YANG MEMUAT PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI DI PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADANG
ARTIKEL
ZALEKA HG
NPM. 1310018412005
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PERANAN HAKIM PENGAWAS DALAM PELAKSANAAN PUTUSAN YANG MEMUAT PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI DI
PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADANG Zaleka HG1, Fitriati2 ,1Deaf Wahyuni
¹Program Studi Ilmu Hukum, Pascasarjana Universitas Bung Hatta ²Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Taman Siswa
Email: zaleka@yahoo.com
ABSTRAK
Pasal 55 ayat 1, Undang-undang Nomor 48 tahun 2009, tentang Kekuasan Kehakiman, serta Pasal 280 KUHAP mewajibkan Pengadilan mengawasi putusan Pengadilan, melalui Hakim Pengawas. Permasalahan adalah (1) Bagaimanakah peranan Hakim Pengawas dalam pelaksanaan putusan yang memuat amar pidana tambahan uang pengganti di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Padang? (2) Kendala-kendala apakah yang ditemui Hakim Pengawas dalam mengawasi pelaksanaan putusan yang memuat amar pidana tambahan uang pengganti di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Padang? (3) upaya penanggulangan apa yang dilakukan terhadap kendala-kendala yang ditemui Hakim Pengawas dalam mengawasi pelaksanaan putusan yang memuat amar pidana uang pengganti dalam kasus tindak pidana korupsi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Padang? Pendekatan dalam penelitian ini yuridis sosiologis. Sumber data terdiri data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh dari hasil wawancara dengan Hakim Pengawas di Pengadilan, dan Jaksa/ Penuntut Umum. Data sekunder berasal dari literatur yang berhubungan dengan objek yang dibahas. Tehnik analisa data dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian adalah 1) Hakim Pengawas belum melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana tambahan uang pengganti di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Padang 2) Kendala-kendala nya, setelah dianalisa ada 4 (empat) faktor yang menyebabkan tidak berfungsinya Hakim Pengawas dalam pengawasan putusan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Padang 3) Solusi nya harus ada pencantuman tugas pokok dan fungsi Hakim Pengawas dalam Surat penunjukan Hakim Pengawas, perlu penggunaan sistem penelusuran pembayaran pidana tambahan uang pengganti secaraon line, memastikan jumlah kerugian Negara yang ril dalam putusan, serta sosialisasi peraturan Mahkamah Agung nomor 4 th 2015, tentang uang pengganti.
ROLE IN IMPLEMENTATION SUPERVISORY JUDGE THE VERDICT CONTAINS ADDITIONAL CRIMINAL , SUBSTITUTE MONEY IN THE
CORRUPTION COURT PADANG.
Zaleka Hg,1 Fitriati,2 Deaf Wahyuni Ramadhani1
Graduate Studies Law Program, University of Bung Hatta Padang Program Study Fakulty of Law Universitas Taman Siswa
email:zaleka hg.@yahoo.com
ABSTRACT
Article 5, paragraph 1, of Law No. 48 of 2009, and Formal Criminal law must be appointed a suvervisory judge in court. The Formulation of , .The problems are (1) How is the role of the Supervisory Judge in the implementation of the decision which contains an additional criminal money substitute in the Corruption Court Padang? (2) What are the handicates of the Supervisory Judge overseeing the implementation of the decision which contains an additional criminal amar money substitute in the Corruption Court Padang? 3) What are the solutions to those handicates? The type of this research is sosiologis. Source data, Primary and Secondary data. Data collections techniques used were interviews and document study. Data were analyzed qualitativly. Conclusion the result of this research 1) The Supervisory Judge not to supervisor the execution of the decision which contains an additional criminal money substitute in the Corruption Court Padang 2)The handicates are, the letter of decision as Supervisory judge , not mention clearly the frame of his duty as Sunersory judge , there was no system about it, not supporting by tehnolgy for monitoring payment substitute money in Padang Court, the other side also there was a problem in decision of judge about chartered loss adjuster, and then amount of judges still limited in Padang Court. 3)The effort furthure : the letter of decision as Supervisory judge must mention clearly the frame of his duty as Sunersory judge, there will make system about it, must be supporting by tehnology for monitoring payment substitute money in Padang Court, the same vision between judge and Public prosecutor in seeing chartered loss adjuster.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Peranan Hakim Pengawas
dan pengawasan putusan telah
disebutkan dalam berbagai aturan.
