ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. F DENGAN IKTERUS
diperkirakan dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir. Selain itu diadakannya sistem rujukan yang selektif yang dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir.Ikterus adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir. Kejadian ikterus pada bayi baru lahir menurut beberapa penulis berkisar antara 5% pada bayi cukup bulan dan 75% pada bayi kurang bulan.
Kejadian ikterus pada BBL di RSCM Jakarta ialah 32,19% dan 62,53% kadar bilirubin indireknya melebihi 10 mg %.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dari periode 15 Januari – 31 Januari 2008 di ruang Perinatologi RSUD terdapat 95 BBL terdiri dari 71 BBL normal, 18 (18,94%) BBLR, 3 (3,15%) BBLSR 2 (2,18%) BBL dengan infeksitali pusat dan 1 (1,05%) bbl dengan ikterus neonatorum. Dari data tersebtu penulis tertarik untuk penanganna yang tepat di kemudian hari ikterus neonatorum dapat ditangni dengan cepat dan tidak
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada by. Ny. F dengan ikterus neonatorum.
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa kebidanan pada by. Ny. E dengan ikterus
neonatorum.
c. Mahasiswa mampu menegakxan diagnosa dan masalah potensial pada by. Ny. E
dengan ikterus neonatorum
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi
by. Ny. E dengan ikterus neonatorum.
e. Mahasiswa mampu merencanakan tindaskan asuhan kebidanan by. Ny. E dengan
f. Mahasiswa mampu melakukan pelaksanaan atas rencana manajemen yang telah
direncanakan by. Ny. E dengan ikterus neonatorum /
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan kebidanan pada by. Ny. E dengan ikterus
neonatorum
1.3 Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan berbagai metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus melalui tehnik :
1. Studi Pustaka
Yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan ikterus neonatorum. 2. Observasi Partisipasi
Yaitu dengan observasi dalam melakukan asuhan kebidanan secara langsung. 3. Wawancara
Yaitu dengan dengan mewawancarai secara langsung petugas dan keluarga pasien.
1.4 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematika terdiri dari :
BAB I : PENDAHULUAN : terdiri dari latar belakanag tujuan metode penulisan dan sistematika penulisan
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA : terdiri dari konsep medis dan asuhan kebidanan
BAB III : TINJAUAN KASUS : meliputi pendokumentasian dengan menggunakan SOAP
BAB IV : PEMBAHASAN : terdiri dari penokajian, interpretasi data, identitikasi diagnosa dan masalah potensial, identifikasi kebutuhan akar: tindakan segera / kolaborasi, rencana manajemen, pelaksanaan dan evaluasi
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Pengertian
2.1.1.1 Ikterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa oleh
karena adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah
2.1.1.2 Ikterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir
2.1.1.3 Ikterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir yang
terbagi menjadi ikterus fisiologi dan ikterus patologi
2.1.1.4 Kesimpulannya ikterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan
mukosa oleh karena keadaannya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin darah yang sering ditemukan pada BBL yang terbagi ikterus fisiologis dan patalogis.
2.1.2 Batasan Ikterus
Ikterus terbagi menjadi : 1. Ikterus Fisiologi
Ikterus Fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga yang mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan, atau mempunyai potensi menjadi kern-ikterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus ini biasanya menghilang pada akhir minggu pertama atau selambat-lambatnya 10 hari pertama.
Ikterus dikatakan Fisiologis bila :
1. Timbul pada hari kedua sampai ketiga.
2. Kadar bilirubin indirek sesudah 2 a 24 jam tidak melewati 15 mg % pada neonatus
cukup bulan dan 10 mg % pada neonatus kurang bulan.
3. Kecepatan peninakatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari.
4. Ikterus mengilang pada 10 hari pertama
5. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik (kern – ikterus)
6. Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
Ikterus Patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar patologik atau kadar bilirubinnya meneapai suatu nilai yang disebut hiper bilirubin emia. Dasar patologik ini misalnya, jenis bilirubin, saat timbulnya dan menghilangnya ikterus dan penyebabnya. Ikterus dikatakan Patologis bila :
5 Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki 16
2.1.5 Kern – Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus subtalamus, hipokampus, nukleus merah dan nukleus pada dasar ventrikulus ke IV.
Tanda-tanda kliniknya adalah mata yang berputar, letargi, kejang, tak mau menghisap, tonus otot meninggi, leher kaku dasn akhirnay opistotonus.
Pada umur yang lebih lanjut bila bayi hidup dapat terjadi spasme otot, opistotonus, kejang, atetosis, yang disertai ketegangan otot. Ketulian pada nada tinggi dapat ditemukan gangguan bicara dan retardasi mental.
