• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kabupaten Ngawi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kabupaten Ngawi"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 60

Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kabupaten Ngawi

Oleh : Haryati

E-Mail: haryatinafi65@gmail.com ABSTRAK

Mendasar hasil pengamatan sebelumnya diketahui bahwa hasil belajar IPA pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kabupaten Ngawi masih rendah. Nilai rata-rata siswa baru mencapai 62,86, sedangkan ketuntasan belajar siswa baru mencapai 50%. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk mengetahui: 1) peningkatan proses pembelajaran IPA pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 tahun pelajaran 2014/2015; 2) peningkatan hasil belajar IPA pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sedangkan tahapannya terdiri dari: (1) menyusun perencanaan (plan), (2) melaksanakan tindakan (act), (3) pengamatan (observe), dan (4) refleksi (reflect). Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini antara lain: Hasil pada pratindak nilai rata-rata siswa baru mencapai 62,86, sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa baru tercapai 50%, setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus I, nilai rata-rata mengalami peningkatan menjadi 69,29 dan ketuntasan belajarnya meningkat menjadi 71%, pada akhir perbaikan pembelajaran siklus II nilai rata-rata mengalami peningkatan menjadi 78,57 dan ketuntasan belajarnya naik secara siknifikan menjadi 86%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut. Penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat: 1) meningkatkan proses pembelajaran IPA pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2014/2015; 2) meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini terbukti telah terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa dan ketuntasan belajar secara signifikan. Dengan demikian pembelajaran IPA materi mendeskripsikan peristiwa rotasi bumi, revolusi bumi dan revolusi bulan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas VI SDN Babadan 2 telah tercapai dengan baik.

Kata Kunci: Proses pembelajaran; hasil belajar IPA; model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

A. PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharap kan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan

(2)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 61 alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/ MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyara kat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuh kan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasi kannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekan kan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui

penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi paradigma pembelajaran di sekolah banyak mengalami perubahan, terutama dalam pelaksanaan proses pembelajaran dari yang bersifat behavioristik menjadi konstruktivistik, dari berpusat pada guru (teaching centered) menuju berpusat pada siswa (student centered).

Konstruktivisme mengajarkan bahwa belajar adalah membangun pemahaman atau pengetahuan (constructing understanding or knowledge), yang dilakukan dengan cara mencocokkan fenomena, ide atau aktivitas yang baru dengan pengetahuan yang telah ada dan sudah pernah dipelajari. Konsekuensi dari konsep belajar seperti itu adalah siswa dengan sungguh-sungguh membangun konsep pribadi (mind concept) dalam sudut pandang belajar bermakna dan bukan sekedar hafalan atau tiruan.

Oleh karena itu, peranan guru tidak semata-mata hanya memberikan ceramah yang sifatnya teks book (book oriented) kepada siswa, melainkan guru harus mampu merangsang/ memotivasi siswa agar mampu membangun pengetahuan dalam pikirannya. Cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan membangun jaring-jaring komunikasi dan interaksi belajar yang bermakna melalui pemberian informasi yang sangat bermakna dan relevan dengan kebutuhan siswa.

Upaya guru tersebut dilakukan dengan cara memberi kesempatan

(3)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 62 kepada siswa untuk menemukan atau

menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa untuk belajar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri. Implementasinya adalah setiap manusia memiliki gaya belajar yang unik, dan setiap manusia memiliki kekuatan sendiri dalam belajar. Dengan demikian peranan guru hanya terbatas pada pemberian rangsangan kepada siswa agar ia dapat mencapai tingkat tertinggi, namun harus diupayakan siswa sendiri yang mencapai tingkatan tertinggi itu dengan cara dan gayanya.

