• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (winjosastro,2007;h.709).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (winjosastro,2007;h.709)."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN TEORI MEDIS

A. Definisi

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur setelah lahir. (winjosastro,2007;h.709).

Menurut Manuaba (2010) asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan makin meningkatkan karbon dioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.

Asfiksia neonatorum adalah di mana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernapas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan.(Mochtar, 2012;h. 291).

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. (Prawiroharjo, 2008; h. 347).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara normal, sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen kedalam tubuh.

(2)

B. Etiologi

1. Gangguan sirkulasi menuju janin antara lain:

a. Gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah, kehamilan lewat bulan).

b. Adanya pengaruh obat, karena narkosa saat persalinan. 2. Faktor dari ibu

a. Gangguan his, misalnya karena atonia uteri menyebabkan hipertoni.

b. Penurunan tekanan darah dapat mendadak perdarahan pada plasenta previa dan solusio plasenta

c. Vasokontriksi arterial hipertensi pada hamil dan gestosis pre eklamsi eklamsi

d. Gangguan pertukaran nutrisi atau O2 ?(solusio plasenta)

e. Meningkat 160 kali permenit tngkat permulaan

f. Mungkin jumlah sama dengan normal tetapi tidak teratur g. Frekuensi denyut menurun kurang dari 100 kali permenit

apalagi disertai dengan irama yang tidak teratur. (Manuaba,2010;h.421-422)

3. Towell (1966) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan perafasan pada bayi yang terdiri dari:

a. ibu

Oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anestesi, penyakit jantung sianosis, gagal pernafasan, keracunan karbon monoksida, dan

(3)

tekanan darah ibu yang rendah akan menyebabkan asfiksia pada janin. Gangguan aliran darah uterus dapat menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan ke janin. Hal ini sering ditemukan pada: gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni,hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat; hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.

b. Plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya: plasenta tipis, plasenta kecil, plsenta tidak menempel, solusio plasenta, dan perdarahan plasenta. c. Fetus

Kompresi umblikus dapat mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan: tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir. d. Neonatus

Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh karena pemakaian obat anestesi atau analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin,

(4)

maupun karena trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intrakranial. Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafragmatika atresia atau stenosis saluran pernafasan, dan lain-lain.

(FKUI,2007;h.1073). e. Persalinan

Dapat disebabkan oleh :

1) Partus lama (CPD serviks kaku, dan atonia/ inersia uteri)

2) Ruptur uteri yang membakat : kontraksi uterus yang terus menerus menggangu sirkulasi darah ke plasenta

3) Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta 4) Prolapsus; tali pusat akan tertekan antara kepala dan

panggul

5) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak terlalu tepat pada waktunya

6) Perdarahan banyak, misalnya plasenta previa dan solusio plasenta

7) Kalau plasenta sudah tua dapat terjadi postmaturitas (serotinus), disfungsi uri.

8) Paralisis pusat pernapasan, akibat trauma dari luar seperti karena tindakan forseps, atau trauma dari dalam seperti akibat obat bius.

(5)

C. Patofisiologi

Kondisi patofisiologis yang menyebabkan asfiksia meliputi kurangnya oksigenasi sel, retensi karbon dioksida berlebihan dan asidosis metabolik. kombinasi ketiga peristiwa itu menyebabkan kerusakan sel dan lingkungan biokimia yang tidak cocok dengan kehidupan. Tujuan resusitasi adalah intervensi tepat waktu yang membalikkan efek-efek biokimia asfiksia sehingga mecegah kerusakan otak dan organ yang ireversibel, yang akibatnya akan ditanggung sepanjang hidup. ( Varney, 2007; h.900).

