• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Ken

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Ken"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kenakalan remaja Risqi Cesar Krisdyawati

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang email: risqi.cesar@yahoo.com

ABSTRAK

Kematangan emosi, dan kenakalan remaja dikaji dalam penelitian kuantitatif korelasional dengan skala kematangan emosi dan kenakalan remaja dengan skala likert. Subjek penelitian sebanyak 30 mahasiswa berjenis kelamin laki-laki dan perempuan pada Universitas Muhammadiyah Malang. Peneliti mengembangkan dua alat ukur penelitian, yaitu skala kenakalan remaja, dan skala kematangan emosi.

Kata Kunci : Kenakalan remaja, Kematangan emosi

ABSTRACT

Emotional maturity, and juvenile delinquency examined on 30 middle adolescents. In a quantitative correlation with likert scale. Sex is male and female of Muhammadiyah Malang University. Researcher developed three research instrument of measurement, namely the scale of juvenile delinquency, the scale of emotional maturity scale. Emotional maturity is a psychological capacity that has the potential to allow a decline in juvenile delinquency; Juvenile delinquency data not normally distributed and relatively high. Prediction research findings apply only to groups of adolescents with high delinquency rates.

(2)

1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan periode transisi, dimana mereka sudah dianggap bukan anak kecil lagi namun dianggap dewasa pun belum pantas. Remaja berupaya untuk mencari jati dengan mencoba-coba hal baru. Remaja menghadapi tuntutan dan harapan, demikian juga bahaya dan godaan yang tampaknya lebih banyak dan kompleks. Remaja sebagai aset bangsa diharapkan kelak menggantikan generasi tua dalam pendidikan maupun pembangunan. Kondisi kenakalan remaja di Indonesia dari jaman ke jaman semakin memprihatinkan dengan meningkatnya tindak penyimpangan seperti menggunakan narkoba, seks bebas, aborsi, sampai pembunuhan. Hal tersebut dapat terjadi karena faktor lingkungan, teman bermainnya. Fenomena yang didapatkan dari survei pendahuluan cukup menyedihkan, dari hubungan seksual dikalangan remaja juga sudah bukan hal yang tabu lagi. Dalam melakukan kencan dengan pasangannya tidak lagi sekedar berpegangan tangan saja tetapi sampai dengan melakukan kissing, necking, petting, dan intercourse.

(3)
(4)

semakin kecil kemungkinan remaja berperilaku nakal. Semakin tidak matang emosi, semakin besar potensi remaja berperilaku nakal.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adakah hubungan antara kematangan emosi pada kenakalan remaja? 1.3 TUJUAN DAN MANFAAT

- Untuk mengetahui perilaku penyimpangan pada remaja dan kematangan emosional mereka serta peran keluarga terhadap penyimpangan remaja

- Untuk mengetahui tingkat kenakalan remaja berdasarkan pelanggaran yang dilakukan remaja

- Penelitian ini akan memberikan kontribusi pada orang tua dalam cara membentuk dan mengelola kematangan emosi terhadap diri khususnya pada perilaku kenakalan remaja serta menjadi bahan pertimbangan peran orang tua dalam mendidik anaknya terhadap penyimpangan remaja. Orang tua harus mampu berbicara dengan anak dan memperhatikan keinginan serta impian mereka, pandai melihat kondisi anak sehingga pemberian nasehat dan arahan dari orang tua dapat diterima dengan baik oleh anak agar dapat mengatasi pengaruh jahat kenakalan remaja.

2. TUJUAN

Peneliti bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dengan perilaku menyimpang pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, serta peran keluarga terhadap penyimpangan remaja, selanjutnya untuk mengetahui tingkat penyimpangan berdasarkan pelanggaran yang dilakukan mahasiswa.

