• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Unsur Novel Indonesia dan T

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perbandingan Unsur Novel Indonesia dan T"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS BAHASA INDONESIA

“Membandingkan Unsur-unsur Intrinsik dan Ekstrinsik

Hikayat, Novel Indonesia, dan Novel Terjemahan”

Disusun oleh:

SMA NEGERI 1 WATES

TAHUN 2013/2014

Kelompok 3

1. Anita Rahayu (03)

2. Lukman Hidayat

(12)

(2)

A. Unsur-unsur Intrinsik “Hikayat Bayan Budiman”

1. Tema : kesetiaan seorang istri kepada suaminya

2. Tokoh dan Penokohan :

a. Khoja Mubarak : kaya, taat beragama, sayang dan peduli pada anaknya.

b. Khoja Maimun : tampan, taat beragama, pandai berlayar dan berdagang, giat

bekerja, sangat sayang, peduli, dan percaya pada istrinya, serta suka menasehati istrinya.

c. Bibi Zainab : cantik, mudah tergoda, patuh pada suami, emosional, tega

menyakiti binatang, dan khilaf untuk menepati janji.

d. Burung Tiung : selalu menasehati istri tuannya, religius, dan patuh dengan

perintah tuannya.

e. Bayan Budiman : bijaksana, pintar, cerdik, patuh dengan perintah tuannya, dapat

menyelamatkan nyawanya sendiri dan menyelamatkan rumah tangga tuannya.

f. Anak Raja : mudah terpesona, suka menggoda.

3. Setting :

a. Tempat : negara Ajam, dalam rumah, tingkap mahligai.

b. Waktu : suatu hari, malam demi malam.

c. Suasana : menegangkan.

“Teguran burung tiung betina itu membuatkan Bibi Zainab marah lalu dihempaskan burung itu ke bumi.”

4. Alur : maju.

5. Sudut pandang: orang ke-3 serbatahu

6. Amanat :

a. Setia dalam menjalin hubungan.

(3)

c. Berfikir terlebih dahulu sebelum bertindak.

d. Patuh dengan perintah yang diberikan.

e. Jadilah orang yang cerdik dalam menyikapi problematika hidup.

7. Gaya Bahasa :

a. Menggunakan bahasa Melayu klasik sehingga sangat sulit dipahami.

b. Kata-kata yang digunakan juga tidak lazim didengar pada umumnya dan jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari.

c. Nama-nama tokoh dalam hikayat cenderung ke arah Islam.

d. Menggunakan majas Hiperbola.

“Apapun hamba ini haraplah tuan, jikalau jahat sekalipun pekerjaan tuan, insyaAllah di atas kepala hambalah menanggungnya....”

e. Menggunakan perumpamaan.

“Adapun akan hamba tuan ini adalah seperti hikayat seekor unggas bayan yang dicabut bulunya oleh seorang isteri saudagar….”

B. Unsur-unsur Intrinsik “Hikayat Bayan Budiman”

1. Nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat

a. Nilai agama : “... setelah ia berdoa kepada Tuhan”

“... mengerjakan maksiat lagi dilarangkan Allah Ta’ala dan ditegahkan Rasulullah s.a.w.”

b. Nilai Moral

1) Peduli dengan istri

“Khoja Maimun telah membeli dua ekor burung sebagai peneman isterinya sepeninggalan beliau pergi belayar.”

2) Bijak

“Bayan yang bijak bukan saja dapat menyelamatkan nyawanya tetapi juga dapat menyekat isteri tuannya...”

c. Nilai Budaya :

1) Seorang istri patuh terhadap suami 2) Perjodohan

“...sampai umur Khojan Maimun lima belas tahun, ia dikahwinkan dengan anak saudagar yang kaya.”

3) Perselingkuhan

(4)

d. Nilai ekonomi : “...terlalu amat kaya orangnya”

“...oleh kerana hampir kehabisan harta..” e. Nilai estetika : “...amat elok parasnya.

2. Latar belakang pengarang :

Pengarang hikayat Bayan Budiman tidak diketahui (anonim) sehingga tidak dapat diketahui pula latar belakang pengarang itu sendiri.

3. Latar belakang sosial-budaya masyarakat

Keadaan masyarakat pada jaman itu mayoritas mengandalkan usaha perdagangan. Pelayaran menjadi sebuah tradisi bagi orang Melayu.

