• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Struktur Ruang Growth Pole Theory

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Model Struktur Ruang Growth Pole Theory"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL STRUKTUR RUANG : GROWTH POLE

(STUDI KASUS: TEMBALANG)

Diajukan Dalam Memenuhi Tugas Ekonomi Regional

Dosen Pengampu : Drs. R. Mulyo Hendarto, MSP.

Dr. Dwisetia Poerwono, MSc.

Disusun oleh:

Shelby Devianty Widodo 12020112120015 Zaka Nur Fakhruddin 12020112130032 Silfia Nurul F 12020112130072

Clara Palupi 12020112130100

Muhammad Fakhruddin 12020112130047 Anicha Dien Raras 12020112140052 Astianti Ramadian 12020112140053 Mahardea Puspa Senja 12020112140105

Yuke Firdausi 12020112130090

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pertumbuhan suatu wilayah merupakan hal yang penting sebagai penunjang berbagai kegiatan perekonomian di suatu daerah. Munculnya pusat-pusat pertumbuhan baru di suatu daerah tentu akan mempercepat pertumbuhan kawasan-kawasan di sekitarnya. Pusat pertumbuhan merupakan kawasan yang mengalami perkembangan yang pesat dalam hal perekonomian maupun kegiatan yang lain sehingga dapat menjadi pusat pembangunan di daerah tersebut.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2011) daerah Semarang atas menjadi pusat aktivitas dan pertumbuhan baru di Kota Semarang, dengan dukungan infrastruktur jalan dan aksessibilitas yang terjangkau. Fasilitas perdagangan dan perumahan baru juga banyak bermunculan di daerah Semarang atas, seperti Carefour, KFC, Perumahan Banyumanik, Perumahan Pucang Gading, dan fasilitas pendidikan baik negeri maupun swasta, seperti Universitas Diponegoro, Polines, potekkes. Cepatnya pertumbuhan di daerah ini dikarenakan kondisi lahan di Semarang bawah yang tidak mendukung untuk diadakannya pembangunan.

Adanya Universitas di suatu daerah mengakibatkan berkembangnya kawasan disekitar kampus. Konsep kampus sebagai pusat pertumbuhan merupakan implementasi geografis dari konsep kutub pertumbuhan (growth pole) yang dipakai untuk memacu pertumbuhan perkembangan daerah terbelakang melalui pemusatan investasi daam suatu kutub-kutub tertentu, sehingga terjadi keuntungan ekonomi atau aglomerasi pada daerah-daerah yang dipengaruhinya (Richardson, 1976).

(3)

penduduk sekitar membuat berbagai macam fasilitas untuk memenuhi kebutuhan para mahasiswa, diantaranya dibangunnya kos-kosan maupun kontrakan, banyaknya restoran dan rumah makan, serta fasilitas-fasilitas lainnya.

Sehubungan dengan hal di atas, penelitian ini berusaha memaparkan teori Growth pole (kutub pertumbuhan) dan mengaplikasikannya dalam studi kasus

Kecamatan Tembalang. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Model Struktur Ruang : Growth Pole (Studi Kasus: Tembalang).”

1.2Rumusan Masalah

Pindahnya kampus Universitas Diponegoro ke Kecamatan Tembalang membentuk suatu pusat pertumbuhan yang baru di Kota Semarang. Selain menjadi pusat pertumbuhan baru di Kota Semarang, hal ini juga berdampak bagi para penduduk sekitar di Kecamatan Tembalang. Sejalan dengan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kawasan Tembalang telah memenuhi ciri-ciri sebagai pusat pertumbuhan? 2. Bagaimana kondisi kawasan Tembalang saat ini?

3. Bagaimana dampak dan kondisi kawasan sekitar Kecamatan Tembalang setelah pindahnya Universitas Dipoegoro ke Tembalang?

1.3Tujuan Penelitian

Beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, antara lain: 1. Mengetahui kawasan Tembalang sebagai pusat pertumbuhan baru. 2. Mengetahui kondisi terkini kawasan Tembalang.

(4)

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan informasi bagi masyarakat maupun mahasiswa.

