• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kedisiplinan Belajar Siswa (Kelas VIII C dan Kelas VIII G) SMP Negeri 7 Salatiga Berdasarkan Pola Asuh Orangtua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Kedisiplinan Belajar Siswa (Kelas VIII C dan Kelas VIII G) SMP Negeri 7 Salatiga Berdasarkan Pola Asuh Orangtua"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

24

BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

1.1 Gambaran Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 7 Salatiga kelas VIII C yang berjumlah 28 orang dan siswa-siswi kelas VIII G yang juga berjumlah 28 orang, sehingga total subyek penelitian adalah 56 orang siswa. Berikut ini diuraikan gambaran subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan usia.

Berdasarkan jenis kelamin, tampak bahwa lebih banyak siswa laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.1. berikut ini.

Berdasarkan Gambar 4.1. di atas tampak bahwa dari total 56 orang siswa, jumlah siswa laki-laki lebih banyak yaitu 35 orang (62%) sementara jumlah siswa perempuan sebanyak 21 orang (38%).

35; 62% 21; 38%

Gambar 4.1. Gambaran Subyek Penelitian berdasarkan

Jenis Kelamin

(2)

25

Berdasarkan usia, tampak bahwa usia para siswa berkisar antara 13 hingga 14 tahun. Adapun perbandingan jumlah siswa berdasarkan usianya dapat dilihat pada Gambar 4.2. berikut ini.

Berdasarkan Gambar 4.2. di atas tampak bahwa dari total 56 orang siswa, jumlah siswa yang berusia 14 tahun ternyata jauh lebih banyak yaitu 49 orang (88%) dibandingkan jumlah siswa yang berusia 13 tahun yang hanya sebanyak 7 orang (12%).

1.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap 56 orang siswa-siswi SMP Negeri 7 Salatiga dari kelas VIII C dan kelas VIII G. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 2 Agustus s/d 15 September 2017 dimana dalam penelitian ini peneliti melakukannya seorang diri. Dalam penyebaran subjek, peneliti memberikan 56 angket kepada siswa-siswi SMP Negeri 7 Salatiga dari kelas VIII C dan kelas VIII G yang terpilih menjadi

7; 12%

49; 88%

Gambar 4.2. Gambaran Subyek Penelitian

berdasarkan Usia

(3)

26

sampel. Dari 56 angket yang diberikan ternyata semuanya diisi, dengan demikian sampel dalam penelitian ini tetap berjumlah 56 orang.

Setelah semua angket terkumpul maka langkah selanjutnya melakukan skoring untuk keperluan analisis data. Pemberian skor skala pola asuh orang tua dan kedisiplinan belajar didasarkan pada alternatif jawaban yang dipilih subjek dengan nilai 1 sampai 4 untuk masing-masing butir pernyataan.

1.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian 4.3.1.1 Analisis Deskriptif Pola Asuh Orang Tua

Variabel pola asuh orang tua dikategorikan ke dalam tiga jenis pola asuh yaitu pola asuh authoritarian, authoritative dan permissive. Kategorisasi dilakukan berdasarkan kecenderungan pola asuh yang dialami oleh siswa. Nilai pola asuh authoritarian, authoritative, dan permissive setiap responden dibandingkan. Skor tertinggi antara ketiga pola asuh tersebut menunjukkan kecenderungan pola asuh yang dialami oleh siswa. Adapun gambaran deskriptif variabel pola asuh orang tua ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1. Analisis Deskriptif Pola Asuh Orang Tua

Jenis Pola Asuh Frekuensi

Absolut Relatif (%)

Authoritarian 2 3,57

Authoritative 46 82,14

Permissive 8 14,29

Jumlah 56 100,00

(4)

27

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, terlihat bahwa siswa-siswi SMP Negeri 7 Salatiga dari kelas VIII C dan kelas VIII G sebagian besar mengalami pola asuh authoritative yaitu sebanyak 46 orang (82,14%). Secara umum, orang tua yang menerapkan jenis pola asuh ini cenderung tegas namun tetap hangat dan penuh perhatian. Sikap yang ditunjukkan orang tua yaitu memberikan kebebasan atau kelonggaran, namun masih dalam batas-batas normatif.

4.3.1.2 Analisis Deskriptif Kedisiplinan Belajar

Pengukuran variabel kedisiplinan belajar menggunakan 4 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Perhitungan dilakukan berdasarkan butir yang valid yaitu sebanyak 18 butir. Dengan demikian skor tertinggi adalah 4 X 18 = 72 dan skor terendah 1 X 18 = 18. Perhitungan lebar interval adalah sebagai berikut:

skor tertinggi – skor terendah i =

Banyaknya kategori = 72 – 18 / 4

= 13,5

Dengan demikian, kategori variabel kedisiplinan belajar adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.2. berikut ini.

