• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Aren (Arengga Pinnata) - Pengaruh Variasi Volume Sari Buah Delima (Punica granacum) dengan Air Nira terhadap Kadar Gula, Vitamin C dan Kadar Serat pada Pembuatan Nata De Arenga dengan Menggunakan Acetobbacter xylinum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Aren (Arengga Pinnata) - Pengaruh Variasi Volume Sari Buah Delima (Punica granacum) dengan Air Nira terhadap Kadar Gula, Vitamin C dan Kadar Serat pada Pembuatan Nata De Arenga dengan Menggunakan Acetobbacter xylinum"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Aren (Arengga Pinnata)

Enau atau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) adalah palma yang

terpenting setelah kelapa (nyiur) karena tanaman serba guna. Tumbuhan ini

dikenal dengan pelbagai nama seperti nau, hanau, peluluk, biluluk, kabung, juk

atau ijuk (aneka nama lokal di Sumatera dan Semenanjung Malaya); akol, akel,

akere, inru, indu (bahasa-bahasa di Sulawesi); moka, moke, tuwa, tuwak (di Nusa

Tenggara), dan lain-lain.

Bangsa Belanda mengenalnya sebagai arenpal atau zuikerpalm dan bangsa

Jerman menyebutnya zuckerpalm. Dalam bahasa Inggris disebut sugar palm atau

Gomuti palm. Pohon enau menghasilkan banyak hal, yang menjadikannya populer

sebagai tanaman yang serbaguna, terutama sebagai penghasil gula.

Gambar 2.1. Pohon Nira

2.1.1 Fisiologi Aren (Arenga pinnata)

Palma yang besar dan tinggi, dapat mencapai 25 m. Berdiameter hingga 65

(2)

berwarna hitam yang dikenal sebagai ijuk, injuk, juk atau duk. Ijuk adalah

sebenarnya adalah bagian dari pelepah daun yang menyelubungi batang.

Daunnya majemuk menyirip, seperti daun kelapa, panjang hingga 5 m

dengan tangkai daun hinngga 1,5 m. anak daun seperti pita bergelombang, hingga

7 x 145 cm, bewarna hijau gelap di atas dan keputih-putihan oleh karena lapisan

lilin di sisi bawahnya.

Berumah satu, bunga-bunga jantan tepisah dari bunga-bunga betina dalam

tongkol yang muncul di ketiak daun; panjang tongkol hingga 2,5 m. Buah buni

bentuk bula Peluru, dengan diameter sekitar 4 cm, beruang tiga, dan berbiji,

tersusun dalam untaian seperti rantai. Setiap tandan mempunyai 10 tangkai atau

lebih, dan setiap tangkai memiliki lebih kurang 50 butir buah berwarna hijau

sampai coklat kekuningan. Buah ini tidak dapat dimakan langsung karena

getahnya sangat gatal.

2.1.2. Penyadapan Nira

Nira diperoleh dengan menyadap tandan bunga jantan yang mulai mekar

dan menghamburkan serbuk sari yang berwarna kuning/ tandan ini mula-mula

dimemarkan dengan memukul-mukulnya selama beberapa hari, hingga keluar

cairan dari dalamnya. Tandan kemudian dipotong dan di ujungnya digantungkan

batang bambu untuk menampung cairan yang menetes.

Cairan manis yang diperoleh dinamai nira (alias legen atau saguer),

berwarnah jernih agak keruh. Nira ini tidak bertahan lama, maka batang bambu

yang berisi harus segera diambil untuk diolah niranya; biasanya sehari dua kali

pengambilan, yakni pagi dan sore.

2.1.3. Kandungan Nira Aren

Nira dalam keadaan segar tidak berwarna, tidak berbau, harum dan manis.

Menurut Milsum dan Danner bahwa komposisi nira aren dalam 100 ml dengan

(3)

• Sukrosa 7,10 gram • Gula Invert 0,15 gram • Bukan Gula 0,29 gram • Nitrogen 0,005 gram

• Abu 0,021 gram

Berikut tabel pebandingan sifat kimia dan produksi nira aren, nira kelapa

dan nira lontar.

