viii DAFTAR ISI
PERNYATAAN ……… ii
KATA PENGANTAR ………. iii
UCAPAN TERIMA KASIH ……… v
ABSTRAK ……… vii
DAFTAR ISI ………. viii
DAFTAR TABEL ………. xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Perumusan Masalah………... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 12
D. Manfaat Penelitian ……… 12
E. Definisi Operasional……….. 13
1. Peranan Guru ………... 14
2. Pendidikan Karakter ……….. 14
F. Lokasi dan Subyek Penelitian ……… 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Guru ……… 16
1. Pengertian Guru ……… 16
3. Pernanan Guru ……… 21
B. Gambaran Umum Pendidikan Karakter ……… 33
1. Pengertian Pendidikan Karakter ……… 33
2. Hakekat Pendidikan Karakter ……… 41
3. Fungsi Pendidikan Karakter ……… 43
4. Tujuan Pendidikan Karakter ……… 46
5. Ciri-ciri Dasar Pendidikan Karakter ……… 48
6. Nilai-nilai Pendidikan Karakter ……… 50
7. Prinsif-Prinsif Pendidikan Karakter ……… 55
8. Pendidikan Karakter dalam Kontek Makro dan Mikro … 58 C. Pembelajaran IPS ……….. 65
1. Tujuan Pembelajaran IPS ……… 65
2. Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS ………… 70
3. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter ……… 72
4. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Karakter ………… 73
5. Pembelajaran Berbasis Karakter ……… 75
BAB III METODE A. Metode Penelitian ……… 81
B. Lokasi dan Subyek Penelitian ……… 83
C. Teknik Pengumpulan Data ……… 85
D. Validasi dan Realibilitas ……… 88
E. Teknik Analisis Data ……… 88
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ……… 93 1. Pemahaman Guru tentang Karakter ……… 93
2. Perencanaan Pembelajaran IPS Berbasis Karakter……… 97 3. Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Karakter ………… 101
B. Pembahasan……… 104
1. Pemahaman Guru tentang Karakter……… 104 2. Perencanaan Pembelajaran IPS Berbasis Karakter…… 108
3. Proses Pembelajaran Berbasis Karakter……… 113
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan ……… 121
2. Rekomendasi……… 124
DAFTAR PUSTAKA……… 127
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan suatu bangsa dalam memperoleh tujuannya tidak hanya
ditentukan oleh melimpahruahnya sumber daya alam, akan tetapi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa bangsa yang besar dapat dilihat dari karakter bangsa (manusia) itu sendiri.
Memahami karakter sangat penting untuk memahami konteks bagaimana karakter itu lahir, dan untuk apa karakter itu diperjuangkan. Merujuk kepada pendapat
para tokoh, pemimpin dan pakar pendidikan dunia yang menyepakati pembentukan karakter sebagai tujuan pendidikan. Dalam UU No 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dalam tujuan itu menandakan bahwa praktek pendidikan bukan semata berorientasi kepada aspek kognitif, melainkan secara terpadu menyangkut tiga
dimensi taksonomi pendidikan yakni kognitif, afektif, dan psikomotor serta berbasis pendidikan karakter yang didefiniskan dengan berbagai indikator sebagaimana tercantum dalam rumusan tujuan pendidikan di atas.
Sementara praktek pendidikan dewasa ini yang masih mengagung-agungkan ranah kognitif sangat bertentangan dengan kerangka yuridis pendidikan nasional
membangun generasi bangsa yang berkarakter. Sementara proses pendidikan dan pembelajaran yang berlangsung di sekolah pada saat ini ada kecenderungan
semakin mengabaikan unsur mendidik dan pendidikan. Inilah yang menjadi tantangan dan tuntutan bagi para guru dewasa ini. Guru harus menjadi garda
terdepan dalam melaksanakan proses pendidikan yang secara holistik dan integralistik, pendidikan yang memadukan ketiga ranah pendidikan serta berorientasi pada pembentukan karakter anak bangsa yang kaffah (manusia utuh).
Pendidikan semacam itulah yang menjadi fokus dari konsep pendidikan karakter. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah Bagian Proyek Pendidikan Imtaq , Kewarganegaraan, dan Budi Pekerti dalam model Pengintegrasian Budi Pekerti ke dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk Guru SMA/SMK/MA (2004 : iii) mengemukakan bahwa:
Salah satu kritik yang paling menarik terhadap sistem pendidikan kita antara lain adalah pendidikan kita terlalu mementingkan pendidikan akademis, dan kurang diimbangi pendidikan karakter, budi pekerti, akhlak, moral, dan mental seni dan olah raga. Untuk apa menciptakan anak yang pintar, jika tidak dilengkapi dengan karakter yang kuat, budi pekerti yang luhur, akhlaq moral dan mentalitas yang tinggi.
Pembangunan karakter bangsa yang sudah diupayakan dengan berbagai bentuk, hingga saat ini belum terlaksana dengan optimal. Hal itu tercermin dari
kesenjangan sosial-ekonomi-politik yang masih besar, kerusakan lingkungan yang terjadi di berbagai pelosok negeri ini, masih terjadinya ketidakadilan hukum, pergaulan bebas dan pornografi yang terjadi di kalangan remaja, kekerasan,
buruk dan tidak santun, dan ketidaktaatan berlalu lintas, serta figur guru yang masih rendah sebagai panutan siswa.
Menurut pemberitaan di Harian Umum Pikiran Rakyat (PR) tanggal 18 Juni 2011, kejadian yang paling dekat adalah ketika nilai kejujuran harus ditanamkan
ternyata guru menganjurkan siswanya untuk berbuat tidak jujur untuk boleh menyontek atau kerjasama pada Ujian Nasional 2011, hanya untuk mengejar sebuah nilai akademik dan memaksakan kepada seluruh siswa harus memiliki
nilai yang bisa melebihi nilai ketuntasan minimal sementara nilai-nilai kejujuran yang harus dibangun tidak dijadikan sebuah kekuatan untuk memiliki siswa yang
baik dan dapat dipercaya
Sekolah yang seharusnya merupakan tempat terbaik untuk menanamkan nilai-nilai karakter sebagai dasar siswa saat ia hidup dimasyarakat. Di sekolah guru
dan siswa membuat kesepakatan mana saja yang termasuk karakter baik dan mana yang
termasuk karakter buruk. Aplikasinya baru akan teruji manakala nilai-nilai karakter positif yang dipegang sekolah, berbenturan dengan kepentingan lain yang begitu
kuat pengaruhnya atau bahkan memang dikendalikan oleh kepentingan mengejar sebuah target keberhasilan.