Gambaran tersebut menujukkan adanya kesenjangan antara kondisi aktual yang dihadapi di kelas dengan kondisi optimal yang diharapkan. Kesenjangan tersebut terjadi disebab kan oleh beberapa faktor, antara lain, dari sudut pandang siswa: rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi IPA yang bersifat teoritis, kurangnya kemampuan siswa merumus kan contoh-contoh implementasi konsep IPA dalam kehidupan, kurang nya persiapan/ motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar rendah. Sedangkan dari sudut pandang guru, belum optimalnya usaha yang dilakukan guru untuk membantu kesulitan belajar siswa, kurang kondusifnya metode mengajar yang digunakan guru untuk memotivasi belajar siswa di kelas.

Jika permasalahan tersebut di atas tidak segera dipecahkan akan memberikan dampak negatif terhadap kelancaran proses pembelajaran di kelas, antara lain: kesulitan dalam

menghidupkan suasana kelas, karena kurangnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, kurangnya motivasi siswa dalam belajar IPA, dan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA kurang memuaskan. Berdasarkan hasil pengamatan sebelumnya diketahui bahwa, proses pembelajaran dan hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi masih rendah. Hal tersebut yang terjadi pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 dimana nilai rata-rata siswa baru mencapai 62,86, sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa hanya mencapai 50% atau sekitar 50% yang masih belum tuntas.

Oleh karena itu, perlu dicari strategi baru untuk meningkatkan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu alternatif yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi -komunikasi - sosialisasi karena

(4)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 63 kooperatif adalah miniatur dari hidup

bermasyarakat, belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing (Suyatno, 2009:51).

Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe dengan langkah yang berbeda-beda. Salah satunya adalah tipe Jigsaw, dengan sintak sebagai berikut: pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok. Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Aronson dan rekan-rekan sejawatnya (Arends, 2008 : 13). Model belajar Kooperatif Tipe Jigsaw merupakan model belajar kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari tiga sampai enam orang secara hiterogen dan bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Setiap anggota kelompok adalah bertangggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikannya kepada anggota kelompok yang lainnya. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama anggota kelompok dalam suasana kooperatif dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan mening katkan keterampilan komunikasi.

Model Jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca, maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama.

Usia siswa Kelas VI pada umumnya berkisar 10-12 tahun. Menurut Piaget anak dalam rentang umur tersebut masuk dalam tahap operasional konkrit. Salah satu ciri dari anak yang masuk pada tahap tersebut adalah anak mulai menyukai hal-hal yang bersifat konkrit dan sifat egosentrisnya yang sudah mulai berkurang, sehingga anak lebih mudah dalam bekerja sama. Kelas VI termasuk dalam kelas tinggi, dimana anak pada kelas ini umumnya menyukai membentuk kelompok-kelompok untuk bermain dengan teman sebayanya.

Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka peneliti mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka masalah dalam peneliti an ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan proses pembelajaran IPA dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2014/2015? 2. Bagaimanakah peningkatan hasil

belajar IPA dengan model pembel -ajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2014/2015?

(5)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 64 Mendasar pada rumusan masalah

di atas, tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui peningkatan

proses pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2014/2015.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 tahun pelajaran 2014/2015 dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.

B. KAJIAN PUSTAKA

Proses Belajar

Pengertian proses belajar menurut Sunarya (1989), adalah suatu kegiatan agar proses belajar seseorang atau kelompok orang dapat terjadi. Untuk keperluan tersebut seorang guru seharusnya membuat suatu sistem lingkungan sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Sementara menurut Sutomo (1993) Proses belajar adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mepertunjukkan tingkah laku tertentu, dalam kondisi khusus, atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.

Proses belajar juga diartikan suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar. (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab I Pasal 1 Ayat 20).

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung.

Sedangkan Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Menurut Winkel dalam Max Darsono (2000: 55) prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah suatu keberhasilan yang dapat dicapai oleh seseorang atas usaha yang telah dikerjakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Hakekat Mata Pelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

(6)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 65 menjadi wahana bagi peserta didik

untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan

pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

Tujuan

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2) Mengembangkan pengetahuan dan

pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

(7)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 66 Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk

SD/MI meliputi aspek-aspek berikut. 1) Makhluk hidup dan proses

kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana 4) Bumi dan alam semesta meliputi:

tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. (KTSP, Depdikbud. 2006: 484-485).

