• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP SEHAT DEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP SEHAT DEN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP SEHAT DENGAN PREVALENSI INFESTASI STH (SOIL TRANSMITTED HELMINTHS) PADA SISWA SD

DI DESA SUKARAMI KECAMATAN PEMULUTAN KABUPATEN OGAN ILIR

Eltari Prismasari*, Muhaimin Ramdja**, Indri Seta Septadina** *Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang **Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang

ABSTRACT

STH infestation is still a big problem in public health in Indonesia Indonesia because have advance prevalence about 45-65%. The high prevalence of STH infestation in Indonesia in addition to influenced by climate covered temperature, humidity, and rainfall, also influenced by poor personal hygiene, poor sanitation, education grade, agricultural practices and other places that using human feces as fertilizer. The purpose of this research was to determine the relationship between the healthy life behavior with the prevalence of STH infestation in elemetary school students in Sukarami Village, Pemulutan District , Ogan Ilir Regency. The design of this research is analytic cross-sectional. The data was collected by structured interview with questionaire and collecting feces aid then examined using Kato-Katz method and the Harada Mori modification. The results obtained were analyzed using chi-square statistical test.The results of this study showed that the prevalence of STH infestation incidence was 10% with the details infestation Ascaris lumbricoides (2%), Trichuris trichiura infestation (7%), mixed between Ascaris lumbricoides and Trichuris trichiura infestation (1%). The results of statistical tests obtained the variables that had p value < 0,05 are health behavior, the habit of washing hands before eating and habit of hand washing after defecation and at the result of multivariate logistic regression analysis was obtained the variables that had p value < 0,05 are healthy behavior and habit of washing hands after defecation . From that results it can be concluded that healthy life behavior and hand washing after defecation are the variables that influence the STH infestations.

Keywords: STH infestations, healthy life behavior, Sukarami Village, Ogan Ilir Regency

Pendahuluan

Infestasi Soil Transmited Helminths (STH) adalah infestasi pada manusia yang disebabkan oleh cacing nematoda parasit yang ditularkan melalui tanah yang terkontaminasi melalui kontak langsung dengan telur parasit atau larva yang berada di tanah (CDC 2010a ; Bethony et.al , 2006). Tiga penyebab utama infestasi STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan cacing tambang (Necator

americanus dan Ancylostoma

duodenale) (Bethony et.al, 2006). Diperkirakan bahwa lebih dari dua milyar orang di dunia terinfestasi STH (Hotez et.al, 2006). Menurut WHO (2012) sekitar lebih dari satu milyar orang terinfestasi oleh Ascaris lumbricoides, 795 juta orang terinfestasi

(2)

americanus). Distribusi prevalensi infestasi STH meningkat di negara-negara yang beriklim tropis dan substropis karena telur dan larva cacing lebih dapat berkembang di tanah yang hangat dan basah ( de Silvia et.al, 2003 ; Bethony et.al, 2006). Asia Tenggara merupakan salah satu wilayah yang memiliki prevalensi tinggi infestasi STH di dunia ( de Silvia et.al, 2003).

Infestasi STH masih merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat di Indonesia karena prevalensinya masih tinggi yaitu kurang lebih 45 – 65% bahkan di wilayah-wilayah tertentu yang memiliki sanitasi lingkungan buruk prevalensi infestasi STH bisa mencapai 80% (Ali, 2007). Infestasi STH dapat mengenai semua golongan usia, tetapi sebuah studi epidemiologi menyatakan bahwa anak-anak usia sekolah merupakan populasi terbesar dalam infestasi STH (Hotez et.al, 2003 ; Depkes RI, 2006 ). Berdasarkan survei terkait golongan usia, anak sekolah dasar memiliki prevalensi kecacingan cukup tinggi yaitu sekitar 60 – 80 % (Depkes RI, manusia dapat terjadi melalui dua cara yaitu penularan secara langsung melalui telur cacing yang masuk ke mulut, misalnya telur menempel pada kuku atau tangan melalui tinja yang telah terinfestasi kemudian tertelan. Penularan melalui larva, larva cacing dapat menembus kulit terutama ditularkan dengan berjalan tanpa alas kaki di tanah yang terkontaminasi. Selain itu salah satu jenis cacing tambang (Anclostoma duodenale) dapat juga ditularkan melalui tertelannya larva. (Pohan, 2006 ; CDC, 2010e).

