• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN PEMELAJAR: DESAIN KURSUS ENGLISH FOR

SPECIFIC PURPOSES (ESP) DI AKADEMI BSI, JAKARTA

Juniato Sidauruk

Bina Sarana Informatika Jakarta

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com e-ISSN 2550-0481 p-ISSN 2614-7254

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

Dikirim : 19 Juli 2018 Revisi pertama : 22 Juli 2018 Diterima : 25 Juli 2018 Tersedia online : 30 Juli 2018

Pemelajar menjadi bagian yang utama dan sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Untuk itu, pemelajar perlu diberikan perhatian khusus agar tercapai target pembelajaran dan tujuan belajar dari pemelajar. Analisis kebutuhan pemelajar diperlukan sehingga perencanaan dan perancangan materi ajar dapat dibuat sesuai dan selaras dengan kebutuhan pemelajar. Untuk mengetahui kebutuhan para pemelajar diterapkan teknik wawancara dan kemudian diaplikasikan menggunakan metode CNP Munby agar dapat diketahui secara terperinci

mengenai pemelajar dan kebutuhannya yang

dikategorisasikan kedalam beberapa profil. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa profil pemelajar

merupakan bagian yang sangat penting untuk diketahui lebih dulu sehingga tenaga pengajar mampu memetakan kebutuhan pemelajar yang mencakup profil kebutuhan komunikasi tulis dan komunikasi lisan.

Kata Kunci : Analisis Kebutuhan, Pemelajar, Profil

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Upaya pemenuhan kebutuhan pemelajar melalui kegiatan pembelajaran berbasis kebutuhan dewasa ini semakin berkembang. Pembelajaran dibuat sedemikian rupa untuk pemelajar. Seyogyanya kegiatan pembelajaran hadir untuk para pemelajar. Dapat dikemukakan bahwa pemelajar menjadi prioritas dalam kegiatan pembelajaran. Pemelajar memiliki motivasi dan tujuan belajar yang beragam dalam mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Ada yang mengikuti kegiatan pembelajaran karena tuntutan pekerjaan/profesi misalnya. Pemelajar yang demikian perlu diberikan perhatian khusus dengan membuat desain kursus atau materi ajar.

Perencanaan dan perancangan suatu kursus dengan menyesuaikan sasaran English for Specific Purposes (ESP) merupakan sesuatu hal yang menantang terutama bagi instruktur/tenaga pengajar. Mereka sering menghadapi masalah atas ketidaktahuannya tentang bagaimana merancang suatu kursus yang efektif. Oleh karena itu, tenaga pengajar ESP harus berupaya mengembangkan kursus yang berfokus pada pemelajar. Perencanaan dan perancangan yang demikian dikenal sebagai analisis berdasarkan kebutuhan pemelajar.

PEMBAHASAN

Karya yang terkait dalam bidang ESP telah banyak dilakukan. Umumnya ESP tersebut diasumsikan jika kebutuhan belajar bahasa Inggris suatu kelompok pemelajar dapat dibuat terperinci, identifikasi dapat dilakukan untuk menentukan isi program bahasa yang akan memenuhi kebutuhan pemelajar (Munby, 1978). Pendapat Munby dapat dipahami dengan mudah bahwa segala upaya yang dilakukan oleh pengajar dalam menyiapkan materi ajar perlu menjadi pertimbangan utama dengan melihat kebutuhan dari pemelajar itu sendiri. Pemelajar yang beragam latar belakang menuntu pengajar lebih kreatif dan responsif guna memenuhi kebutuhan pemelajar terkait materi ajar terutama ESP.

Analisis Kebutuhan dalam konteks ESP meluas dalam pengajaran bahasa sekitar 1970-an dan 1980-an (Nunan, 1988; Strevens, 1988). Sintesa dari Nunan dan Strevens dapat memperkuat alasan bahwa ESP memang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pemelajar berdasarkan kebutuhan baik kebutuhan profesi maupun kebutuhan lainnya misalnya untuk pengembangan ilmu berkelanjutan. Kemudian digunakanlah beberapa prosedur sebagai proses awal untuk mengkhususkan sasaran pembelajaran yang terwujud dalam elemen silabus dengan cara-cara terperinci seperti fungsi, gagasan dan kosakata (Nunan, 1988). Pendapat Nunan ini selanjutnya memberi anasir kepada pengajar di dalam menyusun silabus perlu mempertimbangkan beberapa hal. Metode dan teknik yang akan diterapkan oleh pengajar dalam kegiatan pembelajaran perlu melihat fungsi, gagasan dan kosa kata yang digunakan perlu disesuaikan dengan kebutuhan para pemelajar. Hal ini dapat pula dilihat dengan adanya praktisi ESP seperti Bahasa Inggris untuk praktisi hukum, untuk perawat, untuk pegawai asuransi, untuk perhotelan, untuk staf perkantoran, untuk resepsionis, dan dalam prakteknya masih banyak lagi pengaplikasian ESP untuk berbagai tujuan.

