ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
INSTRUCTION TERHADAP SELF EFFICACY DAN HASIL BELAJAR SISWA
(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Materi Pokok
Pengaruh Kepadatan Populasi Manusia Terhadap Lingkungan )
Oleh
ARFIYANA DESTARIA TARMIZI
Hasil observasi dan wawancara pada guru mata pelajaran IPA kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Mataram menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum mampu melatih self efficacy siswadan hasil belajar siswa masih rendah. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk meningkatkan hasil belajar dan self efficacy siswa. Salah satu solusinya adalah menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model PBIterhadap hasil belajar dan self efficacy siswa.
Arfiyana Destaria Tarmizi
iii
dari angket yang dianalisa secara deskriptif. Data kuantitatif berupa data hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai rata-rata N-gain yang dianalisis secara statistik menggunakan uji ANOVA satu jalur pada taraf kepercayaan 5% melalui bantuan SPSS 17.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran PBI mampu
meningkatkan self efficacy siswa dengan rata-rata aspek self efficacy siswa sebesar 76% dengan kriteria baik. Pada aspek pencapaian kinerja sebesar77%, aspek pengalaman orang lain sebesar 73%, aspek persuasi verbal sebesar 80%, dan aspek psikologis sebesar 75%. Disamping itu, model pembelajaran PBImampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan rata-rata N-gain sebesar 62,2. Selain itu, terdapat hubungan positif antara self efficacy dan hasil belajar siswa dengan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, penggunaan model
pembelajaran PBI meningkatkan self efficacy dan hasil belajar siswa.
Pengaruh Model PembelajaranProblem Based InstructionterhadapSelf Efficacydan Hasil Belajar Siswa
(Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Materi Pokok
Pengaruh Kepadatan Populasi Manusia Terhadap Lingkungan)
Oleh
Arfiyana Destaria Tarmizi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENGARUH MODEL PEMBELAJARANPROBLEM BASED INSTRUCTIONTERHADAPSELF EFFICACY DAN
HASIL BELAJAR SISWA
( Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP N 2 Seputih Mataram Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015
Pada Materi Pengaruh Kepadatan Populasi Manusia Terhadap Lingkungan)
( Skripsi)
Oleh
ARFIYANA DESTARIA TARMIZI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ……… 24 2. Desain penelitianpretest-posttest control group ...……...27 3. Bagan langkah-langkah uji statistik untuk data hasil belajar ……...…38 4. Persentase aspekSelf Efficacy siswaterhadap Model
PembelajaranProblem Based Instruction.……….. 46 5. Persentase skalaSelf EfficacySiswa terhadap Model
PembelajaranProblem Based Instruction.………... 47 6. Contoh jawaban siswa untuk indikator kognitif C4 (LKS eksperimen
pertemuan pertama………... ... 55 7. Contoh jawaban siswa untuk indikator kognitif C4 (LKS eksperimen
pertemuan ke dua)………...…... ... 55 8. Contoh jawaban siswa untuk indikator kognitif C3 (LKS eksperimen
pertemuan pertama)………... ... ... 56 9. Contoh jawaban siswa untuk indikator kognitif C3 (LKS eksperimen
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR GAMBAR... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 9
B. Kerangka Pikir ... 23
C. Hipotesis ... 24
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian... 26
B. Populasi dan Sampel... 26
C. Desain Penelitian ... 26
D. Prosedur Penelitian ... 27
E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 33
F. Teknik Analisis Data ... 37
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 44
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 59 B. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Silabus Kelas Eksperimen ... 66
2. Silabus Kelas Kontrol ... 69
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen... 72
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 79
5. Lembar Kerja Siswa I (Kelas Eksperimen) ... 85
6. Lembar Kerja Siswa II (Kelas Eksperimen) ... 89
7. Lembar Kerja Siswa I (Kelas Kontrol) ... 93
8. Lembar Kerja Siswa II (Kelas Kontrol)... 97
9. Kisi-kisi SoalPretes Postes... 99
10. SoalPretest Postest... 102
11. Rubrik Penilaian Pretes Postes ... 105
12. AngketSelf EfficacySiswa... 106
13. AngketSelf EfficacySiswa (Uji Coba)... 109
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel
1. SintaksProblem Based Instruction………... 12
2. Contoh SkalaSelf Efficacy………...19
3. Ringkasan Jenjang Belajar ………22
4. Indikator dan kisi-Kisi ItemSelf Efficacy ………...35
5. Kriteria Realibilitas ………...37
6. Pernyaataan AngketSelf Efficacy Siswa ……...………... 40
7. Skoring Setiap Jawaban Angket ………...42
8. Tabulasi Data Angket Self EfficacySiswa ………...43
9. Tafsiran persentaseSelf EfficacySiswa……... 43
10. Hasil Analisis Data Hasil Belajar Siswa……... 44
11. Hasil uji statistik N-Gain indikator hasil belajar kognitif (C3 dan C4) pada siswa kelas eksperimen dan control.……... 45
MOTO
Jangan mencoba menjadi orang sukses, tapi jadilah orang yang penuh nilai
(Albert Einsten)
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia
mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya....
(Al-Baqoroh; 286)
Jika kamu tidak bisa melihat diri sendiri sebagai pemenang, maka kamu tidak
terihat sebagai pemenang.
PERSEMBAHAN
Teriring doa dan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT,
kupersembahkan karya yang sangat luar biasa ini sebagai tanda cinta
dan terimakasihku yang kepada:
Tarmizi S.P Ayahandaku dan Ropi ah, S.Pd. Ibundaku tercinta yang
selalu mendoakanku, mencintaiku tanpa henti, mendukungku, dan
mengajariku untuk selalu berusaha mencapai impian.
Anita Ropiyanti Tarmizi, S. IP., Anditha Tarmizi, S.IP., dan Arbetho
Tarmizi, S. Kom., kakakku tercinta yang selalu memberikan doa,
dukungan, dan semangat untuk keberhasilanku.
Keluarga besar Tarmizi yang memberikan dukungan luar biasa untuk
kesuksesanku.
S
ahabat-sahabat seperjuangan (Pendidikan Biologi 2011), dan KKN-KT
2014, kakak serta adik tingkat pendidikan Biologi FKIP Unila
terimakasih atas bantuan dan dukungan yang sangat berharga;
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Metro, Metro Pusat, pada tanggal 26
Desember 1992, merupakan anak keempat dari empat
bersaudara dari pasangan Bapak Tarmizi, S.P., dan Ibu
Ropi’ah, S. Pd.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Pertiwi Teladan (1998-2004), SMP
Negeri 1 Metro (2004-2007). SMA Negeri 3 Metro (2007-2010). Pada tahun
2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui
jalur Ujian Masuk Lokal (UML).
Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3
Bengkunat belimbing dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Pesisir Barat
(Tahun 2014), serta melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Seputih Mataram
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sebagai salah satu syarat meraihnya gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung.
