• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - Pengaruh Brand Image dan Brand Trust Terhadap Loyalitas Pelanggan KFC Pada KFC Cabang Ring Road Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu - Pengaruh Brand Image dan Brand Trust Terhadap Loyalitas Pelanggan KFC Pada KFC Cabang Ring Road Medan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Dara Sartika Dewi (2010) melakukan penelitian dengan judul :

Pengaruh Trust In A Brand Terhadap Brand Loyalty Produk Air Minum Aqua Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Umsu Medan. Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara serentak brand reliability dan brand intentions berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembentukan kepuasan pelanggan

dengan Fhitung (70,121) > F tabel (3,09). Secara parsial variabel brand intention merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi kepuasan pelanggan

produk air air minum Aqua yaitu sebesar 0,191. Sedangkan variabel brand

reliability tidak berpengaruh secara sinifikan terhadap kepuasan pelanggan

Berdasarkan koefisien determinasi (R²) maka variabel brand reliability dan brand

intention mampu menjelaskan pengaruh kepuasan pelanggan sebesar 0,603 atau

60,3%. Dan kepuasan pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

brand loyalty dengan t hitung (8,786) > t tabel (1,96). Koefisien determinasi (R²)

hubungan antara kepuasan pelanggan terhadap brand loyalty sebesar 0,68 atau 68

% artinya hubungannya erat.

Akbar (2012) melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Kepuasan

dan Kepercayaan Merek Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada Auto 2000 Cabang

(2)

signifikan individual (Uji-t), uji signifikan simultan (Uji-F) dan analisis koefesien

determinasi (R2). Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independent

yang digunakan yaitu kepuasan (X1), dan kepercayaan merek (X2) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan pada Auto 2000 Cabang

Sisingamangaraja Medan Hal tersebut dapat ditunjukkan dari hasil Fhitung > Ftabel

(6,355 > 1,09) dengan tingkat signifikansi (0,003 < 0,05).

Sri Rotua Juliani (2013) melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh

Citra Merek (Brand Image), Pelayanan (Retail Service), dan Produk (Merchandise) Terhadap Keputusan Pembelian Pada Brastagi Supermarket Medan. Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara

simultan ketiga variabel yaitu citra merek (brand image), pelayanan (retail service), dan produk (merchandise) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada Brastagi Supermarket Medan. Secara parsial dapat

dilihat bahwa variabel pelayanan (retail service) merupakan variabel yang dominan mempengaruhi keputusan pembelian pada Brastagi Supermarket. Nilai

Adjusted R Square = 0,414, berarti 41,4% faktor-faktor keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh citra merek (brand image), pelayanan (retail service), dan produk (merchandise).

Hendra (2014) melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Citra

Merek, Kualitas Produk, Dan Harga Diri Terhadap Loyalitas Merek Handphone

Blackberry Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU. Hasil penelitian ini

menunjukkan citra merek, kualitas produk, dan harga diri secara bersama-sama

(3)

BlackBerry. Hasil ini dapat dilihat pada analisis regresi berganda dan pada

koefisien determinasi, nilai R sebesar 0,717 berarti hubungan antara Citra Merek,

Kualitas Produk, dan Harga Diri Terhadap Loyalitas Merek Handphone

BlackBerry sebesar 71,7 %, artinya hubungan antar variabel erat. Nilai Adjusted

R Square sebesar 0,487 yang berarti 48,7 % Loyalitas Merek dapat dijelaskan oleh

Citra Merek, Kualitas Produk, dan Harga Diri. Sedangkan sisanya 51,3 % dapat

dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Tabel 2.1

Mapping Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Tahun Judul Metode Hasil Penelitian

1. Dara Sartika

Dewi 2010

Pengaruh Trust In A Brand Terhadap

hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serentak brand reliability dan brand intentions berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembentukan kepuasan pelanggan dengan Fhitung (70,121) > F tabel (3,09). Secara parsial variabel brand intention merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi kepuasan pelanggan produk air air minum Aqua yaitu sebesar 0,191. Sedangkan variabel brand reliability tidak

berpengaruh secara sinifikan terhadap kepuasan pelanggan Berdasarkan koefisien determinasi (R²) maka variabel brand reliability dan brand intention mampu menjelaskan

pengaruh kepuasan pelanggan sebesar 0,603 atau 60,3%. Dan kepuasan pelanggan berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand loyalty dengan t hitung (8,786) > t tabel (1,96). Koefisien determinasi (R²) hubungan antara kepuasan pelanggan terhadap brand loyalty sebesar 0,68 atau 68 % artinya hubungannya erat. Pengaruh

