• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SUSUT TERKEKANG REPAIR MORTAR DENGAN BAHAN TAMBAH SERAT BAN TERHADAP KECENDERUNGAN DELAMINASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH SUSUT TERKEKANG REPAIR MORTAR DENGAN BAHAN TAMBAH SERAT BAN TERHADAP KECENDERUNGAN DELAMINASI"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP KECENDERUNGAN DELAMINASI

(Effect of Restraint Shrinkage of Repair Mortar Containing Tire Fiber on

Delamination Tendency)

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :

AMANAH NUR DWIJA HAPSARI

NIM I 0105036

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

TERHADAP KECENDERUNGAN DELAMINASI

(Effect of Restraint Shrinkage of Repair Mortar Containing Tire Fiber on

Delamination Tendency )

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :

AMANAH NUR DWIJA HAPSARI

NIM I 0105036

Persetujuan :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

S A Kristiawan, ST, MSc, (Eng), Ph.D Ir. Sunarmasto, MT

(3)

commit to user

MORTAR DENGAN BAHAN TAMBAH SERAT BAN

TERHADAP KECENDERUNGAN DELAMINASI

(Effect of Restraint Shrinkage of Repair Mortar Containing Tire Fiber on

Delamination Tendency )

SKRIPSI

Disusun Oleh :

AMANAH NUR DWIJA HAPSARI

NIM I 0105036

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret pada hari Kamis, 5 November 2009 :

1. S A Kristiawan, ST, MSc, (Eng), Ph.D __________________ NIP. 19690501 199512 1 001

2. Ir. Sunarmasto, MT __________________ NIP. 19560717 198703 1 003

3. Ir. Supardi, MT __________________

NIP. 19550504 198003 1 003

4. Achmad Basuki, ST, MT __________________

NIP. 19710901 199702 1 001

Mengetahui, Disahkan,

a.n Dekan Fakultas Teknik UNS Ketua Jurusan Teknik Sipil Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS

(4)

commit to user

v

ABSTRAK

Amanah Nur Dwija Hapsari, 2009. “PENGARUH SUSUT TERKEKANG REPAIR MORTAR DENGAN BAHAN TAMBAH SERAT BAN TERHADAP KECENDERUNGAN DELAMINASI”. Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penambahan serat ban dalam mortar diharapkan dapat meningkatkan kinerja mortar, seperti peningkatan penyerapan energi, fracture toughness, pengurangan retak plastis pada umur awal, mengontrol retak dan juga spalling ketika mortar sudah mulai retak. Penggunaan serat ban dalam mortar atau beton juga dapat meningkatkan daktilitas mortar dari sifat getas menjadi lebih daktil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja repair mortar dengan bahan tambah serat ban terhadap terjadinya pengelupasan (delamination) pada mortar yang terjadi karena susut terkekang tanpa mengurangi sifat-sifat material patch repairaslinya.

Metode penelitian yang dilakukan adalah melakukan pengamatan terhadap susut terkekang dan perubahan elevasi lapisan mortar pada kedua ujung benda uji. Pengamatan ini akan diperoleh data susut terkekang dan perubahan elevasi lapisan mortar kemudian dilakukan analisis sehingga dapat diketahui pengekangan susut pada repair materialyang diaplikasikan untuk menambal beton (patch repair) dan pengaruh susut terkekang terhadap kecenderungan delaminasi yang dapat dilihat pada perubahan elevasi repair mortar pada kedua ujung benda uji serta bagaimanakah pengaruh penambahan serat ban terhadap susut dan perubahan elevasi

Analisis data menunjukkan bahwa pembacaan susut terkekang menghasilkan persentase nilai pengekangan dari jenis repair material mortar biasa, mortar dengan bahan tambah serat ban 0%, 4%, 8% dan 12% adalah 15,2%; 13,4%; 8,7%; 11,7% dan 13,3% membuktikan bahwa mortar dengan bahan tambah serat ban mengalami susut terkekang lebih kecil daripada mortar tanpa serat. SIKA

repair mortar tidak mengalami pengekangan akibatnya terjadi delaminasi. Pengekangan susut dan perubahan elevasi dapat dibuat suatu rasio. Rasio tersebut menunjukkan pengaruh susut terkekang terhadap perubahan elevasi. Nilai rasio yang tinggi pada awal umur mortar mempunyai makna pada suatu penyusutan nilai tertentu cenderung mengakibatkan perubahan elevasi yang tinggi tetapi perubahan tersebut cenderung menurun sampai umur 7 hari dan cenderung konstan sampai umur 15 hari sesuai dengan pengamatan yang dilakukan. Penambahan serat ban dapat mengurangi susut. Pada penelitian ini mortar dengan serat ban 12% sangat baik dalam mereduksi tegangan tarik karena serat ban berfungsi sebagai penyalur energi. Pembacaan susut yang semakin kecil menyebabkan perubahan elevasi kedua ujung mortar menjadi kecil pula.

(5)

commit to user

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Beton (

concrete

) merupakan mahakarya yang tiada duanya di dunia. Nama

concrete

diambil dari gabungan prefiks bahasa Latin

com

berarti bersama-sama dan

crescere

berarti tumbuh. Berdasarkan itu, beton mempunyai maksud kekuatan yang tumbuh

karena adanya campuran zat tertentu seperti semen, air, agregat halus, agregat kasar dan

admixture

. Mahakarya beton pertama kali digunakan di Babilonia yang menggunakan

tanah liat sebagai bahan pengikatnya dan bukan semen, hingga pada tahun 1756 John

Smeaton dari Inggris mempelopori penggunaan semen pada beton. Pada saat ini,

bahan-bahan daur ulang (

recycled material

) lebih banyak digunakan sebagai bahan pembuat

beton dalam kaitannya dengan kesadaran masyarakat tentang ketahanan ekologi dan

kerusakan lingkungan.

Beton adalah campuran dari beberapa material seperti semen, air, batu pecah, pasir dan

admixture

dimana semen jika diaduk dengan air akan terbentuk adukan pasta semen,

sedangkan jika ditambah pasir menjadi mortar semen dan jika ditambah lagi dengan batu

pecah disebut beton.

Admixture

hanya sebagai bahan tambah selain unsur pokok beton

yang ditambahkan dalam jumlah relatif sedikit pada adukan beton sebelum, segera atau

selama pengadukan beton. Tujuannya untuk mengubah satu atau lebih sifat-sifat beton

sewaktu masih dalam keadaan beton segar atau setelah mengeras, misalnya mempercepat

pengerasan, menambah encer adukan, menambah kuat tekan, menambah daktilitas

(mengurangi sifat getas) dan sebagainya.

Beton merupakan bahan struktur yang sering digunakan dalam konstruksi karena beton

mempunyai beberapa kelebihan seperti mempunyai kuat tekan tinggi, bahan mudah

(6)

commit to user

2

pemeliharaannya serta mempunyai ketahanan (

durability

) yang baik terhadap cuaca dan

lingkungan. Beton juga mempunyai beberapa kekurangan seperti kecenderungan untuk

retak, mempunyai berat sendiri yang besar, kualitas beton tergantung pada sifat bahan

dan cara pelaksanaanya, mempunyai kekuatan tarik rendah dan mengalami kesulitan

dalam pembongkaran.

Berdasarkan kekurangan beton di atas dan pengaruh lingkungan yang disebabkan oleh

perubahan massa beton maupun karena pengaruh alam yang agresif dapat menimbulkan

kerusakan pada beton. Kerusakan-kerusakan beton yang timbul antara lain seperti

terjadinya keretakan beton,

delaminasi

,

spalling

(terlepasnya bagian beton), korosi pada

beton dan lain-lain. Perbaikan konstruksi beton pada suatu konstruksi bangunan yang

diakibatkan oleh kerusakan-kerusakan tersebut sangat diperlukan karena bertujuan untuk

mengembalikan daya dukung konstruksi beton kepada kondisi yang direncanakan.

Kerusakan atau perubahan yang terjadi pada permukaan struktur dan massa struktur

beton tidak serta merta merusak konstruksi beton secara keseluruhan, beberapa metode

dan bahan dapat dilakukan untuk mengatasi kerusakan tersebut seperti metode

penambalan (

patching

),

grouting

, beton tembak (

shotcrete

) dan,

coating

sebagai bahan

pelapis. Metode dan bahan yang dipakai harus disesuaikan dengan kondisi kerusakan

permukaan yang terjadi sehingga daya dukung konstruksi dapat dikembalikan seperti

semula sesuai dengan yang direncanakan tanpa penambahan kapasitas.

Delaminasi merupakan jenis kerusakan beton yang berbentuk pengelupasan pada tepi

beton. Delaminasi sering terjadi pada struktur beton bertulang akibat dari korosi.

