• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Mengenai legal drafting (bta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas Mengenai legal drafting (bta)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

LEGISLATIF DRAFTING

“RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI

TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN, PENGGUNAAN DAN

PERLINDUNGAN MINUMAN TRADISIONAL BALI (BREM, TUAK,

ARAK (BTA) )”

KELAS VI D

Oleh :

I Nyoman Nata Suryawan

Npm.

1504742010228

I Kt. Arya Widiasa Gapar

Npm.

1504742010202

I Gede Yuliada Nurama

Npm.

1504742010216

(2)

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI

TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN, PENGGUNAAN DAN PERLINDUNGAN MINUMAN TRADISIONAL BALI (BREM, TUAK, ARAK (BTA) )

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pulau Bali yang begitu terkenal yaitu alam yang indah dan budaya yang unik sudah menjadi sesuatu yang lumrah dalam tujuan wisata, namun masih banyak peluang yang bisa dikembangkan untuk menjadi daya tarik pariwisata, salah satunya adalah kuliner.1 Kuliner

tradisional yang ditawarkan pun tidak kalah menariknya untuk menjadi sesuatu yang diistimewakan dalam pariwisata. Minuman tradisional Bali sangat beragam macamnya, mulai dari minuman beralkohol maupun obat tradisional Bali. 2 Pulau Bali sebagai daerah pariwisata,

tentunya memiliki beraneka ragam makanan dan minuman khas yang beraneka ragam jenisnya. Khususnya mengenai minuman khas/tradisional yang sering dibuat untuk dikonsumsi dan sarana upacara di Bali berupa brem, tuak dan arak pada dasarnya termasuk minuman beralkohol yang pengawasan peredaran, penggunaan dan perlindungannya belum diatur dengan baik oleh pemerintah daerah Bali.3 Hal ini dikarenakan belum adanya peraturan terkait

pengawasan peredaran, penggunaan dan perlindungan minuman beralkohol yang jenisnya brem, tuak, dan arak yang termasuk minuman tradisional.

1 I Komang Antara., Sudarsana Arka, Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas

Pendapatan Antardaerah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Bali. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, Vol 8 No.1, Febuari 2015.

2I Made, Suarsana, 2015, “Desain Komunikasi Visual Sebagai Media Sosialisasi Minuman Tradisional Loloh

Bali”.Jurnal advokasi ISI Denpasar, vol 1, hal 1.

3Supratikno Raharjo,Agus Aris Munandar, Sejarah Kebudayaan Bali: Kajian Perkembangan dan Dampak

(3)

Minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak digunakan oleh masyarakat Hindu di Bali sebagai sarana upacara keagamaan. Saat ini pengawasan peredaran, penggunan dan perlindungannya masih menyimpang dari semestinya, maka dari itu perlu diatur oleh pemerintah provinsi Bali dalam bentuk Perda agar minuman tradisional tersebut tidak disalahgunakan.

Di dalam penggunaanya, pemerintah Provinsi Bali perlu menegaskan yang mana minuman yang digunakan untuk sarana upacara dan yang mana dapat dikonsumsi. Karena keberadaan minuman tradisional tersebut bisa saja mengancam jiwa manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kenyataan yang ada, negara kita sampai sekarang belum dapat membuat payung hukum tentang pengawasan peredaran, penggunaan dan perlindungan minuman tradisional tersebut. Dan perlu diatur pembatasan usia yang mengonsumsi minuman tersebut agar tidak semua usia dapat mengonsumsinya, karena anak-anak perlu dilindungi dari mengonsumsi minuman tersebut untuk mengantisipasi dampak-dampak negatif yang mungkin timbul terhadap peredaran minuman tradisional tersebut, memanglah mendesak supaya seyogyanya dibentuk suatu peraturan daerah di provinsi Bali mengenai pengawasan peredaran, penggunaan dan perlindungan minuman tradisional tersebut. Perda juga perlu mengatur perlindungan mengenai hak cipta minuman tradisional Bali tersebut agar tidak di klaim negara lain. Dan akhirnya masyarakat Bali dapat memiliki produknya sendiri yang mencirikan khas daerah Bali yang sudah dikenal oleh nasional maupun mancanegara. Pemerintah juga wajib memberikan label pada kemasan produk minuman tradisional tersebut, agar masyarakat bisa membedakan minuman untuk ritual keagamaan, maupun minuman untuk dikonsumsi.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan alasan tersebut, identifikasi masalah dirumuskan sebagai berikut;

1. Pengawasan peredaran, penggunaan dan perlindungan minuman tradisional Bali khususnya brem, tuak dan arak untuk mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan akibat ketidaktahuan antara minuman untuk kegiatan upacara keagamaan dan untuk dikonsumsi.

(4)

inisiatif rancangan peraturan daerah provinsi yang mengatur tentang pengawasan peredaran, penggunaan dan perlindungan minuman tradisional Bali.