Dalam Pasal 55 ayat 1,
Undang-undang Nomor 48 tahun 2009,
tentang Kekuasaan Kehakiman
(selanjutnya disebut UU Kekuasaan
Kehakiman)) menyebutkan:
(1) “ Ketua pengadilan wajib
mengawasi pelaksanaan putusan.
Selanjutnya Undang-undang Nomor
8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (selanjutnya disingkat
KUHAP), dikenal adanya Hakim
Pengawas. Definisi tentang Hakim
Pengawas dan Pengamat KUHAP
tidak memberikan definisi yang jelas,
namun tentang dasar hukum adanya
Hakim Pengawas dan Pengamat
terdapat dalam Pasal 277 KUHAP
s/d Pasal 283 KUHAP. Berdasarkan
aturan–aturan di atas, diinstruksikan
melalui Surat Edaran Mahkamah
Agung Nomor 7 Tahun 1985,
disetiap Pengadilan ada Hakim
Pengawas dan Pengamat,
Dalam penegakan hukum
tindak pidana korupsi, pengawasan
terhadap pengembalian kerugian
negara sangatlah dibutuhkan, karena
akibat terjadi nya tindak pidana
korupsi, mengakibatkan kerugian
bagi masyarakat, bangsa dan
Negara serta menghambat laju nya
pembangunan, sebagaimana yang
tertulis dalam konsideran
Undang-undang Nomor 46 tahun 2009
(selanjutnya disebut UU Pengadilan
Tipikor). Pengembalian kerugian
Negara dalam prakteknya, dilakukan
melalui pembayaran uang pengganti
yang dilakukan oleh terdakwa, atas
pidana tambahan. Dalam
penjatuhan hukuman bersifat
komulatif, tidak hanya hukuman
pidana pokok, namun juga ada sanksi
hukuman berupa pidana tambahan,
uang pengganti sebagaimana
dicantumkan dalam Pasal 18 ayat 1,
butir d, Undang-Undang Nomor 20
tahun 2001 tentang perobahan dan
penambahan Undang-Undang
Nomor 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi pada Pengadilan Negeri
Padang, sudah ada Hakim Pengawas
yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan
untuk mengawasi bidang tindak
Pidana Korupsi. Fakta nya, ada
indikasi pengawasan atas putusan
tidak dilakukan, padahal dalam
penegakan hukum tindak pidana
korupsi bertujuan, disamping
memberikan efek jera juga
pengembalian kerugian Negara. Hal
ini lah yang menarik penulis untuk
membuat judul diatas.
Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, adalah
1. Bagaimanakah peranan Hakim
Pengawas terhadap pengawasan
pelaksanaan putusan pidana
tambahan yang memuat pidana
uang pengganti di Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi Padang?
2. Apakah kendala-kendala yang
ditemui Hakim Pengawas
terhadap pelaksanaan putusan
yang memuat pidana tambahan
uang pengganti di Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi Padang?
3. Apakah upaya penanggulangan
yang dilakukan terhadap
kendala-kendala yang ditemui Hakim
Pengawas terhadap pengawasan
pelaksanaan putusan
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan bacaan yang
bermamfaat bagi masyarakat di
bidang hukum pada umum nya,
khusus nya di bidang
pengawasan tindak pidana
korupsi oleh Hakim Pengawas.