Tabel 2.1. Perbandingan Sifat Kimia Dan Poduksi Nira Aren, Nira Kelapa dan

Nira Lontar

Delima / pome (punica granacum) adalah tanaman buah-buahan yang

dapat tumbuh hingga 5-8 m. Delima berasal dari timur tengah, tersebar di daerah

subtropik sampai tropik, dari dataran rendah sampai dibawah 1.000 m dpl.

Tumbuhan ini menyukai tanaman gembur yang tidak terendam air, dengan air

tanah yang tidak dalam. Delima sering ditanam di kebun-kebun sebagai tanaman

(4)

Dikenal tiga macam delima, yaitu delima putih, delima merah dan delima

ungu. Perbanyakan dengan setek, tunas akar atau cangkok. Dalam biji delima

terdapat banyak terkandung senyawa polifenol.

Manfaat delima bisa diperoleh dengan berbagai cara seperti dalam bentuk

sari buah atau bisa juga memakan bijinya, sirup pasta atau konsentrat delima.

Secara tradisional buah delima biasa digunakan untuk membersihkan kulit dan

mengurangi peradangan pada kulit. Jus buah delima juga dapat mengurangi derita

radang tenggorokan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh American Journal of

Clinical Nutrition, buah delima yang kaya akan antioksidan ini bisa mencegah

oksidasi LDL atau kolesterol jahat pada tubuh. Selain itu khasiat buah delima bagi

kesehatan antara lain dapat untuk penyakit seperti gangguan perut, gangguan

jantung, kanker, perawatan gigi, rematik, kurang darah dan diabetes.

Gambar 2.2. Buah dan Pohon delima

Sari buah delima tinggi kandungan ion kalium (potasium), vitamin A, C

dan E serta asam folic. Dari bagian biji yang dapat dimakan, kandungan

kalium/100 gram (259 mg/gr), energi 63 kal, 30 mg vitamin C. komponen ini

dianggap sangat penting bagi kesehatan jantung.

Sari buah delima juga tinggi kandungan flavonoidnya, suatu jenis

antioksidan kuat yang penting perannya untuk mencegah berkembangnya radikal

bebas dalam tubuh sekaligus memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, serta mampu

dalam memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung , kanker kulit dan

kanker prostat. Antioksidan yang terkandung didalamnya membantu mencegah

(5)

buah delima jumlahnya tiga kali lebih banyak daripada wine atau teh

hijau.(http;//www.id.m.wikipedia.org/wiki/delima)

2.3 Acetobacter

Acetobacter adalah bakteri yang digunakan untuk membuat cuka. Dalam

membuat cuka, gel seperti membran selalu ditemukan dalam permukaan larutan.

Material ini berkembang menjadi selulosa. Selulosa ini berasal dari bakteri yang

dinamakan selulosa bakteri. (Philip G.O. dan William P.A., 2000)

Ciri-ciri Acetobacter adalah selnya berbentuk bulat panjang sampai

batang lurus atau agak bengkok, ukurannya 0,6-0,8 x 1,0-3,0 µm, terdapat dalam

bentuk tunggal berpasangan atau dalam bentuk rantai. Acetobacter merupakan

aerobik sejati, membentuk kapsul, bersifat nonmotil dan tidak mempunyai spora,

suhu optimumnya adalah 30oC. (Pelczar, 1988)

Spesies Acetobacter yang terkenal adalah Acetobace aceti ; Acetobacter

orleanensis ; Acetobacter liquefasiensis dan Acetobacter xylinum. Meskipun

ciri-ciri yang dimiliki hampir sama dengan spesies lainnya Acetobacter xylinum dapat

dibedakan dengan yang lainnya karena sifatnya yang unik. Bila Acetobacter

xylinum ditumbuhkan pada medium yang mengandung gula, bakteri ini dapat

memecah komponen gula dan mampu membentuk polisakarida yang dikenal

dengan selulosa ekstraseluler. (Daulay, 2003)

Acetobacter merupakan bakteri aerob yang memerlukan respirasi dalam

metabolisme. Acetobacter dapat mengoksidasi etanol menjadi asam asetat, dan

juga dapat mengoksidasi asetat dan laktat menjadi CO2 dan H2O.