(3)

dan Phan memperkuat keyakinan penulis untuk melihat berdasarkan amatan langsung sejauh mana pengaruh luar biasa yang dimaksud oleh Jordan dan Phan. Walaupun banyak menuai kritikan, banyak peneliti memandang manfaat dari communicative needs processor (CNP) yang dikemukakan Munby.

Dalam menginterpretasikan kebutuhan, konsep kebutuhan pemelajar sering diwujudkan dalam dua cara (Dudley-Evans & St. John, 1998):

as what the learner wants to do with the language (goal-oriented definition of needs) which relates to terminal objectives or the end of learning; and

(apa yang pemelajar ingin lakukan dengan bahasa (kebutuhan berorientasi pada tujuan) yang terkait dengan sasaran utama atau akhir pembelajaran; dan)

what the learner needs to do to actually acquire the language (a process-oriented definition) which relates to transitional/means of learning.

(apa yang pemelajar perlu lakukan untuk memperoleh kemampuan berbahasa (berorientasi pada proses) yang terkait dengan sarana pembelajaran).

Pendapat diatas berfokus pada dua hal yaitu apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan pemelajar, lalu disesuaikan dengan orientasinya apakah berorientasi pada tujuan atau proses. Pengetahuan tentang keinginan dan kebutuhan pemelajar merupakan bagian yang sangat penting dalam proses perancangan dan pelaksanaan jenis kursus bahasa, apakah termasuk jenis ESP atau General English (Munby, 1978; Hutchinson dan Waters, 1987; Berwick, 1989; Johns, 1991; West, 1994; Dudley-Evans dan St. John, 1998; Iwai, dkk., 1999). Berwick (1989) mendefinisikan kebutuhan

sebagai … a “gap or measurable discrepancy between current state of affairs and a

desired future state” (sebuah celah atau ketidaksesuaian yang dapat diukur antara

keadaan saat ini dan keadaan yang diharapkan di masa yang akan datang).

Apa yang dikemukakan oleh John (1991), Iwai, dkk., (1999) mengarahkan penulis pada pemahaman bahwa informasi yang dikumpulkan dari pemelajar akan digunakan sebagai pijakan dalam mendesain kursus dan mengembangkan kurikulum yang dikaitkan dengan kebutuhan pemelajar, inilah yang disebut dengan analisis kebutuhan.

Munby (1978) memperkenalkan CNP sebagai sebuah ancangan yang dapat digunakan untuk menganalisis kebutuhan. Nunan (1988) mengelompokkan analisis kebutuhan ke dalam dua bagian: kebutuhan objektif dan subjektif. Kebutuhan objektif didiagnosa oleh guru atau pengajar berdasarkan pangkal data pribadi pemelajar. Dengan data ini, pengajar dapat memilih atau merencanakan silabus yang sesuai. Kebutuhan subjektif berasal dari pemelajar sendiri (Hutchinson and Waters, 1987

menggunakan istilah “wants”, Yalden, 1987 menyebutnya “wishes”) dan akan

mempengaruhi metode pengajaran dari silabus yang dibuat.

“Objective data is that factual information which does not require the attitudes and views of the learners to be taken into account. Thus biographical information on

age, nationality, home language, etc. is said to be ‘objective’. Subjective information,

on the other hand, reflects the perceptions, goals, and priorities of the learner. It will include, among other things, information on why the learner has undertaken to learn a

second language, and the classroom tasks and activities which the learner prefers”

(4)

Dengan mengikuti model CNP Munby (1978), akan diperoleh informasi terperinci mengenai pemelajar. Informasi yang objektif dan subjektif tersebut kemudian dianalisis untuk mengklasifikasikan kebutuhan pemelajar sehingga apa yang ingin dipelajari dapat diuraikan dalam wujud desain kursus.