Selain itu, penerapan prinsip berpegang teguh pada norma-norma hidup, terutama norma agama pada kehidupan sehari-hari juga sudah banyak dilakukan. Namun, masih tetap ada kecurangan dan perbuatan yang melanggar norma-norma kehidupan yang berlaku di masyarakat tersebut.

Novel Indonesia

Salah Pilih

oleh: Nur Sutan Iskandar

(5)

Maliah tetap senang dan sayang terhadap Asnah karena memang perangai gadis tersebut benar-benar baiknya.

Selain Asnah, Mariati juga mempunyai seorang anak laki-laki bernama Asri. Asri sama pula sayangnya terhadap Asnah sebagaimana dia menyayangi adik kandungnya. Namun karena Asri sedang bersekolah di Jakarta, jadi dia tak dapat selalu bertemu dengan Asnah untuk sekedar berbagi cerita. Namun, seiring berjalannya waktu, berubah pulalah perasaan Asnah terhadap Asri. Semula perasaannya terhadap Asri hanya sebatas perasaan sayang terhadap seorang saudara, namun demikian perasaan itu terus mengalir hingga menumbuhkan benih-benih cinta di hati Asnah. Walau demikian, Asnah tak ingin Asri mengetahui perasaan dirinya. Sebisa mungkin dia bersikap biasa manakala Asri pulang.

Hingga tiba saat Asri tamat dari sekolahnya, dan Mariati menyuruh Asri tinggal dan bekerja di Kampung halamannya saja karena ia merasa ia sudah demikian tua dan sakit-sakitan maka ia tak ingin jauh-jauh dari anak laki-lakinya itu. Sebenarnya keinginan Mariati tadi sangat bertentangan dengan keinginan hati Asri, karena ia sangat ingin meneruskan sekolahnya ke sekolah setingkat SMA atau ke sekolah kedokteran, namun sebagai seorang anak yang ingin berbakti kepada ibunya, akhirnya ia mengikuti keinginan ibunya tersebut. Hingga suatu saat merasa bahwa Asri sudah cukup umur bahkan bisa dibilang sudah matang untuk menikah. Asri menyetujui saja keinginan ibunya tersebut, hanya saja dia masih bingung dalam mencari calon istri untuk dirinya. Asnah begitu kaget manakala ia mendengar bahwa Asri akan segera menikah. Tapi ia berusaha sebisa mungkin menutupi perasaannya tersebut. Asri masih bingung memilih-milih wanita calon istrinya, sebernanya Asri dan Asnah boleh saja menikah, hanya karena adat istiadat yang berlaku saat itu maka dirasa tidak pantas mereka menikah karena dianggap masih sepedukuan yang berasal dari satu kaum.

Lalu dipilih-pilihlah wanita di Negerinya yang belum menikah. Akhirnya Asri menemukan seorang gadis yang dirasa cocok untuk menjadi pendampingnya kelak. Gadis itu adalah Saniah. Keinginannya melamar Saniah bukanlah tanpa alasan. Asri lebih dahulu tertarik kepada kakak Saniah, yaitu Rusiah. Rusiah adalah seorang perempuan yang baik hatinya, dan lembut perangainya. Namun ketika Asri bersekolah di Bukittinggi, ternyata Rusiah dikawinkan dengan seorang laki-laki bernama Sutan Sinaro.

Jadi Asri memutuskan untuk meminang Saniah karena dirasa bahwa Saniah pun tak akan jauh beda dengan kakaknya, baik rupa ataupun perangainya.

(6)

Setelah menikah, mereka berdua lalu pindah ke Rumah Gedang milik keluarga Asri. Dari situlah diketuahui bahwa perangai Saniah tidaklah seelok yang dia perlihatkan saat sebelum menikah. Saniah begitu memandang rendah terhadap Asnah hanya karena Asnah adalah seorang anak angkat. Dia merasa bahwa tidak sepatutnya Asnah disejajarkan dengan dirinya yang berasal dari kaum terpandang. Ternyata, perangai Saniah begitu angkuhnya, berbeda dengan yang dia perlihatkan sebelum menikah dahulu. Saniah begitu sering berkata menyindir, bersikap bengis, bahkan mencaci maki yang begitu menyakitkan hati Asnah. Bahkan terhadap mertuanya pun, Saniah bersikap yang kurang sopan. Namun Asnah adalah seorang gadis tegar dan sabar yang mempunyai hati lapang, dia tak pernah membalas perlakuan buruk dari iparnya itu.

