• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AYAM PETELUR (Studi Kasus Perusahaan X Di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor) ANDREAS TAMBUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN USAHA AYAM PETELUR (Studi Kasus Perusahaan X Di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor) ANDREAS TAMBUN"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AYAM PETELUR

(Studi Kasus Perusahaan X Di Desa Gobang, Kecamatan

Rumpin Kabupaten Bogor)

ANDREAS TAMBUN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MENEJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis kelayakan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Perusahaan X di Desa Rumpin Kecamatan Gobang, Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Anderas Tambun

NIM H34124043

* .Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak

(4)
(5)

ABSTRAK

ANDREAS TAMBUN. Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Perusahaan X di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh WAHYU BUDI PRIATNA.

Analisis Kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur perusahaan X dilakukan untuk menilai apakah kegiatan investasi yang dilakukan dalam penambahan target produksi telur layak dijalankan, memberikan gambaran prospek usaha peternakan khususnya ayam petelur dan seberapa besar kemungkinan manfaat dan keuntungan dari usaha tersebut. Berdasarkan hasil analisis aspek non finanasial menunjukan bahwa usaha peternakan ini layak untuk dijalankan dilihat dari aspek pasar, teknis, menejemen, hukum, sosial, ekonomi, dan lingkungan karena sudah memenuhi kriteria kelayakan usaha. Berdasarkan aspek finansial bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena sudah memenuhi kriteria kelayakan secara finansial yaitu Nilai NPV perusahaan X diperoleh sebesar Rp1 704 844 201, nilai IRR 36 persen, nilai Net B/C 2 dan nilai Payback Period 3 tahun 4 bulan. Hasil analisis Switching value terhadap perubahan yang terjadi pada variabel outflow dan inflow yaitu sebesar 8.513 persen untuk toleransi kenaikan pakan maksimal, dan 7.553 persen untuk penurunan harga jual maksimal yang dapat ditoleransi.

Kata kunci: IRR, kelayakan usaha, NPV, Net B/C, switching value.

ABSTRACT

ANDREAS TAMBUN. Feasibility Analysis of Layer farm at X farm in Gobang,

Bogor Regency. Supervised by WAHYU BUDI PRIATNA.

The feasibility analysis of layer farm at X farm is needed to asses whether the activities of the investmen made in the addition amount of egg production is feasible, gives an overview of business prospect especicaly layer and how likely the benefits can be received from the business. Based the result of analysis nonfinancial aspect indicates that the X farm is feasible either from the aspect market, technical, management, legal, and social aspects of the environmental because it has already met the criteria of feasibility business. Based the financial aspect analysis that the business is feasibel and deserve to run. The value of financial analysis for NPV Rp1 704 844 201, IRR 36 persen, Net B/C 2 and Payback Period 3 years 4 month. Analysis switching value found that the magnitude of tolerance maximum against component input and output by the Farm are 8.513 persen for increasing feed price, 7.553 persen for decreasing price sell product which can be tolerance.

(6)
(7)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA AYAM PETELUR

(Studi Kasus Perusahaan X Di Desa Gobang, Kecamatan

Rumpin Kabupaten Bogor)

ANDREAS TAMBUN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MENEJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema dalam penulisan karya ilmiah ini adalah Studi Kelayakan Bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.

Terima kasih Penulis Ucapkan kepada Dr Ir Wahyu Budi Priatna. Msi sebagai pembimbing dalam menyelesaikan karya ilmiah ini yang telah meluangkan sebagian besar waktu untuk membimbing, mengarahakan, serta meberikan saran juga ilmu pengetahuan selama penyusunan skripsi. Penulis juga berterima kasih kepada semua bapak/ibu dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh karyawan peternakan perusahaan X karena telah membantu penulis dalam melakukan kegiatan penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, dan saudaraku atas doa, nasehat, motivasi dan cinta kasih yang selalu diberikan sampai saat ini kepada penulis. Ucapan terima kasih kepada seluruh mahasiswa dan staff Alih Jenis Agribisnis angkatan tiga.

Harapan dari penulis agar skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat menjadi rujukan untuk melakukan peneltian lebih lanjut.

