PAJAK
1. Pengertian Pajak
Definisi pajak dikemukakan oleh Remsky K. Judisseno (1997:5) adalah sebagai berikut: “Pajak adalah suatu kewjiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan dan negara”.
2. Landasan Hukum :
1. Pasal 1 butir 2 UU KUP
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak, dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dangan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
2. Pasal 2 ayat 1 UU KUP
Setiap wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan pada kantor direktorat jenderal pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak
3. unsur-unsur yang terkandung dalam pajak :
a) Iuran rakyat kepada negara
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang bukan barang. b) Berdasarkan undang-undang
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
c) Tanpa jasa timbal Balik atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. d) Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang
bermanfaat bagi masyarakat luas.
4. fungsi-fungsi pajak
a. fungsi budgetair ; pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
b. Fungsi mengatur (regulerend) ; pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
5. Hukum Pajak :
1. hukum pajak materiil : memuat norma-norma yang menerangkan antara lain keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak (subjek pajak), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya hutang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak. Contoh : Undang-Undang pajak penghasilan
6. Jenis-jenis Pajak
Pada umumnya Pajak dapat dikelompokkan menjadi:
A. Menurut Golongannya
1. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya: Pajak Penghasilan
2. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan nilai.
B. Menurut Sifatnya
1. Pajak subjektif, yaitu Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan.
2. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas BArang mewah.
C. Menurut Lembaga Pemungutnya
1. Pajak Pusat, yaitu Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
2. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak kendaraan dan Bea balik nama kendaraan bermotor, pajak hotel dan restoran (pengganti pajak pembangunan), pajak hiburan, dan pajak penerangan jalan.
Asas-asas pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Pudyatmoko (2000:4) bahwa pungutan pajak didasarkan pada :
1. Equality, adalah pungutan pajak yang adil dan merata.
2. Certainty, adalah Penetapan pajak yang tidak di tentukan wewenang-wewenang.
3. Conveinance, adalah pembayaran pajak sebaiknya sesuai dengan saat yang tidak menyulitkan wajib pajak.
4. Economy, biaya pungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak ditetapkan seminimum mungkin.
7. Pengertian Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
Tarif Pajak adalah dasar pengenaan pajak terhadap objek pajak yang menjadi tanggungannya. Tarif pajak biasanya berupa persentase (%).Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai berupa uang yang dijadikan dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
8. Jenis-jenis Tarif Pajak
Tarif pajak yang besarnya harus dicantumkan dalam undang-undang pajak merupakan salah satu unsur yang menentukan rasa keadilan dalam pemungutan pajak. Penentuan besarnya suatu tarif adalah hal yang krusial dimana kesalahan persepsi dalam penentuannya dapat merugikan berbagai pihak termasuk Negara. Dalam pemungutan pajak, terdapat beberapa jenis tarif pajak yang dikenal, antara lain:
1. Tarif Progresif (a progressive tax rate) 2. Tarif Proporsional (a proportional tax rate) 3. Tarif Degresif (a degressive tax rate) 4. Tarif Tetap (a fixed tax rate)
5. Tarif Advalorem 6. Tarif spesifik 7. Tarif Efektif
1. Tarif Progresif
Tarif progresif adalah tarif pemungutan pajak yang persentasenya semakin besar bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga semakin besar. Menurut kenaikan persentase tarifnya, tarif progresif dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Tarif pajak Progresif Progresif
Tarif pajak Progresif Progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dan kenaikan presentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali naik.
b. Tarif pajak Progresif Proporsional
Tarif pajak Progresif Proporsional adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, namun kenaikan presentase untuk setiap jumlah tertentu tetap.
c. Tarif pajak Progresif Degresif
Tarif pajak Progresif Degresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, namun kenaikan presentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali menurun.