Tak lama setelah menikah, adat buruk Saniah semakin menjadi. Bahkan sekarang dia berani melawan terhadap suaminya, kerap kali ia juga berkata-kata kasar terhadap suaminya. Sehingga dapat dilihat kalau adat Saniah tak jauh bedanya dengan ibunya, Rangkayo Saleah. Hingga membuat kesabaran Asri kian berkurang dan akhirnya Asri membiarkan Saniah pulang ke rumah orang. Hingga suatu hari Rangkayo Saleah mendapat kabar bahwa anak laki-lakinya, Kaharuddin akan menikah dengan seorang perempuan anak seorang saudagar batik di kota Padang, tak tertahankan lagilah amarahnya. Dianggapnya oleh Rangkayo Saleah bahwa Kaharuddin akan menikah dengan seorang perempuan yang tak tentu asal-usulnya. Sementara Dt. Indomo merasa tidak setuju dengan pendapat istrinya itu, ia setuju saja anaknya menikah dengan siapapun asal perempuan yang disukainya itu terpelajar, sehat, orang baik-baik dan bersopan santun. Kaya, miskin, bangsawan, berbeda negeri, dan sebagainya tidaklah dipandang sebagai alasan. Namun Rangkayo Saleah tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak menyetujui pernikahan Kaharuddin. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Padang mendatangi Kaharuddin. Maka diajaknya lah Saniah pergi ke kota Padang.

Namun entah mengapa, begitu banyak yang ia ingat saat ia memandang Rumah Gedang yang nampak jelas terlihat dikejauhan. Tiba-tiba ia teringat akan suaminya, yang begitu sayang terhadapnya, maka teringatlah ia bahwa ia telah durhaka terhadap suaminya, teringat ia akan dosa-dosa yang telah ie perbuat terhadap orang-orang di sekitarnya, termasuk pada Asnah. Lama benar ia memandang, seakan-akan ia akan pergi jauh.

Lalu dilanjutkannyalah perjalanan mereka. Dan Rangkayo Saleah menyuruh kepada supir untuk memacu kendaraannya lebih cepat agar mereka bisa lebih cepat sampai di tujuan. Akhirnya, peristiwa yang sangat tidak diharapkanpun terjadi mobil yang dinaiki Saniah jatuh terbalik dan masuk ke dalam sungai yang kering airnya. Saniah yang kelihatannya masih bernafas segera diselamatkan orang-orang dan dibawa ke rumah sakit. Namun karena kecelakaan yang dialaminya begitu parah, akhirnya Saniah pun meninggal dunia setelah sempat bertemu dan meminta maaf kepada suaminya.

(7)

Namun saat itu Asnah tinggal bersama Mariah, saudara perempuan Mariati yang tinggal di Bayur. Jadilah Asri mendatanginya sekalian minta izin kepada Mariah untuk menikahi Asnah.

Para penghulu adat dan masyarakat pun sangat kaget mendengar keputusan Asri, karena walau bagaimanapun, Asri dan Asnah sudah dianggap sebagai saudara sepesukuan. Walaupun Asri tidak setuju pada pendapat orang-orang, karena baginya Asnah hanyalah saudara angkat yang dibesarkan bersama-sama dengannya dan tidak ada ikatan darah dengannya. Adat pun mengatakan bahwa jika ada saudara sepesukuan yang melangsungkan perkawinan, maka mereka tidak akan diakui lagi sebagai warga Minangkabau. Dan Asri, daripada ia harus mengikuti adat yang bertentangan dengan hati nuraninya dan harus kehilangan orang yang dicintainya, ia pun memutuskan untuk membawa Asnah pergi meninggalkalkan Minangkabau. Dan ia pun rela melepaskan pekerjaannya sebagai seorang Sutan Bendahara. Mereka memutuskan untuk pergi ke Jawa.

Awalnya, kehidupan mereka disana tidak begitu berkecukupan. Mereka pun banyak dijauhi oleh orang-orang sekampung mereka yang kebetulan sama-sama berniaga di Jawa. Namun karena usaha keras dan kesabarah hati mereka, akhirnya Asri mendapatkan pekerjaan yang layak. Dan yang terpenting, Asri mendapatkan kebahagian bersama Asnah.

