• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: latihan sirkuit, rasio interval 1:1, vitamin C 1000 mg, MDA, VO 2 maks

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci: latihan sirkuit, rasio interval 1:1, vitamin C 1000 mg, MDA, VO 2 maks"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PEMBERIAN VITAMIN C 1000 Mg DAN KOMBINASI LATIHAN SIRKUIT DENGAN RASIO INTERVAL 1:1

MENURUNKAN MALONDIALDEHID

SERTA MENINGKATKAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMUM Pemberian vitamin C serta latihan sirkuit dengan rasio interval 1:1 menurunkan stress oksidatif masih inkonsisten. Beberapa peneliti mengatakan bahwa pemberian vitamin C dapat menurunkan stress oksidatif, namun sebagian yang lain menunjukkan tidak ada pengaruhnya. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemberian vitamin C 1000 mg pada atlet yang mengikuti latihan sirkuit dengan rasio interval 1:1 menurunkan kadar MDA lebih besar serta meningkatkan VO2 maks lebih besar dibandingkan dengan yang tidak diberikan vitamin C 1000 mg.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan

Randomized Pre test-Post test Control Group Design. Sampel pada penelitian ini berjumlah 20 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok menggunakan teknik random alokasi. Kelompok Perlakuan diberikan program latihan sirkuit dengan rasio interval 1:1 dan diberi vitamin C 1000 mg selama 6 minggu, sedangkan Kelompok Kontrol diberikan program latihan sirkuit dengan rasio interval 1:1 tanpa diberi vitamin C 1000 mg selama 6 minggu.

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah kadar MDA pada Kelompok Perlakuan (2,26±0,73nmol/ml) mengalami penurunan lebih besar daripada Kelompok Kontrol (7,76±1,44 nmol/ml) dengan (p=0.000). Level VO2 maks Kelompok Perlakuan (48,54±4,69ml/KgBB/mnt) mengalami peningkatan lebih besar daripada Kelompok Kontrol (43,51±5,51ml/KgBB/mnt) dengan (p=0,029)

Simpulan dari peneltian ini adalah pemberian vitamin C 1000 mg pada atlet yang mengikuti program latihan sirkuit dengan rasio interval 1:1 menurunkan kadar MDA lebih besar dan meningkatkan level VO2 maks lebih tinggi.

Kata kunci: latihan sirkuit, rasio interval 1:1, vitamin C 1000 mg, MDA, VO2 maks

(2)

ABSTRACT

ADMINISTRATION OF 1000 Mg OF VITAMIN C AT THE ATHELETE WHO FOLLOWS THE CIRCUIT TRAINING PROGRAM

WITH INTERVAL RATIO 1: 1 REDUCE MALONDIALDEHID

AND IMPROVE THE MAXIMUM OXYGEN CONSUMPTION Administration of vitamin C and circuit training with 1: 1 interval ratio decrease oxidative stress is still inconsistent. Some researchers say that giving vitamin C can reduce oxidative stress, but others show no effect. The aims of this research was to prove that administration of 1000 mg of vitamin C in athletes who follow circuit training with 1: 1 interval ratio decreased MDA levels and increase VO2 max level greater than those who not given 1000 mg of vitamin C. This research was an experimental research using Randomized Pre test-Post test of Control Group Design. Sample in this research were 20 persons divided into 2 groups using random allocation technique. Treatment group was given circuit training program with 1: 1 interval ratio and given 1000 mg of vitamin C for 6 weeks, while Control Group was given circuit training program with interval ratio 1: 1 without given 1000 mg of vitamin C for 6 weeks.