Perbaikan dari delaminasi adalah dengan penambalan (

patching

). Penambalan (

patching

)

dilaksanakan dengan menggunakan

repair material

. Akan tetapi harga

repair material

sangat mahal maka perlu suatu inovasi baru untuk menggantinya dengan material lain.

Contoh

repair material

pengganti dengan bahan tambah serat ban. Serat ban merupakan

salah satu bahan yang banyak ditemukan di setiap daerah dan jumlahnya relatif banyak.

Ban yang terbuat dari karet alam pada dasarnya mempunyai sifat fisik lembut, fleksibel,

(7)

commit to user

3

Karakter beton ataupun mortar adalah mempunyai kuat tekan yang tinggi, kuat tarik yang

sedang dan

ductilitty

yang sangat rendah. Beton yang baik dalam dunia konstruksi

seharusnya mempunyai kuat tarik dan

ductilitty

(mudah dibentuk) yang tinggi, akan tetapi

sangat sulit meningkatkan kedua kekuatan tersebut tanpa suatu perubahan. Penambahan

serat ban ke dalam beton ataupun mortar diharapkan dapat meningkatkan

ductilitty

(mudah dibentuk), sehingga dapat mengurangi keretakan pada beton atau mortar.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah

sebagai berikut:

a. Bagaimanakah pengekangan susut pada

repair material

yang diaplikasikan untuk

menambal beton (

patch repair

).

b. Bagaimanakah pengaruh susut terkekang terhadap kecenderungan delaminasi yang

dapat dilihat pada perubahan elevasi

repair mortar

pada kedua ujung benda uji.

c. Bagaimanakah pengaruh penambahan serat ban terhadap susut dan perubahan elevasi.

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas tinjauannya dan tidak menyimpang dari rumusan

masalah di atas maka perlu adanya pembatasan masalah yang ditinjau, tinjauan tersebut

dibatasi oleh:

a. Penelitian ini menggunakan

repair material

yang dapat dibuat sendiri dengan bahan

dasar mortar dan bahan tambah berupa serat ban.

b. Penelitian ini meninjau susut

repair material

dan perubahan elevasi.

c. Penelitian tidak meninjau pengaruh reaksi kimia yang mungkin terjadi antara beton

induk dan

repair material

.

d. Penelitian ini dilakukan sampai umur beton ± 60 hari dan umur lapisan

repair mortar

(8)

commit to user

4

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja

repair mortar

dengan bahan

tambah serat ban terhadap terjadinya pengelupasan (

delamination

) pada mortar karena

susut terkekang tanpa mengurangi sifat-sifat material

patch repair

aslinya.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:

a. Mengetahui hubungan antara susut terkekang komposit dengan susut bebas mortar.

b. Mengetahui hubungan antara perubahan elevasi mortar pada tiap ujung benda uji

dengan susut terkekang komposit.

c. Menambah pengetahuan tentang metode perbaikan kerusakan beton.

d. Mengetahui besarnya kandungan serat ban yang dapat ditambahkan untuk

(9)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1.

Beton

Dewasa ini manusia tidak pernah jauh dari bangunan yang terbuat dari beton.

Beton adalah materi bangunan yang paling banyak digunakan di bumi ini karena

dapat digunakan untuk membangun bendungan, pipa saluran, pondasi dan

basement, bangunan gedung pencakar langit maupun jalan raya. Kata beton dalam

bahasa Indonesia berasal dari kata yang sama dalam bahasa Belanda. Kata

concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin com berarti

bersama-sama dan crescere berarti tumbuh atau menggabungkan menjadi satu, dalam

bahasa Jepang digunakan kata kotau-zai yang berarti material-material seperti

tulang karena agregat mirip tulang-tulang hewan.(Paul Nugraha & Antoni, 2007

: 1)

Beton adalah bahan gabungan yang terdiri dari agregat kasar dan halus yang

dicampur dengan air dan semen sebagai pengikat dan pengisi antara agregat kasar

dan halus, seringkali ditambahkan admixture atau additive bila diperlukan

(Subakti, 1994). Beton juga dapat didefinisikan sebagai bahan bangunan dan

konstruksi yang sifat-sifatnya dapat ditentukan terlebih dahulu dengan

mengadakan perencanaan dan pengawasan yang teliti terhadap bahan-bahan

pembentuknya (Samekto, 2001).

Sifat utama beton adalah kelecakan (workability), kohesif (cohesiveness),

keawetan (durability) dan kekuatan (strength). Kelecakan (workability) berarti

kemudahan agar beton tersebut mudah dalam pengerjaannya, atau jumlah energi

yang dibutuhkan untuk pemadatan tanpa terjadi segregasi. Kohesif (cohesiveness)

adalah kemampuan suatu campuran beton (material & pasta semen) menyatu

(10)

terhadap serangan bahan dan lingkungan yang agresif selama masa

penggunaannya, antara lain eksternal seperti cuaca (pembekuan dan pencairan,

variasi suhu dan kelembaban), reaksi kimia (garam unorganik dan asam),

pengausan (angin, air dan lain-lain) serta internal seperti reaksi alkali agregat,

perubahan volume. Kekuatan (strength) adalah beton sangat kuat untuk menerima

gaya tekan namun relatif lemah dalam menahan gaya tarik.(PT. Jaya Readymix)

Berdasarkan sifat utama beton, secara sepintas beton tampak sederhana. Namun

kalau diamati dengan seksama beton sebagai material komposit mempunyai

banyak permasalahan. Campuran beton tidak dapat langsung menjadi benda yang

kaku, tetapi perlu proses hidrasi air dengan semen yamg memerlukan waktu.

Masing-masing unsur beton terdiri dari bahan yang kompleks. Semen, misalnya

terdiri dari banyak unsur. Agregat mempunyai ukuran, bentuk, kualitas

permukaan, berat jenis yang berbeda-beda. Sifat beton keras juga unik sebab dapat

bersifat elastis dan non-elastis. Pengikat beton adalah semen hidrolis dimana

reaksi semen dengan air sering mengakibatkan susut selama pengeringan,

sehingga beton mengalami keretakan atau justru pengelupasan (delamination).

(Paul Nugraha & Antoni, 2007 : 7)

Delaminasi merupakan jenis kerusakan beton yang berbentuk pengelupasan pada

permukaan beton. Delaminasi sering terjadi pada struktur beton bertulang akibat

dari korosi. Perbaikan dari delaminasi adalah dengan penambalan (patching).

Penambalan (patching) dilaksanakan dengan menggunakan repair material.

Repair material harus mempunyai sifat yang seragam dengan beton agar dapat

menurunkan tingkat penyusutan sekaligus memiliki kuat tarik yang tinggi

sehingga dapat lebih tahan terhadap retak.

(http://en.wikipedia.org/wiki/Delamination)

Sejumlah struktur beton yang mengalami kerusakan sangat memerlukan adanya

perbaikan. Perbaikan tersebut diharapkan dapat mengurangi kerusakan pada

(11)

karena itu lapisan perbaikan beton harus menjadi lapisan yang efektif dan durable

(tahan lama).(Mo Li dan Victor C Li, 2006)

2.2. Sifat Utama Beton

Macam-macam sifat utama yang dimiliki beton antara lain:

a. Kelecakan (workability)

Kelecakan (workability) adalah kemudahan agar beton tersebut mudah dalam

pengerjaannya, atau jumlah energi yg dibutuhkan untuk pemadatan tanpa

terjadi segregasi. Beton yang kering dan kaku akan sulit untuk dikerjakan,

dituang, dipadatkan dan dirapikan, sehingga bila mengeras akan cenderung

memiliki ketahanan dan kekuatan yang kurang baik dibandingkan beton

dengan workability yang baik. Kelecakan beton biasanya diukur dengan

pengujian slump. Terdapat tiga parameter pengukuran workabilitas beton:

1) Kompaktibilitas, yaitu kemampuan mengeluarkan udara dan pemadatan.

2) Mobilitas, yaitu kemudahan beton untuk mengalir ke bentuknya dan

membungkus tulangan.

3) Stabilitas, yaitu kemampuan beton untuk tetap stabil dan homogen selama

pencampuran, penggetaran tanpa terjadi pemisahan (segregation).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelecakan antara lain:

1) Faktor Air Semen (FAS)

Peningkatan jumlah air akan meningkatkan kelecakan (workability), tetapi

hal ini akan mereduksi kekuatan dan menimbulkan pemisahan

(segregation) dan berair (bleeding). Air harus cukup terserap pada

permukaan partikel dan akan mengisi ruang antar partikel. Partikel halus

akan membuat beton mencapai plastisitas. Jadi FAS sangat berkaitan

(12)

2) Proporsi Agregat

Faktor yang terpenting yaitu jumlah agregat dan perbandingan proporsi

agregat kasar dan agregat halus. Jumlah FAS yang konstan dan jumlah

aggregat/semen meningkat akan menurunkan workabilitas. Kekurangan

agregat halus menyebabkan campuran menjadi kasar, terjadi pemisahan

(segregation), sukar dikerjakan dan beton tidak ekonomis.