Selang berapa lama, Asri dan Asnah mendapatkan surat dari para penghulu negri untuk segera pulang ke kampung halamannya. Karena penduduk kampung sadar telah kehilangan orang pintar yang mempunyai cita-cita yang besar untuk kemajuan negrinya. Seiring kemajuan zaman, pengetahuan penduduk negri pun sudah terbuka lebar dan mereka lebih bisa menanggapi sesuatu hal dengan cara yang masuk akal. Akhirnya, Asri dan Asnah pulang kembali ke kampung halamannya. Mereka disambut dengan suka cita oleh para penduduk disana. Asri diberikan kedudukan sebagai Engku Sutan Bendahara. Mereka sangat dihormati oleh penduduk dan hidup berbahagia.

A. Unsur Intrinsik

1.

Tema : Kesalahan seseorang dalam menentukan pilihannya.

2.

Tokoh dan Penokohan :

a. Asri : Penyayang, sabar, patuh terhadap orang tua, berbudi baik, terpelajar

b. Asnah : Penyayang, perhatian, sabar, lembut, sopan, patuh, pemaaf, tertutup

c. Ibu Mariati: Baik hati, tegas, sangat perhatian terhadap keluarganya

(8)

e. Saniah : Sombong, congkak, pandai berpura-pura, ketus, suka

h. Kaharuddin : rendah hati, tidak suka membeda-bedakan orang karena

perbedaan harta dan kekayaan saja. 3. Latar:

a. Tempat : di daerah Minangkabau, di rumah Gadang, di rumah Saniah, di

rumah sakit, di sungai yang kering, di rumah sakit, di Pulau Jawa.

b. Waktu : Zaman dahulu

c. Suasana : Menegangkan, mengharukan, dan membahagiakan 4. Alur : Maju

5. Sudut pandang : Orang ketiga serbatahu 6. Gaya bahasa :

- Sebagian besar menggunakan bahasa melayu, sehingga sulit untuk dipahami dalam bahasa Indonesia.

- Jika diliat tahun terbitnya yaitu pada tahun 1928, kata-kata yang dipilih oleh pengarang banyak yang tidak dimengerti oleh pembaca, kemungkinan hanya dapat di mengerti oleh orang orang yang sudah berumur, karena rata-rata kata yang di pilihnya adalah kata-kata tua yang sudah sangat jarang di pergunakan di era sekarang.

7. Amanat :

a. Jangan menilai seseorang dari rupa dan harta saja, karena belum tentu seseorang yang bagus rupa, kaya harta, bagus pula akhlaknya.

b. Jangan melupakan adat daerah sendiri. c. Jangan membeda-bedakan strata sosial. d. Berbaktilah terhadap orang tua.

e. Sadarilah kesalahan diri sendiri dan bersegeralah meminta maaf kepada orang yang disakiti.

f. Sesuatu yang menurut orang banyak itu salah, belum tentu merupakan suatu kesalahan.

(9)

B. Unsur Ekstrinsik

1. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel

a. Nilai sosial

- Ibu Mariati mengangkat Asnah sebagai anaknya. - Asnah selalu membantu Ibu Mariati.

b. Nilai moral

- Berbaktilah terhadap orang tua.

- Bersabarlah dalam menghadapi cobaan.

- Sadarilah kesalahan diri sendiri dan bersegeralah meminta maaf kepada orang yang disakiti.

- Jangan mengulangi kesalahan yang sama.

c. Nilai pendidikan : Asri bersekolah di Jakarta dan berkeinginan untuk

melanjutkan ke sekolah setingkat SMA atau sekolah kedokteran.

d. Nilai adat/budaya

- Saudara sepesukuan tidak diperbolehkan untuk menikah. - Menyebutkan beberapa unsur-unsur kebudayaan melayu.

e. Nilai agama : Pernyataan bahwa dalam agama Islam tidak ada dan tidak diperbolehkan bila menikah dengan saudara sendiri.

2. Latar belakang pengarang

Setelah menyelesaikan pendidikan di sekolah Melayu, Nur Sutan Iskandar diangkat menjadi guru. Selama menjalani profesi tersebut, ia belajar secara otodidak dari buku-buku, terutama mengenai bahasa Melayu dan bahasa Belanda. Tulisan-tulisannya pun sering dimuat dalam berbagi surat kabar di Padang.