2. Bagi Penulis maupun akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam menulis dan digunakan sebagai bahan acuan unuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Masyarakat

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Pole)

Perkembangan modern dari teori titik pertumbuhan terutama berasal dari karya ahli-ahli teori ekonomi regional Perancis yang dipelopori oleh François Perroux. Perroux (1955) telah mengembangkan konsep kutub pertumbuhan (pole de croissance/ pole de development/ growth pole). Menurut pendapatnya, petumbuhan

ataupun pembangunan tidak dilakukan di seluruh tata ruang, tetapi terbatas pada beberapa tempat atau lokasi tertentu. Tata ruang diidentifikasikannya sebagai arena atau medan kekuatan yang didalamnya terdapat kutub-kutub atau pusat-pusat. Setiap kutub mempunyai kekuatan pancaran pengembangan ke luar dan kekuatan tarikan ke dalam.

Teori tersebut menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi dan khususnya mengenai perusahaan - perusahaan dan industry - industri serta saling ketergantungannya, dan bukan mengenai pola geografis dan pergeseran industri baik secara intra maupun secara inter, pada dasarnya konsep kutub pertumbuhan mempunyai pengertian tata ruang ekonomi secara abstrak.

Teori Growth Pole dapat pula diartikan secara fungsional dan secara geografis (Tarigan ; 2005) :

Secara Fungsional

Suatu lokasi pemusatan kelompok usaha atau cabang industri yang hubungannya bersifat memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu mestimulasi kehidupan ekonomi baik kedalam maupun keluar (daerah belakangnya).

Secara Geografis

(6)

Beberapa pakar telah mendefinisikan tentang pusat petumbuhan, dimana MCCrone (1969) dalam Gore (1985) menjelaskan bahwa suatu pusat pertumbuhan terdiri dari suatu kompleks industri yang saling berkaitan dan mendapat keunggulan ekonomi dari keuntungan lokasi (locational proximity). Lain halnya dengan Nichols (1969) dalam Gore (1985) mengemukakan suatu pusat pertumbuhan adalah suatu pusat kegiatan ekonomi di perkotaan yang mengalami pertumbuhan secara self sustaining, dan sampai suatu titik pertumbuhan itu didorong ke luar daerah pusat

terutama ke daerah-daerah yang kurang berkembang.

Sedangkan Parr (1973) dalam Gore (1985), suatu pusat pengembangan menyajikan suatu pusat perkotaan dengan ukuran populasi yang terdefinisikan meliputi salah satu karakteristik pertumbuhan, dmana: (a) pertumbuhan penduduk (kesempatan kerja) pada tingkat yang lebih besar dari rata-rata ukuran regional, dan (b) pertumbuhan absolut penduduk (kesempatan kerja) yang lebih besar daripada pertumbuhan regional. Lasuen (1974) dalam Gore (1985) mendefinisikan pusat pengembangan adalah sekelompok industri yang besar yg mempunyai keterkaitan yg kuat melalui hubungan input-output antara leading industri di sekitarnya yang secara geografi membentuk kluster. Leading industri mendorong ke seluruh kelompok, menginovasi, dan tumbuh pada tempat yang lebih cepat daripada industri-industri eksternal ke pusat.

Lebih spesifik lagi Boudeville dalam Gore (1985) mendefinisikan kutub pertumbuhan regional sebagai sekelompok industri yang mengalami ekspansi yang berlokasi di suatu daerah perkotaan dan mendorong perkembangan kegiatan ekonomi lebih lanjut keseluruh daerah pengaruhnya. Konsep-konsep yang dikemukakan di dalam teori pusat pertumbuhan antara lain:

Konsep leading industries

(7)

nasional. Kedua mempunyai kaitan-kaitan antara industri yang kuat dengan sektor-sektor lainnya sehingga terbentuk forwa rd linkages dan backwa rd linkages.

Konsep polarisasi.

Konsep ini mengemukakan bahwa pertumbuhanleading industries yang sangat cepat (propulsive growth) akan mendorong polarisasi dari unit-unit ekonomi lainnya ke kutub pertumbuhan.

