• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Filsafat Hukum Yunani dan Filsaf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Filsafat Hukum Yunani dan Filsaf"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Sejarah Filsafat Hukum Yunani dan Filsafat Hukum pada Zaman

Pertengahan

Oleh :

Nama : Totoh Wildan Tohari

NIM : 1143050162

Kelas : Ilmu Hukum-D Semester 7

A. Pendahuluan

Sejarah merupakan kajian keilmuan yang mempelajari tentang kejadian pada masa lampau. Kajian ini mempelajari segala hal yang sudah terjadi, mulai dari zaman pra-sejarah sampai era modern sekarang. Salah satu kajian dalam sejarah berkaitan dengan ilmu hukum dan filsafat.

Ilmu hukum sendiri adalah ilmu tentang hukum. Objeknya adalah hukum, dengan demikian konsep ilmu melekat pada ilmu hukum.1Apabila ilmu hukum dipandang sebagai ilmu

yang khas, maka ilmu hukum dapat dikategorikan sebagai ilmu tentang kaidah, Van Appeldorn memasukan ilmu hukum sebagai ilmu pengetahuan hukum dogmatis atau sistematis. Sedangkan Utrecht menyebutnya ilmu hukum hanya sebagai ilmu hukum positif.

Setelah ilmu hukum, hal lain yang perlu dipelajari adalah filsafat. Makna filsafat sendiri adalah upaya untuk mempelajari dan mengungkapkan pengembangan manusia di dunia menuju akherat secara mendasar. Ilmu Hukum termasuk objek material yang dapat dipelajari oleh filsafat. Tujuan filsafat sendiri adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan, menemukan hakikatnya, dan menerbitkan serta mengatur semuanya kedalam bentuk yang sistematik. Filsafat membawa kepada pemahaman, dan pemahaman membawa kepada tindakan yang lebih layakSedangkan pengertian hukum

(2)

sendiri, umumnya dalam dipahami oleh masyarakat bahwa hukum adalah suatu perangkat aturan yang dibuat oleh negara dan mengikat warga negaranya dengan mekanisme keberadaan sanksi sebagai pemaksa untuk menegakan hukumnya. 2

Hal lain yang harus dipahami adalah keterkaitan antara filsafat hukum dan ilmu hukum dengan hukum adalah filsafat hukum dan ilmu hukum dapat menjadi satu sumber hukum

walaupun tidak semuanya hasil filsafat hukum dan ilmu hukum menjadi sumber hukum. Seperti kita tahu, sumber hukum terbagi 2 yaitu sumber hukum formal dan sumber hukum materil. Jika filsafat hukum dan ilmu hukum dimasukan kedalam sumber hukum, maka filsafat hukum

merupakan sumber hukum materil, dan ilmu merupakan sumber hukum formal. (ilmu hukum dan filsafat hukum, teguh prasetyo dan abdul halim barkatullah, hal. 13, 2006, pustaka pelajar ; Yogyakarta)

2. Sejarah Filsafat Hukum Yunani

Yunani boleh disebut sebagai sumber kancah pemikiran-pemikiran tentang hukum sampai akar-akar filsafatnya, sehingga masalah-masalah utama yang sekarang ini bisa dikaitkan ke belakang kepada bangsa tersebut. Masalah-masalah utama yang sekarang di bicarakan dalam teori-teori hukum telah mendapat perumusannya pada masa itu. Dibandingkan Yunani, maka Romawai maka Romawi tidak banyak memberikan membangun pada pemikiran teori ini. Bangsa yang disebut belakangan ini lebih menyumbangkan pemikirannya pada pada konsep-konsep dan teknik-teknik yang berhubungan dengan hukum positif, seperti bidang-bidang kontrak, kebendaan dan ajaran-ajaran tentang kesalahan. Ada 2 hal yang menyebaban pemikiran filsafat hukum itu begitu subur di Yunani.3

Pertama, kecenderungan-kecenderungan untuk berfikir spekulatif serta persepsi intelektualnya untuk menyadari adanya tragedy kehidupan manusia serta konflik-konflik dalam kehidupan dunia ini, seperti yang terlihat pada karya-karya filsafat dan kesusasteraannya,

2.Jujun Sumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Muliasari, Jakarta, 1996, hlm. 19