(4)

Auto 2000 Cabang

Cabang Sisingamangaraja Medan Hal tersebut dapat ditunjukkan dari hasil Fhitung > Ftabel (6,355 > 1,09) dengan tingkat signifikansi (0,003 < 0,05). Uji-F atau uji signifikan simultan dan uji-t atau uji parsial pada tingkat signifikansi 5% .

Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan ketiga variabel yaitu citra merek (brand image), pelayanan (retail service), dan produk (merchandise) berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian pada Brastagi Supermarket Medan. Secara parsial dapat dilihat bahwa variabel pelayanan (retail service) merupakan variabel yang dominan mempengaruhi keputusan pembelian pada Brastagi Supermarket. Nilai Adjusted R Square = 0,414, berarti 41,4% faktor-faktor keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh citra merek (brand image), pelayanan (retail service), dan produk (merchandise).

Hasil penelitian menunjukkan citra merek, kualitas produk, dan harga diri secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas merek handphone BlackBerry. Hasil ini dapat dilihat pada analisis regresi berganda dan pada koefisien determinasi, nilai R sebesar 0,717 berarti hubungan antara Citra Merek, Kualitas Produk, dan Harga Diri Terhadap Loyalitas Merek Handphone BlackBerry sebesar 71,7 %, artinya hubungan antar variabel erat. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,487 yang berarti 48,7 % Loyalitas Merek dapat dijelaskan oleh Citra Merek, Kualitas Produk, dan Harga Diri. Sedangkan sisanya 51,3 % dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti.

(5)

2.2 Brand Image (Citra Merek)

Menurut Lamb (2001:421) merek adalah suatu nama, istilah, simbol,

desain, atau gabungan dari keempatnya, yang mengidentifikasikan produk para

penjual dan membedakannya dari produk pesaing. Sedangkan nama merek yaitu

bagian dari merek yang dapat disebutkan, diucapkan termasuk huruf-huruf, kata-

kata, dan angka-angka. Lamb juga menjelaskan beberapa ciri dari nama merek

yang efektif, yaitu :

1. Mudah diucapkan

2. Mudah dikenali

3. Mudah diingat

4. Pendek

5. Berbeda atau unik

6. Menggambarkan produk

7. Menggambarkan manfaat dari produk

8. Mempunyai konotasi yang positif

9. Memperkuat citra produk yang diinginkan

Menurut Temporal (2002:44) ada beberapa alasan mengapa merek

penting bagi konsumen, yakni :

1. Merek memberikan pilihan

Manusia menyenangi pilihan, dan merek memberikan mereka kebebasan untuk

memilih. Sejalan dengan terbagi-baginya pasar, perusahaan melihat pentingnya

(6)

Merek dapat memberikan pilihan, memungkinkan konsumen untuk

membedakan berbagai macam tawaran dari perusahaan.

2. Merek memudahkan mengambil keputusan

Merek membuat keputusan untuk membeli menjadi semakin mudah. Manusia

dapat membuat keputusan lebih cepat jika mereka mengetahui merek, membuat

hidup mereka lebih mudah. Kesadaran akan merek akan semakin besar ketika

konsumen harus mengidentifikasikan produk-produk teknologi, dengan

semakin meningkatnya kesamaan produk, merek memudahkan orang untuk

memutuskan produk yang akan dibeli. Merek yang terkenal lebih menarik

perhatian dibandingkan yang tidak.

3. Merek memberikan jaminan berkualitas

Para konsumen akan memilih produk yang berkualitas dimanapun dan kapan

pun mereka mampu. Sekali mereka mencoba suatu merek, secara otomatis

mereka akan menyamakan pemngalaman ini dengan tingkat kualitas tertentu.

Pengalaman terhadap merek yang berbeda membantu konsumen untuk

membedakan standar kualitas dan untuk mengetahui berapa nilai uang yang

akan mereka peroleh.