Untuk Penulis, menambah
cakrawala penulis, bagaimana
penerapan peranan hakim
Pengawas di bidang tindak
pidana korupsi yang menyangkut
pembayaran pidana tambahan
uang pengganti di Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi Padang.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan
berguna bagi praktisi hukum
seperti Jaksa dan aparat
Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi, dalam melaksanakan
perintah Undang-undang yang
berkaitan dengan pelaksanaan
pembayaran uang pengganti oleh
Terpidana.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini
dilakukan pendekatan yuridis
sosiologis. Dalam hal ini melihat
permasalahan/fakta yang ada dalam
masyarakat dengan membandingkan
dengan aturan yang ada. Sumber
data terdiri data primer dan data
sekunder. Data Primer diperoleh dari
hasil wawancara dengan Hakim
Pengawas di Pengadilan,dan Jaksa/
Penuntut Umum. Data sekunder
berasal dari literatur yang
berhubungan dengan objek yang
dibahas. Tehnik analisa data
dilakukan secara kualitatif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Peranan Hakim Pengawas dalam
pegawasan pelaksanaan putusan
di Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi Padang.
Berdasarkan isi pasal 280
KUHAP, seorang Hakim Pengawas
dan Pengamat haruslah mengadakan
pegawasan guna memperoleh
kepastian bahwa putusan pengadilan
dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Hal ini merupakan perintah dari
undang-undang, apalagi Pasal 55
ayat 1 undang-undang Nomor 48
tahun 2009, yang inti nya Ketua
Pengadilan wajib mengawasi
pelaksanaan isi putusan. Mahkamah
Agung juga telah mengeuarkan
Putusan Mahkamah Agung Nomor 7
Tahun 1985, tentang petunjuk tehnis
hakim Pengawas dan Pengamat,
Berdasarkan aturan KUHAP,
pada inti nya ada 3 tugas pokok
selaku Hakim Pengawas;
1. Melakukan pengawasan dan
pengamatan atas pelaksanaan
putusan dengan cara melakukan
koordinasi dengan Jaksa penuntut
umum untuk memastikan
tembusan berita acara ke
Pengadilan.
2. Melakukan koordinasi dengan
Lembaga Pemasyarakatan.
3. Memberikan laporan secara
berkala pada Ketua Pengadilan.
Dihubungkan dengan peranan
Hakim Pengawas yang berkaitan
dengan pengawasan pidana
tambahan uang pengganti, maka
peranan Hakim Pengawas di bidang
tindak pidana korupsi di Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi Padang
hanya meliputi;
1. Mengawasi alur perkara yang
masuk pada bidang tindak pidana
korupsi, hingga perkara tersebut
memperoleh kekuatan hukum
tetap.
2. Mengawasi pencatatan amar
korupsi di buku register panitera
tindak pidana korupsi. Dalam
amar putusan, selain memuat
hukuman pokok juga pidana
tambahan uang pengganti.
3. Mengawasi mintasi. Minutasi
adalah pemberkasan perkara
yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap. Berkas tersebut
berisikan dokumen putusan mulai
tingkat pertama, banding dan
kasasi. Dalam berkas dokumen
dari Jaksa/Penuntut umum dan
penasehat Hukum, dijilid
menjadi satu kesatuan yang
seterus nya disimpan di bahagian
hukum.
Berdasarkan uraian diatas,
ternyata peranan yang dijalankan
oleh Hakim Pengawas di Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi pada
Pengadilan Negeri Padang baru taraf
pengawasan administrasi, belum
meninjau ke lapangan lewat jaksa
Penuntut Umum apakah uang
pengganti yang dimuat dalam
putusan tersebut telah dibayar oleh
terpidana atau belum. Hakim
Pengawas hanya melakukan
pengawasan pencatatan isi amar
putusan yang telah mendapat
kekuatan hukum yang pasti
(Berkekuatan Hukum tetap).
Hukuman pidana tambahan berupa
uang pengganti pada umum nya
dibebankan pada terpidana yang
telah terbukti melakukan tindak
pidana korupsi. Pada tahun 2013,
terdapat 18 kasus yang berkekuatan
hukum tetap, yang memuat amar
pidana tambahan uang pengganti. .
Diantara 18 kasus tersebut, yang
membayar hukuman pidana uang
pengganti, berjumlah 4 kasus.