Model Munby

(Bagan Model CNP Munby mengacu pada Munby (1978))

Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui wawancara dan kuesioner. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan pemelajar sesuai dengan kebutuhannya saat ini (Dickens & Germaine, 1992; Patton, 2002). Dapat dikemukakan bahwa pendapat Rea-Dickens dan Germaine, serta Patton menegaskan kembali bahwa kebutuhan saat ini dari pemelajar merupakan hal utama yang perlu dipertimbangkan oleh pengajar atau perencana dan perancang materi ajar. Untuk mengetahui kebutuhan pemelajar perlu dilakukan wawancara dan disajikan dalam bentuk kuesioner. Beberapa pertanyaan diajukan untuk mendapatkan gambaran terperinci. Dengan keterbatasan waktu untuk mencatat hasil wawancara maka diupayakan juga melalui teknik rekam. Teknik rekam juga dilakukan untuk keperluan pengecekan ulang. Hal ini menjadi penting karena data wawancara harus benar adanya karena berdasarkan data tersebut kemudian pengajar dapat merencanakan dan merancang materi ajar yang tepat bagi para pemelajar, sekali lagi sesuai kebutuhan pemelajar. Untuk memungkinkan pewawancara berfokus pada aspek-aspek tertentu kebutuhan pemelajar, maka dilakukan wawancara terstruktur dan pengamatan langsung sehingga temuan tersebut lebih inovatif (Lynch, 1996). Pendapat Lynch tersebut terkait wawancara terstruktur memberikan kesempatan kepada penulis agar selalu berada dalam arah pertanyaan yang tertata dengan baik. Perekaman dilakukan dengan alat rekam telepon seluler merk HiTech tipe 63 Double XX.

Metodologi

(5)

akan dipergunakan sebagai rujukan bagi pengajar dalam mendesain silabus, materi ajar, serta metode pengajaran yang sesuai kebutuhan pemelajar.

Data dikumpulkan dari 5 orang mahasiswi semester IV jurusan Sekretaris, Akademi BSI, Jakarta. 5 pemelajar tersebut diambil secara acak. Profil pemelajar dapat dilihat pada paragraf berikutnya dalam sub kategorisasi kebutuhan pemelajar. Pada saat wawancara, masing-masing pemelajar diwawancara secara terpisah. Hal ini dilakukan untuk menjaga respon dan isian kuesioner pemelajar tidak saling terpengaruh sehingga sangat dimungkinan untuk memperoleh data mandiri dari masing-masing pemelajar. Setelah data diperoleh dan terkumpul, kemudian dilakukan analisis profil pemelajar, profil kebutuhan komunikasi tulis dan kebutuhan komunikasi lisan.

Kategorisasi Kebutuhan Pemelajar

Elemen ketiga “profil kebutuhan” model Munby (1978) telah diperoleh lewat

wawancara dan kuesioner. Selanjutnya, berdasarkan data tersebut dilakukan kategorisasi untuk melihat mana kebutuhan bersama dan kebutuhan individual dari pemelajar. Secara umum, dari profil pemelajar dapat dipaparkan bahwa semuanya perempuan; mahasiswi; dan berprofesi sebagai karyawati, namun memiliki usia yang berbeda. Mereka memiliki motivasi belajar terkait dengan minat pribadi dan juga kebutuhan profesi.

Berikut ini disajikan profil pemelajar. Profil pemelajar mengikuti model CNP Munby meliputi Nama, Usia, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Bahasa yang dikuasai, Motivasi belajar, Sasaran dalam belajar bahasa, Fokus pembelajaran, dan lain-lain. Unsur-unsur yang dikemukakan oleh Model CNP Munby ditanyakan dan diberikan kepada 5 pemelajar tersebut yang menjadi data primer dalam penelitian ini. Pada model Munby diberikan keterangan pemberian skor merupakan bagian atau hal Sangat penting skor 1, skor 2 Cukup penting , skor 3 Penting, skor 4 Kurang penting, dan skor 5 Tidak penting.

Profil Pemelajar

Mahasiswa pertama bernama Carnella. Berusia 19 tahun merupakan seorang mahasiswi dan juga karyawati. Bahasa yang dikuasai diantaranya bahasa Jawa (Jawa Tengah), bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Minat pribadi dan tuntutan profesi merupakan dua hal yang menjadi motivasi belajarnya. Sasarannya dalam belajar bahasa adalah untuk tujuan berkomunikasi dalam hubungan sosial, dapat digunakan dalam percakapan sehari-hari, profesional. Fokus pembelajaran terletak pada kemampuan Berbicara dan Menyimak (skor 1); Menulis (skor 2); Lafal (skor 3); Membaca (skor 4); Kosakata (skor 5).

(6)

Lafal dan Tata bahasa, serta kemampuan Menulis (skor 2); Membaca dan Kosakata (skor 3).

