• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian - PUNGKI RETNOWATI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian - PUNGKI RETNOWATI BAB II"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

“Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari

bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran

gas setempat”. (Zul, 2001). “Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran

akut (ISNBA) dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang

disebabkan agen infesius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi) dan aspirasi

substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi.”

(NANDA, 2013). “Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh

bermacam-macam etiolgi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing” (Hassan

at all, 2007). “Pneumonia adalah peradangan paru biasanya disebabkan oleh

infeksi bakteri (stafilokokus, pneumokokus, atau streptokokus), atau virus”

(respiratory syncytial virus) (Kathleen Morgan Speer, 2008). Kesimpulan dari

penjelasan diatas bahwa Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang

disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur ataupun benda asing) yang

(2)

B. Anatomi dan Fisiologi 1. Anatomi

Gambar 1.1 System Pernafasan (Smeltzer, 2001)

system pernafasan terutama berfungsi untuk pengambilan oksigen (O2). Paru

dihubungkan dengan lingkungan luarnya melalui serangkaian saluran,

berturut-turut, hidung, faring, trachea dan bronchi. Saluran-saluran itu relative

kaku dan tetap terbuka, keseluruhannya merupakan bagiaan konduksi dari

system pernafasan, meskipun fungsi utama pernafasan utama adalah

pertukaran oksigen dan karbondioksida, masih ada fungsi tambahan lain,

yaitu tempat menghasilkan suara, meniup balon, kopi/the panas, tangan, alat

music dan lain sebagainya. Tertawa, menangis, bersin, batuk homostatik (PH

darah) otot-otot pernafasan membantu kompresi abdomen (Tambayong,

2001)

Saluran pernafasan bagian atas menurut (Evelyn, 2004)

(3)

Merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai 2 lubang dipisahkan

oleh secret hidung, terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring

udara, debu dan kotoran yang masuk kedalam lubang hidung.

2) Faring

Merupakan tempat persimpanan antara jalan makan, yang berbentuk

seperti pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar tengkorak

sampai dengan osofgus. Letaknya didasar tengkorak dibelakang rongga

hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang belakang.

3) Laring : Pangkal Tenggorok

Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan atau

penghasil suara yang dipakai berbicara dan bernyanyi, terletak didepan

bagian faring sampai ketinggian vertebrata servikalis dan masuk kedaam

trachea dan tulang-tulang bawah yang berfungsi pada waktu kita menlan

makan dan menutup laring.

4) Trackhea : Batang Tenggorok

Batang tenggorokan kira-kira penjangnya 9cm, trachea tersusun atas

16-20 lingkara tak lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama

oleh jaringan fibrosa dan melengkapi lingkaran disebela belakang

trackhea.

5) Bronchus : Cabang Tenggorok

Merupakan lanjutan dari trachea ada dua buah yang terdapat pada

(4)

trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama, bronchus kanan lebih

pendek dan lebih besar daripada bronchus kiri.

6) Paru-paru

Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung-gelembung (alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel epitel dan sel

endotel. Pernafasan paru-paru (pernafasan pulmoner) merupakan

pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru atau

pernafasan eksternal, oksigen diambil oleh sel darah merah dibawa ke

jantung disampaikan keseluruh tubuh. Didalam paru-apru karbondioksida

dikeluarkan melalui pipa bronchus berakhir pada mulut dan hidung

(Evelyn, 2004)

2. Fisiologi

Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernafasan) didalam

tubuh terdapat tiga tahapan yakni ventilasi, difusi dan transportasi

(Guyton, 1997)

a. Ventilasi

Proses ini merupakan proses keluar masuknya oksigen daro atmosfer

kedalam alveoli atau alveoli keatmosfer, dalam proses ventiasi ini

terdapat beberapa hal yang mempengaruhi diantaranya adalah

perbedaan tekanan antar atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat

