• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindakan Polisi Lalu Lintas dalam Melakukan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas untuk Mengurangi Kecelakaan: Studi Kasus di Satlantas Polres Temanggung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tindakan Polisi Lalu Lintas dalam Melakukan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas untuk Mengurangi Kecelakaan: Studi Kasus di Satlantas Polres Temanggung"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

A.Latar Belakang Masalah

Lalu lintas merupakan salah satu sarana penting bagi masyarakat untuk

memperlancar berbagai aktivitas yang dilakukan, tetapi pentingnya kesadaran

hukum oleh masyarakat faktor utama dalam penanganan problematika

kecelakaan lalu lintas. Dalm hal ini transportasi juga dibutuhkan dalam hal

memenuhi kebutuhan masyarakat dan memudahkan setiap pekerjaan dari

masyarakat, Dalam kompleksitas kehidupan manusia sehari – hari, tidak

terlepas dari yang namanya alat transportasi. Transportasi merupakan sarana

yang sangat penting dan strategis dalam mempelancar perekonomian,

memperkukuh persatuan bangsa dan kesatuan serta mempengaruhi aspek

kehidupan bangsa dan negara.1

Mengatur masalah lalu lintas bukanlah hal yang mudah, karena

didalamnya terdapat beberapa faktor yang turut menentukan dan harus

diperhatikan faktor-faktor tersebut yaitu :

1. Faktor manusia.

2. Faktor jalan.

3. Faktor kendaraan bermotor.

4. Faktor alam lingkungan.2

Dalam hal itu terdapat peraturan dan pengaturan yang mendukung yaitu,

Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

1 Rahayu, Hartini, Hukum Pengangkutan di Indonesia, Citra Mentari, Malang, 2012,

h. 53

(2)

Raya merupakan produk hukum yang menjadi acuan utama yang mengatur

aspek-aspek mengenai lalu lintas dan angkutan jalan di Indonesia.

Undang-undang ini merupakan penyempurnaan dari Undang-undang-Undang-undang sebelumnya yaitu

Undang-undang Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Raya yang sudah sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi, perubahan lingkungan

strategis, dan kebutuhan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan saat ini

sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru.

Setelah undang-undang mengenai lalu lintas dan angkutan jalan yang

lama diterbitkan kemudian diterbitkan 4 (empat) Peraturan Pemerintah (PP),

yaitu: PP No. 41/1993 tentang Transportasi Jalan Raya, PP No. 42/1993

tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor, PP No. 43/1993 tentang Prasarana

Jalan Raya dan Lalu Lintas, PP No. 44/1993 tentang Kendaraan dan

Pengemudi. Lalu dibuatlah pedoman teknis untuk mendukung penerapan

Peraturan Pemerintah (PP) diatas yang diterbitkan dalam bentuk Keputusan

Menteri (KepMen). Beberapa contohnya KepMen tersebut, yaitu: KepMen No.

60/1993 tentang Marka Jalan, KepMen No. 61/1993 tentang Rambu-rambu

Jalan, KepMen No. 62/1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, KepMen

No. 65/1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, lalu lintas adalah gerakan kendaraan

dan orang di ruang lalu lintas jalan. Dengan adanya lalu lintas, aktivitas

masyarakat di jalan akan lebih tertib dan teratur. Selain berguna untuk

(3)

mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi kita seperti kecelakaan bahkan

kematian. Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dijelaskan bahwa

kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa dijalan yang tidak diduga dan

tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan yang

mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian harta benda. Banyak faktor

yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, antara lain adalah faktor pengendara

sendiri, faktor pengendara lain, dan faktor rusaknya sarana dan prasarana lalu

lintas.

Kecelakaan yang disebabkan oleh faktor pengendara sendiri biasanya

terjadi karena perilaku pengendara yang tidak disiplin. Ruas jalan yang sempit

dan dipadati kendaraan seringkali menjadi situasi yang memicu besarnya

potensi kecelakaan karena pengendara yang mendahului satu sama lain agar

mereka cepat sampai ditujuan masing-masing. Hal lain yang menjadi penyebab

kecelakaan akibat faktor pengendara sendiri juga karena adanya pengendara

yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) terutama pengendara yang

berusia dibawah 17 (tujuh belas) tahun. Biasanya pengendara yang tidak

memiliki SIM ini tidak memiliki keahlian atau kemahiran dalam mengendarai.