Model Pembelajaran Kooperatif

Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning). “Pembelajaran Kooperatif merupakan model pembelajaran dengan mengguna kan sistem pengelompokan /tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogin). Sistim penilaian dilakukan terhadap kelompok dan memperoleh pengharga an (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyarat kan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergan tungan positif. Ketergantungan semacam, itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggungjawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok” (Wina Sanjaya, 2006 : 240).

Model pembelajaran kooperatif adalah sebagai pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat nyata (Nurhadi dan Senduk, 2003: 60).

Pembelajaran kooperatif merupa kan model pembelajaran yang diupayakan untuk dapat meningkatkan peran serta siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpin an dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempat an kepada para siswa untuk berinteraksi dan belajar

Metode JIGSAW

a. Karakteristik Metode JIGSAW 1. Metode Jigsaw dikembangkan

dan diuji oleh Elliot Aronson dan rekan-rekan sejawatnya (Arends, 2008: 13).

2. Dalam metode Jigsaw para siswa dari suatu kelas dikelompokkan menjadi beberapa tim belajar yang beranggotakan 5 atau 6 orang secara heterogen.

3. Guru memberikan bahan ajar dalam bentuk teks kepada setiap kelompok dan setiap siswa dalam satu kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari satu porsi materinya.

4. Para anggota dari tim-tim yang berbeda tetapi membahas topik yang sama bertemu untuk belajar dan saling membantu dalam mempelajari topic tersebut.

(8)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 67 Kelompok semacam ini dalam

metode Jigsaw disebut kelompok ahli (expert group).

b. Sintaks Metode JIGSAW

1) Fase ke-1: Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok belajar. Setiap kelompok beranggotakan 5 – 6 orang siswa. 2) Fase ke-2: Guru memberikan

materi ajar dalam bentuk teks yang telah terbagi menjadi beberapa sub materi untuk dipelajari secara khusus oleh setiap anggota kelompok.

3) Fase ke-3: Semua kelompok mempelajari materi ajar yang telah diberikan oleh guru.

4) Fase ke-4: Kelompok ahli bertemu dan membahas topik materi yang menjadi tanggung jawabnya.

5) Fase ke-5 : Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing (home teams) untuk membantu kelompoknya. 6) Fase ke-6: Guru mengevaluasi

hasil belajar siswa secara individual. METODE JIGSAW 1,2,3,4,5 1,2,3,4,5 1,2,3,4,5 1,2,3,4,5 1,1,1,1,1 2,2,2,2,2 3,3,3,3,3 4,4,4,4,4 5,5,5,5,5 1,2,3,4,5 1,2,3,4,5 1,2,3,4,5 1,2,3,4,5 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

“Jika pembelajaran IPA materi mendeskripsikan peristiwa rotasi bumi, revolusi bumi dan revolusi bulan pada siswa kelas VI SDN Babadan 2 dilaksanakan dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw maka hasil belajar siswa akan meningkat”.

C. METODE PENELITIAN

Setting dan Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Babadan 2 yang beralamat di Desa Babadan Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap selama kurang lebih 4 bulan, mulai bulan Maret sampai dengan Juni 2015.

2. Subjek Penelitian

Yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa Kelas VI

(9)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 68 SDN Babadan 2 Kecamatan

Kabupaten Ngawi Semester II tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah 14 siswa.

Instrumen Penelitian

Berdasarkan dari teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, maka yang bertindak sebagai instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Dalam mengumpulkan dan menganalisis data penelitian, peneliti menggunakan alat bantu yang berupa, pedoman observasi, penugasan, dan catatan data lapangan. Sedangkan instrumen pendamping untuk memperlancar penelitian adalah (1) Silabus, (2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, 3 Lembar Observasi dan (3) Lembar Evaluasi. Hasil selanjutnya ditranskripkan dalam bentuk paparan bahasa.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kemmis dan Taggrart (dalam Wiriaatmadja, 2005:66-67) yang menjelaskan tahap-tahap peneliti an tindakan yang dimulai dari (1) menyusun perencanaan (plan), (2) melaksana kan tindakan (act), (3) pengamatan (observe), dan (4) refleksi (reflect). Dengan demikian penelitian tindak an merupakan suatu proses yang memiliki siklus yang bersifat spiral, mulai dari perencanaan, melakukan tindakan, dan penemuan fakta-fakta untuk melakukan refleksi.

Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas

a. Perencanaan

Tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan (apabaila dilaksanakan secara kolaboratif). Dalam pelaksanaan pembelajaran ren cana tindakan dalam rangka penelitian dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan, yaitu implementasi atau penerapan isi rencana tindakan di kelas yang diteliti. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap 2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rencana tindakan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak kaku dan tidak dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan.

c. Pengamatan

Kegiatan pengamatan dilaksana kan secara kolaboratif antara peneliti dengan melibatkan rekan kerja/guru kelas lain untuk mengamati aktivitas guru dan siswa ketika pelaksanaan pembelajaran IPA menggunakan

(10)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 69 model pembelajaran Kooperatif

tipe Jigsaw.

d. Refleksi

Pada akhir tindakan setiap tahap pembelajaran, dilakukan kegiatan refleksi dengan mengkaji hasil belajar IPA dan hasil pengamatan aktivitas guru, serta dengan memperhatikan indikator kinerja maka peneliti melakukan perbaikan pada siklus kedua agar pelaksanaan pembelajaran lebih efektif dan hasil pembelajaran menjadi lebih baik.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari observasi yang dilakukan peneliti bersama pengamat dan hasil evaluasi yang dilakukan siswa setiap siklus. Evaluasi yang digunakan dalam penelitian adalah tes akhir yang dilakukan pada tiap siklus.

Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif berupa observasi tentang aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.

Data Kuantitatif berupa nilai evaluasi pada akhir pertemuan dianalisis dengan teknik persentase, kemudian didistribusikan dalam bentuk

tabel. Ketuntasan individual dan klasikal dihitung dengan rumus:

Persentase = x100%

(Rosadi, 2009: 50).

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap akhir siklus dilakukan dengan cara memberikan

evaluasi berupa soal tes tertulis.

D. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Pelaksanaan pembelajaran IPA di pra siklus kondisinya cukup memprihatinkan, terutama pada materi mendeskripsikan peristiwa rotasi bumi, revolusi bumi dan revolusi bulan Terdapat beberapa indikator yang sulit untuk dikuasai siswa. Indikator- indikator itu dikatakan sangat sulit, sebab siswa harus menguasai beberapa indikator sekaligus dalam waktu 3x35 menit. Sementara guru termasuk peneliti masih mengajar secara konvensional yang hanya menstranfer ilmu pada siswa. Guru atau peneliti tidak menyadari bahwa penggunaan metode pembelajaran yang menarik sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa. Tanpa didukung oleh metode atau model pembelajaran yang tepat, siswa akan pasif, kurang kreatif, dan mengalami kebosanan dalam belajar.

Berdasarkan hasil observasi awal tentang pembelajaran IPA pada Kelas VI SDN Babadan 2 Kecamatan

Jml siswa tuntas Jml seluruh siswa

(11)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 70 Ngrambe Kabupaten Ngawi

menunjukkan bahwa: (1) rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi IPA yang bersifat teoritis, (2) Kurangnya kemampuan siswa merumuskan contoh-contoh penerapan konsep IPA dalam kehidupan, (3) Kurangnya motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar rendah, (4) Perhatian siswa kurang terfokus pada pembelajaran, (5) Kurang kondusifnya metode mengajar yang digunakan guru untuk memotivasi belajar siswa di kelas.

Proses pembelajaran yang monoton dan masih terpusat pada guru adalah masalah yang mendasar yang dialami siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi pada pelajaran IPA. Sehingga

para siswa kurang bersemangat dalam belajar dan pada akhirnya menyebab kan nilai hasil belajar mereka juga menjadi rendah.