2.1.6 Patofisiologi
Keterangan :
1. Produksi bilirubin yang berlebihan, lebih dari kemampuan bayi untuk mengeluarkannya
2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar. Gangguan ini dapat disebabkan
oleh imatur hepar, kurangya substrat untuk konjugasi bilirubin ganaguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (Criggler Najjer Syndrome). Penyebab lainnya adalah defisiensi dalam hepar yang berperan penting dalam uptake bilirubin ke sel-sel hepar.
3. Gangguan transportasi. Biliribin dalam darah terikat oleh albumin kemudian diangkut
ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat-obatan (salisilat, sulfaturazole). Difisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melakat ke sel otak.
4. Gangguan dalam eksresi
Gangguan ini dapat terjadi karena obstruksi dalam hepar atau di luar hepar, kelainan diluar hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
5. Untuk menurunkan kadar bilirubin indirek dalam serum sehingga tidak terjadi kern
ikterus maka dilakukan terapi sinar tetapi efek samping dari terapi sinar secara langsung dapat menyebabkan hipertemia karena panas lampu, atau hipertemia karena telanjang atau bahkan kulit terbakar karena prinsip kerjanya membantu pemecahan bilirubin yang kemudian dikeluarkan melalui urin/feces maka bayi bayi bisa mengalami dehidrasi.
6. Adanya letargi atau malas minum karena lemahnya reflek menghisap ikterus
menyebabkan asupan nutrisi berkurang sehingga pemenuhan nutrisi berkurang.
7. Karena asupan nutrisi terlambat maka menyebabkan peristaltik usus menurun, pasase
makanan terlambat, sehingga feses lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin, dan urine berwarna gelap pekat cami,ai hitam Irarnlrlatan
2.2 Konsep Asuhan Kebidanan
Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi tersebut (ada kemungkinan terjadi kelaina gender kejadian , iktems. pada BBL lebih besar pada iaki-laki).
Berat badan : untuk mengetahui apakah bayi lahir dengan berat rendah, nornial/bayi besar. Bayi normal 2500 gr - 4000 gr.
Pada bayi ikterus kemungkinan kecil masa kehamilan, BLR dan besar masa kehamilan Panjang badan : panjang badan normal 48 - 52 cm
Suku bangsa : untuk mengetahui adat istiadat dan kebiasaan
Contoh : diabetes, golongan darah ibu - bayi tidak sesuai, Rh/ABO incompatibility, sakit infeksi, spherositosis kongenital
3. Kebiasaan waktu hamil
Untukmengetahu kebiasaan ibu pada saat hamil yang dapat berpengaruh pada janin/BBL
4. Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan : biasanya ikterus terjadi persalinan dibantu vacm eksraksi Penolong : apakah dokter atau bidan
Tempat persalinan Apakah di rumah ibu, bidan atau RS
Umur kehamilan : pada ikterus kemungkinan terjadi pada preterm. kecil masa kehamilan. dan. besar masa kehamilan.
Ketuban : warnanya jernih atau keruh, baunya khas atau tidak, jumlahnya normal atau tidak. Normalnya < 500 cc.
Komplikasi persalinan : biasanya bay ikterus terjadi pada persalinan dengan trauma. Keadaan bayi baru lahir : nilai dengan APGAR 1 menit pertama dan 5 menit kedua
C. Pemeriksaan
: Dilihat besar, bentuk, molding, sutura, adakah caput ikterus terjadi pada
Tali pusat dan abdomen : Apakah ada tanda-tanda infeksi atau tidak dan pada ikterus pada palpasi abdomen terdapat pembesaran limfe dan hepar
Punggung : Adakah kelainan dan dilihat bentuknya, apakah ada spina bifida atau tidak. Ekstermitas : Dilihat kelainan bentuk dan jumlah
: Pada bayi laki-laki testis sudah menurun atau belum dan terdapat lubang uretra atau tidak pada bayi perempuan labia rnayora telah menutupi labia minora belum? Lubang vagina ada atau tidak
: Ada atau tidaknya lubang anus
Reflex:
Bayi ikterus ada kemungkinan kehilangan reflek moro, palmar reflek rooting reflek. Antropometn
Lingkar kepata, lingkat dada, lingkar lengan atas. Eliminasi
Miksi : Kemungkinan warna urine gelap pekat sampai hitam kecoklatan Meconiurn / feces: Kemungkinan lunak dan berwarna coklat kehijauan
Warna kulit :
Kolaborasi dengan dokter spesialis anak atau transfusi tukar sesuai dengan. advise dokter.