Berbagai spesies Acetobacte dapat ditemukan pada buah-buahan dan

sayur-sayuran. Bakteri inilah yang menyebabkan pengemasan jus buah-buahan

(6)

2.3.1. Jenis-jenis Acetobacter

Adapun jenis-jenis Acetobacter sebagai berikut :

1. Acetobacter Acetii, ditemukan Beijerinck pada tahun 1898. Bakteri ini

penting dalam produksi asam asetat, yang mengoksidasi alkohol sehingga

menjadi asam asetat. Banyak terdapat pada ragi tapai, yang menyebabkan

tapai melewati 2 hari fermentasi akan menjadi berasa asam.

2. Acetobacter xylinum, bakteri ini digunakan dalam pembentukan nata de

coco. Acetobacter xylinum mampu mensintesis selulosa dari gula yang

dikonsumsi. Nata yang dihasilkan berupa pelikel yang mengembang

dipermukaan substrat.

3. Acetobacter suboxydans, bakteri ini dapat mengubah glukosa menjadi

asam askorbat (vitamin C). (Robinson, S.R., 1976)

4. Acetobacter orleanensis, bacteri ini dapat mengubah etanol menjadi cuka.

(Mckane, L. And Judy K., 1996)

5. Acetobacter indonesianensis, ditemukan pada tahun 2001. Bakteri ini

merupakan bakteri asli indonesia.

6. Acetobacter cibinongensis, bakteri ini berasal dari daerah cibinong.

7. Acetobacter syzygii, ditemukan pada tahun 2002. Bakteri ini berasal dari

buah sirsak.

8. Acetobacter tropicalis, ditemukan pada tahun 2001, bakteri ini berasal dari

daerah tropis.

9. Acetobacter bagoriensis, bakteri ini berasal dari daerah tropis.

Jenis Acetobacter nomor 5-9 adalah spesies baru yang merupakan bakteri

asli indonesia yang ditemukan oleh Puspita Lisdayanti

co.id)

2.3.2. Acetobacter Xylinum

Acetobacter Xylinum mengalami beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase

adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase petumbuhan eksponensial, fase

(7)

kematian. Adapun tahap-tahap pertumbuhan bakteri Acetobacter Xylinum dalam

kondisi normal dapat dilihat pada gambar 2.3.1

Bobot Bobot

Sel nata

waktu

a. Fase Adaptasi

Begitu dipindahkan ke media baru, bakteri Acetobacter Xylinum tidak

langsung tumbuh dan berkembang tumbuh dan berkembang. Pada fase ini, bakteri

akan terlebih dahulu menyesuaikan diri dengan substrat dan kondisi lingkungan

barunya. Fase adaptasi bagi Acetobacter xylinum dicapai antara 0-24 jam atau ±1

hari sejak inokulasi.

b. Fase Pertumbuhan Awal

Pada fase ini, sel mulai membelah dengan kecepatan rendah. Fase ini

menandai diawalinya fase pertumbuhan eksponensial. Fase ini dilalui dalam

beberapa jam.

c. Fase Pertumbuhan Eksponensial

Fase ini disebut juga dengan fase pertumbuhan logaritma, yang ditandai

dengan pertumbuhan yang sangat cepat. Untuk bakteri Acetobacter xylinum, fase

ini dicapai dalam waktu antara 1-5 hari tergantung pada kondisi lingkungan. Pada

fase ini juga, bakteri mengeluarkan enzim ekstraseluler polimerasi

sebanyak-banyaknya, untuk menyusun polimer glukosa menjadi selulosa. Pertumbuhan Acetobacter xylinum

d e f

c g

Pembentukan nata

(8)

d. Fase Pertumbuhan di Perlambat

Pada fase ini, terjadi pertumbuhan yang di perlambat karena ketersediaan

nutrisi yang telah berkurang, terdapatnya metabolit yang bersifat toksik yang

dapat menghambat pertumbuhan bakteri, dan umur sel yang sudah tua.

e. Fase Stasioner

Pada fase ini, jumlah sel yang tumbuh relatif sama dengan jumlah sel yang

mati. Penyebabnya adalah di dalam media terjadi kekurangan nutrisi, pengaruh

metabolit toksik lebih besar, dan umur sel semakin tua. Namun pada fase ini, sel

akan lebih tahan terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim jika dibandingkan

dengan ketahanannya pada fase lain, matrik nata lebih banyak di produksi pada

fase ini.