4. Merek memberikan pencegahan resiko

Sebagian konsumen menolak resiko, mereka tidak akan membeli suatu produk

khususnya produk teknologi jika ragu terhadap hasilnya. Kepercayaan

merupakan salah satu faktor paling penting mengapa seseorang membeli suatu

produk teknologi tertentu dibandingkan dengan yang lain. Merek membangun

(7)

5. Merek memberikan alat untuk mengekspresikan diri

Merek menghasilkan kesempatan kepada manusia untuk mengekspresikan diri

dalam berbagai cara. Merek dapat membantu manusia untuk mengekspresikan

di antara kebutuhan sosial psikologi.

Brand image merupakan keseluruhan persepsi terhadap suatu merek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Brand image dibangun berdasarkan pemikiran ataupun pengalaman yang dialami seseorang terhadap merek yang bersangkutan (Setiadi, 2003:180). Brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat dibenak konsumen

(Rangkuti, 2004:244). Citra merek juga merupakan keseluruhan dari persepsi

konsumen mengenai merek tersebut, atau bagaimana cara mereka memandangnya

yang mungkin tidak serupa dengan identitas merek. Berdasarkan beberapa

pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa citra merek adalah sekumpulan

asosiasi yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap merek tertentu. Brand image dapat disampaikan melalui setiap sarana komunikasi yang tersedia.

Faktor-faktor yang membentuk citra merek dalam kaitannya dengan

asosiasi merek menurut Keller (2004:71) adalah:

1. Favorability of brand associations

Keberhasilan suatu program pemasaran tercermin dalam kemampuan

menganalisis konsumen dan kompetisi untuk menentukan posisi yang optimal

untuk merek, sehingga pembeli percaya bahwa merek yang mempunyai atribut

(8)

mereka sehingga terbentuklah sebuah perilaku positif terhadap merek tersebut

secara keseluruhan.

2. Strength of brand associations

Kekuatan dari sebuah asosiasi akan menentukan pembentukan citra merek. Hal

ini juga tergantung pada bagaimana informasi masuk kedalam ingatan pembeli

dan bagaimana kekuatan asosiasi tersebut bertahan sebagai sebuah bagian dari

citra merek. Memastikan bahwa asosiasi terkait cukup kuat untuk merek akan

bergantung pada bagaimana program pemasaran dan faktor lain mempengaruhi

pengalaman merek konsumen.

3. Uniqueness of brand associations

Inti dari penempatan merek adalah merek mempunyai keuntungan kompetitif

(persaingan) yang dapat dipertahankan atau proporsi penjualan yang unik yang

dapat mengikat pembeli sebagai suatu alasan yang kuat untuk membeli merek

tertentu. Perbedaan ini dapat disampaikan langsung secara eksplisit dengan

membuat perbandingan dengan pesaing, atau mungkin akan disampaikan

secara implisit dengan menyatakan persaingan tertutup.

Suatu brand image dibangun dengan menciptakan citra dari suatu produk. Konsumen bersedia membayar lebih tinggi dan menganggapnya berbeda

karena brand ini memancarkan asosiasi citra tertentu. Para perancang image dari brand berusaha memenuhi hasrat konsumen untuk menjadi bagian dari kelompok sosial tertentu yang lebih besar dan dipandang terhormat oleh orang lain, atau

(9)

yang ditawarkan sudah tidak lagi memiliki perbedaan yang berarti

(www.jakartaconsultingroup.com).

Citra merek berhubungan dengan sikap. Sikap positif konsumen terhadap

sebuah merek lebih mudah mengarahkannya untuk membeli merek dan produk

tersebut. Karena itu, tujuan utama strategi pemasaran, baik melalui iklan,

publisitas, maupun melalui cara tradisional adalah mengembangkan citra positif

terhadap merek. Citra merek dibangun dengan memasukkan kepribadian atau citra

kedalam produk atau jasa, untuk kemudian dimasukkan ke dalam alam bawah

sadar konsumen.

2.2.1 Ekuitas Merek

Menurut David (dalam Durianto 2001:26), mengelompokkan ekuitas

merek menjadi beberapa kelompok, yaitu :

1. Brand awarness (kesadaran merek) menunjukkan kesanggupan seseorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali suatu merek

merupakan bagian dari kategori produk tertentu.