Bayi baru lahir (BBL) mempunyai karakteristik yang unik. Transisi dari kehidupan janin intrauterin kehidupan bayi ekstrauterin, menunjukkan perubahan sebagai berikut. Alveoli paru janin dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir bayi mengambil napas pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan paru diabsorpsi oleh cairan paru. Pada napas kedua dan berikutnya, udara yang masuk alveoli bertambah banyak dan cairan paru diabsorpsi sehingga kemudian seluruh alveoli berisi udara yang mengandung oksigen. Aliran darah paru meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan ekspansi paru yang membutuhkan tekanan puncak aspirasi ,inspirasi dan tekanan akhir ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan oksigen alveoli, ke duanya, menyebabkan penurunan resistensivaskuler paru dan peningkatan aliran darah paru setelah lahir. Aliran intrakardial dan ekstrakardial

(6)

mulai beralih arah yang kemudian diikuti penutupan dukus arteriosus. Kegagalan penurunan resistensi vaskuler paru menyebabkan hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir (Persisten Pulmonary Hypertension of the Neonate), dengan aliran darah paru yang inadekuat dan hipoksemia relatif. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal napas.

(Sholeh,dkk,2010;h.104).

Sebagian besar pengetahuan mengenai respon terhadap asfiksia akut pada janin dan bayi baru lahir berasal dari penelitian pada hewan (Dawes, 1968). Dengan pembatasan tertentu, hal ini memberi gambaran yang jelas tentang proses asfiksia pada manusia dan juga dasar logis untuk resusitasi neonatus. Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui vena umbilikal dapat terjadi pada saat antepartum, intrapartum, dan tentunya, pascapartum saat tali pusat dipotong. Hal ini diikuti oleh serangkaian kejadian berikut yang dapat diperkirakan ketika asfiksia bertambah berat.

1. Awalnya hanya ada sedikit napas. Sedikit napas ini dimaksudkan untuk mengembangkan paru, tetapi bila paru mengembang saat kepala masih dijalan lahir, atau bila paru tidak mengembang karena sesuatu hal, aktivitas singat ini disebut apnea primer.

2. Setelah waktu yang singat asfiksia tidak dikaji dalam situasi klinis karena dilakukan tindakan resusitasi yang sesuai

(7)

usaha bernapas otomatis dimulai. Hal ini hanya akan membantu dalam waktu singkat, kemudian jika paru tidak mengembang, secara bertahap terjadi penurunan kekuatan dan frekuensi pernapasan. Selanjutnya, bayi akan memasuki periode apnea terminal. Kecuali dilakukan resusitasi yang tepat,pemulihan dari keadaan terminal ini tidak akan terjadi. 3. Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan

akhirnya turun di bawah 100 kali/ menit, yang dikenal secara internasional sebagai titik aksi resusitasi.

Frekuensi jantung mungkin sedikit meningkat pada saat bayi bernapas terengah-engah, tetapi bersama dengan menurun dan berhentinya napas terengah-engah bayi, frekuensi jantung terus berkurang. Keadaan asam basa semakin memburuk, metabolisme selular gagal, dan jantung pun berhenti. Keadaan ini akan terjadi dalam waktu yang cukup lama.

4. Selama apnea primer, tekanan darah meningkat bersama dengan pelepasan katekolamin dan zat kimia stres lainnya. Walaupun demikian, tekanan darah yang terkait erat dengan frekuensi jantung, mengalami penurunan tajam selama apnea terminal. Volume sekuncup pada neonatus tetap dan curah jantung ditentukan hampir sepenuhnya oleh frekuensi jantung.

5. Terjadi penurunan pH yang hampir linear sejak awitan asfiksia. Hal yang disebabkan oleh penumpukan asam laktat

(8)

dan asam lainnya yang diproduksi oleh glikolisis anaerob pada jaringan yang mengalami hipoksia. Meskipun demikian, sayangnya, terdapat hubungan yang buruk antara pH arteri umbilikal, keadaan klinis bayi saat itu, dan prognosis jangka panjang. Pada satu penelitian terbaru, tidak ada bayi dengan pH>7,00 mengalami komplikasi asfiksia. Dari 23 bayi dengan pH<7,00, hanya dua yang mengalami komplikasi asfiksia dan keduanya dapat dikenali secara klinis karena skor Apgarnya terus- menerus rendah (winkler et al., 1991). Apnea primer dan apnea terminal mungkin tidak selalu dapat dibedakan. Pada umumnya, bradikardia berat dan kondisi syok memperburuk apnea terminal. Dilihat dari panduan resusitasi, pembedaan antara apnea primer dan terminal tidak perlu dilakukan karena tindakan resusitasi ditentukan oleh kondisi dan tingkat keparahan bradikardia.

