PENGARUH PENERAPAN METODE EKSPERIMEN SEDERHANA TERHADAP PENGETAHUAN DAN NILAI KARAKTER SISWA DALAM
POKOK BAHASAN HUKUM HOOKE PADA SISWA KELAS XI MIPA SMA NEGERI 1 NGEMPLAK
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Cintia Kristina Bunga 141424031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tak ada kesulitan yang tak dapat dikalahkan oleh kasih yang dalam, Tak ada pintu yang tak akan dibukakan oleh kasih yang dalam, Tak ada teluk yang tak dijembatani oleh kasih yang dalam,
Tak ada dinding yang tak dapat dihancurkan oleh kasih yang dalam,
Tak ada dosa yang tak dapat ditebus oleh kasih yang dalam…..
Tak peduli betapa besarnya kesulitan, betapa sirnanya harapan, Betapa rumitnya masalah, betapa besarnya kesalahan.
Kesadaran akan kasih yang dalam dapat menguraikan segalanya. Bila kita dapat mengasihi dengan tulus,
Kita akan menjadi makhluk yang paling bahagia Dan paling kuat di dunia ini.
“ Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan
ucapan syukur ” (Filipi 4 : 6).
Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orangtua, Bapak Yohanis Riwu dan Ibu Margaretha Rihi, kakak tersayang Anggi dan Moren, serta adik tersayang Yuli dan Diana yang selalu mendukung dalam suka maupun duka.
ABSTRAK
Bunga, Cintia Kristina. 2019. Pengaruh Penerapan Metode Eksperimen Sederhana Terhadap Pengetahuan Dan Nilai Karakter Siswa Dalam Pokok Bahasan Hukum Hooke Pada Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Ngemplak. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) peningkatan pengetahuan siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Ngemplak dalam pokok bahasan Hukum Hooke dengan menerapkan metode eksperimen sederhana, dan 2) nilai karakter siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Ngemplak melalui penerapan metode eksperimen sederhana pada materi Hukum Hooke.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen kuantitatif dan kualitatif. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 1 yang berjumlah 33 orang dan kelas XI MIPA 2 yang berjumlah 33 orang. Kelas XI MIPA 1 dipilih sebagai kelas dengan menggunakan metode eksperimen sederhana dan kelas XI MIPA 2 dipilih sebagai kelas dengan menggunakan metode ceramah aktif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari pretest dan posttest, kuesioner nilai karakter, dan observasi kerjasama siswa. Hasil tes tertulis dan nilai karakter siswa dianalisis secara statistik menggunakan uji-T dengan bantuan program SPSS 20, sedangkan karakter kerjasama siswa dilihat peneliti secara langsung saat proses pembelajaran, menggunakan rekaman video kegiatan dan catatan peneliti selama proses pembelajaran dan dianalisis secara kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penerapan metode eksperimen sederhana dapat meningkatkan pengetahuan siswa pada materi hukum Hooke, dan (2) metode eksperimen sederhana menyumbangkan nilai karakter bagi siswa. Nilai karakter yang dibentuk dengan urutan yang paling tinggi yaitu nilai tanggung jawab, kerjasama, rasa ingin tahu, kejujuran, dan disiplin.
ABSTRACT
Bunga, Cintia Kristina. 2019. The Influence of Application of Simple Experimental Method to Knowledge and Student Character Values in Class XI
MIPA on Subject of The Hooke’s Law of SMA Negeri 1 Ngemplak. Thesis.
Yogyakarta: Physics Education. Department of Mathematics and Sciences Education. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The research aims to determine: (1) the increase knowledge of students of class XI MIPA SMA Negeri 1 Ngemplak in the subject of Hooke's Law by applying simple experimental methods, and (2) character values of class XI MIPA students of SMA Negeri 1 Ngemplak through the application of simple experimental methods to the Law material Hooke.
This type of research is quantitative and qualitative experimental. The subject of this research were 33 students of class XI MIPA 1 and 33 students of class XI MIPA 2. Class XI MIPA 1 was chosen as a class using a simple experimental method and class XI MIPA 2 was chosen as a class using the active lecture method. The instrument used in this study was a written test consisting of pretest and posttest, character value questionnaire, and observation of student collaboration. The written test results and student character values were analyzed statistically using t-test with SPSS 20 program, while the students 'collaboration characters were seen directly by the researcher during the learning process, using video recordings of researchers' activities and records during the learning process and analyzed qualitatively.
The result of this research showed that: (1) the application of simple experimental methods can increase student knowledge in Hooke's law material, and (2) simple experimental methods contribute character values to students. The character values are formed in the highest order, namely the values of responsibility, cooperation, curiosity, honesty, and discipline.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih, karunia, berkat, dan rahmat penyertaan-Nya dari awal hingga akhir sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Eksperimen Sederhana Terhadap Pengetahuan Dan Nilai Karakter Siswa Dalam Pokok Bahasan Hukum Hooke Pada Siswa Kelas XI
MIPA SMA Negeri 1 Ngemplak”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.
Penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik berkat kerjasama, dukungan, bantuan, serta gagasan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberi bantuan dan dukungan terselesainya skripsi ini:
1. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, S. J., M. S. T., selaku Dosen Pembimbing yang telah setia dan sabar memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan, dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 2. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M. S., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.
4. Segenap Dosen Universitas Sanata Dharma khususnya Dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
5. Segenap Karyawan Sekretariat JPMIPA yang telah memberikan bantuan dan pelayanan yang baik dalam memperlancar perijinan surat ke sekolah dan keperluan lainnya yang berkaitan dengan studi dan penelitian ini.
6. Bapak Drs. M. Warsun Latif, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ngemplak yang telah berkenan memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Bapak Sarjana Suta, S.Pd, selaku guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri 1 Ngemplak atas segala bantuan, kerjasama, dan dukungan selama penulis melakukan penelitian.
8. Segenap Bapak/Ibu guru serta karyawan SMA Negeri 1 Ngemplak yang telah memberikan dukungan bagi penulis dalam melaksanakan penelitian. 9. Siswa-siswi kelas XI MIPA 1 dan kelas XI MIPA 2 yang menjadi partisipan
dalam penelitian, terimakasih atas kerjasamanya.