2. Brand association (asosiasi merek) mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup,

manfaat, atribut, produk, geografis, pesaing, selebritis, dan lain-lain.

3. Perceived quality (persepsi kualitas) mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan

berkenaan dengan maksud yang diharapkan.

(10)

5. Other proprietary brand assets (asset-asset merek yang lainnya).

Empat elemen ekuitas merek diluar asset-asset lainnya dikenal dengan

elemen-elemen utama dari ekuitas merek. Elemen ekuitas merek yang kelima

secara langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari keempat elemen utama

tersebut. Ekuitas merek merupakan aset yang dapat memberikan nilai tersendiri di

mata pelanggannya. Aset yang dikandungnya akan dapat membantu pelanggan

dalam menafsirkan, memproses dan menyimpan informasi yang terkait dengan

produk dan merek tersebut. Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri

konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa

lalu dalam penggunaan atau kedekatan, asosiasi dengan berbagai karakteristik

merek.

2.2.2 Jenis Citra

Menurut Jefkins (dalam Buana 1995:67) ada beberapa jenis citra (image) yaitu :

1. Citra Bayangan (Mirror Image). Citra jenis ini adalah citra yang diyakini oleh perusahaan bersangkutan terutama pihak manajemen yang tidak percaya “apa

dan bagaimana” kesan pihak luar terhadap institusi yang dipimpinnya, tidak

selamanya dalam posisi yang baik;

2. Citra Kini (Current Image). Citra yang sekarang dimiliki oleh pihak luar dalam memandang institusi tersebut. Ada kemungkinan ”citra kini” yang dimiliki oleh

(11)

3. Citra Harapan (Wish Image). Citra yang menjadi harapan dan cita-cita dari suatu insitusi yang hendak ditampilkan kepada publiknya. Idealnya citra

sebuah insitusi adalah positif.

4. Citra Perusahaan (Corporate Image). Citra adalah citra yang berkaitan dengan sosok insititusi sebagai tujuan utamanya, bagaimana citra institusi yang positif

lebih dikenal serta diterima oleh publiknya.

5. Citra Sebaneka (Multiple Image). Citra ini adalah komplimen (pelengkap) dari corporate image sebagai contoh pihak perusahaan dapat menampilkan citra dari atribut logo, nama produk, tampilan gedung dan lain sebagainya;

6. Citra Penampilan (Performance Image). Citra ini lebih ditujukan kepada subyek yang ada pada institusi, bagaimana kinerja atau penampilan diri dari

para profesional pada institusi yang bersangkutan sebagai contoh citra yang

ditampilkan karyawan dalam menangani keluhan para pelanggan.

2.2.3 Tipe Merek

Pemahaman mengenai peran merek tidak bisa dipisahkan dari tipe-tipe

utama merek, karena masing-masing tipe memiliki citra merek yang berbeda

(Whitwell, dalam Tjiptono 2005:22). Ketiga tipe tersebut meliputi:

1. Attribute Brands

Yakni merek-merek yang memiliki citra yang mampu mengkomunikasikan

keyakinan / kepercayaan terhadap atribut fungsional produk. Kerapkali sangat

sukar bagi konsumen untuk menilai kualitas dan fitur secara obyektif atas

(12)

2. Aspirational brands

Yaitu merek-merek yang menyampaikan citra tentang tipe orang yang membeli

merek yang bersangkutan. Citra tersebut tidak banyak mengandung produkna,

tetapi justru lebih banyak berkaitan dengan gaya hidup yang didambakan.

Keyakinan yang dipegang konsumen adalah bahwa dengan memiliki merek

semacam ini, akan tercipta asosiasi yang kuat antara dirinya dengan kelompok

aspirasi tertentu.

3. Experience brands

Mencerminkan merek-merek yang menyampaikan citra asosiasi dan emosi

bersama. Tipe ini memiliki citra melebihi sekedar aspirasi dan lebih berkenaan

dengan kesamaan filosofi antara merek dan konsumen individual. Kesuksesan

sebuah experience brands ditentukan oleh kemampuan merek bersangkutan

dalam mengekspresikan individualitas dan pertumbuhan personal.