3. Landasan filosofis pembentukan rancangan peraturan daerah provinsi yang mengatur tentang pengawasan peredaran, penggunaan dan perlindungan minuman tradisional Bali ini adalah demi mewujudkan kepedulian mengembangkan industri wisata di Bali, landasan sosiologis merupakan kebutuhan masyarakat akan rasa keamanan, ketertiban, dan kenyamanan, dan landasan yuridis dijamin oleh Konstitusi Negara Republik Indonesia, dimana setiap warganegara berhak mendapatkan lingkungan hidup yang baik, dan sehat.

4. Adapun sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan tentang pengawasan peredaran, penggunaan dan perlindungan minuman tradisional Bali. ini, akan tercermin dalam batang tubuh rancangan peraturan daerah provinsi ini.

C. TUJUAN, KEGUNAAN, DAN SASARAN

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan diatas, maka penyusunan Naskah Akademik dirumuskan sebagai berikut:

1. Bertujuan untuk memberikan latar belakang, arahan dan dukungan dalam perumusan pengaturan, dan pengendalian peredaran minuman tradisional Bali khususnya brem, tuak dan arak dengan segala dimensinya secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan;

2. Berguna sebagai acuan atau referensi penyusunan dan pembahasan Rancangan peraturan daerah provinsi tentang pengawasan peredaran minuman tradisional Bali khususnya brem, tuak dan arak, dengan memberikan uraian tentang aspek pengaturan pengendalian peredaran minuman tradisional Bali khususnya brem, tuak dan arak dengan segala dimensinya, di masa kini dan masa yang akan datang;

3. Dalam segi penggunaannya agar masyarakat mengetahui dan mampu membedakan minuman untuk ritual keagamaan, maupun minuman untuk dikonsumsi.

(5)

D. METODE

Penyusunan Naskah Akademik ini, menggunakan Metode Penelitian Hukum, baik melalui metode yuridis normatif, maupun melalui metode empiris, dan metode penelitian sosial, dengan Metode Survei, yaitu;

1. Metode Yuridis Normatif, dilakukan melalui Studi Pustaka, yang menelaah (terutama) data sekunder yang berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Minuman beralkohol.

(6)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. KAJIAN TEORITIS

1. Minuman tradisonal;

Adalah minuman yang diracik dengan bahan - bahan unik , yang merupakan warisan nenek moyang. Minuman tradisional dibuat secara alami tanpa bahan pengawet dan juga sederhana. Minuman tradisional Bali kebanyakan mengandung ethanol. Contoh minuman tradisional Bali yang mengandung ethanol misalnya brem, tuak, arak yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain.4

2. Fermentasi, dan Destilasi;

Fermentasi, adalah suatu cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba, sedangkan Destilasi, adalah suatu proses pemisahan ethanol dari cairan termentasi. Adapun alkohol adalah senyawa ethanol (ethyl alcohol), yaitu suatu jenis alkohol yang paling populer digunakan dalam industri.5

B. PRAKTIK EMPIRIS

Minuman tradisional khususnya brem, tuak dan arak dalam kehidupan masyarakat di Bali sepertinya sudah tidak asing lagi. Saat ini, minuman beralkohol dikonsumsi oleh remaja, orang dewasa, hingga orangtua yang sudah berumur, kesadaran masyarakat kita tentang bahaya minuman beralkohol masih sangat minim yang mana termasuk untuk kegiatan ritual keagamaan dan yang mana untuk dikonsumsi.6

Dari segi kehidupan sosial keagamaan, minuman tradisional khususnya brem, tuak dan arak sangat banyak digunakan masyarakat Bali untuk upacara keagamaan. Tidak jarang juga

4 AGRITECH, Vol. 37, No. 1, Februari 2017, Hal. 7-14 5

6 Wamaliya, Firmila dan I Gusti Putu Nata Wirawan, Minuman Tradisional, E-Jurnal EP Unud,

(7)

banyak masyarakat yang salah paham bahwa minuman tersebut untuk upacara agama malah dikonsumsi.

Bali sebagai daerah pariwisata, tentunya banyak beredar minuman-minuman tersebut yang digunakan untuk ritual keagamaan dan untuk dikonsumsi yang cukup menarik perhatian wisatawan. Banyak pelaku usaha yang mengedarkan minuman-minuman tersebut yang ilegal. Hal ini disebabkan karena belum adanya peraturan terkait pengawasan peredaran minuman-minuman tersebut di Bali.

C. KAJIAN TERHADAP ASAS YANG TERKAIT DENGAN NORMA (KAIDAH)

Analisa terhadap asas yang terkait dengan norma tentang minuman beralkohol antara lain:

1. Asas Keseimbangan Kesehatan dan Nilai-nilai Ekonomis

Sebagaimana diuraikan di Bab Pendahuluan, bahwa minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak sebenarnya adalah suatu minuman yang mengandung alkohol, dimana didalamnya juga berisi ethanol, yang kalau penggunaannya tidak sesuai dengan aturan yang tercantum dalam UU No. 23/1992 tentang Kesehatan, sangat berbahaya untuk kesehatan manusia.7

2. Asas Kemanfaatan Umum

Pengendalian peredaran minuman – minuman tersebut dilaksanakan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan kesehatan pribadi maupun umum. Di samping itu pengendalian peredaran minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak juga diarahkan untuk tidak merugikan kepentingan tenaga kerja, baik di pertanian/perkebunan, maupun di industri minuman.8

Oleh sebab itu, didalam rancangan peraturan daerah provinsi ini, salah satunya memperhatikan dengan sungguh-sungguh asas kemanfaatan untuk publik (umum) secara komprehensif.