(5)

b. Difusi Gas

Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan

CO2 kapiler dan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, diantaranya pertama

luasnya permukaan paru. Kedua, tebal membrane respirase/

permeabilitas yang trediri dari epite alveoli dan intestinal keduanya.

c. Transportasi Gas

Merupakan transportasi antara O2 kapiler kejaringan tubuh dan CO2

jaringan tubuh kapiler. Proses transportasi, O2 akan berkaitan dengan

Hb membentuk oksihemoglobin dan larutan dalam plasma. Kemudian

pada transportasi CO2 akan berkaitan dengan Hb membentuk

karbohemoglobin dan larut dalam plasma, kemudian sebagian menjadi

HCO3 (Hidayat, 2006)

C. Etiologi

Menurut pendapat Ngastiyah pada tahun (2005) etiologi pneumonia ada 7

yaitu : bakteri, virus, mikoplasma pneumonia, jamur, aspirasi, pneumonia

hipostatik, Sindrom Loeffler.

a. Bakteri

Bakteri penyebab pneumonia adalah pneumococus, streptococcus,

Hoemophilus Influenza, dan Pseudomonas Aeruginosa.

(6)

Respiratori syncitial virus, adenovirus, sitomegalovirus dan virus

influenza.

c. Pneumonia Interstisial dan Bronkiolitis

Pneumocystis carinii pneumonia, Mycoplasma pneumonia dan klamidia.

d. Jamur

Aspergilus, koksidiodomikosis dan histoplasma.

e. Aspirasi

Cairan amnion, makanan dan cairan lambung.

f. Pneumonia Hipostatik

Disebabkan karena terus-menerus berada dalam posisi yang sama. Gaya

tarik bumi menyebabkan darah tertimbun pada bagian bawah paru-paru,

dan infeksi membantu timbulnya pneumonia.

g. Pneumonia oleh radiasi

Disebabkan karena terus-menerus terpaapr oleh radiasi sehingga terjadi

infeksi pada paru yang dapat menyebabkan kerusakan paru.

h. Pneumonia Hipersensitivitas

Keadaan sensitifitas yang berlebihan mengakibatkan paru sangat rentan

terhadap benda asing yang masuk, reaksi sensitifitas tersebut dapat

mengakibatkan infeksi pada paru sehingga terjadi kerusakan pada paru.

D. Klasifikasi

Klasifikasi berdasarkan anatomi dan etiologis (IKA FKUI) yaitu :

(7)

1. Pneumonia Lobaris

Biasanya gejala penyakit secara mendadak, tapi kadang didahului oleh

infeksi traktus respiratorius bagian atas. Pneumonia ini terjadi

didaerah lobus paru. Gejala awal hamper sama dengan pneumonia

lain, hanya pada pemerikaan fisik kelainan khas tampak setelah 1-2

hari.

2. Pneumonia Lobularis (Bronchopnemonia)

Biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas

selama beberapa hari. Suhu tubuh 39o-40o dan kadang disertai kejang

demam yang tinggi. Membuat sangat gelisah, dyspneu, pernafasan

cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung sera sianosis

sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare. Batuk

biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah

beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.

3. Pneumonia Interstisial (Bronchiolus)

Pneumonia yang terjadi pada jaringan interstisial. Pada jaringan ini

ditemukan infiltrate sel radang, juga dapat ditemukan edema dan

akumulasi mucus serta eksudat karena adanya edema dan eksudat

maka dapat terjadi obstruksi parsial atau total pada bronhiolus.

Menurut pendapat Hidayat pada tahun 2006, macam pneumonia

antara lain :

(8)

Terjadi pada seluruh atau satu bagian besar dari lobus paru dan bila

kedua lobus terkena bisa dikatakan sebagai pneumonia lobaris.

b. Pneumonia Interstitial

Terjadi pada dinding alveolar dan jaringan peribronkhial serta

interlobularis.

c. Bronchopneumonia

Terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang dapat tersumbat oleh

eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam

lobus.

