• Tidak ada hasil yang ditemukan

mitigasi bencana keairan dan pengembanga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "mitigasi bencana keairan dan pengembanga"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MITIGASIBENCANAKEAIRANDANPENGEMBANGANENERGITERBARUKAN

EFEKTIVITAS ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR SECARA STRUKTURAL

DI SUNGAI TEMBUKU, KOTA JAMBI

Steven Reinaldo Rusli1*, Arisesar Hidayah, dan Doddi Yudianto1

1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan

*steven.reinaldo.rusli@gmail.com

Pemasukan: 4 Mei 2016 Perbaikan: ….. Diterima: …..

Abstrak

Fakta membuktikan banyak negara berkembang masih menghadapi permasalahan dan persoalan terkait bencana banjir, termasuk Indonesia (Kodoatie, R. 2010). Salah satu kota besar di Indonesia yang berada di Pulau Sumatera, yaitu Kota Jambi yang juga merupakan ibukota Provinsi Jambi, menghadapi masalah serupa yaitu banjir yang disebabkan oleh luapan dari Sungai Tembuku yang merupakan salah satu anak Sungai Batanghari yang berada didaerah pemukiman Kota Jambi (Hidayah, A. 2015). Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya genangan, antara lain posisi Kota Jambi yang terletak di dalam batas dataran banjir Sungai Batanghari dan Sungai Tembuku, perubahan tata guna lahan sepanjang aliran sungai, pengendalian banjir perkotaan yang masih bersifat lokal, efek pembendungan menuju Sungai Tembuku dari Sungai Batanghari dan lain sebagainya. Mengingat pertumbuhan kota yang padat dan terbatasnya ruang spasial untuk pengendalian banjir, pada studi ini dimodelkan tiga buah solusi yang dipilih berdasarkan kemudahan pelaksanaannya sesuai dengan kondisi lapangan, yaitu normalisasi sungai, konstruksi tanggul dan turap serta sistem pompa yang dikombinasikan dengan pintu air. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak HEC-RAS, dan hasil analisis menunjukkan bahwa normalisasi sungai tidak dapat menanggulangi banjir bahkan pada periode ulang dua tahun, konstruksi tanggul dan turap juga tidak dapat menanggulangi banjir pada periode ulang lebih tinggi yaitu 10 dan 25 tahun, sedangkan optimasi sistem kombinasi pompa dan pintu air dapat menanggulangi banjir hingga periode ulang 25 tahun.

Kata Kunci: Pengendalian banjir, Sungai Tembuku dan Sungai Batanghari, normalisasi sungai, konstruksi tanggul dan turap, sistem pompa kombinasi pintu air

LATAR BELAKANG

(2)

penyebab utama oleh Riyanto pada tahun 2001, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Secara alamiah, terjadinya banjir dapat disebabkan oleh kejadian-kejadian ekstrim yang terjadi di luar kendali manusia, seperti hujan dengan intensitas yang tinggi, efek pembendungan aliran, kapasitas sungai yang tidak memadai, fluktuasi pasang surut air laut dan sebagainya. Selain dari faktor alam tersebut di atas, manusia pun memiliki andil terhadap terjadinya bencana banjir. Pembangunan infrastruktur yang tidak direncanakan secara terintegrasi dengan perubahan alih fungsi lahan dari lolos air menjadi kedap air, manajemen limbah padat dan lainnya menyebabkan peningkatan porsi limpasan langsung dari intensitas hujan yang sama.

Menyikapi banyaknya kejadian banjir, dampak negatif serta penyebab terjadinya, tentu manusia perlu menganalisis, mengaplikasi dan mengembangkan sistem rekayasa pengendali banjir. Pengembangan sistem rekayasa pengendali banjir diharapkan akan mendorong dan meningkatan efektivitas pengendalian banjir sekaligus mereduksi dampak negatif saat terjadi bencana banjir. Mempertimbangkan lokasi studi ini yang adalah salah satu kota besar di Indonesia, kebutuhan akan sistem pengendali banjir yang lebih efektif menjadi sangat penting dengan tingkat urgensi yang tinggi. Secara spesifik, studi ini bertujuan untuk memberikan solusi pengendalian banjir yang efektif di Sungai Tembuku, Kota Jambi.