f. Fase Menuju Kematian

Pada fase ini, bakteri mulai mengalami kematian karena nutrisi telah habis

dan sel kehilangan banyak energi cadangannya.

g. Fase Kematian

Pada fase ini, sel dengan cepat mengalami kematian, dan hampir merupakan

kebalikan dari fase logaritmik. Sel mengalami lisis dan melepaskan komponen

yang terdapat di dalamnya. (Nurwantoro, 1977)

2.3.3. Bakteri Penghasil Nata

Defenisi nata adalah suata zat yang menyerupai gel, tidak larut dalam air

dan tebentuk pada pemukaan media fermentasi air kelapa atau beberapa sari buah

masam. Pembuatan nata melibatkan jasad renik (mikroba) yang dikenal dengan

nama Acetobacter xylinum.

Di bawah mikroskop nata tampak sebagai masa benang yang melilit yang

sangat banyak seperti benang-benang kapas. Nata merupakan mikroorganisme itu

sendiri seperti granula yeast yang tersusun atas sel yeast sehingga ada yang

menyangka nata sama dengan mengkonsumsi Acetobacter. (Hidayat, 2006)

Dalam medium cair Acetobacte xylinum mampu membentuk satu lapisan

yang mencapai ketebalan beberapa sentimeter. Bakteri terperangkat dalam massa

(9)

massa yang koko, kenyal, tebal, putih dan tembus pandang perlu diperhatikan

suhu fermentasi (inkubasi), komposisi medium dan pH medium.

Tanda awal pertumbuhan bakteri nata pada media cair yang mengandung

gula berupa timbulnya kekeruhan selama 24 jam inkubasi pada suhu kamar.

Setelah 36-48 jam suatu lapisan tembus cahaya mulai terbentuk di permukaan

media dan secara bertahap akan menebal membentuk nata. (Daulay, 2003)

Berikut ini adalah taksonomi bakteri Acetobacte xylinum:

Domain : Bacteria

Pylum : Prateobacteri

Kelas : Alpha Protobacteria

Ordo : Rhodospirilales

Famili : Acetobacte

Spesies : Acetobacter xylium

(Moss,M.O,1995)

Acetobacter xylinum dapat tumbuh dengan baik pada kondisi anaerob,

yaitu perlu adanya oksigen bebas dari udara dan dalam suasana asam. Untuk

membuat suasana aerob biasanya wajah untuk fermentasi memiliki pemukaan

yang luas dan penutupan dengan penutup yang masih bisa ditembus oleh udara,

misalnya dengan kertas yang bepori-pori. (Wahyudi, 2003)

2.3.4. Sifat-sifat Acetobacter xylinum 1. Sifat Mirfologi

Acetobacter xylinum merupakan bekteri berbentuk batang pendek, yang

mempunyai panjang 2 mikron dan lebar 0,6 mikron, dengan permukaan dinding

yang berlendir. Bakteri ini bisa berbentuk rantai pendek dengan satuan 6-8 sel.

Bakteri ini tidak membentuk endospra maupun pigmen. Pada kultur sel

yang masih muda, individu sel berada sendiri-sendiri dan transparan. Koloni yang

sudah tua membentuk lapisan seperti gelatin yang kokoh menutupi sel dan

koloninya. Pertumbuhan koloni pada medium cair setelah 48 jam inokulasi akan

(10)

2. Sifat Fisiologi

Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil alkohol dan propil

alkohol, tidak membentuk indol dan mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi

asam asetat menjadi CO2 dan H2O. sifat yang paling menonjol dari bakteri adalah

memiliki kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa hingga menjadi selolusa.

Selanjutnya, selulosa tersebut membentuk matrik yang dikenal dengan nata.

Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi sifat fisiologi dalam pembentukan

nata adalah ketersediaan nutrisi, derajat keasaman, temperarur dan ketersediaan

oksigen.