Masyarakat berpendidikan yang terbiasa santun berperilaku, melaksanakan
musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah, serta bersikap toleran dan gotong royong mulai cenderung berubah menjadi hegemoni kelompok-kelompok yang saling mengalahkan dan berperilaku tidak jujur. Sementara di tingkat
kurangnya mencintai lingkungan sekolah yang baik seperti tulisan-tulisan pada dinding sekolah dan pemeliharaan-pemeliharaan lingkungan sekolah, hal ini
semua kelihatannya hampir sudah pudar. Semua itu menegaskan bahwa terjadi ketidakpastian jati diri dan karakter bangsa yang bermuara pada 1) disorientasi
dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila sebagai filosofi dan ideologi bangsa; 2) keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai esensi Pancasila; 3) bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
4) memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa; 5) ancaman disintegrasi bangsa; dan 6) melemahnya kemandirian bangsa.
Fenomena yang terjadi di lapangan masih banyak guru yang belum melaksanakan perannya sebagai pendidik, terlihat dari figur guru yang berkarakter kurang baik yang bisa dicontoh oleh anak misalnya, keterlambatan
masuk kelas, berbicara kasar hal ini dipengaruhi oleh ketidakpahaman guru terhadap pendidikan karakter itu sendiri.
Alasan lain perlunya pendidikan karakter bagi siswa, juga diungkapkan Saripudin, U ( 2010: 2-7 ), sebagai berikut: 1) karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, hilangnya karakter akan menyebabkan
hilangnya generasi penerus bangsa; 2) karakter berperan sebagai “kemudi” dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing; 3) karakter tidak datang
Sejalan dengan alasan di atas ,menurut Saepudin, A (2010:521) mengungkapkan bahwa pembangunan karakter bangsa secara fungsional memiliki
tiga fungsi sebagai berikut :
Pertama, fungsi pembentukan dan pengembangan potensi, yang bermakna bahwa pembangunan karakter bangsa berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikir baik, berhati baik, dan berprilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. Kedua, fungsi perbaikan dan penguatan, yakni memperbaiki dan memperkuat peran keluarga , satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisifasi dan bertanggung jawab dalam mengembangkan potensi warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera.
Ketiga, fungsi penyaring, yaitu fungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan karakter – karakter budaya dan karakter bangsa yang bernartabat
Sasaran yang hendak dituju dalam pendidikan karakter adalah penanaman
nilai-nilai luhur ke dalam diri siswa. Berbagai metoda pendidikan dan pengajaran yang digunakan dalam berbagai pendekatan lain dapat digunakan juga dalam
proses pendidikan dan pengajaran pendidikan karakter. Hal tersebut penting untuk memberi variasi kepada proses pendidikan dan pengajarannya, sehingga lebih menarik dan tidak membosankan. Minimal terdapat empat faktor yang
mendukung pendidikan karakter dalam proses pembelajaran berdasarkan UU Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 tahun 2003:
Pertama, UUSPN No. 20 Tahun 2003 yang bercirikan desentralistik menunjukkan bahwa pengembangan nilai-nilai kemanusiaan terutama yang dikembangkan melalui demokratisasi pendidikan menjadi hal utama. Desentralisasi tidak hanya dimaknai sebagai pelimpahan wewenang pengelolaan pendidikan pada tingkat daerah atau sekolah, tetapi sebagai upaya pengembangan dan pemberdayaan nilai secara otonom bagi para pelaku pendidikan.
Artinya bahwa semua peroses pendidikan harus bermuara pada penguatan nilai-nilai ketuhanan sesuai dengan keyakinan agama yang diyakini.
Ketiga, disebutkannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada UUSPN No. 20 Tahun 2003 menandakan bahwa nilai-nilai kehidupan siswa perlu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan belajar mereka. Kebutuhan dan kemampuan siswa hanya dapat dipenuhi kalau proses pembelajaran menjamin tumbuhnya perbedaan individu. Oleh karena itu, pendidikan dituntut mampu mengembangkan tindakan-tindakan edukatif yang deskriptif, kontekstual dan bermakna.
Keempat, perhatian UUSPN No. 20 Tahun 2003 terhadap Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki misi nilai yang amat penting bagi perkembangan anak. Walaupun persepsi nilai dalam pemahaman anak belum sedalam pemahaman orang dewasa, namun benih-benih untuk mempersepsi dan mengapresiasi dapat ditumbuhkan pada usia dini. Usia dini adalah masa pertumbuhan nilai yang amat penting karena usia dini merupakan golden age. Di usia ini anak perlu dilatih untuk melibatkan pikiran, perasaan, dan tindakan seperti menyanyi, bermain, menulis, dan menggambar agar pada diri mereka tumbuh nilai-nilai kejujuran, keadilan, kasih sayang, toleransi, keindahan, dan tanggung jawab dalam pemahaman nilai menurut kemampuan mereka.
Berdasarkan uraian di atas, terungkap betapa pentingnya pendidikan karakter bagi siswa, sehingga bukan hanya dapat berprestasi di bidang pendidikan
akademik tetapi juga dapat membiasakan diri mengamalkan hasil ilmu yang diperolehnya bagi dirinya, maupun bagi orang lain, bangsa dan negaranya. Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat dikemukakan bahwa karakter
merupakan pencerminan dari perilaku manusia yang ditampilan dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku tersebut dilakukan oleh anggota masyarakat sesuai dengan
norma-norma yang berlaku baik norma agama, norma hukum, norma budaya, norma keilmuan, norma metafisis, dan norma kemanusiaan.