2.3 Brand Trust (Kepercayaan Merek)

Pengertian kepercayaan yaitu komitmen yang kuat bagi konsumen untuk

memperkuat hubungan antara konsumen dengan produk atau merek. Menurut

Amir (2005:62), kepercayaan adalah keyakinan kita bahwa di satu produk ada

atribut tertentu. Keyakinan ini muncul, dari persepsi yang berulang, dan adanya

pembelajaran dan pengalaman. pesaing. Dalam riset Costabille (Ferina Dewi

2008) kepercayaan didefinisikan sebagai persepsi kehandalan dari sudut pandang

konsumen didasarkan pada pengalaman atau terpenuhinya harapan akan kinerja

(13)

Komitmen konsumen untuk memperkuat hubungan antara konsumen dengan

produk atau merek.

Kepercayaan merek adalah keyakinan konsumen terhadap suatu merek

produk setelah merasakan manfaat yang diberikan oleh produk itu sendiri.

Keyakinan konsumen tersebut sangat perlu dijaga oleh perusahaan agar

perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain yang memproduksi produk

yang sama. Perusahaan harus mampu menciptakan suatu ciri khas terhadap

produk yang mereka tawarkan agar calon pembeli potensial dapat tertarik untuk

membelinya. Hal ini dapat dimulai oleh perusahaan dengan memberikan nama

merek terhadap produk yang mereka tawarkan kepada masyarakat.

Sering sekali orang beranggapan bahwa nama merek tidak terlalu penting

untuk diperhatikan karena mereka beranggapan bahwa apalah arti sebuah nama.

Akan tetapi, bagi sebuah perusahaan hal ini sangatlah perlu diperhatikan karena

dengan pemberian nama merek pada sebuah produk maka para calon pembeli

akan mudah untuk mengenal langsung produk tersebut.

Selain itu, nama merek memudahkan para calon pembeli untuk mencari

produk tersebut. Bagi perusahaan, merek berfungsi sebagai media komunikasi

bagi konsumennya untuk menggambarkan ciri khas dari produk tersebut. Oleh

karena itu, peran merek ini haruslah diperhatikan dan jangan pernah dianggap

remeh. Tugas perusahaan dalam menanamkan kepercayaan merek dalam diri

konsumennya sangatlah sulit. Perusahaan harus mampu memenuhi

(14)

Kepercayaan bersumber dari harapan konsumen akan terpenuhinya janji

yang diberikan oleh merek. Ketika harapan mereka tidak terpenuhinya maka

kepercayaan akan berkurang bahkan hilang. Akan tetapi, jika harapan tersebut

dapat dipenuhi oleh perusahaan maka konsumen akan terus percaya terhadap

merek tersebut (Ferrinadewi,2008;153). Hal ini dapat tercermin dari gambar 2.1 di

bawah ini:

Sumber: Ferrinadewi (2008:153)

Gambar 2.1

Alur Kepercayaan Konsumen Pada Merek

2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Merek

Menurut Lau dan Lee (2000:44), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi

kepercayaan terhadap merek. Ketiga faktor ini berhubungan dengan tiga entitas

yang tercakup dalam hubungan antara merek dan konsumen. Adapun tiga faktor

tersebut adalah :

1. Brand Characteristic

Mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan pengambilan

keputusan konsumen untuk mempercayai suatu merek. Hal ini disebabkan oleh

konsumen melakukan penilaian sebelum membeli. Karakteristik merek yang

Kinerja Merek Harapan

Konsumen

Trust

(15)

berkaitan dengan kepercayaan merek meliputi dapat diramalkan, mempunyai

reputasi, dan kompeten.

2. Company Characteristic

Yang ada dibalik suatu merek juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan

konsumen terhadap merek tersbut. Pengetahuan konsumen tentang perusahaan

yang ada dibalik merek suatu produk merupakan dasar awal pemahaman

konsumen terhadap suatu produk. Karakteristik ini meliputi reputasi

perusahaan, motivasi perusahaan yang diinginkan dan integritas perusahaan.

3. Consumer-Brand Characteristic

Merupakan dua kelompok yang saling mempengaruhi. Oleh sebab itu,

karakteristik konsumen merek dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap

merek. Karakteristik ini meliputi kemiripan antara konsep emosional

konsumen dengan kepribadian merek, kesukaan terhadap merek dan

pengalaman terhadap merek.