10. Kedua orangtuaku tersayang, Bapak Yohanis Riwu dan Ibu Margaretha Rihi atas kerja kerasnya, semangat, kasih sayang, perhatian, dukungan materi dan dukungan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMANMOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Belajar ... 8
1. Pengertian belajar ... 8
2. Ciri-ciri Belajar ... 9
3. Prinsip-prinsip Belajar ... 11
B. Pembelajaran ... 13
1. Pengertian Pembelajaran ... 13
2. Strategi Kegiatan Pembelajaran ... 14
3. Pembejaran yang Efektif ... 15
C. Pengetahuan ... 16
1. Pengertian Pengetahuan... 16
2. Tingkat Pengetahuan ... 17
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 19
D. Metode Pembelajaran yang Digunakan ... 21
1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 21
2. Metode Eksperimen ... 21
3. Metode Ceramah Siswa Aktif ... 25
E. Nilai Karakter ... 26
1. Pengertian Karakter ... 26
2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 27
3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 28
4. Ciri-ciri Pendidikan Karakter ... 28
5. Sumber Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 29
6. Sumbangan Nilai Karakter Metode Eksperimen ... 31
7. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 32
F. Hukum Hooke ... 34
1. Hukum Hooke ... 34
2. Energi Potensial Pegas ... 36
3. Hukum Hooke untuk Susunan Pegas ... 37
BAB III METODE PENELITIAN ... 43
A. Jenis Penelitian ... 43
B. Desain Penelitian ... 44
C. Subyek Penelitian ... 46
1. Populasi Penelitian ... 46
D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 46
1. Waktu Penelitian ... 46
2. Lokasi Penelitian ... 46
E. Variabel Penelitian ... 47
1. Variabel Bebas ... 47
2. Variabel Terikat ... 47
F. Treatment ... 47
G. Validitas Instrumen ... 48
H. Instrumen Penelitian ... 49
1. Instrumen Proses Belajar ... 49
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 50
I. Metode Analisis Data ... 59
1. Analisis Pengetahuan Siswa ... 59
2. Analisis Nilai Karakter Siswa ... 65
3. Analisis Karakter Kerjasama Siswa ... 67
BAB IV DATA DAN ANALISIS ... 68
A. Pelaksanaan Penelitian ... 68
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ... 68
2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 70
B. Data dan Analisis Data ... 84
1. Pengetahuan Siswa ... 84
2. Nilai Karakter Siswa... 95
C. Pembahasan ... 107
1. Pengetahuan Siswa ... 107
2. Nilai Karakter Siswa... 109
D. Keterbatasan Penelitian ... 112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 114
A. Kesimpulan ... 114
DAFTAR PUSTAKA ... 116
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Karakter, Deskripsi, dan Metode Pembelajaran yang Cocok ... 32
Tabel 3. 1 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ... 51
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Kuesioner Nilai Karakter Kelas Eksperimen Sederhana... 53
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Kuesioner Nilai Karakter Kelas Ceramah Aktif ... 55
Tabel 3. 4 Indikator Kerjasama Siswa ... 58
Tabel 3. 5 Rubrik Skoring Pengetahuan Siswa ... 59
Tabel 3. 6 Kategori Persetase Tingkat Pengetahuan Siswa ... 61
Tabel 3. 7 Penskoran Kuesioner Nilai Karakter ... 65
Tabel 3. 8 Kategori Nilai Karakter Siswa ... 66
Tabel 4. 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 68
Tabel 4. 2 Data Nilai Pretest dan Posttest Siswa Kelas XI MIPA 1 dan Kelas XI MIPA 2 (Kelas Eksperiman Sederhana dan Kelas Ceramah Aktif) ... 85
Tabel 4. 3 Kategori Tingkat Pengetahuan Awal dan Akhir Siswa Kelas Eksperimen Sederhana ... 87
Tabel 4. 4 Kategori Tingkat Pengetahuan Awal dan Akhir Siswa Kelas Ceramah Aktif ... 88
Tabel 4. 5 Hasil Statistik Pengetahuan Awal Siswa antara Kelas XI MIPA 1 dan Kelas XI MIPA 2 ... 90
Tabel 4. 6 Hasil Statistik Perbandingan Pengetahuan Awal dan Pengetahuan Akhir Siswa Kelas XI MIPA 1 ... 91
Tabel 4. 7 Hasil Statistik Perbandingan Pengetahuan Awal dan Pengetahuan Akhir Siswa Kelas XI MIPA 2 ... 92
Tabel 4. 9 Data Hasil Kuesioner Nilai Karakter Siswa Kelas XI MIPA 1
(Kelas Eksperimen Sederhana) ... 96 Tabel 4. 10 Kategori Nilai Persentase Karakter Siswa Kelas XI MIPA 1 ... 98 Tabel 4. 11 Frekuensi Setiap Nilai Karakter Kelas XI MIPA 1... 98 Tabel 4. 12 Data Hasil Kuesioner Nilai Karakter Siswa Kelas XI MIPA 2
(Kelas Ceramah Aktif)... 100 Tabel 4. 13 Kategori Persentase Nilai Karakter Siswa Kelas XI MIPA 2 ... 101 Tabel 4. 14 Frekuensi Setiap Nilai Karakter Kelas XI MIPA 2... 102 Tabel 4. 15 Data dan Kategori Nilai Karakter Siswa Kelas XI MIPA 1 dan
Kelas XI MIPA 2 ... 104 Tabel 4. 16 Hasil Statistik Nilai Karakter Siswa antara Kelas XI MIPA 1 dan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Skema pertambahan panjang pada pegas ... 34
Gambar 2. 2 Grafik hubungan antara gaya ( ) dengan pertambahan panjang ( )... 36
Gambar 2. 3 Dua buah pegas masing-masing dengan tetapan gaya , dan yang disusun secara seri (kiri) ... 37
Gambar 2. 4 Dua buah pegas masing-masing dengan tetapan gaya , dan yang disusun secara paralel (kiri) ... 40
Gambar 4. 1 Situasi kelas XI MIPA 1 saat mengerjakan soal pretest ... 73
Gambar 4. 2 Situasi di luar kelas saat siswa melakukan eksperimen sederhana tentang hukum Hooke ... 75
Gambar 4. 3 Situasi di dalam kelas saat siswa menganalisis data ... 74
Gambar 4. 4 Situasi di luar kelas saat siswa melakukan eksperimen sederhana tentang susunan seri pegas ... 77
Gambar 4. 5 Situasi di luar kelas saat siswa melakukan eksperimen sederhana tentang susunan paralel pegas ... 77
Gambar 4. 6 Situasi di kelas saat siswa melaporkan hasil eksperimen sederhana ... 78
Gambar 4. 7 Foto bersama peneliti dengan kelas XI MIPA 1 ... 79
Gambar 4. 8 Situasi kelas XI MIPA 2 saat mengerjakan soal pretest ... 80
Gambar 4. 9 Situasi kelas XI MIPA 2 saat peneliti menjelaskan materi ... 82
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 112
Lampiran 2 Surat Perizinan Pelaksanaan Penelitian ... 121
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 122
Lampiran 4 RPP Kelas Eksperimen Sederhana ... 123
Lampiran 5 RPP Kelas Ceramah Aktif ... 135
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen Sederhana ... 148