Setelah resusitasi efektif dilakukan, jika hipoksia dan asidosis tidak terlalu berat, biasanya terjadi peningkatan frekuensi jantung yang cepat dan perbaikan asidosis metabolik secara bertahap. Padahipoksia yang lebih berat yang memerlukan kompresi dada akan terjadi perbaikan secara bertahap pada parameter ini jika resusitasi berhasil. Terjadinya pernapasan mandiri dan teratur bergantung pada penyebab asfiksia, keparahan asfiksia, dan kondisi penyerta, seperti prematuritas, sepsis, dan lain-lain.

(9)

D. Tanda dan Gejala

Tabel 1. 1. Penilaian Apgar Score

Tanda 0 1 2

Frekuensi jantung

Tidak ada Kurang dari 100x/ menit

Lebih dari 100x/ menit

Usaha bernafas Tidak ada Lambat, tidak

teratur

Menangis kuat

Tonus otot Lumpuh Ekstremitas

fleksi sedikit

Gerakan kuat

Reflek Tidak ada Gerakan sedikit Menangis Warna kulit Biru/ pucat Tubuh

kemerahan, ekstremitas biru

Tubuh dan ekstremitas kemerahan

Sumber : Ilmu Kesehatan Anak 3, Hassan, 2007; h. 1076. Penilaian asfiksia dimulai dari menit pertama kelahiran dan menit kelima yang dinilai yaitu bayi tidak menangis, bernapas megap-megap, sianosis, tonus otot melemah.

1. Asfiksia berat

Jika nilai Appearence Pulse Grimace Activity Respiration ( APGAR) 0-3

Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut:

a. Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali per menit. b. Tidak ada usaha napas.

(10)

c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.

d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.

e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu. f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum

atau sebelum persalinan. 2. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6).

Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut:

a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali per menit b. Usaha napas lambat

c. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik

d. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan

e. Bayi tampak sianosis

f. Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan

3. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10).

Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah adalah sebagai berikut:

a. Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali per menit b. Bayi tampak sianosis

c. Adanya retraksi sela iga d. Bayi merintih (grunting)

(11)

f. Bayi kurang aktivitas

g. Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales, dan wheezing positif (Mochtar,2007; h.293). E. Diagnosis

1. Di dalam uterus

a. DJJ irreguler dan frekuensinya lebih dari 160 atau kurang dari 100 kali per menit.

b. Terdapat mekonium dalam air ketuban ( letak kepala). c. Analisa air ketuban/ amnioskopi

d. Kardiotokografi e. Ultrasonografi 2. Setelah bayi lahir

a. Bayi tampak pucat dan kebiru-biruan serta tidak bernapas.

b. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik seperti kejang, nistagmus,dan menangis kurang baik/ tidak menangis.

(Mochtar, 2012; h. 292). F. Penatalaksanaan

Tindakan yang dilakukan pada bayi asfiksia neonatorum adalah sebagai berikut.

1. Bersihkan jalan napas dengan penghisap lendir dan kasa steril.

(12)

3. Segera keringkan tubuh bayi dengan handuk/ kain kering yang bersih dan hangat.

4. Nilai status pernapasan. Lakukan hal-hal berikut bila ditemukan tanda-tanda asfiksia.

a. Segera baringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan penolong berdiri di sisi kepala bayi dari sisa air ketuban.

b. Miringkan kepala bayi.

c. Bersihkan mulut dengan kasa yang dibalut pada jari telunjuk.

d. Isap cairan dari mulut dan hidung. 5. Lanjutkan menilai pernapasan.