Mahasiswa ketiga bernama Citra. Berusia 20 tahun merupakan seorang mahasiswi dan juga karyawati. Terkait bahasa yang dikuasai pemelajar tersebut tidak memberikan jawaban baik saat wawancara maupun dalam kuesioner. Minat pribadi dan tuntutan profesi merupakan dua hal yang menjadi motivasi belajarnya. Sasarannya dalam belajar bahasa adalah untuk tujuan berkomunikasi dalam hubungan sosial dan profesional. Fokus pembelajaran terletak pada kemampuan Menulis, Tata Bahasa dan Pelafalan (skor 1); Berbicara, Menyimak dan penguasaan Kosakata (skor 2); Membaca (skor 3).

Mahasiswa keempat bernama Emmilia. Berusia 36 tahun merupakan seorang mahasiswi dan juga karyawati. Terkait bahasa yang dikuasai pemelajar tersebut tidak memberikan jawaban baik saat wawancara maupun dalam kuesioner. Minat pribadi, profesi, wajib sertifikat dan pertimbangan posisi dalam pekerjaannya merupakan beberapa hal yang menjadi motivasi belajarnya. Sasarannya dalam belajar bahasa adalah agar dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara profesional. Fokus pembelajaran terletak pada kemampuan Membaca, Menyimak, Berbicara, Kosakata, Menulis, Tata bahasa, dan Lafal (skor 1).

Mahasiswa kelima bernama Sheila. Berusia 19 tahun merupakan seorang mahasiswi dan juga karyawati. Terkait bahasa yang dikuasai pemelajar tersebut tidak memberikan jawaban baik saat wawancara maupun dalam kuesioner. Minat pribadi dan tuntutan profesi merupakan dua hal yang menjadi motivasi belajarnya. Sasarannya dalam belajar bahasa adalah agar dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara profesional. Fokus pembelajaran terletak pada kemampuan Berbicara, Menyimak, Menulis, dan Membaca (skor 1); Tata bahasa, Lafal, Kosakata (skor 2).

Dengan mengacu pada model CNP Munby, setelah profil pemelajar diidentifikasi terdapat dua profil lain yang juga perlu diidentifikasi. Dua profil tersebut adalah Profil Kebutuhan Pemelajar dalam Komunikasi Tulis dan Komunikasi Lisan. Dua profil ini sama pentingnya dengan profil pemelajar sebelumnya karena tiga profil ini perlu menjadi pertimbangan pengajar dalam merencanakan dan merancang kursus atau materi ajar yang tepat diberikan dalam pengaplikasian ESP. Kebutuhan pemelajar ini dilihat berdasarkan frekuensi penggunaan Bahasa Inggris yang dikategorikan ke dalam tiga pembagian yaitu kebutuhan Harian (H), Mingguan (M), dan Bulanan (B).

Profil Kebutuhan Komunikasi Tulis

(7)

Kebutuhan menulis dibagi atas 3 kebutuhan, yakni kebutuhan Menulis catatan teknis untuk keperluan intern, Menulis dokumen teknis, dan Menulis risalah dan laporan.

Berikut ini disajikan profil kebutuhan pemelajar dalam komunikasi tulis. Mahasiswa bernama Carnella dan Khaliyah memiliki kebutuhan dan frekuensi kebutuhan penggunaan bahasa Inggris yang sama. Tiga kebutuhan berikut memiliki frekuensi penggunaan Bahasa Inggris Harian (H) meliputi kebutuhan Membaca dan menulis teks pendek, Membaca dan menulis surat rutin, dan Menulis catatan teknis untuk keperluan intern. Sedangkan kebutuhan Membaca risalah atau laporan, dan kebutuhan Membaca artikel majalah khusus memiliki frekuensi penggunaan Bahasa Inggris yang masuk kategori Bulanan (B). Kebutuhan-kebutuhan lainnya merupakan kebutuhan Mingguan (M) dari yang bersangkutan.

Mahasiswa ketiga bernama Citra. Tiga kebutuhan berikut memiliki frekuensi penggunaan Bahasa Inggris Mingguan (M) meliputi kebutuhan Membaca dan menulis teks pendek, dan Membaca catatan teknis. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lainnya merupakan kebutuhan Bulanan (B) dari yang bersangkutan.

Mahasiswa keempat bernama Emmilia. Lima kebutuhan berikut memiliki frekuensi penggunaan Bahasa Inggris Harian (H) meliputi kebutuhan Membaca dan menulis teks pendek, Membaca dan menulis surat rutin, Membaca catatan teknis, dan Membaca artikel majalah khusus, serta Menulis catatan teknis untuk keperluan intern. Dua kebutuhan berikut merupakan kebutuhan Mingguan (M) dari yang bersangkutan, yaitu kebutuhan Membaca risalah atau laporan, dan Membaca segala dokumen yang berkaitan dengan kegiatan profesional. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lainnya merupakan kebutuhan Bulanan (B).