Skripsi ini bejudul “Pengaruh Model PembelajaranProblem Based Instruction
terhadapSelf Efficacydan Hasil Belajar Siswa (Studi Eksperimen pada Siswa
Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2014/2015 pada
Materi Pokok Pengaruh Kepadatan Populasi Manusia Terhadap Lingkungan)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita M.Si selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Berti Yolida, S.Pd., M,Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi;
4. Dr. Arwin Surbakti, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;
5. Rini Rita T. Marpaung, S. Pd., M, Pd. selaku Pembimbing II yang telah
xii
6. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembahas yang telah memberikan saran-saran
dan motivasi yang berharga;
7. Sulaiman, S.Pd., M. Pd. selaku Kepala SMP Negeri 02 Seputih Mataram dan
Fitrah Sugesti, S.Pd. selaku guru mitra yang telah memberikan izin dan
memberikan bantuan selama penelitian;
8. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VIIA dan VIIB SMP Negeri
02 Seputih Mataram atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;
9. Bapak Tarmizi, S.P dan Ibu Ropiah, S.Pd., orang tuaku tercinta, terima kasih
atas cinta dan kasih sayang yang tiada henti;
10. Kakak-kakakku Anita Ropiyanti Tarmizi, S. IP., Anditha., S. IP., dan Arbetho
Tarmizi, S. Kom., yang sangat kusayangi, terimasih atas semangat dan
motivasi yang sangat berharga;
11. Sahabat-sahabat seperjuangan (Pendidikan Biologi 2011) dan KKN-KT 2014,
kakak serta adik tingkat pendidikan Biologi FKIP Unila terimakasih atas
bantuan dan dukungan yang sangat berharga;
12. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat
dan berguna bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Agustus 2015
Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan IPA (Sains) merupakan aspek pendidikan yang digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pendidikan sains
tersebut tidak hanya terdiri dari fakta, konsep, dan teori yang dapat
dihafalkan, tetapi juga terdiri atas kegiatan atau proses aktif menggunakan
pikiran dan sikap ilmiah dalam mempelajari gejala alam yang belum
diterangkan. Dengan demikian, tuntutan untuk terus menerus
memutakhirkan pengetahuansainsmenjadi suatu keharusan (Depdiknas,
2003). Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Listiyawati, 2012: 62).
Proses pembelajaran IPA di sekolah haruslah memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka dalam sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup
2
umat manusia. Salah satunya pada sikap yang perlu dimiliki peseta didik
adalah percaya diri (Self efficacy) (Permendikbud, 2013: 3) Hal ini juga
didukung oleh Noer (2012) yang menyatakan bahwa kemampuan kognitif
dan afektif sangat berkaitan satu sama lain. Salah satu pendukung atau
penunjang seorang untuk berhasil adalah aspek psikologisnya. Ketika
aspek psikologis siswa terganggu seperti cemas, takut, dalam belajar, hal
ini akan mengakibatkan siswa tidak mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan demikian, aspek psikologi siswa perlu diperhatikan dengan
seksama sebagai kompenen yang penting saat proses pembelajaran. Siswa
dapat dikatakan berhasil di dalam belajar jika terjadi perubahan dalam
kemampuan kognitif , dan afektif khususnya pada tingkah laku. Salah satu
aspek psikologis tersebut adalahself efficacy. Oleh karena itu,self-efficacy
merupakan kemampuan ranah afektif yang memegang peranan penting
dalam mempengaruhi tingkah laku yang menentukan tujuan dan cita-cita
seseorang.
Self efficacy(keyakinan pada kemampuan diri), memiliki pengaruh dalam
meningkatkan hasil belajar. Feist (2011: 211) mengemukakanSelf efficacy
merupakan keyakinan seseorang dapat menguasai situasi dan memberikan
hasil positif, yang dapat menjadi faktor penting dalam menentukan apakah
siswa berprestasi atau tidak.Self efficacydinilai mirip dengan motivasi
dalam menguasai sesuatu dan motivasi intrinsik . Hal ini juga dikemukaan
oleh Santrock (2004: 523) bahwa,self efficacydinilai penting sebagai
faktor internal yang mendorong siswa untuk berprestasi dan
3
efficacyyang tinggi umumnya bersikap tekun dan tidak mudah menyerah
ketika berhadapan dengan kegagalan ataupun kesulitan dalam
pembelajaran. Dengan demikian,self efficacyjuga mempengaruhi cara
atau pilihan tindakan siswa, seberapa banyak upaya yang mereka lakukan,
seberapa lama mereka akan tekun dalam menghadapi rintangan dan
kegagalan, seberapa kuat ketahanan mereka menghadapi kemalangan,
seberapa jernih pikiran mereka merupakan rintangan diri atau bantuan diri,
seberapa banyak tekanan dan kegundahan pengalaman mereka dalam
meniru (copying) tuntunan lingkungan, dan seberapa tinggi tingkat
pemenuhan yang mereka wujudkan.
Self efficacymemegang peranan penting dalam kemajuan pendidikan
karenaself efficacyakan membantu siswa merasa percaya pada
kemampuan diri yang mereka miliki serta mampu menangani secara
efektif kesulitan yang mereka hadapi dalam pengalaman belajar.Self
efficacymerupakan suatu kecakapan yang dapat dan diajarkan agar
menjadi semakin baik (Baron & Byrne, 2003:183).Untuk itu
pembelajaran IPA siswa perlu dilatih dan diajarkan bagaimana
mengembangkanself efficacymelalui suatu model pembelajaran yang
dapat meningkatkanself efficacymereka. Pembelajaran IPA di Indonesia
khususnya pada hasil belajar danself efficacymasih tergolong rendah.
Berdasarkan hasil survey TIMMS dan PIRLS sebanyak 60% siswa
Indonesia hasil belajarnya mencapai kategori rendah (Kemendikbud,
2012:37). Di samping itu juga,Self efficacydi Indonesia berada di
4
Hasil observasi dan wawancara pada guru mata pelajaran IPA kelas VII
menunjukkan bahwa proses pembelajaran di kelas belum mampu melatih
self efficacysiswa. Di samping itu, hasil belajar siswa untuk mata
pelajaran IPA pada siswa kelas VII masih cukup rendah. Data nilai
ulangan harian untuk materi pengaruh keadatan populasi manusia terhadap
penduduk menunjukkan sebanyak hampir 45% nilai siswa masih dibawah
KKM.
Penyebab rendahnya hasil belajar siswa dan belum terlatihnyaself efficacy
siswa kelas VII SMP Negeri 2 Seputi Mataram dikarenakan kurangnya
pengetahuan guru tentang model-model pembelajaran yang dapat melatih
self efficacydan meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil wawancara
menunjukkan bahwa guru cenderung lebih memilih menggunakan metode
ceramah selama proses pembelajaran di kelas dibandingkan model
pembelajaran berbasis konstruktivisme.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan berpengaruh terhadap
kualitas pembelajaran yang berimplikasi padaself efficacydan hasil
belajar siswa. Salah satu model yang menjadi alternatif untuk
meningkatkan hasil belajar dan melatihself efficacyadalah model
pembelajaranproblem based instruction(PBI).Mergendoller (2006:50)
mengemukakan bahwa proses pembelajaran dengan memecahkan masalah
menuntut siswa untuk mampu berpikir secara kritis, dapat menganalisis,
dan memecahkan masalah nyata yang kompleks. Selain itu siswa harus
mampu menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan sumber daya yang
5
dan kelompok kecil dengan kemampuan komunikasi yang efektif, antara
verbal dan tertulis. Akibatnya kemampuan berpikir dan ketrampilan
berkomunikasi siswa akan terlatih menjadi semakin baik, dan selanjutnya
berimplikasi terhadap hasil belajar danself efficacysiswa.