Karir di Balai Pustaka di awali dengna bekerja sebagi korektor, kemudian sebagi redaktur dan redaktur kepala. Atas jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan, Departemen Sosial menganugerahi tanda kehormatan Perintis Kemerdekaan. Penghargaan di bidang kebudayaan juga diperoleh dengan pemberian tanda kehormatan Satyalencana pada tahun 1961.

Seorang sastrawan yang produktif, Nur Sutan Iskandar mengahasilkan tidak kurang dari 82 judul buku. Salah satunya adalah novel Salah Pilih yang diterbitkan pada tahun 1928.

3. Latar belakang sosial-budaya masyarakat

(10)

Tak hanya itu, masyarakat minang yang sudah dewasa sangat membatasi pergaulan dan tingkah lakunya dengan lawan jenis, walaupun itu masih ada ikatan kekeluargaan. Dengan adanya adat minang yang sangat kental ini, masih terdapat masyarakat minang yang memberontak dan melanggar aturan adat tersebut.

Novel Terjemahan

"Kisah Petualangan James Bond: Silverfin"

oleh: Charlie Higson

James Bond memulai petualangan hebatnya di Eton, sebuah sekolah tua di dekat sungai Thames, London. Di Eton, James bertemu dengan George Hellebore dan ayahnya Lord Randolph Hellebore. Lord Hellebore disegani oleh hampir semua orang di Eton karena dia aktif membangun sekolah itu dengan uang dan segala materi yang dia miliki.

Berawal dari Piala Hellebore, James mulai menyadari akan sifat sebenarnya dari Lord Hellebore. Dia juga menyadari bahwa George Hellebore akan menggunakan cara apapun agar bisa memenangi Piala Hellebore. Tetapi George melakukannya karena dia mendapat tekanan dan ancaman dari ayahnya, sampai-sampai Lord Hellebore tega memaksa George untuk meminum ramuan ciptaannya yang dapat membuat George menjadi lebih tangguh dari manusia biasa.

Petualangan James berlanjut ketika James berkunjung ke pondok milik paman dan bibinya, Max Bond dan Charmian Bond. Pondok itu terletak di sebuah desa di Highland Barat, Keithly. Dari pamannya lah, James mengetahui tentang keberadaan sebuah kastil yang terletak terlalu jauh dari pondok pamannya. Kastil itu ternyata milik Lord Hellebore. Karena penasaran, James pun memutuskan untuk menyelidiki kastil itu bersama seorang anak laki-laki yang ditemuinya di kereta saat perjalanan ke Skotlandia. Anak itu bernama Red Kelly.

Bersama-sama, mereka pergi ke kastil Hellebore. Ketika mereka sudah dekat dengan kastil tersebut, James dan Red bertemu dengan seorang detektif dari Agensi Detektif Pinkerton di Amerika. Detektif itu bernama Mike Moran atau Mike Si Penjagal. Menurut info dari Si Penjagal, Lord Hellebore membuat sebuah eksperimen terselubung di dalam kastil tersebut. Karena waktu itu sudah sore, Si Penjagal menyuruh James dan Red untuk kembali ke Keithly sambil mencari informasi. Sementara Si Penjagal akan terus memantau dan menyelidiki kastil itu dari dekat.

Waktu pun berjalan, James merasa dia dan Red harus kembali ke kastil karena Si Penjagal tak kunjung memberi kabar kepada mereka. James dan Red pun pergi lagi ke kastil Hellebore. Ternyata, Si Penjagal telah tewas karena tercebur ke sebuah kolam di dekat kastil. James dan Red pun memutuskan untuk menyelinap ke dalam kastil. Namun Red terjatuh dari pohon hingga kakinya patah. James pun menyelinap sendirian. Akan tetapi, dia tertangkap oleh Lord Hellebore dan dikurung di dalam kastil. Dalam keputus asaan, dia teringat dengan kata-kata pamannya “Tak seorang pun bisa mengekang seorang Bond selamanya”. Kata-kata itu memberikan semangat baru pada James. Akhirnya James berhasil keluar dari kastil dan bertemu kembali dengan Red.

(11)

jahat Hellebore. Dibantu oleh Wilder dan kudanya, Martini, dia kembali ke kastil. James bertemu dengan George dan ternyata George telah berada di pihak James. Singkat cerita, mereka berhasil membinasakan semua eksperimen Lord Hellebore, bahkan Lord Hellebore pun tewas. James kembali bersekolah di Eton, sementara George pergi ke Amerika untuk tinggal bersama ibunya.