2.2.5 Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
2.2.6 Pelaksanaan
Melaksanakan asuhan bayi baru lahir dengan. ikterus sesuai dengan. perencanaan. Dalam penanganan Minis, cara-cara yang dipakai ialah mencegah dan mengobati hiperbilirubinemia, terbagi menjadi :
1. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin :
a. Early Feeding, pemberian makanan dim pada neonatus dapat mengurangi terjadinya
ikterus fisiologi pada neonatus. Hal ini mungkin sekali disebabkan karena dengan pemberian makman yang dini itu terjadi pendorongan gerakan usus dan mekonium lebih cepat dikeluarkan, sehingga peredaran enterohepati bilirubin berkurang.
b. pemberian agar-agar, pemberian agar-agar peros dapat mengurangi terjadinya ikterus
fisiologik dan neonatus.
c. Mekanisme adalah dengan menghalangi atau mengurangi peredaran bilirubin
enterohepatik.
d. pemberian tenobarbital, dapat menurunkan kadar bilirubbin tidak langsung dalam
serum bayi yaitu dengan. mengadakan induksi enzim mikrosoma sehingga konjugasi bilirubin berlansung lebih cepat.
2. Terapi sinar
Dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik dan yang dapat dikeluarkan dengan sempurna melalui ginjal dan traktus digestivus.
Cremer (1957) melaporkan bahwa pada bayi penderita ikterus yang diberi sinar matahari lebih dari penyinaran biasa. Ikterus lebih cepat hilang dibandingkan dengan bayi lain yang tidak disinari.
7. Pertahankan terapi cairan parenteral sesuai advis.
8. Cuci area perintal setiap habis defeksi, observasi kulit kemungkinan iritasi.
10. Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar Hb, trombosit, leukosit.
11. Periksa jampenggunaan lampu.
3. Transfusi tukar darah
Tujuan utamanya untuk mencegah efek taksik bilirubin dengan cara mengeluarkan dari tubuh.
Indikasi untuk tranfusi tukar :
- pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek > 20 mg%
- kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 4,3 - 1 mg%
- anemia yang berat pada bayi baru lahir dengan gagal jantung
- kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan uji cooms direk positif
2.2.7 Evaluasi
Mengevaluasi hasil dari pelaksanaan asuhan bayi bari lahir dengan ikterus sehingga penyebabnya dapat diatasi
1. Dengan penberian ASI segera dapat mempercepat metabolisme dan pengeluaran
bilirubin
Asi telah diberikan dengan segera mempercepat pendorongan.
Gerakan uterus meconium cepat dikeluarkan.
2. Dengan terapi sinar :
- kadar bilirubin dalam darah menutun
- tidak terjadi hypotermi atau hipertermi
- tidak terjadi kerusakan
3. Dengan tranfusi tukar :
- kadar bilirubin dalam darah menurun
BAB III
Data Objektif
Punggung : Posisi tulang belakang normal, tidak ada pembengkal:an ataupun tonjolan, permukaan kulit terlihat kuning.
Golongan darah bayi : belum dilakukan pemeriksaan Bilirubin total / indirek: 9,35%
Dx : NCB SMK usia 4 hari dengan ikterus patologis derajat 2
Masalah : Orang tua merasa cemas akan keadaan bayinya yang tidak kunjung sembuh setelah berobat ke dokter dan bayi di sinar dengan matahari pada pagi hari.
Kebutuhan : Memberikan penyuluhan agar orang tua tidak merasa cemas karena dapat mengganggu ibu dari bayi karena masih dalam keadaar post partum.
Potensial : Kern ikterus (kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak).
Planning
Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
1. Mengobservasi tanda-tanda vital, berat badan, asupan nutrisi dan penyinaran dengan
blue light incubator Hasil observasi tercatat dalam lembar observasi
2. Bayi diistirahatkan untuk diberi ASI Bayi mendapatkan cukup ASI dari ibunya dan
PASI.
3. Mencatat waktu istirahat dan mencuci areal perional setiap bayi BAK / BAB dan
observasi iritasi Tidak terdapat iritasi pada kulit bayi.
4. Memberikan terapi antibioti 3x 0,75 ml sudah diberikan
5. Menjelaskan kepada orang tua bayi tentang sebab-sebab serta manfaat pemberian
terapi sinar blue light incubator dan manfaat dari sinar matahari pagi orang tua tahu
dan mengerti akan penjelasan tentang keadaan bayinya serta manfaat dari terapi penyinaran yang dilakukan.