Konsep spread effect

Konsep ini mengemukakan bahwa pada suatu waktu kualitas propulsif dinamis dari kutub pertumbuhan akan memencar dan memasuki ruang-ruang di sekitarnya (Spread effect atautrickling down effect). Dengan kata lain bersifat mendorong wilayah belakangnya, yang berarti antara kota dan wilayah belakangnya terdapat hubungan yang harmonis. Kota membutuhkan bahan baku dari wilayah belakangnya dan menyediakan berbagai kebutuhan wilayah belakangnya untuk dapat mengembangkan diri. Apabila terdapat hubungan yang harmonis dengan wilayah belakangnya, maka otomatis kota itu akan berfungsi untuk mendorong wilayah belakangnya. Jadi agar sesuatu konsentrasi kegiatan ekonomi dapat dianggap pusat pertumbuhan, apabila konsentrasi itu dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi baik ke dalam (diantara berbagai sektor didalam kota) maupun ke luar (ke wilayah belakangnya).

Menurut (Tarigan, 2005) suatu kota dikatakan sebagai pusat pertumbuhan harus mempunyai 4 ciri yaitu:

1. Adanya hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi

(8)

2. Adanya unsur pengganda (multiplier effect)

Adanya unsur pengganda (multiplier effect) keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung akan menciptakan efek pengganda. Maknanya bila ada permintaan satu sektor dari luar wilayah, peningkatan produksi sektor tersebut akan berpengaruh pada peningkatan sektor lain. Peningkatan ini akan terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan sehingga total kenaikan produksi dapat beberapa kali lipat dibandingkan dengan kenaikan permintaan di luar untuk sektor tersebut. Unsur efek pengganda memiliki peran yang signifikan terhadap pertumbuhan kota belakangnya. Hal ini terjadi karena peningkatan berbagai sektor di kota pusat pertumbuhan akan membutuhkan berbagai pasokan baik tenaga kerja maupun bahan baku dari kota belakangnya.

3. Adanya konsentrasi geografis

Adanya konsentrasi geografis konsentrasi geografis dari berbagai sektor atau fasilitas, selain bisa menciptakan efisiensi di antara sektor-sektor yang saling membutuhkan, juga meningkatkan daya tarik (attraciveness) dari kota tersebut. Orang yang datang ke kota tersebut bisa mendapatkan berbagai kebutuhan pada lokasi yang berdekatan. Jadi kebutuhan dapat diperoleh dengan lebih hemat waktu, biaya, dan tenaga. Hal ini membuat kota tersebut menarik untuk dikunjungi dan karena volume transaksi yang makin meningkat akan menciptakan economic of scale sehingga tercipta efisiensi lebih lanjut.

4. Bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya

(9)
(10)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Penulisan paper ini merupakan studi empiris mengenai teori Growth Pole atau kutub pertumbuhan. Daerah penelitian dalam penulisan paper ini adalah kampus Universitas Diponegoro Tembalang, Semarang.

3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan paper ini menggunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka yang diperoleh dari literatur-literatur yang relevan seperti paper, text-book, surat kabar dan karya ilmiah lain. Sedangkan data primer diperoleh dari wawancara langsung.

3.1.2 Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari instansi-instansi terkait, yaitu dari Kantor Kelurahan Tembalang.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian ilmiah dimaksudkan untuk bahan atau data yang relevan, akurat reliable yang hendak kita teliti. Oleh karena itu perlu diguunakan metode pengumpulan data yang baik dan cocok. Dalam penelitian ini digunakan metode pengumpulan data berupa:

3.2.1 Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini didapatkan dari publikasi yang dilakukan oleh instansi tertentu yaitu Kantor Kelurahan Tembalang.

3.2.2 Wawancara

Metode ini dilakukan dengan melakukan wawancara langsung kepada masyarakat sekitar Kecamatan Tembalang.

.

3.3 Metode Analisis

(11)
(12)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Tembalang

4.1.1. Letak dan Geografis Tembalang

Gambar 4.1 Peta Tembalang

Kecamatan Tembalang terletak di kota semarang. Luas wilayah tembalang sebesar 4.177,62km2. Kecamatan tembalang memiliki 12 kelurahan yaitu: Rowosari, Meteseh, Kramas, Tembalang, Bulusan, Mangunharjo, Sendangmulyo, Sambiroto, Jangli, Tandang, kedungmundu dan Sendangguwo.