Khusus di dunia pendidikan, karakter tercermin dari gambaran perilaku
nyata para siswa dengan merujuk pada ketentuan yang berlaku di sekolah yang tercantum dalam tata tertib sekolah. Oleh karenanya, para siswa dapat dikatakan
berlaku di sekolah yang bersangkutan. Perilaku taat dan disiplin terhadap peraturan ini kiranya dapat diwujudkan dalam kehidupan keseharian di luar
lingkungan sekolah, yakni di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat.
Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala aspek kehidupan manusia, maka munculah tuntutan peningkatan kualitas proses pendidikan guna menghasilkan manusia yang berkualitas atau peningkatan
sumber daya manusia (SDM), yakni manusia yang cerdas, terampil, sehat, dan berbudi pekerti terpuji. Salah satu unsur penting dalam proses pendidikan itu
adalah guru.
Guru memiliki makna yang sangat luas, tidak hanya sebagai orang yang mengajar dihadapan kelas, namun guru dapat diartikan secara sempit dan secara
luas. Sebagaimana yang dikemukakan oleh A. Kosasih (1990:14) bahwa :
Pengertian guru secara umum dikenal adalah orang yang bertugas mengajar, berdiri dan menyampaikan pelajaran dihadapan kelas atau sejumlah siswa dengan tugas akhir menetukan penilaian naik – tidak atau berhasil tidaknya penyerapan pelajaran tersebut. Sedangkan pengertian guru secara luas meliputi setiap hal yang mampu memberikan pengalaman belajar pada manusia. Maka kelak dia dapat berupa ; orang, hal-hal yang materil (kebendaan) atau immaterial seperti keadaan, pengalaman dan lain-lain.
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa guru tidak hanya sosok pendidik, tetapi meliputi berbagai hal, pengalamanpun dapat menjadi guru, sebagaimana ada
Sedangkan pengertian guru secara luas meliputi setiap hal yang mampu memberikan pengalaman belajar pada siswa, berupa materil (kebendaan) maupun
immaterial seperti keadaan dan penglaman.
Proses pendidikan berlangsung dalam pergaulan, baik secara perorangan
maupun secara bersama-sama dalam kelompok. Suatu pergaulan bersifat mendidik, manakala ada unsur sadar (sengaja) untuk mempengaruhi anak didik, sehingga anak didik berkembang menuju kedewasaan (formal dan non formal).
Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan formal, merupakan tempat berlangsungnya interaksi guru dan siswa yang memiliki latar belakang hidup yang
berbeda, namun mereka memiliki maksud yang sama yaitu untuk memperoleh perubahan tingkah laku serta mendapatkan pola-pola respon baru yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
non fisik (sosial).
Pendidikan karakter bukan hanya tugas guru agama dan pendidikan
kewarganegaraan, tetapi semua bidang studi memiliki tanggungjawab yang sama. Demikian halnya dengan mata pelajaran IPS. mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap
kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas
2006 tentang Standar Isi untuk pendidikan dasar dan menengah memuat tentang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD sampai SMP. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran
IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang disiplin, jujur, dan kreatif
Berdasarkan tuntutan permen tersebut sangat jelas bahwa IPS merupakan
mata pelajaran yang berorientasi tidak hanya pengembangan intelektual, tetapi juga sikap dan ketrampilan. Pertanyaanya, sudahkah mata pelajaran IPS sebagai
salah satu pendidikan karakter telah menonjol dalam pembelajaran saat ini? Bagaimana implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS di SD?
Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah, karena siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal masyarakat dan lingkungannya. Untuk mengenal masyarakat siswa dapat belajar
melalui media cetak, media elektronika, maupun secara langsung melalui pengalaman hidupnya ditengah-tengah msyarakat. Dengan pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara
rasional dan bertanggungjawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya.
Sementara karakteristik pada masa kelas 5 SD adalah : 1) Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari 2) ingin tahu, ingin belajar, dan realistis 3) timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus 4) anak memandang
Jean Piagiet, usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu guru harus mampu merancang pembelajaran yang dapat
membangkitkan siswa, memiliki kreatifitas yang tinggi dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu
panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik bagi siswa.
Hasil penelitian yang terdahulu mengenai pelaksanaan pendidikan karkter
pada mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut :
Saliman (2008), Penanaman Nilai-Nilai Dalam Pembelajaran IPS Di SMP, Tesis
Magister Prodi IPS FISE Universitas Negeri Yogyakarta, menyimpulkan hasil pembahasannya sebagai berikut :
a. Memasukkan secara tegas dalam silabus dan RPP
Indikator-indikator yang dikembangkan dalam silabus pembelajaran IPS SMP belum menunjukkan penyebutan secara eksplisit indikator yang
menggambarkan penanaman nilai-nilai dalam pembelajaran. Hampir seluruh indikator yang dikembangkan menunjukkan dominasi aspek kognitif dalam pembelajaran IPS.
b. Memasukkan dalam kegiatan pembelajaran Nilai-nilai pembelajaran muncul secara implisit dalam sekenario pembelajaran dan secara eksplisit dalam
penilaian pembelajaran. Dalam skenario pembelajaran, para guru telah berupaya membuat variasi pembelajaran dengan diskusi, pengamatan, dan bermain peran. Hal ini menunjukkan adanya upaya penanaman nilai dalam
Berhasil atau tidaknya kegiatan belajar mengajar tergantung peran guru
yang terlibat atau kondisi yang mempengaruhinya, guru dituntut kecakapan dalam melakasnakan proses belajar mengajar, serta mampu menjalin komunikasi dengan
siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Analisis Pelaksanaan Pendidkan Karakter pada Pembelajaran
IPS di Sekolah Dasar “ yang bertujuan untuk melihat sejauhmana peran guru
dalam pemahaman, perencanaan dan pelaksanaan berbasis pendidikan karakter
pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
B.Perumusan Masalah
Agar penelitian yang akan dilakukan lebih jelas permasalahan dan cakupannya, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimanakah peranan guru dalam pendidikan karakter pada
pembalajaran IPS di Sekolah Dasar ?”
Rumusan masalah di atas dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana pemahaman guru tentang pendidikan karakter pada pembelajaran
IPS ?
2. Bagaimana guru mendesain perencanaan pembelajaran pendidikan karakter
3. Bagaimana guru melaksanakan pendidikan karakter pada pembelajaran IPS
di kelas ?