Tingginya prevalensi infestasi STH di Indonesia selain dipengaruhi oleh iklim yang meliputi suhu, kelembaban, dan curah hujan juga dipengaruhi oleh personal hygiene yang buruk, sanitasi lingkungan yang buruk, tingkat pendidikan, agricultural practice dan tempat-tempat yang menggunakan feses manusia sebagai pupuk ( CDC, 2010a ; Brooker, 2002). Anak usia sekolah dasar menjadi populasi terbesar dalam infestasi STH dikarenakan aktifitas mereka banyak berhubungan dengan tanah, hal ini erat kaitannya dengan perilaku hidup sehat atau personal hygiene. Menurut kebiasaan bermain di tanah, kebiasaan defekasi kebiasaan makan jajanan terkait food handling jajanan merupakan faktor resiko kejadian membahayakan kesehatan dan status nutrisi penderita (Hotez et.al, 2006). Infestasi STH dapat menyebabkan kecacatan dengan memperburuk status nutrisi dan menganggu proses koqnitif, sehingga dapat menurunkan produktifitas penderita dan menurunkan sumber daya manusia (WHO, 2010 ; Depkes RI, 2006).

(3)

prevalensi infestasi STH dan kekuatan hubungannya dengan perilaku hidup sehat pada siswa SD di Desa Sukarami, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir yang mana belum ada data sebelumnya mengenai prevalensi infestasi STH dan hubungannya dengan perilaku hidup sehat pada siswa SD di Desa Sukarami, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan

cross sectional, dengan menggunakan data primer. Data sampel diperoleh melalui proses wawancara dengan bantuan kuisioner pada subjek penelitian dan data hasil pemeriksaan tinja dilakukan dengan menggunakan teknik Kato Katz dan teknik Harada Mori modifikasi. Penelitian ini dilaksanakan SD (Sekolah Dasar) yang berada di Desa Sukarami, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir dan Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya dari bulan Oktober sampai Desember 2012.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD yang berada di Desa Sukarami, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir yaitu siswa SD di SD Negeri 19 Desa Sukarami berjumlah 144 orang. Peneliti mensensus seluruh polulasi untuk dijadikan subjek penelitian dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi ; (1) Siswa yang bersedia menjadi responden, (2) Siswa yang bersedia diperiksa tinjanya, (3) Dapat berkomunikasi dengan baik. Kriteria eksklusi ; (1) Siswa yang tidak bersedia menjadi responden, (2) Siswa yang tidak mengembalikan botol berisi tinja yang sudah diberikan penelitian,

(3)Siswa yang pindah sekolah pada saat penelitian berlangsung.

Pertimbangan Etik

Pengumpulan data yang dilakukan pada subjek penelitian dilakukan setelah mendapat perizinan dari Fakultas Kedokteran universitas Sriwijaya, Dinas Pendidikan Kabupaten Ogan Ilir dan Kepala Sekolah SD Negeri 19 Desa Sukarami. Informed consent dan persetujuan dari subjek penelitian dilakukan sebelum pengambilan data primer.

Tahap penelitian

Data yang dikumpulkan meliputi data yang meliputi terkait perilaku hidup sehat dan data hasil pemeriksaan feses.

Data terkait perilaku hidup sehat meliputi kebiasaan memakai alas kaki, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, kebiasaan mencuci tangan setelah BAB, kebiasaan membersihkan dan memotong kuku, kebiasaan BAB, perilaku pengobatan mandiri pada anak, kebiasaan makan jajanan terkait food handling jajanan diperoleh dari proses wawancara dengan bantuan kuisioner kepada setiap subjek penelitian. Masing- masing jawaban untuk setiap kebiasaan akan diberi skor “2”, “1” dan “0” kemudian skor jawaban akan ditotal. Jawaban yang mendapatkan skor ≥ 75 % dari skor total dikategorikan kebiasaan “baik” dan jawaban yang mendapatkan skor < 75% dari skor total dikategorikan kebiasaan “ tidak baik”.