Tabel 4.2. Analisis Deskriptif Kedisiplinan Belajar

Interval Kategori Frekuensi %

18,0 – 31,5 Sangat Rendah 0 0,0

31,6 – 45,0 Rendah 2 3,6

45,1 – 58,5 Tinggi 30 53,6

58,6 – 72,0 Sangat Tinggi 24 42,8

(5)

28

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa tingkat kedisiplinan belajar sebagian besar siswa-siswi SMP Negeri 7 Salatiga dari kelas VIII C dan kelas VIII G tergolong tinggi yaitu sebanyak 30 orang (53,6%) bahkan 24 orang lainnya (42,8%) mempunyai tingkat kedisiplinan belajar yang tergolong sangat tinggi.

4.3.2 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kedisiplinan belajar siswa SMP Negeri 7 Salatiga berdasarkan pola asuh orang tua menggunakan uji analysis of varians (Anova). Penggunaan Anova sebagai alat analisis untuk menguji hipotesis dengan alasan bahwa jumlah kategori untuk variabel bebasnya (dalam hal ini variabel pola asuh orang tua) lebih dari dua kategori yaitu sebanyak tiga kategori meliputi pola asuh authoritarian, authoritative dan permissive. Hal ini didukung pendapat Ghozali (2011 : 63) bahwa jika variabel bebas berkategori dua maka uji statistik yang digunakan adalah uji beda t-test, sedangkan untuk variabel bebas yang berkategori lebih dari dua maka digunakan Anova. Ada dua asumsi yang harus dipenuhi jika menggunakan Anova untuk menguji hipotesis yaitu bahwa datanya harus terdistribusi normal dan varians antar kelompok harus sama (homogenitas). Berikut ini diuraikan hasil uji asumsi Anova:

1. Uji normalitas

(6)

29

Normal Parametersa Mean 58.2500 Std. Deviation 6.40809

Berdasarkan Tabel 4.3. diketahui bahwa variabel kedisiplinan belajar mempunyai nilai Kolmogorov-Smirnov Z (KS-Z) sebesar 0,850 dengan angka Asymp sig sebesar 0,465 > 0,05. Hal ini berarti bahwa data variabel kedisiplinan belajar terdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas menggunakan Test of Homogeneity of Variances. Hasil uji homogenitas ditunjukkan pada Tabel 4.4. berikut ini.

(7)

30

Hasil uji homogenitas menunjukkan nilai Levene Statistic 1,031 dengan angka sig 0,364 dimana angka tersebut > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa asumsi Anova terpenuhi bahwa kedisiplinan belajar untuk ketiga kelompok pola asuh orang tua mempunyai varian yang sama.

Setelah kedua uji asumsi Anova terpenuhi maka selanjutnya dapat dilakukan pengujian hipotesis. Adapun hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji Anova ditunjukkan pada Tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5. Uji Anova

ANOVA Kedisiplinan Belajar

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 926.043 2 463.022 18.417 .000

Within Groups 1332.457 53 25.141

Total 2258.500 55

Sumber: Data Primer diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 18,417 dengan angka sig 0,000 dimana angka tersebut < 0,05. Hal ini berarti hipotesis bahwa terdapat perbedaan kedisiplinan belajar siswa yang ditinjau dari pola asuh orang tua dapat diterima.

(8)

31

Tabel 4.6. Post Hoc Multiple Comparison Test

Kedisiplinan Belajar

Authoritarian Authoritative -6.60870 3.62172 .171 -15.3416 2.1242

Permissive 4.75000 3.96395 .459 -4.8081 14.3081

Authoritative Authoritarian 6.60870 3.62172 .171 -2.1242 15.3416

Permissive 11.35870*

1.92071 .000 6.7274 15.9900

Permissive Authoritarian -4.75000 3.96395 .459 -14.3081 4.8081

Authoritative -11.35870*

1.92071 .000 -15.9900 -6.7274

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Berdasarkan analisis lanjut dari Anova melalui Post Hoc Multiple Comparison Test, diketahui bahwa perbedaan kedisiplinan belajar siswa yang ditinjau dari pola asuh orang tua tampak signifikan antara pola asuh Authoritative dengan pola asuh Permissive.

1.4 Pembahasan

(9)

32

60,109 yang kemudian diikuti oleh siswa yang memperoleh pola asuh Authoritarian yaitu sebesar 53,500. Rata-rata skor kedisiplinan belajar tertinggi ada pada siswa yang memperoleh pola asuh Permissive yaitu sebesar 48,750.

Kenyataan yang terjadi berdasarkan temuan penelitian ini menunjukkan bahwa siswa-siswi yang memiliki tingkat kedisiplinan belajar yang tinggi umumnya memperoleh pola asuh Authoritative dari orang tuanya. Adapun para orang tua yang menerapkan pola asuh Authoritative ini memiliki komunikasi yang baik dengan anaknya. Selain itu, adanya sikap terbuka antara anak dan orang tua, aturan-aturan yang

dibuat disetujui bersama. Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat,

perasaan dan keinginan namun tetap memberi pengawasan dan tuntutan tanggung jawab

secara wajar. Orang tua tidak hanya menuruti keinginan anak semata, tetapi sekaligus

mengajarkan kebutuhan-kebutuhan yang penting bagi anak. Menurut Wahyuning dkk

(2003:131) bahwa dalam pola asuh Authoritative, orangtua mengkombinasikan kontrol

dan dorongan, di mana dalam waktu yang bersamaan mereka mengawasi perilaku anak

dan mendorong untuk memenuhi peraturan yang ada dalam keluarga dengan mengikuti

standar yang diterapkan.