The results obtained from this research were MDA levels in the Treatment Group (2.26 ± 0.73nmol / ml) decreased greater than the Control Group (7.76 ± 1.44 nmol / ml) with (p = 0.000). Level VO2 max Treatment Group (48.54 ± 4.69ml / KgBB / mnt) had greater increase than Control Group (43.51 ± 5.51ml / KgBB / mnt) with (p = 0.029)

The conclusion of this research was the administration of 1000 mg of vitamin C in athletes who followed the circuit training program with 1: 1 interval ratio decreased the higher MDA levels and increased the higher VO2 max level. Keywords: circuit training, 1: 1 interval ratio, vitamin C 1000 mg, MDA, max VO2

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

PRASYARAT GELAR ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 10 1.3 Tujuan Penelitian ... 10 1.3.1 Tujuan Umum ... 10 1.3.2 Tujuan Khusus ... 11 1.4 Manfaat Penelitian ... 11 1.4.1 Manfaat Akademik ... 11 1.4.2 Manfaat Praktis ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

2.1 Volume Oksigen Maksimum ... 13

2.2 Metode Latihan ... 14

2.2.1 Latihan... 14

2.2.2 Metode Latihan Sirkuit ... 16

2.2.3 Latihan Sirkuit Berlanjut ... 18

2.2.4 Latihan Interval ... 19

2.2.5 Rasio Kerja-Istirahat ... 24

(4)

2.3.1 Kondisi Otot ... 24

2.3.2 Kondisi Otot Akibat Trauma Mekanik ... 27

2.3.3 Kerusakan Otot Akibat Radikal Bebas ... 29

2.3.4 Antioksidan ... 43

2.3.5 Peran Antioksidan Bagi Kesehatan ... 45

2.3.6 Vitamin C ... 46

2.4 Malondialdehid (MDA) ... 49

2.5 Sistem Energi ... 52

2.5.1 ATP (Adenosine Tri Phospat) ... 52

2.5.2 Sistem ATP-PC ... 53

2.5.3 Sistem LA (Laktik Acid) ... 53

2.5.4 Sistem Aerob ... 53

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS ... 55

3.1 Kerangka Berpikir ... 55

3.2 Konsep Penelitian... 57

3.3 Hipotesis ... 58

BAB IV METODE PENELITIAN ... 59

4.1 Rancangan Penelitian ... 59

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 60

4.2.1 Tempat Penelitian... 60

4.2.1 Waktu Penelitian ... 60

4.3 Populasi dan Sampel ... 60

4.3.1 Populasi Target... 60

4.3.2 Populasi Terjangkau ... 61

4.3.3 Sampel Penelitian ... 61

4.3.4 Besar Sampel ... 62

4.3.5 Teknik Penentuan Sampel ... 63

4.4 Variabel Penelitian ... 63

4.4.1 Identifikasi Variabel ... 63

4.4.2 Klasifikasi Variabel ... 63

4.4.3 Hubungan Antara Variabel ... 64

(5)

4.5 Bahan dan Instrumen Penelitian... 66

4.6 Alur Penelitian ... 67

4.7 Prosedur Penelitian... 68

4.8 Pengumpulan Data ... 69

4.9 Teknik dan Analisis Data ... 70

4.9.1 Analisis Data Deskriptif ... 70

4.9.2 Teknik Uji Persyaratan Analisis... 71

4.9.3 Uji Hipotesis ... 71

BAB V HASIL PENELITIAN ... 72

5.1 Karakteristik Subyek Penelitian ... 72

5.2 Kadar MDA Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan ... 73

5.3 VO2 maks Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan ... 74

BAB VI PEMBAHASAN ... 75

6.1 Karakteristik Subjek Penelitian ... 75

6.2 Kadar MDA setelah Pemberian Vitamin C 1000 mg dan Kombinasi Latihan Sirkuit dengan Rasio Interval 1:1 ... 76

6.3 VO2 maks setelah Pemberian Vitamin C 1000 mg dan Kombinasi Latihan Sirkuit dengan Rasio Interval 1:1 ... 83

6.4 Kebaharuan Penelitian (Novelty) ... 87

6.5 Keterbatasan Penelitian ... 88

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 89

7.1 Simpulan ... 89

7.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Interval Kerja dan Istirahat ... 23