Pengendara yang berusia dibawah 17 (tujuh belas) tahun tersebut juga biasanya

mengendarai kendaraan dijalan tanpa memperhatikan lalu lintas dan

keselamatan orang lain, sehingga pengendara berusia dibawah umur dan tidak

memiliki surat-surat berkendara yang sah berupa surat izin mengemudi (SIM)

hal demikian harus mendapat perhatian yang lebih dari pihak yang berwajib.

Dalam hal ini juga terkait dengan tingkat kecelakan lalu lintas yang

(4)

pada Pasal 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia dalam peraturan ini menyebutkan bahwa “Kepolisian

adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.3

Sesuai dengan pengertian kepolisian diatas sangat jelas bahwa Kepolisian

mempunyai kewajiban yang sangat penting dalam mengatasi penegakan

hukum, penanganan, keamanan, merujuk dalam Pasal 4 UU No. 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menyebutkan tujuan dari

Kepolisian yaitu: “Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk

mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan

dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya

ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.”4

Tugas, Fungsi, kewenangan dari Polisi dijalankan atas kewajiban untuk

mengadakan pengawasan dan bila perlu dengan paksaan yang dilakukan

dengan cara melaksanakan kewajiban umum dengan perantara pengadilan, dan

memaksa yang diperintah untuk melaksanakan kewajiban umum tanpa

perantara pengadilan.5

3 Pasal 1 UU No. 2 Tahun 2002 tentangKepolisian Negara Republik Indonesia, Bhuana

Ilmu Populer, Jakarta 2017, h. 2.

4 Pasal 4 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia Bhuana

Ilmu Populer, Jakarta 2017, h. 5.

5 Momo Kelana, Hukum Kepolisian. Perkembangan di Indonesia Suatu studi Histories

(5)

Dalam Pasal 12 Undang-Undang 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan, menjelaskan bahwa tugas Kepolisian dalam melayani

masyarakat, khususnya dalam hal berlalu lintas semakin berat. Dibawah ini

adalah beberapa tugas dan fungsi Polri antara lain: Pasal 12 UU No. 22 tahun

2009, tugas dan fungsi Polri bagian satuan lalu lintas meliputi 9 hal, antara

lain:6

a. Pengujian dan Penerbitan Surat Izin Mengemudi kendaraan bermotor.

b. Pelaksanaan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor.

c. Pengumpulan, pemantauan, pengolahan dan penyajian data lalu lintas dan

jalan raya.

d. Pengelolaan pusat pengendalian sistem infomasi dan komunikasi lalu lintas

dan angkutan jalan.

e. Pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli lalu lintas.

f. Penegakan hukum meliputi penindakan pelanggaran dan penanganan

kecelakaan lalu lintas.

g. Pendidikan berlalu lintas.

h. Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas.

i. Pelaksanaan manajemen operasional lalu lintas

Berdasar uraian tersebut jelas bahwa salah satu tugas dan fungsi polri

adalah pelaksana manajemen dan rekayasa lalu lintas. Manajemen lalu lintas

adalah suatu pengaturan dan penggunaan sistem jalan raya yang sudah ada

dengan tujuan untuk memenuhi suatu tujuan tertentu tanpa perlu penambahan /

pembuatan infrastruktur baru. Manajemen lalu lintas diterapkan untuk

6Pasal 12 Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

(6)

memecahkan masalah lalu lintas jangka pendek (sebelum pembuatan

infrastruktur baru dilaksanakan), atau diterapkan untuk mengantisipasi masalah

lalu lintas yang berkaitan.Tujuan pokok manajemen lalu lintas adalah

memaksimumkan pemakaian sistem jalan yang ada dan meningkatkan

keamanan jalan, tanpa merusak kualitas lingkungan.7

Undang – Undang Nomor 22 tahun 2009 Pasal 1 ayat 29 bahwa

“manajemen dan rekayasa lalu lintas adalah serangkaian usaha dan kegiatan

yang meliputi perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan dan

pemeliharaan fasilitas perlengkapan jalan dalam rangka mewujudkan,

mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan

kelancaran lalu lintas”.8 Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas juga

dilakukan apabila terjadi perubahan kinerja lalu lintas yang tiba – tiba. Seperti

yang ditegaskan pada Pasal 97 UU No 22 tahun 2012 ayat (1) bahwa “dalam

hal terjadi perubahan arus lalu lintas secara tiba – tiba atau situasional,

kepolisian negara Republik Indonesia dapat melaksanakan manajemen dan

rekayasa lalulintas kepolisian”.9 Sedangkan pelaksanaan manajemen dan

rekayasa lalu lintas disebutkan dalam ayat (2) bahwa “manajemen dan rekayasa

lalu lintas kepolisian sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilakukan

7Alik Ansyori Alamsyah, Rekayasa Lalu Lintas, UMM Press, Malang, 2005, h. 237.

