• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN RUANG KERJA PRIVASI DAN TEKANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DESAIN RUANG KERJA PRIVASI DAN TEKANAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN RUANG KERJA, PRIVASI, DAN TEKANAN

Inge Andriani

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat

inge_andriani@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh desain ruang kerja rancangan terbuka dan privasi terhadap tekanan. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Kuesioner dibagikan ke karyawan yang bekerja dan menempati suatu ruangan tertentu bersama-sama. Untuk mengetahui pengaruh desain ruang kerja dan privasi terhadap tekanan digunakan analisis regresi berganda dengan bantuan SPSS versi 13.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan dapat dijelaskan oleh variabel desain ruang kerja dan privasi secara bersama-sama sebesar 0.383. Rancangan ruang kerja terbuka secara bersama-sama dengan privasi memengaruhi tekanan bekerja.

Kata Kunci: desain ruang kerja, privasi, tekanan, rancangan terbuka

OFFICE DESIGN, PRIVACY, AND PRESSURE

Abstract

This study is intended to determine the effect office open design and the privacy toward pressure. The research instrument was a questionnaire. Questionnaires were distributed to the employees who work and occupy a specific room together. To determine the influence of office design and privacy to the pressure, we deployed multiple regression analysis with SPSS version 13. The results showed that the pressure can be explained by variable study office design and privacy simultaneously for 0.383. it means that open office design simultaneously with privacy influence working stress.

Key Words: office design, privacy, pressure, open design

PENDAHULUAN

Pada umumnya orang pernah meng-alami tekanan, walau sering tidak dira-sakan tekanan ini berkisar dari sedikit kegelisahan sampai rasa cemas yang melumpuhkan. Tekanan timbul karena ada masalah yang harus ditanggulangi. Pemicu tekanan dapat dengan mudah di-jumpai dalam situasi pekerjaan. Tekanan didefinisikan sebagai suatu proses yang terjadi dimana terdapat ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dengan ke-mampuan respon seseorang (Stokols dan Altman, 1987). Tuntutan lingkungan yang

tidak dapat diikuti oleh respon seseorang merupakan suatu pemicu timbulnya te-kanan

(2)

diminati oleh perusahaaan adalah desain yang rancangan terbuka. Heimstra dan McFarling (1978) mengemukakan bahwa tipe rancangan terbuka diperkirakan mempunyai keuntungan secara sosial dan psikologis yaitu dapat menimbulkan perasaan kohesivitas. Dari sisi psikologis, yang dapat meminimalisir tekanan adalah privasi dimana privasi memberikan kebe-basan pada karyawan untuk membuka atau menutup diri dari pola interaksi sosial yang sudah terbentuk.

Burke dan Belcourt. (1999) mende-finisikan tekanan sebagai ketidaksesuaian antara suatu permintaan dan kemampuan respon di dalam kondisi dimana per-mintaan tidak sesuai dengan kemampuan respon seseorang. Menurut Gibson dkk (1996) tekanan adalah suatu tanggapan penyesuaian, diperantarai oleh perbedaan individu dan/atau proses psikologis, aki-bat dari setiap tindakan lingkungan, si-tuasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan/atau fisik ber-lebihan kepada seseorang.

Ciri-ciri tekanan dapat dilihat secara fisik, dari sisi emosional, intelektual, dan interpersonal. Secara fisik, orang tekanan akan sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan dalam pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal, punggung terasa sakit, urat pada bahu dan leher tegang, keringat berlebih, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, dan kehilangan energi. Dari sisi emosional, orang tekanan mudah marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gu-gup, agresif terhadap orang lain, mudah bermusuhan dan menyerang, dan kele-suan mental. Dari sisi intelektual, orang tekanan mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit untuk ber-konsentrasi, suka melamun berlebihan, dan pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja. Dari sisi interpersonal, penderita tekanan akan acuh dan mendiamkan

orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan dan mudah menyalahkan orang lain (Braham dalam Handoyo, 2001).

