LIMBAH RADIOAKTIF: MENGUAK PROBLEMATIKA DANAU
PALING MEMATIKAN DI DUNIA
FAKULTAS HUKUM PROGRAM S1 REGULER UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ………2
BAB I PENDAHULUAN……….………...3
A. Latar Belakang Masalah ………...3
B. Perumusan Masalah ………..4
C. Tujuan Penulisan ………..5
BAB II LIMBAH RADIOAKTIF DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN ………...6
A. Sejarah Buruk Danau Karachay, Danau Paling Mematikan di Dunia ……….6
B. Limbah Radioaktif dan Pengelolaannya ………..8
C. Konvensi Internasional tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif …………..10
BAB III PENUTUP ………12
A. Simpulan ……….12
DAFTAR PUSTAKA ……….13
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menumbuhkan dan mengembangkan perekonomian.1 Selain itu adanya industrialisasi dalam berbagai
bidang juga dapat memopang kualitas hidup manusia. Adanya industrialisasi juga mampu memberikan secercah kemudahan terhadap manusia dalam pekerjaanya.Ya, “bagi manusia”, lalu bagaimana pengaruhnya terhadap aspek kehidupan yang lain mengingat bahwa aspek kehidupan di muka bumi bukan hanya manusia saja? Dari sini dapat kita telaah mengenai bagaimana dampak pendirian industri-industri besar terhadap lingkungan, sumber daya, dan terhadap manusia sendiri.
Membahas masalah industri tentu tidak lepas dari pengaruh buruknya terhadap lingkungan, mengingat segala bentuk eksploitasi dilakukan untuk mendukung perkembangannya. Tetapi eksploitasi ini tidak diimbangi dengan pemberian feedback
yang setimpal terhadap lingkungan. Justru sisa-sisa industri, atau yang kita sebut dengan limbah dikembalikan lagi ke lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu, sehingga menyebabkan kerusakan yang fatal. Dampak kerusakan ini akhirnya juga akan kembali lagi ke manusia dalam bentuk sesuatu yang merugikan bahkan membahayakan.
Salah satu jenis limbah yang paling berbahaya bagi lingkungan maupun manusia adalah limbah radiokatif. Limbah ini dapat memancarkan radiasi dengan sendirinya, sehingga limbah ini harus diisolasi dari masyarakat dan lingkungan. Dampaknya akan sangat fatal jika radiasinya mengenai manusia, karena pancarannya dapat merusak sel-sel organ dalam tubuh.2 Selain manusia, dampak yang fatal juga dapat terjadi
terhadap lingkungan. Salah satu kerusakan lingkungan terbesar akibat limbah ini
1 Hamid, Hamrat, Bambang P, Pengawasan Industri dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan di Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), hal. 18
adalah kerusakan danau Karachay yang sampai saat ini masih dikategorikan sebagai danau paling bebahaya di dunia. Limbah radioaktif yang dibuang ke danau ini menyebabkan danau ini menyandang predikat sebagai tempat paling tercemar di muka bumi.3
Untuk menanggulangi hal yang serupa terulang kembali, perlu diciptakan kebijakan-kebijakan oleh masyarakat dunia mengenai penanggulangan limbah industri yang berbahaya. Hal ini dimaksudkan agar dampak kerusakan lingkungan oleh limbah industri dapat diminimalisir demi menjaga kelangsungan hidup ekosistem dan lingkungan di muka bumi.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul beberapa perumusan masalah sebagai berikut:
1. Berkaitan dengan limbah radioaktif, bagaimana sejarah buruk danau Karachay sehingga diberi label sebagai danau paling mematikan di dunia?
2. Apa itu limbah radioaktif dan bagimana pengelolaannya untuk meminimalisir dampaknya terhadap lingkungan?
3. Bagaimana konvensi internasional berkaitan dengan pengelolaan limbah radioaktif?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengingatkan kembali terhadap kerusakan fatal danau Karachay akibat limbah radioaktif.
2. Mengenal lebih dalam tentang limbah radioaktif dan mengetahui bagaimana cara mengelolanya untuk meminimalisir bahayanya terhadap lingkungan.