(4)

pemeriksaan mikroskopis. Pengumpulan tinja dilakukan dengan cara membagikan pot kepada tiap-tiap subjek penelitian yang telah diberi label sebagai identitas pengambilan tinja, keesokan harinya pot yang sudah berisi tinja diserahkan ke peneliti dan langsung dibawa ke Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya untuk dilakukan pemeriksaan.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah terkumpul dilakukan pemeriksaan/validasi data, pengkodean, rekapitulasi, dan tabulasi, kemudian dilakukan analisis statistik dengan menggunakan program SPSS Versi 20,0. Rancangan analisis statistik yang akan digunakan adalah analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk menampilkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan atau kekuatan resiko (Odds Ratio/ OR ) antara variabel independent dengan variabel dependent menggunakan uji chi square sehingga diperoleh nilai nilai p dan nilai OR dengan menggunakan derajat kemaknaan alpha = 0,05 (derajat kepercayaan 95%). Bila nilai p < 0,05 maka hasil statistik dinyatakan bermakna/berhubungan. Kemudian variabel yang didapatkan memiliki nilai

p < 0,05 akan dimasukan dalam analisis multivariat untuk mengetahui pengaruh paparan secara bersama-sama dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian infestasi. Uji statistik yang digunakan adalah regresi logistik untuk memperoleh model persamaan yang sesuai.

Berikut persamaan yang digunakan : Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + µ.

Aplikasi dari model persamaan yang diperoleh dapat digunakan untuk memprediksi variabel terhadap kejadian infestasi STH pada siswa SD Desa Sukarami Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir 2012 dengan menggunakan rumus probabilitas yaitu ( Dahlan, 2008) :

p = 1/(1 + e-y)

Hasil dan Pembahasan Hasil

Hasil penelitan ini mendeskripsikan semua data yang diperoleh dari seratus (100) sampel siswa SD Desa Sukarami Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir 2012 . Data - data yang disajikan meliputi prevalensi infestasi STH, distribusi perilaku hidup sehat, dan hubungan perilaku hidup sehat dengan infestasi STH. Dari 144 orang siswa, hanya ada 100 siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Prevalensi Infestasi STH

Dari hasil pemeriksaan tinja menunjukan 10 orang (10,0%) positif dan 90 orang (90,0%) yang negatif terinfestasi STH. Prevalensi infestasi STH pada siswa SD di Desa Sukarami Kecamatan Pemulutan adalah 10,0 %.

Tabel 1. Prevalensi Infestasi STH pada Siswa SD Desa Sukarami Kecamatan Pemulutan

Kabupaten Ogan Ilir 2012 (N= 100)

Infestasi STH N (orang) %

+ 10 10,0

- 90 90,0

Jumlah 100 100

(5)

Tabel 2. Prevalensi Infestasi STH Berdasarkan Umur

Umur Terinfestasi STH Ju

mla h Positif (+) Negatif (-)

N % N %

5 – 9 5 7,6 48 92,4 66 10 – 14 5 14,7 42 85,3 34

Jumlah 10 10,0 90 90,0 100

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa prevalensi infestasi STH pada anak laki-laki lebih banyak dari pada anak perempuan.

(6)

Jenis Kelamin

Terinfestasi STH Juml ah Positif (+) Negatif (-)

N % N %

Laki-laki 7 12,7 48 87,3 55 Perempuan 3 6,7 42 93,3 45

Jumlah 10 10,0 90 90,0 100

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa jenis cacing yang paling banyak menginfestasi adalah

Trichuris trichiura sebanyak 7,0%, kemudian Ascaris lumbricoides 2,0%, infestasi campuran 1,0% dan tidak ditemui infestasi cacing tambang.