B. Pembagian Etiologis

1. Bakteria : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus

hemolyticus, Streptococcus auerus, Hemophilus Influenza, Bacillus

Friedlander, Mycobaterium tubercolusis.

2. Virus : respiratory syncytial virus, virus influenza, adenovirus, virus

sitomegalitik, mycoplasma pneumonia.

3. Jamur : histoplasma capsulatum, Cryptococcus neuroformans,

blastomyces dematitides, coccidodies immitis, aspergilus species,

candida albicans.

4. Aspirasi : makanan, kerosene (minyak tanah, bensin) cairan amnion,

benda asing.

E. Tanda dan Gejala

(9)

1. Demam

Suhu mencapai 39,5oC-40,5oC bila terjadi proses inflamasi.

2. Penyumbatan pada jalan nafas

3. Batuk dan nyeri pada dada

4. Perubahan system pernafasan

System pernafasan yang mengalami infeksi untuk memaninfestasikan

pernafasan yang cepat dapat juga disertai dengan cairan (ninorea), kental

bernanah, tergantung dari tipe dan tempat inflamasi.

5. Bunyi nafas

Sesak, merintih, stridor, wheezing, crackles, tanpa bunyi.

6. Tenggorakan luka

Komplikasi dari inflamasi tingkat tinggi.

7. Anoreksia

Menyerang yang terinfeksi akut.

8. Muntah

Mudah muntah jika sakit, hal ini menunjukan ada serangan infeksi

biasanya tidak lama tetapi tetap terjadi selama sakit.

9. Diare

Biasanya ringan kemudian berat, sering menyertai infeksi pernafasan dan

dapat menyebabkan dehidrasi.

10.Nyeri perut

Spasme otot mungkin disebabkan karena faktor muntah, takut, gelisah dan

(10)

Menurut Rahajoe (2008) tanda dan gejala aspirasi benda asing kedalam

saluran respratori yang timbul dapat dibagi berdasarkan urutan dari

perjalanan gejala. Berdasarkan perjalanan dan urutannya, gejala yang

timbul dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

1. Gejala awal

Gejala awal yang timbul berupa tersedak, serangan batuk keras dan

tiba-tiba sesak nafas, rasa tidak enak didada, mata berair, rasa perih

ditenggorokan dan dikerongkongan.

2. Periode laten atau tanpa gejala

Setelah gejala awal dilalui ikut periode bebas gejala yang disebut

masa laten.

3. Gejala susulan atau lanjutan

Gejala susulan tidak spesifik, sebagai perubahan fisiologi atau

patologis yang ditimbulkan benda asing.

F. Patofisiologi

Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia

melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi

inflamasi hebat sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari

reaksi inflamasi akan timbul panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri

pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan keluar masuk alveoli sehingga

terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang menimbulkan manifestasi

(11)

partial oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi).

Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan

penurunan rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas

difusi menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia

Dari penjelasan diatas masalah yang muncul, yaitu : Risiko kekurangan

volume cairan, Nyeri (akut), Hipertermi, Perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh, Bersihan jalan nafas tak efektif, Gangguan pola tidur, Pola

nafas tak efekif dan intoleransi aktivitas.

Empat tahap respon yang khas pada pneumonia menurut pendapat Prince dan

Wilson (2005) meliputi :

a. Kongesti (4 sampai 12 jam pertama)

Eksudat serosa masuk kedalam alveoli melalui pembuluh darah yang

berdilatasi dan bocor.

b. Hepatitis merah (48 jam berikutnya)

Paru-paru tampak merah dan bergranula (hepatisasi seperti hepar) karena

sel-sel darah merah, fibrin dan leukosit polimorfonuklear mengisi alveoli.

c. Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari)

Paru-paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami

konsolidasi didalam alveoli yang terserang.

d. Resolusi (7 sampai 11 hari)

Eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga

(12)
(13)

H. Komplikasi

Menurut pendapat Ngastiyah (2005), komplikasi pneumonia meliputi :

1. Empiema

Adanya peradangan pada saluran nafas tersebut dapat menyebar ke

jaringan pleura. Pada fase awal, timbul cairan pleura yang jumlahnya

sedikit berlanjut sehingga terjadi fibrosis di pleura parietalis dan viseralis

yang kemudian berkembang menjadi kumpulan pus dalam rongga pleura

atau empiema.

