produksi ASI. Namun, ada saatnya dimana hisapan bayi menjadi tidak efektif lagi. Beberapa hal yang menyebabkan hisapan bayi menjadi tidak efektif di antaranya yaitu karena teknik pelekatan yang tidak tepat, serta struktur rahang atau mulut bayi yang tidak sempurna. Jika hisapan bayi efektif maka rangsangan ke otak akan menjadi optimal yang akan memerintahkan memproduksi hormon oksitosin dan hormon prolaktin.
10. Perawatan Payudara
Perawatan payudara penting dilakukan selama ibu hamil. Perawatan yang tepat dapat membuat produksi ASI menjadi lancar. Perawatan yang dilakukan akan merangsang payudara dan akan mempengaruhi hypopise supaya mengeluarkan hormon estrogen, progesteron dan oksitosin dalam jumlah yang lebih bayak lagi. Dimana hormon oksitosin dapat menyebabkan terjadinya kontraksi di sel lain yang berada di sekitar alveoli. Efeknya air susu atau ASI akan turun mengalir ke puting dan akhirnya bayi dapat menghisapnya.
Itulah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ASI. Sebisa mungkin cukupi kebutuhan ASI buah hati tercinta agar pertumbuhan dan
perkembangannya berjalan optimal.
Sumber : 10 Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI - PerawatanBayi.com http://perawatanbayi.com/faktor-yang-mempengaruhi-produksi-asi#ixzz4Wqgu1uH7
Pekan ASI sedunia:
Angka pemberian
ASI di Indonesia
masih rendah
Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah penurunan gizi anak, buruknya gizi anak, hingga tumbuh pendek
Pada tahun ini, acara yang merupakan tindak lanjut dari Deklarasi Innocenti tahun 1990 di Florence, Italia, itu mengambil tema “Breastfeeding A Key to Sustainable Development”, di mana menyusui menjadi kunci untuk
tercapainya 17 Sustainable Development Goals (SDGs) yang targetnya tercapai pada 2030. Di antaranya menghilangkan kemiskinan, ketidakadilan, dan menghadapi perubahan iklim.
“Pekan ASI Dunia 2016 merupakan langkah awal agar semua pihak bekerjasama dan menunjukkan bahwa pembangunan berkelanjutan dapat dicapai melalui perlindungan, promosi dan dukungan menyusui,” kata Konselor Menyusui yang juga
Leader La Leche League (LLL) Indonesia, Fatimah Berliana Monika Purba, kepada Rappler, Kamis, 4 Agustus.
La Leche League (LLL) adalah organisasi internasional non-profit, non-sektarian yang didedikasikan untuk mengedukasi dan memberikan informasi, dukungan, dan penguatan untuk wanita yang ingin menyusui.
Monika mengatakan dukungan semua pihak terhadap ibu menyusui sangat penting untuk kesuksesan menyusui hingga usia anak mencapai 2 tahun.
Sayangnya, masih banyak yang belum memahami bahwa menyusui itu bukan hanya keterlibatan antara ibu dan anak saja, tapi juga perlu keterlibatan suami, anggota keluarga, tenaga dan fasilitas kesehatan, rekan kerja dan tempat bekerja, masyarakat, pemerintah, dan pembuat kebijakan.
Dukungan dari suami dan anggota keluarga bisa berupa
meyakinkan bahwa ibu dapat menyusui dan memberikan ASI, dan membuat ibu nyaman seperti memijat, membantu
mengurus bayi, dan melakukan pekerjaan rumah tangga bila diperlukan.
Dukungan dari tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan adalah memberikan penjelasan mengenai manfaat menyusui dan pemberian ASI, menjelaskan teknik-teknik dasar
Bagi ibu bekerja, dukungan dari rekan kerja dan tempat bekerja juga sangat penting. Seringkali kegagalan menyusui berawal saat ibu menyusui mulai bekerja.
Dukungan yang diperlukan adalah menyediakan ruang laktasi yang nyaman dan memenuhi syarat, mendukung dan
melindungi hak para pekerja wanita yang menyusui untuk memerahkan di tempat kerja, dan memberikan cuti melahirkan yang memadai sesuai undang-undang.