3. METODE

Penelitian ini menggunakan metode skala dengan model likert untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dan kenakalan remaja. Skala yang digunakan adalah skala kematangan emosi serta skala Agresivitas dalam skripsi “ Pengaruh Kematangan Emosi Terhadap Agresivitas “ , Skala kematangan emosi meliputi:

- perilaku menyerang secara fisik, menyerang secara verbal, menyerang objek lain, pelanggaran hak milik orang lain.

Sedangkan skala agresivitas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: - Tidak meledakkan emosi didepan orang lain, menilai situasi secara

kritis, stabil emosinya.

(5)

HASIL

4.1 DESKRIPSI SUBJEK

Subjek penelitian ini berjumlah 30 orang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan mengambil sampel mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang semester 3 dengan kategori kelompok non eksperimen berumur sekitar 18 tahun hingga 22 tahun. Sedangkan teknik sampling nya menggunakan Incidental Sampling

4.2.1 Deskripsi Data

Penelitian ini menggunakan metode pengukuran kuesioner dengan membagikan skala kepada subjek yang telah ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan yaitu mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang berumur 18-22 tahun. Metode pengukurannya menggunakan pengukuran skala Likert. Skala yang digunakan yaitu skala kematangan emosi dan skala kenakalan remaja.

Variabel

- Variabel X: Kematangan Emosi - Variabel Y: Kenakalan Remaja

1. Tabel Uji Korelasi

(6)

Kematangan_

Berdasarkan pengujian hipotesis pada SPSS dengan menggunakan uji korelasi menunjukan bahwa nilai probabilitas yang dihasilkan adalah sebesar 0,118 > 0,05, maka dari nilai tersebut didapat hasil tidak signifikan dan Ho diterima sehingga dari nilai tersebut menyatakan tidak ada hubungan antara kematangan emosi dengan kenakalan remaja pada Universitas Muhammadiyah Malang. Pada penelitian sebelumnya subjek yang digunakan adalah 120 remaja tengah (53 laki-laki, 67 perempuan) dengan mengambil sampel sekolah SMA Negeri 7 Kediri kelas XI, usia 16 sampai dengan 17 tahun. Sedangkan pada penelitian yang digunakan penulis saat ini yaitu Mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Malang semester 3 berumur 18-22 tahun. Dalam kenakalan remaja meliputi 1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor–faktor yang mendahului perilaku yang memberikan dasar rasional atau motivasi untuk perilaku tersebut antara lain terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. Dalam hal ini khususnya yang berkaitan dengan perilaku seksual remaja serta faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yaitu faktor–faktor yang yang mengikuti sebuah perilaku yang memberikan pengaruh berkelanjutan terhadap perilaku tersebut, dan berkontribusi terhadap persistensi atau penanggulangan perilaku tersebut.

KESIMPULAN

(7)

Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima , sehingga Ho tidak ada hubungan. Hal ini sesuai dengan isi pernyataan apabila Ho diterima maka tidak ada hubungan antar variabel dan H1 yang artinya ada hubungan antar variabel. Dan syarat yang telah ditetapkan yaitu : jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak. Dari hasil ini maka tidak ada hubungan antara kematangan emosi dengan kenakalan remaja di Universitas Muhammadiyah Malang.

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirrabilalamin segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufiq, serta hidayahNya, rasa syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena berkat karuniaNya dapat melaksanakan dan menyusun serta menyelesaikan karya ilmiah ini. Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu Tri Muji Ingarianti S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan, pengarahan, dorongan motivasi, saran sejak awal rencana penelitian hingga terselesaikannya penulisan laporan ilimah ini. Kepada Ayah dan Ibu terimakasih untuk kasih sayang yang tak terhingga, terimakasih untuk doa yang tak pernah putus dan segala dukungan secara moral maupun materiil. Ucapan terima kasih tak lupa peneliti sampaikan kepada Misbahun Nazir dan Wening Tyas selaku asisten dosen mata kuliah Metode Riset Kuantitatif yang sangat membantu dalam proses pembuatan rancangan penelitian dengan segala kerja keras dan bimbingannya, serta telah sabar memberikan pengarahan, dukungan dalam pembuatan dan penyusunan laporan ilmiah ini. Kepada Khabib Supriyono yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi, serta kekuatan untuk dapat menyelesaikan tugas penelitian kuantitatif ini dengan penuh kasih sayang. Kepada sahabat saya Saidah Rakhmawati yang setia membantu, memotivasi serta memberikan semangat saya dalam menyelesaikan penulisan laporan artikel ilmiah ini. Selanjutnya kepada semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, peneliti mengucapkan banyak terima kasih. Harapan penulis dengan adanya artikel ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan informasi yang bermanfaat untuk bahan penelitian selanjutnya. Demikian yang dapat saya sampaikan, apabila ada kurang dan lebihnya mohon maaf dan saya ucapkan terimakasih untuk perhatiannya.