8Pasal 1 ayat 29 UU No 22 tahun 2012 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

(7)

dengan menggunakan rambu lalulintas, alat pemberi isyarat lalu lintas, serta

alat pengendali dan pengaman pengguna jalan yang bersifat sementara”.10

Dalam pengaturan mengenai lalu lintas diatur dalam Undang–Undang

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pada dasarnya

polisi lalu lintas bertugas mengawasi, membantu, menjaga agar sistem

transportasi jalan raya berfungsi secara lancar dan efisien.11 Menurut Satjipto

Rahardjo penegakan hukum ialah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan

konsep-konsep menjadi kenyataan.12 Penegakan hukum diartikan juga sebagai

suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi

kenyataan. Adapun keinginan hukum disini tidak lain adalah pikiran-pikiran

pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum

itu. Pembicaraan mengenai proses penegakan hukum ini menjangkau sampai

kepada pembuatan hukum. Perumusan pikiran pembuat undang-undang

(hukum) yang dituangkan dalam peraturan hukum akan turut menentukan

bagaimana penegakan hukum itu dijalankan atau diberlakukan.13

Dalam penegakan hukum unsur-unsur yang terlibat yaitu, unsur-unsur

yang mempunyai tingkat keterlibatan yang agak jauh dan yang dekat. Dengan

mengambil badan-badan pembuat undang-undang dan polisi sebagai wakil.

Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan

hukum menjadi kenyataan. Yang disebut sebagai keinginan-keinginan hukum

10 Pasal 97 ayat 2 UU No 22 tahun 2012 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

Pustaka Mahrdika, Yogyakarta. 2015, h. 74.

11 Andrew R, Penegakan Hukum Lalu Lintas, Nuansa, Bandung, 2011, h. 27.

12 Satjipta Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum ,Suatu Tinjauan Sosiologis, Rajawali

press, Jakarta, 1983, h. 24.

(8)

disini tidak lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang

dirumuskan dalam peraturan-peraturan, Sehingga dalam rangka mewujudkan

penegakan hukum sebaiknya tidak membedakan-bedakan asal-usul bahkan

sampai terjadi diskriminasi.

Ketika menyelesaikan perkara kecelakaan lalu lintas, setiap anggota

kepolisian memiliki keterikatan terhadap norma atau kaidah untuk

melaksanakan kewajibannya sebagai penegak hukum. Seperti das sollen yang

merupakan suatu kenyataan normatif (apa yang seyogyanya), yakni suatu

keharusan yang wajib dijalankan, bukan menyatakan sesuatu yang terjadi

secara nyata, melainkan apa yang seharusnya atau seyogyanya terjadi.14

Dengan begitu setiap anggota dari lembaga kepolisian wajib untuk menyatakan

sesuatu yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah, tanpa

memutarbalikan fakta sebagai suatu kepentingan dan tanpa melihat akhir dari

apa yang timbul dari setiap kewajibannya sebagai aparat penegak hukum dan

pelaksana undang-undang. Namun seorang polisi juga seorang manusia, yang

terkadang tidak hanya menggunakan akal logika dalam menjalankan tugasnya

demi tercapai tujuan penegakan hukum tetapi juga menggunakan hati

nuraninya. Das sein adalah suatu kenyataan perilaku ketika dorongan nurani

terlahirkan.15

Penegakkan hukum yang dilakukan tidak membedakan status sosial,

tingkat pendidikan, warna kulit, suku bangsa dan perbedaan agam. Hal ini

14 Mertokusumo, Sudikno. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Liberty, Yogyakarta,

1999, h. 16.

(9)

ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 27 ayat (1) yang menegaskan : 16 Segala

warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan

wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

Sehingga dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, seorang polisi

hendaknya tidak melakukan pendiskriminasian terhadap masyarakat.