Mahasiswa kelima bernama Sheila. Dua kebutuhan berikut memiliki frekuensi penggunaan Bahasa Inggris Harian (H) meliputi kebutuhan Membaca dan menulis teks pendek, dan Membaca dan menulis surat rutin. Kebutuhan-kebutuhan lainnya merupakan kebutuhan Mingguan (M) dari yang bersangkutan.

Profil Kebutuhan Komunikasi Lisan

Terkait fitur kebutuhan komunikasi lisan menurut model Munby perlu melihat 11 kebutuhan pemelajar dalam komunikasi lisan. Kebutuhan komunikasi lisan tersebut dikategorikan kedalam 11 kebutuhan yakni kebutuhan untuk Menyambut kolaborator : pejabat, pemasok, pelanggan; Berkomunikasi secara tak resmi; Menjawab dan menyampaikan pesan lewat telepon; Mampu berkomunikasi di telepon; Berperan serta dalam rapat profesion; Melakukan wawancara tatap muka; Melakukan negosiasi teknis komersil; Berdiskusi dan bernegosiasi secara tatap muka; Memimpin rapat kerja; Menyusun laporan, paparan; dan kebutuhan untuk Mengikuti seminar.

Berikut ini disajikan profil kebutuhan pemelajar dalam komunikasi lisan. Mahasiswa bernama Carnella menyebutkan bahwa ada dua kebutuhan Bulanan (B) yaitu kebutuhan agar Mampu berkomunikasi di telepon, dan Berperan serta dalam rapat professional. Sedangkan kebutuhan lainnya tidak diberikan jawaban atau tanggapan.

(8)

di telepon. Kebutuhan Bulanan (B) dari yang bersangkutan mencakup kebutuhan untuk Berperan serta dalam rapat professional, Melakukan negosiasi teknis komersil, Memimpin rapat kerja, dan Mengikuti seminar. Sedangkan kebutuhan lainnya merupakan kebutuhan Mingguan (M).

Mahasiswa ketiga bernama Citra. Ada satu kebutuhan dengan frekuensi penggunaan Bahasa Inggris Mingguan (M) yaitu kebutuhan untuk dapat Berperan serta dalam rapat professional. Sedangkan kebutuhan lainnya merupakan kebutuhan Harian (H).

Mahasiswa keempat bernama Emmilia. Tiga kebutuhan berikut memiliki frekuensi penggunaan Bahasa Inggris Mingguan (M) meliputi kebutuhan Berperan serta dalam rapat professional, Melakukan negosiasi teknis komersil, dan Berdiskusi dan bernegosiasi secara tatap muka. Kemudian tiga kebutuhan berikut merupakan kebutuhan Bulanan (B), yakni Menyambut kolaborator : pejabat, pemasok, pelanggan; Melakukan wawancara tatap muka; dan Mengikuti seminar. Sedangkan kebutuhan lainnya merupakan kebutuhan Harian (H).

Mahasiswa kelima bernama Sheila. Tiga kebutuhan berikut memiliki frekuensi penggunaan Bahasa Inggris Harian (H) meliputi kebutuhan untuk dapat Berkomunikasi secara tak resmi; Menjawab dan menyampaikan pesan lewat telepon; dan Mampu berkomunikasi di telepon. Dua kebutuhan berikut merupakan kebutuhan Bulanan (B) yaitu Melakukan wawancara tatap muka, dan Mengikuti seminar . Sedangkan kebutuhan lainnya merupakan kebutuhan Mingguan (M).

Analisa Kebutuhan Pemelajar

Dari tiga profil yang telah diuraikan diatas, maka dapat disajikan analisis kebutuhan pemelajar untuk diaplikasikan dalam desain kursus atau materi ajar ESP terutama yang berkaitan dengan kebutuhan Komunikasi Tulis dan Komunikasi Lisan. Bagian pertama yang akan disajikan adalah kebutuhan pemelajar dalam komunikasi tulis secara umum. Untuk kebutuhan Membaca dan menulis teks pendek ada 4 pemelajar yang menempatkannya sebagai kebutuhan Harian (H), dan hanya 1 pemelajar yang menjadikannya sebagai kebutuhan Mingguan (M). Sedangkan untuk kebutuhan Membaca dan menulis surat rutin, terdapat 4 pemelajar yang menjadikannya sebagai kebutuhan Harian (H), dan hanya 1 pemelajar yang menjadikannya sebagai kebutuhan Bulanan (B).