(3)

memberikan saham yang besar kea rah hukum yang bersifat teoritis. Dengan kecenderungan kecenderungan pemikiran seperti itu, orang Yunani melihat bagaimana timbul dan perkembangan polis, Negara kota di masa itu. Kekacauan-kekacauan sosial, konflik-konflik yang ada didalamnya, pergantian pemerintah yang begitu sering, masa-masa tiranik dan kesewenang-wenangan, yang terjadi pada masa itu, memberikan bahan banyak sekali bagi pemikiran yang bersifat spekulatif mengenai persoalan-persoalan hukum yang ada di masyarakat. Demikian orang pun didorong untuk memikirkan problem yang abadi mengenai hubungan hubungan antara hukum positif dengan keadilan yang abadi itu, sehingga memberikan sumbangan pemikiran Yunani ke dalam dunia teori hukum (Friedman, 1953; 5).

Plato, yang sendirinya adalah seorang filsuf, namun demikian, ia pun mengembangkan teorinya sendiri mengenai keadilan dan hal itu merupakan bagian yang penting dari keseluruhan bangunan filsafatnya (Bodenheimer, 1974 : 6-9). Menurut Plato keadilan adalah “apabila seorang itu menjalankan pekerjaannya dalam hidup ini sesuai dengan kemampuan yang ada padanya”. Setiap anggota masyarakat mempunyai tugas-tugasnya tersendiri yang khusus dan hendaknya membatasi pekerjaannya kepada pelaksanaan dari tugas-tugas tersebut. Dengan demikian, Plato hendak mengatakanm bahwa masyarakat yang adil adalah yang anggota-anggotanya bisa Republic , Plato menyerahkan penyelesaian itu kepada para hakim. Ia tidak menghendaki agar dalam menyelesaikan perkara-perkara itu para hakim diikat oleh peraturan-peraturan yang pasti yang terdapat dalam hukum positif. The Republic adalah suatu Negara yang dipimpin oleh orang-orang yang cerdik cendekiawan, yang bebas dan bukannya orang-orang-orang-orang yang terikat kepada hukum. Keadilan itu hendaknya diciptakan dan dijalankan dalam masyarakat “tanpa menggunakan hukum”. 4

Pada masa-masa menjelang akhir hidupnya, Plato mulai mengakui , bahwa tidak mudah untuk menemukan orang-orang dengan kualitas yang demikian itu dan oleh karenanya ia

(4)

mengusulkan “Negara hukum” sebagai alternative yang paling baik bagi pemerintahan oleh manusia itu. Pikiran-pikirannya itu dituangkan dalam karyanya The Laws. Dalam karyanya ini tidak lagi menerima konsep Negara yang diperintah oleh kekuasaaan serta orang-orang yang bebas, melainkan keadilan harus dijalankan atas dasar norma-norma tertulis. Para penguasa harus menjadi hamba hukum yang tidak membeda-bedakan orang.

Aristoteles adalah murid Plato dan sangat terkesan oleh ide-ide gurunya itu. Sekalipun demikian, ia mengembangkan pemikirannya sendiri dan terutama banyak mengoreksi terhadap pikiran edealistis dari gurunya. Menurut Aristoteles, Negara yang didasarkan pada hukum bukan alternative yang paling baik dari Negara yang dipimpin oleh orang-orang cerdik cendekiawan, melainkan satu-satunya cara yang paling praktis untuk mencapai kehidupan yang baik dan sejahtera dalam masyarakat. Dalam pikiran Aristoteles, hukum itu merupakan pembadanan yang bebas dari napsu-napsu. Hanya Tuhan dan akal saja yang boleh memerintah. Rupa-rupanya dalam ajaran Aristoteles ini, hukum merupakan jaminan, bahwa akal itulah yang memerintah dan bukanlah napsu-napsu dari orang-orang yang menjalankan perintah tersebut. Namun, Aristoteles masih menambahkan, bahwa hukum itu bisa keras dan oleh karena itu mengandung kemungkinan untuk tidak mendatangkan keadilan. Oleh karena itu ia harus dilunakan dan didekatkan kepada keadilan dengan cara equity, suatu cara yang kemudian diterapkan secara sistematis dalam system hukum Common lawa di Inggris.