Tabel 4. Prevalensi Infestasi STH Berdasarkan Jenis Cacing yang Menginfestasi

Jenis Cacing Terinfestasi STH Jumlah

Positif (+) Negatif (-)

N % N %

Ascaris lumbricoides 2 2,0 89 89,0 100

Trichuris trichiura 7 7,0 93 93,0 100

Cacing Tambang - - 100 100,0 100

Campuran 1 1,0 99 99,9 100

Jumlah 10 10,0 90 90,0 100

Perilaku Hidup Sehat

Distrubusi perilaku hidup sehat yang meliputi kebiasaan memakai alas kaki, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, kebiasaan mencuci tangan sesudah BAB, kebiasaan membersihkan dan memotong kuku,

kebiasaan BAB, perilaku pengobatan mandiri pada anak dan kebiasaan makan jajanan terkait food handling jajanan pada siswa SD di Desa Sukarami Kecamatan Pemulutan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Perilaku Hidup Sehat pada Siswa SD Desa Sukarami Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir 2012 (N =100)

Perilaku Hidup Sehat N (Orang) %

Baik 58 58,0

Tidak baik 42 42,0

Alas Kaki

Baik 68 68,0

Tidak baik 32 32,0

Cuci Tangan Sebelum makan

Baik 78 78,0

Tidak baik 22 22,0

Cuci Tangan seseudah BAB

Baik 86 86,0

Tidak baik 14 14,0

Kebersihan Kuku

(7)

Tidak baik 35 35,0 Kebiasaan BAB

Baik 54 54,0

Tidak baik 46 46,0

Perilaku Pengobatan Mandiri

Baik 18 18,0

Tidak baik 82 82,0

Kebiasaan Jajan

Baik 36 36,0

Tidak Baik 84 84,0

Jumlah 100 100

Hubungan Perilaku Hidup Sehat dengan Infestasi STH

Untuk mengetahui hubungan variabel-variabel perilaku hidup sehat yang meliputi kebiasaan memakai alas kaki, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, kebiasaan mencuci tangan setelah BAB, kebiasaan

membersihkan dan memotong kuku, kebiasaan BAB, perilaku pengobatan mandiri pada anak, kebiasaan makan jajanan terkait food handling jajanan dengan infestasi STH dilakukan uji statistik menggunakan chi square. Hasil uji statistik tersebut dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hubungan Perilaku Hidup Sehat dengan Infestasi STH

No.

Variabel Terikat dan Variabel Bebas OR

95% CI

Nilai p

1 Perilaku hidup sehat dengan kejadian infestasi STH 15,545 0,002 1,885 – 128,222

2 Kebiasaan memakai alas kaki dengan kejadian infestasi STH

0,901 1,000

0,217 – 3,740

3 Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dengan kejadian infestasi STH

6,938 0,007

1,753- 27,458

4 Kebiasaan mencuci tangan sesudah BAB dengan kejadian infestasi STH

9,000 0,004

2,180- 37,161

5 Kebiasaan membersihkan dan memotong kuku dengan kejadian infestasi STH

1,269 0,737

0,333 - 4,835

6 Kebiasaan BAB dengan kejadian infestasi STH 1,195 1,000 0.323- 4,417

7 Pegobatan mandiri dengan kejadian infestasi STH 2,096 0,685 0,248 – 17,678

8 Kebiasaan jajan terkait foodhandling jajanan 5,727 0,090 0,695 – 47,193

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel yang memiliki hubungan

(8)

adalah perilaku hidup sehat, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan kebiasaan mencuci tangan sesudah BAB.

Ketiga variabel yang memiliki hubungan bermakna secara statistik berdasarkan analisis bivariat, kemudian

dilakukan analisis multivariat untuk melihat besar pengaruh variabel-variabel bebas terhadap kejadian infestasi STH. Hasil analisis multivariat regresi logistik dengan metode

Backward LR dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik dengan Metode Backward LR

Variabel Koefisien Exp(B)/ OR(IK95%) P

Langkah 1 Perilaku hidup sehat 2,150 8,586

(0,898 - 82,082 )

0,062

Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan

0,611 1,483

(0,339- 10,029 )

0,480

Kebiasaan mencuci tangan sesudah BAB

1,326 3,768

(0,708- 20,062)

0,120

Konstanta - 4,222 0,015 0,000

Langkah 2 Perilaku hidup sehat 1,596 10,664

(1,229 - 92,553 )