Pendapat di atas didukung oleh penelitian Titin, dkk (2011) yang
menunjukkan bahwa model PBI dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada pembelajaran IPA. Selain itu, hasil penelitian Wiratmaja, dkk (2014),
Utari (2014), dan Laili, dkk (2015) menunjukkan bahwa model
pembelajaran berbasis masalah yang selain mampu meningkatkan hasil
belajar siswa juga diketahui mampu meningkatkanacademic self-efficacy
siswa.
Berdasarkan fakta-fakta di atas peneliti merasa perlu melakukan penelitian
mengenai“Pengaruh Model PembelajaranProblem Based Instruction
Terhadap Hasil Belajar danSelf efficacySiswa Pada Materi Pengaruh
Kepadatan Populasi Manusia Terhadap Lingkungan (Studi Eksperimen
pada Kelas VII SMP N 2 Seputih Mataram Tahun Ajaran 2014/2015)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah pengggunaan model PBI berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa pada materi pengaruh kepadatan populasi manusia
6
2. Apakah pengggunaan model PBI berpengaruh terhadap
peningkatanself efficacy siswa pada materi pengaruh kepadatan
populasi manusia terhadap lingkungan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengaruh model PBI terhadap hasil belajar siswa pada materi
pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan.
2. Pengaruh model PBI terhadap peningkatanself efficacysiswa pada
materi pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan yaitu PBI dengan sintaks yang
terdiri dari orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk
belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan yang terakhir
menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2. AspekSelf efficacy yang diinginkan pada penelitian ini yaitu
pencapaian kinerja, pengalaman orang lain, persuasi verbal, dan indeks
psikologis.
3. Hasil belajar yang diukur yaitu pada aspek kognitif (pengetahuan)
7
sebagai penilaian akhir siswa yang ditinjau berdasarkan perbandingan
N-gain.
4. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah“KD 7.3
Memprediksi pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap
lingkungan”.
5. Sampel penelitian dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 2
Seputih Mataram semester genap tahun ajaran 2014/2015.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran
biologi dengan menggunakan model pembelajaran PBI.
2. Bagi guru
Memberikan alternatif dalam memilih dan menerapkan model
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan
self efficacysiswa dalam pembelajaran pengaruh kepadatan populasi
manusia terhadap lingkungan.
3. Bagi Siswa
Melatih siswa untuk dapat meningkatkanSelf efficacy siswa dan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari khususnya yang berhubungan dengan pengaruh kepadatan
8
4. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran biologi di sekolah melalui penggunaan model
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Model PembelajaranBroblem Based Instruction(PBI)
Model PBI menurut Mergendoller (2006:49) adalah model pembelajaran
yang lebih menarik daripada membaca atau mendengar tentang
fakta-fakta dan konsep untuk memecahkan masalah (realistis, simulasi) yang
banyak dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga didukung oleh
Nurhadi (2004: 09) bahwa PBI adalah suatu metode atau pendekatan
pengajaran yang menggunakan masalah kondisi nyata sebagai suatu
konteks bagi mahasiswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan
dan konsep yang essensial dari materi pelajaran.
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah menurut Rusman
(2012:234-233) adalah (1) masalah digunakan sebagaistarting point
dalam belajar; (2) permasalahan bersifatrealdengan dunia nyata yang
tidak terstruktur; (3) permasalahan membutuhkan perspektif ganda; (4)
permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,
dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan
10
menjadi hak yang utama; (6) pemanfaatan sumber pengetahuan yang
beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan
proses yang essensial dalam pembelajaran berbasis masalah; (7) proses
pembelajaran berlangsung secara kolaboratif komunikasi dan kooperatif;
(8) mengembangkan keterampilaninquirydan pemecahan masalah untuk
mencari solusi dari sebuah permasalahan; (9) keterbukaan proses dalam
pembelajaran berbasis masalah meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah
proses belajar; (10) pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi
dan review pengalaman dan proses belajar.
Hal ini serupa dengan karakteristik model pembelajaran berbasis masalah
yang dikemukakan oleh Lie (2008:12) yaitu (1) pembelajaran berpusat
pada siswa(student-centered); (2) pembelajaran dalam kelompok kecil;
(3) peranan guru sebagaifasilitator; (4) masalah yang autentik menjadi
starting pointdalam pembelajaran; (5) masalah sebagai alat untuk
memperoleh pengetahuan dan keterampilan pemecahan masalah; (6)
informasi baru diperoleh melalui belajar yang mandiri. Proses
pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi siswa belajar dalam
kelompok/tim dan berkolaborasi untuk mengembangkan proses kognitif
yang berguna untuk memahami permasalahan, mengambil dan
menganalisis informasi/data yang relevan dan mengelaborasi solusi
(Rusman, 2012:235).
Sugiyanto (2009:46) juga mengemukakan karakteristik model pengajaran
11
sesuatu yang kacau(ill-structure).Dari kekacauan ini siswa
menggunakan berbagai kecerdasannya melalui diskusi dan penelitian
untuk menentukan isu nyata yang ada. Adapun ciri-ciriill-structure
yaitu; (1) tidak menyediakan informasi yang diperlukan untuk
mengembangkan solusi, informasi tambahan sangat diperlukan untuk
mendefinisikan masalah (2) tidak ada satu jawaban yang benar terhadap
solusi masalah (3) siswa tidak pernah 100% yakin bahwa mereka
membuat pilihan yang tepat diantara pilihan solusi yang ada karena
beberapa informasi kurang.
Rusman (2012:243) merumuskan langkah-langkah yang akan dilalui oleh
siswa dalam proses PBI adalah (1) menentukan masalah; (2)
mendefinisikan masalah; (3) mengumpulkan fakta; (4) membuat
hipotesis; (5) penelitian; (6)rephrasingmasalah; (7) menyuguhkan
alternatif; dan (8) mengusulkan solusi.
Menurut Trianto (2009: 94-95) pembelajaran berdasarkan masalah
memiliki tujuan:
1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah.
PBI memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret, tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks. Dengan kata lain PBI melatih kepada peserta didik untuk memiliki keterampilan
berpikir tingkat tinggi.
2. Belajar peranan orang dewasa yang autentik
PBI memiliki beberapa implikasi yang diantaranya yaitu: a) Mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas.
12
bertahap siswa dapat memahami peran orang yang diamati atau yang diajak berdialog.
c) Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri sehingga memungkinkan mereka menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahaman terhadap fenomena tersebut secara mendiri.