Lampiran 7 Soal Pretest dan Posttest ... 160
Lampiran 8 Jawaban Pretest dan Posttest ... 168
Lampiran 9 Lembar Validitas Soal dan Jawaban Pretest dan Posttest ... 173
Lampiran 10 Contoh Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen Sederhana .. 181
Lampiran 11 Contoh Hasil Pretest dan Posttest Kelas Ceramah Aktif ... 189
Lampiran 12 Contoh hasil Kuesioner Nilai Karakter Siswa Kelas Eksperimen Sederhana ... 197
Lampiran 13 Contoh hasil Kuesioner Nilai Karakter Siswa Kelas Ceramah Aktif ... 200
Lampiran 14 Data hasil Kuesioner Nilai Karakter Siswa Kelas XI MIPA 1 (Kelas Eksperimen Sederhana) ... 203
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi siswa, sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai moral, dan nilai-nilai yang diwariskan pada masyarakatnya. Tujuan pendidikan merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah diselenggarakannya proses pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran dan latihan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tercantum dalam pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia No 20. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu dan cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU RI No 20 Th. 2003: 5).
pengetahuan dan teknologi yang memberikan pemahaman mengenai fenomena alam, yang mempelajari benda-benda di alam, kejadian-kejadian di alam, serta interaksi dari benda-benda di alam. Fisika juga merupakan sekumpulan fakta, konsep, hukum/prinsip, persamaan dan teori yang harus dipelajari dan dipahami. Namun, banyak siswa yang menganggap mata pelajaran fisika sulit dipahami. Hal tersebut disebabkan karena dalam pembelajaran fisika siswa dituntut untuk lebih banyak mempelajari konsep dan prinsip-prinsip fisika yang abstrak. Pembelajaran fisika harus didesain sedemikian rupa agar siswa lebih tertarik untuk mempelajari fisika. Pembelajaran fisika akan lebih efektif dan menarik bagi siswa jika pendekatan dan metode pembelajaran yang diterapkan mampu menumbuhkan gairah belajar siswa. Metode dan pendekatan tersebut diantaranya ialah metode eksperimen, discovery, inkuiri, pemecahan masalah, diskusi, dan penugasan. Salah satu metode yang tepat untuk di terapkan adalah metode eksperimen.
baik dan dapat mengembangkan sikap komunikasi, kerja disiplin, tanggung jawab, kreatif, dll (Suparno, 2013: 24).
menemukan bukti kebenaran dari suatu teori yang sedang dipelajarinya (Roestiyah, 2001: 80).
Selain peningkatan ilmu pengetahuan, pendidikan karakter juga menjadi bagian yang penting untuk diterapkan dalam dunia pendidikan. Masalah karakter menjadi pembahasan yang sangat serius dalam dunia pendidikan di Indonesia. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa untuk membangun peradaban yang baik di era global hanya bisa dilakukan melalui pembentukan karakter yang baik. Pembentukan karakter siswa sendiri dapat dibangun melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter digunakan untuk meningkatkan penanaman nilai-nilai yang berkaitan dengan perilaku dan sikap siswa di sekolah. Upaya tersebut harus dilakukan secara menyeluruh mulai dari pendidikan tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Pendidikan karakter dapat dilakukan secara terintegrasi dalam praktik pembelajaran. Guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan karakter siswa. Guru juga perlu mendapatkan “cara” mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam praktikum pembelajaran di kelas.
Pokok Bahasan Hukum Hooke Pada Siswa Kelas XI MIPA SMA
Negeri 1 Ngemplak ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penerapan metode eksperimen sederhana dapat meningkatkan pengetahuan siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Ngemplak dalam pokok bahasan hukum Hooke?
2. Apakah penerapan metode eksperimen sederhana dapat menyumbang nilai karakter siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Ngemplak pada materi hukum Hooke ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Peningkatan pengetahuan siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Ngemplak dalam pokok bahasan hukum Hooke dengan menerapkan metode eksperimen sederhana.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya sebagai berikut :
1. Secara teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan dalam bidang pendidikan khususnya pendidikan fisika.
b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya.
2. Secara praktis
a. Bagi siswa
Model pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen sederhana diharapkan dapat membantu siswa dengan cara yang lebih mudah untuk memahami materi pelajaran dan meningkatkan pengetahuan serta nilai karakter yang dimiliki siswa.
b. Bagi guru
c. Bagi sekolah
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Belajar
1. Pengertian belajar
Secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dan interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang bersifat permanen, tahan lama dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja dan terjadi akibat proses interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2010: 2).
Konsep yang hampir sama dikemukakan oleh para ahli mengenai belajar. Pandangan beberapa ahli tentang belajar dalam Syaiful Bahri Djamarah (2011: 12-13), yakni sebagai berikut:
a) Belajar menurut James O. Whittaker, adalah merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
c) Belajar menurut Howard L. Kingskey adalah learnig is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed
through practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan dalam diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
2. Ciri-ciri Belajar
Suatu kegiatan disebut belajar sekurang-kurangnya ditandai oleh dua ciri: (1) adanya perubahan tingkah laku, (2) melalui suatu pengalaman atau adanya interaksi dengan sumber belajar. Jika demikian, maka ada beberapa ciri-ciri perubahan tingkah laku (Slameto, 2010: 3-5), yaitu:
1) Perubahan terjadi secara sadar
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.
3. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda dan oleh setiap siswa secara individual (Slameto, 2010: 27-28) adalah sebagi berikut:
1) Berdasar prasyarat yang diperlukan untuk belajar
Dalam belajar siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan intruksional.
2) Sesuai hakikat belajar
Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapat pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan dapat menimbulkan respon yang diharapkan.
3) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
4) Syarat keberhasilan belajar
Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
4. Teori-teori Belajar
Beberapa teori belajar yang relevan dan dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang akan (Kosmiyah, 2012: 34-43) dikembangkan antara lain:
(1). Teori Belajar Behaviorisme
Menurut teori belajar behaviorisme, manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang akan memberikan pengalaman-pengalaman belajar. Teori ini menekankan pada apa yang dilihat yaitu tingkah laku.
(2). Teori Belajar kognitif
Menurut teori belajar kognitif, belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. (3). Teori Belajar Humanisme
(4). Teori Belajar Sibernetik
Menurut teori belajar sibernetik, belajar adalah mengolah informasi (pesan pembelajaran), proses belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
(5). Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut teori belajar konstruktivisme, belajar adalah menyusun pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaborasi, refleksi serta interpretasi.
Adapun teori belajar yang melatarbelakangi dalam penelitian ini terkait dengan penggunaan metode eksperimen sederhana adalah teori belajar konstruktivisme, di mana pengetahuan dan pengalaman yang dialami di sekitar mempengaruhi terhadap proses memperoleh suatu pengetahuan.
B. Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Smith dan Ragan menyatakan bahwa pembelajaran adalah desain dan pengembangan penyajian informasi dan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada hasil belajar tertentu. Walter Dick mendefinisikan pembelajaran sebagai intervensi pendidikan yang dilaksanakan dengan tujuan tertentu, bahan atau prosedur yang ditargetkan pada pencapaian tersebut, dan pengukuran yang menentukan perubahan yang diinginkan pada perilaku.
Dari uraian di atas, pembelajaran bukan menitikberatkan pada
“apa yang dipelajari”, melainkan pada “bagaimana membuat pembelajar
mengalami proses belajar”, yaitu cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan cara pengorganisasian materi, cara penyampaian pelajaran, dan cara mengelola pembelajaran (Khodijah, 2014: 176).
2. Strategi Kegiatan Pembelajaran
Strategi kegiatan pembelajaran merupakan langkah-langkah umum dalam kegiatan belajar yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien (Suyanto dan Djihad, 2012: 92). Strategi tersebut melingkupi 4 aspek, antara lain:
b. Memilih cara pendekatan belajar yang tepat untuk mencapai standar kompetensi, dengan memperhatikan karakteristik siswa sebagai subyek belajar;
c. Memilih dan menetapkan sejumlah prosedur, metode, dan teknik kegaiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan pengalaman belajar yang mesti ditempuh siswa;
d. Menetapkan norma atau kriteria keberhasilan, agar dapat menjadi pedoman dalam kegiatan pembelajaran, terutama berkenaan dengan ukuran menilai kemampuan penguasaan suatu jenis kompetensi tertentu.
3. Pembejaran yang Efektif
Menurut Roestiyah (1986), untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut (Khodijah, 2014: 180):
a. Guru harus mengupayakan agar siswa belajar secara aktif, baik mental maupun fisik;
b. Guru harus menggunakan banyak metode pada saat mengajar; c. Penggunaan motivasi yang tepat;
d. Adanya kurikulum yang baik dan seimbang;
h. Guru harus memiliki keberanian menghadapi semua persoalan yang timbul pada proses belajar mengajar;
i. Guru harus mampu menciptakan suasana yang demoktratis; j. Guru harus mampu menstimulasi siswa untuk berpikir; k. Semua bahan pelajaran yang diberikan perlu diintegrasikan;
l. Adanya keterkaitan antara pelajaran yang diterima dengan kehidupan nyata di masyarakat;
m. Guru harus memberikan kebebasan kepada anak untuk menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, dan memecahkan masalah sendiri;
n. Guru perlu menyusun pengajaran remedial bagi anak yang memerlukan.
C. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan pada hakekatmya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu (Sudirdja, 2010: 11). Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai jenis pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Pengetahuan merupakan kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita.
pengetahuan tersebut disusun. Pengetahuan mencoba mengembangkan sebuah model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variabel yang terikat dalam sebuah hubungan yang bersifat rasional (Suriasumantri, 2007: 28).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) dalam (Sudirdja, 2010: 15), pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Singgih (1998) dalam (Suriasumantri, 2007: 32), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:
a. Umur
Bertambahnya umur dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.
b. Inteligensi
Inteligensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Inteligensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berpikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia menguasai lingkungan. Perbedaan inteligensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, di mana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. d. Sosial budaya
dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
e. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Wied Hary (1996), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah atau tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula pengetahuannya.
f. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya televisi, radio atau surat kabar, maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Informasi tidak terlepas dari sumber informasinya. Sumber informasi ini dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu: (1) Sumber informasi dokumenter, (2) Sumber kepustakaan, (3) Sumber informasi lapangan.
g. Pengalaman
sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
D. Metode Pembelajaran yang Digunakan
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Roestiyah, 2001: 1). Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, yang berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu (Trianto, 2013: 192).
2. Metode Eksperimen
mengembangkan sikap komunikasi, kerja disiplin, tanggung jawab, kreatif, dll (Suparno, 2013: 24). Dengan eksperimen dimaksudkan bahwa guru atau siswa mencoba mengerjakan sesuatu serta mengamati proses dan hasil percobaan itu.
Adapun menurut Roestiyah (2001) metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Sedangkan menurut Schoenherr metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal (Trianto, 2013: 199).
Berdasarkan pernyataan ahli-ahli, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen merupakan cara pembelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreatifitas secara optimal.
1) Metode Eksperimen Sederhana
oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa berupa lembar kerja siswa.
sederhana siswa menemukan bukti kebenaran dari suatu teori yang sedang dipelajarinya (Roestiyah, 2001: 80).
2) Metode Eksperimen Terbimbing
Metode eksperimen terbimbing merupakan metode yang seluruh jalan percobaannya sudah dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa. Langkah-langkah yang harus dibuat siswa, peralatan yang harus digunakan, apa yang harus diamati dan diukur semuanya sudah ditentukan sejak awal. Biasanya petunjuk langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh siswa, ada lembar kerja siswa (Suparno, 2013: 84).