0,032

Kebiasaan mencuci tangan sesudah BAB

2,367 4,931

(1,098- 22,141 )

0,037

Konstanta -4,219 0,015 0,000

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada hasil akhir analisis multivariat dengan metode backward LR menunjukan perilaku hidup sehat memiliki nilai p = 0,032 (OR : 10, 664 ; CI 95% : 1,229 - 92,553) dan kebiasaan mencuci tangan sesudah BAB memiliki nilai p = 0,037 (OR : 4,931 ; CI 95 % : 1,098- 22,141 ) yang berarti bahwa perilaku hidup sehat dan kebiasaan mencuci tangan sesudah BAB terbukti berpengaruh terhadap kejadian infestasi STH pada siswa SD Desa Sukarami Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir 2012. Faktor yang paling dominan dari kedua variabel tersebut terhadap kejadian infestasi STH adalah perilaku hidup sehat yang dapat dilihat dari nilai OR yang paling besar yaitu 10,664.

Berdasarkan nilai koefisien dan nilai Exp(B)/ OR(IK95%) dari masing – masing variabel maka didapat persamaan :

Y = α + β1X1 + β2X2

Y = -4,219 + 1,596 (X1/Perilaku Hidup Sehat) + 2,367 (X2/Kebiasaan Mencuci Tangan Sesudah BAB) dengan nilai X = 1 jika memiliki resiko tersebut dan X = 0 jika tidak memiliki resiko tersebut.

Model persamaan yang diperoleh dimasukan kedalam rumus probabilitas untuk memprediksi besarnya pengaruh perilaku hidup sehat dan kebiasaan mencuci tangan sesudah BAB terhadap kejadian infestasi STH pada siswa SD Desa Sukarami Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir 2012, sehingga didapatkan persamaan :

p = 1/(1 + e-y)

p = 1 /(1 + 2,7 - (-4,219 + 1,596 (X

(9)

p = 1 /(1 + 2,7 - (-4,219 + 1,596 (1) + 2,367 (1) )) p = 0,436  43,6 %

Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak yang memiliki perilaku hidup sehat kategori tidak baik dan kebiasaan mencuci tangan sesudah BAB kategori tidak baik memiliki kemungkinan untuk terinfestasi STH sebesar 43,6 %.

Sedangkan jika kita menghitung nilai probabilitas pada orang yang memiliki perilaku hidup sehat katergori baik ( X1 = 0) dan memiliki kebiasaan

mencuci tangan sesudah BAB kategori baik (X2 =0 ) maka didapatkan nilai : p = 1 /(1 + 2,7 - (-4,219 + 1,596 (0) + 2,367 (0) )) p = 0,014  0,14 %

Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak yang memiliki perilaku hidup sehat kategori baik dan kebiasaan mencuci tangan sesudah BAB kategori baik memiliki kemungkinan untuk terinfestasi STH sebesar 0,14 %.

Pembahasan

Kejadian Infestasi STH

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 100 siswa SD di Desa Sukarami Kecamatan Pemulutan yang dilakukan pemeriksaan feses secara laboratorium didapatkan sebanyak 10 siswa (10%) yang terinfestasi STH dengan rincian 2 siswa terinfestasi

Ascaris lumbricoides (2%), 7 siswa terinfestasi Trichuris trichiura (7%), 1 siswa terinfestasi campuran Ascaris lumbricoides dan Tricuris trichiura

(1%) dan tidak ditemukan infestasi cacing tambang. Hasil ini tidak jauh berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan pada siswa SD di SDN 03 Pringapus, Jawa Tengah sebesar 10,7% (Texanto, 2008). Namun pada penelitian lain didapatkan hasil infestasi STH yang jauh lebih tinggi seperti di SD Karang Mulyo 2, Kabupaten Kendal sebesar 21,57 % (Maharani, 2005) , di Kecamatan Blangat Kota Lhokseumawe sebesar 52,7 % (Jalaludin, 2009), di SD Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga sebesar 55,8% (Dly, 2008) dan dari laporan Ditjen P2PL 2009 prevelensi infestasi STH pada siswa SD di Indonesia sebesar 31,8%.