C.TujuanPenelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jawaban atau data mengenai proses pembelajaran pendidikan karakter pada pembelajaran IPS di SD. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pemahaman guru terhadap pendidikan
karakter pada pelajaran IPS di SD
2. Untuk memperoleh informasi dan menganalsis proses perencanaan
pembelajaran berbasis karakter pada pelajaran IPS
3. Untuk mengetahui dan menganalsis proses pelaksanaan pembelajaran
pendidikan karakter pada pelajaran IPS
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi guru
SD, Kepala Sekolah, bagi peneliti selanjutnya, dan umumnya bagi semua pihak yang memerlukan hasil penelitian ini. Lebih rinci manfaat yang diharapkan
1. Bagi guru SD
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam menambah pengetahuan
dan wawasan terutama mengenai :
a. Pengertian guru, karakteristik, dan peranan guru.
b. Pengertian, hakekat, fungsi, tujuan, ciri, nilai, prinsip dan lingkup pendidikan
karakter.
c. Tujuan, perencanaan, pelaksanaan pembelajaran IPS berbasis karakter.
2. Kepala Sekolah
Dapat digunakan sebagai masukkan baik materi maupun bahan bagi kepala
sekolah untuk membina guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan profesionalisme guru terutama dalam pendidikan berbasis karakter.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bisa memberikan kontribusi dalam mengembangkan pengetahuan, terutama menemukan manfaat lain dari penggunaan pembelajaran berbasis
karakter pada pembelajaran lainnya.
E. Definisi Operasional
1. Peranan Guru
Peranan adalah sesuatu yang diharapkan dari peran itu. Peranan mempunyai
sesuatu yang istimewa berupa kewajiban-kewajiban, tanggung jawab, dan kekuatan-kekuatan. Jadi yang dimaksud peranan dalam penelitian ini adalah tugas
atau tanggung jawab guru dalam memahami pendidikan karakter , merencanakan pembelajaran yang harus dilakukan dan melaksanakan pembelajaran.yang berbasis karakter pada mata pelajaran IPS
2. Pendidikan karakter
Yang dimaksud pendidikan karakter dalam penelitian ini adalah sikap yang dicerminkan perilaku. Sikap dan perilaku tersebut mengandung lima jangkauan sebagai berikut: a) Karakter yang berhubungan dengan Tuhan. Mendidik siswa
mengenal Tuhan dengan berdo’a dan bertawakal kepada Tuhannya; b) Karakter yang berhubungan dengan diri sendiri. Mendidik siswa harus mempunyai jati diri.
Dengan jati diri seseorang mampu menghargai dirinya sendiri, karena ia mempunyai konsep diri yang positif; c) Karakter yang berhubungan dengan keluarga. Mendidik siswa hidup di lingkungan sosial yang terdekat dan yang
mendukung perkembangannya, yaitu keluarga; d) Karakter yang berhubungan dengan masyarakat dan bangsa. Sikap dan perilaku ini sikap penyesuian diri yang
diperlukan terhadap lingkungan dimana ia dapat lebih mengekspresikan dirinya secara luas setelah dewasa; e) Karakter yang berhubungan dengan alam sekitar. Seseorang tidak mungkin bisa hidup tanpa dipatuhi dan dilestarikannya antara
F. Lokasi dan Subyek Penelitian
Lokasi penelitian adalah SD-SD Gugus 4 UPTD Pendidikan Kecamatan
Batujajar Kabupaten Bandung Barat yang terdiri dari SD Negeri Jalantir, SD Negeri Selacau, SD Negeri Sinarjaya, SD Negeri Silih Asih, dan SD Negeri
81 BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian. Hal-hal yang akan dijelaskan adalah pendekatan penelitian,
metode penelitian, lokasi dan subyek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, tahapan penelitian, pelaksanaan penelitian, pengembangan instrumen dan validitas data.
A.Metode Penelitian
Metode penelitian akan membantu peneliti dalam melaksnakan penelitian karena sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (1988:1) bahwa metode
penelitian akan memberikan petunjuk terhadap pelaksanaan penelitian atau petunjuk bagaimana penelitian itu dilaksanakan. Masalah dalam penelitian ini
adalah peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung, yaitu untuk melihat atau memotret hakikat pembelajaran berbasis karakter pada pembelajaran IPS dan implementasinya dalam proses pembelajaran secara mendalam. Oleh karena itu
peneliti menggunakan metode studi kasus melalui pendekatan kualitatif.
Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif Syaepudin, U
menjelaskan (2007:84) “pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang, secara individual maupun
kelompok”. Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Mc Millan dan Schumacher (2001) menjelaskan bahwa
Penelitian kualitatif juga bersifat refleksif. Refleksivitas (reflexivity) merupakan pengkajian yang cermat dan hati-hati terhadap seluru proses penelitian
Adapun metode yang digunakan dengan studi kasus dalam buku (S, Nasution : 1996) mengatakan bahwa “ studi kasus ( case study ) merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu “ kesatuan sistem “ kesatuan ini dapat
berupa program, kegiatan, peristiwa, atau kelompok individu yang berkaitan oleh tenpat, waktu, atau ikatan tertentu “ sejalan dengan itu Syaepudin, U (2007:88)
menjelaskan “Studi kasus penelitian yang diarahkan menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut “. Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh
kesimpulan dari populasi. Kesimpulan studi kasus hanya berlaku untuk kasus tersebut saja.
Suatu kasus dapat terdiri atas satu unit atau lebih dari satu unit, tetapi merupakan satu kesatuan. Kasus dapat satu orang, satu kelas, satu sekolah, satu kecamatan dsb. Dalam studi kasus digunakan beberapa teknik pengumpulan data
seperti wawancara, observasi dan studi documenter, tetapi semuanya difokuskan ke arah mendapatkan kesatuan dan dan kesimpulan.
Peneliti menggunakan pendekatan ini karena peneliti ingin mendapatkan gambaran nyata tentang peranan guru dalam pendidikan karakter dan implementasinya dalam proses pembalajaran pada mata pelajaran IPS di kelas 5
Barat. Karena penelitian ini tidak ditujukan untuk menguji hipotesis, tetapi untuk mendapatkan potret nyata peranan guru dalam pendidikan karakter dan
implementasinya dalam pembelajaran secara mendalam, maka metode ini digunakan adalah metode kualitatif.