Sejauh mana seseorang mau mela-kukan kontak langsung dengan orang lain dapat diketahui berdasarkan identifikasi mengenai privasi yang dikemukakan oleh Westin (1976). Identifikasi privasi me-nurut Westin (1976) dikategorikan men-jadi kesendirian, keintiman, anonimitas dan reserve. Kesendirian yaitu seseorang ingin menyendiri dan bebas dari penga-matan orang lain serta dalam kondisi privasi yang ekstrem. Keintiman yaitu keadaan seseorang yang bersama orang lain namun bebas dari pihak lain. Anonimitas yaitu keadaan seseorang yang tidak menginginkan untuk dikenal oleh pihak lain sekalipun berada di dalam suatu keramaian umum. Reserve yaitu keadaan seseorang yang menggunakan pembatas psikologis untuk mengontrol gangguan yang tidak dikehendaki

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pende-katan kuantitatif, dengan variabel krite-rium adalah tekanan sedangkan variabel prediktornya adalah desain ruang kerja rancangan terbuka dan privasi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

(3)

(2001), yaitu karakteristik pengukuran fisik tubuh manusia, karakteristik faktor lingkungan dan karakteristik pengaturan tata letak dan perawatan perlengkapan atau peralatan. Kuesioner ketiga merupa-kan alat ukur untuk mengetahui privasi yang dikemukakan oleh Westin (1967), yaitu kesendirian, keintiman, anonimitas dan reserve.

Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling dimana sampling yang diambil merupakan kar-yawan dan karyawati yang bekerja di kantor pusat dan memiliki ketentuan be-kerja dalam ruangan yang berdesain rancangan terbuka, melakukan pekerjaan administratif dengan waktu kerja 5 hari dalam seminggu dan kurang lebih 8 jam/hari, menggunakan komputer sewak-tu bekerja dan mempunyai masa kerja kurang lebih satu tahun.

Data yang diperoleh dalam pene-litian ini diuji menggunakan analisis regresi agar dapat diketahui pengaruh desain ruang kerja dan privasi karyawan terhadap tekanan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 dan 2 menunjukkan output SPSS. Tabel 1 menunjukkan nilai kore-lasi dan koefisien determinasi desain ruang kerja dan privasi dengan tekanan. Nilai korelasi berganda adalah 0.619. Angka ini menunjukkan bahwa hubungan antara desain ruang kerja terbuka dan privasi dengan tingkat tekanan adalah kuat dan searah. Nilai koefisien determi-nasi sebesar 0.383. Hal ini berarti 38.3% tekanan dapat dijelaskan oleh variabel desain ruang kerja dan privasi secara bersama-sama, sedangkan sisanya dijelas-kan oleh faktor lain.

Hasil ini agak mengherankan dan berbeda dari beberapa penelitian lumnya. Pada umumnya penelitian sebe-lumnya menemukan pengaruh negatif dari rancangan ruang kantor terbuka

dengan tekanan dalam bekerja. Demikian juga dengan privasi, sebagian besar penelitian menunjukkan hubungan negatif antara privasi dengan tekanan dalam bekerja.

Menurut Singelton (1989) dengan memiliki privasi berarti para pekerja me-miliki kebebasan untuk mengatur aliran informasi dengan mengurangi gangguan dan memaksimalkan percaya diri. Privasi merupakan tingkat interaksi atau keter-bukaan yang dikehendaki oleh seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Tingkat privasi yang diinginkan itu me-nyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin menghindar dengan berusaha supaya sukar dicapai oleh orang lain dengan cara mendekati atau menjauhinya (Prabowo, 1998). Lang (1987) berpendapat bahwa tingkat privasi tergantung dari pola perilaku dalam konteks budaya dalam kepribadiannya dan aspirasi dari keterlibatan individu. Hal ini dapat dijelaskan dengan adanya penggunaan pembatas simbolik atau pembatas nyata juga jarak merupakan mekanisme untuk menunjukan privasi.