Berdasarkan refleksi awal dengan KKM mata pelajaran IPA 70, diketahui dimana nilai rata-rata siswa baru mencapai 62,86, sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa hanya mencapai 50%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran pada prasiklus ini secara klasikal siswa dikatakan belum tuntas dalam belajar. karena siswa yang mencapai nilai di atas 70 hanya sebesar 50% lebih kecil dari ketuntasan belajar siswa yang diharapkan yaitu 85%.

Hasil Penelitian Siklus I

1. Hasil Test Formatif

Table 1 : Nilai Tes Formatif Siklus I

No Nama Siswa Skor Ket.

T TT 1. Widodo 50 V 2. Novita R. 70 V 3. Briansah S. 60 V 4. Riski Erwanto 80 V 5. Mardaniyati 70 V 6. Laela M. 50 V 7. Nur Jaelani 80 V 8. Priyo Sri W. 60 V 9. Danang G.P 70 V 10. Jeni Eka A. 80 V 11. Erlangga S.Hp. 70 V 12. Nisa Shafira 70 V 13. Firdha P.N. 90 V 14. Ariska A.S. 70 V Jumlah 970 10 4 Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas

(12)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 71 Tabel 2 : Hasil Tes Formatif Siklus I

No Indikator Ket.

1 Jumlah Nilai 970

2 Nilai Rata-rata 69,29

3 Siswa tuntas belajar 10

4 Siswa tidak tuntas belajar 4

5 Prosentase ketuntasan belajar 71%

2. Hasil Pengamatan

Tabel 3 : Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Pada Siklus I

NO

Aspek yang Dinilai

Penelitian SK B (1) K B (2 ) C B (3) B (4) SB (5) 1. Pendahuluan

1. Menjelaskan Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran yang akan dicapai

2. Menjelaskan prosedur Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW.

3. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok belajar. Setiap kelompok beranggotakan 5 atau 4 orang siswa. 3 4 4 II Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan siswa

2. Guru memberikan materi ajar dalam bentuk teks yang telah terbagi menjadi beberapa sub materi untuk dipelajari secara khusus oleh setiap anggota kelompok.

3. Membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW

4. Membimbing kelompok ahli dalam bertemu dan membahas topik materi yang menjadi tanggung jawabnya. 5. Mengkondisikan anggota kelompok

ahli kembali ke kelompok asal masing-masing (home teams) untuk membantu kelompoknya.

6. Memberi kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi 3 3 3 3 3 3 4

(13)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 72 III

7. Memberikan kesempatan pada siswa untuk tanya jawab.

Penutup

1.Membimbing siswa membuat kesimpulan hasil diskusi

2.Guru mengevaluasi hasil belajar siswa secara individual. 2 4 IV Pengelolaan waktu 3 V Suasana Kelas

1. Keaktifan siswa dalam pembelajaran 2. Keaktifan Guru 4 4 2 24 28 Nilai Pembelajaran 52 Skor maksimal 75

Presentase Proses Pembelajaran 72%

Keterangan:

SB : Sangat Baik 86 – 100%

B : Baik 66% - 85%

CB : Cukup Baik 46% - 65%

KB : Kurang Baik 26% - 45%

SKB: Sangat Kurang Baik 0% - 25%

Hasil Penelitian Siklus II

1. Hasil Test Formatif

Table 4 : Nilai Tes Formatif Siklus II

No Nama Siswa Skor Ket.