Selanjutnya di tahun 2014 , terdapat
29 kasus tindak pidana koruspsi yang
telah betkekuatan hukum tetap, pada
pembayaran uang pengganti pada
Terdakwa. Ada terdakwa yang dalam
amar putusan yang nihil ( tidak
dibebankan uang pengganti), hal ini
disebabkan telah dibebankan pada
Terdakwa lain. Dalam sebuah
berkas, kadang kala terdakwa nya
lebih dari satu, sehingga bila Majelis
hakim berkeyakinan berdasarkan
fakta persidangan salah satu
terdakwa tidak menikmati uang
Negara, maka tidak dibebankan
pembayaran uang pengganti.
Pengawasan pencatatan pidana tambahan berupa uang pengganti yang telah diawasi pencatatan nya oleh Hakim Pengawas.
Dalam prakteknya Hakim
Pengawas belum lagi mengawasi
pelaksanaan putusan yang memuat
uang pengganti yang dimuat dalam
tiap-tiap kasus dicatat di buku
register. Hakim pengawas hanya
mengawasi pencatatan administrasi
amar putusan pidana tambahan uang
pengganti, dengan cara mengambil
petikan amar putusan dari panitera
pengganti dan mencocokkan nya
dengan yang ada dalam register.
Dalam rangka pelaksanaan
putusan amar putusan yang memuat
pidana tambahan uang pengganti,
sebagian Terdakwa membayar uang
pengganti, numun sebagian besar
umum nya belum menyetorkan uang
pengganti. Pada tahun 2013, ada 4
(kasus) terpidana yang membayar
uang pengganti sebagai berikut;
1. Kasus atas terdakwa N, dengan
membayar uang pengganti
sebesar Rp 261.907.000,- (dua
ratus enam puluh satu juta
Sembilan ratus tujuh ribu rupiah).
2. Perkara atas Terdakwa R
pengadaan alat kesehatan sebesar
Rp.64.000.000 (enam puluh
empat juta rupiah) disita untuk
3. Kasus dengan Terdakwa S,
melakukan pembayaran uang
pengganti sebesar Rp
43.000.000,- (empat puluh tiga
juta rupiah);
4. Kasus dengan terdakwa E,
dengan membayar uang
pengganti sebesar
Rp.64.000.000 (enam puluh
empat juta rupiah)
Kasus–kasus diatas dilakukan
eksekusi pembayaran uang pengganti
oleh para terpidana melalui jaksa
Penuntut Umum Mentawai.
Berdasarkan wawancara yang
Penulis lakukan pada Jaksa/penuntut
Umum, maupun pada Hakim
Pengawas, dalam ke empat kasus
diatas tidak ada melakukan
pengawasan atas pembayaran pidana
tambahan berupa uang pengganti.
Hakim Pengawas juga belum
mengawasi apakah tembusan berita
acara pembayaran uang pengganti
sudah ditembuskan pada pengadilan
yang memutus perkara tersebut.
Hakim Pengawas tidak mengetahui
apakah betul uang yang telah dibayar
oleh terpidana sudah disetor ke kas
Negara. Hakim Pengawas juga tidak
menelaah apakah penyebab
Terpidana tidak mengembalikan
uang pengganti atas kerugian
Negara, apakah karena penetapan
jumlah kerugian Negara yang ada
dalam putusan bersifat total lost,
sehingga sangat tidak
memungkinkan terpidana sanggup
melakukan pembayaran. Padahal
Pasal 280 KUHAP, Hakim
Pengawas haruslah mengawasi
pelaksanaan putusan sebagaimana
mestinya.
II. Kendala-kendala Hakim
Pengawas dalam melakukan
pengawasan putusan tambahan uang
pengganti di Pengadilan Tindak
Kendala-kendala sehingga
tugas Hakim Pengawas dan
Pengamat tidak berjalan
sebagaimana mestinya, disebabkan 4
( empat ) faktor sebagai berikut
1. Dalam Surat Keputusan
penunjukan selaku Hakim
Pengawas, tidak ada ditulis
TUPOKSI ( Tugas, pokok
dan Fungsi selaku Hakim
Pengawas dan Pengamat).
