PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI FARMASI MELALUI REHABILITASI EKOSISTEM MANGROVE di PESISIR JAWA TIMUR SEBAGAI STRATEGI DALAM MEMPERKUAT POSISI INDONESIA SEBAGAI
NEGARA MARITIM
Nadzifah Shana Marista, Bintang Gustami Putri Buana Blambangan, Indi Mumtaza
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
shanamarista@gmail.com, gustamibintang@gmail.com, indy_mumtazah@yahoo.com
Abstrak
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem spesifik yang keberadaannya hanya sekitas 2% dari keseluruhan lahan di bumi. Indonesia adalah negara yang memiliki ekosistem mangrove terbesar di dunia. Ekosistem mangrove memiliki potensi bagus untuk dikembangkan dalam berbagai sektor salah satunya adalah untuk pengembangan sektor kefarmasian. Berdasarkan data dari literatur, beberapa kegunaan ekosistem mangrove dalam bidang kefarmasian antara lain, pemanfaatan tanaman bakau Rhizopora apiculata sebagai bahan alternatif pemutih kulit dalam industri kosmetik dan
pemanfaatan kandungan tanin dari tanaman bakau Aegiceras corniculatum sebagai antiseptik. Disamping itu, ekosistem mangrove juga merupakan habitat alami biota laut seperti kepiting dan udang. Biota laut tersebut bermanfaat dalam bidang kefarmasian karena adanya zat kitin pada cangkang yang banyak dikembangkan sebagai material biomedic (potensial dalam penyembuhan luka, kulit buatan, dan jahitan luka) dan drug
carrier. Salah satu daerah yang strategis dalam pengembangan ekosistem mangrove
adalah Jawa Timur. Hutan mangrove di Jawa Timur umumnya menempati daerah muara sungai dan dataran lumpur di pantai utara. Disepanjang pantai utara Jawa Timur, terdapat lebih dari 25 jenis tumbuhan mangrove dimana jenis-jenis Rhizopora dan Avicennia relatif dominan. Penelitian yang lebih lengkap dan detail di Taman Nasional Baluran menunjukkan adanya 36 spesies mangrove. Namun dalam perkembangannya, ekosistem mangrove mengalami degradasi aktivitas manusia seperti penebangan hutan, reklamasi untuk pembangunan tambak, pencemaran lingkungan, pertambangan, dll. Hal tersebut menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati hingga pada tingkat yang mengkhawatirkan. Pada tahun 1997, di pulau Jawa khususnya Jawa Timur mengalami penyusutan hutan mangrove terbesar yakni dari luasan 57.500 ha hingga 500 ha. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya rehabilitasi kawasan ekosistem mangrove di Jawa Timur mengingat besarnya potensi yang dimiliki khususnya dalam bidang kefarmasian. Kata kunci : ekosistem mangrove, kefarmasian, tanaman bakau, Jawa Timur