Daftar Pustaka

(8)

Yogyakarta: Kanisius.

Haryono. (1996). Kematangan Emosi, Pemikiran Moral, dan Kenakalan Remaja. Semarang:

FIP-IKIP Semarang.

Hay, I. (2000). Gender Self-concept Profiles of Adolescents Suspended from High School. Journal of Child Psychology and

Psychiatry, 41, 3, 345–352.

Hurlock, E. B. (1996). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan Jakarta: Erlangga

Kusumaredi, L.A. (2011). Fenomena kenakalan remaja di Indonesia.

http://ntb.bkkbn.go.id/rubrik/691/. Unduh

18 Agustus 2011, Pukul 19.30.

Maria, U. (2007). Peran Persepsi Keharmonisan Keluarga dan Konsep Diri terhadap

Kecenderungan Kenakalan Remaja. Tesis. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana

Universitas Gadjah Mada.

Partosuwido, S.R. (1992). Penyesuaian Diri Mahasiswa Dalam Kaitanya dengan Konsep Diri, Pusat Kendali dan Status Perguruan

Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas

(9)

meningkatkan motif berprestasi remaja, upaya pembinaan dan pengembangan generasi muda. Jurnal Atma nan Jaya, April, 71-84.

Sarwono, S.W. (2001). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Sears, D., Freedman, J., Peplau, L. 1994. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Shavelson, B.J., & Roger, B. (1982). Self-Concept: The Interplay of Theory

Methods. Journal of Educational Psychology, 72, 1, 3-17.

Shiffer, N., Layhch-Sanner, J., & Nadelmen, L. (1997). Relationship Between

Self-Concept and Classroom Behavior in Two Informal Elemantary Classroom. Journal of Educational Psychology, 72, 1, 349-359.

Tambunan, R. (2001). Perkelahian Pelajar. www.e-psikologi.com. Unduh tanggal 17 Agustus 2011, Pukul 20.20.

Yanti, D. (2005). Ketrampilan Sosial pada Anak Menengah Akhir yang Mengalami

(10)

Medan: Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Thesis is Submitted as Partial of the Requirement for a Bachelor Degree in Management Department-Faculty of Economics.

Upaya dalam mengatasi ketergantungan petani terhadap usahatani anorganik dengan penerapan usahatani organik merupakan hal yang positif dan potensial untuk digerakkan

Atas bantuan segala pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga penelitian dengan judul ” DINAMIKA PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DITINJAU DARI

Ekosistem padang lamun merupakan suatu ekosistem yang kompleks dan mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi perairan wilayah pesisir.. Lamun (seagrass) termasuk

The role of teacher education is not only in cognitive development, but also in constructing new positive cognition if the students of EFL teacher education have prior

Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan. bantuan adminitratif

Kesulitan pelaksanaan keterampilan memelihara diri (personal care skills) dalam Pembelajaran Activity of Daily Living Anak Low Vision Sekolah Dasar Kelas IV di SLB Negeri

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan bahwa dengan partisi bertingkat cair-cair ekstrak etanol rimpang jahe ( Zingiber officinale Rosc.) dapat diketahui