Penelitian ini berupaya melakukan pencatatan terhadap masalah-masalah yang muncul yang terkait dengan obyek yang diteliti dengan cara seksama. Setelah melakukan pencatatan terhadap masalah yang muncul, kemudian
dideskripsikan secara apa adanya.
Penelitian ini menggunakan studi kasus karena peneliti ingin mempelajari
secara intensif peranan guru dalam pendidikan karakter dan implemetasinya dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS di kelas 5. Dalam penelitian studi kasus, peneliti dapat mempelajari subyek secara mendalam dan menyeluruh
(Sudjana, 2004: 69).
Berdasarkan pada paparan di atas, maka melalui penelitian ini diharapkan
terkumpul sejumlah data dengan berupaya memecahkan masalah berdasarkan fenomena yang ada dan kemudian dapat dipecahkan sehingga mampu membuat kesimpulan yang dapat dijadikan sebagai bahan dalam pengembangan kegiatan
pembelajaran yang berbasis karakter khususnya guru-guru kelas 5 se gugus 4 UPTD Pendidikan Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat.
B.Lokasi dan Subyek Penelitian
Lokasi penelitian adalah SD-SD se gugus 4 UPTD Pendidikan Kecamatan
yang berasal dari SD Negeri Jalantir SD Negeri Selacau, SD Negeri Silihasih, SD Negeri Sinarjaya dan SD Negeri Giriwangi
Sementara langkah untuk mensosialisasikan pendidikan karakter kepada subyek penelitan, adalah dengan cara memberikan pemahaman tentang
pendidikan karakter pada waktu pembinaan di pertemuan gugus yang diselenggarakan pada awal semester. Tujuannya untuk menyamakan presepsi tentang konsep pendidikan karktrer bahwa pendidikan karakter bukan mata
pelajaran, tetapi nilai-nilai yang harus di lakukan oleh siswa sebagai bagian dari kehidupannya, dengan cara nilai-nilai karakter tersebut diintegrasikan ke dalam
setiap mata pelajaran yang bertujuan agar nilai-nilai yang terkandung pada mata pelajaran tersebut dapat diinternalisasikan nilai-nilai ke dalam tingkah laku siswa sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun
di luar kelas. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran itu , selain untuk menjadikan siswa menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk
menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternaslisasi nilai-nilai dan menjadikan perilaku.
Peneliti mencoba memberikan pemahaman kepada subyek penelitian
bagaimana langkah-langkah yang harus di tempuh agar proses pembelajaran yang berbasis karakter dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran,
walaupun pada setiap mata pelajaran itu sebenarnya telah memuat materi-materi yang berkaitan dengan pendidikan karakter. Secara substantif, setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang berkaitan langsung dengan pengembangan budi pekerti
Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit), dan yang mendekati secara aplikasi adalah mata pelajaran IPS
mengenalkan nilai-nilai, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasikan nilai-nilai karakter di dalam tingkah laku sehari-hari
melalui proses pembelajaran dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Dalam mengadakan sosialisasi kepada subyek penelitian, peneliti juga menjelaskan bahwa pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter disetiap mata
pelajaran dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karkter ke dalam kompetensi dasar yang sesuai yang terdapat pada Standar Isi
(Permendiknas No 22 tahun 2006). Jumlah kompetensi dasar di setiap mata pelajaran yang dapat diintegrasikian nilai-nilai pendidikan karakter tentu berbeda, ada yang banyak dan ada yang sedikit. Selanjutnya kompetensi dasar yang dapat
diintegrasikan nilai-nilai karakter tersebut dikembangkan pada silabus dan rencana pelaksanan pembelajaran (RPP)
Selain memberikan pemahaman, pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran , subyek penelitianpun dijelaskan bahwa pendidikan karakter dapat dintegrasikan ke dalam pengembangan diri di sekolah
C.Teknik Pengumpulan Data
dengan multi metode antara lain melalui : 1. Observasi non partisifasi, 2. Wawancara, 3. Studi dokumentasi, 4. Rekaman foto, 5. Video pembelajaran
Secara garis besar pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
Pertama . pengumpulan data sekunder yang diambil dari studi pustaka yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian dan digunakan sebagai penyusunan landasan teoritis dalam rangka pembahasan masalah.
Kedua, pengumpulan data primer, yaitu peneliti data dari lapangan yang
berkaitan dengan permasalah penelitian dengan cara sebagai berikut :
Observasi, dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung saat kegiatan
berlangsung. Observasi dapat dilakukan dengan pengamatan langsung yang memungkinkan peneliti mengamati sendiri, mencatat perilaku dan kegiatan yang
terjadi pada keadaan yang sesungguhnya, mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang berkaiatan dengan data yang diperlukan.
Dalam penelitian ini observasi dilakukan pada guru dan siswa saat proses pembelajaran berbasis karakter pada pelajaran IPS
Wawancara, dilakukan secara informal dan bebas atau tidak berstruktur,
menurut S. Nasution ( 1988: 72 ) dalam wawancara bebas jawabannya yang digunakan tidak dipersiapkan sehingga sumber bebas mengemukakan
Dokumentasi, data yang diharapkan dari kegiatan dokumentasi dapat
tercermin melalui bahan catatan atau tulisan yang berhubungan dengan kasus
yang di evaluasi baik yang berkaitan dengan perorangan, kelompok, maupun intansi terkait. Dokumentasi yang berupa catatan observer. Selain itu dokumentasi
[image:25.595.113.518.247.643.2]dilakukan dengan cara merekam setiap aktivitas kegiatan guru dan siswa dengan menggunakan video dan foto. Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk mengambil data perencanaan dan pembelajaran berbasis karakter di Kelas 5
TABEL 3.1.