2.3.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Acetobacter xylinum Adapun beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi nutisi, adalah

sebagai berikut:

a. Sumber Karbon

Sumber karbon yang dapat digunakan dalam fermentasi nata adalah

senyawa karbohidrat yang tergolong monosakarida dan disakarida. Sementara

yang paling banyak digunakan berdasarkan pertimbangan ekonomis, adalah

sukrosa atau gula pasir.

b. Sumber Nitrogen

Sumber nitrogen bisa digunakan dari senyawa organik maupun anorganik.

Bahan yang baik bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum dan pembentukan nata

adalah ekstrak yeast dan kasein. Namun, amonium sulfat dan amonium fosfat

(dipasar dikenal dengan ZA) merupakan bahan yang lebih cocok digunakan dari

sudut pandang ekonomi dan kualitas nata yang dihasilkan. Banyak sumber N lain

yang dapat digunakan dan murah yaitu urea.

c. Tingkat Keasaman (pH)

Meskipun bisa tumbuh pada kisaran pH 3,5-7,5 , bakteri Acetobacter

xylinum dapat tumbuh pada suasana asam (pH 4,3). Jika kondisi lingkungan

(11)

d. Temperatur

Adapun suhu ideal (optimal) bagi pertumbuhan bakteri Acetobacte

xylinum adalah 28oC – 31oC. kisaran suhu tersebut merupakan suhu kamar. Pada

suhu di bawah 28oC, pertumbuhan bakteri terhambat. Demikian juga, jika suhu

diatas 31oC, bibit nata akan mengalami kerusakan dan bahkan mati, meskipun

enzim ekstrakseluler yang telah dihasilkan tetap bekerja membentuk nata.

e. Udara (Oksigen)

Bakteri Acetobakter xylinum meupakan mikroba aerobik. Dalam

pertumbuhan, perkembangan dan aktivitasnya, bakteri ini sangat memerlukan

oksigen. Bila kekurangan oksigen, bakteri ini akan mengalami gangguan dalam

pertumbuhannya dan bahkan akan segera mengalami kematian. Oleh sebab itu,

wadah yang digunakan untuk fermentasi nata, tidak boleh ditutup rapat. Untuk

mencukupi kebutuhan oksigen, pada ruang fermentasi nata harus tersedia cukup

ventilasi.

2.3.6. Aktifitas Acetobacter xylinum pada Fermentasi Nata

Apabila ditumbuhkan pada media yang kaya akan sukrosa (gula pasir),

bakteri ini akan memecah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.

Senyawa-senyawa glukosa dan fruktosa tersebut baru dikonsumsi sebagai bahan bagi

metabolisme sel.

Berdasarkan pada pengamatan morfologi, pembentukan nata oleh bakteri

Acetobactaer xylinum diawali dengan pembentukan lembaran benang-benang

selulosa. Pembentukan benang tersebut, pada mulanya tampak seperti flagel

(cambuk pada bakteri umumnya).

Selanjutnya, bakteri Acetobacter xylinum mikrofibil selulosa di sekitar

permukaan tubuhnya hingga membentuk serabut selulosa yang banyak dan dapat

mencapai ketebalan tertentu. Pada akhirnya, susunan selulosa tersebut akan

tampak seperti lembaran putih transparan dengan permukaan licin dan halus, yang

(12)

2.4. Proses Pembuat Nata de Arenga

Beberapa tahap dalam pembuatan nata adalah sebagai berikut:

1. Preparasi

Tahap preparasi terdiri atas beberapa kegiatan sebagai berikut:

a. Penyaringan

Penyaringan bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau

benda-benda asing yang tercampur dengan air kelapa, seperti misalnya sisa sabut.

Penyaringan yang lebih baik adalah dengan menggunakan kain penyaring.

b. Penambahan Gula Pasir dan Urea

Ketersediaan karbohidrat dan protein yang terdapat dalam air kelapa

belum mencukupi kebutuhan untuk pembentukan nata, kedalam air kelapa

tersebut perlu ditambahkan gula pasir 10% dan urea 0,5%.