(4)

Tabel 1. Pengaruh Desain Ruang kerja dan Privasi terhadap Tekanan

Model Summary b

.619a .383 .341 6.365

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Predictors: (Constant), privasi, desain a.

Dependent Variable: Stres b.

Tabel 2. Analisis Sidik Ragam

ANOVAb

730.101 2 365.051 9.011 .001a

1174.774 29 40.509

1904.875 31

Regression Residual Total Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), privasi, desain a.

Dependent Variable: Stres b.

Senada dengan yang dikemukakan oleh Noyes (2001), penelitian yang dila-kukan oleh Brookes dan Kaplan dalam Evans (1984) menerangkan bahwa ma-salah utama yang ditemui pada ruang kerja rancangan terbuka adalah visual bustle. Visual bustle merupakan salah satu contoh masalah dari kurangnya privasi visual yang terjadi pada desain ruang kerja rancangan terbuka. Visual bustle adalah gangguan yang berasal dari orang yang lalu lalang.

Menurut Fisher dkk (1984), pada umumnya desain lingkungan kerja mem-pengaruhi kenyamanan dan keamanan fisik dalam produktivitas. Desain ruang kerja rancangan terbuka adalah suatu bentuk ruangan kerja yang hanya dibatasi oleh pembatas setinggi kira-kira ± 138 cm dan memiliki luas ± 6 m2 serta pem-batasnya terbuat dari bahan yang mudah untuk dibongkar pasang (Newsham, 2004).

Noyes (2001) mempertimbangkan faktor fisik yang dapat mempengaruhi kinerja para karyawan, mencakup antara lain pengukuran karakteristik fisik tubuh manusia (antropometri), karakteristik

faktor lingkungan, karakteristik peng-aturan tata letak perlengkapan atau per-alatan yang sesuai dengan karakteristik pemakai dan status sosial. Antropometri berhubungan dengan keleluasaan, daya jangkau, posisi postur tubuh, dan jarak pandang.

Keleluasaaan terkait dengan ruang pergerakan untuk rangka tubuh, kaki, kepala, dan lutut. Keleluasaan yang cu-kup dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan di dalam menjangkau dan mengoperasikan peralatan kerja. Adanya keleluasaan memudahkan karyawan un-tuk bergerak melepaskan beban statis dan ketidaknyamanan lainya. Dengan adanya keleluasaan karyawan akan terhindar dari kecelakaan kerja. Dalam mendesain ru-ang kerja yru-ang kaitannya dengan kele-luasaan, faktor pakaian yang digunakan pekerja dan mobilitas kerja merupakan hal yang perlu diperhatikan.

(5)

ini adalah menentukan jarak raih terhadap peralatan yang digunakan, pengoperasian papan kontrol, pengaturan kursi dan semacamnya.

Pada umumnya terdapat dua posisi dalam bekerja yaitu berdiri, duduk dan keduanya. Pada posisi duduk diharapkan dapat untuk mengurangi beban statis, untuk menjaga postur tubuh, meningkat-kan sirkulasi darah. Pada posisi berdiri karyawan akan cenderung banyak meng-alami beban kerja psikologis. Berdiri dengan jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan cairan tubuh dan darah menumpuk di kaki. Hal ini dapat meng-akibatkan varises. Untuk menghindarinya karyawan disarankan untuk sering menggerak–gerakkan kakinya. Duduk da-lam waktu yang da-lama juga dapat ber-pengaruh buruk pada kesehatan. Gradjean dalam Pulat (1992) mengemukakan desain kursi yang jelek dan postur kerja, dapat menimbulkan sakit pada punggung dan leher, tulang punggung belakang membentuk kurva dan otot–otot perut (abdominal) kendur. Disarankan untuk tidak bekerja pada posisi duduk dan berdiri yang terlalu lama. Alternatifnya adalah menyediakan area kerja dimana karyawan dapat berganti posisi dari duduk ke berdiri ataupun sebaliknya.