A. Unsur Intrinsik

1. Tema : Perjuangan melawan kejahatan 2. Tokoh dan Penokohan :

a. James Bond : seorang petualang, pembela kebenaran, cerdik, pantang menyerah, jiwa pemberani, pintar bersiasat.

b. Lord Hellebore : kaya, punya pengaruh besar di sekolah (Eton), jahat, pintar, sangat ambisius, serakah, licik, tidak peduli pada anak.

c. George Hellebore : licik, tertekan, curang, tetapi akhirnya terpengaruh untuk ikut berjuang melawan kejahatan ayahnya.

d. Paman Max dan Bibi Charmian : baik, sayang pada James, suka bercerita. e. Red Kelly : ramah, pemberani, pandai berkelahi. f. Mike Moran (Si Penjagal) : seorang detektif, pembela kebenaran,

pemberani, berani mengambil resiko, peduli dengan orang lain.

g. Wilder Lawless : ramah, baik, suka membantu, pemberani, pintar bela diri. 3. Latar

a. Tempat :

 Sekolah tua bernama Eton di dekat sungai Thames, London.

 Pondok di sebuah desa di Highland Barat, Keithly.

 Kastil Hellebore

 Sebuah kolam di dekat kastil

b. Waktu : Berawal dari Piala Hellebore, sore hari. c. Suasana : Membuat penasaran, menegangkan. 4. Alur : maju.

Ceritanya dimulai dengan kehidupan James Bond di Eton, kemudian masa liburan James di pondok milik pamannya sambil menyelidiki kejahatan Lord Hellebore, hingga akhirnya James Bond dan teman-teman berhasil mengalahkan Lord Hellebore.

5. Sudut pandang: orang ketiga pelaku utama. 6. Amanat :

a. Jangan mudah menyerah dengan keadaan meski banyak halangan dan rintangan. b. Kita hendaknya mudah berinteraksi dengan orang lain.

c. Semua orang, bahkan musuh pun dapat dijadikan teman.

d. Jangan bersikap curang untuk mendapatkan hal yang diinginkan. e. Berani mengambil resiko untuk melawan kejahatan.

7. Gaya bahasa :

(12)

b. Masih terdapat berbagai kata yang penerjemahannya tidak sesuai dengan kata yang dimaksud pada novel aslinya.

c. Menggunakan majas hiperbola/melebih-lebihkan suatu keadaan.

“...meminum ramuan ciptaannya yang dapat membuat George menjadi lebih tangguh dari manusia biasa.

“...eksperimen terselubung.”

“...mereka berhasil membinasakan semua eksperimen Lord Hellebore.”

B. Unsur Ekstrinsik

1. Nilai-nilai yang terkandung dalam novel: a. Nilai pendidikan

 James Bond memulai petualangan hebatnya di Eton, sebuah sekolah tua di dekat sungai Thames, London.

 Lord Hellebore membuat sebuah eksperimen biologi untuk membuat manusia yang sangat tangguh.

b. Nilai moral

 George Hellebore akan menggunakan cara apapun agar bisa memenangi Piala Hellebore.

 Berani mengambil resiko dalam keadaan apapun, terlebih melawan kejahatan.

c. Nilai sosial : James dan Red bekerja sama untuk mengalahkan Lord Hellebore.

2. Latar belakang pengarang

Charles Higson merupakan seorang aktor Inggris yang juga merupakan seorang komedian dan pengarang. Ia merupakan penulis beberapa skenario untuk acara TV dan film bioskop. Jadi, beliau ini sangat mahir dalam bidang tulis-menulis cerita beraliran apapun karena sudah terbiasa menulis skenario dan menjadi aktor dalam puluhan judul film di Inggris dengan berbagai macam aliran, termasuk petualangan.

3. Latar belakang sosial-budaya masyarakat

(13)

Selain itu, dengan banyaknya kejahatan di Inggris, terdapat berbagai organisasi yang bertugas sebagai detektif untuk menyelidiki dan menyelesaikan permasalahan/kejahatan tersebut.

Membandingkan Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik pada Hikayat, Novel Indonesia, dan Novel Terjemahan

A. Persamaan Unsur Intrinsik

1. Ketiganya bertemakan masalah-masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat. 2. Di dalam penokohan, ketiganya menghadirkan tokoh protagonis dan antagonis. 3. Ketiganya menonjolkan latar tempat, yaitu tempat-tempat disampaikan dengan

gamblang dan sangat rinci sehingga dapat diketahui dan terlihat dengan jelas.