Menurut Aristoteles, equity adalah “meluruskan jalannya hukum yang telah menjadi salah disebabkan oleh sifat keumumnannya”. Hukum berbicara dalam bahasa yang umum, tetapi tidak semua perkara bisa dimasukan ke dalam pengaturan yang bersifat umum itu, tanpa resiko menimbulkan ketidakadilan. Dalam keadaan yang demikian ini, hakim hendaknya memperlakukannya sebagai kasus yang unik dan ia akan memberikan keputusan yang seperti apabila ia berada pada kursi pembuat hukum.

(5)

Keadilan ini menjadi model dari rumusan Romawi yang klasik sebagaimana dibuat oleh Ulpian, yaitu “Honeste Vivere, alterum non laedere, suum cuique tribuere “ (“ Hidup secara terhormat, tidak menggangu orang lain disekelilingmu, memberikan kepada setiap orang bagiannya”). Keadilan yang kedua memberikan ukuran bagi menjalankan hukum sehari-hari. Dalam menjalankan hukum sehari-hari. Dalam menjalankan hukum sehari-hari kita harus mempunyai standar yang umum guna memperbaiki (memulihkan) konsekuensi-konsekuensi dari suatu tindakan yang dilakukan orang dalam hubungannya satu sama lain. Pidana memperbaiki yang telah dilakukan oleh kejahatan, pemulihan memperbaiki kesalahan perdata, ganti rugi mengembalikan keuntungan yang diperoleh secara salah. Standar tersebut harus diterapkan tanpa melihat orang dan untuk semuanya tunduk kepada standar yang objektif (Friedmen, 1953 :10).5

Secara singkatnya sumbangan yang paling dari pemikiran Aristoteles terhadap terori hukum adalah:

 Formulasi tentang problema esensial dari keadilan

 Formulasi tentang perbedaan antara keadilan yang abstrak dengan equity

 Uraian tentang perbedan keadilan hukum dan keadilan alamiah (seperti hukum positif dan hukum alam).

Pemikiran lain zaman Yunani yang cukup penting adalah datang dari kaum Stoa, aliran ini ditemukan pada Abad keempat sebelum masehi, pemikiran-pemikiran terwakili oleh tulisan Zeno (320-250 BC). Inti ajarannya adalah :

1. Alam ini diperintah oleh pikiran yang rasional ]

2. Kerasionalan alam dicerminkan oleh seluruh manusia yang dengan kekuatan penalarannya memungkinkan menciptakan suatu “natural life” yang didasarkan pada “reasonable living”.

3. Hukum Alam dapat diidentifikasikan dengan moralitas tinggi 4. Basis hukum adalah aturan Tuhan dan keadaan manusiawi.

5. Penalaran manusia dimaksudkan agar ia dapat membedakan yang benar dari yang salah dan hukum didasarkan pada konsep-konsep manusia tentang hak dan kewajiban.

(6)

3. Sejarah Filsafat Hukum Zaman Pertengahan

Abad Pertengahan atau Zaman Pertengahan dalam sejarah Eropa, berlangsung dari abad ke-5 sampai abad ke-15. Abad Pertengahan bermula sejak runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat dan berlangsung sampai dengan Abad Pembaharuan dan Abad Penjelajahan. Sejarah Dunia Barat secara tradisional dibagi menjadi tiga kurun waktu, yakni Zaman Antik Klasik, Zaman Pertengahan, dan Zaman Modern. Dengan kata lain, Abad Pertengahan merupakan kurun waktu peralihan dari Zaman Antik Klasik ke Zaman Modern. Abad Pertengahan terbagi lagi menjadi Awal Abad Pertengahan, Puncak Abad Pertengahan, dan Akhir Abad Pertengahan.6

Berkaitan dengan sejarah Ilmu Hukum, sesungguhnya Ilmu Hukum adalah ilmu modern pertama yang lahir dari di Dunia Barat, demikian dikatakan Harold J. Berman berdasarkan penelusuran historis yang luas dan mendalam. Ilmu Hukum sebagaimana yang kita kenal pada masa kini timbul pada abad 12/13 bersamaan dengan lahirnya universitas. Dapat dikatakan bahwa pada abad 12 “scholarship”, diskusi kefilsafatan dan teologikal mengalami perkembangan yang dapat dikatakan eksepsional. Penyebabnya adalah diseminasi (penyebarluasan) tulisan-tulisan Aristoteles dan bangkitnya minat pada hukum Romawi.