LOKASI STUDI

Secara geomorfologis, Kota Jambi terletak di daerah sub-cekungan Provinsi Jambi yang berada pada dataran rendah dan dilalui oleh Sungai Batanghari sebagai sungai utama yang membelah Provinsi Jambi itu sendiri menjadi bagian utara – selatan. Berdasarkan informasi dari Kepmen PU 39/PRT/1989, Sungai Batanghari merupakan salah satu sungai terbesar di Pulau Sumatera, dengan luas DAS mencapai 57.704

km2, panjang 775 km dan lebar rata-rata 250 meter pada bagian hulu dan 400 meter pada bagian hilir.

Pada suatu bagian dari Sungai Batanghari, terdapat dua buah anak sungai, yaitu Sungai Tembuku dan Sungai Lubukrahman yang pada saat terjadi banjir menggenangi sebagian kota Jambi. Skema sungai dan lokasi studi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(3)

Gambar 2. Skema Sungai Tembuku, Sungai Lubukrahman, Sungai Batanghari dan Kota Jambi Dilihat dari frekuensi dan intensitas kejadiannya, fenomena banjir di Kota Jambi dalam 10 tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh perubahan tata guna lahan yang

pada awalnya merupakan daerah yang dijadikan dataran banjir (floodplain) menjadi daerah pemukiman.

Menurut informasi dari Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, banjir tertinggi yang tercatat dalam 10 tahun terakhir terjadi pada tahun 2013, dengan ketinggian banjir mencapai 13,1 meter. Selain diidentifikasi terjadi karena naiknya intensitas hujan, perubahan tata guna lahan dan sebagainya, khusus untuk Kota Jambi terdapat satu lagi hipotesis penyebab banjir, yaitu akibat

dampak dari aliran balik Sungai Batanghari yang biasa dikenal dengan terminologi backwater menuju

(4)

METODOLOGI STUDI

(5)

Gambar 4. Hasil Pengukuran Sungai Tembuku

Gambar 5. Diagram Alir Studi

HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN

Tinggi Elevasi Muka Air Banjir Eksisting Sungai Tembuku

(6)
(7)

Gambar 6. Elevasi Muka Air Banjir Sungai Tembuku Periode Ulang 2, 10 dan 25 Tahun

Gambar 7. Daerah Genangan Banjir Sungai Tembuku Periode Ulang 25 Tahun

Dari Gambar 6 di atas, dapat dilihat bahwa kapasitas Sungai Tembuku tidak dapat mengalirkan banjir dengan periode ulang yang bahkan hanya 2 tahun. Namun, tinggi genangan yang terjadi sangat kecil. Masalah utama yang dapat ditarik dari profil tersebut adalah efek pembendungan dari tingginya elevasi muka air banjir Sungai Batanghari, yang menyebabkan panjang genangan akibat pembendungan sekurang-kurangnya 2 kilometer dari muara sungai. Panjang pembendungan tersebut kemudian berdampak luas mengingat rendahnya elevasi dataran banjir Sungai Tembuku, seperti dapat dilihat pada Gambar 7.

Tinggi Elevasi Muka Air Banjir Sungai Tembuku dengan Normalisasi Sungai

(8)

Gambar 8. Daerah Genangan Banjir Sungai Tembuku dengan Normalisasi Sungai

Tinggi Elevasi Muka Air Banjir Sungai Tembuku dengan Konstruksi Tanggul

Solusi berikutnya yang dimodelkan adalah dengan mengkonstruksi tanggul di beberapa titik di mana genangan terjadi. Melalui bantuan pemodelan HEC-RAS v4.1, diketahui bahwa elevasi muka air banjir sepanjang Sungai Tembuku tidak mengalami penurunan, sebaliknya terjadi kenaikan karena penyempitan penampang. Selain itu, mengingat telah terbangunnya wilayah dataran banjir Sungai Tembuku, konstruksi tanggul sulit dilakukan secara praktis. Secara lebih mendetail, profil memanjang Sungai Tembuku dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

0

WS Max WS - Ustd.FP.SP.10yr WS Max WS - Ustd.Eks.FP.10yr

Ground

Gambar 9. Daerah Genangan Banjir Sungai Tembuku dengan Konstruksi Tanggul

Tinggi Elevasi Muka Air Banjir Sungai Tembuku dengan Kombinasi Pintu Air + Pompa

Solusi terakhir yang ditawarkan adalah dengan membuat kombinasi pintu air dan pompa yang

optimasinya dilakukan dengan cara trial and error. Dengan kombinasi tersebut, tinggi elevasi muka air

(9)

Gambar 10. Potongan Melintang Perencanaan Pintu Air

 Pompa akan dibangun sebanyak 2 grup pompa dengan rincian sistem pompa sebagai berikut:

Tabel 1. Sistem Pola Pompa

Head Pompa (m) Debit Pompa (m3/s)

2,43 5,73

6 5,42

9 5,10

12 4,47

15 3,52

 Operasional pompa banjir tergantung dari ketinggian muka air di Sungai Batanghari, saat muka air

Sungai Batang Hari naik pada level +11.50 pintu air harus dalam keadaan tertutup

 Pompa ditempatkan pada stasiun 532.428 dan dibuang ke stasiun 233.864

 Operasional pompa banjir dinyalakan secara bertahap pada saat muka air banjir di hulu pintu air

ada di level +12.00 grup pompa 1 dengan kapasitas sistem pompa seperti pada tabel diatas mulai dinyalakan, dan kemudian pada saat muka air mulai naik di level +12.15 grup pompa 2 mulai dinyalakan, dan

 Pada saat level muka air mulai turun pada level +11.50 grup pompa 1 mulai dimatikan dan secara

(10)

Gambar 11. Penurunan Elevasi Muka Air Banjir Sungai Batanghari dengan Kombinasi Pintu Air dan Pompa

KESIMPULAN

Dari analisis yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

 Kejadian banjir yang terjadi sepanjang aliran Sungai Tembuku di Kota Jambi disebabkan oleh

fenomena aliran balik dari Sungai Batanghari

 Normalisasi sungai tidak dapat mengatasi masalah banjir pada bagian hilir Sungai Tembuku dan

tidak berkelanjutan pula, karena proses sedimentasi dan erosi pada Sungai Tembuku akan mengembalikan bentuk penampang sungai ke morfologi asalnya

 Penggunaan tanggul sepanjang aliran Sungai Tembuku tidak mengatasi karena terjadi

penyempitan penampang yang justru membuat elevasi muka air semakin tinggi yang juga sulit dilakukan secara praktis mengingat padatnya daerah sepanjang dataran banjir Sungai Tembuku

 Kombinasi sistem pompa dan pintu air, diketahui bahwa terjadi penurunan pada elevasi muka air

pada sungai hingga elevasi +10.99. Meskipun dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk memompa air banjir tersebut keluar, namun solusi ini menjadi yang paling baik dibandingkan solusi lainnya.

REFERENSI

Douben, K. J. (2006), “Characteristics of River Floods and Flooding: A Global Overview, 1985-2003”,

Irrigation and Drainage 55: S9-S21, DOI: 10.1002/ird.239

Hidayah, A. (2015). “Studi Pengendalian Banjir Sungai Tembuku Kota Jambi”. Skripsi Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan

Kodoatie, R. J. and Sjarief, R. (2010). Tata Ruang Air. C.V. ANDI OFFSET. Yogyakarta.

Riyanto, B. A, (2001), Masalah Pengendalian Banjir di Indonesia Studi Kasus: Sungai Serang Jawa

Gambar

Gambar 1.Provinsi Jambi dan Sungai Batanghari
Gambar 2.Skema Sungai Tembuku, Sungai Lubukrahman, Sungai Batanghari dan Kota Jambi
Gambar 3.Skema Bangunan Air Sepanjang Aliran Sungai Batanghari
Gambar 4.Hasil Pengukuran Sungai Tembuku
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari hasil pengujian regresi pada bab tiga menggunakan SPSS for windows versi 22 dengan uji t, dimana dalam uji t diketahui bahwa nilai pada variabel

Dari Gambar 8 dan 9 terlihat bahwa uap superheat yang tidak dialirkan temperaturnya akan lebih tinggi di bagian ruang antar Sirip (T2) di- bandingkan dengan yang

TAPM yang berjudul "PENGARUH KOMPETENSI, PENGETAHUAN DAN RULES PROCEDURES AND POLICIES RPPs TERHADAP KINERJA ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM PENGAWASAN KEUANGAN

Zona hambat yang terbentuk pada masing-masing konsetrasi simplisia kulit apel manalagi dan daun beluntas dalam kemasan celup akan berbeda, semakin besar

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah pemahaman responden mengenai ekosistem pesisir terbilang rendah, hanya 19% yang tahu kondisi ekosistem

Dengan demikian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan tingkat hiperaktivitas pada anak ADHD setelah diberikan intervensi berupa terapi gerakan

Judul Skripsi : Peran Terapi Bermain pada perkembangan motorik kasar anak tungrahita di SLB River Kids Joyo grand

Dengan melihat hasil penelitian ini, penggunaan media bekas tambang tanpa tambahan pupuk ataupun kompos untuk jenis kayu kuku masih memberikan respon yang lebih