4.2. Lokasi Penelitian

(13)

4.3. Kawasan Tembalang Sebagai Pusat Pertumbuhan

4.3.1. Leading Industries

Tembalang dijadikan sebagai pusat pertumbuhan baru karena setelah adanya perpindahan kampus Universitas Diponegoro dari Peleburan. Secara geografis, kawasan Tembalang bukan kawasan yang strategis, namun karena adanya Universitas Diponegoro diharapkan mampu menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi

disini. Perpindahan kampus Undip dilakukan agar suasana pembelajaran menjadi lebih efektif karena daerah Tembalang merupakan daerah perbukitan yaitu sekitar 270 mdpL dengan suhu udara 25-34C.

(14)

Sedikitnya ada empat fakultas yang sebelumnya menempati kampus bawah (Peleburan), kini mulai pindah ke Tembalang. Antara lain Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip), Fakultas Hukum (FH), Fakultas Ilmu Budaya (FIB), dan Fakultas Kedokteran (FK). Sebelumnya, Kampus Tembalang sudah memiliki beberapa fakultas yang sejak awal dibangun menempati kawasan tersebut. Di antaranya Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Fakultas Peternakan, Fakultas Teknik, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Psikologi serta Keperawatan. Pada tahun 2014, seluruh fakultas S1 yang berada di kampus Peleburan sudah memindahkan kampusnya ke daerah Tembalang.

Sebelum adanya Undip di Tembalang, daerah ini sangatlah sepi .Jalan-jalannya pun masih tidak beraspal, angkutan umum sudah tidak ada lagi setelah jam 6 sore, masih terdapat banyak lahan kosong yang digunakan sebagai penyerapan air atau sekedar penghijauan, namun dengan kepindahan Undip Pleburan ke Tembalang, otomatis telah membangkitkan ekonomi masyarakat di Tembalang dengan berdirinya kos-kosan, usaha laundry, dan warung makan.

Letak kawasan kampus Undip yang dibuat secara ekslusif membuat banyak warga semarang yang berbondong-bondong untuk membuka usaha di wilayah Tembalang. Menurut data tahun 2013 Jumlah warga Tembalang hanya 5.386, tetapi yang tinggal di Tembalang baik itu kost maupun mengontrak ada sekitar 15 ribu orang. Jumlah kos-kosan ada 500-an lebih. Luas lahan Tembalang yang digunakan untuk kampus Undip mencapai 186 hektare dan sesuai PP nomor 50 tahun 1990, luas Tembalang sekarang ini tinggal 270 hektare.

Tembalang dapat dikatakan sebagai Kawasan industry baru karena telah memiliki ciri-ciri sebagai wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan, antara lain: A. Adanya Konsentrasi Geografis

(15)

kebutuhan pada lokasi yang berdekatan seperti perumahan, restoran, toserba, penginapan.

B. Adanya Efek Pengganda (Multiplier Effect)

Keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung akan menciptakan efek pengganda. Apabila ada satu sektor memiliki permintaan ke sektor lain yang berada di luar wilayah, produksi akan meningkat karena ada keterkaitan membuat produksi sektor lain juga meningkat dan akan terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan sehingga kenaikan total produksi bisa beberapa kali lipat. Sebagai contoh, karena banyak kendaraan bermotor menyebabkan banyak berdirinya bengkel kendaraan bermotor, pom bensin, dan jasa cuci motor di kawasan Tembalang.

C. Bersifat Mendorong Daerah Belakangnya

Kawasan pertumbuhan baru akan mendorong pertumbuhan daerah belakangnya sepanjang terdapat hubungan yang harmonis di antara kawasan pertumbuhan baru dengan daerah belakangnya. Pusat pertumbuhan baru tidak hanya berkembang sangat pesat, akan tetapi mereka bertindak sebagai pompa-pompa penghisap dan memiliki daya penarik yang kuat bagi wilayah-wilayah belakangnya yang relative statis. Selain itu, akan muncul usaha-usaha baru seperti restoran, kontrakan dan lain sebagainya.

Kawasan industri baru yang terjadi di Tembalang karena pindahnya Universitas Diponegoro, menjadikan daerah-daerah disekitar Tembalang seperti Banyumanik, Meteseh, Kramas, dan Candi menjadi lebih maju dibanding sebelum pindahnya Universitas Diponegoro. Kawasan lain di sekitar Tembalang tersebut membangun industri-industri baru terkait dengan kebutuhan para mahasiswa Universitas Diponegoro tersebut seperti munculnya perumahan, kost-an, toserba, penginapan.