Jarak pandang para pekerja harus berada pada areal yang dapat melihat dengan mudah peralatan dan pekerjaan yang harus dikerjakan sehingga tidak terjadi pekerjaan yang tumpang tindih. Penurunan kinerja karyawan terlihat signifikan apabila signal dan informasi yang dibutuhkan tidak terlihat. Peraturan yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan jarak pandang adalah dalam jarak pandang menyampaikan suatu data pada sudut pandang yang tepat pada peng-lihatan untuk meminimalisir visual parallax.

Faktor lingkungan terdiri dari pen-cahayaan, kebisingan, temperatur, dan lain-lain. Dua unsur penting harus diper-hatikan berhubungan dengan

pencaha-yaan dalam ruang kerja yaitu pemilihan dan penempatan sumber cahaya. Terdapat dua tipe pencahayaan yaitu pencahayaan secara umum dan pencahayaan tambahan. Pencahayaan secara umum berfungsi se-bagai sumber pencahayaan di tempat umum dan di ruang kerja. Pencahayaan tambahan berfungsi sebagai sumber pen-cahayaan pendukung kerja pada tempat– tempat tertentu. Pencahayaan umum sen-diri dapat dibagi menjadi dua yaitu pencahayaan langsung dan pencahayaan tidak langsung. Pencahayaan langsung adalah pencahayaan menerangi seluruh ruang kerja dan biasanya pencahayaan langsung ini dapat menimbulkan silau. Sedangkan pencahayaan tidak langsung merupakan cara untuk mengurang silau, dan cahaya yang jatuh di suatu objek sedikit.

Bising dapat diartikan sebagai suara yang tidak diinginkan. Di dalam ling-kungan kerja. bising dapat berupa pem-bicaraan orang lain, dering telepon, bunyi ketikan keyboard, langkah kaki seseorang dan lain sebagainya. Bising merupakan salah satu penyebab tekanan di ling-kungan (Pulat 1992). Kapasitas manusia menangkap bising pada kisaran 90 dB(A) selama 8 jam dalam satu hari. Apabila bising yang diterima seseorang melebihi batas tersebut, maka seseorang dapat meng-alami kehilangan pendengaran untuk selamanya.

(6)

sebagian pekerjaan. Dengan memberikan bising pada tugas yang sederhana dan rutin dapat menimbulkan kesiagaan pada karyawannya. Bising dapat menggangu dalam menangkap pengucapan kata-kata yang disampaikan. Dalam ruang kerja, batas bising yang dapat ditolerir adalah 55 – 60 dB(A) dan akan menjadi masalah apabila ruang kerja berlokasi dekat dengan jalan raya. Dalam beberapa pe-nelitian mengenai bising mengungkap-kan bahwa bising dapat meningkatmengungkap-kan kecelakaan kerja dan menimbulkan ting-kat akurasi yang rendah.

Terdapat empat variabel yang mempengaruhi ambient temperatur (Pulat 1992) yaitu, kelembaban, pertukaran uda-ra, beban kerja dan pakaian. Hubungan antara ke empat faktor yang diajukan oleh Pulat (1992) mengenai ambient tem-peratur adalah penurunan tingkat kenya-manan terjadi apabila tingkat kelem-baban, nilai insulasi pakaian dan beban kerja meningkat. Namun, apabila tingkat pertukaran udara naik maka tingkat kenyamanan meningkat. Maka yang da-pat terjadi apabila kondisi temperatur yang tidak stabil ialah tekanan akibat panas yang berlebih dan tekanan akibat dingin yang berlebih. Tekanan akibat panas dapat menimbulkan hal–hal seperti keringat berlebih, mengantuk dan pera-saan tidak nyaman. Sedangkan apabila terjadi tekanan akibat dingin, akan timbul hal–hal seperti gemetar, hilang kekuatan pada otot dan sulit konsentrasi.