Perbedaan angka kejadian infestasi STH pada masing-masing

penelitian kemungkinan dikarenakan oleh adanya perbedaan faktor resiko dibeberapa tempat penelitian terutama yang berhubungan dengan sanitasi lingkungan, perilaku hidup dan kondisi geografis (Wachidaniyah, 2002 dalam Dly, 2008). Angka kejadian yang jauh lebih rendah dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya dapat dikarenakan oleh semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai perilaku hidup sehat. Hal ini dibuktikan dari hasil yang didapatkan bahwa 58% siswa SD memiliki perilaku hidup sehat kategori baik, 78 % memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum makan ketegori baik, 86 % memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum makan ketegori baik dan 65 % memiliki kebiasaan membersihkan dan memotong kuku kategori baik. Selain itu rendahnya prevalensi infestasi STH juga dapat dipengaruhi oleh adanya keterbatasan peneliti pada saat melakukan pemeriksaan feses.

Dari hasil penelitian yang didapatkan infestasi terbanyak adalah infestasi Trichuris trichiura (7%) kemudian menyusul infestasi Ascaris Lumbricoides (2%) dan ditemui adanya infestasi campuran antara Trichuris trichiura dan Ascaris Lumbricoides

(10)

ini selalu dijumpai bersamaan, karena epidemiologi kedua jenis cacing ini sama baik mengenai jenis tanah maupun temperatur optimun untuk dapat jadi telur yang infektif (Samad, 2008). Tetapi pada penelitian ini tidak ditemui infestasi cacing tambang, hal ini kemungkinan dikarenakan daerah pemulutan bukan merupakan daerah perkebunan yang merupakan tempat hidup yang cocok untuk cacing tambang. Cacing tambang memiliki prevalensi yang tinggi pada daerah perkebunan seperti perkebunan karet di Sukabumi, Jawa Barat (93,1%) dan di perkebunan kopi di Jawa Timur (80,69%) (Supali & Margono, 2008).

Berdasarkan jenis kelamin, infestasi STH pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan yaitu sebesar 12,7 % laki-laki dan 6,7% perempuan. Sedangkan menurut umur, kejadian infestasi STH pada rentang umur 10-14 lebih besar yaitu 14,7 % dibandingkan kelompok umr 5-9 tahun yaitu 7,6%.

Perilaku Hidup Sehat

Dari hasil uji statistik yang dilakukan pada penelitian ini didapatkan nilai p 0,002 (p <0,05) yang berarti secara statistik ada hubungan yang bermakna antara perilaku hidup sehat dengan infestasi STH. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Texanto (2008) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara status observasi higiene (p = 0,037) dan status kuesioner higiene (p= 0,019) dengan infestasi STH pada siswa SD di SDN 03 Pringapus, Jawa Tengah. Ginting (2008) juga menyatakan bahwa ada hubungan antara status higiene dengan infestasi STH dengan nilai p = 0,000.

Perilaku hidup sehat merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian infestasi STH, hal ini terbukti dari setelah dilakukan analisis multivariat

dengan metode regresi logistik didapatkan nilai p = 0,032 ( p < 0,05) . Perilaku hidup sangat erat kaitannya dengan infestasi STH karena terkait rantai penularan. Misalnya kebiasaan mencuci tangan menjadi faktor resiko terinfestasi STH karena cara penularan telur cacing yang infektif yaitu tertelan langsung atau melalui makanan yang terkontaminasi tangan yang infektif. Kebiasaan Mencuci Tangan Sesudah BAB

Dari hasil uji statistik yang dilakukcan pada penelitian ini didapatkan bahwa nilai p = 0,004 (p < 0,05) yang berarti secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan sesudah BAB dengan infestasi STH. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Dly (2008) yang dilakukan di SD Negeri Kecamatan Sibolga Kota Kota Sibolga yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan mencuci tangan sesudah BAB dengan infestasi STH (p = 0,000). Penelitian lain juga menyatakan ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan infestasi STH dengan nilai p = 0,000 pada siswa SDN 2 Kampung Baru Bandar Lampung (Kurniawan, 2011). Jalaludin (2009) juga menyatakan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian infestasi STH dengan nilai p = 0,010.