TEKNIK DAN BAHAN PENELITIAN
Data yang Diperlukan
Sumber Data Instrumen Penelitian Teknik Pengumpulan Data Analisis Data Pemahaman peranan guru dlm pendidikan karakter
Guru kelas 5 Lembaran wawancara
Wawancara Analisis hasil wawancara Kemampuan guru mendesain rencanan pem belajaran (RPP) berbasis pendi- dikan karakter
RPP yang
dibuat guru Lembaran analisis RPP RPP yang dibuat guru Teknik analisis terstrukur dengan sistem tanda Kemampuan guru melaksa- nakan pembel- ajaran berbasis pendidikan karakter
Guru yang melaksanakan pembelajaran di kelas Lembaran observasi Rekaman
D. Validitas dan Reliabilitas
Untuk mendapatkan data yang valid, reliable, dan objektif, peneliti
melakukan triangulasi, yakni triangulasi teknik dengan melakukan pengecekan data dari sumber yang berbeda yaitu kepala sekolah dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda. Dalam hal ini peneliti melakukan pengecekan ulang data hasil wawancara dengan data hasil observasi dan dokumentasi dan akan mengecek ulang pada sumber data bilamana ditemukan data yang berbeda.
Triangulasi teknik dilakukan oleh peneliti terhadap kepala sekolah tentang pendidikan karakter dan implementasinya dalam pembelajaran, peneliti
mencocokan data hasil wawancara dengan data hasil observasi dan mengecek ulang dengan melakukan wawancara lanjutan.
E.Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian kualitatif dilakukan sejak pengumpulan data dan
dikerjakan secara seksama selama di lapangan dan setelahnya. Model analisis yang digunakan mengacu pada model yang dibuat oleh Miles dan Hubermann (Anita R. 2009:97) bahwa “ analisis dan pengumpulan data kualitatif
memperlihatkan sifat interaktif , sebagaimana suatu sistem dan merupakan siklus. Pengumpulan data ditempatkan sebagai bagian komponen yang merupakan
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisa data. Tujuannya
adalah untuk memudahkan pemahaman terhadap data yang telah terkumpul. Reduksi data dilakukan dengan cara membuat rangkuman terhadap pokok-pokok
permasalahan yang diteliti, terinci dan sistematis serta membuang data yang tidak diperlukan sehingga memudahkan bagi peneliti dalam melakukan langkah-langkah analsis selanjutnya, dan mempermudah peneliti untuk mencari kembali
data tersebut apabila diperlukan.
Kegiatan reduksi data dimulai dari editing koding dan tabulasi termasuk
didalamnya kegiatan mengiktisarkan hasil pengumpulan data selengkapnya dan memilih ke dalam satuan konsep, ketegori atau tema tertentu
Peneliti mengadakan pertemuan dengan para guru yang akan dijadikan
subyek penelitian, mereka dengan peneliti mengadakan kesepahaman terlebih dahulu apa yang akan dilakukan oleh peneliti dengan mereka, dan mengadakan
perjanjian kapan peneliti mengadakan observasi pembelajaran dengan mereka, setelah itu peneliti mengadakan wawancara untuk mengetahui sejauhmana pemahaman mereka terhadap pendidikan karakter.
Pada dokumen RPP peneliti meminta mereka untuk membuat rencana pembelajaran, kemudian peneliti menganalis RPP tersebut, apak rencana
pembelajaran yang dibuat mereka sudah mengandung nilai-nilai karakter yang akan diajarkan. Peneliti sistimatika rencana pemeblajaran itu, dan melihat langkah-langkah pembelajaran, apakah langkah-langkah tersebut tersebut
menunjukkan nilai-nilai karakter. Sementara pada tahap observasi pembelajaran peneliti melihat proses pembelajaran yang mereka lakukan dan untuk
memudahkan analisis pemeblajaran agar tujuan dari rumusan masalah yang telah dibuat tidak kehilangan data maka peneliti mengvediokannya, kemudian dari
data-data-data itu disortir dan dibuang yang tidak terpakai dan mengambil serta merekap data yang diperlukan
2. Display Data
Merupakan upaya untuk menyajikan data dan melihat data keseluruhan atau
bagian-bagian tertentu dari penelitian. Semuanya dirancang untuk memadukan informasi yang tersusun dalam satu bentuk yang terpadu dan mudah dilihat atau dimanfaatkan, sehingga peneliti dapat menguasai data dan dapat ditafsirkan
sampai dengan pengambilan keputusan. Hal ini dapat berbentuk sketsa, sinoptis, matriks, network atau chart
Dari hasil wawancara mengenai pendidikan karakter dan melihat dokumen rencanan pembelajaran yang dibuat mereka, peneliti menganalisis dengan cara membuat matrik dari data tersebut, kemudia dari matrik tersebut dibuatkan
keterkaitan antara data yang yang terkumpul dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan membuat keputusan dari hasil tersebut untuk uraiakan temuan dan
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Kegiatan akhir dari kegiatan analisis data kualitatif, yakni pengambilan
kesimpulan dan verifikasi data. Kesimpulan dimasudkan sebagai pemberian makna terhadap data yang telah terkumpul dalam bentuk pernyataan singkat,
mudah dipahami dengan m,engacu aspek-aspek yang diteliti. Sedangkan kegiatan verifikasi dilakukan dengan cara mempelajari yang telah direduksi maupun data yang disajikan atau dilakukan dengan cara meminta pertimbangan pihak yang
berkompeten. Pengambilan kesimpulan bersifat sementara dan verifikasi perlu dilakukan terus menerus hingga diperoleh kesimpulan akhir.