7 Hartanti Nurwijaya, Zullies Ikawati, dkk, 2009, Bahaya Alkohol dan Cara Mencegah

Kecanduannya, Cetakan 1, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. hal.10.

8 Arief Hakim, M., 2004, Bahaya Narkoba-Alkohol :cara Islam mengatasi, mencegah dan

(8)

3. Asas Keterpaduan dan Keserasian

Penyelenggaraan pengendalian dan keserasian dalam pengendalian Minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak, dilaksanakan secara seimbang dalam mewujudkan keserasian untuk berbagai kepentingan baik kepentingan kesehatan, kepentingan ekonomis pariwisata, maupun keagamaan.

D. KAJIAN TERHADAP KONDISI YANG ADA

Konsumsi Minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak sudah menjadi masalah yang kompleks, tidak saja menyangkut masalah di bidang kesehatan tetapi juga menyangkut masalah-masalah yang berkaitan dengan Ritual Keagamaan, dan perpajakan, serta tidak jarang juga masalah yang berdampak psikologis.

Di Bali, konsumsi terhadap minuman tersebut juga menjadi salah satu masalah yang harus dihadapi. Industri pariwisata di Bali banyak mengedarkan minuman beralkohol ilegal dipasaran. Banyak pelaku usaha yang mengedarkan minuman tersebut secara ilegal, tanpa melihat batasan umur, serta tidak memberikan lebel yang mana seharusnya dikonsumsi dan mana yang dioergunakan untuk ritual agama.

E. KAJIAN TERHADAP IMPLIKASI PENERAPAN SISTEM BARU

Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam Rancangan peraturan daerah provinsi tentang pengawasan peredaran dan penggunaan Minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak, akan memiliki implikasi, baik terhadap aspek kehidupan masyarakat, maupun terhadap aspek beban keuangan negara.

1. Aspek Kehidupan Masyarakat;

(9)

Oleh sebab itu, perlu dibentuknya suatu peraturan daerah provinsi yang mengatur tentang pengawasan peredaran dan penggunaan Minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak, akan berdampak positif bagi kehidupan masyarakat.

2. Aspek Beban Keuangan;

Sebagaimana dimaklumi bersama, bahwa penerapan sistem baru, apalagi yang berkaitan dengan diberlakukannya suatu peraturan perundang-undangan dalam bentuk peraturan daerah provinsi yang mengatur tentang pengawasan peredaran Minuman Beralkohol, dipastikan akan memiliki dampak terhadap aspek beban keuangan pemerintah daerah provinsi Bali.

(10)

BAB III

ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

A. KONDISI HUKUM YANG ADA

Dalam UU No. 23/1992 tentang Kesehatan, masalah minuman beralkohol, tidak diatur secara eksplisit. Dalam Pasal 44 UU No. 23/1992 berbunyi:

1) Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif, diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungannya.

2) Produksi, peredaran, dan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif, harus memenuhi standar dan/atau persyaratan yang ditentukan.

3) Ketentuan mengenai pengaman bahan yang mengandung zat adiktif, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Dalam Penjelasan Pasal 44 tersebut dikatakan bahwa:

1) Bahan yang mengandung zat adiktif adalah bahan yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya atau masyarakat sekelilingnya;

2) Penetapan standar diarahkan agar zat adiktif yang dikandung oleh bahan tersebut dapat ditekan dan untuk mencegah beredarnya bahan palsu. Penetapan persyaratan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif ditujukan untuk menekan dan mencegah penggunaan yang mengganggu atau merugikan kesehatan orang lain;

B. KETERKAITAN UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN DAERAH

Salah satu alasan yang sangat penting disusunnya Naskah Akademik Rancangan peraturan daerah provinsi ini tentang pengawasan pengedaran dan penggunaan Minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak, karena hingga saat ini belum ada suatu peraturan daerah provinsi yang mengatur secara khusus tentang pengawasan peredaran dan penggunaan Minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak.

(11)

dan arak ini, dapat disebutkan bahwa Undang-Undang yang terkait adalah Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, dan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang dampak negatifnya kurang lebih sama dengan Minuman beralkohol, dan telah diatur dalam suatu Undang-Undang tersendiri.