Gambar 2.2 Sarkomer otot ... 26

Gambar 2.3 Alur Pemecahan Adenosin dan Xantin Oksidase ... 39

Gambar 2.4 Mekanisme Antioksidan Endogen Sebagai Pertahanan tubuh ... 44

Gambar 2.5 Reaksi redoks asam askorbat... 47

Gambar 2.6 Proses terbentuknya Lipid Peroksidasi ... 50

Gambar 3.1 Konsep Penelitian ... 57

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian ... 59

Gambar 4.2 Hubungan antar variabel penelitian... 64

Gambar 4.5 Alur Penelitian... 67

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Karakteristik Umur, BB, TB, IMT, MDA, VO2maks ... 74

Tabel 5.2 Uji Normalitas MDA ... 74

Tabel 5.3 Uji Homogenitas MDA ... 74

Tabel 5.4 MDA Klp Kontrol ... 75

Tabel 5.5 MDA Klp Perlakuan ... 75

Tabel 5.6 Rerata MDA Klp Kontrol dan Klp Perlakuan ... 76

Tabel 5.7 Uji Normalitas VO2 Maks ... 76

Tabel 5.8 Uji Homogenitas VO2 Maks... 76

Tabel 5.9 VO2 Maks Klp Kontrol... 77

Tabel 5.10 VO2 Maks Klp Perlakuan ... 77

Tabel 5.11 Rerata VO2 Maks Klp Kontrol dan Klp Perlakuan ... 78

(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Olahraga yang dilakukan secara teratur akan memberikan dampak positif, seperti menurunkan risiko penyebab terjadinya kematian melalui penurunan risiko penyakit kardiovaskuler, kanker, dan diabetes. Namun secara paradoks ternyata terjadi peningkatan radikal bebas akibat kontraksi otot. Sehingga dikatakan bahwa latihan dapat menimbulkan stress oksidatif yang akan memberikan dampak negatif akibat olahraga. Olahraga dalam jangka waktu panjang dapat meningkatkan sistem antioksidan tubuh. Namun, di sisi lain latihan intensif dapat mengakibatkan perubahan pada beberapa organ yaitu jantung, sistem pencernaan, kulit, ginjal, saluran kemih, dan otot (Wirawan dan Ludong, 2003). Latihan intensif yang dilakukan akan mengakibatkan timbulnya stres oksidatif dan

multiplier effect dari stres oksidatif tersebut telah menjadi bahan kajian dalam bidang biomolekuler (Palacios, 2015).

Selama periode pelatihan fisik intensif, Reactive Oxygen Species (ROS) dapat dilepaskan melebihi kapasitas pelindung dari sistem anti-ROS dan menyebabkan disregulasi dalam sistem inflamasi dan neuroendokrin. Peningkatan intensitas latihan telah dibuktikan melalui beberapa penelitian dapat meningkatkan stres oksidatif dan produksi radikal bebas dalam sel. Regulasi yang efektif dalam menjaga keseimbangan ROS dan anti-ROS dalam sel menjadi hal yang sangat penting dikarenakan berhubungan dengan beberapa proses berkaitan dengan fungsi sel dan integritas DNA serta transduksi sinyal dalam ekspresi gen (Kersick dan Willoughby, 2005).

(9)

Salah satu penanda stres oksidatif dalam darah adalah malondialdehid

(MDA). Hal ini sering digunakan sebagai indikator terjadinya stres oksidatif akibat latihan. Saat radikal bebas terbentuk, akan menyerang asam lemak tak jenuh pada membran dinding sel yang menimbulkan reaksi berantai yang disebut lipid peroksidasi. Saat asam lemak hancur, gas hidrokarbon (etana atau pentana) dan senyawa aldehid akan terbentuk. Latihan daya tahan untuk meningkatkan VO2 maks juga diduga mampu meningkatkan konsentrasi MDA 6 jam setelah latihan dan menurun kembali 72 jam setelah latihan.