3) Sifat-sifat Agregat

Pasir yang berbeda akan memiliki kelakuan yang berbeda, karena terdapat

perbedaan terhadap distribusi partikel. Bentuk dan tekstur, serta porositas

dari agregat juga mempengaruhi workabilitas, makin partikel mendekati

bentuk speris maka makin mudah dikerjakan.

4) Waktu dan Suhu

Peningkatan temperatur serta waktu pengiriman yang lama akan

menurunkan workabilitas karena kehilangan slump. Slump loss relatif

berkorelasi linier dengan kenaikan temperatur dan waktu.

b. Kohesif (cohesiveness)

Kekohesifan (cohesiveness) adalah kemampuan suatu campuran beton

menyatu dalam keadaan plastis. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kekohesifan:

1) Gradasi agregat

Gradasi agregat berarti jangkauan sebaran ukuran agregat dari batu yang

besar sampai pasir yang kecil. Gradasi agregat yang baik memberikan

adukan yang lebih kohesif. Terlalu banyak agregat kasar akan

menghasilkan adukan yang jelek.

2) Kadar air

Adukan yang mengandung banyak air tidak akan menjadi kohesif bahkan

(13)

c. Keawetan (durability)

Keawetan beton yaitu ketahanan beton terhadap serangan bahan dan

lingkungan yang agresif selama masa penggunaannya, antara lain eksternal

yang dipengaruhi oleh cuaca (pembekuan dan pencairan, variasi suhu dan

kelembaban), reaksi kimia (garam unorganik dan asam), pengausan (angin, air

dan sebagainya) serta internal yang dipengaruhi oleh reaksi alkali agregat,

perubahan volume.

Beton akan lebih awet bila kedap air dan tahan terhadap aus. Hal-hal yang

harus diperhatikan:

1) Lingkungan

2) Jenis & jumlah semen

3) W/C ratio

4) Pemadatan beton

5) Perawatan / curingbeton

6) Pemakaian mineral & chemical admixture

7) Bentuk & ukuran dari elemen struktur

8) Tebal selimut tulangan beton

d. Kekuatan (strength)

Jenis-jenis kekuatan beton

1) Kekuatan tekan (compressive strength) yaitu kemampuan beton untuk

gaya tekan.

2) Kekuatan tarik (tensile strength) yaitu kemampuan beton dalam menerima

gaya tarik.

3) Kekuatan lentur (flexural strength) yaitu kemampuan beton menahan

kombinasi gaya dari gaya tekan dan gaya tarik.

Beton sangat kuat untuk menerima gaya tekan namun relatif lemah dalam

menahan gaya tarik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton:

1) Perbandingan air dan semen ( w/cratio)

2) Perawatan / curing

(14)

Beton segar (fresh concrete) dengan suhu tinggi akan cenderung

mempunyai nilai kuat tekan akhir yang lebih rendah, meskipun pada umur

muda lebih tinggi kuat tekannya. Suhu beton segar normal yang bisa

diterima berkisar 30 s/d 35°C.

4) Berat jenis beton

Beton yang mempunyai berat jenis lebih berat akan cenderung mempunyai

kekuatan yang lebih tinggi.

2.3. Kerusakan Beton

Macam-macam kerusakan yang sering terjadi pada beton antara lain:

a. Retak (crack)

Retak (crack) merupakan suatu kondisi dimana keadaan monolit dari suatu

struktur/penampang beton tidak monolit lagi, dimana mekanisme terjadinya

retak berdasarkan kapasitas kekuatan tarik dan kapasitas regangan tarik.

b. Spalling

Pengelupasan beton (spalling) pada struktur adalah mengelupasnya selimut

beton baik besar maupun kecil sehingga tulangan pada beton terlihat yang

disebabkan oleh campuran beton yang kurang homogen dan juga faktor umur

beton. Kebakaran juga dapat menyebabkan spalling karena agregat yang

mengandung silika pecah, sehingga timbul pemuaian beton kemudian

permukaan beton menjadi lemah dan rapuh, hal ini apabila dibiarkan maka

tulangan akan berkarat/korosi yang akhirnya patah.

c. Patah

Patah yang terjadi pada beton biasanya dikarenakan struktur beton yang tidak

mampu untuk menahan beban. Kerusakan ini bisa terjadi karena pada saat

pembuatan campuran beton (mix design) kurang memperhatikan proporsi yang

digunakan, sebelum pembuatan campuran beton harus menghitung

beban-beban yang akan menimpa struktur beton tersebut agar patah pada beton tidak

(15)

d. Keropos

Keropos merupakan jenis kerusakan yang disebabkan salah satunya karena

umur beton yang terlalu lama. Jenis kerusakan ini juga bisa timbul karena

pengerjaan beton yang kurang baik, agregat terlalu kasar, kurangnya butiran

halus yang termasuk semen, faktor air semen tidak tepat, pemadatan yang

tidak sempurna karena rapatnya tulangan, pasta semen keluar dari cetakan

yang tidak rapat. Kerusakan ini biasanya kurang diperhatikan karena

kerusakan terjadi pada bagian bangunan yang sulit dijangkau. Misalnya pada

bagian bawah jembatan. Untuk itu agar tidak terjadi keropos dini karena reaksi

kimia atau yang lain maka perlu diperhatikan pada saat pembuatan bangunan.

e. Delaminasi

Delaminasi merupakan jenis kerusakan beton yang berbentuk pengelupasan

pada permukaan beton. Delaminasi sering terjadi pada struktur beton

bertulang akibat dari korosi. Kerusakan ini bisa terjadi pada konstruksi

bangunan karena kegagalan pada pembuatan campuran, reaksi kimia,

kelebihan beban dan sebagainya, oleh karena itu perlu diperhitungkan agar

kerusakan ini tidak terjadi pada konstruksi bangunan.

2.4. Penyebab Kerusakan Beton

a. Kebakaran

Pada seluruh struktur beton hampir selalu terjadi kebakaran tetapi bila setiap

struktur beton diperhitungkan untuk kebakaran besar maka itu merupakan

sesuatu hal yang berlebihan. Penutup beton pada tulangan sudah cukup

menahan keruntuhan struktur yang terbakar. Kebakaran dapat menimbulkan

perbedaan temperatur yang besar pada struktur. Pada awalnya, bagian

permukaan sangat panas dan memuai, semakin masuk ke dalam beton maka

pemanasan dan pemuaian akan terhalang karena di dalam struktur beton akan

timbul tegangan tarik dan tegangan tekan yang besar. Beton yang tertahan

oleh tulangan akan retak sedangkan selimut beton akan terkelupas. Pada saat

(16)

Perbaikan atau perubuhan struktur akan dipertimbangkan tergantung dari

besar kerusakan yang terjadi.

b. Korosi Tulangan

Korosi pada tulangan disebabkan oleh dua hal yaitu:

1) Pengkarbonatan (oksidasi beton dan karbondioksida)

Beton mengandung kadar alkali yang tinggi dengan pH (derajat keasaman)

12-13, karena pengaruh zat asam dan air awalnya timbul korosi tetapi

lapisan oksida menjadi sangat rapat karena pH yang tinggi di sekitar beton,

sehingga proses korosi berhenti. Pada beton dengan pH < 9 akan terbentuk

lapisan oksida yang kurang rapat pada baja, sehingga proses korosi terus

berlangsung. Zat asam arang (CO2) masuk dari udara ke dalam beton,

sehingga nilai pH turun. Kapur udara (Ca(OH)2) diikat dengan (CO2) dan

membentuk kalsium karbonat (CaCO3)

Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O (pengkarbonatan)

2) Klorida

Klorida dapat berasal dari air laut, bahan pembersih dan lain-lain.

Konsentrasi yang kritis dari klorida pada beton dapat menyebabkan korosi

tulangan dalam beton dengan pH > 9, tergantung pada kepadatan beton,

tetapi dapat juga dinyatakan sebagai 0,5 % Cl –berkaitan dengan berat

semen persatuan volume beton mengeras. Proses korosi akibat klorida

berbeda dengan akibat pengkarbonatan. Ion-ion klorida dapat mengambil

ion-ion besi dari lapisan oksida pelindung sehingga akan timbul korosi.

c. Pelarutan dan Penguraian Batuan Semen

Kerusakan struktur beton disebabkan oleh naiknya jumlah bahan-bahan

agresif di atmosfir yang mengakibatkan pelarutan batuan semen. Pelarutan

disebabkan oleh dua hal antara lain:

1) Pelarutan batuan semen oleh asam-asam

Asam-asam dapat merusak beton karena bersama-sama dengan kapur

udara yang terdapat pada beton dapat membentuk penggaraman (mudah

(17)

2) Penguraian batuan semen oleh sulfat

Batuan semen dapat saling tertekan apabila beton bersinggungan dengan

air yang mengandung sulfat dan akan bereaksi dengan aluminat (C3A)

semen sehingga batuan semen akan saling menekan sampai ikatannya

terlepas.