Dibawah ini beberapa contoh, antara lain;

1. UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;

a) Konsiderans Menimbang, huruf d, yaitu “bahwa penyalahgunaan psikotropika dapat merugikan kehidupan manusia dan kehidupan bangsa, sehingga pada gilirannya, dapat mengancam ketahanan nasional”

b) Ketentuan Umum, Pasal 1, point 1, sebagai berikut: “Psikotropika, adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukari narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh seloektif pada susunan saraf pusat, yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku”

2. UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika:

a) Konsideran Menimbang, huruf e, yaitu “bahwa tindak pidana Narkotika telah bersifat transnasional yang dilakukan dengan menggunakan modus operandi yang tinggi, teknologi canggih, didukungoleh jaringan organisasi yang luas, dan sudah banyak menimbulkan korban, terutama di kalangan generasi muda bangsa yang sangat membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara sehingga Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan situasi dan kondisi yang berkembang untuk menanggulangi dan memberantas tindak pidana tersebut;”

(12)

3. Perda Kab. Sleman No. 8 Tahun 2007, tentang Minuman Beralkohol;

(13)

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. LANDASAN FILOSOFIS;

Secara filosofis, pengawasan peredaran dan penggunaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak tersebut sebagai wujud kepedulian mengembangkan industri khususnya industri pariwisata di Bali. Minuman tersebut pada dasarnya merupakan suatu bentuk gangguan terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat bila disalahgunakan.

Didalam UUD 1945, dikuatkan pula dengan hak setiap orang atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya,serta berhak atas rasa aman dari ancaman ketakutan untuk berbuat, atau tidak berbuat sesuatu, yang merupakan hak asasi, hak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik, dan sehat, serta berhak mernperoleh pelayanan kesehatan (Pasal 28 G, ayat (1), dan Pasal 28 H, ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

B. LANDASAN SOSIOLOGIS;

Pertimbangan sosiologis berkaitan dengan permasalahan empiris, dan kebutuhan yang dialami oleh masyarakat, yang menyangkut tentang pengaturan pengawasan peredaran minuman beralkohol. Oleh karena itu, secara sosiologis, Perda Provinsi tentang pengawasan peredaran minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak haruslah memberikan jawaban atau solusi terhadap permasalahan yang berkaitan dengan peredaran minuman beralkohol.

C. LANDASAN YURIDIS

(14)

menjamin adanya kepastian (certainty), dan keadilan (fairness) dalam penanganan akibat minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak ini.

Dalam kaitannya dengan peran dan fungsi hukum tersebut, maka persoalan hukum yang terkait dengan pengaturan, pengendalian, dan pengawasan terhadap penggunaan minuman beralkohol masih bersifat sektoral, dan parsial, sedangkan kebutuhan yang sangat mendesak adalah adanya peraturan daerah provinsi yang mengatur tentang pengawasan peredaran minuman beralkohol.9

9 Satya Joewana, 1989, Gangguan Penggunaan Zat Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif Lain,

(15)

BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN,

DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN

A. JANGKAUAN PENGATURAN

Lingkup atau Jangkauan pengaturan, dalam Rancangan Peraturan daerah provinsi Bali tentang Pengawasan Peredaran dan Penggunaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak ini, mencakup hal-hal sebagai berikut:

Pencegahan

Pengawasan;

Penindakan

Pengadaan

Penyediaan

Peredaran

Penggunaan

Kewenangan mengawasi

Jenis minuman beralkohol

Jumlah kuota yang diijinkan bagi masing-masing hotel di Bali

Mekanisme kerjasama

B. ARAH PENGATURAN

(16)

Peraturan pengadaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak adalah untuk mengantisipasi terjadinya pelanggaran akibat ketidaktahuan akan minuman yang digunakan untuk ritual keagamaan atau untuk dikonsumsi.

C. RUANG LINGKUP MATERI MUATAN

Berdasarkan ketentuan Pasal 10 UU No. 12 Tahun 2011, maka masalah pengendalian peredaran minuman beralkohol, karena menyangkut hak-hak asasi manusia untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, untuk mendapatkan lingkungan hidup yang sehat, dan untuk berkreasi dan berekspresi, hak dan kewajiban warga negara, keuangan negara, dan untuk mendapatkan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia tersebut, maka pengendalian minuman beralkohol, merupakan salah satu materi muatan undang-undang ini.

Selanjutnya, mengenai ruang lingkup Materi Muatan, pada dasarnya mencakup:

1. Ketentuan Umum

Dalam ketentuan umum ini, memuat rumusan akademik mengenai

pengertian istilah, dan trasa, yaitu;

1. Istilah, adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama/lambang, yang mengungkapkan makna, konsep, proses, keadaan, atau sitat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

2. Frasa, adalah satuan linguistik yang lebih besar dari kata, dan lebih kecil dari klausa, dan kalimat. Frasa berarti juga kumpulan kata non predikat.

2. Materi Muatan Yang Akan Diatur;

(17)

a. Pencegahan;

Norma yang dapat dibuat :

1. pengkajian dan penyusunan kebijakan untuk mencegah terjadinya peredaran, pengadaan dan penyediaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak yang tidak sesuai dengan fungsinya;

2. pencegahan terjadinya penyediaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak berlebihan untuk kalangan dibawah umur.