Secara periodik sel memproduksi radikal bebas dan ROS sebagai bagian dari proses metabolisme. Radikal bebas ini dinetralkan oleh sistem antioksidan yang terdiri dari enzym seperti catalase, superoksid dismutase, glutathione peroxidase dan beberapa antioksidan non-enzymatik termasuk vitamin C, A dan E (Maria, 2003). Antioksidan diperlukan untuk mencegah terjadinya stress oksidatif, yang berperan penting dalam etiologi terjadinya berbagai penyakit degeneratif. Mekanisme perlawanan tubuh terhadap stres oksidatif adalah melalui antioksidan endogen. Apabila jumlah radikal bebas dan spesies reaktif dalam tubuh melebihi kemampuan antioksidan endogen, maka tubuh memerlukan asupan antioksidan yang didapat dari makanan dan obat-obatan. Obat atau suplemen yang digunakan salah satunya adalah vitamin C. Vitamin C merupakan antioksidan yang digunakan karena kemampuan antioksidan ini dalam meminimalkan stres oksidatif.

Banyak orang mengonsumsi vitamin C dalam dosis tinggi, karena memiliki asumsi dosis tinggi vitamin C dapat memperkuat daya tahan tubuh dan menjaga vitalitas. Ada beragam sumber vitamin C, tapi suplemen vitamin C

(10)

sepertinya jadi pilihan banyak orang. Vitamin C adalah nutrisi yang aman dan efektif. Manfaat suplemen vitamin C sendiri termasuk melindungi tubuh dari lemahnya system kekebalan tubuh, penyakit kardiovaskuler, masalah kesehatan prenatal, penyakit mata, dan masalah kulit. Untuk mencukupi kebutuhan vitamin C setiap hari bisa diperoleh langsung dari buah dan sayuran. Memang lebih baik mendapat vitamin langsung dari buah dan sayuran, namun jika dirasa asupan buah dan sayur tidak mencukupi, maka dipandang perlu untuk mengonsumsi suplemen yang mengandung vitamin C untuk mendapatkan manfaat terbaik vitamin C itu sendiri.

Apalagi jika atlet yang melakukan latihan fisik dengan frekuensi dan intensitas yang panjang, sudah tentu membutuhkan asupan vitamin C yang memadai. Jika hanya mengandalkan asupan vitamin C dari buah dan sayur saja, tampaknya belum dapat memberikan manfaat yang maksimal. Seperti yang diungkapkan oleh Moyad, (2016) sesuai dengan penelitian yang dilakukannya direkomendasikan bahwa untuk mencukupi kebutuhan vitamin C harian seseorang atlet harus mengkonsumsi 5-9 porsi sayur dan buah. Ternyata dari penelitian itu juga terungkap bahwa hanya 10-20% orang dewasa yang melakukannya sesuai dengan rekomendasi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua orang mampu memenuhi kebutuhan vitamin C secara alamiah, sehingga dibutuhkan asupan tambahan berupa suplemen yang mengandung vitamin C. Batas aman untuk mengonsumsi vitamin C adalah 2000 mg per hari, dan ada bukti kuat bahwa mengonsumsi 500 mg atau 1000 mg setiap hari adalah aman.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Goldfrab, et al (2005) tentang suplementasi vitamin C berpengaruh terhadap penanda stres oksidatif pada darah

(11)

setelah 30 menit lari pada intensitas 75% VO2 maks, dinyatakan bahwa suplementasi vitamin C 500 atau 1500 mg selama 2 minggu mampu menghambat oksidasi protein yang terjadi akibat latihan. Demikian juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Maryam, et al (2013) tentang pengaruh suplementasi vitamin C dan vitamin E terhadap kerusakan otot dan stress oksidatif pada atlet wanita, dinyatakan bahwa suplementasi vitamin C mampu menghambat dan mencegah oksidasi lipid dan kerusakan otot. Pada penelitian yang dilakukan oleh Bryer dan Goldfrab, (2006) tentang pengaruh suplementasi vitamin C dosis tinggi terhadap kelelahan otot, kerusakan otot, gangguan fungsi otot, dan stress oksidatif setelah latihan eksentrik, juga dinyatakan bahwa suplementasi vitamin C sebelum perlakuan dapat mengurangi kelelahan otot, menunda peningkatan creatin kinase, dan mencegah oksidasi glutathion pada darah dengan sedikit pengaruh pada penurunan fungsi otot.