Jenis sumber karbon dapat berupa bahan seperti misalnya glukosa, laktosa

dan fruktosa. Demikian juga dengan jenis nitrogen yang digunakan dapat berupa

nitrogen organik seperti misalnya protein, ekstrak yeast, maupun nitrogen

anorganik seperti misalnya ammonium fosfat, amonium sulfat dan urea.

c. Perebusan

Perebusan dilakukan sampai mendidih dan dipertahankan selama 5-10

menit untuk meyakinkan bahwa mikroba kontaminasi telah mati, dan juga

menyempurnakan pelarutan gula pasir dan amonium sulfat yang ditambahkan.

d. Penambahan Cuka

Tujuan penambahan cuka/asam asetat adalah untuk menurunkan pH air

kelapa dari sekitar 6,5 sampai mencapai pH 4,3. Kondisi pH 4,3 merupakan

kondisi optimal bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum.

e. Pendinginan

Pendinginan paling baik dilakukan dengan cara membiarkan cairan dalam

nampan selama 1 malam. Hal ini sekalian untuk megecek ada tidaknya

(13)

1. Inokulasi, fermentasi dan Pengendaliannya a. Pemberian bibit (Inokulasi)

Pemberian bibit dilakukan apabila campuran air kelapa, urea dan asam

asetat/cuka telah benar-benar dingin. Bila pemberian bibit dilakukan pada waktu

air kelapa masih dalam keadaan hangat atau panas, maka bibit nata akan

mengalami kematian, sehingga proses fermentasi tidak bisa berlangsung.

b. Fermentasi

Campuran air kelapa yang sudah di bibit, dibiarkan selama 7-8 hari agar

terjadi proses fermentasi dan terbentuknya nata. (Pembayun R., 2002)

Ada beberapa teknik membuat nata. Setiap teknik memiliki kelebihan atau

kekurangan. Menentukan teknik yang akan di pakai sebaiknya didasarkan pada

faktor-faktor pendukung yang paling sesuai dengan kondisi setempat. Contohnya

kemudahan memperoleh semua bahan yang diperlukan, harganya murah,

prosesnya relatif sederhana dan hasil yang diperoleh memuaskan

2.4.1 Fermentasi Nata

Fementasi dapat terjadi karena adanya aktifitas mikroba penyebab

fermetasi pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi ini dapat

menyebabkan perubahan sifat bahan pangan, sebagai akibat dari pemecahan

kandungan-kandungan bahan pangan tersebut. Hasil-hasil fermentasi terutama

tegantung jenis bahan pangan (substrat), macam mikroba dan kondisi

disekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba.

(Winarno F.G.,1992)

2.5Kandungan Gizi Nata

Dilihat dari zat gizinya, nata tidak berarti apa-apa karena produk ini sangat

miskin zat gizi. Karena kandungan zat gizi (khususnya energi) yang sangat

rendah, produk ini aman untuk dimakan siapa saja. Produk ini tidak akan

menyebabkan kegemukan sehingga di anjurkan bagi mereka yang sedang diet

(14)

cukup tinggi terutama selulosa. Peran utama serat dalam makanan adalah pada

kemampuannya mengikat air yang dapat melunakkan feses.

Makanan dengan kandungan serat kasar yang tinggi dapat mengurangi berat

badan. Serat makanan akan tinggal dalam saluran pencernaan dalam waktu yang

relatif singkat sehingga absorpsi zat makanan berkurang. Selain itu makanan yang

mengandung serat yang relatif tinggi akan memberikan rasa kenyang karena

komposisi kabohidrat kompleks yang menghentikan nafsu makan sehingga

mengakibatkan turunnya konsumsi makanan. Makanan dengan kandungan serat

kasar relatif tinggi biasanya mengandung kalori rendah, kadar gula dan lemak

rendah yang dapat membantu mengurangi terjadinya obesitas dan jantung.

(Joseph,G.,2002)

Tabel 2.2. Kelebihan dan Kekurangan Cara Membuat Nata

Cara membuat Kelebihan Kekurangan

- Cara Pertama :

- Starter bisa dibuat

setiap minggu sesuai

dengan kebutuhan

- Membuat nata bisa

dilakukan sekaligus

dengan membuat

starter

- Bahan baku terutama

nanas mudah

diperoleh

- Untuk pemula harus

membeli bibit

Acetobacter xylinum

- Kotoran air kelapa

muncul kepermukaan

tidak terlihat jelas

- Bibit yang dihasilkan

(15)

2.6Syarat Mutu

Syarat mutu merupakan hal yang penting dalam menentukan kualitas nata.