3. Menjadi pembelajar yang mandiri.
PBI berusaha membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru yang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri dalam hidupnya kelak.
Hal ini didukung dengan pernyataan Arends & Kilcher (2010: 330)
bahwa PBI mempunyai 2 (dua) tujuan utama berupacontent goalsdan
processgoals. Content goalsmencakup: curriculum standars,
specific content concept,danrelationships among ideas in the
problem situation. Sedangkanprocess goalsmencakup: inquiry and
problem-solving skills, self-directed learning skills, collaboration
skills,dan project management skills
Menurut Ibrahim (dalam Rusman, 2012:243) pengajaran berdasarkan masalah
terdiri dari 5 tahapan. Adapun proses atau langkah-langkah pembelajaran PBI
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. SintaksProblem Based Instruction(PBI)
Fase Indikator Tingkah Laku Guru
1 Orientasi siswa pada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
diperlukan dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
2 Mengorganisasi siswa untuk belajar
Membantu siswa
mengidentifikasikan dan
13 untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam
merencanakan dan meyiapkan karya yang sesuai laporandan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.
5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
Belajar dengan pembelajaran berbasis masalah memiliki kelebihan yaitu
dapat membantu siswa aktif dalam pembelajaran dengan menyediakan
masalah dengan situasi yangrealdengan dunia nyata, dengan demikian
siswa merasa bertanggung jawab dalam pembelajaran (Hmelo, 2004: 236).
Hal ini didukung dengan pernyataan Smaldino (2008: 36) bahwa belajar
dengan masalah yangrealdengan dunia nyata memberi kesempatan kepada
siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan pemeblajaran berbasih
masalah dapat meningkatkan keaktifan siswa dan lebih interaktif.
Akan tetapi menurut Trianto (2009: 97) pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa kekurangan antara lain:
1) Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks. 2) Sulitnya mencari problem yang relevan.
3) Sering terjadimiss-konsepsi.
4) Konsumsi waktu dimana model ini memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses penyelidikan sehingga banyak waktu yang tersita untuk proses tersebut.
14
Konsepself-efficacypertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self efficacy
merupakan keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan
memberikan hasil positif, yang dapat menjadi faktor penting dalam
menentukan apakah siswa berprestasi atau tidak. Efikasi diri dinilai mirip
dengan motivasi dalam menguasai sesuatu dan motivasi intrinsik (Feist,
2011: 211). Di samping itu Zimmerman (2000: 83-84) mengemukakan
bahwaSelf-efficacymerupakan penilaian pribadi tentang kemampuan
seseorang untuk mengatur dan melaksanakan program kerja dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan, dan ia berusaha menilai tingkat,
keumuman, dan kekuatan dari seluruh kegiatan dan konteks. Ditambahkan
pula oleh L. Feltz dan D. Lirgg (2001: 2) mengatakan bahwa keyakinan
Self-efficacytidak untuk melakukan penilaian tentang kemampuan
seseorang secara objektif, melainkan suatu penilaian tentang apa yang dapat
dicapai seseorang dengan keterampilan yang dimilikinya. Dengan kata lain,
penilaianSelf-efficacyadalah apa yang seseorang pikirkan tentang apa yang
dapat ia lakukan, bukan apa yang ia miliki. Selanjutnya dikatakan bahwa
penilaianSelf efficacyadalah produk dari sebuah proses kompleks
self-appraisaldanself-persuasiyang mengandalkan pengolahan kognitif atas
berbagai sumber informasiefficacy.
Dengan demikian, Self-efficacyadalah pendapat seseorang mengenai
kemampuannya dalam melakukan suatu aktivitas tertentu.Self-efficacy
merefleksikan seberapa yakinnya siswa tentang kemampuannya melakukan
15
tertentu belum menjamin tingginyaSelf-efficacyseseorang pada bagian
lainnya.Self-efficacymengindikasikan seberapa kuatnya keyakinan
seseorang bahwa mereka memiliki keterampilan untuk melakukan sesuatu,
mereka bisa yakin bahwa dengan faktor-faktor lain akan membuat mereka
meraih sukses.
Menurut Bandura dalam Zeldin (2000: 6), PersepsiSelf-efficacydapat dibentuk
dengan menginterpretasi informasi dari empat aspek yaitu:
1. Pengalaman otentik: merupakan sumber yang paling berpengaruh,
karena kegagalan atau keberhasilan pengalaman yang lalu akan
menurunkan atau meningkatkanSelf-efficacyseseorang.
2. Pengalaman orang lain: merupakan sumber informasi yang diperlukan
untuk membuat pertimbangan tentang kemampuan diri sendiri.
3. Pendekatan sosial atau verbal: merupakan pendekatan yang dilakukan
dengan cara meyakinkan seseorang bahwa ia memiliki/ tidak memiliki
kemampuan untuk melakukan sesuatu.
4. Indeks psikologis: merupakan status fisik dan emosi yang akan
mempengaruhi kemampuan seseorang.
L. Feltz dan D. Lirgg (2001: 5) mengemukakan bahwaself-efficacyindividu
dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu :
a. Tingkatan (level)
Self-efficacyindividu dalam mengerjakan suatu tugas berbeda dalam
16
pada tugas yang mudah dan sederhana, atau juga pada tugas-tugas
yang rumit dan membutuhkan kompetensi yang tinggi. Individu yang
memilikiself-efficacyyang tinggi cenderung memilih tugas yang
tingkat kesukarannya sesuai dengan kemampuannya.
b. Keadaan umum (generality)
Dimensi ini berkaitan dengan penguasaan individu terhadap bidang
atau tugas pekerjaan. Individu dapat menyatakan dirinya memiliki
self-efficacypada aktivitas yang luas, atau terbatas pada fungsi
domain tertentu saja. Individu denganself-efficacyyang tinggi akan
mampu menguasai beberapa bidang sekaligus untuk menyelesaikan
suatu tugas. Individu yang memilikiself-efficacyyang rendah hanya
menguasai sedikit bidang yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu
tugas.
c. Kekuatan (strength)
Dimensi yang ketiga ini lebih menekankan pada tingkat kekuatan atau
kemantapan individu terhadap keyakinannya.Self-efficacy
menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu akan
memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan individu.
Self-efficacymenjadi dasar dirinya melakukan usaha yang keras, bahkan
ketika menemui hambatan sekalipun.