Nilai setatus pernapasan apabila masih ada tanda asfiksia, caranya dengan menggosok punggung bayi ( melakukan rangsangan taktil). Bila tidak ada perubahan segera berikan napas buatan. (Vivian, 2011; h. 104) G. Komplikasi

1. Ganguan homeostatis

Perubahan pertukaran gas dan transpor oksigen selama kehamilan dan persalinan akan mempengaruhi oksigenasi sel-sel tubuh yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi sel. Gangguan fungsi ini

(13)

dapat ringan serta sementara atau menetap, tergantung pada homeostatis yang terdapat pada janin. Perubahan homeostatis ini berhubungan erat dengan beratnya dan lamanya anoreksia atau hipoksia yang diderita.

(winjosastro.2006.h;710) 2. Pneumonia Kongenital

Infeksi biasanya terjadi intranatal karena hirupan likuor amnii yang septik. Gejala pada waktu lahir sangat menyerupai asfiksia neonatorum, penyakit membrana

hialin, atau perdarahan intrakranial

(14)

Tabel 2.1 Manajemen Asfiksia

MANAJEMEN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR

Y YA

SALAH SAT SALAH SATU ATAU TIDAK

BAYI LAHIR PENILAIAN

Sambil meletakkan & menyelimuti bayi diatas perut ibu atau dekat perineum,lakukan penilaian BBL:

1. Apakah bayi cukup bulan?

2. Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur mekonium 3. Apakah bayi bernafas atau menangis

4. Apakah bayi aktif?

Asuhan Bayi Normal

LANGKAH AWAL 1. Jaga bayi tetap hangat 2. Atur posisi bayi 3. Isap lendir

4. Keringkan dan rangsang taktil

5. Reposisi

NILAI NAPAS

Bayi bernapas normal Bayi tidak bernapas/bernapas megap-megap

ASUHAN PASCA RESUSITASI 1. Pemantauan

2. Pencegahan hipotermi 3. Inisiasi menyusu dini 4. Pemberian vitamin K1 5. Pencegahan infeksi 6. Pemeriksaan fisik 7. Pencatatan & Pelaporan Ventilasi

1. Pasang sungkup, perhatikan lekatan 2. Ventilasi 2x dengan tekanan 30cm air 3. Bila dada mengembang lakukan ventilasi

20x dengan tekanan 20cm air slama 30 detik

NILAI NAPAS

Bayi tidak bernapas/bernapas

megap-megap

Bayi mulai bernapas

1. Ulangi ventilasi sebanyak 20x selama 30 detik

2. Hentikan ventilasi dan nilai kembali napas tiap 30 detik

3. Bila bayi tidak bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi, siapkan rujukan 1. Kionseling 2. Lanjutkan resusitasi 3. Pemantaua n 4. Pencegaha n hipotermi 5. Pemberian vitamin K1 6. Pencegaha n infeksi

7. Pencatatan Bila dirujuk

Bila tidak mau dirujuk/ tidak berhasil 1. Sesudah 10 menit pertimbangkan

untuk menghentikan resusitasi 2. Konseling

3. Pencatatan & pelaporan (APN,2008;h.158)

(15)

II. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN 1. Teori Manajemen Kebidanan Varney

Asuhan kebidanan merupakan suatu penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan dan masalah kebidanan ( kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, dan pelayanan kesehatan masyarakat).

Varney (1997) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan. Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian, pemikiran dan tindakan- tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungan baik dari klien maupun dari tenaga kesehatan.

Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi, setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan klien. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

Langkah 1. Pengumpulan data dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu

(16)

1. Riwayat kesehatan

2. Pemeriksaan fisik sesui dengan kebutuhannya 3. Meninjau catatan terbaru dan catatan sebulumnya

4. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengajukan komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah kelima dan keenam ( menjadi bagian dari langkah- langkah) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah keempat untuk mendapat data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter. Langkah 2. Interpretasi data dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh profesi ( bidan) dalam ruang lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur ( tata nama)

(17)

diagnosis kebidanan. Standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah:

1. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi.

2. Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan 3. Memiliki ciri khas kebidanan.

4. Didukung oleh clinical juggement dalam praktek kebidanan. 5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan. Langkah 3. Diagnosa potensial

Mengidetifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan bersiap-siap bila diagnosa/ masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.

Langkah 4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penangan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.

Langkah 5. Perencanaan

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah

(18)

diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Langkah 6.melaksanakan perencananan (pelaksanaan)

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, memastikan langkah- langkah tersebut benar- benar terlaksana. Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani pasien yang mengalami komplikasi, maka dalam keterlibatan manajemen asuhan bagi pasien adalah tanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan pasien.

Langkah 7. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut lebih efektif sedang sebagian belum efektif.

(19)

Mengingat bahwa propses manajemen asuhan kebidanan ini merupakan suatu hasil pola fikir bidan yang berkesinambungan, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidetifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut .

Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses manjemen tersebut berlangsung di dalam situasi dan dua langkah yang terakhir tergantung pada pasien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP , S adalah data subjektif, O adalah data obyektif, A adalah analysis atau assessment dan P adalah planning. Merupakan catatan yang sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.

S ( Data Subjektif)

Data subjektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai

(20)

kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Data subjektif nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.

O ( Data Objektif)

Data objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama ( pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan data objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

A (Assessment)

A (Analysis atau Assessment), merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti perkembangan pasien. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus diketahui dan diambil keputusan atau tindakan yang tepat.

(21)

Analisis atau assessment merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal berikut: diagnosis atau masalah kebidanan, diagnosa atau masalah potensial serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis atau masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut kemampuan bidan, meliputi: tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk pasien.

P:Planning

Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dipakai dalam batas tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain dokter.

Meskipun secara istilah, P adalah Planning perencanaan saja, namun P dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran gambaran pendokumentasian implementasi dan evaluasi. Dengan kata lain, P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam, ketujuh. Pendokumentasian P dalam SOAP ini, adalah pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang telah disusun sesuai dengan keadaan dan

(22)

dalam rangka mengatasi masalh pasien. Pelaksanaan tindakan harus disetujui oleh pasien atau keluarga pasien, kecuali bila tindakan tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan pasien.sebanyak mungkin pasien harus dilibatkan dalam proses implementasi ini. Bila kondisi pasien berubah, analisis juga berubah, maka rencana asuhan maupun implementasinya pun kemungkinan besar akan ikut berubah atau harus disesuaikan.

Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluation atau evaluasi, yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektivitas asuhan atau hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai tindakanatau asuhan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.untuk mendokumentasikan proses evaluasi ini, diperlukan sebuah catatan perkembangan, dengan tetap mengacu pada metode SOAP. (Mufdlilah.2009;h.113-125).

2. Teori Asuhan kebidanan pada BBL dengan Asfiksia a. Pengkajian

1) Data Subyektif (1) Umur

Persalinan pada umur kehamilan yang belum cukup umur akan mengakibatkan asfiksia karena organ-organ yang terbentuk belum sempurna.

(23)

(2) Umur, orang tua

Umur ibu yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun resiko tinggi terhadap kehamilannya akibatnya dapat terjadi asfiksia bayi yang dilahirkan.

(Matondang,2009;h.6). (3) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kesehatan ibu

Menanyakan apakah ibu mempunyai penyakit jantung sianosis, gagal pernafasan, dan tekanan darah rendah karena kalau mempunyai penyakit tersebut bisa menyebabkan bayinya asfiksia

(Matondang,2009;h.15)

b) Riwayat kesehatan sekarang (bayi)

Menilai apakah bayi tidak menangis, sianosis, dan tidak ada reaksi jika ada tanda tersebut maka bayi dikatakan asfiksia.