3. sosialisasi dan penyadaran larangan peredaran minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak yang ilegal kepada masyarakat dan Pelaku Usaha; dan

4. pembinaan kepada masyarakat dan Pelaku Usaha terhadap larangan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak yang ilegal.

b. Pengawasan;

Norma yang dapat dibuat :

1. Produksi minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak

2. Perdagangan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak

3. Pengedaran minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak

4. Penyimpanan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak

5. Pengadaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak

c. Penindakan

Norma yang dapat dibuat antara lain:

1. Penindakan terhadap pelaku yang melanggar ketentuan perda ini.

d. Pengadaan

(18)

1. Pengadaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak yang legal

2. jumlah pengadaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak

3. ijin pengadaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak

e. Penyediaan

Norma yang dapat dibuat antara lain;

1. Penyediaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak yang legal

2. Kuota penyediaan bagi masing-masing retailman

3. ijin penyediaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak

f. Peredaran

Norma yang dapat dibuat antara lain;

1. Siapa saja yang boleh mengedarkan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak legal

2. menjual dan membeli minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak baik langsung ataupun tidak langsung

3. mengedarkan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak baik secara langsung maupun tidak langsung

g. Kewenangan mengawasi

Norma yang dapat dibuat antara lain:

(19)

h. Jumlah kuota yang diijinkan bagi masing-masing hotel di Bali

Norma yang dapat dibuat antara lain:

1. Jumlah kuota yang diijinkan bagi masing-masing hotel untuk penggunaan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak

i. Mekanisme kerjasama

Norma yang dapat dibuat antara lain:

1. Aturan tentang mekanisme kerjasama dalam pencengahan dan pembinaan terkait dengan minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak.

D. Penegakkan Hukum dan Ketentuan Sanksi;

Norma-norma yang dapat dibuat antara lain adalah:

Sanksi pidana dikenakan kepada setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Perda ini.

E. Ketentuan Peralihan

(20)

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang , Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, di Bab Penutup ini, diuraikan juga tentang Sub Bab mengenai Kimpulan dan Sub Bab Saran.

A. KESIMPULAN

1. Pengawasan peredaran minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak pada hakekatnya agar masyarakat bisa membedakan minuman untuk ritual keagamaan, maupun minuman untuk dikonsumsi.

2. Saat ini belum ada peraturan perundang-undangan dalam bentuk Peraturan Daerah Provinsi yang khusus mengatur tentang Pengawasan Peredaran minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak.

B. SARAN

1. Untuk mengantisipasi terjadinya pelanggaran akibat ketidaktahuan akan aturan jenis minuman beralkohol yang harus dilengkapi bea cukai yang sah.dan juga untuk mengawasi dan menindak pelaku usaha yang melanggar, perlu diterbitkannya Peraturan Daerah Provinsi yang khusus mengatur tentang Pengawasan Peredaran Minuman Beralkohol.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945:

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nornor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, khususnya mengenai teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia;

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, khususnya mengenai I teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia;

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol;

(22)

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR ... TAHUN ... TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN, PENGGUNAAN DAN

PERLINDUNGAN MINUMAN TRADISIONAL BALI (BREM, TUAK,

ARAK (BTA) )”

GUBERNUR BALI,

Menimbang :

a. bahwa Minuman Tradisional Bali (Brem, Tuak, Arak) adalah minuman beralkohol yang berasal dari proses penyulingan yang digunakan masyarakat Bali sebagai pelengkap upacara keagamaan dan konsumsi, bila dikonsumsi minuman tersebut dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap individu, keluarga maupun lingkungan sosial serta dapat menjadi pemicu munculnya berbagai gangguan kesehatan, keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat.

b. bahwa salah satu upaya untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif Minuman Tradisional Bali (Brem, Tuak, Arak) perlu adanya pengawasan peredaran, penggunaan dan perlindungan minuman tradisional bali (brem, tuak, arak) oleh Pemerintah Daerah; c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (4) Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013

tentang Pengawasan Minuman Beralkohol dan ketentuan Pasal 20 ayat (4) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/MDAG/PER/4/2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaaan Peredaran Minuman Beralkohol sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 6/M/DAG/PER/1/2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/MDAG/PER/4/2014 tentang Pengendalian dan Penjualan Minuman Beralkohol, Pemerintah Daerah berwenang melakukan Pengendalian dan Pengawasan peredaran Minuman Beralkohol melalui Pemerintah Daerah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang pengawasan peredaran, penggunaan dan perlindungan minuman tradisional bali (brem, tuak, arak);

(23)

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-UndangNomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3269);

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492);

6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5512);

7. Undang – Undang 23 Tahun 2014 sebagaimana diubah Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang – Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2004 tentang Perdagangan Barang – Barang Dalam Pengawasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4402);

(24)

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI BALI dan

GUBERNUR BALI

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN, PENGGUNAAN DAN PERLINDUNGAN MINUMAN TRADISIONAL BALI (BREM, TUAK, ARAK).

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Provinsi Bali.

2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur peyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang memipin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah otonom.

3. Gubernur adalah Gubernur Bali.

4. Pengawasan peredaran adalah kegiatan memantau, melaporkan, dan mengevaluasi setiap peredaran Minuman Beralkohol di Daerah sesuai dengan peraturan perundang – undangan.

5. Penggunaan adalah proses, cara, perbuatan menggunakan minuman tradisional beralkohol sesuai dengan fungsinya;

(25)

7. Peredaran Minuman Tradisional Beralkohol adalah kegiatan menyalurkan Minuman Tradisional Beralkohol yang dilakukan oleh distributor, subdistribotor, Pengecer, atau Penjual Langsung untuk diminum ditempat.