2. Otitis Media Akut

Adanya infeksi pada slauran nafas dapat menyebar sampai ke telinga

tengah melalui tuba eustachius sehingga dapat menyebabkan otitis media

akut.

3. Atelektasis

Terjadi apabila terjadi penumpukan secret akibat berkurangnya daya

kembang paru-paru terus terjadi. Penumpukan secret ini akan

menyebabkan obstruksi bronchus intrinsik. Obstruksi ini akan

menyebabkan atelektasi obstruksi, dimana terjadi penyumbatan saluran

udara yang menghambat masuknya udara kedalam alveolus.

4. Empisema

Terjadi dimulai adanya gangguan pembersihan jalan nafas akibat

penumpukan sputum. Peradangan yang menjalar ke bronchioles akan

menyebabkan dinding bronchioles mulai melubang dan membesar. Pada

(14)

tersumbat karena penumpukan sputum. Tetapi saat ekspirasi lumen

menyempit sehingga sumbatan tersebut menghalangi keluarnya udara.

5. Meningitis

Penyebaran virus haemophilus influenza melalui hematogen ke sistem

syaraf sentral. Penyebarannya juga bisa dimulai saat terjadi infeksi

saluran pernafasan atau dimana maninfestasi klinik meningitis

menyerupai pneumonia.

I. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray)  teridentifikasi adanya

penyebaran (misal lobus dan bronchial), menunjukkan multiple

abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi

infiltrasi (bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).

2. Pemeriksaan laboratorium (Darah Lengkap, Serologi, LED) 

leukositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri, menentukan diagnosis

secara spesifik, LED biasanya meningkat. Elektrolit : Sodium dan Klorida

menurun. Bilirubin biasanya meningkat.

3. Analisis gas darah dan Pulse oximetry  menilai tingkat hipoksia dan

kebutuhan O2.

4. Pewarnaan Gram/Cultur Sputum dan Darah  untuk mengetahui

(15)

5. Pemeriksaan fungsi paru-paru  volume mungkin menurun, tekanan

saluran udara meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan

hipoksemia.

Menurut pendapat Betz dan Sowden (2002) meliputi :

1. Kajian foto thorak

Untuk melihat adanya infeksi diparu dan status pulmones (untuk mengkaji

perubahan pada paru).

2. Nilai analisis gas darah

Untuk mengevaluasi status kardiopulmoner sehubungan dengan

oksigenasi.

3. Hitung darah lengkap dan hitung jenis

Untuk menetapkan adanya infeksi, anemia, proses inflamasi.

4. Pewarnaan gram (darah)

Untuk seleksi awal anti mikroba.

5. Tes kulit untuk tuberkulin

Mengesampingkan kemungkinan TB jika tidak merespon terhadap

pengobatan.

6. Jumlah leukosit

Penurunan jumlah leukosit terjadi pada pneumonia bacterial.

7. Bronkoskopi

Untuk melihat dan memanipulasi cabang-cabang utama dari pohon

(16)

J. Penatalaksanaan Medis

1. Terapi antibiotic

Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi

apapun, yang dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman

penyebabnya.

2. Terapi suportif umum

a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 %

berdasar pemeriksaan AGD.

b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang

kental.

c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk

batuk dan napas dalam.

d. Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif

terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral.

e. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.

f. Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator

dilakukan bila terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai

peningkatan respiratoy distress dan respiratory arrest.

g. Drainase empiema bila ada

K. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan

(17)

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan perubahan membrane

alveolus (Hidayat, 2006)

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake nutrisi kurang adekuat (NANDA, 2013)

4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan Kognitif

(NANDA, 2013)

L. Rencana Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan

produksi sputum (Hidayat, 2006)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,

diharapkan bersihan jalan nafas kembali efektif.