Adapun beberapa contoh konkrit penerapan pola asuh Authoritative menurut

rata-rata siswa-siswi siswi SMP Negeri 7 Salatiga dari kelas VIII C dan kelas VIII G

diantaranya adalah: jika melakukan kesalahan maka orangtuanya memberi nasihat untuk berbuat yang benar (bukan sekedar memarahi), orangtua membolehkan untuk bermain namun harus tetap menyempatkan diri untuk belajar, orangtua memberikan dukungan atas setiap kegiatan baik yang dilakukan anaknya, orangtua memberikan hadiah sebagai bentuk penghargaan atas hasil tes anak meskipun nilainya hanya cukup memuaskan (bukan sangat memuaskan).

(10)

33

tepat waktu, menyusun jadwal belajar di rumah, bangun pagi-pagi untuk bersiap pergi ke sekolah, mencatat materi yang penting saat pelajaran berlangsung.

Kondisi berbeda dialami oleh siswa siswi yang memperoleh pola asuh Permissive, dimana ciri khas dari pola asuh tipe ini adalah bahwa orangtua memberikan kebebasan sepenuhnya dan anak diijinkan membuat keputusan sendiri tentang langkah apa yang akan dilakukan, orangtua tidak pernah memberikan pengarahan dan penjelasan kepada anak tentang apa yang sebaiknya dilakukan anak. Dalam pola asuh permisif hampir tidak ada komunikasi antara anak dengan orangtua serta tanpa ada disiplin sama sekali. Hal ini seperti dikemukakan Casmini (2007:48) bahwa pola asuh Permissive bercirikan: orang tua memberikan kebebasan kepada anak seluas mungkin, anak tidak dituntut untuk belajar bertanggung jawab serta diberi hak seperti orang dewasa. Penerapan aturan dan kontrol terhadap anak diberikan secara minimal sehingga anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internalnya sendiri.

Adapun beberapa contoh konkrit penerapan pola asuh Permissive menurut

rata-rata siswa-siswi siswi SMP Negeri 7 Salatiga dari kelas VIII C dan kelas VIII G

diantaranya adalah: orang tua tidak memberikan hukuman meskipun anaknya bersalah, orang tua memberikan mainan yang diinginkan anaknya, orang tua memperbolehkan anak membeli jajanan yang diinginkan, anak diperbolehkan bermain meskipun belum mengerjakan tugas. Dampak dari pola asuh seperti ini adalah bahwa tingkat disiplin belajar siswa adalah yang paling rendah dibandingkan siswa lain yang memperoleh pola asuh authoritative maupun authoritarian. Beberapa contoh konkrit rendahnya disiplin belajar dari siswa siswi yang memperoleh pola asuh Permissive diantaranya: hanya akan belajar jika ada ulangan maupun ujian, tidak berusaha untuk membaca kembali materi yang diajarkan di sekolah pada saat pulang sekolah, belajar sambil menonton acara televisi.

(11)

34

Gambar

Gambar 4.2. Gambaran Subyek Penelitian
Tabel 4.1. Analisis Deskriptif Pola Asuh Orang Tua
Tabel 4.2. Analisis Deskriptif Kedisiplinan Belajar
Tabel 4.4. Uji Homogenitas
+3

Referensi

Dokumen terkait

(d) Pengawasan Peningkatan Mutu Madrasah Aliyah Negeri Kabupaten Karo, Pengawasan merupakan suatu proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi tercapai. Pengawasan

Hasil perhitungan menunjukkan kombinasi perlakuan terbaik pada penelitian tahap II pembuatan kembang gula jelly kulit buah naga super merah diperoleh dari kembang gula jelly kulit

Berdasarkan pernyataan tersebut maka dilakukan penelitian terhadap pengaruh kualitas jasa pelayanan pendidikan dan persepsi resiko terhadap kepuasan mahasiswa serta

Persepsi kemudahan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi hedonik pada mobile banking Bank BNI di Surabaya. Persepsi kemudahan memiliki pengaruh yang

Sebagai contoh, jika luasan piston luar 20 kali lebih besar daripada piston bagian dalam, maka gaya yang keluar dikalikan dengan faktor 20; sehingga jika gaya yang diberikan setara

danau dan rawa termasuk jenis ini. b) Air tanah dalam, adalah air tanah yang terdapat di bawah. lapisan tanah/ batuan yang tidak tembus

[r]

untuk amplop pribadi yang berfungsi mengirimkan pesan ataupun sesuatu kepada perorangan, lembaga atau perusahaan yang lain. Dengan konsep sederhana dan menarik kertas