Surat Keputusan hanya
menulis “Hakim Pengawas”
tidak Hakim Pengawas dan
Pengamat.
2. Belum ada mekanisme yang
dibuat secara jelas.
Dalam system pengawasan,
antara pengawas dan tempat
pertanggung jawaban tugas
atas laporan yang dibuat ,
tidak ada aturan tertulis
dalam system
pengawasan,kapan laporan
secara rutin harus diserahkan,
bentuk format laporan,
dokumentasi laporan hakim
pengawas tidak terhimpun2.
3. Pengawasan atas penelusuran
pembayan uang pengganti
secara on line belum
diterapkan,walaupun telah
ada system informasi
penelusuran perkara. Sistem
ini akan sangat membantu
pengawasan tampa memakan
biaya yang mahal, karena
hanya lewat computer di
kantor bisa dilihat terpidana
mana yang telah melakukan
pembayaran uang pengganti
4. Penetapan jumlah kerugian
Negara bersifat total lost.
Sebahagian
terdakwa/terpidana tidak mau
melakukan
pembayaran,karena merasa
menikmati jumlah seperti
yang dicantumkan dalam
putusan;
Berdasarkan uraian-uraian
diatas, jika dihubungkan dengan teori
efektifitas yang dikemukakan oleh
Bronislaw Malinowski tentang
keberhasilan dan kegagalan serta
faktor yang mempengaruhi nya
dalam penerapan hukum, ternyata
faktor a hingga faktor d merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan hakim Pengawas dalam
melakukan pengawasan pelaksanaan
amar pidana tambahan uang
pengganti di Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi Padang.
Selanjutnya bila dikaitkan
dengan teori penegakan hukum
yang Soekamto tentang adanya 5
(lima) faktor yang saling
mempengaruhi dalam penegakan
hukum. Kelima faktor tersebut
adalah: faktor hukum, faktor aparat
hukum , factor sarana atau fasilitas,
faktor masyarakat dan faktor
kebudayaan. Dihubungkan dengan
hasil penelitian diatas, maka
faktor-faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum selaku Hakim
Pengawas adalah :
Faktor Struktur hukum
Faktor Struktur hukum
disini adalah belum dibuatkan
mekanisme/ aturan yang jelas oleh
Pengadilan tentang tugas pokok
dan fungsi Hakim Pengawas dan
Pengamat dalam penunjukan Surat
keputusan ;
Faktor fasilitas/ sarana
Faktor fasiltas disini maksud
nya adalah belum ada nya system
penelusuran pembayaran uang
pengganti secara on line..
Penggunaan tehnologi ini,maka
Hakim Pengawas tidak perlu
memikirkan biaya operasioanal lagi
Hanya dengan menclik computer di
Pengadilan, Hakim Pengawas akan
bisa melihat putusan mana yang
telah jalan, atau terpidana mana
yang telah membayar uang
pengganti, sesuai dengan amar
putusan. Sebalik nya juga bias
dipantau putusan atau terpidana
mana yang tidak membayar pidana
tambhan uangpenganti.
PENUTUP
a. Peranan Hakim Pengawas dan
Pengamat terhadap pelaksanaan
pengawasan putusan yang
memuat amar pidana tambahan
Uang pengganti di Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi Padang
ternyata belum efektif. Peranan
Hakim Pengawas dalam bidang
tindak pidana korupsi di
Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi Padang, hanya baru
dalam pengawasan bidang
administratif, belum mengawasi
pelaksanaan putusan, terutama
yang menyangkut pengawasan
pelaksanaan pembayaran pidana
tambahan uang pengganti. .
b. Kendala-kendala Hakim
Pengawas dan Pengamat,
disebabkan tidak disebutkann
nya secara jelas TUPOKSI
(tugas pokok dan fungsi) Hakim
Pengawas dan Pengamat secara
jelas dalam Surat Keputusan
pengangkatan Hakim Pengawas
system pengawasan yang belum
berjalan maksimal, pembayaran
uang pengganti yang kadang
kala bersifat total lost, serta
belum ada tehnologi penelusuran
pembayaran uang pengganti
secara on line dari pengadilan
Tindak Pidana Korupsi Padang,
terakhir jumlah personil Hakim
yang terbatas dalam memerikas
dan mengadili perkara-perkara
faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan Hakim Pengawas
dalam menjalankan peranan nya.