8. Pengecer Minuman Tradisional Beralkohol yang selanjutnya disebut Pengecer adalah Perusahaan yang menjual Minuman Tradisional Beralkohol kepada kunsumen akhir dalam bentuk kemasan ditempat yang telah ditentukan.

9. Masyarakat dibawah umur adalah orang yang berumur dibawah 21 tahun.

10. Penjual Langsung Minuman Tradisional Beralkohol untuk diminum ditempat yang selanjutnya disebut Penjual Langsung adalah perusahaan yang menjual Minuman Tradisional Beralkohol kepada konsumen akhir untuk langsung diminum ditempat yang telah ditentukan.

11. Hotel dan Bar adalah tempat usaha pariwisata sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang – undangan dibidang pariwisita.

12. Minimarket adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri yang menjual berbagai jenis barang konsumsi terutama produk makanan dan/atau produk rumah tangga lainnya dengan luas lantai tidak lebih dari 400 M2 (empat ratus meter persegi).

13. Supermarket adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri yang menjual berbagai jenis barang konsumsi terutama produk makanan dan/atau produk rumah tangga lainnya dengan luas lantai produk rumah tangga lainnya dengan luas lantai lebih dari 400m2 (empat ratus meter persegi).

14. Hypermarket adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri yang menjual berbagai jenis barang konsumsi terutama makanan dan/atau produk rumah tangga lainnya dengan luas lantai lebih dari 5.000 m2 (lima ribu meter persegi). ‘

15. Surat Izin Usaha Perdagangan yang selanjutnya disingkat SIUP adalah surat izin dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan.

16. Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Tradisional Beralkohol yang selanjutnya disingkat SIUP-MB adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan khusus Minuman Tradisional Beralkohol.

17. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum.

(26)

Pengendalian dan Pengawasan Minuman Tradisional Beralkohol berasaskan:

a. perlindungan; b. kepastian hukum; c. keberlanjutan; dan d. keterpaduan.

Pasal 3

Pengendalian dan Pengawasan Minuman Tradisional Beralkohol bertujuan:

a. melindungi masyarakat dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh Minuman Tradisional Beralkohol yang disalahgunakan oleh masyarakat dibawah umur; b. menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya Minuman Tradisional

Beralkohol apabila disalahgunakan; dan

c. menciptakan ketertiban dan ketenteraman dimasyarakat dari gangguan yang ditimbulkan oleh konsumsi Minuman Tradisional Beralkohol.

BAB II

PENGGOLONGAN

Pasal 4

(1) Minuman Tradisional beralkohol diproduksi di Bali.

(2) Minuman Tradisional Beralkohol diproduksi di Bali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, mencakup Minuman Tradisional Beralkohol produksi pabrik dan produksi tradisional.

(3) Minuman Tradisional Beralkohol berdasarkan kadar kandungan ethanolnya digolongkan atas 3 (tiga) jenis:

a. Brem adalah Minuman Beralkohol dengan kadar alkohol/etanol (C2H5OH) 0 % sampai dengan 5 %;

(27)

c. Arak adalah Minuman Beralkohol dengan kadar alkohol/etanol (C2H5OH) 20 % sampai dengan 55 %.

(4) Minuman Tradisional Beralkohol sebagaiamana dimaksud pada ayat (3) huruf a, huruf b dan huruf c ditetapkan sebagai barang dalam Pengawasan.

BAB III

PENJUALAN, PERIZINAN DAN PENGGUNAAN MINUMAN TRADISIONAL BERALKOHOL (BREM, TUAK, ARAK)

Pasal 5

(1) Penjualan Minuman Tradisional Beralkohol (Brem, Tuak, Arak) secara eceran hanya dijual oleh Pengecer di supermarket atau di pasar tradisional.

(2) Pengecer yang menjual Minuman Tradisional Beralkohol secara eceran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memiliki SIUP-MB dari Gubernur atau Pejabat yang ditunjuk dan SKP-A dari Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

(3) Penggunaan Minuman Tradisional Bali harus dicantumkan label ketentuan penggunaannya, yang mana untuk upacara keagamaan dan yang untuk dikonsumsi.

Pasal 6

(1) Pengecer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), wajib menempatkan Minuman Tradisional Beralkohol pada tempat khusus atau tersendiri dan tidak bersamaan dengan produk lain.

(2) Pengecer berkewajiban melarang pembeli Minuman Tradisional Beralkohol meminum langsung di lokasi penjualan.

(3) Pengecer wajib memberikan label yang mana untuk upacara keagamaan dan yang untuk dikonsumsi pada kemasan.

(28)

(1) Penjualan Langsung Minuman Tradisional Beralkohol (Brem, Tuak dan Arak ) dapat dijual di tempat tertentu.

(2) Penjualan Langsung Minuman Tradisional Beralkohol (Brem, Tuak dan Arak) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memiliki SIUP-MB dari pejabat yang ditunjuk.