Adapun syarat mutu nata menurut SNI (Standart Nasional Indonesia) yaitu:

Tabel 2.3. Syarat Mutu Nata

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 Keadaan :

6 Bahan Tambahan Makanan :

6.1 Pemais Buatan :

- Sakarin

- Siklamat

Tidak boleh ada

Tidak boleh ada

6.2 Pewarna Tambahan Sesuai SNI 01-0222-1995

6.3 Pengawet (Na-benzoat) Sesuai SNI 01-0222-1995

(16)

2.7Aplikasi Nata

a. Aplikasi dalam Bidang Medis

Salah satu cara yang digunakan dalam proses cetak langsung tablet adalah

mikrokristal selulosa, karena mempunyai daya ikat tablet yang sangat baik dan

waktu hancur tablet relatif singkat. Mikrokristalin yang beredar dipasaran adalah

produk impor yang mahal, sehingga berakibat pada mahalnya harga produk tablet

yang dihasilkan. Mikrokristal selulosa adalah hasil olahan dari selolusa alami

yang dapat diperoleh dari berbagai sumber baik dari tumbuhan ataupun hasil

fermentasi. Nata merupakan sumber selolusa yang diproduksi sebagai hasil

fermentasi Acetobacter xylinum dalam substrat air kelapa. Selolusa bakteri identik

dengan selulosa yang berasal dari tumbuhan. Untuk menghasilkan mikrokristal

selulosa dengan harga yang sangat murah, maka dilakukan pemanfaatan nata

menjadi mikrokristal selulosa untuk pembuatan tablet. (Yanuar A.,2003)

b. Aplikasi dalam Makanan

Penambahan nata dalam jumlah yang sedikit akan memberikan dispersi

dan stabilitas makanan yang baik. Selulosa bakteri dapat berfungsi demikian

karena struktur tiga dimensi dari serat selolusa dan kestabilan terhadap perlakuan

fisika dan kimia, seperti ketahanan terhadap panas, asam, dan garam.

Karakteristik-karakteristik dari selolusa bakteri ini dapat diaplikasikan pada

makanan sebagai stabilitas dari bahan pengental, dispersi, suspensi, dan emulsi.

Adapun aplikasi selolusa sebagai bakteri dalam makanan yaitu pada penggunaan

minuman, sebagai makanan pencuci mulut dan pada saus.

Gambar

Gambar 2.1. Pohon Nira
Tabel 2.1. Perbandingan Sifat Kimia Dan Poduksi Nira Aren, Nira Kelapa dan
Gambar 2.2. Buah dan Pohon delima
Tabel 2.2. Kelebihan dan Kekurangan Cara Membuat Nata
+2

Referensi

Dokumen terkait

Karena ketiga persamaan Simplex Lattice Design yang diperoleh tidak ada yang regresi, maka tidak dapat digunakan untuk menentukan range komposisi optimum humektan dari formula gel

Dengan adanya kegiatan penyuluhan, petani menjadi lebih dapat mengenal masalah- masalah dan kebutuhan-kebutuhan dalam berusaha tani.. Sangat Tidak

MDA 412 Metodologi Penelitian Administrasi MAG 403 Ekonomi Makro & Ekonomi Mikro MAN 403 Manajemen Perusahaan Publik MAN 416 Akuntansi. MAN 418 Manajemen Pemasaran MAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Bangsal rawat inap Wardah RS PKU Muhammadiyah Gamping bahwa penilaian perilaku caring perawat dalam kategori

daerah (PAD) terhadap pengungkapan wajib dalam laporan keuangan pemerintah daerah , dapat diketahui bahwa variabel WEALTH (Kekayaan pemda) tidak berpengaruh terhadap

We are proud to host iPoPS 2017 which is organised by postgraduate students from the Faculty of Pharmacy, Universiti Teknologi MARA (UiTM) and the School

Hasil penelitian menunjukan: (1) Nilai-nilai moral yang ditanamkan di TK Dharma Wanita melalui kegiatan pembelajaran diantaranya adalah: tolong menolong, saling

Dalam analisis kualitatif senyawa organik dapat diidentifikasi dengan menggunakan spektrofotometer, jika tersedia data yang direkam, dan