3. Mengetahui konvensi internasional berkaitan dengan pengelolaan limbah redioaktif.
BAB II
A. Sejarah Buruk Danau Karachay, Danau Paling Mematikan di Dunia
Danau Karachay merupakan sebuah danau Indah yang dikelilingi oleh pegunungan bersalju. Danau ini terletak di barat daya Rusia dan dekat dengan perbatasan Kazakhstan tepatnya di sebelah barat daya Chelyabinsk.4 Dahulu danau ini sempat
mengalamai sejarah yang buruk sehingga danau ini dikategorikan sebagai salah satu danau paling mematikan di dunia. Pada tahun 1990-an, berdiri di dekat danua ini selama satu jam dapat menyebabkan kematian karena radiasi yang kuat. Di dekat danau ini berdiri sebuah pabrik nuklir terbesar di Rusia, Mayak Production Association. Pada tahun 1940-an, Uni Soviet memindahkan lokasi industri ke daerah ini guna menghindari serangan Nazi, Jerman. Mayak merupakan pabrik nuklir paling penting sekaligus sangat tertutup bagi orang asing.5
Menurut catatan sejarah, pada September 1957 telah terjadi sebuah ledakan dahsyat berkekuatan 87 ton TNT dan menyebabkan 70 ton limbah radioaktif melambung ke ketinggian beberapa mil. Akibatnya awan debu menyebarkan Isotop Cesium dan Strantium ke wilayah seluas lebih dari 9000 mil. Akhirnya dampak tersebut dirasakan oleh sekitar 270 ribu rakyat Soviet dan meracuni persedian bahan makanan. Pejabat berwenang lantas menginstruksikan untuk membuang limbah radioaktif tersebut ke danau Karachay, karena danau tersebut tidak memiliki saluran keluar.6 Sebelum
ledakan, Mayak juga telah membuang limbah radioaktifnya ke sungai-sungai terdekat yang bermuara di danau Karachay yang mengakibatkan 21 persen warga Chelyabinsk terkena kanker, 25 persen cacat fisik, dan 41 persen terkena leukimia.7
4 http://lifestyle.okezone.com/read/2012/10/10/409/701767/hati-hati-1-jam-di-danau-ini-bisa-menewaskan-anda
5 http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-2215023/Is-polluted-place-Earth-The-Russian-lake-hour-beach-kill-you.html
6 Sequeira, C.A.C, John B Moffat, Chemistry, Energy, and Environment, (Cambridge: The Royal Society and Chemistry, 1998), hal. 393
Awalnya asumsi limbah yang dibuang ke danau Karachay tidak akan menyebar memang benar adanya, hingga terjadi kekeringan hebat pada tahun 1968. Danau Karachay pun mengering dan sedimen radioaktif di dalamnya mulai terbawa angin dan menyebar ke area 900 mil persegi. Akibatnya limbah sedimen radioaktif tersebut meradiasi hampir setangah juta orang, dan sekitar 7000 orang diungsikan.8 Akhirnya
pada tahun 2003, lisensi fasilitas nuklir Mayak dicabut karena pembuangan limbah radioaktif yang mengakibatkan kerusakan lingkungan yang fatal.9
Akibat sungai yang terkontaminasi, ledakan, dan kekeringan yang melanda Chelyabinsk, diperkirakan sekitar satu miliar galon air telah tercemar zat berbahaya, 5
megacuries radionuklida. Permukaan danau ini lebih pekat dari air karena tingkat kontaminasi, tetapi tingkat kontaminasi terbaru masih belum diketahui. Penduduk setempat juga tidak mengetahui zat radiosotop yang terkandung dalam tanaman-tanaman yang tumbuh di sekitar area tersebut. Sampai sekarang wilayah Chelyabinsk masih belum layak huni.
Mengingat sebegitu besarnya dampak kerusakan dari limbah radioaktif, maka diperlukan penanganan yang tepat. Perlu dilakukan pengkajian yang lebih dalam mengenai bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan dari limbah ini. Dengan demikian dapat dilakukan pengelolaan dengan prosedur yang tepat sesuai dengan ketetapan agar tidak menimbulkan kerusakan yang fatal, baik terhadap kesehatan manusia ataupun keberlangsungan hidup lingkungan.