Bandura (2008: 3-6) menguraikan proses psikologisself-efficacydalam
mempengaruhi fungsi manusia. Proses tersebut dapat dijelaskan melalui
cara-cara dibawah ini :
17
Dalam melakukan tugas akademiknya, individu menetapkan tujuan
dan sasaran perilaku sehingga individu dapat merumuskan tindakan
yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Penetapan sasaran
pribadi tersebut dipengaruhi oleh penilaian individu akan
kemampuan kognitifnya. Fungsi kognitif memungkinkan individu
untuk memprediksi kejadian-kejadian sehari-hari yang akan
berakibat pada masa depan. Asumsi yang timbul pada aspek
kognitif ini adalah semakin efektif kemampuan individu dalam
analisis dan dalam berlatih mengungkapkan ide-ide atau
gagasan-gagasan pribadi, maka akan mendukung individu bertindak dengan
tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Individu akan
meramalkan kejadian dan mengembangkan cara untuk mengontrol
kejadian yang mempengaruhi hidupnya. Keahlian ini
membutuhkan proses kognitif yang efektif dari berbagai macam
informasi.
b. Proses motivasi
Motivasi individu timbul melalui pemikiran optimis dari dalam
dirinya untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan. Individu
berusaha memotivasi diri dengan menetapkan keyakinan pada
tindakan yang akan dilakukan, merencanakan tindakan yang akan
direalisasikan.
c. Proses afeksi
Afeksi terjadi secara alami dalam diri individu dan berperan dalam
18
dengan mengontrol kecemasan dan perasaan depresif yang
menghalangi pola-pola pikir yang benar untuk mencapai tujuan.
Proses afeksi berkaitan dengan kemampuan mengatasi emosi yang
timbul pada diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Kepercayaan individu terhadap kemampuannya mempengaruhi
tingkat stres dan depresi yang dialami ketika menghadapi tugas
yang sulit atau bersifat mengancam. Individu yang yakin dirinya
mampu mengontrol ancaman tidak akan membangkitkan pola pikir
yang mengganggu. Individu yang tidak percaya akan
kemampuannya yang dimiliki akan mengalami kecemasan karena
tidak mampu mengelola ancaman tersebut.
d. Proses seleksi
Proses seleksi berkaitan dengan kemampuan individu untuk
menyeleksi tingkah laku dan lingkungan yang tepat, sehingga dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Ketidakmampuan individu
dalam melakukan seleksi tingkah laku membuat individu tidak
percaya diri, bingung, dan mudah menyerah ketika menghadapi
masalah atau situasi sulit.Self-efficacydapat membentuk hidup
individu melalui pemilihan tipe aktivitas dan lingkungan. Individu
akan mampu melaksanakan aktivitas yang menantang dan memilih
situasi yang diyakini mampu menangani. Individu akan memelihara
kompetensi, minat, hubungan sosial atas pilihan yang ditentukan.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya makaself-efficacy
19
aktivitas, usaha, dan ketekunan seseorang dalam mengatur dan melakukan
perbuatan yang dikehendaki untuk mencapai tujuannya dan harapan yang
realistik sehingga berusaha sekuatnya dalam mengatasi kesulitan dalam
menyelesaikan tugasnya. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mengetahui
self efficacysiswa adalah dengan mengujinya menggunakan skala milik
Schwarzer dan Jerusalem, (1995). Skala ini digunakan karena landasan teori
yang digunakan dalam penelitiannya menggunakan teorisosial cognitive
milik Albert Bandura. Selain itu, menurut Schwarzer dan Jerusalem, (1995)
koefisien reliabilitas skalaself-efficacy0,75 sampai 0,90 sehingga dapat
dikatakan reliabel dan juga dapat dibuktikan melalui validitas diskriminan
dan validitas konvergen. Berikut ini disajikan contoh skalaself efficacy
menurut Schwarzer dan Jerusalem, (1995) :
Tabel 2. Contoh SkalaSelf Efficacy
No Measure
I can always manage to solve difficult problems if I try hard enough.
2
If someone opposes me, I can find the means and ways to get what I want.
3
It is easy for me to stick to my aims and accomplish my goals.
4
I am confident that I could deal efficiently with unexpected events.
5
Thanks to my resourcefulness, I know how to handle
unforeseen situations.
6 I can solve most problems if I invest the necessary effort.
7
20
8
When I am confronted with a problem, I can usually find several solutions.
9 If I am in trouble, I can usually think of a solution.
10 I can usually handle whatever comes my way.
3. Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mujiono (2009: 4) hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
belajar meupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil
belajar, untuk sebagian adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan
pengajaran. Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental
siswa. Sedangkan menurut Mulyasa (2009: 212) hasil belajar merupakan
prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator
kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.
Hasil belajar dapat diketahui dengan adanya evaluasi hasil belajar. Evaluasi
belajar sendiri adalah kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi belajar
memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah
tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
21
Hasil belajar dari aspek kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam
pencapaiannya. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi
non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan
prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal
dikenal cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa
secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal
mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting
untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting
untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di
dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 1991: 131).
Hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan
potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar
oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk
penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan
motorik (Sukmadinata 2007: 102). Sementara itu, Abdurrahman (2003: 37)
mendefinisikan hasil belajar sebagai suatu kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui kegiatan belajar. Belajar merupakan proses mencapai tujuan,
dengan demikian terjadi perubahan tingkah laku setelah proses pembelajaran.
Guru dalam kegiatan pembelajaran, merumuskan tujuan-tujuan dari belajar
yang harus dicapai siswa. Siswa yang berhasil adalah siswa yang mampu
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.
Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari
22
seluruhnya atau sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik
fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, selain menunjukkan
kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya
pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil proses pembelajaran dikatakan
berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada peserta didik
seluruhnya atau sebagian besar (75%). Lebih lanjut proses pembelajaran
dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan
outputyang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan,
perkembangan masyarakat dan pembangunan (Mulyasa, 2003: 101). Hasil
belajar kognitif menjadi cerminan tingkat keberhasilan siswa, seperti yang
dikatakan oleh Eggen (1997:441) bahwa sebagian besar tujuan dan hasil
belajar yang muncul dalam panduan kurikulum sekolah di beberapa negara
bagian adalah dalam ranah kognitif, yang fokus pada pengetahuan dan
pemahaman pada suatu fakta, konsep, prinsip, aturan, keterampilan, dan
pemecahan masalah. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Prawiradilaga
(2009:82) yaitu bila seseorang sedang belajar, maka akan terjadi peningkatan
kognitif dalam dirinya. Setiap potensi terkait motorik atau sikap berawal dari
proses kognitif. Dengan kata lain, berpikir kognitiflah yang menjadi dasar
dari segala penguasaan ilmu dan pengingkatan kemampuan.Untuk penjelasan
lebih lanjut mengenai hasil belajar tersebut, berikut disajikan ringkasan
jenjang belajar yang merupakan revisi dari taksonomi Bloom.
Table 3. Ringkasan jenjang belajar menurut Anderson Prawiradilaga (2009:95)
Berpikir Uraian Rincian
Mengingat Memunculkan pengetahuan dari jangka panjang.
• Mengenali
23
Mengerti Membentuk arti dari pesan pembelajaran (isi): Lisan, tulisan, grafis atau gambar
• Memahami
Menganalisis Menjabarkan komponen atau strukstur dengan membedakan dari bentuk dan fungsi, tujuan, dst
Berkreasi Menyusun sesuatu hal baru: memodifikasi suatu model lama menjadi sesuatu yang berbeda, dst.