Proses fisiologis yang terjadi pada otot akan berdampak pada kualitas latihan yang dilakukan para atlet. Pelaksanaan program latihan yang tidak memperhatikan sistematika olahraga yang baik akan mengakibatkan hasil latihan yang tidak sesuai dengan harapan. Sehingga kondisi fisik yang dibutuhkan dalam setiap cabang olahraga akan terganggu. Hal ini tentu akan berujung pada kegagalan dalam proses pembinaan dan latihan serta pencapaian prestasi olahraga. Olahraga merupakan bagian integral dari pembangunan karakter manusia. Di samping itu prestasi olahraga juga mampu menunjukkan harkat dan martabat bangsa di tingkat internasional. Namun kenyataan yang terjadi di negara kita saat ini sangat memprihatinkan karena prestasi olahraga kita jauh dari harapan. Seperti apa yang kita saksikan pada Sea Games, Asian Games maupun Olimpiade.

(12)

Indonesia yang semula memimpin pentas olahraga Asia Tenggara kini tinggal kenangan. Terbukti dari perhelatan Sea Games 2017 di Malaysia, kontingen Indonesia hanya menduduki peringkat ke-5 di bawah Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Singapura (KONI, 2017). Berbicara prestasi olahraga di tingkat yang lebih tinggi, seperti Asian Games maupun Olimpiade posisi Indonesia juga tidak maksimal. Harus disadari bahwa prestasi olahraga secara nasional berawal dari keberhasilan pembinaan olahraga di daerah.

Ada satu fakta menarik mengenai prestasi cabang olahraga yang diraih baik secara nasional maupun secara regional. Cabang olahraga beregu jarang atau sulit untuk meraih prestasi maksimal jika dibandingkan dengan cabang olahraga individual. Cabang olahraga beregu dalam hal ini cabang olahraga permainan memerlukan kondisi fisik yang prima meliputi daya tahan kardiovaskuler, kekuatan, kecepatan, kelentukan, power dan kelincahan. Komponen kondisi fisik inilah yang nantinya akan menentukan prestasi atlet.

Prestasi puncak seorang atlet dapat dicapai oleh atlet yang berbakat dan memperoleh pembinaan yang baik secara berjenjang dan berkesinambungan. Pembinaan atlet secara berjenjang bertujuan untuk meningkatkan kondisi fisik yang spesifik untuk cabang olahraga. Atlet dapat berprestasi puncak pada cabang olahraga tertentu melalui sistem pembinaan olahraga yang menerapkan pemahaman fisiologi olahraga dalam penyusunan program periodisasi latihan. Terdapat 4 faktor penting yang perlu diperhatikan agar atlet dapat berprestasi maksimal, yaitu: kondisi fisik atlet, keterampilan dan teknik, pemahaman taktik dan strategi, serta kesiapan mental atlet (Purba, 2014).

(13)

Atlet didefinisikan sebagai individu yang aktivitasnya terkait dengan latihan fisik reguler dan berpartisipasi didalam kompetisi olahraga dengan menitik beratkan pada keunggulan dan pencapaian prestasi (Pelliccea, 2005). Berbeda dengan bukan atlet, maka latihan olahraga bagi atlet bertujuan untuk kebutuhan

performance dalam kompetisi olahraga. Program latihan olahraga bagi atlet idealnya bertujuan untuk meningkatkan performance, kemampuan adaptasi tubuh atlet serta kebugaran jasmani sebagai efek jangka panjang latihan.