Contoh tarif pajak progresif adalah tarif untuk Pajak Penghasilan Orang Pribadi berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Tabel 7.1 Tarif Pajak Orang Pribadi berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a
0Sampai dengan Rp50.000.000,00 tarif5 %
Di atas Rp50.000.000,00 s.d. Rp250.000.000,00 tarif 15 % Di atas Rp250.000.000,00 s.d. Rp500.000.000,00 tarif 25 % Di atas Rp500.000.000,00 tarif 30 %
2. Tarif Degresif
Tarif degresif merupakan kebalikan dari tarif progresif. Tarif degresif adalah tarif
pemungutan pajak yang persentasenya semakin kecil bila jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak semakin besar. Namun, tidak berarti jika persentasenya semakin kecil kemudian jumlah pajak yang terutang juga menjadi kecil. Akan tetapi malah bisa menjadi lebih besar karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya juga semakin besar.
Pajak yang terutang
Rp10.000.000,- x 15% = Rp1.500.000 Rp25.000.000,-x 13% = Rp3.250.000 Rp50.000.000,-x 11% = Rp5.500.000 Rp60.000.000,-x 10% = Rp6.000.000 Jumlah pajak terutang
Rp16.250.000
3. Tarif Proporsional
Tarif proporsional tidak lagi dipengaruhi oleh naik turunnya dasar objek yang dikenakan pajak, karena tarifnya telah berlaku secara sebanding. Tarif proporsional adalah tarif pemungutan pajak yang menggunakan persentase tetap tanpa memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Semakin besar jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak, akan semakin besar pula jumlah pajak terutang (yang harus dibayar). Tarif ini diterapkan dalam UU No. 18 Tahun 2000 (UU PPN dan PPnBM) yang menggunakan tarif proporsional sebesar 10%.
Pajak yang terutang
a. Rp15.000.000,- x 10% =Rp1.500.000,-b. Rp25.000.000,-x 10% = Rp2.500.000,-c. Rp40.000.000,-x 10% = Rp4.000.000,-d. Rp60.000.000,- x 10%
=Rp6.000.000,-4. Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar nominalnya tetap tanpa
memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Tarif ini diterapkan dalam UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai (BM). Dengan adanya PP No. 24 Tahun 2000, tarif yang digunakan adalah Bea Meterai dengan nilai nominal sebesar Rp3.000,00 dan Rp6.000,00.
5. Tarif Advalorem
Tarif advalorem adalah suatu tarif dengan persentase tertentu yang dikenakan/ ditetapkan pada harga atau nilai suatu barang.
Misalnya PT XZY mengimpor barang jenis „A sebanyak 1500 unit dengan harga per unit ‟
Rp100.000,00. Jika tarif Bea Masuk atas Impor Barang tersebut 20%, maka besarnya Bea Masuk yang harus dibayar adalah:
Nilai Barang Impor = 1500 x Rp100.000 = Rp150.000.000 Tarif Bea Masuk 20%, maka
6. Tarif Spesifik
Tarif spesifik adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu atas suatu jenis barang tertentu atau suatu satuan jenis barang tertentu.
Misalnya PT ABC mengimpor barang jenis „Z sebanyak 1500 unit dengan harga per unit ‟
Rp100.000. Jika tarif Bea Masuk atas impor barang Rp10.000 per unit, maka besarnya Bea Masuk yang harus dibayar adalah:
Jumlah Barang Impor = 1500 unit Tarif Bea Masuk Rp10.000, maka
Bea Masuk yang harus dibayar = Rp10.000 x 1500 = Rp15.000.000
7. Tarif Efektif
Tarif efektif adalah tarif dimana jumlah pajak yang dibayarkan dibandingkan dengan jumlah penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak.
Contoh: Tuan Andi mempunyai penghasilan kena pajak selama tahun 2008 sebesar Rp750.000.000. Hitung besarnya pajak yang harus dibayar!
a. Dengan tarif progresif menurut UU No. 17 Tahun 2000 5% x Rp25.000.000 = Rp 1.250.000
10% x Rp25.000.000 = Rp 2.500.000 15% x Rp50.000.000 = Rp 7.500.000 25% x Rp100.000.000 = Rp 25.000.000 35% x Rp550.000.000 = Rp 192.500.000 Jumlah pajak terutang Rp 228.750.000
b. Dengan tarif efektif
228.750.000 x 100% = 30,5% 750.000.000
Rangkuman Perdagangan Luar Negeri, Proteksi dan Globalisasi 1. Perdagangan Luar Negeri
a. Pengertian
Perdagangan luar negeri merupakan sumber kekayaan untuk suatu negara, suatu negara dapat mempertinggi kekayaannya dengan cara menjual barang-barangnya ke luar negeri. Perdagangan bebas adalah sistem perdagangan luar negeri dimana setiap negara melakukan perdagangan tanpa ada halangan perdagangan.