2.5. Perbaikan Konstruksi Beton

Pemeliharaan dan perbaikan struktur beton setahap demi setahap berubah dari

pemeliharaan skala kecil sampai pemeliharaan keseluruhan aktifitas bangunan.

Berdasarkan analisis yang akurat maka penyebab kerusakan dapat dilakukan

perbaikan. Pada struktur beton khusus dapat diterapkan pemeliharaan dan

perbaikan yang berkaitan dengan pengamatan secara teknik perbaikan maupun

material yang dipakai.

Pemeliharaan beton yang baik sangat mempengaruhi keberhasilan dalam

perbaikan beton. Pemeliharaan beton dapat dilakukan dengan mencuci, menyikat,

menggosok atau menyinari dan diperlukan bahan pelarut untuk menghilangkan

lapisan cat lama ataupun lumut serta karat pada tulangan tak terlindung harus

dibersihkan juga. Alat yang digunakan untuk mengasarkan permukaan beton

antara lain:

a. Penyemprotan pasir

Penyemprotan pasir digunakan untuk pengasaran ringan permukaan beton dan

menghilangkan lapisan-lapisan yang lebih tebal.

b. Penyemprotan air bertekanan tinggi

Penyemprotan air bertekanan tinggi minimal digunakan sekitar 25-80 Mpa

digunakan untuk mengurangi gangguan di sekeliling pekerjaan

c. Tekanan udara

Tekanan udara digunakan untuk menghilangkan bagian lepas dan bahan

karena bahan yang terlepas dan bagian-bagian beton yang beterbangan

(18)

d. Busur nyala

Prinsip kerja busur nyala adalah dengan pemanasan tinggi dan cepat pada permukaan beton yang dingin, sehingga muncul perbedaan suhu yang besar dan bertekanan tinggi pada lapisan beton terluar yang berakibat lapisan terluar

beton seperti coating, cat, lumut, alga, minyak dan sebagainya terkelupas. e. Alat-alat dengan tangan

Alat-alat digunakan dengan tangan yang digunakan untuk mengasarkan

permukaan beton antara lain bouchardeerhamer, gigi besi dan pahat. Alat-alat

ini digunakan untuk permukaan yang kecil.

Perbaikan konstruksi beton tersedia banyak material tergantung pada kerusakan yang diserang, kualitas lapisan dasar yang dilindungi dan lokasi lingkungan (kering, lembab, agresif). Pemilihan material biasanya dilakukan untuk

mengetahui kinerja dari material yang akan diaplikasikan agar sesuai dengan yang dibutuhkan di lapangan. Adapun syarat-syarat sebagai repair material, yaitu:

a. Daya lekat yang kuat.

b. Modulus elastisitas yang mampu menahan overstressing.

c. Tidak mengurangi kekuatan beton.

d. Tidak susut.

Macam-macam metode perbaikan beton:

a. Patching

Patching adalah metode perbaikan manual dengan melakukan penempelan

mortar secara manual pada area yang tidak terlalu luas dan tidak terlalu dalam

(kurang dari selimut beton). Pada saat pelaksanaan yang harus diperhatikan

adalah penekanan pada saat mortar ditempelkan, sehingga benar-benar

didapatkan hasil yang padat. Material yang digunakan harus memiliki sifat

mudah dikerjakan, tidak susut dan tidak jatuh setelah terpasang (lihat

maksimum ketebalan yang dapat dipasang tiap lapis), terutama untuk

pekerjaan perbaikan overhead. Umumnya yang dipakai adalah monomer

(19)

b. Grouting

Grouting adalah metode perbaikan manual (gravitasi) atau menggunakan

pompa pada daerah perbaikan yang sulit (melebihi selimut beton). Pada saat

pelaksanaan yang perlu diperhatikan adalah bekisting yang terpasang harus

benar-benar kedap, agar tidak ada kebocoran spesi yang mengakibatkan

terjadinya keropos dan harus kuat agar mampu menahan tekanan dari bahan

grouting. Material yang dipakai adalah berbahan dasar semen dan epoxy.

c. Beton Tembak(Shot-crete)

Beton Tembak (Shot-crete) adalah metode perbaikan yang tidak memerlukan

bekisting seperti pengecoran pada umumnya yang digunakan untuk

memperbaiki kerusakan pada area yang sangat luas. Metode shotcrete terdiri

dari dry-mix dan wet-mix. Perbedaan kedua sistem ini adalah pada cara dan

tempat di mana air dimasukkan ke dalam campuran. Metode dry-mix adalah

campuran semen dan bahan tambahan dengan tekanan udara dihembuskan ke

kepala semprot air yang bertekanan rendah ditekankan ke dalam campuran.

Metode wet-mix adalah campuran semen dan bahan tambahan dialirkan

melalui pompa ke kepala semprot air yang bertekanan tinggi disemprotkan ke

lapisan dasar.

Bahan tambahan digunakan untuk mempercepat pengeringan (accelerator)

dan mengurangi terjadinya banyaknya bahan yang terpantul dan jatuh

(rebound).

d. Grout Preplaced Aggregat(Beton Prepack)

Grout Preplaced Aggregat (Beton Prepack) adalah metode perbaikan beton

dengan cara menempatkan sejumlah agregat (umumnya 40% dari volume

kerusakan) ke dalam bekisting, setelah itu melakukan pemompaan bahan

grout ke dalam bekisting. Pada umumnya digunakan untuk memperbaiki

kerusakan pada area yang cukup dalam. Material yang digunakan adalah

(20)

e. Coating

Coating adalah metode perbaikan beton dengan cara melapisi permukaan

beton (mengoleskan atau menyemprotkan) menggunakan bahan yang bersifat

plastik dan cair. Lapisan ini digunakan untuk menyelimuti beton terhadap

lingkungan yang merusak beton.

f. Injeksi (injection)

Injeksi (injection) adalah metode perbaikan beton dengan memasukkan bahan

yang bersifat encer ke dalam celah atau retakan pada beton, kemudian

menyuntikkannya dengan tekanan, sampai lubang atau celah lain telah terisi

atau mengalir ke luar. Metode injeksi ini merupakan metode yang digunakan

untuk perbaikan beton yang terjadi retak-retak ringan. Material yang

digunakan adalah polymer mortar atau polyurethane sealantdan epoxy.

g. Overlay

Overlay adalah metode perbaikan kerusakan beton pada seluruh permukaan,

oleh karena itu sebelum dilakukannya metode ini perlu persiapan-persiapan

permukaan yang akan diperbaiki.

h. Jacketting

Jacketing adalah perlindungan beton terhadap kerusakan dengan

menggunakan bahan selubung yang berupa baja, karet dan beton komposit.

Pekerjaan jacketing bisa dilaksanakan untuk permukaan beton yang

mengalami pelapukan atau disintegrasi.

Metode dan bahan yang dipakai harus disesuaikan dengan kondisi kerusakan

permukaan yang terjadi sehingga daya dukung konstruksi dapat dikembalikan

sebagaimana semula sesuai dengan yang direncanakan tanpa penambahan

(21)

2.6. Metode Patch Repair

Metode patch repair adalah metode perbaikan manual dengan melakukan

penempelan mortar secara manual dan harus memperhatikan penekanan pada saat

mortar ditempelkan, sehingga benar-benar didapatkan hasil yang padat.

Permukaan beton yang akan diperbaiki atau diperkuat perlu dipersiapkan dengan tujuan agar terjadi ikatan yang baik, sehingga material perbaikan atau perkuatan dengan beton lama menjadi satu kesatuan. Permukaan tersebut harus merupakan

permukaan yang kuat, padat, tidak keropos ataupun bagian lemah lainnya serta harus bersih dari debu dan kotoran lainnya.

Persiapan-persiapan permukaan beton yang akan diperbaiki antara lain:

a. Erosion(pengikisan)

Erosion dilakukan untuk meratakan atau pengasaran permukaan beton.