.
c. Upaya kedepan adalah, dalam
pengangkatan Hakim Pengawas
dan Pengamat, haruslah
dicantumkan Tugas Pokok dan
Fungsi selaku Hakim Pengawas
dan pengamat, dibuat
mekanisme/sistem yang jelas,
serta penambahan Hakim yang
bersertifikasi TIPIKOR serta
perlu nya diadakan sistem
tekhnologi yang ber-aplikasi
internet untuk pengawasan
pelaksanaan pidana tambahan
uang pengganti pembayaran
uang pengganti di Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi Padang.
Erlies Septiana.Salim HB, 2013, Penerapan Teori Hukum pada Tesis dan Disertasi, PT Rajagravindo Persada, Jakarta
Ermansyah Djaya, 2010,
Meredesain Pengadilan
Tipikor, Sinar Grafika, 396Jakarta
Evi Hartanti, 2005, Tindak Pidana
Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta.
Gatot Suproso, 1999, Dakwaan dan
Putusan, Djambatan,
jakarta
HM Parasetyo, 2014, Rekapitulasi
Penyelamatan Keuangan
Negara, Suluh Hukum, Jakarta
Hendri Pangabean, 2014, Pemulihan Aset Tindak Pidana Korupsi, Varia Peradilan ,Edisi X, Nomor
348,Jakarta
Nurjaya Nyoman, 1980,
Segenggam masalah aktual
tentang hukum acara pidana Djambatan. Jakarta
Oemar Senoaji, 1980, Hukum-Hakim Pidana, CV. Mandar, Bandung
S. Nasution, 1992, Metode Penulisan Naturalistik Kualitatif,Tarsito, Bandung
Satjipto Rahardjo, 2009, Penegakan hukum, suatu tinjauan
sosiologis, Rajawali Pers, Jakarta.
Soedirjo, 1985, Jaksa dan Hakim dalam Proses Pidana , Edisi Pertama, CV Akademika Pressindo, Jakarta
Soerjono Soekamto, 1993, Faktor faktor yang Mempengaruhi
Penegakan Hukum,
Radjawali Jakarta,
2010, Metode Penelitian Hukum Sosiologis, Rajawali Pers Jakarta
2013, Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan
hukum, Rajawali Pers,
Jakarta
Sumardjono,M.S.W, 1996,,
Pedoman Pembuatan
-Usulan Penelitian, Sebuah Panduan Dasar, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
W. J. S Poerwadaminta,2000,
Kamus Lengkap lnggris
lndonesia, Penerbit Hasta, Bandung)
Wiryono R Prodjodikuro, 2008,
Pembahasan
Undang-Undang Tindak Pidana
Korupsi, Sinar Graftka, Jakarta
A. Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang nomor 8 tahun 1981, tentang Hukum acara Pidana.
Undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi manusia
Undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang Perobahan UU nomor 31 tahun1999, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang-undang Nomor 30 tahun 2002, tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.
Undang-undang Nomor 46 tahun 2009, tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Undang-undang Nomor 48 tahun 2009, tentang Kekuasaan Kehakiman.
B. Sumber Lain
Uning Pratimaratri, Februari 2012,
Kriminalisasi akibat
Perkembangan Ilmu
Pengerahuan dan Teknologi
dari Perspektif Moral Pancasila, jumal Ilmiah Hukum dan Pembangunan, Volume 11 No. 1, ,hlm.14
ICW, Kerugian Negara, 2013, laporan 2013, Jakarta, 4Maret 2013
http// www. Tempo
/news/2013,diakses 24 maret 2013 pkl 22 00.
Suparman Marzuki, 2013, Peran Komisi Yudisial dalam
menciptakan Peradilan
yang bcrsih diadakan oleh Universitas Islam Jokjakarta, tanggal 5 Mei 2013, hlm. 4