b. Beberapa keuntungan melakukan perdagangan
1. Memperoleh barang yang tidak dapat di produksi di dalam negeri 2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
3. Memperluas pasar industri-industri dalam negeri
4. Menggunakan teknologi modern dan meningkatkan produktivitas
c. Keuntungan dari spesialisasi: contoh angka
Dua keuntungan penting akan di peroleh setiap negara:
i. Faktor-faktor produksi akan dapat digunakan dengan lebih efisien ii. Penduduk negara itu akan dapat menikmati lebih banyak barang-barang
Asumsi-asumsi yang digunakan
Dua asumsi penting dalam analisis mengenai perdagangan luar negeri:
i. Setiap negara yang melakukan perdagangan telah mencapai kesempatan kerja penuh. Tidak terdapat faktor produksi yang menganggur.
ii. Setiap negara yang melakukan perdagangan tidak menggunakan hambatan perdagangan dalam perdagangan luar negeri. Dengan kata lain, setiap negara menjalankan perdagangan bebas.
Keuntungan mutlak dan keuntungan berbanding
a. keuntungan mutlak adalah keuntungan yang diperoleh suatu negara dari
mengkhususkan kegiatannya kepada memproduksikan barang-barang dengan efisiensi yang lebih tinggi dari negara lain.
b. keuntungan berbanding adalah perdagangan yang saling menguntungkan itu dimungkinkan oleh wujudnya suatu keuntungan .
Keuntungan mutlak perdagangan
Keuntungan mutlak perdagangan menunjukan bagaimana perdagangan akan berlaku apabila setiap negara menikmati keuntungan mutlak
Keuntungan berbanding perdagangan
d. Syarat perdagangan
Distribusi keuntungan perdagangan luar negeri
Syarat perdagangan adalah perbandingan diantara indeks harga-harga barang yang diekspor oleh suatu negara dengan indekss harga barang-barang yang diimpor negara itu.
2. proteksi a. Pengertian
Konsep proteksi berarti usaha-usaha pemerintah yang membatasi atau mengurangi jumlah barang yang diimpor dari negara-negara lain dengan tujuan untuk mencapai beberapa tujuan tertentu yang penting artinya dalam pembvangunan negara dan kemakmuran perekonomian negara.
b. Tujuan penting dari proteksi
Mengatasi masalah deflasi dan pengangguran
Untuk mendiversifikasi perekonomian
Untuk menghindari kemerotan industri-industri tertentu
Untuk memperbaiki neraca pembayaran
Untuk menghindari dumping
Untuk menambah pendapatan pemerintah
c. Alat pembatasan perdagangan
Proteksi dan pembatasan perdagangan adalah kebijakan-kebijakan pemerintah dalam membatasi atau mengurangi barang-barang yang diimpor. Halangan perdagangan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
Tarif dan pajak impor
Kuota pembatasan impor
Hambatan perdagangan bukan tarif
Pembatasan valuta asing
3. Globalisasi a. Pengertian
Globalisasi daapat didefinisikan sebagai peningkatan dalam saling ketergantungan dalam keadaan daan kegiatan ekonomi di antara begbagai negara di dunia.
b. Faktor-faktor globalisasi Perkembangan politik dunia
Peningkatan praktek perdagangan bebas
Perkembangan perusahaan multi-nasional
Perkembangan investasi portofolio di pasaran luar negeri
Kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan pengangkutan
c. Globalisasi dan pertumbuhan ekonomi
Kebaikan globalisasi dalam pertumbuhan ekonomi: 1. Produksi dunia dapat di tingkatkan
2. Meningkatkan kemakmuran masyarakat daalam suatu negara 3. Meluaskan pasar untuk hasil produksi dalam negeri
4. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik 5. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
Ketidakpuasan terhadap globalisasi
1. Menghambat pertumbuhan sektor industri manufaktur 2. Memperburuk keadaan neraca pembayaran
3. Sektor keuangan semakin tidak stabil