Pengikisan dilakukan dengan menggunakan gerinda atau sejenisnya.

b. Impact(kejut)

Impact pada permukaan beton yang akan diperbaiki dilakukan untuk

mendapatkan nilai kuat tarik dan kuat tekan beton yang lebih baik.

c. Pulverization(menghancurkan permukaan beton)

Penghancuran ini dilakukan dengan cara menabrakan partikel kecil dengan

kecepatan yang tinggi ke permukaan beton.

d. Expansive pressure

Persiapan ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu steam dan water. Steam

dilakukan dengan temperatur sumber panas yang tinggi, sedangkan cara water

dilakukan menggunakan water jetting yang bekerja dengan tekanan yang

tinggi sama dengan cara steam.

Permukaan yang sudah dipersiapkan sangat tergantung pada material yang digunakan. Untuk material berbahan dasar semen atau polymer, permukaan beton

(22)

dasar epoxy. Bila menggunakan beton yang dapat memadat sendiri, perlu

diperhatikan jumlah air, flowdari beton serta dipastikan tidak terjadibleedingdan segregasi.

Syarat-syarat material patch repair, yaitu :

a. Daya lekat yang kuat.

Kelekatan antara repair material dengan beton yang akan diperbaiki harus

menyatu dengan baik sehingga menjadi satu kesatuan beton yang utuh.

b. Deformablepada beton.

Repairmaterial harus menyesuaikan bentuk beton yang akan diperbaiki.

c. Tidak mengurangi kekuatan beton.

Repair material yang akan digunakan untuk memperbaiki beton mampu

menahan beban yang sama pada beton yang akan diperbaiki.

d. Kuat tekan repair material harus sama atau justru lebih besar daripada kuat

tekan beton, agar kemampuan mortar dalam menahan beban setara dengan

kemampuan beton induknya sehingga tegangan yang terjadi dapat seragam.

e. Tidak susut.

Repair material tidak terjadi susut agar beton yang akan diperbaiki tidak

kehilangan kekuatan sebagian.

Ada beberapa material patch repairyang dapat digunakan, antara lain :

a. Portland Cement Mortar.

b. Portland Cement Concrete.

c. Microsilica-Modified Portland Cement Conrete.

d. Polymer-Modified Portland Cement Conrete.

e. Polymer-Modified Portland Cement Mortar.

f. Magnesium Phosphate Cement Conrete.

g. Preplaced Aggregate Conrete.

h. Epoxy Mortar.

i. Methyl Methacrylate (MMA) Concrete.

(23)

2.7. Repair Material

Mortar merupakan campuran antara semen portland atau semen hidrolis yang lain,

agregat halus, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa

padat.

a. Semen Portland

Semen Portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis ditambah dengan bahan yang mengatur waktu ikat (PUBI 1982). Bahan utama semen adalah batu kapur yang kaya akan kalsium karbonat dan tanah lempung yang banyak mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) serta oksida besi. Bahan-bahan itu kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada suhu tinggi (15500C) sampai terbentuk campuran baru. Selama proses pemanasan, terbentuklah campuran padat yang mengandung zat besi. Agar tak mengeras seperti batu, ramuan diberi bubuk gips dan dihaluskan hingga berbentuk partikel-partikel kecil seperti bedak.

b. Agregat halus

Agregat halus sering disebut dengan pasir, baik berupa pasir alami yang diperoleh langsung dari sungai atau tanah galian maupun hasil pemecahan. Pada umumnya yang dimaksudkan dengan agregat halus adalah agregat dengan besar butir kurang dari 4,75 mm. Agregat halus mempunyai peran penting sebagai pembentuk beton dalam pengendalian workability, kekuatan (strength), dan keawetan beton (durability) dari mortar yang dihasilkan. Pasir sebagai agregat halus harus memenuhi gradasi dan persyaratan yang telah ditentukan.

Syarat – syarat agregat halus (pasir) sebagai bahan material pembuatan beton sesuai dengan ASTM C 33 adalah:

1) Material dari bahan alami dengan kekasaran permukaan yang optimal

(24)

2) Butiran tajam, keras, kekal (durable) dan tidak bereaksi dengan material

beton lainnya.

3) Berat jenis agregat tinggi yang berarti agregat padat sehingga beton yang

dihasilkan padat dan awet.

4) Gradasi sesuai spesifikasi dan hindari gap graded aggregate karena akan

membutuhkan semen lebih banyak untuk mengisi rongga.

5) Bentuk yang baik adalah bulat, karena akan saling mengisi rongga dan jika

ada bentuk yang pipih dan lonjong dibatasi maksimal 15% berat total

agregat.

6) Kadar lumpur agregat tidak lebih dari 5 % terhadap berat kering karena

akan berpengaruh pada kuat tekan beton.

c. Superplasticizer/pengencer

Superplasticizer adalah bahan tambahan yang dicampurkan pada adukan beton

selama pengadukan dalam jumlah tertentu yang berfungsi untuk menaikkan

nilaislumpdengan tidak menambah air. Penggunaan superplasticizerini harus

melalui trial terlebih dahulu untuk mendapatkan dosis yang tepat.

Kecenderungan menambah air pada beton berakibat turunnya strength beton.

Superplasticizer dapat menaikkan nilai slump tanpa menambah air dan dapat

meningkatkan keplastisan beton untuk pengecoran di tempat-tempat yang sulit

(karena pengecoran tersebut membutuhkan nilai slump tinggi sehingga bahan

tambahan ini lebih dipilih daripada menambah air).

Pada penelitian ini digunakan superplasticizer untuk menjaga workability

mortar tanpa menambah faktor air semen yang dapat menurunkan strength

beton karena mortar masih ditambah dengan bahan tambah serat ban yang

berfungsi sebagai penyalur gaya tarik menarik akibat hidrasi semen sehingga

mortar mudah dikerjakan (ductilitty). Superplasticizer dalam mortar dapat

menghasilkan gaya tolak menolak (dispersion) antarpartikel semen agar tidak

terjadi penggumpalan partikel semen (flocculate) yang dapat menyebabkan

rongga udara dalam mortar, sehingga dapat mengurangi kekuatan atau mutu

(25)

Komposisi superplasticizer terbagi atas beberapa jenis yaitu tipe sulphonate

melamine formaldehyde condensates (SMFC), sulphonate naphthalene

formaldehyde condensates (SNFC) dan yang terbaru adalah tipe

polycarboxylite ethers(PCE).

d. Accelerator/pengeras

Accelerator atau pengeras adalah bahan tambahan yang dicampurkan pada

adukan beton selama pengadukan dalam jumlah tertentu yang berfungsi untuk

mempercepat pengikatan dan pengerasan awal beton, digunakan untuk

pengecoran yang berhubungan dengan air/efisiensi waktu pemakaian cetakan.

Pada penelitian ini digunakan accelerator dalam campuran mortar karena

diharapkan mortar dapat cepat mengeras dan kontribusi mortar terhadap beton

yang sedang diperbaiki dapat segera diketahui. Komposisi accelerator adalah

kalsium klorida yang dapat mempercepat hidrasi C2S dan C3S. Pada saat yang

sama memperlambat hidrasi C3A.

e. Air

Air merupakan bahan dasar penyusun mortar yang paling penting dan paling murah. Air berfungsi sebagai bahan pengikat (bahan penghidrasi semen) dan bahan pelumas antara butir-butir agregat agar mempermudah proses pencampuran agregat dan semen serta mempermudah pelaksanaan pengecoran beton (workability). Proporsi air yang sedikit akan memberikan kekuatan pada beton, tetapi kelemasan atau daya kerjanya akan berkurang. Secara umum air yang dapat digunakan dalam campuran adukan mortar adalah air yang apabila dipakai akan menghasilkan mortar dengan kekuatan lebih dari 90 % dari mortar yang memakai air suling. (ACI 318-83)

Pemakaian air untuk beton, sebaiknya memenuhi syarat baku air bersih sebagai berikut:

1) Tidak mengandung lumpur lebih dari 2 gram/liter.

2) Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton lebih dari 15

(26)

3) Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.

4) Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

2.8. Serat Ban

Ban adalah salah satu hasil olahan yang berasal dari karet. Kelebihan sifat dari ban adalah mempunyai kekesatan yang baik, sedangkan kekurangannya adalah memberikan umur pelayanan yang tidak terlalu lama, sehingga dengan perjalanan waktu akan meningkatkan sisa ban yang telah dipakai dan dimanfaatkan yang

umur ban telah habis, hal itulah yang disebut dengan limbah ban.

Limbah ban merupakan salah satu bahan yang dapat dengan mudah dicari dan

ditemukan di setiap daerah di Indonesia dan jumlahnya juga relatif cukup tinggi.

Ban yang terbuat dari karet alam pada dasarnya mempunyai sifat fisik lembut,

fleksibel, dan elastis, di samping itu juga mempunyai plastisitas yang baik, daya

elastis yang sempurna, daya tahan dan daya lengket yang baik.