Menciptakan lingkungan yang ramah bagi ibu menyusui juga turut berkontribusi pada keberhasilan menyusui. Apalagi bila hal itu didukung oleh kebijakan dari pemerintah yang
menguatkan terwujudnya kondisi tersebut.
Sebagai pembuat kebijakan, pemerintah dan anggota legislatif bisa membuat aturan atau penyediaan fasilitas yang
memudahkan ibu menyusui di tempat umum, seperti
menyediakan ruang laktasi yang memadai lebih banyak dan merata di tempat-tempat umum, serta kebijakan yang
melindungi hak ibu terutama Ibu pekerja dalam memberikan ASI dan memberikan sanksi tegas kepada yang melanggar.
Pemerintah juga harus lebih gencar melakukan edukasi dan promosi ASI ke semua daerah terutama daerah-daerah terpencil. Selain itu, pemerintah secara tegas
mengimplementasikan International Code for Breastmilk Substitute dari WHO sehingga berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh para produsen susu formula dapat dihentikan dan ditindaklanjuti.
“Karena itu, setiap minggu pertama bulan Agustus setiap tahun dijadikan sebagai Pekan ASI, yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran semua pihak tentang pentingnya ASI bagi bayi dan diperlukannya dukungan bagi ibu dalam
mencapai keberhasilan menyusui bayinya” ujar Monika.
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan rata-rata angka pemberian ASI eksklusif di dunia hanya 38 persen. Indonesia adalah salah satunya.
peringkat ke tiga terbawah dari 51 negara di dunia yang mengikuti penilaian status kebijakan dan program pemberian makan bayi dan anak (Infant-Young Child Feeding).
Ini menunjukkan, pemberian ASI sebagai makanan pertama bayi masih kurang. Padahal, lanjut Monika, penurunan gizi anak hingga menyebabkan anak bergizi kurang hingga buruk dan tumbuh pendek (stunting) dapat dicegah sedini mungkin dengan pemberian ASI eksklusif dan MPASI yang benar.
“Hal ini menunjukkan masih besarnya tantangan yang perlu dihadapi, masih kurangnya komitmen bersama semua pihak dalam melakukan upaya-upaya perlindungan, promosi dan dukungan terhadap pemberian asupan bayi,” kata Monika.
—
Rappler.com
Cakupan ASI Eksklusif di
Indonesia Baru 42%
http://lifestyle.bisnis.com/read/20161023/236/594995/cakup
an-asi-eksklusif-di-indonesia-baru-42
Bisnis.com, YOGYAKARTA - Cakupan air susu ibu (ASI) eksklusif di Indonesia baru mencapai angka 42 persen, masih jauh dari harapan, kata sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Desintha Dwi Asriani.
Jumlah kelahiran di Indonesia 4,7 juta orang per tahun, sementara itu jumlah bayi yang memperoleh ASI eksklusif selama enam bulan bahkan hingga dua tahun, ternyata tidak mencapai dua juta jiwa, katanya di Kampus Program Doktoral Studi Kebijakan UGM, Sabtu (22/10/2016).
Jika dibandingkan dengan target WHO yang mencapai 50%, maka angka tersebut masihlah jauh dari target, ujar Deshinta Di Yogyakarta
memperlihatkan tindakan menyusui pada akhirnya memosisikan perempuan sebagai objek demi sebuah program besar yang digagas oleh pemerintah tentang kesejahteraan dan kesehatan, sehingga pada akhirnya menampilkan wacana baru dalam konteks praktek menyusui.
kemudian menjadi praktik konstruktif yang diterjemahkan dalam kata kewajiban.
"Ketika ini dipahami sebagai hak, dan saat perempuan tersebut tidak bisa menyusui misalnya, maka dia akan mencari cara bagaimana agar bisa mendapatkan haknya untuk menyusui," ujar Desintha.
Selain itu, praktik menyusui bukanlah persoalan sederhana, sebab bukan sekadar memberi asupan nutrisi bagi bayi langsung dari payudara sang ibu.