(9)

frekuensi Mingguan (M) ada 4 pemelajar, dan hanya 1 pemelajar yang menempatkan kebutuhan tersebut sebagai kebutuhan Bulanan (B). Frekuensi Harian (H) untuk kebutuhan Menulis catatan teknis untuk keperluan intern diutarakan oleh 3 pemelajar, Mingguan (M) dan Bulanan (B) masing-masing 1 pemelajar. Tiga pemelajar kemudian menempatkan frekuensi Mingguan (M) untuk Menulis dokumen teknis, dan 2 pemelajar lainnya menempatkannya sebagai kebutuhan Bulanan (B). Kebutuhan terakhir pemelajar dalam kebutuhan komunikasi tulis menempatkan kebutuhan Menulis risalah dan laporan dengan frekuensi Mingguan (M) untuk 3 pemelajar, dan untuk frekuensi Bulanan (B) ada 2 pemelajar.

Selanjutnya dapat pula ditampilkan kebutuhan pemelajar dalam komunikasi lisan. Pemelajar yang menempatkan kebutuhan Menyambut kolaborator : pejabat, pemasok, pelanggan dengan frekuensi Mingguan (M) ada 2 pemelajar, dan untuk frekuensi Harian (H) dan Bulanan (B) masing-masing 1 pemelajar. Pemelajar yang menempatkan kebutuhan Berkomunikasi secara tak resmi dengan frekuensi Harian (H) ada 3 pemelajar, dan 1 pemelajar untuk frekuensi Mingguan (M). Kebutuhan Membaca artikel majalah khusus dengan frekuensi Bulanan (B) ada 3 pemelajar, dan untuk frekuensi Mingguan (M) dan frekuensi Harian (1) masing-masing 1 pemelajar. Kebutuhan pemelajar untuk Menjawab dan menyampaikan pesan lewat telepon dibutuhkan oleh 4 pemelajar dengan frekuensi kebutuhan Harian (H). Kebutuhan untuk Mampu berkomunikasi di telepon dengan frekuensi Harian (H) ada 4 pemelajar, dan hanya 1 pemelajar yang menempatkan kebutuhan tersebut sebagai kebutuhan Bulanan (B). Frekuensi Mingguan (M) untuk kebutuhan Berperan serta dalam rapat profesional diutarakan oleh 3 pemelajar, dan Bulanan (B) untuk 2 pemelajar. Kebutuhan untuk Melakukan wawancara tatap muka dibutuhkan oleh 2 pemelajar sebagai kebutuhan Bulanan (B) sedangkan frekuensi Harian (H) dan Mingguan (M) masing-masing dibutuhkan 1 pemelajar. Kebutuhan untuk Melakukan negosiasi teknis komersil dibutuhkan oleh 2 pemelajar sebagai kebutuhan Mingguan (M) sedangkan frekuensi Harian (H) dan Bulanan (B) masing-masing dibutuhkan 1 pemelajar. Kebutuhan untuk Berdiskusi dan bernegosiasi secara tatap muka dibutuhkan oleh 3 pemelajar sebagai kebutuhan Mingguan (M) sedangkan frekuensi Harian (H) 1 pemelajar. Kebutuhan untuk Memimpin rapat kerja dibutuhkan oleh masing-masing 1 pemelajar sebagai kebutuhan Harian (H), Mingguan (M), dan Bulanan (B). Kebutuhan untuk Menyusun laporan, paparan dibutuhkan oleh 2 pemelajar sebagai kebutuhan Mingguan (M) sedangkan frekuensi Harian (H) dibutuhkan 1 pemelajar. Kebutuhan terakhir pemelajar dalam kebutuhan komunikasi tulis menempatkan kebutuhan Mengikuti seminar dengan frekuensi Bulanan (B) dibutuhkan oleh 3 pemelajar.

Perencanaan dan Perancangan Materi Ajar / Kursus

Dari analisa yang telah diuraikan diatas kemudian dapat diketengahkan beberapa pertimbangan untuk perencanaan dan perancangan materi ajar untuk ESP. Pengajar harus selalu mempertimbangkan profil kebutuhan pemelajar dalam menyusun materi ajar. Hal ini sejalan dengan sasaran belajar selain untuk tujuan profesi juga sosial. Dari 5 orang pemelajar hanya ada 1orang yang menginginkan sertifikat.

(10)

orang saja yang memberi skor 2. Ada 1 orang pemelajar yang memberi skor 1 untuk semua keterampilan, yaitu Emellia. Menulis, tata bahasa, lafal dengan skor 1 ada 2 orang, sedangkan dengan skor 2 ada 3 orang. Membaca, kosakata dengan skor 3 ada 2 orang, ada 1 orang yang memberi skor 4 untuk membaca, dan skor 5 untuk kosakata. Skor dalam hal ini menunjukkan tingkat kebutuhan pemelajar. Skor 1 berarti sangat penting, dan skor 5 berarti tidak penting.