6. Melibatkan orang tua dalam perawatan bayi dan memberi kesempatan pada bayi untuk
menetek serta membina hubungan ibu dan bayinya Ibu dan keluarga mengerti akan
pentingnya ASI dan perhatian yang dibutuhkan bayi.
7. Memberikan konseling tentang perawatan bayi, pentingnya gizi / nutrisi untuk
perkembangan bayinya, termasuk frekuensi menyusui kapanpun bayi ingin menyusu
harus diberikan Ibu dan keluarga mengerti akan penjelasan dan mengerti akan
Terlihat kuning di bagian kulit muka, bayi sudah mau menyusu
A : NCB SMK usia 7 hari dengan ikterus patologis derajat I. Diagnosa dan masalah potensial tidak ada.
P : - Memberikan hasil px pada ibu dan keluarga ibu dan keluarga tampak tenang
- Mengobservasi TTV, BB, asupan nutrisi P : 84x /menit, R : 48x / menit S : 36,8oC.
BB 2850 kg
- Menganjurkan ibu untuk memberi ASI 2x3 jam sekali atau kapan pun bila bayi
menginginkannya ibu mengerti
- Memberikan terapi Nymiko 4x 0,25 ml sudash diberikan
- Menanjurkan ibu untuk datang kontrol 1 minggu yagn akan datang atau bila ada
tanda-tanda bahaya ibu mengatakan akan datang tanggal 6 Februari 2008 atau bila ada
tanda bahaya.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis membahas tentang asuhan kebidanan pada bayi Ny. F neonatus dengan ikterus neonatorum. Untuk mempermudah pembahasan tersebut, penulis membagi dalam 7 tahap, yaitu : Pengkajian, interpretasi data, identifikasi diagnosa dan masalah potensial, identifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau kolaborasi, rencana manajemen, pelaksanaan serta evalusi.
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori atau menggunakan rumus kramer dengan tanda-tanda ikterus yang terdapat pada bayi Ny. F diantaranya : kuning daerah leher dan kepala, serta kuning pada badan bagian atas, serta didukung hasil laboratorium kadar bilirubin total 9,35 gr %.
2. Interpretasi Data
Pada tahap interpretasi dat penulis tidak menemukan kesenjangan antara data obyektif bayi Ny. F dengan teori mengenai ikterus neonatorum.
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Tahap identifikasi diagnosa dan maslah potensial pasien atau bayi tersebut memerlukan terapi lebih lanjut, yaitu program laboratorium, terapi penyinaran dengan menggunakan blue light incubator serta infus guna mencegah kekurangan cairan atau nutnsi, serta mencegah akan masalah potensial yang mungkin terjadi yaitu kern ikterus. Sehingga penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan praktek
4. Identifikasi Kebutuhan akan tindakan segera / kolaborasi
Pada tahap ini penulis tidak memerlukan kesenjangan antara teori dengan kasus dan identifikasi kebutuhan segera, karena pasien tahu -bayi tersebut telah mendapatkan tindakan yang sesuai dengan anjuran serta telah kolaborasi dengan dokter spesialis anak dan program laboratorium.
Pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan praktek karena apa saja yang direncanakan di langkah ini sesuai dengan konsep asuhan kebidanan.
6. Pelaksanaan
Pada tahap ini menjelaskan tentang keadaan dan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga. Konseling tentang kebutuhan yang menyangkut kesehatan bayi dan ibunya. Pada tahap ini penulis tidak menemukan kesenjangan atau hambatan yang sangat berarti.
7. Evaluasi
Pada tahap ini menjelaskan tentang hasil perawatan selama kurang lebih 3 hari, keadaan bayi semakin membaik diantaranya adalah kadar bilirubin bayi tersebut telah menurun dimana hasil awal masuk ruang perinatologi yatiu 9,35 gr% sekarang menjuadi 8,35%. Hal ini merupakan hasil yang sangat diharapkan baik dari pihak keluarga maupun pihak rumah sakit dan diizinkan pulang. Sehingga penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan praktek.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada neonatus dengan interus neonatorum penulis menarik kesimpulan bahwa pengumpulan data atau informasi sangatlah penting untuk menegakan diagnosa atas penyebab dari kelainan yang di alami pasien dalam hal ini faktor congenital (bawaan) atau gangguan fungsi organ dari pasien dengan ikterus neonatorum.
Saran
1. Bagi Rumah Sakit
2. Bagi Prodi D III Kebidanan
Agar lebih meningkatkan kesabaran dalam membimbing mahasiswa dan lebih meningkatkan waktun praktek di lapangan.
3. Bagi Ny. F