Nursing Outcomes Classification (NOC) : Status pernafasan :

Kriteria Hasil :

1) Menunjukan jalan nafas paten dengan bunyi bersih

2) Tidak ada dyspneu

3) Sputum dapat keluar

4) Mendemonstrasikan batuk efektif

Skala penilaian NOC :

1 : Tidak pernah menunjukan

2 : jarang menunjukan

3 : kadang menunjukan

(18)

5 : selalu menunjukan

Nursing Interventions Classification (NIC) : Airway Management

1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

2) Lakukan fisioterapi dada bila perlu

3) Keluarkan secret dengan batuk atau suction

4) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

5) Kaji vital sign dan status respirasi

6) Bantu pasien latihan nafas dalam dan melakukan batuk efektif

7) Kolaborasi pemberian oksigen dan obat bronkodilator serta

mukolitik ekspetoran.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake nutrisi kurang adekuat (NANDA, 2013)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,

diharapkan status nutrisi seimbang dan berat badan ideal.

NOC : menunjukan status gizi : asupan makanan dan cairan.

Kriteria Hasil :

1) Pasien akan mendekati berat badan ideal

2) Asupan nutrisi adekuat

3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

4) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

Skala penilaian NOC :

1 : tidak pernah menunjukan

(19)

3 : kadang menunjukan

4 : sering menunjukan

5 : selalu menunjukan

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

Tujuan : mengidentifikasi kerusakan dan aktivitas perawatan diri.

Kriteria Hasi :

1) Pasien mampu merawat diri.

2) Mendemonstrasikan optimal setelah bantuan dalam keperawatan

diberikan.

3) Berpartisipasi secara aktif dan atau verbal dalam aktivitas.

Intervensi

1) Kaji tingkat aktivitas pasien.

2) Tingkatkan partisipasi pasien dalam perawatan diri, beri bantuan

sesuai keperluan.

3) Berikan dorongan pada pasien untuk partisipasi dalam aktivitas.

4) Berikan waktu yang cukup pada pasien dalam beraktivitas.

4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif

(NANDA, 2013)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jm, diharapkan

informasi yang diperoleh keluarga adekuat.

(20)

Kriteria hasil:

1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,

kondisi prognosis dan program pengobatan.

2) Pasein dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan

secara benar.

3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang telah

dijelaskan perawat atau tim kesehatan lainnya.

Skala penilaian NOC:

1: tidak pernah menunjukan

2: jarang menunjukan

3: kadang menunjukan

4: sering menunjukan

5: selalu menunjukan

NIC : Teaching : Disease Process

1) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit.

2) Gambarkan proses penyakir dengan cara tepat.

3) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisinya dengaan cara yang

tepat.

4) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk

mencegah komplikasi dimasa akan dating dan atau proses

Gambar

Gambar 1.1 System Pernafasan (Smeltzer, 2001)

Referensi

Dokumen terkait

Edukasi pada program acara Asyik Belajar Biologi dalam Mata Pelajaran. IPA

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang dalam pengumpulan data penelitian hingga penafsirannya banyak menggunakan angka, Pengumpulan data dalam

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

(2) The construction of pricing formulation on consumer financing products with mur â bahah schemes in BSM is based on: (a) The total monthly installments of

Dalam skripsi ini penulis merumuskan tujuan penelitian yang membahas tiga aspek saja yakni untuk mengetahui Kerajaan Aceh, mengetahui Kerajaan Aceh masa Sultan

Menurut Indra Lesmana Karim, upaya penanggulangan terhadap pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak adalah melalui lingkungan yang terkecil

mengoptimalkan hal tersebut, pemerintah Jateng dapat mengawinkan tren pariwisata syari’ah dengan basis pariwisata religi.. Namun realitasnya, walaupun kuantitas okupasi