• Menghasilkan
• Merencanakan
• Membentuk
B. Kerangka Pikir
Self efficacysangat penting dimiliki oleh siswa. Selain itu proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini belum mampu
meningkatkanself efficacysiswa dan hasil belajar siswa juga dinilai masih
rendah. Oleh karena itu guru dituntut menyesuaikan model pembelajaran
yang dapat meningkatkanself efficacysiswa. Salah satunya dengan
menerapkan model pembelajaran mengunakan model PBI, yaitu keterlibatan
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sangat diutamakan. Selama
kegiatan belajar mengajar, guru tidak mendominasi kegiatan yang ada di
kelas, melainkan siswalah yang aktif bekerja. Dengan menggunakan model
ini, siswa dilatih merumuskan masalah, menelaah masalah, merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data, pembuktian hipotesis dan menentukan
24
dapat memecahkan masalah secara sistemastis dan meningkatkan self
efficacydalam memecahkan masalah. Keterlibatan siswa secara langsung
selama pembelajaran berlangsung akan membuat materi yang diterima
menjadi lebih mudah dipahami dan diingat oleh siswa, sehingga
diperkirakan model PBI dapat meningkatkanself efficacysiswa.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan
terikat. Variabel bebas ditunjukkan dengan penggunaan model pembelajaran
PBI, sedangkan variabel terikat ditunjukkan pada hasil belajar danSelf
efficacysiswa. Hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat
ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Keterangan: X = Model PBI Y = Hasil Belajar Y =Self EfficacySiswa
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaranProblem Based Instructiondapat meningkatkan
Self Efficacysiswa pada materi pengaruh kepadatan populasi manusia
terhadap lingkungan.
Y1
X
25
2. ModelProblem Based Instructionberpengaruh terhadap hasil belajar
siswa pada materi pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 di SMP Negeri 2
Seputih Mataram.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakanpurposive sampling.
Teknikpurposive samplingini dipilih karena adanya
pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk memilih sampel (Budiyono, 2003:35). Populasi
pada penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Mataram
semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015. Sampel yang digunakan yaitu
kelas VII B dengan jumlah 32 siswa sebagai kelas kontrol yang terdiri dari 15
siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan, dan kelas VII A berjumlah 32 siswa
sebagai kelas eksperimen yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 19 siswa
perempuan.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalahpretest-postest control
27
Kelas Pretest Perlakuan Postest
I O1 X O2
II O1 C O2
dan kelas VII A (kelas eksperimen) diberi perlakuan dengan menggunakan
model pembelajaranProblem Based Instruction(PBI).
Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan : I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1=Pretest; O2=
Postest; X = Pembelajaran dengan model PBI; C = Kontrol (pembelajaran dengan metode diskusi).
Gambar 2. Desain penelitianpretest-posttest control group (Sukardi, 2007: 186).
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap prapenelitian adalah sebagai berikut:
a. Membuat surat izin penelitian ke FKIP untuk SMP Negeri 2 Seputih
Mataram.
b. Melakukan observasi dan wawancara di SMP Negeri 2 Seputih
Mataram untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang
menjadi subjek penelitian.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
28
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa untuk setiap
pertemuan.
e. Membuat instrumen penilaian yaitu soal pretes dan postes, serta angket
self efficacysiswa.
f. Melakukan uji coba angketself efficacysiswa pada tanggal 18 Maret
2015 pada 24 responden (kelas VII F) yang berada di SMP Negeri 2
Seputih Mataram.
g. Melakukan uji validitas dan uji realibilitas pada hasil uji coba angket
self efficacysiswa. Uji ini digunakan untuk melihat apakah angketself
efficacylayak digunakan dalam penelitian.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaranproblem based instructionuntuk kelas eksperimen dan
metode diskusi untuk kelas kontrol di SMP Negeri 2 Seputih Mataram.
Penelitian ini direncanakan 2 kali pertemuan dengan membahas materi
pengaruh kepadatan populasi manusia dengan lingkungan.
Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
2.1 Kelas Eksperimen (pembelajaran dengan model PBI)
1. Kegiatan Pendahuluan
a) Siswa mengerjakan pretes pada pertemuan pertama berupa soal
29
b) Siswa mendengar penjelasan guru mengenai tujuan
pembelajaran.
c) Apersepsi dilakukan siswa dengan menjawab pertanyaan guru:
(Pertemuan ke I) guru menampilkan gambar penduduk yang
padat pada suatu area,lalu bertanya “gambar apakah ini ?”,
bagaimana keadaan penduduk di area tersebut?“, “faktor-faktor
apa yang mempengaruhi kepadatan penduduk?”
(Pertemuan ke II) guru menampilkan gambar kegiatan
pembukaan hutan menjadi lahan pertanian ,lalu bertanya “Jika
pepohonan yang ada di hutan banyak yang ditebang, apa
dampaknya bagi lingkungan?
d) Siswa mendapatkan motivasi dari guru :
(Pertemuan ke I) “Dengan mempelajari materi ini, kita dapat
mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi kepadatan
penduduk”.(Pertemuan ke II) “Setelah mempelajari materi ini,
kita dapat mengetahui pengaruh dari kepadatan penduduk
terhadap kerusakan lingkungan”.
e) Guru menjelaskan tentang proses pembelajaran dengan model
pembelajaran berdasarkan masalah. Setiap kelompok
memperoleh LKS berbasis masalah untuk didiskusikan kemudian
siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas (Pertemuan
30
2. Kegiatan Inti
a) Siswa dalam tiap kelompok menerima LKS berbasis masalah
dengan permasalahan yang berbeda (Pertemuan ke I) mengkaji
tentang keterkaitan kepadatan populasi manusia terhadap
ketersedian air bersih dan udara bersih, serta usaha yang
dilakukan untuk mengatasi permasalahan akibat kepadatan
populasi terhadap kertersediaan air bersih dan udara bersih.
(Pertemuan ke II) mengkaji tentang keterkaitan kepadatan
populasi manusia terhadap ketersedian lahan dan pangan, serta
usaha yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan akibat
kepadatan populasi terhadap kebutuhan pangan dan lahan, serta
terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan.
b) Siswa merumuskan suatu masalah yang telah diajukan oleh guru
(Pertemuan ke I-II)
c) Siswa mengumpulkan informasi yang sesuai untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah (Pertemuan ke I-II)
d) Siswa berdiskusi untuk menjawab LKS berbasis masalah
(Pertemuan ke I-II)
e) Setiap kelompok mengumpulkan LKS berbasis masalah yang
telah dikerjakan (Pertemuan ke I-II).
f) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan
31
g) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami kepada guru
(Pertemuan ke I-II).
3. Kegiatan Penutup
a) Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan tentang apa
yang telah dipelajari
b) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya
c) Siswa mengerjakan postes (Pertemuan ke II) yang sama dengan
soal pretes (Pertemuan ke I)
2.2 Kelas Kontrol (pembelajaran dengan metode diskusi)
1. Kegiatan Pendahuluan
a) Siswa mengerjakan pretes pada pertemuan pertama berupa soal
uraian mengenai materi kepadatan populasi penduduk.
b) Siswa mendengar penjelasan guru mengenai tujuan
pembelajaran.
c) Apersepsi dilakukan siswa dengan menjawab pertanyaan guru:
(Pertemuan ke I) guru menampilkan gambar penduduk yang
padat pada suatu area,lalu bertanya “gambar apakah ini ?”,
bagaimana keadaan penduduk di area tersebut?“, “faktor
-faktor apa yang mempengaruhi kepadatan penduduk?”