Bompa (2015) mengatakan pencapaian peningkatan seorang atlet adalah suatu hasil yang langsung menyangkut jumlah dan mutu latihan. Dengan melaksanakan program latihan yang baik dan benar maka akan dihasilkan kebugaran jasmani yang baik. Hal ini akan berimplikasi kepada daya tahan kardiovaskuler, kekuatan, kecepatan, kelentukan, power dan kelincahan yang baik pula. Salah satu parameter daya tahan kardiovaskuler seseorang adalah Volume Oksigen Maksimum (VO2 maks).

VO2 maks adalah kemampuan tubuh untuk mengkonsumsi, mendistribusi dan memanfaatkan oksigen secara maksimal per unit waktu tertentu dan secara absolut dinyatakan dalam milliter/Kg berat badan/ menit (Howley, 2014). Daya tahan kardiovaskuler yang terdiri dari kemampuan paru, jantung dan pembuluh darah dalam menyediakan oksigen bagi kelangsungan kerja otot merupakan salah satu unsur yang paling utama dalam menunjang kebugaran jasmani. Daya tahan kardiovaskuler merupakan komponen yang bersifat dinamis yang berubah-ubah sesuai dengan aktivitas fisik yang dilakukan khususnya pelatihan fisik. Pelatihan fisik yang dilakukan secara teratur, sistematik dan berkesinambungan yang

(14)

dituangkan dalam satu program latihan dapat meningkatkan kemampuan fisik tertentu secara nyata (Sharkey, 2011).

Berdasarkan hasil tes kondisi fisik yang dilakukan pada atlet di Bali tahun 2015 rata-rata VO2 maks yang diperoleh adalah 30-40 ml/Kg BB/menit. Hasil ini menunjukkan bahwa kondisi fisik atlet Bali masih sangat kurang. Level VO2 maks atlet yang diharapkan adalah 55-60 mg/KgBB/menit. Diharapkan dengan level VO2 maks sebesar itu maka atlet akan dapat tampil dengan optimal sehingga prestasi olahraga yang diperoleh akan maksimal. Rendahnya level VO2 maks yang diperoleh atlet Bali merupakan tantangan yang serius bagi semua pemangku kepentingan bidang olahraga. Khususnya bagi pelatih yang langsung terlibat dalam proses latihan di lapangan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebabnya serta mencari alternatif solusinya.

Masalah rendahnya level VO2 maks yang dimiliki atlet, tampaknya sudah merupakan isu yang cukup menggejala dalam dunia olahraga. Hal ini juga sesuai dengan kondisi kebugaran secara nasional yang tercermin dalam Sport Development Index yang menyatakan bahwa tingkat kebugaran masyarakat berkategori: 1,08% baik sekali, 4,07% baik, 13,55% sedang, 43,30% kurang bugar, 37,40% kurang sekali (Sumaryanto, 2005). Bila ditelusuri secara seksama mengenai proses latihan yang diterapkan pelatih, banyak faktor yang diduga sebagai penyebab rendahnya level VO2 maks tersebut. Beberapa faktor yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab rendahnya level VO2 maks adalah pendekatan pelatih dalam menggunakan model-model latihan fisik masih kurang bervariasi, kurangnya pemahaman dan komitmen pelatih dalam menggunakan pendekatan

(15)

ilmiah, sarana dan prasarana latihan yang kurang memadai, dan nutrisi bagi atlet yang kurang baik.