Untuk itu dalam hal penegakan hukum harus juga sesuai dengan

penanganan yang menjadi kewajiban dari pihak yang berwajib. Sebagai salah

satu contoh disini adalah kecelakaan lalu lintas dan penindakan pelanggaran di

jalan raya merupakan tugas dan kewenangan polisi yang merupakan wujud dari

upaya penegakan hukum. Polisi lalu lintas selalu melakukan kegiatan

sosialisasi UU No. 22 Tahun 2009 kepada pengguna jalan baik roda dua

maupun roda empat agar para pengguna kendaraan selalu mematuhi peraturan

dan rambu-rambu lalu lintas sehingga dapat menekan kecelakaan dan

pelanggaran lalu lintas. Akan tetapi, jika tidak ada sinergitas antara petugas

dengan masyarakat, tidak akan tercapai keamanan dalam berkendara.

Karakteristik tugas dan fungsi lalu lintas yang bersentuhan langsung dengan

masyarakat, menimbulkan konsekuensi dijadikannya fungsi lalu lintas ini

sebagai sasaran dari berbagai kontrol eksternal.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi penanganan adalah

proses, cara, perbuatan menangani; penggarapan: penanganan kasus itu

terkesan lambat.17 Pengertian tersebut juga dijelaskan oleh WJS

Poerwodarminto yang mendeskripsikan penanganan sebagai proses, cara,

perbuatan menangani, penggarapan. Dalam hal ini penulis sangat tertarik

(10)

mengkaji mengenai Tindakan Kepolisian Dalam Penanganan Lalu Lintas

Satuan Lantas Polres Temanggung dikaitkan dengan Problematika Kecelakaan

Lalu Lintas. Karena yang terjadi masih dibutuhkan kewenangan dari kepolisian

untuk menjalankan tugas juga fungsinya. Dapat terlihat dari kinerja Kepolisian

Dalam Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas yaitu, Pelaporan Kecelakaan Lalu

lintas, Mendatangi tempat kejadian perkara, Menolong Korban Kecelakaan,

dan Penyidikan Kecelakaan Lalu Lintas.

Adapun pengertian kecelakaan adalah kejadian yang sulit diprediksi

dimana dan kapan terjadi, kecelakaan bukan hanya mengakibatkan trauma,

cidera, kelalaian, bahakn bisa mengakibatkan kematian. Kasus kecelakaan sulit

untuk diminimalisasi dan cenderung meningkat seiring pertambahan jalan dan

banyaknya pergerakan dari kendaraan.18

Adapun karateristik dari kecelakaan dibedakan dua macama yaitu :19

1. Kecelakaan tunggal ialah kecelakaan yang melibatkan satu kendaraan

bermotor saja dan tidak melibatkan pemakai jalan lain. Seperti, menabrak

pohon, kendaraan tergelincir akibat ban pecah dan akibat yang lain.

2. Kecelakaan ganda yaitu kecelakaan yang melibatkan lebih dari satu

kendaraan atau kendaraan dengan pejalan kaki yang mengalami di waktu

dan tempat yang bersamaan.

Dibawah ini adalah jumlah kecelakaan yang terjadi di kota Temanggung,

korban tersebut mengalami luka berat, luka ringan, dan meninggal dunia.

18Hobbs, F., D., Perencanaan dan Teknik Lalu-lintas, Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta. 995.

19 Khisty, C., J., & Lall, B., K., Dasar-dasar Rekayasa Transportasi Jilid 1, Erlangga,

(11)

Kemudian kerugian dari segi matreriiil berbeda-beda tergantung tingkat

kecelakaan yang dialami.

Adapun dibawah ini merupakan penjelasan selanjutnya mengenai tingkat

kecelakaan lalu lintas yang terjadi dari Tahun 2015 sampai dengan tahun

2017.

Berdasar data yang ada diketahui bahwa angka kecelakaan lalu lintas

tahun 2015 yang berangkat dari jumlah yang cukup besar terjadi penurunan

pada tahun 2016 dan selanjutnya pada tahun 2017 juga mengalami penurunan

jumlah angka kecelakaan jika dibandingkan dengan kejadian pada tahun

2016. Hal demikian menunjukkan dalam menanggani tingkat kecelakaan lalu

lintas di Temanggung memiliki dampak yang baik dan peran dari polisi juga

ikut serta dalam rangka manajemen rekayasa lalu lintas.

B.Rumusan Masalah

Berdasar uraian latar belakang tersebut di atas penulis mengajukan

rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk tindakan kepolisian dalam hal mengurangi tingkat

kecelakaan di Temanggung melalui manajemen dan rekayasa lalu lintas?