T TT 1. Widodo 60 V 2. Novita R. 80 V 3. Briansah S. 70 V 4. Riski Erwanto 90 V 5. Mardaniyati 80 V 6. Laela M. 60 V 7. Nur Jaelani 90 V 8. Priyo Sri W. 70 V 9. Danang G.P 90 V 10. Jeni Eka A. 90 V 11. Erlangga S.Hp. 70 V 12. Nisa Shafira 70 V 13. Firdha P.N. 100 V 14. Ariska A.S. 80 V Jumlah 1100 12 2 Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas

(14)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 73 Tabel 5 : Hasil Tes Formatif Siklus II

No Indikator Ket

1 Jumlah Nilai 1100

2 Nilai Rata-rata 78,57

3 Siswa tuntas belajar 12

4 Siswa tidak tuntas belajar 2

5 Prosentase ketuntasan belajar 86%

Tabel 6 : Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Pada Siklus II

NO

Aspek yang Dinilai

Penelitian SK B (1) KB( 2) CB( 3) B(4 ) SB (5) 1. Pendahuluan 1. Menjelaskan Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran yang akan dicapai 2. Menjelaskan prosedur

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW. 3. Guru membagi kelas menjadi

beberapa kelompok belajar. Setiap kelompok

beranggotakan 5 atau 4 orang siswa. 4 5 5 II Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan siswa 2. Guru memberikan materi

ajar dalam bentuk teks yang telah terbagi menjadi beberapa sub materi untuk dipelajari secara khusus oleh setiap anggota kelompok. 3. Membimbing siswa dalam

kegiatan pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW 4. Membimbing kelompok ahli

dalam bertemu dan

membahas topik materi yang menjadi tanggung jawabnya. 5. Mengkondisikan anggota

kelompok ahli kembali ke

4 4 4 4 4

(15)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 74 III

kelompok asal masing-masing (home teams) untuk membantu kelompoknya. 6. Memberi kesempatan pada

siswa untuk

mempresentasikan hasil diskusi

7. Memberikan kesempatan pada siswa untuk tanya jawab.

Penutup

1.Membimbing siswa membuat kesimpulan hasil diskusi 2.Guru mengevaluasi hasil

belajar siswa secara individual. 3 3 4 5 IV Pengelolaan waktu 4 V Suasana Kelas

1. Keaktifan siswa dalam pembelajaran 2. Keaktifan Guru 4 5 Total Nilai 6 36 20 Keterangan: SB : Sangat Baik 86 – 100% B : Baik 66% - 85% CB : Cukup Baik 46% - 65% KB : Kurang Baik 26% - 45%

SKB: Sangat Kurang Baik 0% - 25%

PEMBAHASAN

Berdasarkan Hasil penelitian Tindakan Kelas ini antara lain: Hasil pada pratindak Nilai rata-rata siswa baru mencapai 62,86, sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa baru tercapai 50%, setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus I, nilai rata-rata mengalami peningkatan menjadi 69,29 dan ketuntasan

belajarnya meningkat menjadi 71%, atau ada 10 siswa dari 14 siswa yang sudah tuntas belajar.

Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I ini berarti dinyatakan belum berhasil karena berdasarkan indikator keberhasilan pada penelitian ini, dinyatakan berhasil apabila telah mencapai presentase sama atau lebih besar dari 85%.

(16)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 75 Sedangkan berdasarkan hasil

pada perbaikan pembelajaran siklus II nilai rata-rata mengalami peningkatan menjadi 78,57 dan ketuntasan belajarnya naik secara siknifikan menjadi 86% atau ada 12 siswa dari 14 siswa yang telah tuntas belajar.

Berikut akan dipaparkan peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas VI SDN Babadan 2 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2014/2015.

Tabel 7 : Ketercapaian Nilai Rata-rata dan Ketuntasan Belajar pada Pra Tindak, Siklus I, dan Siklus II

No uraian Rata-rata Ketuntasan

1 Pra Siklus 62,86 50% 2 Siklus I 69,29 71% 3 Siklus II 78,57 86% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Pra Tindak Siklus I Siklus II