(16)

Adanya hubungan internal dari berbagai macam kegiatan, hubungan internal sangat menentukan dinamika sebuah kota. Ada keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya sehingga apabila ada satu sektor yang tumbuh akan mendorong pertumbuhan sektor lainnya, karena saling terkait. Dengan demikian kehidupan kota menciptakan sinergi untuk saling mendukung terciptanya ertumbuhan.

Sebagai contoh, Sektor pendidikan di kawasan Tembalang ini semakin berkembang, selain Universitas Diponegoro juga terdapat beberapa perguruan tinggi lainnya seperti Polines dan Poltekes. Semakin berkembangnya sektor pendidikan di kawasan Tembalang ini juga mendorong sektor perekonomiannya. Berkembangnya sektor perekonomian di kawasan Tembalang ini ditandai dengan munculnya banyak kos-kosan maupun pusat-pusat pertokoan yang dapat meningkatkan sektor perekonomian di Tembalang.

4.3.2. Kondisi Tembalang Terkini (Efek Polarisai)

Konsep polarisasi mengemukakan bahwa pertumbuhan leading industries yang sangat cepat (propulsive growth), akan mendorong polarisasi dari unit-unit ekonomi lainnya ke kutub pertumbuhan.

Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan, banyak perubahan yang terjadi antara

sebelum dan sesudah adanya pembangunan kampus Universitas Diponegoro, khususnya

pada lapangan usaha yang ada di wilayah Tembalang. Berikut ini akan disajikan tabel

(17)

1 Jasa Fotocopy Kisaran pendapatan per bulan Rp 14,850,000 Rp 37,900,000

Gaji tenaga kerja Rp 790,000 Rp 1,200,000

Skala Usaha Tetap Memungkinkan untuk bertambah

2 Jasa Laundry Kisaran pendapatan per bulan Rp 18,000,000

Gaji tenaga kerja Rp 1,000,000

(18)

4.3.3. Dampak Dan Kondisi Kawasan Sekitar Kecamatan Tembalang Setelah Pindahnya Universitas Dipoegoro Ke Tembalang

Pindahnya kampus Universitas Diponegoro dari Peleburan ke Tembalang selain memberikan dampak pada Kelurahan Tembalang, dimana kampus Universitas Diponegoro berdiri, juga memberikan dampak pada daerah sekitarnya yaitu Banyumanik, Meteseh, Kramas, dan Candi. Hal ini menunjukkan bahwa pindahnya kampus Universitas Diponegoro menimbulkan konsep spread effect. Konsep ini mengemukakan bahwa pada suatu waktu kualitas propulsif dinamis dari kutub pertumbuhan akan memencar dan memasuki ruang-ruang di sekitarnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang kami lakukan di Kelurahan Meteseh, dengan menggunakan sampel acak yang kami dapatkan untuk kategori perumahan hasilnya menunjukan bahwa faktor yang menyebabkan dibangunnya perumahan tersebut karena Undip berpindah ke Tembalang. Hasil yang kami dapatkan dari perumahan yang berada di Kecamatan Banyumanik, menjelaskan bahwa tidak ada faktor dari pindahnya Undip ke Tembalang dengan pembangunan perumahan tersebut. Akan tetapi, meskipun tidak adanya faktor tersebut, beberapa orang tua mahasiswa di Undip membeli rumah di kawasan tersebut untuk anak mereka. Selain itu, di Kecamatan Candi juga berdiri hotel. Pendirian hotel tersebut juga merupakan salah satu spread effect dari perpindahan kampus Universitas Diponegoro ke Tembalang karena banyak orang tua dari mahasiswa Universitas Diponegoro yang membutuhkan penginapan ketika mengunjungi anaknya sehingga mendorong pengusaha untuk mendirikan hotel di daerah sekitar Tembalang tersebut.