(3) Penjualan Minuman Tradisional Beralkohol (Brem, Tuak dan Arak) yang dijual ditempat tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diminum di rumah dengan ketentuan per kemasan berisi paling banyak 187 ml (seratus delapan puluh tujuh mililiter).

(4) Hotel non bintang atau Hotel melati dilarang menjual Minuman Beralkohol.

Pasal 8

(1) Pengecer dan Penjual Langsung Minuman Tradisional Beralkohol (Brem, Tuak dan Arak), wajib menyampaikan laporan realisasi penjualan Minuman Tradisional Beralkohol kepada SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang perdagangan.

(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setiap triwulan tahun kalender berjalan sebagai berikut:

a. Triwulan I disampaikan paling lambat pada tanggal 31 Maret; b. Triwulan II disampaikan paling lambat pada tanggal 30 Juni;

c. Triwulan III disampaikan paling lambat pada tanggal 30 September; dan d. Triwulan IV disampaikan paling lambat pada tanggal 31 Desember.

Pasal 9

(29)

(2) Penjual Langsung Minuman Tradisional Beralkohol dilarang menjual minumannya untuk diminum selain ditempat/didalam lingkungan yang belum berusia 21 (dua puluh satu ) tahun.

Pasal 10

(1) Setiap orang dilarang memperdagangkan Minuman Tradisional Beralkohol di lokasi atau tempat yang berdekatan dengan:

a. gelanggang remaja, kaki lima, terminal, stasiun, kios-kios kecil, penginapan remaja, dan bumi perkemahan;

b. tempat ibadah, sekolah, rumah sakit; dan

c. tempat tertentu lainnya yang ditetapkan oleh Gubernur.

(2) Lokasi atau tempat berdekatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling dekat 200 (dua ratus) meter.

Pasal 11

Setiap orang dilarang mengiklankan Minuman Tradisional Beralkohol dalam media massa cetak maupun elektronik, dan media luar ruang.

Pasal 12

(1) Permohonan SIUP-MB Pengecer dan Penjual Langsung hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang berbentuk badan hukum, perseroaan, atau persekutuan.

(2) SIUP-MB berlaku selama 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal diterbitkan dan dapat diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi Pemerintah Daerah.

(3) Tata cara penerbitan SKP-A dan SKPL-A berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pengawasan peredaran, penggunaan dan perlindungan minuman tradisional bali (brem, tuak, arak).

(4) SIUP-MB dilarang dipindahtangankan kepada pihak lain dengan alasan apapun.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan SIUP-MB Pengecer dan Penjual Langsung Minuman Tradisional Beralkohol diatur dengan Peraturan Gubernur.

(30)

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

Pasal 13

(1) Pemerintah Daerah berwenang melaksanakan Pengendalian, dan Pengawasan Minuman Tradisional Beralkohol.

(2) Pengendalian, dan Pengawasan Minuman Tradisional Beralkohol sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh tim terpadu yang dibentuk oleh Gubernur.

Pasal 14

(1) Tim terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2), paling sedikit terdiri atas:

a. SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang perdagangan dan perindustrian;

b. SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang kesehatan; c. SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pariwisata;

d. SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang keamanan dan ketertiban; dan

e. Unsur terkait lainnya.

(2) Dalam melakukan Pengendalian dan Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, tim terpadu dapat mengikutsertakan aparat kepolisian, kejaksaaan dan intansi pemerintah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pengawasan obat dan makanan.

(3) Tim terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diketuai oleh Kepala SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang perdagangan dan perindustrian. (4) Dalam hal diperlukan atau diperoleh informasi terkait peredaran dan penjualan Minuman

Tradisional Beralkohol yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, Kepala SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atas nama tim terpadu secara sendiri dapat melakukan pengawasan peredaran dan penjualan Minuman Tradisional Beralkohol.

(31)

Pelaksanaan Pengendalian dan Pengawasan oleh tim terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, dikoordinasikan oleh Gubernur.

Pasal 16

Tim terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2), melaksanakan Pengendalian dan Pengawasan secara berkala.

Pasal 17

Pendanaan kegiatan tim terpadu bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Pasal 18

Dalam hal hasil Pengendalian dan Pengawasan menunjukan adanya bukti awal bahwa telah terjadi tindak pidana, penyidikan segera dilakukan oleh penyidik yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB V

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 19

(1) Masyarakat dapat berperan dalam Pengawasan Minuman Tradisional Beralkohol baik dilakukan orang perseorangan dan/atau kelompok masyarakat.

(2) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan memberikan laporan kepada instansi berwenang dalam hal terjadi pelanggaran terhadap larangan dan atau kewajiban sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(3) Dalam hal diperlukan atau diperoleh informasi pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini aparat pemerintah ditingkat kecamatan, kelurahan, Kelihan Dinas dan Kelihan Adat dapat berperan aktif untuk melakukan Pengendalian dan Pengawasan di wilayahnya masingmasing untuk melaporkan kepada tim terpadu.

BAB VI

(32)

Pasal 20

Setiap orang dilarang menyimpan, mengedarkan, dan/atau menjual langsung Minuman Beralkohol Tradisional dan Minuman Beralkohol campuran atau racikan.