Pada abad 11 dan 12, di Eropa berlangsung perubahan sosial. Pada waktu munculnya pusat-pusat kekuasaan yang kuat yang membawa ketertiban dalam masyarakat, dan dengan itu pengaturan dan penataan kehidupan masyarakat secara politik. Pada waktu yang bersamaan, dinamika perdagangan lintas kota di Eropa yang untuk pengamanan masing-masing dilindungi benteng di sekelilingnya. Dengan itu pula timbul kelas baru pula dimasyarakat, yakni kelas para yuria professional, yakni para hakim professional dan para penasihat hukum atau pengacara professional. Pada masa itu juga orang mulai melakukan penulisan “ legal treatises”dan kompilasi serta sistematisasi warisan “ legal treatises” dari zaman Romawi, yang mendorong perkembangan konsep hukum sebagai perangkat asas-asas hukum dan prosedur-prosedur yang mandiri dan terintegrasi. 7

Perkembangan politik, sosial dan ekonomi di Eropa Barat pada abad 11, 12 dan 13 menyebabkan munculnya :

(7)

1. Sistem Hukum Kanonik , yang terdiri atas Ius Novum dan Ius Antiquum. Ius Novum adalah keseluruhan perundang-undangan (aturan tertulis) yang dibuat oleh Paus dan Dewan Gereja sejak abad 11. Ius Antiquum adalah hukum kanonik sebelum abad 11 yang dikompilasi dan disistematisasi oleh Gratianus pada tahun 1140.

2. Sistem Hukum Sekuler yang diciptakan oleh raja-raja.

3. Sistem hukum Kota (Urban Law) yang diciptakan kota-kota bebas. 4. Sistem hukum feudal dan manorial.

5. Sistem hukum dagang baru untuk memenuhi kebutuhan para pedagang dalam kegiatan perdagangan antar-kota (intercity), antar-regional dan inter-nasional.

Dapat dikatakan bahwa penciptaan Sistem Hukum Modern abad 11, 12 dan 13 itu merupakan respons terhadap proses perubahan sosial dan ekonomi yang dipengaruhi faktor-faktor keagamaan, yakni perubahan revolusioner dalam Gereja serta hubungan antara Gereja dan otoritas sekuler. Jadi, hingga derajat tertentu, tradisi hukum barat modern ditimbulkan oleh separasi eksplosif kekuasaan gereja dan kekuasaan sekuler.

Kehadiran tradisi hukum modern yang mengikat dan memang dibutuhkan masyarakat menyebabkan banyak orang ingin dan membutuhkan memperoleh pemahaman tentang hukum. Masyarakat pada waktu memang membutuhkan orang-orang yang memahami hukum secara berkeahlian dan mampu menggunakan keahlian hukumnya untuk menemukan penyelesaian terhadap masalah hukum yang timbul dalam interaksi kemasyarakatan . Hal ini menyebabkan orang muda tertarik untuk belajar secara sistematis agar memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang hukum yang diperlukan itu.

(8)

Ordinarius yang disiapkan di Bologna khusus untuk pengajaran hukum di berbagai universita, dan “Summa” yang ditulis Azo. Bologna dipandang sebagai “alma mater”.

Penggunaan system pengajaran hukum model Bologna itu bukan hanya karena kebetulan para dosennya lulusan Sekolah Hukum Bologna, tetapi juga karena sering dalam Charter pembentukan universitas dari pihak berwenang ( raja atau uskup setempat) disebutkan secara eksplisit keharusan menggunakan system pengajaran itu.

Selain menyebarkan telaah hukum secara ilmiah, diadopsinya model pengajaran hukum Bologna menimbulkan dampak sosiologis, yakni terbentuknya profesi yuris terdidik pada abad 13. Para yuris ini bekerja sebagai pejabat di berbagai pengadilan, menjadi penasehat para bangsawan dan dewan pemerintahan kota. Mereka berusaha menerapkan hukum yang dipelajari di universitas, antara lain berdasarkan teori tentang “IUS COMMUNE” yang terkandung dalam Hukum Romawi.8

Menurut teori ini, karena sifatnya sebagai “ratio scripta” , hukum akal budi yang tertulis, maka hukum Romawi dapat berlaku untuk masalah hukum yang terhadapnya hukum local tidak menyediakan penyelesaian. “Ius Commune” ini kemudian dikembangkan dan diadaptasi pada perubahan kebutuhan zaman lewat interpretasi hingga terbentuk “communis opinion doctorum”,

yang di dalam praktek memperoleh kekuatan otoritatif. Jadi meskipun bukan hukum positif yang berlaku dalam pengertian sekarang, namun Hukum Romawi bagi para yuris pada masa itu dipandang sebagai hukum ideal, sebagai perangkat gagasan hukum yang terpadu secara sistematik.