(Pertemuan ke II) guru menampilkan gambar kegiatan
pembukaan hutan menjadi lahan pertanian , lalu bertanya
“Jika pepohonan yang ada dihutan banyak yang ditebang, apa
32
d) Siswa mendapatkan motivasi dari guru :
(Pertemuan ke I) “Dengan mempelajari materi ini, kita dapat
mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi kepadatan
penduduk”. (Pertemuan ke II) “Setelah mempelajari materi ini,
kita dapat mengetahui pengaruh dari kepadatan penduduk
terhadap kerusakan lingkungan”.
e) Guru menjelaskan tentang proses pembelajaran dengan metode
diskusi. Setiap kelompok memperoleh LKS untuk didiskusikan
kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas
(Pertemuan ke I-II).
2. Kegiatan Inti
a) Siswa dalam tiap kelompok menerima LKS berbasis diskusi
dengan permasalahan yang berbeda (Pertemuan ke I)
mengkaji tentang keterkaitan kepadatan populasi manusia
terhadap ketersedian air bersih dan udara bersih, serta usaha
yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan akibat
kepadatan populasi terhadap kertersediaan air bersih dan udara
bersih. (Pertemuan ke II) mengkaji tentang keterkaitan
kepadatan populasi manusia terhadap ketersedian lahan dan
pangan, serta usaha yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan akibat kepadatan populasi terhadap kebutuhan
pangan dan lahan, serta terhadap pencemaran dan kerusakan
33
b) Siswa berdiskusi untuk menjawab LKS (Pertemuan ke I-II)
c) Setiap kelompok mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan
(Pertemuan ke I-II).
d) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan
kelas sehingga terjadi diskusi kelas (Pertemuan ke I-II).
e) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami kepada guru
(Pertemuan ke I-II).
3. Kegiatan Penutup
a) Siswa bersama dengan guru membuat kesimpulan tentang apa
yang telah dipelajari
b) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya
c) Siswa mengerjakan postes (Pertemuan ke II) yang sama
dengan soal pretes (Pertemuan ke I).
E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif berupa nilaipretestdanpostestpada materi pengaruh
kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan. Hasil belajar ditinjau
berdasarkan perbandingan nilaigainyang dinormalisasi (N-gain), dan
34
b. Data Kualitatif
Data kualitatif yang digunakan berupa angketself efficacyyang
diberikan kepada siswa yang mengikuti pembelajaran PBI.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:
a. Pretes dan Postes
Pemberian pretest dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran
dimulai, dan postes dilakasanakan pada akhir kegiatan pembelajaran
untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Pretes dan postest
sama-sama diberikan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Teknik
penskoran nilaipretestdanposttestyaitu:
S = R N×100
Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari), R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar, N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008:112).
b. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) digunakan untuk mengetahui hasil diskusi
oleh siswa di kedua kelas selama proses pembelajaran. Kelas kontrol
menggunakan LKS berbasis diskusi, dan kelas eksperimen
menggunakan LKS berbasisProblem Based Instruction(PBI).
c. AngketSelf Efficacy
Angketself efficacysiswa pada penelitian ini menggunakan skalaLikert
35
(S), kurangsependapat(KS), tidaksependapat(TS), dan sangat tidak
sependapat(STS) (Budiyono, 2003 : 51). Angket berisi 19 pernyataan yang terdiri dari 12 pernyataan positif (F) dan 7 pernyataan negatif
(UF). Angketself efficacymenggunakan skala milik Schwarzer dan
Jerusalem (1995) karena landasan teori yang digunakan dalam
penelitiannya menggunakan teorisosial cognitivemilik Albert Bandura.
Selain itu, angketself efficacydalam penelitian ini disesuaikan dengan
4 aspek yaitu aspek pencapaian kinerja, pengalaman orang lain,
persuasi verbal, dan indeks psikologis (Noer, 2012). Seperti
ditunjukkan pada Tabel 4. aspek-aspek tersebut dikembangkan menjadi
beberapa indikator.
Tabel 4. Indikator dan Kisi-kisi ItemSelf Efficacy
36
Sebelum digunakan, angket terlebih dahulu di uji kelayakan. Pengujian data angket dilakukan sebagai berikut:
1) Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Budiyono,
2003: 55). Validitas masing-masing item pernyataan dapat
dilihat dari nilaicorrected item- total correlation
masing-masing item pernyataan, dengan membandingkan rTabelpada
DF = N-2 = (24)-2= 22 Probabilitas 5% (distribusi nilai rtabel
dapat dilihat pada lampiran 10 ). Apabila harga rhitunglebih
37
valid dan jika rhitunglebih kecil dari rtabelmaka butir instrumen
tersebut tidak valid.
2) Uji Realibilitas
Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik ( Budiyono, 2003: 65 ). Untuk
mencari koefisien reliabilitas dari angket, digunakan teknik
Alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS 17.
Menurut Guilford (Himmah, 2014 : 27) koefisen realibilitas
diinterpretasikan pada Tabel berikut.
Tabel 5. Kriteria Realibilitas
Koefisien Realibilitas (r11) Kriteria
r11≤ 0,20 Sangat Rendah
0,20 < r11≤ 0,40 Rendah 0,40 < r11≤ 0,60 Sedang 0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi 0,80 < r11≤ 1,00 Sangat Tinggi
F. Teknik Analisis Data
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif pada penelitian ini adalah data hasil belajar berupa nilai
antara nilaipretestdanpostest Gainyang dinormalisasi (N-gain).
Untuk mendapatkanN-gainmenggunakan formula Hake (dalam
Loranz, 2011: 3), yaitu sebagai berikut:
N
–
gain
(%) =
X 100 %
Keterangan : X = nilaipostest; Y = nilaipretest;
38
Nilai pretes, postes, danN-gainpada kelas eksperimen dan kontrol
dianalisis menggunakan uji normalitas yang diketahui data tersebut
berdustribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas yang
diketahui kedua sampel tersebut berasal dari populasi yang sama
(homogen). Selanjutnya pengujian hipotesis dengan menggunakan uji
ANOVA one-way. Langkah-langkah pengujian statistik untuk data
hasil belajar tertera pada bagan di berikut ini:
Gambar 3. Bagan langkah-langkah uji statistik untuk data hasil belajar
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua
kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji
normalitas data yang dilakukan menggunakan ujiLillieforsdengan
menggunakan program SPSS versi 17.
a) Hipotesis
Ho : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
AnovaOne-way
Syarat: jika data berdistribusi normal
Uji Normalitas Uji Homogenitas
39
b) Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung< Ltabelataup-value> 0,05, tolak Ho untuk
harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang digunakan adalah ujiFisher. Dengan rumus
yang digunakan, yaitu homogenitas dilakukan untuk mengetahui
perbedaan antara dua keadaan:
F = = / ( )
/ ( )= 2
Keterangan : F = Homogenitas
= Varian antar kelompok = Varian dalam kelompok
Adapun kriteria pengujiannya adalah : 1. Terima H0jika harga Fhitung< Ftabel
2. Tolak H0jika harga Fhitung> Ftabel= 0,05 dan derajat kebebasan
(Susetyo, 2012: 258).
c. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dengan terlebih
dahulu menggunakan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif
(Ha). Uji ANAVA tidak hanya bisa mengukur pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen, tetapi juga bisa menguji
signifikansinya yaitu pengaruh signifikan atau tidak secara statistik
dengan menggunakan uji F (Siregar, 2014: 270).
a) Hipotesis
Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 :Kedua sampel mempunyai varians berbeda
b) Kriteria Uji
40
Jika Fhitung> Ftabelatau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak
d. UjiMann WhitneyU
Apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka
dilakukan Uji U atau UjiMann Whitney.