Pengaturan tata letak dan pera-watan perlengkapan atau peralatan mem-pertimbangkan keterkaitan antar fungsi, dimana harus terdapat keterkaitan antara pekerja dan perlengkapan penunjang ker-ja. Hal ini menerangkan bahwa penem-patan perlengkapan penunjang kerja di dalam satu ruangan akan sangat mem-bantu pekerjaan karyawan, seperti mesin fotocopi, mesin pemotong dokumen akan sangat membantu para karyawan admi-nistrasi untuk melakukan penggandaan

ataupun untuk menghancurkan dokumen penting yang tidak terpakai

Pertimbangan lainnya adalah pera-watan ruang kerja dan mesin kerja, dimana dalam suatu wilayah kerja perlu pemeriksaan dan perawatan sehingga dapat menunjang efisiensi kerja. Peng-aturan tata letak dan perawatan perleng-kapan atau peralatan juga dilakukan untuk meminimalisasi kecelakaan kerja.

Potensi kecelakaan kerja harus dapat dikurangi misalnya pergesekan sol sepatu dan lantai harus sesuai agar pekerja tidak mudah terpeleset. Penataan tempat pe-nyimpanan komponen kerja juga harus dipertimbangkan, dimana hal ini dapat mengurangi terbuangnya waktu pekerja untuk mencari-cari dan memilih bahan, peralatan dan perlengkapan kerja.

Selain daripada itu, batasan yang rendah pada ruang kerja tipe rancangan terbuka memudahkan supervisor dalam melakukan pengawasan terhadap karya-wannya. Setiap tingkah laku karyawan dapat dengan mudah diawasi oleh super-visor maupun karyawan lain sehingga privasi yang dimiliki oleh karyawan menjadi berkurang (Fisher dkk, 1984). Bahwa privasi adalah suatu cara untuk dapat menghindari diri dari pandangan orang lain yang tidak diinginkan dimana orang lain tersebut mengharapkan sese-orang berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam lingkungan tersebut.

(7)

6.5 m2 karyawan atau karyawati masih memiliki ruang untuk berdiri atau me-renggangkan badan serta dengan mudah mengontrol pekerjaan yang dilakukan. Pencahayaan yang ada dalam desain ruang tersebut menggunakan dua lampu neon putih 20 watt ditempatkan ditengah cluster.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ditemukan adanya pengaruh desain ruang kerja yang rancangan terbuka dan privasi secara bersama-sama yang signi-fikan terhadap tekanan. Desain ruang kerja yang baik memperhatikan standar ergonomi, seperti menetukan jarak raih terhadap peralatan yang digunakan, peng-operasian papan kontrol dan pengaturan kursi dapat membantu dalam penyelesain pekerjaan yang tidak membutuhkan wak-tu lama.

Memperhatikan pengaturan tata letak dan perawatan perlengkapan atau peralatan dalam pekerjaan dapat mem-bantu dalam memberikan hasil pekerjaan sesuai seperti yang diharapkan. Mem-perhatikan keleluasaan dalam pergerakan tubuh, posisi potur tubuh serta jarak pandang dalam bekerja ini membantu para karyawan dapat lebih menjaga kesehatan dan keselamatan dalam bekerja

Saran

Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan dengan hasil penelitian lumnya. Pada umumnya penelitian sebe-lumnya menunjukkan pengaruh negatif dari keterbukaan rancangan ruang kantor dengan tekanan dalam bekerja. Juga pengaruh negatif dari adanya privasi terhadap tekanan kerja. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mengganti metode penelitian. Penggunaan kuesioner dalam penelitian ini mungkin kurang tepat. Rancangan percobaan semu mung-kin untuk dilakukan. Tekanan dalam bekerja yang dirasakan ada baiknya

di-ukur menggunakan peralatan kedokteran, sehingga kondisi sebenarnya dari kar-yawan dapat tertangkap dengan tepat.