"Tetapi, ada banyak hal yang perlu untuk dinegosiasikan terutama bagi perempuan yang bekerja. Di antaranya, pendeknya masa cuti melahirkan, tidak ada sistem cuti menyusui, terbatasnya waktu istirahat, tidak ada fasilitas ruang laktasi, tidak punya lemari penyimpan ASI, faktor kelelahan, maupun persoalan kultural, dan malu jika memerah ASI di tempat bekerja," ungkap dia.
Inilah Pengalaman Saya, Membuat ASI Tetap Mengalir Deras dan Tetap Memberikan ASI Sampai 2 Tahun - See more at:
http://lancarasi.net/cara-melancarkan-asi/#sthash.RFLXUXpa.dpuf
Penyebab ASI Tidak Keluar atau Keluar Hanya Sedikit
Jika ditanya penyebab ASI tidak keluar atau keluar tapi hanya sedikit maka secara sederhana saya mengelompokkan menjadi 3 hal.
1. Karena “Penyakit”
Kanker, produksi ASI juga bisa berkurang karena faktor penyakit seperti kanker payudara. Jika penyebabnya ini maka Anda harus periksakan ke dokter dan pelajari cara mencegahnya
Faktor Genetika atau keturunan, jika ibu mengalami ini solusinya juga sama yaitu konsultasikan kepada dokter kepercayaan atau dokter spesialis yang ibu percaya.
Untuk masalah seperti ini harus Anda bawa ke dokter kerena tidak mungkin ibu atasi sendiri, bukankah mencegah lebih baik.
2. Karena “Proses”
Baru pada hari ke-2 atau ke-3 pasca melahirkan, kadar hormon kehamilan turun drastis dan hormon yang memengaruhi produksi ASI (hormon prolaktin) semakin dominan.
Saat itulah ASI mulai dikeluarkan dari payudara. Jadi secara alamiah payudara mulai membengkak pada hari ke-2 atau ke-3 pasca persalinan.
3. Karena “Gaya Hidup”
Penyumbatan pada saluran Air Susu, tanda penyumbatan pada saluran air susu adalah adanya benjolan kecil yang keras jika dipijat. Penyebabnya bisa karena ukuran Bra yang tidak sesuai, pemberian ASI yang tidak tuntas atau kurang sering, pompa ASI yang kurang bagus, dll
Kurangnya asupan gizi atau nutrisi yang dibutuhkan, hal ini sangat mempengaruhi produksi dan kualitas ASI. Ibu menyusui membutuhkan asupan gizi yang cukup dan terbaik.
Stress atau tekanan batin/ pikiran, seringkali ASI tidak keluar karena ibu mengalami stress. Beban pekerjaan kantor, atau kerjaan di rumah yang banyak bisa mempengaruhi psikologis ibu. Hubungan dengan suami dan lingkungan juga bisa.
Kecilnya kapasitas penyimpanan ASI. Hal ini tidak ada hubungannya dengan besar payudara. Jika kapasitas penyimpanan ASI anda kecil maka sebaiknya sering-seringlah memberikan ASI atau memompanya, dan mengosongkan cadangan ASI. Sehingga ini akan merangsang produksi ASI kembali.
Cara Melancarkan ASI secara Alami yang Aman untuk Ibu dan Bayi
Setidaknya ada 4 cara yang bisa ibu praktikkan untuk meningkatkan produksi ASI, tapi cara ini digunakan khusunya untuk meyelesaikan masalah ASI yang keluar sedikit atau tidak keluar karena faktor “gaya hidup” seperti yang saya jelaskan diatas.
1. Penuhi Kebutuhan Nutrisi
Sangat penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi secara seimbang dan baik. Hal ini bertujuan agar ASI yang keluar dapat lancar dan eksklusif.
Berikut adalah 10 makanan wajib bagi ibu menyusui. Tubuh dan bayi anda akan sangat berterimakasih bila anda rutin mengonsumsi makanan pelancar asi berikut ini:
Tidak ada satu jenis makanan yang sempurna. Tapi salmon paling mendekati. Salah satu makanan terbaik untuk ibu menyusui, salmon, seperti ikan berlemak lainnya, sarat dengan jenis lemak yang disebut DHA.