Penambahan serat ban dalam mortar atau beton diharapkan dapat meningkatkan kinerja mortar atau beton, seperti peningkatan penyerapan energi, fracture toughness, pengurangan retak plastis pada umur awal, mengontrol retak dan juga

spallingketika mortar atau beton sudah mulai retak. Penggunaan serat ban dalam

mortar atau beton juga dapat meningkatkan daktilitas mortar atau beton dari sifat yang getas menjadi lebih daktil. Keuntungan yang lain adalah dapat meningkatkan beban kejut (impact resistance), ketahanan terhadap kelelahan, ketahanan terhadap pengaruh susut, dapat meningkatkan kekuatan lentur (flexural strength)

dan meningkatkan kekuatan geser balok beton serat. (Paul Nugraha & Antoni,

2007 : 332)

Serat ban adalah limbah vulkanisir ban dalam bentuk parutan atau serutan

yang dibersihkan dan disaring terlebih dahulu. Limbah vulkanisir ban telah

lama digunakan sebagai bahan tambahan (additif), hal ini karena beberapa sifat

ban yang menguntungkan. Sifat–sifat limbah vulkanisir ban antara lain:

(27)

b. Merupakan isolator panas yang baik.

c. Permeabilitas bernilai > 10 cm/s.

d. Spesific Gravitiesbernilai antara 1,02 – 1,27.

e. Water Absorbtionbernilai antara 2 – 4 %

2.9. Susut Terkekang

Susut terkekang pada beton dan lapisan repair terjadi karena susut pada lapisan

repair materialakan dikekang oleh susut yang terjadi pada beton sehingga akan

timbul tegangan tarik pada lapisan repair material. Susut terkekang yang terjadi

pada repair material dapat menyebabkan keretakan jika tegangan tarik yang

timbul sebagai akibat susut terkekang ini melebihi kuat tarik beton. Salah satu

kasus susut terkekang yang dapat kita jumpai di lapangan adalah kasus pelapisan

ulang beton (concrete overlay).

Menurut Kristiawan (2009), pada kasus pelapisan ulang beton (concrete overlay),

pengekangan yang terjadi disebabkan oleh perbedaan susut antara beton dasar

dengan lapisan repair di atasnya. Beton dengan karakteristik susut yang rendah

mengekang pergerakan dari repair materialdengan karakteristik susut yang tinggi

(overlays). Tegangan tarik dapat terjadi pada lapisan repair material dan apabila

mencapai batas kuat tarik yang dimiliki oleh repair material maka dapat

menyebabkan keretakan.

Tingkat pengekangan yang terjadi dari lapisan repair material tergantung pada

besarnya perbedaan susut antara kedua lapisan yaitu lapisan beton dasar dengan

repair material. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengekangan adalah

karakteristik ikatan antara beton dasar dengan lapisan repair material. Pada patch

repair terdapat tiga tipe ikatan yaitu pengikatan ikatan secara penuh (fully

bonded), ikatan secara parsial (partially bonded) dan lapisan tanpa ikatan

(28)

Ikatan secara penuh (fully bonded) akan memberikan pengekangan penuh

terhadap pergerakan dari susut repair material. Susut terkekang yang tinggi

ditimbulkan dan repair material akan lebih mudah diserang oleh retak

dibandingkan dengan ikatan secara parsial (partially bonded). Sementara itu

lapisan tanpa ikatan (unbounded overlay) tidak memberikan pengekangan sama

sekali karena lapisan repair materialdapat menyusut secara bebas.

Pada penelitian patch repair ini, pelapisan beton dengan repair material

menggunakan tipe ikatan secara parsial (partially bonded) atau tidak dilakukan

pengikiran permukaan beton agar menjadi kasar (dibiarkan apa adanya) sebelum

pelapisan repair materialdilakukan.

2.10. Retak (Crack) dan Pengelupasan Beton (Delamination)

Beton mempunyai sifat utama keawetan (durability) yaitu ketahanan beton

terhadap serangan bahan dan lingkungan yang agresif selama masa

penggunaannya. Keawetan (durability) beton yang rendah pada sistem perbaikan

beton akan menyebabkan kerusakan. Delaminasi dan retak (crack) disebabkan

oleh serangan klorida, oksigen, kelembapan, alkali atau sulfat ke dalam sistem

perbaikan dan dapat mempercepat kerusakan. Kerusakan tersebut akan

menghalangi pemindahan beban antara repair material dan lapisan beton lama.

Hasilnya adalah struktur menjadi tidak memuaskan dan perlu perawatan serta

perbaikan kembali.

Keawetan (durability) beton dari perbaikan struktur dapat dicapai dengan

melakukan evaluasi antara repair material dan interaksi beton yang diperbaiki

serta lapisan beton lama. Beton mutu tinggi mempunyai keawetan (durability)

yang baik karena mengandung w/c rasio rendah, sehingga membuat material

menjadi kuat dan sedikit kedap air dibandingkan dengan beton normal. Beton

mutu tinggi cenderung retak ketika mengalami penyusutan yang dikekang oleh

lapisan beton lama meskipun mempunyai kuat tekan tinggi. Retak (crack) pada

sistem perbaikan beton dapat mengurangi keawetan (durability) beton pada

(29)

Menurut Li (2006), pada aplikasi perbaikan beton, repair material akan segera

mengalami penyusutan saat setelah pengecoran yang diakibatkan oleh pengikatan

beton. Penyusutan tersebut menyebabkan adanya tegangan tarik dan tegangan

geser di sepanjang permukaan antara repair material dan beton. Kombinasi antara

kedua tegangan tersebut merupakan penyebab dari retak dan delaminasi pada

repair material.

Pada lapisan repair material terjadi pengekangan pada beton lama yang dapat

mengakibatkan retak di sepanjang lapisan repair material. Retak akan terjadi

dengan lebar retak yang proporsional, menghasilkan relaksasi dari tegangan tarik

dengan sedikit bahkan tidak terjadi tegangan geser pada permukaan lapisan.

Hasilnya adalah delaminasi pada permukaan beton diharapkan menjadi kecil.

Modulus elastisitas yang rendah menyebabkan tegangan tarik yang terjadi pada

repair material menjadi kecil akibatnya regangan susut repair material juga

rendah. Nilai regangan susut yang rendah dapat mengurangi retak pada repair

(30)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.

Umum

Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah penelitian suatu masalah, kasus,

gejala atau fenomena tertentu dengan jalan ilmiah untuk menghasilkan jawaban

yang rasional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan suatu percobaan

langsung untuk mendapatkan suatu data atau hasil yang menghubungkan antara

variabel-variabel yang diselidiki. Metode ini dapat dilakukan di dalam ataupun di

luar laboratorium. Penelitian ini akan dilakukan di dalam laboratorium.

Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan suatu pengamatan terhadap delaminasi

atau retak pada repair material. Adapun penelitian yang dilakukan dengan

mengamati susut terkekang yang terjadi dan mengamati perubahan elevasi lapisan

mortar pada kedua ujung benda uji.

Pemecahan masalah pada penelitian ini dengan menggunakan cara statistik, yaitu

dengan urutan kegiatan dalam memperoleh data sampai data itu berguna sebagai

dasar pembuatan keputusan diantaranya melalui proses pengumpulan data,

pengolahan data, analisis data dan cara pengambilan keputusan secara umum

berdasarkan hasil penelitian.

3.2.

Pengujian Bahan-Bahan Penyusun

a. Semen

Hasil uji vicat menunjukkan bahwa Initial setting time (waktu pengikatan awal)

semen dengan faktor air semen 0,5 terjadi pada rentang waktu antara 135-150 menit.