Dari reduksi dan display data yang telah terkumpul, dibuat keputusannya kemudia peneliti membuat kesimpulan dari hasil temuan dan pembahasan yang telah dilakukan tersebut untuk dibuat laporannya,
F. Tahapan Penelitian
Proses persiapan penelitian ini ditempuh dengan beberapa tahap sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan atau tahap pra lapangan, meliputi tahap penelitian pendahuluan dan tahap penyusunan disain penelitian, dan pengurusan surat izin
penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian pendahuluan untuk melihat permasalahan yang ada di lapangan yaitu melakukan pengamatan terhadap sekolah-sekolah yang akan di jadikan lokasi penelitian terutama yang
pendahuluan dan kajian beberapa literature, peneliti menetapkan permasalahan yang berkaitan dengan pola pembelajaran guru dalam membina dan
mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter. Selanjutnya permasalahan tersebut dikembangkan melalui pengumpulan bahan-bahan referensi yang
berkaitan dengan permasalahan tersebut
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan penelitian tahap kedua terfokus pada studi penelitian yang sesungguhnya. Aktivitas di lapangan dicurahkan seluruhnya terhadap sumber data
dalam rangka menghasilkan data yang sesuai dan diharapkan dalam penelitian ini. Tahap ini diawali dengan pengumpulan informasi dan memusatkan perhatian terhadap masalah yang perlu diteliti yang melaksanakan penelitian pada proses
pembelajran IPS di kelas
3. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian adalah penyusunan kerangkan laporan hasil penelitian berdasarkan hasil analisis data yang telah dibahas dan disimpulkan. Pada tahap ini
peneliti mengadakan penyaringan terhadap kesimpulan sementara yang dilakukan sebelumnya. Selanjutnya menyusun konsep dan draf laporan, mendiskusikannya
121 BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Dalam bab terakhir ini dikemukakan tentang kesimpulan peneliti dan beberapa hal yang direkomendasikan oleh peneliti dari hasil penelitian :
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian dan analisisnya, yang diungkapkan di bab IV sehingga peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian pemahaman guru-guru kelas 5 se gugus 4 UPTD
Pendidikan Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat tentang
pendidikan karakter yang perlu ditanamkan pada siswanya dari hasil wawancara bahwa untuk memperkuat pelaksanaan nilai-nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional.
Sekolah harus dapat menentukan prioritas pengembangan dalam pelaksanaannya jumlah dan jenis karakter yang dipilih tentu akan dapat
berbeda sesuai dengan kebutuhannya hal ini tergantung pada kepentingan dan kondisi kelas. Di antara berbagai nilai yang dikembang, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan mudah
dilaksanakan untuk tingkatan sekolah dasar, misalnya , disiplin, jujur dan kreatif. Guru dalam memahami Pendidikan Karakter terutama dalam
implematasi nilainya sangat minim hal ini dapat di lihat dari hasil wawancara bahwa konsep tentang pendidikan karakter belum dikuasai, dengan demikian guru belum mampu melaksnakaan pendidikan karakter bila pemahamannya
guru itu sendiri, yang di ikuti oleh siswa. sehingga untuk menanamkan nilai-nilai kedisiplinan dan kreatifitas bagi siswa guru harus mendapat pelatihan
tentang pemahaman nilai-nilai karakter yang harus dimiliki oleh siswa.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang berkenaan dengan perencanaan
pembelajaran hasil dari data dokumentasi rencana pembelajarannya, telah disusun secara baik sesuai dengan standar proses yaitu dalam menentukan indicator yang berbasis karakter, model pembelajaran yang menciptakan
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, dan efektif yang menyenangkan, serta langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar. Kegiatan
pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui
proses.eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yang semua proses itu tertuang dalam RPP. Dalam RPP yang dibuat guru sama sekali masih minim perencanaan yang harus dilakukan guru terutama bagaimana mendesain
pelaksanaan karakter kejujuran, kedisiplinan dan kreatifitas dalam bentuk scenario pembelajaran
3. Berdasarkan hasil penelitian dalam proses pembelajaran, dari hasil analisis
yang peneliti lakukan, maka peneliti dapat menyimpulkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru kelas 5 se gugus 4 dalam
sampai akhir kegiatan dalam kerangka pengembangan karakter siswa menggunakan pendekatan kontekstual sebagai konsep belajar dan mengajar,
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, sehingga siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan dalam kehidupan siswa. Selain itu bahwa pembelajaran kontekstual yang telah dilakukan guru-guru mencakup beberapa strategi, yaitu pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran kooperatif, yang dapat
memberikan nurturant effect karakter siswa , seperti karakter tanggung jawab, rasa ingin tahu, disiplin dan jujur. Hasil di lapangan dalam pembelajaran guru
masih kurang memberikan contoh nilai-nilai karakter yang dilakukan siswa dalam kehidupan sehari-harinya, guru masih menekankan aspek kognitif dalam pembelajaran. dan juga guru terlalu memaksa dalam menekakkan
bahwa siswa harus bisa. Guru tidak menggunakan pendekatan yang persuasip dalam memberikan pelayanan kepada siswa. selain itu guru dalam
memberikan contoh masih belum maksimal diimplematsiakan oleh gurunya itu sendiri, sehingga siswa tidak begitu tertarik atau berdampak pada hasil karena medoling dari guru juga sangat kurang. Hal ini menunjukkan bahwa
peranan guru dalam modeling perilaku sangat mempengaruhi perilaku siswanya. Guru-guru dalam proses pembelajarannya harus dapat
menggantung pada orang lain, terutama dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
B.Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan rekomendasi kepada kepala sekolah , pengawas dan peneliti selanjutnya
1. Mengingat pentingnya pemahaman tentang karakter, maka rekomendasi
dibuat berdasarkan pemahaman guru terhadap hakekat karakter untuk pembelajaran perlu untuk ditingkatkan sebagai modal mengajar guru pada
siswa. Selain itu guru juga perlu lebih memahami setiap konsep materi yang akan diajarkan agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa dalam memahami pendidikan karakter. Sehingga perlu diadakannya peningkatan
kemampuan guru dalam bidang pendidikan karakter dengan mengadakan berbagai kegiatan di lingkungan sekolah maupun di tingkat gugus untuk
berbagi dengan guru lain, guna menambah pengetahuan guru dan kemampuan guru dalam pendidikan karakter seperti pelatihan, workshop, seminar, dan kegiatan lain yang mendukung peningkatan kemampuan dan pemahaman
guru tentang pendidikan karakter
2. Berkenaan dengan perencanaan yang dilakuakn oleh guru, perlu juga
mensosialisasikan perencanaan berbasis karakter dalam RPP, sebagai penguat bahwa aspek-aspek yang akan dikembangkan nilai karakternya tereksplisit dalam setiap RPP. Di dalam RPP harus dapat menguraikan
menciptakan siswa yang kreatif. Pembelajaran yang aktif dan kreatif itu akan terlaksnaakn bila dalam RPPnya sudah menggambarkan kegiatan siswa yang
mampu mengeksplor segala bentuk materi pelajaran yang diberikan guru, sehingga dalam proses pembelajarannyapun dapat mengacu kepada skenario
yang dibuat tadi
3. Berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis karakter,
menunjukkan fakta yang positif , maka perlu dipertahankan dan ditingkatkan
sesuai dengan prisnsif-prinsif pendidikan karakter. Dengan melalui pembelajaran berbasis karakter, siswa di latih untuk bisa memaknai arti
sebuah kehidupan dan bagaimana implematsi dari sebuah teori ke dalam praktek sebenarnya, jadi bukan hanya pemahaman kosep saja yang lebih ditonjolkan , bukan berarti pemahaman konsep tidak perlu, melainkan
bagaimana tujuan akhir dari pemelajaran bukan out put, tetapi out come. Oleh karena itu ciptakanlah pembelajarn itu yang menimbulkan pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa dapat menghayati dan mengamalkannya. Dan yang lebih bermakna ialah guru harus menjadi yang pertama melakukan perilaku yang patut di contoh oleh siswa. sementara yang
berhubungan dengan kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran, misalnya kurang media dan alat bantu dalam proses pembelajaran dapat diperbaiki dan
ditingkatkan secara bertahap, selain itu guru harus memberikan contoh konkrit dalam menanamkan pendidikan karakter pada siswa dengan guru terlibih dahulu melakukan apa yang ahrus dilakukan oleh siswa, misalnya
datang paling belakang, atau menyuruh siswa jujur sementara guru tidak memberi contohnya, dan guru tidak mampu menciptakan alat bantu yang
merangsang siswa ikut mencotoh krestifitas guru.