3) Tahap-Tahap Metode Eksperimen
Ada beberapa tahap dalam pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen, antara lain (Trianto, 2013: 199): (1) Percobaan awal, (2) pengamatan, (3) hipotesis awal, (4) verifikasi, (5) aplikasi konsep, (6) evaluasi merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
4) Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen
Metode eksperimen terbimbing mempunyai kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut (Rusman, 2014: 208):
a. Kelebihan metode eksperimen
Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
b. Kekurangan metode eksperimen
Jika tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak
didik berkesempatan mengadakan eksperimen.
Eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik
harus menanti untuk pelajaran selanjutnya.
Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu
dan teknologi.
3. Metode Ceramah Siswa Aktif
Model ceramah adalah model pembelajaran di mana guru sendiri menerangkan dengan kata-kata, menjelaskan prinsip atau bahan fisika kepada siswa. Biasanya siswa hanya mendengarkan apa yang diceramahkan guru. Kadang guru sambil ceramah menjelaskan dengan menulis di papan tulis, sehingga dapat lebih pelan-pelan menerangkan prinsip fisika kepada siswa (Suparno, 2013: 165).
bertanya kepada siswa dan siswa diminta sebentar berpikir atau menjawab pertanyaan itu. Kadang guru mengajak siswa berdiskusi di dalamnya sebentar, atau siswa mengerjakan persoalan yang terkait. Dengan demikian maka siswa tidak perlu mendengarkan saja, tetapi juga aktif mengolah bahan lewat menjawab pertanyaan, diskusi, dan mengerjakan persoalan yang ditawarkan guru.
Adapun beberapa unsur ceramah siswa aktif, yaitu:
1) Ceramah, guru menjelaskan
2) Diselingi pertanyaan, diskusi, mengerjakan soal
3) Agar ceramah menarik perlu digunakan media lain pula seperti power point dan disesuaikan dengan konteks siswa dengan berbagai contoh yang sesuai.
4) Yang sangat penting: bicara keras, jelas, sistematis, menarik siswa, dan diberi beberapa contoh yang sesuai dengan keadaan siswa.
E. Nilai Karakter
1. Pengertian Karakter
2. Pengertian Pendidikan Karakter
Pencetus pendidikan karakter pertama yaitu pedagogi Jerman yang bernama F. W. Foerster. Karakter menurut Foerster, adalah sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas, menjadi ciri, menjadi sifat yang tetap, yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah, sehingga karakter adalah seperangkat nilai yang telah menjadi kebiasaan hidup sehingga menjadi sifat tetap dalam diri seseorang (Adisusilo, 2012: 77).
Karakter terdiri dari nilai operatif, yaitu nilai dalam tindakan. Karakter memiliki tiga bagian yang saling berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik, kebiasaan dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan (Lickona: 2013).
Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi (dalam Kesuma, 2011: 5), yaitu sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan memperhatikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau berkomunikasi, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, dan tanggung jawab (Suparno, 2013).
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dalam seting sekolah memiliki tujuan (Kesuma, 2011: 9) sebagai berikut:
1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan siswa yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan;
2) Mengoreksi perilaku siswa yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah;
3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.
4. Ciri-ciri Pendidikan Karakter
Menurut Foerster dalam (Adisusilo, 2012: 78), ada empat ciri dasar pendidikan karakter, yaitu:
2) Kedua, koherensi yang memberi keberanian, yang membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi.
3) Ketiga, otonomi maksudnya seseorang menginternalisasikan nilai-nilai dari luar sehingga menjadi nilai-nilai-nilai-nilai pribadi, menjadi sifat yang melekat, melalui keputusan bebas tanpa paksaan dari orang lain. 4) Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan
seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik, dan kesetian merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.
5. Sumber Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter ini dikembangkan dari sumber-sumber (Lickona, 2013: 88) sebagai berikut:
1) Agama
2) Pancasila
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang telah tertanam kuat sejak nenek moyang bangsa ini memulai membangun peradaban bangsa Indonesia menjadi sumber nilai pendidikan karakter yang telah teruji di berbagai tantangan zaman di masa lampau, mulai dari zaman pra aksara, zaman kerajaan, zaman penjajahan, hingga dikukuhkan menjadi dasar negara ketika memasuki kemerdekaan. Adalah hal yang sangat utama menerapkan nilai-nilai Pancasila secara nyata dalam setiap tutur kata, pikiran, dan perilaku kita.
3) Budaya
4) Tujuan Pendidikan Nasional
Sebagai rumusan dari hasil yang harus dimiliki setiap generasi penerus bangsa ini, tujuan pendidikan nasional dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional terdiri dari berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Ini dilakukan agar secara nyata bisa dilaksanakan implementasi pendidikan karakter di berbagai lembaga pendidikan.
6. Sumbangan Nilai Karakter Metode Eksperimen
Menurut Suparno, dari beberapa topik, hukum, dan teori fisika ada banyak yang digunakan oleh guru untuk menanamkan nilai karakter bangsa anak didik. Suparno menekankan nilai karakter fisika dari tiga aspek yaitu, pengetahuan fisika, proses fisika dan sikap belajar fisika (2013).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen sangat bermanfaat dalam membentuk nilai karakter siswa. Nilai karakter yang dapat diamati saat siswa melakukan eksperimen antara lain, nilai kerjasama, tanggung jawab, disiplin, jujur, dan rasa ingin tahu. Selain nilai-nilai tersebut dapat diamati oleh peneliti, nilai tersebut bermanfaat bagi siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan sangat bermanfaat bagi masa depan siswa, bangsa, dan negara.
7. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Berdasarkan uraian pada BAB I, peneliti memilih karakter kerjasama, tanggung jawab, disiplin, jujur, dan rasa ingin tahu sebagai karakter yang akan diteliti melalui pembelajaran. Berikut adalah karakter dan deskripsinya berdasarkan teori di atas beserta proses pembelajaran yang cocok (lihat tabel 2.1).