DHA sangat penting untuk perkembangan sistem saraf bayi Anda. Semua ASI mengandung DHA, tetapi tingkat nutrisi penting ini lebih tinggi dalam ASI wanita yang mendapatkan DHA tambahan dari makanan mereka.
DHA dalam ikan salmon juga dapat membantu mood Anda, sehingga mengurangi resiko terkena baby blues.
2. Daging sapi tanpa lemak
Bila Anda sedang mencari makanan untuk meningkatkan energi Anda sebagai ibu baru, carilah makanan kaya zat besi, seperti daging tanpa lemak.
Kekurangan zat besi dapat menguras tingkat energi Anda, sehingga sulit bagi Anda untuk bersaing dengan tuntutan bayi yang baru lahir.
Juga, ketika Anda menyusui, Anda perlu makan protein tambahan dan vitamin B-12. Daging sapi tanpa lemak merupakan sumber yang sangat baik untuk keduanya.
3. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, terutama yang berwarna gelap seperti kacang hitam dan kacang merah, adalah makanan untuk ibu menyusui yang sangat bermanfaat, terutama untuk vegetarian.
Bukan saja mereka kaya akan zat besi tapi juga kaya akan protein berkualitas non-hewani, dengan harga yang tidak menguras kantong.
4. Bluberi
Ibu menyusui harus mendapatkan dua atau lebih porsi buah atau jus setiap hari. Bluberi, kaya akan antioksidan, adalah pilihan yang sangat baik untuk membantu Anda memenuhi kebutuhan Anda.
Buah ini kaya akan vitamin dan mineral dan karbohidrat dalam dosis yang sehat untuk menjaga tingkat energi Anda.
Jika Anda ingin segera menurunkan berat badan setelah melahirkan, anda pasti akan mengurangi asupan karbohidrat Anda.
Tapi kehilangan berat badan terlalu cepat menyebabkan Anda menghasilkan lebih sedikit ASI dan membuat Anda merasa lesu.
Makanlah jenis karbohidrat yang sehat seperti beras coklat / beras merah atau roti gandum untuk menjaga tingkat energi anda.
6. Jeruk
Mudah ditemukan dimana-mana dan bergizi, jeruk sangat penting karena ibu menyusui membutuhkan vitamin C dosis tinggi, bahkan lebih banyak daripada ibu hamil.
Tidak dapat menemukan waktu untuk duduk untuk mengupas jeruk? Minum jus jeruk memberikan manfaat yang sama.
Beberapa jus jeruk yang dijual di supermarket sekarang bahkan telah diperkaya dengan kalsium, sehingga anda dapat memperoleh manfaat ganda.
7. Telur
Kuning telur adalah salah satu sumber alami vitamin D – nutrisi penting untuk menjaga tulang Anda kuat dan membantu tulang bayi Anda tumbuh.
Selain itu telur adalah cara mudah untuk memenuhi kebutuhan protein harian Anda. Siapkan telur dadar untuk sarapan dengan roti gandum, atau tambahkan telur rebus pada soto anda saat makan siang.
8. Roti gandum (whole wheat bread)
Asam folat sangat penting untuk perkembangan bayi Anda pada tahap awal kehamilan. Selain itu, asam folat juga penting bagi bayi.
Pastikan dalam ASI Anda mengandung cukup asam folat. Salah satu sumber terbaik dari asam folat adalah roti gandum, yang juga dapat menyumbangkan kebutuhan serat dan zat besi Anda.
9. Sayuran berwarna hijau
10. Air
Dehidrasi menurunkan tingkat energi seseorang secara drastic. Untuk menjaga tingkat energi Anda dan produksi ASI, pastikan Anda tetap terhidrasi dengan baik.
Variasikan pilihan Anda dalam memenuhi kebutuhan cairan dengan minum jus dan minuman pelancar asi.
2. Meningkatkan Frekuensi Menyusui, Memompa dan Memeras ASI
Hal ini bertujuan untuk menciptakan produksi ASI yang banyak. Dapat diketahui bahwa semakin jarang si bayi disusui oleh ibunya, maka semakin berkurang produksi ASI oleh sang ibu.