2.4 Loyalitas Pelanggan

Loyalitas merupakan istilah kuno yang secara tradisional telah digunakan

untuk melukiskan kesetiaan dan pengabdian antusias kepada negara, cita-cita, atau

individu. Belakangan ini, dalam konteks bisnis, istilah ini telah digunakan untuk

melukiskan kesediaan pelanggan untuk terus berlangganan pada sebuah

perusahaan dalam jangka panjang, dengan membeli dan menggunakan barang dan

(16)

suka rela merekomendasikan produk perusahaan tersebut kepada teman-teman

dan rekannya (Lovelock dan Wright, 2005:133).

Pelanggan loyal adalah impian bagi setiap perusahaan. Dengan semakin

banyak pelanggan loyal yang dapat dipertahankan, kepala bagian marketing atau penjualan sukses memenuhi target tahunan, karena sebagian besar target itu bisa

dipenuhi oleh captive market (Chan, 2003:190).

Di tengah pertarungan sengit dan peta kepuasan yang juga terus berubah,

hanya perusahaan yang memberi perhatian serius terhadap loyalitas pelanggan

yang akan terus bisa eksis dan terus tumbuh semakin kokoh. Karena loyalitas

pelanggan adalah puncak pencapaian pelaku bisnis (www.swa.co.id).

Timm (2005:3) menyatakan bahwa konsep kesetiaan pelanggan

(loyalitas) mencakup lima faktor, yaitu :

1. Kepuasan keseluruhan yang dialami pelanggan ketika berbisnis dengan

perusahaan.

2. Kesediaan untuk membangun hubungan dengan perusahaan.

3. Kesediaan untuk membeli kembali.

4. Kesediaan untuk merekomendasikan perusahaan kepada orang lain.

5. Enggan beralih ke produk pesaing.

Timm (2005:3) juga menyatakan bahwa kesetiaan pelanggan tidak sama

dengan :

1. Kepuasan pelanggan semata. Walaupun merupakan bagian yang penting bagi

kesetiaan, kepuasan pada masa sekarang bukan jaminan untuk kesetiaan di

(17)

2. Pelanggan yang memberikan respons terhadap penawaran khusus atau insentif.

Karena kita tidak dapat membeli kesetiaan, namun kita harus menciptakan

seiring dengan waktu.

3. Pasar yang besar. Perusahaan mungkin mempunyai pelanggan dalam jumlah

yang besar hanya karena pesaing lemah atau harga pesaing perusahaan lebih

baik. Hal-hal ini tidak menciptakan kesetiaan.

4. Semata-mata pembelian berulang. Beberapa orang membeli berdasarkan

kebiasaan, kenyamanan, atau harga tetapi dengan mudah beralih ke alternatif

lain.

Griffin (dalam Hurriyanti, 2005:129) menjelaskan bahwa ada beberapa

keuntungan yang diperoleh perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal

antara lain :

1. Dapat mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik pelanggan

yang baru lebih mahal).

2. Dapat mengurangi biaya transaksi.

3. Dapat mengurangi biaya turn over konsumen (karena penggantian konsumen yang lebih sedikit).

4. Dapat meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa pasar

perusahaan.

5. Mendorong word of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal juga berarti mereka yang puas.

(18)

Dua kondisi penting yang berhubungan dengan loyalitas adalah retensi

pelanggan (customer retention) dan total pangsa pasar (total share of customer). Retensi pelanggan menjelaskan lamanya hubungan dengan pelanggan. Tingkat

retensi pelanggan adalah presentase pelanggan yang telah memenuhi sejumlah

pembelian ulang selama periode waktu yang terbatas. Sedangkan pangsa

pelanggan suatu perusahaan menunjukkan presentase dari anggaran pelanggan

yang dibelanjakan ke perusahaan tersebut (Griffin, 2003:5).