Dari profil ini diketahui bahwa kebutuhan menyeluruh yang diinginkan pemelajar adalah keterampilan berbicara dan menyimak. Dengan pertimbangan kebutuhan bersama dan profesi pemelajar tersebut, bahwa desain kursus yang tepat adalah English for Secretary dengan fokus pembelajaran keterampilan berbicara dan tentu saja keterampilan menyimak. Dikaitkan dengan sasaran belajar bahasa mereka maka silabus yang akan dirancang pun harus memenuhi kebutuhan dimaksud. Tentu saja, karena tiap pemelajar memiliki latar fokus pembelajaran yang agak berbeda dalam hal skor kebutuhan, maka pengajar dapat memberikan topik atau bahasan tambahan guna mencakup semua kebutuhan pemelajar. Materi ajar atau kursus yang relevan, teknik mengajar dan metode yang akan diterapkan juga perlu menjadi perhatian.

Untuk mengetahui kebutuhan dalam komunikasi tulis, maka data Profil Kebutuhan dalam Komunikasi Tulis dapat diperinci sebagai berikut. Kebutuhan membaca dengan frekuensi membaca harian memiliki total skor 10, mingguan dengan total skor 15, dan bulanan dengan total skor 10. Dari data ini kemudian dapat diarahkan bahwa desain kursus perlu mempertimbangkan keterampilan membaca atau memahami isi bacaan.

Dengan membaca data yang sama, maka kebutuhan menulis pemelajar dengan aktifitas menulis harian memiliki total skor 3, mingguan dengan total skor 7, dan bulanan dengan total skor 5. Dari data ini dapat diarahkan desain kursus perlu mempertimbangkan keterampilan menulis apakah dalam pelaksanaan kursus diberikan dalam bentuk latihan atau dihubungkan dengan materi pembelajaran.

Terkait dengan profil kebutuhan lisan, pembacaan data Profil Kebutuhan dalam Komunikasi Lisan dapat diperinci profil kebutuhan lisan harian memiliki total skor 17, mingguan dengan total skor total 13, dan bulanan dengan total skor 11. Dari data ini desain kursus yang dibutuhkan oleh pemelajar adalah keterampilan berbicara dan menyimak sesuai dengan profil pemelajar sebelumnya. Berarti kegiatan pembelajaran harus dititikberatkan pada kegiatan praktek.

Setelah mengetahui profil kebutuhan pemelajar, kemudian dilakukan analisis berdasarkan kebutuhan pemelajar. Berdasar data yang ada maka dapat diusulkan silabus berikut ini guna memenuhi kebutuhan pemelajar.

Silabus Kursus

(11)

Acuan:

1. Blumenthal, Lassor A. 1985. Successful Business Writing: How to Write Effective Letters, Proposals, Resumes, and Speeches. New York: Perigee Books.

2. CEL Team. 2004. General English. Yogyakarta: Graha Ilmu dan LP3i.

3. O’driscoll, Nina. 2000. Longman Business English. Longman.

4. Von Bayer, Leo Jones. 1990. Communication Activities for the Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.

Pertemuan ke- Pokok Bahasan

1 Greetings

2 Jobs and Professions

3 Routines and Career

4 Company Information

5 Self Development Program

6 Plans

7 Offering and Requesting

8 Evaluasi (Tengah)

9 Telephoning and Ethics

10 Appointment

11 Invitation

12 Negotiation

13 Ideal Secretary

14 Interpersonal Skills

15 Interviewing

16 Evaluasi (Akhir)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Pemelajar memiliki alasan tertentu ketika ingin mengikuti kegiatan pembelajaran. Beragam alasan tersebut merupakan representasi kebutuhan pemelajar yang dapat dikaitkan dengan beberapa faktor misalnya latar belakang pekerjaan pemelajar. Ternyata dari pemerian profil pemelajar dengan latar belakang pekerjaan berperan penting dalam menentukan tujuan pemelajar mengikuti materi ajar tertentu, dalam hal ini terkait English for Specific Purposes (ESP). Berdasarkan data yang diperikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa fokus pembelajaran khususnya untuk materi ajar English for Specific Purposes adalah para pemelajar. Yang menjadi kebutuhan pemelajar adalah keterampilan berbicara dan menyimak. Dalam hal kebutuhan dalam komunikasi tulis, desain kursus perlu mempertimbangkan keterampilan membaca atau memahami isi bacaan. Perihal kebutuhan pemelajar dalam komunikasi lisan, desain kursus yang dibutuhkan oleh pemelajar adalah keterampilan berbicara dan menyimak artinya kegiatan pembelajaran harus dititikberatkan pada kegiatan praktek.