Rancangan ruang kerja juga sebaik-nya tida ditasebaik-nyakan menggunakan kuesi-oner tapi dengan melakukan percobaan. Dengan percobaan, keakuratan data dapat dicapai, karena hal itu sangat penting dalam kasus ini. Perlu juga diuji pe-ngaruh masing-masing variabel bebas terhadap tekanan bekerja.

Penelitian lanjutan juga dapat dil-akukan untuk mengevaluasi pengaruh faktor lainnya terhadap tekanan kerja, seperti faktor lingkungan (suhu, kelem-baban, pencahayaan), faktor individu, dan faktor psikologis.

DAFTAR PUSTAKA

Burke dan Belcourt. 1999 Tekanan in the work place: A comparison of gender and accupation http//proquest. umi.com/pqdweb?did.

Fisher, J.D., Bell, P.A. dan Baum, A. 1984 Enviromental Psychology. 2nd Edition College Publishing New York.

Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnely JR, J.H. 1996 Organisasi; Perilaku, Struktur, Proses Alih Bahasa: Nunuk Adiarni Binarupa Aksara Jakarta. Heimstra, N.W dan McFarling, L.H. 1978

Enviromental Psychology 2nd Edition Brooks / Cole Publishing Company California.

Lang, J. 1987 Creating Architectural Theory, The Role of The Behavioral Sciences in Enviromental Design Van Nostrand Reinhold Company New York.

(8)

Singelton, W.T. 1989 The Mind at Work; Psychological Ergonomics Cambridge University Press Cambridge.

Noyes, J. 2001 Designing for Humans Psychology Press Ltd East Sussex. Prabowo, H. 1999 Seri Diktat Kuliah:

Teknik Penulisan Skripsi Universitas Gunadarma Depok.

Stokols, D dan Altman, I. 1987 Handbook of Enviromental Psychology A Wiley-Interscience Publication New York.

Pulat, B.M. 1992 Fundamental of Industrial Ergonomics Prentice–Hall

New Jersey. Westin, A.F. 1967 Privacy and Freedom

Gambar

Tabel 1. Pengaruh Desain Ruang kerja dan Privasi terhadap Tekanan

Referensi

Dokumen terkait

Tentu saja kondisi ini tidak akan terjadi, kalau seandainya dalam proses pemberian IUP yang dilakukan oleh pemerintah sudah memenuhi kaidah tata kelola pertambangan yang

Pada halaman ini terdapat menu pilihan yang digunakan admin untuk mengolah data, yaitu menu cari data untuk mencari data, menu tambah data untuk memasukkan data baru, menu ubah

cenderung untuk memiliki sikap negatif terhadap pekerjaannya” Hal ini berarti bahwa individu dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi, secara emosional akan lebih

Penilaian remidial diberikan kepada peserta didik yang belum tuntas belajar dengan memberikan soal pengetahuan, apabila yang tidak tuntas kurang dari 50% jumlah peserta

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik statistik dan melakukan analisa hasil pengujian hipotesis penelitian ada tidaknya pengaruh

3) Mempunyai jaminnan yang nilainya terbilang mencukupi. Jaminan dalam kasus ini adalah tanah yang ditamani oleh tebu. Salah satu unsur yang penting dalam pelaksanaan

Persentase panjang jalan baik dengan kodisi rusak biasa maupun rusak parah dibagi dengan total panjang jalan yang berada di kabupaten/kota tersebut h. Persentase Unit Usaha

Sebagai hipotesa kerja adalah dengan mempelajari mekanisme amalgamasi, mengekstraksi masing-masing ketiga jenis daun menjadi bentuk larutan, melakukan pengujian pH baik dalam