Dick dan Basu (dalam Tjiptono, 2000:110) menyatakan bahwa ada empat

situasi kemungkinan loyalitas, yaitu :

1. No loyalty (tanpa loyalitas)

No loyalty terjadi karena sikap dan perilaku pembelian ulang pelanggan sama-sama lemah, sehingga loyalitas tidak terbentuk. Ada dua kemungkinan

penyebab. Pertama, sikap yang lemah (mendekati netral) dapat terjadi jika

suatu produk/jasa baru diperkenalkan dan atau pemasarnya tidak mampu

mengkomunikasikan keunggulan unik produknya. Penyebab kedua berkaitan

dengan dinamika pasar, dimana merek-merek yang berkompetisi dipersepsikan

serupa atau sama.

2. Spurious loyalty (loyalitas yang lemah)

Spurious loyalty merupakan sikap pelanggan yang relatif lemah disertai pola pembelian ulang yang kuat. Situasi semacam ini ditandai dengan pengaruh

faktor non-sikap terhadap perilaku, misalnya norma subjektif dan faktor

(19)

3. Latent loyalty (loyalitas tersembunyi)

Situasi latent loyalty tercermin bila sikap yang kuat disertai pola pembelian ulang yang lemah. Situasi yang menjadi perhatian besar para pemasar ini

disebabkan pengaruh faktor-faktor non-sikap yang sama kuat atau bahkan

cenderung lebih kuat daripada faktor sikap dalam menentukan pembelian

ulang.

4. Loyalty (loyalitas premium)

Situasi ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan para pemasar,

dimana konsumen bersikap positif terhadap produk atau produsen (penyedia

jasa) dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten.

2.4.1 Membentuk Kualitas Loyalitas Pelanggan

Pada tingkat persaingan usaha yang semakin tajam saat ini, maka

kemampuan perusahaan untuk mempertahankan pelanggannya yang sudah ada

merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Karena akuisisi pelanggan baru,

selain membutuhkan biaya yang mahal, juga belum tentu merupakan pelanggan

yang menguntungkan.

Perusahaan dalam merebut pelanggan dari pesaing pun, belum tentu

memberikan hasil yang lebih positif dibandingkan dengan mempertahankan

pelanggan yang sudah berada dalam genggaman perusahaan. Ini terjadi karena

perusahaan lain berupaya untuk menciptakan switching barrier, (www.frontier.co.id).

(20)

1. Lindungi pelanggan terbaik dari serangan pesaing.

2. Menjadikan pelanggan terbaik sebagai prioritas terbesar.

3. Manfaatkan mata rantai pasokan perusahaan untuk menghasilkan nilai

pelanggan yang lebih baik.

4. Susunlah program frequent buyer yang benar-benar bisa dilaksanakan. 5. Carilah cara untuk menunjukkan “Saya Tahu yang Anda Butuhkan”.

6. Pekerjakan dan latih pegawai dan orang-orang front line untuk menghasilkan loyalitas.

7. Beri motivasi para staf untuk menghasilkan loyalitas.

2.4.2 Tahapan Loyalitas Pelanggan

Brown dalam Hurriyanti (2005:138) mengungkapkan bahwa loyalitas

pelanggan terdiri dari tiga tahap sebagai berikut :

a. The courtship

Pada tahap ini, hubungan yang terjadi antara perusahaan dengan pelanggan

sebatas penawaran produk/jasa dan harga yang diberikan pesaing lebih baik,

maka mereka akan pindah.

b. The relationship

Pada tahapan ini, tercipta hubungan yang erat antara perusahaan dan

pelanggan. Loyalitas yang terbentuk tidak lagi didasarkan pada pertimbangan

produk/jasa dan harga, walaupun tidak ada jaminan pelanggan tidak akan

melihat pesaing. Selain itu tahap ini terjadi hubungan yang saling

(21)

c. Marriage

Pada tahapan ini hubungan jangka panjang telah tercipta dan keduanya tidak

dapat dipisahkan. Loyalitas tercipta akibat adanya kesenangan dan

ketergantungan pelanggan pada perusahaan.

2.5 Kerangka Konseptual

Menurut Lamb (2001:421) merek adalah suatu nama, istilah, simbol,

desain, atau gabungan dari keempatnya, yang mengidentifikasikan produk para

penjual dan membedakannya dari produk pesaing. Sedangkan nama merek yaitu

bagian dari merek yang dapat disebutkan, diucapkan termasuk huruf-huruf, kata-

kata, dan angka-angka.