1) Hipotesis
Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol
2) Kriteria Uji
− Jikap-value> 0,05 maka terima Ho
− Jikap-value< 0,05 maka tolak Ho(Pratisto, 2004:36).
2. Data Kualitatif (AngketSelf Efficacy)
Data kualitatif pada penelitian ini adalah data angketself efficacysiswa
yang berupa 12 pernyataan positif dan 7 pernyataan negatif. Pengolahan
data angket dilakukan sebagai berikut:
1) Membuat pernyataan angketself efficacysiswa seperti pada Tabel. Tabel 6. Pernyataan AngketSelf EfficacySiswa
1. Model pembelajaran yang digunakan guru membuat saya optimis pada setiap solusi masalah yang saya temukan.
a. Sangat Sependapat
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat
2. Model pembelajaran yang digunakan guru membuat saya semakin malas mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
a. Sangat Sependapat
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat
3. Setiap masalah yang saya temui mempengaruhi kehidupan pribadi saya a. Sangat Sependapat
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat
41
a. Sangat Sependapat
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat 5. Pembelajaran yang digunakan tidak mampu mengembangkan
kemampuan saya dalam memecahkan masalah. a. Sangat Sependapat
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat
6. Saya tidak percaya diri jika bersaing dengan teman yang lebih pandai. a. Sangat Sependapat
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat
7. Saya akan meminta bantuan teman, jika saya kesulitan menyelesaikan tugas.
a. Sangat Sependapat
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat
8. Model pembelajaran yang digunakan guru memudahkan saya untuk berdiskusi menyelesaikan masalah.
a. Sangat Sependapat
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat
9. Model pembelajaran yang digunakan guru membuat saya dapat memaknai pentingnya menyelesaikan suatu masalah.
a. Sangat Sependapat
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat
10. Mengerjakan soal-soal biologi yang berbentuk masalah membuat saya menjadi jenuh dan bosan.
a. Sangat Sependapat
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat
11. Saya mudah menyerah saat memahami materi pengaruh kepadatan populasi manusia dengan lingkungan.
a. Sangat Sependapat
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat
12. Saya yakin mendapat nilai yang tinggi walaupun soal-soalnya sulit dan belum pernah saya kerjakan.
a. Sangat Sependapat
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat
13. Saat mengalami kegagalan dalam mengerjakan soal saya bersemangat untuk mencoba mengerjakan lagi.
a. Sangat Sependapat
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat
14. Saya dapat menjawab pertanyaan atau soal biologi yang diberikan guru dengan yakin tanpa ragu-ragu.
42
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat
15. Saya yakin dapat mengerjakan tugas yang diberikan dengan tepat waktu. a. Sangat Sependapat
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat
16. Saya merasa percaya diri ketika mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
a. Sangat Sependapat
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat
17. Saat banyak tugas dalam waktu yang bersamaan, saya merasa bingung tugas mana yang harus diprioritaskan.
a. Sangat Sependapat
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat
18. Saya dapat mengerjakan soal atau tugas walaupun suasana kelas gaduh. a. Sangat Sependapat
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat
19. Dalam diskusi kelompok, saya selalu menyampaikan ide atau pendapat saya.
a. Sangat Sependapat
b. Sependapat d. Tidak Sependapat c. Kurang Sependapat e. Sangat Tidak Sependapat
(dimodifikasi dariThe General Self Efficacy Scale, 1995).
2) Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada tabel.
Tabel 7. Skoring Setiap Jawaban
Alternatif Jawaban Positif (F) Negatif (UF)
Sangat Sependapat (SS) 4 0
Sependapat (S) 3 1
Kurang Sependapat (KS) 2 2
Tidak Sependapat (TS) 1 3
Sangat Tidak Sependapat (STS) 0 4
43
Tabel 8. Tabulasi Data AngketSelf efficacySiswa
(dimodifikasi dari Suwandi, 2012: 38).
4) Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus Sudjana (2002: 45) sebagai berikut:
∑S
Xin= × 100%
Smaks
Keterangan: Xin =Persentase jawaban siswa
∑S = Jumlah skor jawaban
Smaks = Skor maksimum yang diharapkan
5) Menafsirkan persentase angketSelf EfficacySiswa
Tabel 9. Tafsiran PresentaseSelf EfficacySiswa
Persentase (%) Kriteria
Hendro (dalam Suwandi, 2012: 39).
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Penggunaan model pembelajaranProblem Based Instructionmemiliki
pengaruh dalam meningkatkanSelf efficacydan hasil belajar siswa
pada materi pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap
lingkungan.
2. Terdapat hubungan positif antara peningkatanSelf efficacydan hasil
belajar pada siswa yang memperoleh pembelajaranProblem Based
Instruction.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut.
1. Dalam penggunaan pembelajaranProblem Based Instructionguru
hendaknya menekankan pada penentuan permasalahan, dimana
permasalahan yang disajikan harus kontekstual danill-structured.
2. Guru diharapkan dapat memfasilitasi pengembanganSelf Efficacy
siswa karenaSelf Efficacysalah satu faktor pendukung bagi siswa
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2003.Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Arends, R.I. dan A. Kilcher. 2010. Teaching for Student Learning: Becoming an Accomplished Teacher. Rotledge Taylor & Francis Group. New York and London.
Baron, R.A dan Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial. Erlangga. Jakarta.
Bandura, A. 2008.Self Efficacy: New York (1-14). (Online).
http://www.des.emory.edu/mfp/BanEncy.html, diakses pada Minggu 16 November 2014; 20: 45 WIB.
Budiyono. 2003.Metodelogi Penelitian Pendidikan. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
Dimyati dan Mudjono. 2009.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Eggen, P., dan D. Kauchak. 1997.Educational Psychology. Prentice-Hall Inc. New Jersey.
Feist, Jess., dan Gregory J. Feist. 2011.Teori Kepribadian Edisi 7. Salemba Humanika. Jakarta.
Himmah, Nurul. 2014.Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Matematis dan Self Efficacy
Siswa(2013/2014).(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Hmelo, C.E. 2004.Problem Based Learning: What and How Do Students Learn.