2. Apa yang menjadi hambatan kepolisian dalam mengurangi kecelakaan lalu

lintas?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bentuk tindakan kepolisian dalam hal mengurangi angka

(12)

2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi hambatan kepolisian dalam

mengurangi angka kecelakaan.

D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memberi

pengetahuan khususnya tentang Tindakan Kepolisian dalam penanganan

kecelakaan lalu lintas.

2. Manfaat Praktis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran yuridis

empiris yang berkaitan dengan Tindakan Kepolisian dalam penanganan

kecelakaan lalu lintas pelaksanaan.

E.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu:

1. Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan

yuridis empiris. Pendekatan ini dilakukan dengan menganalisis peraturan

dan pengaturan yang mengenai lalu lintas dikaitkan dengan kasus-kasus

yang terjadi di Temanggung.

2. Jenis Penelitian

Jenis peneltian yang digunakan adalah penelitian korespondensi, karena

penelitian ini merupakan awal yang mengarah pada penanganan kecelakaan

(13)

3. Jenis dan Pengambilan data

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan yang mengikat, seperti

norma-norma, peraturan dasar, dan peraturan undang-undang yang terdiri dari,

UU No. 22 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, UU No.

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan, PP No. 41/1993

tentang Transportasi Jalan Raya, PP No. 42/1993 tentang Pemeriksaan

Kendaraan Bermotor, PP No. 43/1993 tentang Prasarana Jalan Raya dan

Lalu Lintas, PP No. 44/1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi,

KepMen No. 60/1993 tentang Marka Jalan, KepMen No. 61/1993

tentang Rambu-rambu Jalan, KepMen No. 62/1993 tentang Alat Pemberi

Isyarat Lalu Lintas, KepMen No. 65/1993 tentang Fasilitas Pendukung

Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

b. Bahan Hukum Sekunder terutama adalah buku teks karena buku teks

berisi mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan

pandangan-pandangan klasik para sarjana yang mempunyai klasifikasi tinggi,

jurnal-jurnal.20

F.Unit Amatan dan Unit Analisis

Unit Amatan dalam penelitian ini adalah :

1. Undang- Undang No. 22 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik

Indonesia.

2. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan.

3. Peraturan Pemerintah No. 41/1993 tentang Transportasi Jalan Raya.

(14)

4. Peraturan Pemerintah No. 42/1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan

Bermotor.

5. Peraturan Pemerintah No. 43/1993 tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu

Lintas.

6. Peraturan Pemerintah No. 44/1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi.

7. Keputusan Menteri No. 60/1993 tentang Marka Jalan.

8. Keputusan Menteri No. 61/1993 tentang Rambu-rambu Jalan.

9. Keputusan MenteriNo. 62/1993 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas.

10.Keputusan Menteri No. 65/1993 tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Sedangkan Unit Analisis peneliti, yaitu wawancara dengan satuan unit

lalu lintas Temanggung, dengan menganalisis beberapa kasus kecelakaan lalu

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Mojoagung pemeriksaan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe ll yang mengkonsumsi teh hijau selama 7

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan variasi suhu dan lama penggorengan memiliki pengaruh nyata terhadap kadar air, kadar asam lemak bebas, uji mikroskopik

1) Untuk sepeda motor Bebek ukuran roda depan tidak kurang dari 17 inch, sedangkan lebar roda belakang tidak lebih dari 1,60 inch. 2) Untuk sepeda motor Sport ukuran lebar roda

Kerentanan merupakan upaya mengidentifikasi dampak akibat dari bencana seperti jatuhnya korban jiwa, kerugian ekonomi, kerusakan sarana prasarana, analisis kerentanan

Skripsi berjudul Hubungan Penyakit Gondok dengan Tingkat Intelegensia Pada Siswa Sekolah Dasar di (SDN) Darsono 2 Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember telah diuji

mengevaluasi St r engt hs (Kekuatan), Weaknesses (Kelemahan), Oppor t unit ies (Peluang), dan Thr eat s (Ancaman) yang terdapat pada suatu or ganisasi; (2) matriks

merupakan sebuah sistem pendukung pengambilan keputusan yang dibuat untuk membantu seseorang dalam menentukan tempat wisata yang paling sesuai dengan kriteria berdasarkan dana

Kekurangan protokol routing SGP salah satunya adalah terjadinya bottleneck yang mengakibatkan penuhnya antrian jaringan, sehingga menurunkan packet delivery ratio. Salah