Brand image merupakan keseluruhan persepsi terhadap suatu merek yang dibentuk dengan memproses informasi dari berbagai sumber setiap waktu. Brand image dibangun berdasarkan pemikiran ataupun pengalaman yang dialami seseorang terhadap merek yang bersangkutan (Setiadi, 2003:180). Brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat dibenak konsumen

(Rangkuti, 2004:244). Citra merek juga merupakan keseluruhan dari persepsi

konsumen mengenai merek tersebut, atau bagaimana cara mereka memandangnya

yang mungkin tidak serupa dengan identitas merek. Berdasarkan beberapa

pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa citra merek adalah sekumpulan

(22)

Konsumen yang loyal pada satu merek (brand loyalty) akan bersedia membayar lebih untuk merek tersebut karena ia merasa telah mendapatkan nilai

(value) dari merek tersebut yang tidak didapatkan dari merek lain. Keunikan nilai tersebut didapat melalui kepercayaan yang lebih besar terhadap merek tersebut

(brand trust).

Kepercayaan bersumber dari harapan konsumen akan terpenuhinya janji

yang diberikan oleh merek. Ketika harapan mereka tidak terpenuhinya maka

kepercayaan akan berkurang bahkan hilang. Akan tetapi, jika harapan tersebut

dapat dipenuhi oleh perusahaan maka konsumen akan terus percaya terhadap

merek tersebut (Ferrinadewi,2008;153).

Kepercayaan merek adalah keyakinan konsumen terhadap suatu merek

produk setelah merasakan manfaat yang diberikan oleh produk itu sendiri.

Keyakinan konsumen tersebut sangat perlu dijaga oleh perusahaan agar

perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain yang memproduksi produk

yang sama. Perusahaan harus mampu menciptakan suatu ciri khas terhadap

produk yang mereka tawarkan agar calon pembeli potensial dapat tertarik untuk

membelinya. Hal ini dapat dimulai oleh perusahaan dengan memberikan nama

merek terhadap produk yang mereka tawarkan kepada masyarakat.

Dengan adanya citra sebuah merek dan kepercayaan terhadap merek,

maka akan terbentuk loyalitas konsumen terhadap suatu produk teresbut. Karena

kesetiaan konsumen menujukkan seberapa lama pelanggan akan loyal terhadap

(23)

Sumber: Lamb (2001:421), Ferrinadewi (2008:153) diolah peneliti

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis

Hipotesis penelitian menunjukkan secara jelas arah pengujiannya, dengan

kata lain hipotesis membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di

lapangan baik sebagai objek pengujian maupun dalam pengumpulan data.

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah brand image dan brand trust berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan KFC pada KFC cabang Ring Road Medan.

Brand Image (X1)

Brand Trust (X2)

Gambar

Tabel 2.1 Mapping Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Alur Kepercayaan Konsumen Pada Merek
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

YAPSI Sumberjaya Lampung Barat sudah terlaksana dengan baik hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang di terapkan sudah sesuai dengan indikator dalam teori

Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmayani (2008) dan Rachmawardani (2007) yang menunjukkan tidak signifikan pengaruh pertumbuhan

Pada analisa kali ini juga akan dilakukan beberapa variasi yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya seperti melakukannya terhadap beberapa variasi sudut skew,

Topografi daerah aktivitas pertambangan PT Aneka Tambang Tbk. UBPE Pongkor dan sekitarnya merupakan suatu daerah perbukitan sedang sampai dengan terjal dengan

Sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelum kegiatan pelatihan dilaksanakan, kegiatan ini diawali dengan penyiapan berbagai administrasi yang diperlukan antara lain

Regio Urogenital Ceramah/ Kuliah Pakar, dan praktikum LCD, laptop, power point bahan ajar, Buku penuntun praktikum 2 x 60 menit 3 x 60 menit (praktik um) • Ujian

Berdasarkan faktor-faktor diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa stres dapat terjadi baik itu dari dalam pekerjaan maupun dari luar pekerjaan individu, Dan yang sering

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa besar arus berpengaruh terhadap kekerasan hasil pengelasan baja ST 60 menggunakan pengelasan SMAW. Kekerasan logam las tertinggi pada