Jika sang ibu pun sibuk bekerja, jarang bekerja dan takut akan berkurangnya produksi ASI, maka sang ibu tersebut dapat menggunakan alat khusus yang berfungsi untuk memompa payudara agar produksi ASI tetap banyak.
Tapi sebisa mungkin jangan menjadwalkan pemberian ASI, susuilah bayi pada saat dia meminta dan hentikan hanya setelah dia merasa cukup, sebab:
1. Bayi memiliki lambung yang kecil dan ASI sangat mudah diserap. Semakin muda umur bayi, semakin cepat dia merasa lapar kembali. Kapasitas produksi ASI antar ibu juga bervariasi. Semakin kecil produksi, semakin sering dan lama bayi harus disusui. Hanya bayi itu sendiri yang tahu kapan saatnya harus menyusu.
2. Kandungan gizi dalam ASI yang dikeluarkan selama menyusui bervariasi. Kandungan lemak pada menit-menit awal cukup rendah, lalu meningkat terus sampai menit terakhir. Bila ibu menghentikan proses menyusui sebelum saatnya, maka bayi akan kekurangan lemak dan cepat lapar kembali.
3. Bila menyusui dilakukan secara terjadwal, dalam tiga bulan produksi ASI akan menurun. Aktivitas menyusui merangsang keluarnya hormon prolaktin yang memproduksi susu. Semakin sering menyusui, semakin besar prolaktin yang dikeluarkan. Bila ibu jarang menyusui, maka otomatis tubuhnya juga pelan-pelan akan mengurangi prolaktin yang bermanfaat dalam produksi ASI.
4. Bayi meminta menyusu bukan semata-mata karena lapar, namun juga karena kebutuhan emosional untuk disayangi dan dilindungi.
3. Meminimalisir Tingkat Stres dengan Breastfeeding Father
Faktor kejiwaan pun menjadi penyebab berkurangnya ASI dan berakibat buruk terhadap sang bayi karena jumlah ASI yang mereka hisap semakin sedikit.
Peran ayah juga sangat penting saat ibu menyusui.
Cinta kasih Ayah yang luar biasa dan kesadarannya mendampingi Ibu dalam menjalani proses pemberian ASI adalah sebuah bentuk komitmen dalam keluarga yang sangat diperlukan.
Bukan hal yang mudah, namun Ayah bisa berperan penting dalam proses ini karena dukungan emosionalnya dapat mempengaruhi produksi ASI serta keputusan Ibu untuk menyusui sang Buah Hati.
Pemberian ASI secara eksklusif sejak dini menjadikan tumbuh kembang sang Buah Hati lebih berkualitas.
Produksi ASI sangat berkaitan erat dengan kondisi emosional Ibu. Jika Ibu merasa cemas, takut ataupun khawatir, tentu akan mempengaruhi produksi ASI.
Asupan ASI yang kurang dapat mengganggu tumbuh kembang Si Kecil. Susu formula dapat diberikan jika ada indikasi medis tertentu sesuai dengan rekomendasi dokter, namun tetap ASI adalah sumber nutrisi yang terbaik untuk sang Buah Hati.
Suasana kehangatan dan kebersamaan yang dibangun dari hubungan Ayah dan Ibu ikut mempengaruhi kualitas menyusui.
Karena peranan Ayah sangat penting dalam proses menyusui, jadi Ibu tidak akan sendirian saat merawat sang Buah Hati.
Proses ini tentu akan menjadi ritual yang seru dan menyenangkan untuk Ibu, Ayah & sang Buah Hati!
Dukungan emosional, spiritual, moral dan fisik adalah jenis dukungan yang Ayah perlu berikan untuk Ibu, peranan Ayah dalam fase ini disebut sebagai ‘Breastfeeding Father’.
Dukungan Breastfeeding Father ini datang saat Ibu memasuki fase menyusui. Ibu akan merasa lebih nyaman dan tentram ketika dukungan ini datang, sehingga produksi ASI akan lancar dan berlimpah.
4. Konsumsi Minuman Pelancar ASI
merekomendasikan untuk mengkonsumi Minuman penambah ASI, namun bukan Obat.