Salah satu permasalahan yang menonjol dalam penggunaan model latihan fisik adalah keengganan pelatih dalam mengkombinasi model latihan fisik yang dikembangkan. Sebenarnya dari berbagai model latihan fisik yang ada, pelatih dapat melakukan kombinasi beberapa model latihan fisik. Khusus untuk menigkatkan daya tahan, yang terjadi saat ini adalah pelatih hanya menggunakan satu model pelatihan dalam meningkatkan daya tahan. Padahal sesungguhnya komponen daya tahan yang harus diperhatikan untuk mencapai tingkat maksimal harus menekankan pada aspek daya tahan otot serta daya tahan jantung dan paru. Dengan hanya menerapkan satu model pelatihan daya tahan maka tentu hasil yang dicapai menjadi tidak optimal. Oleh karena itu penting untuk dilakukan kombinasi model-model pelatihan daya tahan misalnya kombinasi antara latihan sirkuit dengan rasio interval 1:1 sehingga tidak menimbulkan kejenuhan pada atlet.

Bentuk latihan sirkuit memiliki tiga karakteristik yaitu:1) meningkatkan kebugaran kardiorespirasi dan kebugaran otot; 2) menerapkan prinsip tahanan progresif; 3) memungkinkan banyak individu berlatih dalam waktu yang sama, didasarkan pada kemampuan tiap individu, dan memperoleh latihan maksimal dalam waktu pendek. Pelaksanaan program latihan sirkuit terdiri dari beberapa pos. Dalam penelitian ini akan memakai latihan sirkuit (circui training) dengan enam (6) pos yaitu; 1) push up, 2) sit up, 3) squat trush, 4) back up, 5) high knee,

6) trap with box (Klika, 2013).

Latihan sirkuit dengan rasio interval 1:1 merupakan metode latihan yang dianjurkan dalam meningkatkan kapasitas daya tahan kardiovaskuler. Hal ini

(16)

disebabkan karena olahraga yang dilaksanakan dalam waktu lama membutuhkan daya tahan kardiovaskuler yang baik. Dengan durasi kerja yang lebih lama, rasio interval 1:1 biasanya yang disarankan. Di samping itu pula proses adaptasi yang terjadi akan memberikan dampak terhadap peningkatan daya tahan kardiovaskuler (Rocha, 2015).

Dalam beberapa tahun terakhir penelitian olahraga yang berkaitan dengan model latihan peningkatan daya tahan telah banyak dilakukan. Dari beberapa penelitian mengenai latihan sirkuit dinyatakan bahwa latihan sirkuit dapat meningkatkan kapasitas aerobik atlet. Seperti yang diungkap oleh Reddy (2014) dalam penelitiannya tentang pengaruh latihan sirkuit, latihan plyometrik dan kombinasinya terhadap kekuatan dan daya tahan kardiovaskuler, menyatakan bahwa latihan sirkuit dapat meningkatkan daya tahan aerobik dan kekuatan otot. Demikian juga dengan yang diteliti oleh Raju, (2014) menyatakan bahwa latihan interval juga berpengaruh pada kecepatan dan daya tahan kardiovaskuler. Thakkar dan Dhobi (2014) juga menyimpulkan bahwa latihan fartlek dan latihan interval mampu meningkatkan VO2 maks.

Kombinasi latihan sirkuit dengan rasio interval merupakan latihan yang berfungsi untuk meningkatkan VO2 maks. Pada saat yang sama terjadi peningkatan stress oksidatif yang bisa mempengaruhi kinerja otot dalam menunjang VO2 maks. Untuk menanggulangi hal ini dibutuhkan tambahan antioksidan eksogen berupa pemberian vitamin C. Namun demikian mekanisme yang pasti tentang bagaimana kombinasi latihan sirkuit dengan rasio interval dan pemberian vitamin C mampu meningkatkan VO2 maks dan menurunkan stress oksidatif perlu diklarifikasi lebih lanjut (Roohi dan Javanamani, 2015)

(17)