(11)

kebiasaan mencuci tangan menjadi variabel yang mempengaruhi infestasi STH.

Hubungan ini disebabkan karena kebiasaan mencuci tangan mempunyai pengaruh yang sangat besar, karena membersihkan tangan dari kotoran telur cacing. Hal ini sejalan dengan penjelasan dari CDC (2010c) bahwa salah satu cara untuk mencegah infestasi STH adalah dengan membiasakan Sukarami Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan ilir, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prevalensi kejadian infestasi STH sebesar 10% dengan rincian infestasi Ascaris lumbricoides (2%), infestasi Trichuris trichiura (7%), infestasi campuran

Ascaris lumbricoides dan Tricuris trichiura (1%), prevalensi berdasarkan umur didapatkan pada anak umur 5 – 9 tahun sebesar 7,6 % dan pada anak umur 10 – 14 tahun sebesar 14,7 %, sedangkan prevalensi berdasarkan jenis kelamin didapatkan pada anak laki-laki sebesar 12,7 % dan pada anak perempuan sebesar 6,7 %.

Perilaku hidup sehat kategori tidak baik (42 % ); kebiasaan memakai alas kaki kategori tidak baik (32%); kebiasaan mencuci tangan sebelum makan kategori tidak baik (22%); kebiasaan mencuci tangan sesudah BAB kategori tidak baik(14%), kebiasaan

membersihkan kuku kategori tidak baik ( 35%) ; pengobatan mandiri kategori tidak baik (82 %); kebiasaan makan jajanan terkait food handling jajanan kategori tidak baik ( 84%).

Variabel yang berpengaruh terhadap kejadian infestasi STH adalah perilaku hidup sehat dan kebiasaan 1,098- 22,141 untuk kebiasaan mencuci tangan sesudah BAB.

Saran

Rendahnya prevalensi infestasi STH di Desa Sukarami tetap harus dipertahankan dan ditingkatkan dengan program perbaikan sanitasi makanan, minuman dan lingkungan mengingat sanitasi lingkungan yang masih rendah.

Untuk pihak sekolah agar memberikan pengetahuan tentang

personal hygiene seperti setiap mandi harus pakai sabun, mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar, memakai alas kaki bila bermain dan keluar rumah, memotong kuku anak seminggu sekali, menggunakan air minum yang bersih, meminum air yang sudah dimasak dengan matang, tidak buang air besar di sembarang tempat, menyediakan jamban dan air bersih untuk anak sekolah dalam mencegah terjadinya infestasi kecacingan.

Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut agar dapat mengetahui lebih jelas faktor-faktor yang berpengaruh dengan kejadian kecacingan pada anak Sekolah Dasar.

(12)

kesalahan hasil penelitian yang didapat

Bethony, J., Brooker, S., Albonico, M., Geiger,S.M., Loukas, A., Diemert, P., Hotez, P.J. 2006. Soil-transmitted helminth infections: ascariasis, trichuriasis, and hookworm. SEMINAR, Vol. 367, Timor and the Philippines. Dalam UNICEF. Mapping Human

nt.html ,diakses 28 juli 2012). Centers for Disease and Prevention

(CDC) .2010e. Parasites -Hookworm- Prevention & Control, (http://www.

cdc.gov/parasites/hookworm/prev ent. html, diakses 28 juli 2012). Dahlan, M. Sopiyudin, 2008. Statistik

Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Seri 1Edisi 5,Penerbit Salemba, Jakarta.

de Silva, N.R., Brooker, S., Hotez, P.J.,

et.al. 2003. Soil-transmitted helminth infections: updating the global picture. Trends Parasitol .Vol. 19, No.12; 547.

Depkes RI. 2006. Lampiran Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 424/MENKES

/SK/VI/2006 tentang Pedoman Pengendalian Cacingan.

(http://www.hukor.Depkes

.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK %20No.%20424%20ttg

%20Pedoman%20Pengendalian

%20Cacingan.pdf, diakses 24 Juli

2012).