(31)

b. Agregat

Berdasarkan ukuran butirannya, agregat dibagi menjadi dua yaitu:

1) Agregat Halus(fine agregat)

Agregat Halus (fine agregat) merupakan agregat yang lolos ayakan 4,75 mm

dan tertahan di atas ayakan 0,15 mm. Sebelum penelitian berlangsung dilakukan

uji pendahuluan terhadap material yang digunakan. Hasil pengujian agregat

halus:

a) Pengujian gradasi dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran agregat

halus. Apabila butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam) maka

volume pori akan besar. Namun, bila ukuran butirnya bervariasi maka

volume pori akan kecil. Hal ini terjadi karena butir yang kecil akan mengisi

pori diantara butir yang besar, dengan kata lain mempunyai kemampatan

tinggi. Hasil uji gradasi menunjukkan bahwa modulus kehalusan pasir 2,34

telah memenuhi standar ASTM C–33 yaitu modulus kehalusan pasir yang

memenuhi syarat sebesar 2.3-3.1.

b) Pengujian kandungan zat organik merupakan pengujian untuk mengamati

kandungan zat organik dalam agregat Hasil pengujian kandungan zat

organik menunjukkan bahwa zat organik yang terkandung dalam pasir

cukup besar yaitu sekitar 20-30%. Hal ini tidak memenuhi syarat karena

kandungan zat organik dalam pasir > 5 %, maka pasir harus dicuci terlebih

dahulu.

c) Pengujian kandungan lumpur dalam pasir merupakan pengujian untuk

mengetahui kadar lumpur dalam agregat. Hasil pengujian menunjukkan

bahwa pasir mengandung lumpur sebanyak 13 %, hal ini tidak memenuhi

syarat karena menurut standar yang ditetapkan kandungan lumpur dalam

pasir maksimum adalah 5 %. Pasir harus dicuci terlebih dahulu sebelum

digunakan agar lumpur yang terkandung dalam pasir hilang.

d) Pengujian specific grafity merupakan pengujian untuk mengetahui berat

jenis agregat tersebut. Nilai specific grafity untuk agregat normal antara

2,5–2,7. Hasil pengujian specific gravity menunjukkan bahwa pasir

mempunyai bulk specific gravity SSDsebesar 2.55, telah memenuhi standar

(32)

2) Agregat Kasar(coarse agregat)

Pada penelitian ini menggunakan batu pecah berukuran 10 mm. Agregat kasar

adalah agregat dengan besar butir lebih dari 4,75 mm. Hasil pengujian agregat

kasar:

a) Pengujian gradasi dilakukan untuk menentukan distribusi ukuran butir dari

agregat kasar (split). Uji gradasi menunjukkan bahwa modulus halus kerikil

adalah 5,003. Hal ini telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh ASTM

C.33-84 yaitu 5-8.

b) Pengujian specific grafity merupakan pengujian untuk mengetahui berat

jenis agregat tersebut Hasil pengujian specific gravity kerikil sebesar 2.53,

telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh ASTM C.127-81 yaitu specific

gravityagregat kasar antara 2.5-2.7.

c) Uji abrasi agregat kasar menunjukkan keausan kerikil yang digunakan

dalam penelitian ini sebesar 23 %, hal ini telah memenuhi syarat yang

ditetapkan yaitu keausan agregat kasar maksimum adalah 50 %.

c. Superplasticizer/pengencer

Superplastizicer ditambahkan dalam campuran mortar atau beton dalam jumlah

tidak lebih dari 5% berat semen. Pemberian yang berlebihan selain tidak ekonomis

juga akan menyebabkan penundaan setting yang lama sehingga mortar atau beton

akan kehilangan kekuatan akhir. Superplastizicer yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sikament-NN yang berbentuk cairan sebanyak 4% dari berat semen untuk

repairmaterialnya. Penggunaanya sebanyak 4% dari berat semen karena pada waktu

trial, proporsi tersebut sudah dapat memenuhi workabilitymortar atau mortar sudah

sangat workable.

d. Accelerator

Accelerator atau pengeras adalah bahan tambahan yang dicampurkan pada adukan

mortar selama pengadukan dalam jumlah tertentu yang berfungsi untuk

mempercepat pengikatan dan pengerasan awal mortar, digunakan untuk pengecoran

(33)

Kelebihan accelerator perlu dihindari karena dapat menyebabkan kesulitan

placement dan akan merusak karena terjadi setting yang cepat, susut pengeringan

bertambah, korosi pada tulangan dan kekuatan pada umur lanjut dapat berkurang.

Hal tersebut disebabkan oleh adanya kalsium klorida yang terkandung dalam

accelerator mempunyai sifat higroskopis (dapat menyerap air yang ada di

sekitarnya).

e. Serat Ban

Serat ban adalah limbah vulkanisir ban dalam bentuk parutan atau serutan yang

dibersihkan dan disaring terlebih dahulu. Limbah vulkanisir ban telah lama

digunakan sebagai bahan tambahan (additif). Serat ban yang digunakan dalam

penelitian ini adalah serat ban yang lolos saringan 4,75 mm. Specific gravity serat

ban sebesar 1,18. Hasil pengujian gradasi serat ban dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Hasil Pengujian Gradasi Serat Ban

Ukuran

4.75 - - 415 33.414 33.414 66.586

2.36 21,5 1,8 125 10.064 43.478 56.522

1.18 9,2 1,2 340 27.375 70.853 29.147

0.85 2,35 0,85 265 21.337 92.190 7.810

Pan Butiran seperti pasir 97 7.810 100.000 0.000

Jumlah 1242 339.936

Proporsi tersebut diperoleh dari perhitungan persentase volume serat dalam mortar.

Terdapat kadar optimum serat yang dapat dimasukkan ke dalam mortar. Penggunaan

kadar yang terlalu sedikit atau terlalu banyak tidak menghasilkan efek yang baik

terhadap mortar. Jika serat yang dipakai terlalu banyak maka akan mengurangi

kelecakan mortar dengan sangat cepat. Mortar akan sangat sulit dipadatkan dan

banyak rongga udara yang terjbak di dalamnya. Kebanyaka serat juga akan

menyebabkan balling yaitu serat akan sangat berkaitan dan membentuk bola yang

sangat berongga serta dapat mengurangi kekuatan mortar. Diperlukan pengujian

(34)

Berdasarkan pengujian trial mix penelitian ini menggunakan serat ban dengan

proporsi 4%, 8% dan 12% dari volume cetakan yang digunakan. Mortar yang dibuat

dengan proporsi serat ban tersebut masih dalam keadaan workabledan proporsi serat

ban lebih dari 12% sudah tidak mencapai workability mortar. Perbedaan selisih

proporsi yang digunakan adalah 4% karena diharapkan dengan selisih tersebut

mortar yang dibuat dapat jelas terlihat perbedaan daktilitasnya.

f. Sika Repair Mortar

Sika Repair Mortar merupakan produk mortar siap pakai yang penggunaannya

berdasarkan volume cetakan yang digunakan.

3.3.

Susunan Bahan Percobaan

Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah balok beton berdimensi 1500

mm x 100 mm x 100 mm dan dimensi repair materialsebagai lapisan di atas beton

adalah setebal 30 mm yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1.Benda Uji Balok Beton

Penelitian tentang repair material ini menggunakan beton normal dengan nilai fas

0,478. Beton dibiarkan hingga kurang lebih 60 hari dengan tujuan untuk

mengoptimalkan susut yang terjadi sebelum repair material ditempatkan. Adapun

(35)

a. Mortar ditambah superplasticizer.

b. Mortar ditambah superplasticizer, pengeras dan serat ban (sebanyak 0%, 4%,

8% dan 12%).

c. Produk repair materialdari Sika.

Macam benda uji dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Macam Benda Uji

Kode benda uji Proporsi Benda Uji Jumlah Benda Uji

MB -1

MB -2

Perbandingan semen : pasir = 1 : 2,5

Superplasticizer 2%

2 buah

MS 0%-1

MS 0%-2

Perbandingan semen : pasir = 1 : 2,5

Serat ban 0 %

Perbandingan semen : pasir = 1 : 2,5

Serat ban 4 %

Perbandingan semen : pasir = 1 : 2,5

Serat ban 8 %

Perbandingan semen : pasir = 1 : 2,5

Serat ban 12 %

Produk repair materialSika 2 buah

(36)

3.3.1. Pembuatan Benda Uji

a. Pembuatan Beton Normal

Penghitungan rancang campur beton normal (mix design) dilakukan terlebih

dahulu untuk mendapatkan rancangan beton yang sesuai dengan rencana.

Langkah-langkah pembuatan beton normal adalah sebagai berikut:

1) Membersihkan cetakan bagian dalam dan memasang plastik di bagian

dalam cetakan sebagai pengganti pelumas.

2) Menimbang semen, pasir (sand), kerikil (split) dan air sesuai dengan

rancang campur beton (mix design).

3) Mencampur semen, pasir (sand) dan kerikil (split) sampai campuran

menjadi homogen.

4) Menambahkan air sedikit demi sedikit sampai merata dan beton menjadi

homogen.

5) Memasukkan campuran beton ke dalam cetakan benda uji sampai 1/3

bagian dari tinggi beton yaitu 10 cm, kemudian dirojok/dipadatkan.

Memukuli bagian samping cetakan dengan palu karet.

6) Mengulangi langkah (5) untuk 2/3 dan 3/3 bagian dari tinggi beton yaitu 10

cm, kemudian meratakan bagian atas beton.

7) Menyimpan beton pada tempat yang teduh dan bebas dari gangguan.

8) Membuka cetakan setelah 24 jam dan membiarkannya selama ± 60 hari.

b. Pembuatan Repair Mortar

Perhitungan tentang proporsi masing-masing bahan repair mortar dilakukan

terlebih dahulu untuk mendapatkan proporsi bahan yang sesuai dengan rencana.