Tabel 2.1. Karakter, Deskripsi, dan Metode Pembelajaran yang Cocok
Karakter Deskripsi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dengan dirinya Praktikum
dan proyek kelompok Contoh: Menerima perbedaan
Menghargai teman yang berbeda
Karakter Deskripsi
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa
Praktikum, Contoh: Mengerjakan tugas sampai tuntas
Menggunakan alat praktikum dengan baik
Disiplin
Pengertian
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan peraturan Praktikum
dan tugas pribadi Contoh: Melakukan sesuatu tepat pada waktunya
Mengumpulkan tugas tepat waktu Disiplin dalam bekerja dan bertindak
Jujur
Pengertian
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan Contoh: Jujur dalam kata dan tindakan
Tidak menipu dan korupsi Tidak menyontek
Jujur dalam praktikum, tugas, PR
Rasa ingin tahu
Pengertian
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar Contoh: Bertanya kepada guru atau teman
F. Hukum Hooke
Materi hukum Hooke dan susunan pegas dalam kurikulum 2013 terdapat pada metari elastisitas di SMA kelas X semester kedua. Peneliti menggunakan referensi buku yaitu:
Fisika Untuk SMA/MA Kelas X Kurikulum 2013 (Kanginan, 2013: 233-243).
Terpadu Fisika SMA/MA Jilid 2A untuk kelas XI Semester 1 (Kanginan, 2010: 105-109).
1. Hukum Hooke
Pengaruh gaya pada seutas kawat, yaitu dapat menyebabkan pertambahan panjang. Perhatian utamanya adalah kepada benda berbentuk spiral terbuat dari logam yang disebut pegas. Jika kita menarik ujung pegas, sementara ujung yang lain terikat tetap, pegas akan bertambah panjang. Jika pegas kita lepaskan, pegas akan kembali ke posisi semula akibat gaya pemulih (Fp). Pertambahan panjang pegas saat diberi gaya akan sebanding dengan besar gaya yang diberikan. Perhatikan gambar 2.1 di bawah ini!
𝑥0 𝑥
𝑥
w = F
Dari gambar di atas dapat kita jelaskan bahwa ketika suatu pegas tidak diberikan gaya luar F maka pegas memiliki panjang awal x0, namun ketika pegas diberikan gaya dari luar F maka panjang pegas berubah menjadi x1.Perubahan panjang pegas ∆x didapatkan dari x1– x0. Semakin besar gaya luar F yang bekerja pada pegas semakin besar pula pertambahan panjang pegas ∆x. Namun, setiap pegas memiliki koefisien elastisitas k yang berbeda-beda, batas koefisien elastisitas inilah yang menentukan kekuatan suatu benda elastis.
Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
(2-1)
Keterangan:
Fp = gaya pemulih (N)
= pertambahan panjang (m) = konstanta pegas (N/m)
Tanda (-) menunjukkan bahwa arah gaya pemulih selalu menuju titik setimbang dan berlawanan dengan arah gaya penyebabnya atau simpangannya. Namun, dalam notasi skalar, tanda negatif dihilangkan sehingga persamaan hukum Hooke:
(2-2)
=
=
(2-3)
𝐹
𝑝= −
𝑘
𝑥
Persamaan (2-2) dapat dinyatakan dengan kalimat berikut.
Jika gaya tarik tidak melampui batas elastis pegas, pertambahan
panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya.
Pernyataan tersebut dikemukakan pertama kali oleh Robert Hooke, seorang arsitek yang ditugaskan untuk membangun kembali gedung-gedung di London yang mengalami kebakaran pada tahun 1666. Oleh karena itu, pernyataan di atas dikenal sebagai hukum Hooke.
2. Energi Potensial Pegas
Energi potensial pegas merupakan usaha yang dilakukan oleh gaya tarik pegas F newton selama memanjangnya pegas sejauh x meter. Secara matematis hal tersebut digambarkan dengan luas segitiga yang diarsir seperti pada gambar 2.2 di bawah.
Gambar 2.2. Grafik hubungan antara gaya ( )
dengan pertambahan panjang ( ) 𝐹
𝑘 𝑥
Dari gambar di atas, maka persamaan energi potensial pegas dapat dicari:
(2-4)
Keterangan :
= energi potensial pegas (J) k = konstanta pegas (N/m) = pertambahan panjang (m) 3. Hukum Hooke untuk Susunan Pegas
Beberapa buah resistor dapat disusun seri, paralel, atau gabungan keduanya. Susunan resistor ini dapat diganti dengan sebuah resistor yang disebut resistor pengganti. Mirip dengan ini, beberapa buah pegas pun dapat disusun seri, paralel, atau gabungan keduanya. Susunan pegas ini pun dapat diganti dengan sebuah pegas pengganti.
a. Susunan Seri Pegas
Prinsip susunan beberapa buah pegas adalah sebagai berikut (lihat Gambar 2.3).
Gambar 2.3. Dua buah pegas masing-masing dengan tetapan gaya ,
dan yang disusun secara seri (kiri)
𝐸
𝑝=
k
𝑥
𝑘
𝑘
𝑘𝑠
m
1) Gaya tarik yang dialami tiap pegas sama besar dan gaya
tarik ini sama dengan gaya tarik yang dialami pegas
pengganti.
Misalnya, gaya tarik yang dialami tiap pegas adalah dan , maka gaya tarik pada pegas pengganti adalah .
(2-5)
2) Pertambahan panjang pegas pengganti seri sama dengan
total pertambahan panjang tiap-tiap pegas.
(2-6)
Dengan menggunakan hukum Hooke dan kedua prinsip susunan seri, maka dapat menentukan hubungan antara tetapan pegas pengganti seri dengan tetapan tiap-tiap pegas ( dan ). Gunakan hukum Hooke untuk pegas.
= =
= = =
= =
𝐹 = 𝐹 = 𝐹
𝑥 = 𝑥 + 𝑥
=
Dapat dinyatakan bahwa kebalikan tetapan pegas pengganti seri sama dengan total dari kebalikan tiap-tiap tetapan pegas.
(2-7)
Untuk buah pegas identik dengan tiap pegas memiliki tetapan , tetapan pegas pengganti seri dapat dihitung dengan rumus.
(2-8)
Jika dibandingkan antara susunan pegas dan susunan resistor, tampak bahwa rumus untuk pegas seri mirip dengan rumus-rumus untuk resistor paralel.
b. Susunan Paralel Pegas
Prinsip susunan paralel beberapa buah pegas adalah sebagai berikut (lihat Gambar 2.4).