Pasal 21

Setiap orang dilarang mengkomsumsi segala jenis Minuman Tradsisional Beralkohol di tempat umum yang merupakan ruang publik.

BAB VII

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 22

(1) Pengecer dan Penjual Langsung yang melanggar ketentuan larangan dan/atau kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2),Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 7 ayat (2), Pasal 8 ayat (1), Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 12 ayat (4) dikenakan sanksi berupa pencabutan izin usaha dan/atau SIUP-MB.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi admnistratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 23

(1) Selain oleh Penyidik Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia, penyidikan terhadap pelanggaran atas Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah.

(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh Pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang –undangan.

(33)

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Minuman Tradisional Beralkohol;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana Minuman Tradisional Beralkohol;

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana Minuman Tradisional Beralkohol;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksaan tugas penyidik tindak pidana Minuman Tradisional Beralkohol;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Minuman Tradisional Beralkohol;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan/atau

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Minuman Beralkohol sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang - Udang Hukum Acara Pidana.

(34)

KETENTUAN PIDANA

Pasal 24

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (3), Pasal 7 ayat (5), Pasal 10, Pasal 11, Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. (3) Selain tindak pidana pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tindak pidana kejahatan dapat juga dikenakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 25

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol Di Provinsi Bali (Lembaran Daerah Tahun 2012 Nomor 14 seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 106 seri E) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 26

Peraturan Pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini harus ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

Pasal 27

(35)

Ditetapkan di Bali

Pada tanggal 26 juni 2018

GUBERNUR BALI

I KETUT ARYA WIDIASA GAPAR

Diundangkan di Bali

Pada tanggal 29 Juni 2018

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI,

I NYOMAN NATA SURYAWAN

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI TAHUN... NOMOR ...

PENJELASAN

ATAS

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI

NOMOR …TAHUN ...

TENTANG

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR … TAHUN … TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN, PENGGUNAAN DAN PERLINDUNGAN

MINUMAN TRADISIONAL (BREM, TUAK, ARAK (BTA) DI PROVINSI BALI

(36)

Minuman Tradisional Beralkohol merupakan produk yang mengandung potensi ekonomi tinggi, minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi, apabila dikonsumsi akan berpotensi mempengaruhi kesadaran konsumen baik ucapan, sikap maupun tindakannya, dan terutama dalam hubungan dengan posisi Bali sebagai daerah tujuan wisata internasional. Minuman tradisional Bali khususnya berupa brem, tuak dan arak digunakan oleh masyarakat Hindu di Bali sebagai sarana upacara keagamaan. Saat ini pengawasan peredaran, penggunan dan perlindungannya masih menyimpang dari semestinya, maka dari itu perlu diatur oleh pemerintah provinsi Bali dalam bentuk Perda agar minuman tradisional tersebut tidak disalahgunakan.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Cukup Jelas Pasal 2 Huruf a

Yang dimaksud dengan “Asas Perlindungan adalah bahwa pengaturan mengenai larangan Minuman Tradisional Beralkohol harus dapat melindungi masyarakat dari dampak negatif Minuman Tradisional Beralkohol.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “Asas Kepastian Hukum adalah bahwa Larangan Minuman Tradisional Beralkohol dapat menjamin kepastian hukum dalam menciptakan ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “Asas keberlanjutan adalah bahwa Larangan Minuman Tradisional Beralkohol dilakukan secara terus menerus untuk memberikan dampak negatif Minuman Tradisional Beralkohol sekaligus menjaga keberlangsungan hidup masyarakat.

Huruf d

(37)
(38)

Cukup Jelas. Pasal 19 Cukup Jelas. Pasal 20 Cukup Jelas. Pasal 21 Cukup Jelas. Pasal 22 Cukup Jelas. Pasal 23 Cukup Jelas. Pasal 24 Cukup Jelas Pasal 25 Cukup Jelas. Pasal 26 Cukup Jelas. Pasal 27 Cukup Jelas. Pasal 28 Cukup Jelas.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut ISACA (2012:185), deskripsi dari proses DSS04 adalah menetapkan dan menjaga rencana untuk memungkinkan bisnis dan TIK merespon insiden dan gangguan dalam upaya melanjutkan

Pengaruh suplementasi kholin khlorida dalam ransum terhadap bobot badan akhir, persentase organ dalam, usus halus, lemak abdominal, dan lemak hati pada ayam

 Mengerjakan soal dengan baik yang berkaitan dengan cara menghitung turunan fungsi dengan menggunakan definisi turunan, menggunakan teorema-teorema umum turunan

Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B,

Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan (Soeharno, 2007). Biaya tetap adalah biaya yang tidak terpengaruh

Surat Izin Penangkapan Ikan ( SIPI ) adalah surat izin yang harus dimiliki setiap kapal perikanan berbendera Indonesia yang melakukan kegiatan penangkapan ikan

berdasarkan pengetahuan sebelumnya atau dalam pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, dapat berpikir secara kritis dan aktif, dan mampu berkomunikasi dengan

sedangkan nilai masa depan dari jatuh tempo anuitas dapat dilihat kejadiannya sebagai kejadian sebagai kejadian pada. awal periode arus