4. Pada latar suasana ketiganya tidak menggambarkannya dengan jelas sehingga pembaca harus pandai menafsirkan sendiri suasana yang terjadi.

5. Ketiganya menggunakan alur maju, yaitu menceritakan kisahnya dari awal hingga akhir.

6. Ketiganya menggunakan sudut pandang orang ketiga, yaitu menggunakan sebutan nama tokoh langsung, “dia”, dan “beliau”.

7. Amanat yang disampaikan ketiganya berupa pesan-pesan moral dalam kehidupan bermasyarakat.

B. Perbedaan Unsur Intrinsik

(14)

2. Gaya bahasa yang digunakan hikayat dan novel indonesia lebih kompleks dibandingkan novel terjemahan. Pada hikayat dan novel indonesia, banyak menggunakan majas dan perumpamaan, serta menggunakan bahasa Melayu dengan penyusunan kalimatnya tidak sesuai EYD dan kata-kata yang digunakan juga tidak lazim digunakan sehingga ceritanya sangat sulit untuk dipahami. Sedangkan pada novel terjemahan menggunakan bahasa yang digunakan relatif sederhana karena biasa digunakan sehingga ceritanya mudah untuk dipahami. Namun, pada novel terjemahan masih terdapat berbagai kata yang penerjemahannya tidak sesuai dengan kata yang dimaksud pada novel aslinya.

C. Persamaan Unsur Ekstrinsik

1. Ketiganya menunjukkan berbagai nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalamnya, mulai dari nilai agama, moral, sosial, adat/budaya, pendidikan, dan nilai estetika. 2. Pada novel indonesia dan novel terjemahan, latar belakang pengarang yang paling

berpengaruh dengan pembuatan novel tersebut adalah profesinya. Pada novel indonesia, pengarang berprofesi sebagai guru yang secara otodidak mempelajari buku mengenai bahasa Melayu dan bahasa Belanda sehingga gaya bahasa yang digunakan cenderung bahasa Melayu dan beberapa menggunakan bahasa Belanda.

Sedangkan, pada novel terjemahan pengarang berprofesi sebagai aktor dan penulis skenario. Dengan profesinya tersebut, pengarang sudah sangat mahir membuat suatu cerita seperti petualangan seseorang, yang pada akhirnya ia bukukan menjadi novel yang menceritakan petualangan seseorang dalam melawan kejahatan.

Namun, latar belakang pengarang yang berpengaruh pada kedua novel ini berbeda dengan hikayat. Pada hikayat “Bayan Budiman” ini tidak diketahui pengarangnya maka tidak dapat diketahui pula latar belakang pengarang itu sendiri.

D. Perbedaan Unsur Ekstrinsik

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Karena sesungguhnya dua pihak yang bersengketa, jika masing-masing mengajukan argumennya dan ternyata salah satu dari keduanya lebih fasih dan lebih unggul di dalam

Oleh karena itu, dalam rangka peran sertanya untuk meningkatkan keunggulan bangsa, UGM perlu mengembangkan program dan kegiatan untuk menjadi universitas penelitian yang

Spillane (1996: 100) memberikan enam faktor yang perlu dipertimbangkan. Pertama, upah yang berlaku dalam industri dan daerah. Selain biaya hidup di wilayah yang harus

Rata-rata tinggi bibit kopi umur dua belas minggu setelah tanam pada berbagai perlakuan media tanam.. Media Tanam Rata-rata tinggi

selarna metrumnya tidak @n%, Keanekaan terjadi karena metrum tertentu yang dipakai. Semua mgtrum tengahan mempunyai lebih dad empat bgtis, berlainan dengan kakawin. Kedua,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan teknik simulasi probing dalam model discovery learning terhadap hasil belajar sains siswa kelas VII SMPN 1

Radiocarbon dating applied directly on human remain from ‘Individu 11’ which is associated with bronze axes as its burial gifts resulting age ca. This date is presumably older than

Peneliti menyimpulkan bahwa pemilihan sepakbola sebagai soft power yang dikembangkan oleh Xi tidak dapat dilepaskan dari peristiwa masa lalu Xi dan perwujudan Chinese Dream dengan