Gambar2.4. Dua buah pegas masing-masing dengan tetapan gaya ,
dan yang disusun secara paralel (kiri)
1) Gaya tarik pada pegas pengganti sama dengan total gaya
tarik pada tiap pegas ( dan ).
(2-10)
2) Pertambahan panjang tiap pegas sama besar dan
pertambahan panjang ini sama dengan pertambahan panjang
pegas pengganti.
(2-11) 𝐹 = 𝐹 + 𝐹
𝑥 = 𝑥 = 𝑥
𝑘 𝑘 𝑘𝑝
Dengan menggunakan hukum Hooke dan kedua prinsip susunan paralel beberapa pegas, dicari hubungan antara tetapan gaya pengganti (kp) dengan tetapan gaya tiap pegas (k1 dan k2) yaitu: Untuk susunan paralel, kedua pegas mengalami pertambahan panjang yang sama bila dikenai gaya F, maka:
F = k1∆x + k2 ∆x F = (k1 + k2) ∆x
= (k1 + k2)
KarenaF = k ∆x, maka konstanta pegas total untuk rangkaian pegas seri adalah:
(2-12)
Untuk buah pegas identik yang disusun paralel, dengan tiap pegas memiliki tetapan gaya , tetapan gaya pegas pengganti paralel dapat dihitung dengan rumus
(2-13)
Jika dibandingkan antara susunan pegas dan susunan resistor tampak bahwa rumus-rumus untuk pegas paralel mirip dengan rumus-rumus untuk resistor seri.
c. Susunan Campuran Pegas
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuantitatif Design Pretest-posttest Kontrol Group. Menurut Paul Suparno (2007: 135), secara umum riset kuantitatif adalah desain riset yang menggunakan data berupa skor atau angka, lalu menggunakan analisis statistik. Design Pretest-Posttest Kontrol Group adalah penelitian yang terdiri dari dua group. Satu kelompok diberi treatment dan yang lain tidak. Lalu keduanya diukur dengan diberi pretest dan posttest untuk kedua group (Suparno, 2010: 142). Skemanya sebagai berikut:
Treatment Group O1a X1 O1b
Kontrol Group O2a X2 O2b
Keterangan:
O1a : Pretest kelas treatment (Kelas XI MIPA 1)
X1 : Pembelajaran dengan metode eksperimen sederhana
(Kelas XI MIPA 1)
O1b : Posttest kelas treatment (Kelas XI MIPA 1)
O2a : Pretest kelas kontrol (Kelas XI MIPA 2)
X2 : Pembelajaran dengan metode ceramah aktif (Kelas XI
MIPA 2)
Desain ini terdiri dari dua group, satu kelompok diberi treatment dan yang lain tidak, lalu keduanya diukur (Suparno, 2014: 124). Kelompok yang pertama adalah kelompok treatment yaitu kelompok yang menerima perlakuan dengan metode eksperimen sederhana, sedangkan kelompok kedua adalah kelompok kontrol yaitu kelompok yang dibantu belajar dengan menggunakan metode ceramah aktif. Kelompok kontrol ini sangat penting untuk melihat apakah treatment yang dilakukan berhasil lebih baik atau tidak. Kedua kelompok tersebut akan diberikan pretest dan posttest. Pretest digunakan untuk mengukur pengetahuan siswa sebelum diberi treatment, posttest digunakan untuk mengukur pengetahuan siswa setelah diberi treatment, dan kuesioner nilai karakter digunakan untuk mengukur nilai karakter siswa. Selanjutnya akan dibandingkan antara kelompok treatment dengan kelompok kontrol untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan nilai karakter siswa.
C. Subyek Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun 2018/2019 yang berjumlah 66 siswa yang terbagi menjadi 2 kelas paralel.
2. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dipilih dua kelas yang memiliki kemampuan hampir sama. Sampel dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Ngemplak kelas XI MIPA yang berjumlah 66 orang. Untuk kelas XI MIPA 1 (kelas eksperimen sederhana) berjumlah 33 siswa dan kelas XI MIPA 2 (kelas ceramah aktif) berjumlah 33 siswa.
D. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Oktober 2018.
2. Lokasi Penelitian
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah perlakuan yang diberikan peneliti terhadap siswa, yaitu penerapan metode eksperimen sederhana untuk kelas XI MIPA 1 (kelas eksperimen/treatment) dan metode ceramah aktif untuk kelas XI MIPA 2 (kelas kontrol) pada pokok bahasan hukum Hooke.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan siswa dan nilai karakter siswa yang dicapai setelah proses pembelajaran terjadi dengan menggunakan metode eksperimen sederhana dan ceramah aktif.
F. Treatment
Untuk kelas kontrol peneliti menyampaikan materi menggunakan metode ceramah aktif. Peneliti akan menjelaskan materi pelajaran secara lisan, menunjukkan gambar/video singkat, membimbing siswa untuk membuat list pertanyaan dari materi, mengerjakan soal dan menuliskan bagian-bagian yang penting di papan tulis.
Pengajaran dengan menggunakan metode eksperimen sederhana dan ceramah aktif dapat dilihat pada RPP dan LKS (lihat lampiran 4,5 & 6 halaman 122-147).
G. Validitas Instrumen
Suparno (2014: 65) mengatakan: “Validitas mengukur atau
menentukan apakah suatu tes sungguh mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan (valid untuk). Suatu tes disebut valid bila sesuai
dengan tujuan penelitian”.
Validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah validasi isi (content validity). Untuk melihat kevalidan isi instrumen tes yang dibuat, dapat ditentukan dengan minimal dua cara, yaitu (Suparno, 2014: 66):
1) Dengan menggunakan kisi-kisi yang menunjukkan bahwa instrumen itu memang memuat isi yang akan diteskan, bukan hanya sebagian saja. 2) Dengan meminta penilaian dari ahli, apakah memang tes tersebut
sungguh sesuai dengan isi yang mau dites.
kisi-kisinya. Kisi-kisi kuesioner nilai karakter terdapat pada tabel 3.2 dan 3.3 (lihat halaman 52-56). Kisi-kisi pretest-posttest terdapat pada tabel 3.1 (lihat halaman 50). Soal pretest-posttest divalidasi oleh Drs. Domi Severinus M. Si selaku ahli dalam bidang Mekanika.
H. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Proses Belajar
Instrumen pembelajaran ini tediri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar dan lembar kerja siswa (LKS).
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat untuk menentukan garis besar kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan selama pengambilan data penelitian. Bagian dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah (1) identitas meliputi: Satuan Pendidikan, Mata Pelajaran, Kelas/Semester, dan Alokasi Waktu; (2) Standar Kompetensi (SK); (3) Kompetensi Dasar (KD); (4) Indikator; (5) Tujuan Pembelajaran; (6) Metode Pembelajaran; (7) Kegiatan Pembelajaran; (8) Materi Pembelajaran; (9) Sumber Pembelajaran. RPP terlampir pada lampiran 4 & 5 (lihat halaman 122-134).
b. Bahan Ajar
Kompetensi Dasar (KD) yang berlaku. Bahan ajar yang telah disusun lengkap dapat dilihat pada BAB II (lihat halaman 34-41).
c. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat sebagai panduan bagi siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. LKS ini dikerjakan secara bersama sebagai bagian dari treatment. LKS hanya diberikan kepada kelas eksperimen sederhana dengan treatment metode eksperimen. LKS dapat dilihat pada lampiran 6 (lihat halaman 147).
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1) Test Tertulis (pretest dan posttest)
1) Pretest
Pretest diberikan sebelum pembelajaran menggunakan metode eksperimen sederhana dan ceramah aktif. Pretest ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa mengenai konsep hukum Hooke. Soal pretest sebanyak 4 soal yang terdiri dari aspek analisis.
2) Posttest
dengan menggunakan metode eksperimen sederhana dan ceramah aktif. Jumlah dan pertanyaan soal posttest sama dengan soal pretest. Soal pretest dan posttest terlampir pada lampiran 7 (lihat halaman 159).
Pembuatan soal pretest dan posttest diperlukan kisi-kisi. Kisi-kisi soal didasarkan pada kompetensi dasar dan indikator yang harus dicapai siswa. Kisi-kisi soal pretest dan posttest seperti pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest
KD : 3.6 Menganalisis sifat elastis bahan dalam kehidupan sehari hari
4.6 Mengolah dan menganalisis hasil percobaan tentang sifat elastisitas suatu bahan indikator
No. Indikator Indikator Butir No.
Soal
3.6.3 Menentukan konstanta suatu pegas
Siswa dapat menentukan konstanta suatu pegas
2) Kuesioner Nilai Karakter Siswa
Kuesioner nilai karakter dalam penelitian ini bersifat tertutup atau telah disediakan alternatif jawaban. Kuesioner ini diberikan setelah kegiatan pembelajaran menggunakan metode eksperimen sederhana dan ceramah aktif, untuk mengetahui nilai karakter siswa terhadap metode yang diterapkan.
Pembuatan kuesioner nilai karakter diperlukan kisi-kisi kuesioner nilai karakter. Dari pendapat ahli yang telah dipaparkan pada bab landasan teori, nilai karakter saat siswa melakukan eksperimen antara lain nilai kerjasama, tanggung jawab, disiplin, jujur, dan rasa ingin tahu. Kisi-kisi kuesioner nilai karakter dapat dilihat pada tabel 3.2 dan tabel 3.3 di bawah ini:
No. Indikator Indikator Butir No.
Soal
Dimensi Kognitif 3.6.4 Menghitung konstanta
suatu pegas yang
Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Nilai Karakter Kelas Eksperimen Sederhana
No. Nilai
Karakter Indikator Pernyataan
No. b. Siswa berhati-hati
dalam 2. Saya berhati-hati
No. Nilai
Karakter Indikator Pernyataan
No. b. Siswa melaporkan
hasil eksperimen 2. Saya melaporkan
No. Nilai
Karakter Indikator Pernyataan
No.
Tabel 3.3. Kisi-kisi Kuesioner Nilai Karakter Kelas Ceramah Aktif
No. Nilai
Karakter Indikator Pernyataan
No. 2. Saya mengerjakan
tugas yang diberikan saat pembelajaran.
No. Nilai
Karakter Indikator Pernyataan
No.
No. Nilai
Karakter Indikator Pernyataan
No. 3. Saya mengerjakan
sendiri tugas yang
3) Observasi
Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakter siswa selama proses pembelajaran dengan berpedoman pada indikator kerjasama yang terdapat pada tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4. Indikator Kerjasama Siswa
No.
Indikator Kerjasama
Kelas Eksperimen Sederhana Kelas Ceramah Aktif 1 Siswa terlibat dalam kelompok
untuk menyelesaikan eksperimen
Siswa saling berdiskusi dengan teman sebangku saat pembelajaran di kelas
2 Siswa membantu teman kelompok yang kesulitan dalam eksperimen
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru
3 Setiap siswa dalam kelompok memegang peran/tugas khusus selama pelaksanaan
eksperimen
Siswa turut serta menyimpulkan materi yang disampaikan oleh guru
4 Siswa turut serta dalam perumusan dan penyimpulan hasil eksperimen
Siswa saling membantu saat pembelajaran
I. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis secara kuantitatif. Teknik analisa data menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 20.
1. Analisis Pengetahuan Siswa
a. Analisis Penskoran Pretest dan Posttest
Untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran dapat mempengaruhi pengetahuan siswa mengenai pokok bahasan hukum Hooke, maka peneliti menggunakan skor pretest dan posttest.
Data yang diperolah dari skor pretest dan skor posttest kemudian dianalisis secara kuantitatif. Soal pretest dan posttest terdiri dari 4 butir soal essay. Skor maksimal masing-masing soal essay disesuaikan dengan bobot soal. Rubrik penilaian skor (rubrik skoring) telah ditetapkan seperti tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5. Rubrik Skoring Pengetahuan Siswa
No. Soal Indikator Skor Skor Maksimal
1
Siswa tidak menulis jawaban
Jika jawaban salah
Jika jawaban benar dan penjelasan proses salah
Jika jawaban salah dan penjelasan proses benar
Jika jawaban benar dan penjelasan proses kurang terinci
Jawaban benar dan
penjelasan proses lengkap
Siswa tidak menulis jawaban
Jika jawaban salah