(19)

Konsep spread effect lain setelah pindahnya kampus Universitas Diponegoro di Tembalang menjadikan daerah-daerah lain di sekitar Tembalang menjadi lebih maju dibanding dengan sebelum pindahnya kampus Universitas Diponegoro. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa di Kelurahan Meteseh mendapatkan dampak positif dari pindahnya kampus Universitas Diponegoro tersebut. Sebelumnya, pada tahun 2006 kawasan Meteseh masih sangat sepi, jalanan yang ada di daerah tersebut masih banyak yang rusak, masih minim penerangan jalan dan SPBU yang berada di Kelurahan tersebut masih sangat sepi tetapi ketika Universitas Diponegoro berpindah ke Tembalang kawasan Meteseh menjadi lebih ramai. Jalan sudah banyak yang diperbaiki sehingga sekarang jalanan sudah lebih baik jika dibanding dulu, penerangan jalan juga sudah mulai banyak, SPBU juga lebih ramai dibandingkan dulu mengingat banyak mahasiswa Universitas Diponegoro yang sering melewati daerah tersebut sehingga perbaikan terus dilaksanakan. Disamping itu, para pengusaha juga sudah mulai melirik kawasan Meteseh tersebut untuk membangun perumahan-perumahan baru.

(20)

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

Kawasan Tembalang melalui pembangunan dan perkembangannya yang cukup pesat dapat menjadikan Tembalang sebagai pusat pertumbuhan baru di Kota Semarang. Setelah pindahnya Universitas Diponegoro ke kawasan Tembalang berdampak pada perkembangan berbagai sektor yang ada di Tembalang. Kawasan Tembalang ini juga telah memiliki ciri-ciri sebagai pusat pertumbuhan, antara lain:

a. Adanya Konsentrasi Geografis

b. Adanya Hubungan Internal dari Berbagai Macam Kegiatan yang Memiliki Nilai Ekonomi

c. Ada Efek Pengganda (Multiplier Effect) d. Bersifat Mendorong Daerah Belakangnya

Daerah-daerah yang diharapkan terkena dampak pertumbuhan di wilayah kawasan Tembalang ini meliputi daerah-daerah di sekelilingnya, yaitu: Meteseh, Banyumanik, Kramas, dan Candi.

5.2 Saran

Adapun beberapa saran dari penulis, antara lain:

1. Bagi penulis maupun akademisi agar dapat memperbaiki kekurangan dalam penelitian ini.

2. Bagi masyarakat dihimbau agar dapat berkontribusi bagi pembangunan di daerah Tembalang sebagai pusat pertumbuhan baru di Kota Semarang. 3. Bagi pengusaha diharapkan agar dapat melakukan pembangunan sesuai

dengan tujuan dalam perkembangan kawasan Tembalang sebagai pusat pertumbuhan.

(21)

Daftar Pustaka

Agung,Dodi Haryanto. 2011. Dampak Relokasi Kampus Universitas Diponegoro terhadap Usaha makanan di sekitarnya. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas

Diponegoro Semarang.

http://www.bps.go.id/ .diunduh pada tanggal 29 September 2014

Maghfiratul, Savira Fadhilah. 2013. Ka wasan Industri Daerah Semarang Barat Sebagai Pusat Pertumbuhan Baru. Tugas Ekonomi Regional, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Gambar

Gambar 4.1

Referensi

Dokumen terkait

Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) digunakan sebagai dasar penetapan suku bunga kredit yang akan dikenakan oleh Bank kepada nasabah1. SBDK belum memperhitungkan komponen premi risiko

Using the migration results, two spe- cific hypotheses tested are: (i) proximity to hazardous waste site build-up emerges as a fac- tor in the migration decisions of individuals as

[r]

Mean WTP to increase five ecosystem services (dilution of wastewater, natural purification of water, erosion control, habitat for fish and wildlife, and recreation) along 45 miles

[r]

Malaysia dikenal sebagai negara yang lemah dalam sistem keimigrasian dibuktikan dengan adanya rencana teror yang akan dilakukan oleh kelompok ini, tidak hanya itu

Pengaturan perjanjian perdagangan internasional selain diatur dalam KUH Perdata, diatur pula dalam Uniform Custom and Practice for Documentary Credit (UCP) yaitu dalam

Secondary data used for analysis covered five years period (2010 – 2014) and comprises of corporate responsibility, return on capital employed, earning per share and dividend