B. Limbah Radioaktif dan Pengelolaannya
Limbah radioaktif didefinisikan sebagai bahan yang mengandung atau terkontaminasi radionuklida10 pada konsentrasi atau aktivitas yang lebih besar dari tingkat izin yang
8 Sequeira, C.A.C, John B Moffat, Op.Cit. hal. 393
9 http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-2215023/Is-polluted-place-Earth-The-Russian-lake-hour-beach-kill-you.html
ditetapkan oleh otoritas pengawas masing-masing negara. Semakin tinggi radionuklida dari yang ditetapkan semakin besar bahaya limbah yang dimilikinya.11
Limbah radioaktif yang dihasilkan dari pengoperasian reaktor dapat berupa padat, cair, dan gas. Selain itu, limbah padat dibagi menjadi limbah yang dapat terbakar dan limbah yang tidak dapat terbakar. Limbah cair dapat dibagi menjadi limbah organik dan limbah non-organik. Sedangkan berdasarkan radioaktivitasnya, limbah dapat dikelompokan menjadi tingkat rendah, sedang dan tinggi. Berdasarkan konsentrasi
dan asalnya, limbah ini dikelompokan menjadi LLW (Low Level Waste) dan HLW
(High Level Waste).12
Limbah gas berasal dari dari pengolahan nuklir dan pembangkit listrik tenaga nuklir. Limbah ini biasanya berisi udara radionuklida seperti Kr85 H3 dan I131 (13). Pengelolaan
secara tepat limbah gas ini sangat penting untuk menyelamatkan lingkungan dari bahaya udara radionuklida tersebut. Limbah cair biasanya berasal dari pengolahan bahan bakar nuklir seperti dalam sistem ekstraksinya. Sedangkan limbah padat berasal dari penambangan dan penggilingan uranium dan biji thorium.14 LLW (Low
Level Waste) memiliki radioaktivitas yang kecil dan tidak mengandung unsur transuranium. HLW (High Level Waste) dihasilkan dari pemisahan uranium dan plutonium dari sisa bahan bakar pada proses daur ulang.15
Karena memancarkan radiasi, limbah ini tergolong limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan maupun manusia. Bagi tubuh manusia, zat-zat radioaktif bisa menyebabkan kanker tulang, leukemia atau kanker darah dan yang lebih parah adalah mutasi genetik. Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan zat dan pola reaksi kimia yang dapat merusak sel-sel dalam tubuh makhluk hidup.16
11 Ojovan, Machael I, William E. Lee, An Introduction to Nuclear Waste Immobilisation, (Massachusetts: Elsevier, 2014), hal. 1
12 https://www.batan.go.id/ensiklopedi/05/01/01/04/05-01-01-04.html
13 Kr85 (Kripton Klatrat), H3 (Heptana), I131 (Radiosiotop).
14 James, Saling and Audeen W. Fentiman, Radioactive Waste Management (Second Edition), (London: Taylor and Francis, 2002), hal. 8
15 https://www.batan.go.id/ensiklopedi/05/01/01/04/05-01-01-04.html
Untuk mengurangi bahayanya terhadap lingkungan dapat dilakukan beberapa cara, yakni mendaur ulang limbah, minimisasi limbah, dan proses pengelolaan limbah secara tepat. Mendaur ulang limbah berarti menemukan dan mengolah kembali material limbah untuk digunakan dalam produk baru. Limbah yang terdaur ulang dapat digunakan sebagai material mentah sehingga mengurangi jumlah limbah untuk pembuangan serta potensi polusi udara, air, dan tanah yang dihasilkan dari pembuangan ekstraksi mineral dan limbah. Minimisasi limbah berarti proses untuk mengurangi jumlah dan aktivitas bahan limbah ke tingkat yang sewajar mungkin. Minimisasi limbah kini diterapkan dalam semua proses pengolahan nuklir dari desain pembangkit listrik melalui operasi sampai penonaktifan.17
Proses pengelolaan limbah radioaktif dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu limbah radioaktif dengan radioaktifitas tinggi dimasukkan ke dalam tangki dan ditimbun di dalam tanah dengan kedalaman puluhan meter, sedangkan untuk limbah dengan radioaktifitas rendah dapat ditimbun dengan kedalam yang sedang. Biasanya untuk memindahkan limbah dari satu tangki ke tangki yang lain digunakan stream jets.18 Untuk limbah cair dan padat yang dapat terbakar, dapat dilakukan pembakaran
dan pemampatan jika dapat dimampatkan.19
C. Konvensi Internasional tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif.
Belajar dari sejarah limbah perindustrian di seluruh dunia, akhirnya pada tahun 1989 diadakan sebuah konvensi internasional di Basel yang mebahas mengenai Pengawasan Pergerakan Lintas Batas Limbah Berbahaya dan Pembuangannya. Konvensi ini dilatar belakangi oleh20:
17 Ojovan, Machael I, William E. Lee, op.cit. hal. 5
18 Wardhana, Wisnu Arya, Teknik Analisis Radioaktifitas Lingkungan, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), hal. 38
19 http://www.batan.go.id/ptlr/11id/?q=category/tags/tanya-jawab
1. Kesadaran akan risiko kerusakan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan yang disebabkan oleh limbah berbahaya dan limbah lainnya.
2. Kesadaran akan ancaman terhadap kesehatan manusia dan lingkungan yang ditimbulkan oleh peningkatan generasi dan kompleksitas.