(12)

dapat menyajikan desain kursus atau materi ajar yang berdasarkan kebutuhan pemelajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Saran

Model CNP Munby ini bagus untuk dijadikan model atau bahan pertimbangan bagi para pengajar dalam merencanakan dan merancang materi ajar bagi pemelajar karena berdasarkan kebutuhan pemelajar. Dalam tulisan ini, penulis menjadikan mahasiswa dari program studi Sekretari sebagai subjek amatan. Penulis menyarankan agar model CNP Munby ini juga perlu dicoba penerapannya untuk subjek dari program studi yang berbeda, misalnya mahasiswa dari program Administrasi dan Manajemen ataupun dari program studi lainnya. Diharapkan dengan semakin banyak penelitian berbasis kebutuhan pemelajar maka akan menambah khasanah keilmuan terutama bidang pengajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Berwick, R. 1989. Needs assessment in language programming: From theory to practice. In R.K. Johnson (Ed.), The second language curriculum. (hlm. 48–62). Cambridge: Cambridge University Press.

Dudley-Evans, T. & St. John, M.J. 1998. Developments in ESP: A multidisciplinary approach. Cambridge: Cambridge University Press.

Hutchinson, T. & Waters, A. 1987. English for specific purposes. Cambridge: Cambridge University Press.

Iwai, T. Kondo, K. Limm, S.J.D., Ray, E.G., Shimizu, H., dan Brown, J.D. 1999.

Japanese language needs analysis. Diunduh dari

http://www.nflrc.hawaii.edu/Networks/NW13/NW13.pdf

Johns, A. 1991. English for specific purposes: Its history and contribution. In Celce-Murcia, M. (Ed.) Teaching English as a second or foreign language (hlm. 67-77). Boston, MA: Heinle & Heinle.

Jordan, R.R. 1997. English for academic purposes. Cambridge: Cambridge University Press.

Lynch, B.K. 1996. Language program evaluation: Theory and practice. Cambridge: Cambridge University Press.

Munby, J. 1978. Communicative syllabus design. Cambridge: Cambridge University Press.

Munby, J. 1978. Communicative syllabus design: A sociolinguistic model for defining the content of purpose-specific language programmes. Cambridge: Cambridge University Press.

Nunan, D. 1988. The learner-centred curriculum. Cambridge: Cambridge University Press.

Patton, M. Q. 2002. Qualitative research and evaluation methods (Edisi ke-3). Thousand Oaks, California: Sage Publications.

Phan, L.H. 2005. Munby’s needs analysis model and ESP. Asian EFL Journal, Vol. 6. Diunduh dari http://www.asian-efl-journal.com/pta_october_07_plh.php

(13)

Strevens, P. 1988. ESP after twenty years: a re-appraisal. In M.Tickoo (Ed.), State of the Art. SEAMEO Regional Language Centre: Singapore.

West, R. 1994. Needs analysis in language teaching. Language Teaching, 27, 1–19. Yalden, Janice. 1987. The communicative syllabus: Evolution, Design and

Referensi

Dokumen terkait

yang nantinya menginkubasi perusahaan pemula dalam industri hilir kelapa sawit dan memberikan layanan bisnis dan teknologi kepada UMKM yang sudah ada. Berperan

Realitas perbedaan kalender Hijriyah di kalangan umat Islam, pada umumnya, terjadi antar-negara.Tetapi tidak demikian yang terjadi di Indonesia.Di Indonesia

Individu atau beberapa anggota kelompok usaha dapat terdaftar secara legal dan memperbolehkan mereka membuat profit Kelompok usaha sepakat bahwa Individu atau beberapa anggota

1) Adanya dukungan Pemerintah Kabupaten Maros di bidang Komunikasi dan Informasi melalui Peraturan Daerah Kabupaten Maros Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Rambah Tengah Hulu pada Kawasan Objek Wisata Air Panas Sauman didapatkan 3 famili 7 sub

And yet, Katherine Duncan-Jones, in her 1997 Arden edition of the sonnets, refused to let Thorpe stand as the only begetter of his tortuous dedication, suggesting instead that,

Already head and shoulders under the hood, Gray simply turned his head and gave her a dry look.. Brianna bit her lip as she watched

Prinsip kerjanya adalah aliran data dari phones (client)/WAP protokol, akan mengirim encoded request, protokol gateway akan mentranslasikan request dari WAP protokol yang