(Matondang,2009;h.12) (4) Riwayat Obstetri

a) Riwayat kehamilan

Kehamilan yang lalu perlu dikaji karena apabila kehamilan yang lalu mengalami his yang berlebihan kemungkinan dapat berulang dalam kehamilan selanjutnya dan his yang berlebihan dapat menyebabkan asfiksia

(24)

b) Riwayat persalinan

Untuk mengetahui apakah ibu pada saat persalinan mengalami ruptur uteri, jika mengalami ruptur uteri akan menyebabkan asfiksia karena kontraksi uterus yang terus menerus mengganggu sirkulasi darah ke plasenta

(Wahidiyat,2009;h.13) 2) Data Obyektif

(1) Keadaan Umum

Menilai apakah bayi tidak menangis, dan sianosis (2) Tingkat Kesadaran

Pada bayi yang asfiksia cenderung kesadarannya yaitu somnolen.

Somnolen adalah kesadaran lebih rendah dan tampak mengantuk, selalu ingin tidur tidak responsif terhadap rangsangan ringan tetapi memberikan respon terhadap rangsangan yang kuat.

(Matondang,2009;24) (3) Pemeriksaan fisik

Untuk menggetahui bayi asfiksia dengan tanda-tanda yang tidak normal.

(25)

a) Dada

Pada bayi kesulitan bernafas dapat mengalami

adanyaretraksi dinding dada yang

berlebihan.(varney, 2008; h. 1197) b) Warna kulit

Memeriksa warna kulit berwarna kebiruan atau sianosis

(4) Reflek

Pada bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum ditandai dengan tidak ada gerakan atau asimetis, gerakan tidak teratur, tremor (gerakan tidak sama),kekuatan dan tonus otot lemah. (varney,2008;h.1196).

b. Interpretasi Data a) Diagnosa

Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny M dengan asfiksia sedang Data Dasar

Subyektif :Bayi tidak menangis dan bernafas megap- megap

Obyektif : Kesadaran somnolen

Kulit sianosis, hidung ada secret atau cairan ketuban, ada retraksi dinding dada. b) Masalah

(26)

c. Diagnosa Potensial 1) Asfiksia berat

Jika nilai Appearence Pulse Grimace Activity Respiration ( APGAR) 0-3

Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut:

a. Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali per menit. b. Tidak ada usaha napas.

c. Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.

d. Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan.

e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu. f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum

atau sebelum persalinan.

d. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera atau Kolaborasi dan Konsultasi.

Lakukan resusitasi e. Perencanaan

1) Jelaskan kepada ibu tentang kondisi bayi

2) Jelaskan kepada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan.

(27)

(a) Penilaian pada bayi untuk menentukan keadaan bayi apakah bernapas megap-megap

(b) Jaga bayi tetap hangat agar tidak terjadi hipotermi (c) Atur posisi bayi untuk mempermudah pernapasan (d) Isap lendir untuk membebaskan jalan napas

(e) Keringkan dan rangsang taktil untuk merangsang agar bayi bisa menangis

(f) Reposisi untuk memudahkan tindakan pengisapan lendir

(g) Nilai napas untuk menilai apakah bayi sudah menangis atau belum

(h) Apabila tidak bernapas lakukan ventilasi 1) Pasang sungkup, perhatikan lekatan 2) Ventilasi 2x dengan tekanan 30cm air

3) Bila dada mengembang lakukan ventilasi 20x dengan tekanan 20cm air selama 30 detik

(i) Nilai napas jika masih belum menangis atau masih megap-megap lakukan ventilasi lagi

1) Ulangi ventilasi sebanyak 20x selama 30 detik 2) Hentikan ventilasi dan nilai kembali napas 30 detik 3) Bila bayi tidak bernapas spontan sesudah 2 menit

resusitasi, siapkan rujukan

(j) Bila tidak mau dirujuk & tidak berhasil

1) Sesudah 10 menit pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi

(28)

2) Konseling

3) Pencatatan & pelaporan f. Pelaksanaan

1) Menjelaskan kepada ibu tentang kondisi bayi bahwa bayinya mengalami gagal nafas atau asfiksia

2) Menjelaskan kepada keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan.