(13)

Hotez, P.J, de Silva, N., Brooker,S., Bethony, J. 2003. Soil Transmitted Helminth Infections: The Nature, Causes and Burden of the Condition. Dalam Disease Control Priorities Project Working Paper No. 3.

Hotez,PJ., Bundy, D.A.P., Beegle,K.,

et.al. 2006. Helminth infections: soil-transmitted helminth infections and schistosomiasis. Chapter 24. Dalam Disease control priorities in developing countries. Hal.467-482.

(http://files.dcp2.org/pdf/DCP/DC

P24.pdf, diakses 24 juli 2012).

Jalaluddin. 2008. Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infestasi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar di Kecamatan

Blang Mangat Kota

Lhokseumawe. Tesis Jurusan Admistrasi dan Kebijakan Sekolah Pasca Sarjana Universitas SumateraUtara. Prevalensi Kecacingan Soil Transmitted Helminth (STH) di SDN 2 Kampung Barau Bandar Lampung. Makalah Seminar Nasional Sains dan Teknologi – IV, Hotel Marcopolo, Bandar Lampung, 29 – 30 November 2011

Maharani LP, 2005. Infestasi Nematoda Usus pada Siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Karang Mulyo 02, Kecamtan Pangadon Kabupaten Kendal. Jurnal Kedokteran Yarsi 13 (1) 24 – 34 (2005)

Pohan, H.T. 2006. Penyakit Cacing yang Ditularkan Melalui Tanah.

Dalam: Sudoyo, A.W., dkk. (Editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi V (Halaman 2938-2942). InternaPublishing, Jakarta Pusat, Indonesia.

Samad, H. 2009. Hubungan Infestasi dengan Pencemaran Tanah oleh Telur Cacing yang Ditularkan Melalui Tanah dan Perilaku Anak Sekolah Dasar di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung. Tesis pada Jurusan Ilmu Kedokteran Tropis Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Epidemiologi Pasca Sarjana Universitas Diponerogo.

(http://eprints.undip.ac.id/23985/1/

DIDIK_SUMANTO.pdf, diakses

pada tanggal 23 Juli 2012).

Supali, T. dan Margono, S.S. 2008. Epidemiologi Soil Transmitted Helminths. Dalam Susanto, I.,

id/24534/1/Andre.pdf, diakses

(14)

World Health Organization (WHO). 2012. Soil-transmitted helminths,

(http://www.who.int/intestinal_wo

rms/en/, diakses 24 juli 2012).

World Health Organization (WHO). 2012. Weekly epidemiological record : Soil-transmitted helminthiases: number of children treated in 2010. No.23, hal: 225.

(http://www.

who.int/wer/2012/wer8723.pdf,

Gambar

Tabel 5. Distribusi Perilaku Hidup Sehat pada Siswa SD Desa Sukarami Kecamatan PemulutanKabupaten Ogan Ilir 2012 (N =100)
Tabel 6. Hubungan Perilaku Hidup Sehat dengan Infestasi STH
Tabel 7. Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik dengan Metode Backward LR

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan. Peran serta masyarakat dalam perencanaan sosialisasi pondok pesantren dapat dilihat dari kesimpulan berikut: a) perencanaan sosialisasi Pondok Pesantren Darut

Nilai koefisien regresi variabel prakerin sebesar 0,550 dan bernilai positif terhadap variabel kesiapan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan atau

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa zat pengikat dengan berbagai jenis dan konsentrasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sudut diam, indeks

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK PASUNDAN 3 BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu

premium dari Magnum merupakan kunci utama dalam membentuk citra mewah yang membuat magnum menjadi fenomenal (Laporan tahunan Unilever Indonesia hal 52). Dengan melihat

dari setiap 5 menit perlakuan yang berarti, pemberian dosis kelompok aspirin dan sampel uji menunjukkan pengaruh analgetika yang menyebabkan penurunan jumlah

Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui pasien DM di RSUD Ulin Banjarmasin yang mengalami gangguan laju aliran saliva yang ditandai dengan adanya penurunan laju aliran saliva

kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel. komunikasi yang diujicobakan dan juga sebagai kisi-kisi