Langkah-langkah pembuatan repair mortaradalah sebagai berikut:

1) Memasang kembali cetakan pada beton normal setelah didiamkan selama ±

60 hari.

2) Menimbang bahan-bahan repair mortar sesuai dengan rancangan yang

telah direncanakan.

3) Mencampur semen, pasir (sand) dan serat ban sampai campuran menjadi

(37)

4) Memasukkan air sedikit demi sedikit sebanyak setengah dari volume air

dalam sekali pengecoran ke dalam campuran mortar lalu mengaduknya

hingga campuran hampir homogen.

5) Menambahkan superplasticizer ke dalam setengah volume air yang belum

dituang.

6) Memasukkan air sedikit demi sedikit hingga tersisa air sebanyak 75 ml lalu

mengaduknya hingga hampir homogen.

7) Menambahkan acceleratorke dalam 75 ml larutan superplasticizer.

8) Memasukkan sisa air secara merata ke dalam campuran adukan mortar lalu

mengaduknya hingga menjadi campuran mortar yang homogen.

9) Memasukkan adukan mortar ke dalam cetakan yang telah dipersiapkan

untuk melapisi beton setebal 3 cm sambil dirojok/dipadatkan kemudian

meratakan permukaannya.

10) Membuka cetakan setelah 24 jam dilanjutkan pemasangan dial gaugepada

masing-masing ujung benda uji.

11) Memasangdemeck pointpada masing-masing ujung benda uji.

3.4.

Alat – Alat Pengujian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur Teknik, Jurusan Teknik Sipil,

Universitas Sebelas Maret Surakarta, sehingga menggunakan alat-alat yang terdapat

pada laboratorium tersebut.

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Timbangan

1) Timbangan Digital.

2) Timbangan Basculemerk DSN Bola Dunia, dengan kapasitas 150 kg dengan

ketelitian 0,1 kg.

b. Ayakan dan mesin penggetar ayakan

Ayakan baja dan penggetar yang digunakan adalah merk Controls Italy dengan

bentuk lubang ayakan bujur sangkar dengan ukuran lubang ayakan yang tersedia

adalah 75 mm, 50 mm, 38.1 mm, 25 mm, 19 mm, 12.5 mm, 9.5 mm, 4.75 mm,

(38)

c. Conical mould

Conical mould dengan ukuran diameter atas 3,8 cm, diameter bawah 20 cm,

tinggi 30 cm lengkap dengan tongkat baja yang ujungnya ditumpulkan dengan

ukuran panjang 60 cm, diameter 16 mm digunakan untuk menguji agregat halus

sudah dalam keadaan SSD atau belum.

d. Kerucut Abrams

Kerucut abrams dari baja dengan ukuran diameter atas 10 cm, diameter bawah

20 cm, tinggi 30 cm lengkap dengan tongkat baja penusuk dengan ukuran

panjang 60 cm, diameter 16 mm digunakan untuk mengukur nilai slump adukan

beton.

e. Alat bantu

1) Cetok semen, digunakan untuk memasukkan adukan beton dan adukan

repair mortarke cetakan.

2) Gelas ukur kapasitas 1000 ml, digunakan untuk menakar air yang akan

dipakai dalam adukan beton dan adukanrepair material.

3) Ember untuk tempat air dan sisa adukan.

f. Dial Gauge

Dial gaugeyang digunakan adalah merk mitutoyo dengan ketelitian 0,001 untuk

mengamati perubahan elevasi mortar pada beton (delaminasi) dan ketelitian 0,01

untuk mengamati susut pada mortar (shrinkage).

g. Microcrack

Microcrack digunakan untuk mengukur lebar retak yang terjadi dengan

ketelitian 0,02 mm.

3.5.

Prosedur Pengamatan Benda Uji

Pengamatan terhadap delaminasi pada repair mortar dilakukan dengan memasang

dial gauge untuk mengukur tebal pengelupasan mortar akibat susut. Pemasangan

(39)

Gambar 3.2.Pemasangan Dial Gauge

Langkah-langkah pemasangan dial gaugeadalah sebagai berikut:

a. Membuat tiang penyangga dari pelat siku yang dimasukkan ke dalam campuran

beton sebagai dudukan tiang penyangga dial gauge.

b. Memasang dial gauge pada tiang penyangga dengan baut, setinggi beton dan

lapisan mortar yang akan diuji.

c. Menempatkan dial gauge tepat di atas mortar pada kedua ujung beton dan

lapisan mortar.

d. Mengenolkan bacaan dial gauge sebagai bacaan awal sebelum pengamatan

dimulai.

e. Membaca dial gaugesetiap hari selama ± 15 hari.

Pengamatan terhadap susut pada beton dan lapisan mortar juga dilakukan untuk

mengetahui besarnya susut yang menyebabkan delaminasi. Pengamatan dilakukan

dengan memasang demec point pada kedua ujung beton dan lapisan mortar/di

samping dial gauge, sedangkan pengukuran susut dilakukan dengan menggunakan

demountable Mechanical Strain Gauge (Demec Gauge). Demec point berbentuk

silinder besi terbuka pada kedua sisi yang berdiameter 3 mm dan tinggi 5 mm.

Langkah-langkah pemasangan demec pointadalah sebagai berikut:

a. Mengukur jarak penempatan demect point dengan jarak 200 mm dari ujung

(40)

b. Mengukur titik-titik yang akan ditinjau dengan jarak masing-masing titik adalah

200 mm. Menempatkan demec point dengan bar reference agar ukuran lebih

tepat.

c. Melekatkan demec point dengan lem plastic steel tepat pada titik yang telah

diberi tanda.

d. Mendiamkan demeck point ± 4 jam sampai lem mengeras dan posisi

benar-benar stabil.

e. Membaca demeck pointsetiap hari.

Benda uji yang telah dipasangi demec point kemudian dilakukan pengamatan.

Langkah-langkah pengamatan susut (shrinkage)mortar adalah sebagai berikut:

a. SettingalatDemountable Mechanical Strain Gaugeyang menggunakan nilai bar

referencesebesar 200 µmm.

b. Mengatur dial gauge yang terdapat pada demountable mechanical strain gauge

dan mengenolkan jarum dial gauge.

c. Membaca dan mencatat perubahan jarum dial gaugesetelah jarum berhenti atau

dalam keadaan stabil.

d. Mengulangi pengukuran pada masing-masing demec pointsebanyak 4 kali,

e. Menghitung nilai shrinkage mortar.

Susut (shrinkage) yang besar dan kekuatan mortar yang kuat dapat menyebabkan

retak pada lapisan mortar. Pengamatan terhadap retak dilakukan dengan alat

microcrack yang digunakan untuk mengukur lebar retak yang terjadi akibat plastic

shrinkageatau drying shrinkage. Langkah-langkah pengamatan retak adalah sebagai

berikut:

a. Memberi tanda bagian yang retak.

b. Mengamati tiap keretakan dan memilih lebar retak yang paling lebar pada tiap

bagian yang retak.

c. Memberi tanda dengan sebuah garis lurus pada bagian retak terlebar.

d. Menghidupkan lampu pada microcrack.

e. Menempatkan microcrack tepat di atas bagian retak yang telah diberi tanda

Gambar

Tabel 3.1. Hasil Pengujian Gradasi Serat Ban
Gambar 3.1. Benda Uji Balok Beton
Tabel 3.2. Macam Benda Uji
Gambar 3.2. Pemasangan Dial Gauge
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penerapan mekanisme slider crank sedikit lebih kompleks adalah pada mainan roller coaster kelereng dengan mekanisme pengangkat tangga jungkat-jungkit, seperti nampak pada

Oleh karena itu tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu dapat mengetahui sifat-sifat finishing pada kayu cepat tumbuh (kelapa hibrida, akasia, afrika, sengon)

Dari percobaan yang dilakukan pada sepuluh stego-image dengan panjang pesan 1kb, 2kb, dan 5kb, Chi-square attack berhasil 80% mendeteksi pesan yang disisipkan pada sebuah citra

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ethics Resource Center (2003), menyatakan bahwa sebanyak 44% karyawan non – manajemen tidak melaporkan pelanggaran yang

Semua pasien, termasuk anak, yang dicurigai memiliki TB ekstra paru, sediaan yang sesuai dengan lokasi yang dicurigai terinfeksi harus diambil untuk pemeriksaan mikrobiologi dan

Limnologi adalah ilmu tentang ekosistem perairan darat. Kajian dalam mata kuliah ini adalah mengungkap struktur dan fungsi hubungan antara organisme perairan darat kaitannya

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan dan Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada Perusahaan- perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di