3) Melakukan manajemen asfiksia bayi baru lahir. (a) Penilaian pada bayi yang pertama yaitu

1) Apakah bayi cukup bulan

2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium

3) Apakah tidak bernapas atau tidak menangis 4) Apakah bayi aktif

(b) Menjaga bayi tetap hangat

1) Meletakan bayi diatas kain yang ada di atas perut ibu

2) Menyelimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat

3) Memindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat

4) Menjaga bayi tetap diselimuti dan di bawah pemancar panas atau lampu sorot

(29)

(c) Mengatur posisi bayi

1) Membaringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong

2) Memposisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan menempatkan ganjal bahu sehingga kepala sedikit ekstensi

(d) Menghisap lendir

Menggunakan alat penghisap lendir DeLee dengan cara sebagai berikut:

1) Menghisap lendir mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung

2) Melakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, tidak pada waktu memasukkan

3) Jangan melakukan penghisapan terlalu dalam (jangan lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung), hal ini dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti napas.

Bila dengan balon karet dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Menekan bola di luar mulut

2) Memasukkan ujung penghisap di rongga mulut dan lepaskan (lendir akan terhisap)

(30)

(e) Mengeringkan dan merangsang taktil

1) Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan,rangsangan tersebut dapat membantu BBL mulai bernapas.

2) Melakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara dibawah ini:

(a) Menepuk atau menyentil telapak kaki atau menggosok punggung atau perut atau dada atau tungkai kaki dengan telapak tangan

(f) Mengatur kembali posisi kepala bayi dan selimut bayi 1) Mengganti kain yang basah dengan yang kering di

bawahnya

2) Menyelimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bisa memantau pernapasan bayi

3) Mengatur kembali posisi kepada bayi sehingga kepala sedikit ekstensi

(g) Menilai napas jika bayi tidak bernapas melakukan ventilasi

(h) Apabila tidak bernapas melakukan ventilasi

1) Memasang sungkup, memperhatikan

perlekatannya pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut, dan hidung

(31)

3) Apabila dada mengembang dilakukan ventilasi 20x dengan tekanan 20cm air selama 30 detik

(i) Menilai napas jika masih belum menangis atau masih megap-megap lakukan ventilasi lagi

1) mengulangi ventilasi sebanyak 20x selama 30 detik 2) Menghentikan ventilasi dan menilai kembali napas

30 detik

3) Apabila bayi tidak bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi, siapkan rujukan

(j) Apabila tidak mau dirujuk & tidak berhasil

1) Sesudah 10 menit pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi

2) Memberikan konseling kepada keluarga 3) Mencatat dan melaporkan

g. Evaluasi

Evaluasi merupakan hasil dari pelaksanan yaitu jika bayi tidak bernapas maka lakukan ventilasi selama 20x dalam 30 detik, menghentikan ventilasi dan menilai kembali selama 30detik, apabila bayi tidak bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi, siapkan rujukan.

h. Data Perkembangan

Subyektif : ibu mengatakan bayinya sudah bernapas dan sudah menangis.

(32)

1) Berat badan

Berat badan ditimbang pada saat kondisi bayi sudah stabil normalnya 2500- 3000 garam

2) Panjang badan

Pengukuran panjang badan adalah sederhana hasilnya dapat dikaitkan dengan hasil pengukuran berat badan akan memberikan informasi yang bermakna tentang status nutrisi dan pertumbuhan fisik bayi. Normal ukuran panjang bayi setelah lahir adalah 45-52 cm (Matondang, 2009; h. 177).