Rata-rata Ketuntasan

Gambar 1

Grafik Penyebaran Hasil Penelitian Pra Tindak, Siklus I, dan Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian yang telah dilaksanakan pada siklus I untuk kriteri menjelaskan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok belajar, dan setiap kelompok beranggotakan 4 atau 5 orang siswa, guru memberikan materi ajar dalam bentuk teks yang telah terbagi menjadi beberapa sub materi untuk dipelajari secara khusus oleh

setiap anggota kelompok, Guru mengevaluasi hasil belajar siswa secara individual, keaktifan siswa dalam pembelajaran dan keaktifan guru sudah tercapai dengan kategori baik atau nilai 4 dengan total nilai 24. Untuk kriteria menjelaskan prosedur Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW, mendisku sikan langkah-langkah kegiatan siswa, membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran Kooperatif Tipe

(17)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 76 JIGSAW, membim bing kelompok

ahli dalam bertemu dan membahas topik materi yang menjadi tanggung jawabnya, mengkondisikan anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing (home teams) untuk membantu kelompok nya, membim bing siswa membuat kesimpulan hasil diskusi, dan pengelolaan waktu baru mencapai kategori cukup atau mendapat nilai 3 dengan total 24. Sedangkan untuk kriteria memberikan kesempatan pada siswa untuk tanya jawab masih mencapai kategori kurang atau mendapat nilai 2 dengan total 2. Total nilai proses pembelajaran mencapai 54 dengan kategori cukup baik. Dengan demikian untuk proses pembelajaran belum bisa berhasil.

Dari data pengamatan yang dilakukan oleh pengamat diketahui bahwa Aktivitas siswa pada siklus II ini sudah menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. Pada pertemuan kedua aktivitas siswa mengalami peningkatan yang signifikan dari pertemuan sebelumnya. Semua aspek yang dinilai sudah siswa laksanakan dengan baik.

Hasilnya pun cukup memuaskan, hal ini dapat dilihat dari persentase keaktifan siswa yang meningkat pada setiap aspeknya. Begitu juga pada pertemuan kedua, aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dari pertemuan pertama. Peningkatan-peningkatan ini tidak lepas dari pemberian motivasi dari guru sehingga aspek yang pada siklus I

masih rendah dapat ditingkatkan pada siklus II ini. Selain itu, siswa sudah terbiasa belajar dengan menggunakan modelpembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ini dan para siswa menyukainya sehingga aktivitasnya pun meningkat. Apalagi dengan adanya pemberian pengharga an membuat para siswa lebih termotivasi dan antusias dalam belajar.

Pada siklus I akivitas siswa tampak menurun. Hal itu disebabkan karena konsentrasi siswa yang mulai menurun pada jam siang. Siswa yang semula pasif mulai berani mengeluarkan pendapatnya dan siswa yang semula kurang bisa bekerjasama dengan anggota kelompoknya sudah mau bekerjasama dengan anggota kelompoknya. Cooperative learning adalah mengelompokkan siswa didalam kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil agar siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.

Hal yang perlu digaris bawahi adalah ketika siswa sudah terbiasa dan pada akhirnya siswa merasa senang serta antusias dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan, hal ini dibuktikan dengan peningkatan aktivitas siswa pada siklus II. Karena pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan

(18)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 77 rasa senasib. Dengan memanfaatkan

kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinetraksi-komunikasi-sosialisasi, karena kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Metode belajar yang menekankan belajar dalam kelompok heterogen saling membantu satu sama lain, bekerjasama menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual (Suyatno, 2009: 51).

Selain itu, model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Jadi, keaktifan siswa dapat ditingkatkan dengan Model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ini, sehingga dengan keaktifan tersebut mendorong siswa untuk menguasai materi pelajaran yang diberikan. Penguasaan materi pelajaran inilah yang akan mempengaruhi hasil belajar siswa nantinya.

Pada siklus II nilai proses pembelajaran meningkat secara signifikan menjadi 83% atau telah mencapai dengan kategori Sangat

Baik. Dengan demikian pada siklus II ini proses pembelajaran telah berhasil dengan baik karena telam melampui indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelunya yaitu proses pembelajaran dikategorikan berhasil apabila telah memperoleh kategori Sangat Baik.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat.

1) Meningkatkan proses pembelajaran IPA pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya proses pembelajaran dari pra siklus sampai dengan siklus II.

2) Meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini terbukti telah terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa dan ketuntasan belajar secara signifikan. Nilai rata-rata pada pra tindak sebesar 62,86, pada siklus I menjadi 69,29 dan pada siklus II menjadi 78,57. Sedangkan ketuntas an belajar secara klasikal prosentase pada pra tindak sebesar 50% pada siklus I menjadi 71% dan pada siklus II meningkat menjadi 86%. Dengan demikian pembelajaran IPA materi mendeskripsikan peristiwa rotasi bumi, revolusi bumi dan revolusi

(19)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 78 bulan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas VI SDN Babadan 2 dapat berhasil dengan baik.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa hal yang disarankan untuk dilakukan oleh guru, antara lain sebagai berikut:

Guru hendaknya dalam melaksa nakan pembelajaran selalu berupaya menciptakan suasana kelas yang kondusif dan menyenangkan. Guru harus berusaha meningkatkan kemam puannya dalam mengembangkan dan menyampaikan materi serta mengelola kelas, sehingga prestasi pembelajaran yang dilaksanakan meningkat. Guru hendaknya menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Penggunaan media yang menarik dan mutakhir juga membangkitkan perhati an dan rasa ingin tahu siswa. Kegiatan membuat penelitian maupun karya ilmiah harus ditingkatkan untuk melatih kemampuan ilmiah guru dalam meneliti, menganalisis dan mencari solusi dalam menghadapi permasalah an pembelajaran. Agar proses belajar mengajar IPA materi mendeskripsikan peristiwa rotasi bumi, revolusi bumi dan revolusi bulan dapat dapat berhasil dengan baik maka sebaiknya dilaksanakan dengan model pembelajar an kooperatif tipe Jigsaw.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas.2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Model Silabus Kelas VI . Jakarta: Depdiknas.

Nurhadi dan Senduk, Agus Gerrad. (2003) Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.

Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam. Malang: IKIP Malang.

Sunarto. (2009). Pengertian Prestasi Belajar. (online) (http://sunartombs.

wordpress.com/2015/01/06/penge rtian-prestasi-belajar/. Diunduh 19 Maret 2015)

Sutomo.1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya. Usaha Nasional.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka.

(20)

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 79 Whina Sanjaya, 2006. Strategi Pembela

jaran Berorientasi standart Standar Proses

Pendidikan, Jakarta: Kencana.

Wiriaatmadja, Rochiati.2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Gambar

Table 1 : Nilai Tes Formatif  Siklus I
Tabel 3 :  Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Pada Siklus I
Table 4 : Nilai Tes Formatif  Siklus II
Tabel 6 :  Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Pada Siklus II
+2

Referensi

Dokumen terkait

Jl.. ketinggian manakah metode yang dianggap lebih akurat tersebut efektif perhitungannya. Efisiensi perencanaan gedung ini akan dibandingkan melalui indikator biaya.

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa p-value sebesar 0,52 yang berarti tidak terdapat perbedaanlama in- volusio uteri pada ibu nifas yang mengguna- kan IUD post placenta

The hybrid fingerlings ( Catla catla x Labeo rohita ) gained higher body weight and maximum total length on sunflower meal, followed by cottonseed meal and bone meal.. The

Adapun relevansi gagasan-gagasan tadi untuk zaman sekarang sudah jelas bagi siapa pun juga. Sudah selayaknya pula kami kemudian masih kembali untuk menguraikan

Implementations shall support graph patterns involving terms from an RDFS/OWL class hierarchy of geometry types consistent with the one in the specified version of Simple

Pembuktian Kualifikasi terhadap peserta Calon Daftar Pendek Jasa Konsultansi Pengawasan Pembangunan Gedung Rawat Inap Kelas III RSUD Drb. Koesma Kabupaten Tuban yang

Dalam hal ini, sumber daya manusia atau pegawai dalam suatu perusahaan akan sangat berpengaruh dalam pencapaian efektivitas kerja karena sumber daya manusia adalah faktor