3. Perpindahan lintas batas limbah berbahaya dan limbah lainnya, mengingat hal
tersebut merupakan cara yang paling efektif untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dari bahaya yang ditimbulkan.
4. Meyakinkan setiap negara untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan pengelolaan limbah berbahaya dan limbah lainnya.
Selain konvensi tersebut, pada tanggal 5 September 1997 digelar sebuah Konvensi Gabungan Tentang Keselamatan Pengelolaan Bahan Bakar Nuklir Bekas dan Keselamatan Pengelolaan Limbah Radioaktif di Wina, Austria. Penjelasan mengenai kebijakan pengelolaan limbah berbahaya dalam konvensi ini terdapat pada Bab 3 tentang Pengelolaan Keselamatan Limbah Radioaktif. Dalam bab ini dijelaskan, “bahwa setiap negara wajib mengambil langkah-langkah tepat untuk memastikan bahwa setiap tahap pengelolaan limbah radioaktif, individu, masyarakat, dan lingkungan dilindungi secara memadahi dari bahaya radiologik dan bahaya-bahaya lainnya.”21
Untuk merealisasikan hal tersebut, negara anggota yang menanda tangani kovensi tersebut wajib melaksanakan langkah-langkah yang ditetapkan untuk mengelola limbah radioaktif, yaitu22:
1. Memastikan bahwa segala bentuk sisa hasil pengolahan zat-zat radioaktif dikelola dengan memadahi.
2. Mengupayakan agar limbah radioaktif yang dihasilkan dapat seminimum mungkin.
21 Naskah The Joint Convention on the Safety of Spent Fuel Management and on the Safety of
Radioactive Waste Managemen, 1997.
3. Memperhatikan setiap detil langkah-langkah dalam pengelolaan limbah radioaktif.
4. Menyediakan perlindungan yang efektif terhadap keselamatan individu, masyarakat, dan lingkungan dengan metode-metode yang tepat berdasarkan standar-standar yang telah ditetapkan secara internasional.
5. Memperhatikan bahaya yang bersifat biologis, kimiawi, dan bahaya-bahaya lainnya yang mungkin terkait dengan pengelolaan limbah radioaktif.
6. Berupaya menghindari dampak-dampak besar yang mungkin timbul pada generasi mendatang.
7. Menghindari beban-beban yang tak semestinya pada generasi mendatang.
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
1. Danau Karachay yang terletak di kawasan Chelyabinsk, Rusia merupakan salah satu danau paling mematikan di dunia. Hal ini disebabkan karena Mayak Production Association, pabrik nuklir terbesar di Rusia yang berdiri di sekitar area tersebut, membuang limbah radioaktifnya ke danau Karachay sehingga mengontaminasi area sekitar dan radiasinya menyebabkan kerusakan yang fatal baik terhadap kesehatan manusia maupun keberlangsungan hidup lingkungan.
2. Limbah radioaktif didefinisikan sebagai bahan yang mengandung atau terkontaminasi radionuklida pada konsentrasi atau aktivitas yang lebih besar dari tingkat izin yang ditetapkan oleh otoritas pengawas masing-masing negara. Proses pengelolaan limbah radioaktif dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu limbah radioaktif dengan radioaktifitas tinggi dimasukkan ke dalam tangki dan ditimbun di dalam tanah dengan kedalaman puluhan meter, sedangkan untuk limbah dengan radioaktifitas rendah dapat ditimbun dengan kedalaman yang sedang.
3. Mengingat bahaya besar yang dapat timbul dari pembuangan limbah radioaktif,
akhirnya dunia mengadakan sebuah konvensi besar yang berisi tentang penerapan kebijakan terhadap masing-masing negara anggota konvensi terkait pengelolaan limbah radioaktif. Konvensi tersebut diantaranya adalah Konvesi Basel tahun 1989 tentang Pengawasan Pergerakan Lintas Batas Limbah Berbahaya dan Pembuangannya dan Konvensi Gabungan Tentang Keselamatan Pengelolaan Bahan Bakar Nuklir Bekas dan Keselamatan Pengelolaan Limbah Radioaktif di Wina tahun 1997.
DAFTAR PUSTAKA
James, Saling and Audeen W. Fentiman. 2002 Radioactive Waste Management (Second Edition). London: Taylor and Francis, 2002.
Ojovan, Machael I, William E. Lee. 2014. An Introduction to Nuclear Waste Immobilisation. Massachusetts: Elsevier.
Sequeira, C.A.C, John B Moffat. 1998. Chemistry, Energy, and Environment. Cambridge: The Royal Society and Chemistry.