Dengan sendirinya , di dalam praktik, Hukum Romawi itu memberikan perspektif dalam menganalisa dan menilai berbagai masalah hukum konkret dan hukum yang berlaku. Dengan cara demikian Ilmu Hukum yang diajarkan di universitas, lewat para yuris terdidik itu, mempenetrasi praktek hukum dan mempengaruhi proses pembentukan tata hukum nasional pada seluruh Negara-negara di Eropa.

(9)

Perubahan cara pengajaran hukum mulai terjadi pada abad ke-17, dengan dimasukannya hukum positif yang berlaku di dalam kurikulum . Perubahan ini dipengaruhi oleh perubahan sosial yang fundamental yang ditimbulkan oleh Reinassance yang langsung menerobos ke inti tradisi hukum.

(10)

4. Kesimpulan

- Yunani boleh disebut sebagai sumber kancah pemikiran-pemikiran tentang hukum sampai akar-akar filsafatnya, sehingga masalah-masalah utama yang sekarang ini bisa dikaitkan ke belakang kepada bangsa tersebut. Salah dua filusuf yang membidangi filsafat hukum adalah Plato dan Aristoteles.

- Plato, yang sendirinya adalah seorang filsuf, namun demikian, ia pun mengembangkan teorinya sendiri mengenai keadilan dan hal itu merupakan bagian yang penting dari keseluruhan bangunan filsafatnya. Menurut Plato keadilan adalah “apabila seorang itu menjalankan pekerjaannya dalam hidup ini sesuai dengan kemampuan yang ada padanya”. Setiap anggota masyarakat mempunyai tugas-tugasnya tersendiri yang khusus dan hendaknya membatasi pekerjaannya kepada pelaksanaan dari tugas-tugas tersebut.

- Aristoteles memberikan sumbangan yang dipandang sangat besar pemikirannya tentang hukum dan keadilan sampai sekarang, adalah pembedaannya dalam keadilan distributive dan keadilan korektif. Keadilan yang pertama menyangkut soal pembagian barang-barang dan kehormatan kepada masing-masing orang sesuai dengan tempatnya dalam masyarakat. Ia menghendaki agar orang –orang yang mempunyai kedudukan yang sama memperoleh perlakuan yang sama pula di hadapan hukum.

(11)

Daftar Pustaka

1. Buku

- Cahyadi, Antonius, Pengantar ke Filsafat Hukum, Jakarta,Kencana Prenada Media , 2007.

- Prasetyo, Teguh dan Barkatullah, Abdul Halim. Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum,

Yogyakarta ,Pustaka Pelajar, 2006.

- Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum, , Bandung , Citra Aditya Bakti, 2006.

- Sumantri, Jujun. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Muliasari, 1996.

2. Internet

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi pada April 2017, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,15 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan

Membimbing karyawan dalam hal menyusun program kerja dan melaksanakan tugas sehari-hari.. Membimbing siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler, OSIS dan mengikuti lomba

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan ekstraksi natrium alginat dari alga coklat dan untuk menentukan masa simpan buah mangga dan buah jeruk dengan penggunaan

Tegasnya, Syaykh Abd Aziz bin Abd Salam telah memberi suatu sumbangan yang besar terhadap metodologi pentafsiran kepada pengajian tafsir di Malaysia.. Sumbangan

Dalam membahas Islamisasi di Kalimantan Timur, terlebih dahulu dijelaskan mengenai pengertian islamisasi. Secara sederhana, islamisasi dapat diartikan sebagai proses

PPKA Bodogol atau yang dikenal dengan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol adalah sebuah lembaga konservasi alam di daerah Lido Sukabumi dan masih merupakan bagian dari

Guru memindahkan skor murid ke dalam Borang Profil Psikometrik (Profil Individu dan Profil Umum).  Borang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien JKN terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Andalas dan Klinik Simpang