3) Lingkar kepala, lingkar dada, dan lingkar perut

Lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar perut dipengaruhi oleh status gizi. Pemeriksaan ini rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya

penyebab lain yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan yang lain. Normal pengukuran kepala yaitu 30-35 cm, apabila ukuran lingkar kepala lebih besar 3 cm dari normal disebut hidrosephalus sedangkan bila ukuran

(33)

kepala lebih kecil 3 cm dari normal disebut mikrosepalus, lingkar dada 28-33 cm dan lingkar perut 28-33-35 cm (Matondang,2009;h.180)

Pemeriksaan fisik

1) Kepala

Untuk mengetahui bentuk, warna rambut, adanya benjolan atau tidak 2) Wajah

Tanda-tanda paralisis 3) Mata

Keluar abses, bengkak pada kelopak mata, perdarahan konjungtiva dan simetris

4) Hidung

Untuk mengetahui simetris atau tidak, adakah secret atau tidak

5) Telinga

Kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala

6) Mulut

Untuk mengetahui apakah ada labio atau palatokisis, trush, sianosis, mukosa kering atau basah

(34)

7) Leher

Untuk mengetahui apakah ada pembengkakan atau ada benjolan 8) Dada

Bentuk dada, puting susu, bunyi jantung dan pernafasan

9) Abdomen

Untuk mengetahui apakah ada atau tidak benjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan pada tali pusat, jumlah pembuluh darah pada tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk.

10) Genetalia

Untuk mengetahui bersih atau tidak, kelamin laki-laki: testis berada disekrotum, penis berlubang, dan kelamin perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora

11) Ekstremitas Gerakannya aktif

(muslihatun,dkk,2009;h.180) Assesment :bayi Ny M umur 0 jam normal

(35)

Melakukan Pencegahan hipotermi yaitu dengan cara menjaga kehangatan bayi dengan selimut.

Melakukan Inisiasi menyusu dini. Pemberian vitamin K1.

Melakukan pemeriksaan fisik Mencatat dan melaporkan tindakan

B. Tinjauan Aspek Hukum 1. Peraturan- peraturan

Peraturan Menteri Kesekhatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/2010

Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi:

a. Pelayanan kesehatan ibu b. Pelayanan kesehatan anak

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

Pasal 11

a. Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.

b. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk:

(36)

1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hiportemi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat

2) Penangan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk

3) Penangan kegawat daruratan, dilanjutan dengan perujukan

4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah 5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak

pra sekolah

6) Pemberian konseling dan penyuluhan 7) Pemberian surat keterangan kelahiran 8) Pemberian surat keterangan kematian

Gambar

Tabel 1. 1. Penilaian  Apgar Score
Tabel 2.1 Manajemen Asfiksia

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukan intensitas yang mula-mula direfleksikan secara maksimal oleh Kisi Bragg mengalami penurunan pada saat panjang gelombang Bragg bernilai 1551,29

Hasil wawancara terhadap 9 narasumber yaitu guru SDN Rejowinangun 3 Kotagede menunjukkan bahwa guru telah berupaya memiliki kompetensi sosial dalam berkomunikasi

yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja akan memudahkan pemerataan di bidang pendidikan, konten yang beragam dapat disisipkan pada portal ini, kolaborasi antar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) miskonsepsi mekanika fluida yang paling banyak dialami yaitu kayu terapung dan logam tenggelam dalam air, jauhnya pancaran air dari

Perakitan tanaman biasa- nya dilakukan dengan persilangan konvensional sehingga gen yang pa- da genom tanaman hasil persilang- an tidak hanya gen target tetapi juga gen-gen lain

Bagi para ibu-ibu penonton televisi, terutama pada progr am inf otainment hendaknya mulai memahami bahwa tayangan infotainment tergolong tayangan yang tidak cukup mendidik,

Dengan demikian, melalui uraian tersebut di atas, dapat dipahami bahwa aplikasi Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2004 tentang Larangan Pelacuran di Kabupaten Pamekasan

Jadwal pelajaran dan alokasi waktu sama dengan dokumen pemberkasan, untuk mapel Al Islam pada prinsipnya sama dengan PAI, sebagai tindaklanjut perlu adanya