Beberapa penelitian telah dilakukan terhadap efek dari pemberian antioksidan dan kombinasi latihan fisik terhadap peningkatan VO2 maks dan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Beberapa penelitian mengatakan bahwa pemberian antioksidan menurunkan dampak stres oksidatif (Urso and Clarkson, 2003; Atashak, et al.,2013; Roohi and Javanamani., 2015; Munoz, et al., 2015), bahkan ada juga yang mengatakan tidak berguna dan tidak berdampak (Cabrera, et al 2012). Oleh sebab itu maka pemberian vitamin C dan kombinasi latihan sirkuit dengan rasio interval dalam menurunkan kadar MDA dan meningkatkan VO2 maks memerlukan investigasi lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah:

1. Apakah pemberian vitamin C 1000 mg pada atlet yang mengikuti program latihan sirkuit dengan rasio interval 1:1 menurunkan MDA lebih besar dibandingkan dengan yang diberikan program latihan sirkuit dengan rasio interval 1:1 tanpa vitamin C ?

2. Apakah pemberian vitamin C 1000 mg pada atlet yang mengikuti program latihan sirkuit dengan rasio interval 1:1 meningkatkan VO2 maks lebih besar dibandingkan dengan yang diberikan program latihan sirkuit dengan rasio interval 1:1 tanpa vitamin C?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pemberian vitamin C dan kombinasi latihan sirkuit dengan rasio interval 1:1 menurunkan MDA lebih besar dan meningkatkan VO2 Maks lebih tinggi.

(18)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk membuktikan bahwa pemberian vitamin C 1000 mg pada atlet yang mengikuti program latihan sirkuit dengan rasio interval 1:1 menurunkan MDA lebih besar dibandingkan dengan yang tanpa diberikan vitamin C 1000 mg. 2. Untuk membuktikan bahwa pemberian vitamin C 1000 mg pada atlet yang

mengikuti program latihan sirkuit dengan rasio interval 1:1 meningkatkan VO2 maks lebih tinggi dibandingkan dengan yang tanpa diberikan vitamin C 1000 mg.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik:

Hasil penelitian ini dapat memperkuat teori tentang pemberian vitamin C 1000 mg pada atlet yang mengikuti program latihan sirkuit dengan rasio interval 1:1 menurunkan MDA lebih besar dan meningkatkan VO2 Maks tinggi. Hal ini juga memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga khususnya dalam memberikan pelatihan untuk meningkatkan VO2 Maks.

1.4.2 Manfaat Praktis:

1. Bagi pelatih, hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam menyusun program latihan fisik untuk meningkatkan VO2 Maks.

2. Bagi pembina hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan pembinaan terhadap semua sumber daya olahraga yang dimiliki, dalam hal ini atlet dan pelatih.

3. Bagi atlet, hasil penelitian ini dapat dijadikan pengalaman baru dalam berlatih, sehingga atlet memiliki pengalaman tambahan dalam latihan fisik untuk meningkatkan VO2 Maks.

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan cawan sebar pada pengenceran 10 -4 dan 10 -5 serta pengenceran 10 -4 pada cawan tuang tidak bisa untuk dihitung (TBUD) karena jumlah bakteri yang terisolasi

Sedangkan dari survei lapangan, data yang didapat nantinya adalah memenuhi atau tidak memenuhinya suatu apartemen yang ditinjau terhadap aplikasinya dalam penerapan

pustaka merupakan data dasar yang digolongkan sebagai data sekunder. Sebagaimana dikutip oleh Bambang Supriyanto mahasiswa pasca sarjana di Unissula Semarang tahun 2011

14 ingin dicapainya yaitu ingin menjadi polwan, jadi dengan begitu konseli akan menjadi lebih semangat di dalam belajar, Kesimpulan dari alternatif pertama dan

A registrant must furnish as an Exhibit B copies of each written agreement and the terms and conditions of each oral agreement with his foreign principal, including all

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Gambaran Akibat yang Ditimbulkan dari Kecelakaan Lalu Lintas yang Terjadi pada Pengendara Sepeda Motor di Kota Medan

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan proses berdasarkan produk cacat yang ada dengan menggunakan metode Six Sigma yang kemudian dilakukan