4. Bagi peneliti yang akan mengembangkan penelitian yang terkait dengan
pembelajaran berbasis pendidikan karakter dapat melaksnaakan penelitian berupa tindakan kelas yang ditinjau dari berbagai bidang mata pelajaran yang dikaitkan dengan pendidikan karakter, dari mulai pemahaman, perencanaan
127
DAFTAR PUSTAKA
Al Muchtar, Suwarma (2004). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung: UPI
Ahmad, D ( 2008 ), Pernan Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam membina Budi pekerti Siswa Tesis Magister UPi Bandung: tidak diterbitkan
Badan Litbang Puskur (2010). Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing Karakter Bangsa. Bandung: P4TK
Budimansyah, D (2010). Membangun Karater Bangsa di Tengah Arus Globalisasi dan Gerakan Demokratisasi : Reposisi Peran Pendidikan Kewargenaraan di Indonesia . Bandung: UPI
Budimasnsyah,D (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karater Bangsa . Bandung: Widya Aksara Press
Hermiati E (2008), Peranan Pembelajaran Pendidikan Kewarnegaraan dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di Sekolah, Bandung UPI tidak diterbitkan
Jacques S. Benninga (1996). Moral Character and Civic Education in the Elementry School. New York: Teachers College
Kusuma D, Johar Permana, dan Cepi Triatna ( 2010 ) Model Pembelajaran Dalam Pendidikan Karakter, Bandung UPI
Lickona T ( 1991) Educating for Character, New York Bantams Books
Majid, A dan Andayani , D ( 2010 ), Pendidikan Karakter dalam Presfektif Islam, Bandung, Insan Cita Utama
Mendiknas Balitbang Puskur (2011), Pedoman Pelaksanaan Pendidikan karakter, Jakrata
Mendiknas Balitbang Puskur (2011) , Panduan Pelatihan Pendidikan Karakter. Jakarta
Megawangi, R (2004) Pendidikan Karakter Jakarta : Energy
Moleong , Lexi J ( 1989) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Karya
Pemerintah RI (2010), Desain Induk : Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas (2007). Nomor 74 tahun 2008 tentang tentang Guru
Permendiknas (2007). Nomor 41 tahun 2007, tentang Standar Proses Permendiknas (2006) Nomor 22 tahun 2006, tentang Standar Isi
Rosalina, A ( 2009 ), Analisis Pengembangan Produk, Proses, dan Sikap Sains Melalui Bermain Pada Anak Usia Dini Tesis Magister UPI tidak diterbitkan
Robert K. Yin ( 2002 ), Studi Kasus Desain dan Metode, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Saepudin, A ( 2010 ), Membangun Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran di Sekolah , Bandung: UPI
Saripudin U.( 2010 ) , Implementasi Kebijakan Nasional Pembangan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Karakter Makalah
Sapriya (2004). Pendidikan Kewarganegaraan : Model Pengembangan Materi
dan Pembelajaran. Bandung . Laboratorium Pendidikan
Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Kewarganegara FPIPS UPI
Sapriya (2007), Perspektif Pemikiran Pakar tentang pendidikan Kewarganegaraan dalam pembangunan Karakter Bangsa. Disertasi Doktor Ilmu Kependidikan dalam Bidang Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. Bandung: tidak diterbitkan Syaepudin, U (2007) Metodologi Penelitian Bandung: UPI
Sauri,S (2010), Meningkatkan Kualitas Guru dan Dosen dalam Mengajar melalui Pendidikan karakter , Makalah
Samsudin , A ( 2005 ), Psikoligi Kependidikan , Bandung: Rosdakarya
Slameto, ( 1991 ) Belajar dan Faktor-Faktoy yang Mempengaruhinya Bandung: Rineka Cipta
Schumacher, Mc Millan (2002) Research in Education . Addison Wesley Longman Inc
Sumaatmadja, N ( 2008 ). Konsep Dasar IPS. Jakarta : UT
Supardan D (2000), Kreativitas Guru Sejarah dalam Pembelajaran Sejarah, Bandung UPI, tidak diterbitkan
Supriadi D (1994), Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek, Bandung: Alfabeta
Supriatna N. ( 2006 ), Kembangkan Kecakapan Sosialmu IPS SD, Bandung: Grafindo Media Pratama
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional Undang-Undang No 14 Tahun 2005 , tentang Guru dan Dosen
Winataputra U.S. (2001 ), Implemetasi Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pendididkan Karater, Makalah