Bogor, Maret 2015 Andreas Tambun

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 6 Tujuan Penelitian 7 Manfaat Penelitian 7

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 8

TINJAUAN PUSTAKA 8

Usaha Peternakan Ayam Petelur 8

Karakteristik Ayam Petelur 9

Telur Ayam 12

Teknologi Niple dan Filter Air Minum 12

Analisis Kelayakan Usaha 13

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu 16

KERANGKA PEMIKIRAN 17

Kerangka Pemikiran Teoritis 17

Studi Kelayakan Bisnis 17

Aspek-Aspek Studi Kelayakan 18

Kriteria Kelayakan Investasi 21

Konsep Nilai Waktu Uang 22

Analisis Switching Value 22

Kerangka Pemikiran Operasional 22

METODE PENELITIAN 25

Lokasi dan Waktu penelitian 25

Jenis dan Sumber Data 25

Metode Pengumpulan data 25

Metode Pengolahan Data 26

Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial 26

Aspek Pasar 26

Aspek Teknis 26

Aspek Hukum 27

Aspek Menejemen 27

Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan 27

Analisis Kelayakan Aspek Finansial 28

Net Present Value (NPV) 28

Net Benefit Cost Ratio 29

Internal Rate of Return (IRR) 29

Payback Periode (PP) 29

Asumsi-Asumsi Dasar 30

Analisis Switching Value 31

KEADAAN UMUM LOKASI 31

Gambaran Umum Perusahaan X 31

(14)

Analisis Aspek Non Finansial 32

Aspek Pasar 33

Aspek Teknis 34

Aspek Hukum 40

Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan 41

Analisis Aspek Finansial 41

Arus Manfaat (Inflow) 41

Arus Biaya (Outflow) 42

Analisis Laba Rugi 46

Analisis Kriteria Kelayakan Investasi 47

Analisis Switching Value Perusahaan X 48

SIMPULAN DAN SARAN 49

Simpulan 49

Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 50

(15)

DAFTAR TABEL

1 Populasi jumlah (000 ekor) ternak di Indonesia tahun 2010 sampai 2014 ... 1

2 Jumlah produksi telur (000 ton) di Indonesia tahun 2010 sampai 2014 ... 2

3 Produksi telur (000 ton) menurut propinsi tahun 2010 sampai 2013 ... 3

4 Produksi telur (butir) kabupaten dan kota di Jawa Barat tahun 2011 ... 4

5 Konsumsi telur per kapita per tahun di Indonesia tahun 2009 sampai 2013 ... 5

6 Perbandingan produktivitas ayam ras petelur dengan ayam buras ... 10

7 Peforma beberapa strain ayam petelur... 11

8 Jenis dan sumber data ... 25

9 Proporsi jumlah pakan ayam per ekor per hari ... 36

10 Proporsi pemberian pakan pada perusahaan X ... 38

14 Kriteria kelayakan investasi usaha peternakan Perusahaan X ... 48

15 Hasil perhitungan analisis nilai pengganti ... 49

11 Biaya investasi perusahaan X ... 61

12 Rincian biaya tetap usaha peternakan Perusahaan X... 62

13 Rincian biaya variabel usaha peternakan Perusahaan X ... 62

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan antara NPV dan IRR ... 22

2 Kerangka pemikiran operasional ... 24

3 Layout peternakan X ... 35

4 Kandang batre atau lebih dikenal dengan cage ... 35

5 Peti telur (a) dan egg tray (b)... 37

6 Persiapan kandang ... 38

7 Proses pengemasan telur ... 39

8 Struktur organisasi perusahaan X ... 39

9 Hubungan NPV dan IRR ... 47

10 Instalasi minum dan air... 61

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rincian biaya penyusutan Investasi peternakan perusahaan X ... 53

2 Proyeksi laba rugi Peternakan perusahaan X ... 54

3 Proyeksi arus kas peternakan (cash flow) perusahaan X ... 55

4 Analisis switching value perusahaan X sebesar 8.513 persen variabel peningkatan harga pakan ... 57

5 Analisiss switching value perusahaan X sebesar 7.553 persen variabel penurunan harga jual ... 59

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke empat di dunia dengan jumlah 237 641 326 juta orang tahun 2010 (BPS 2010). Jumlah masyarakat yang banyak memerlukan sumber pangan yang besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat indonesia. Rata-rata pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) mencapai 6.15 persen sejak tahun 2010-2013 dengan pendapatan per kapita 3,468 (USD) merupakan potensi yang besar sebagai pasar yang baik. Populasi yang besar, perkembangan ekonomi yang cenderung baik, serta peningkatan pendapatan menyebabkan pula masyarakat memerlukan sumber makanan yang baik.

Protein adalah sumber makanan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan kebutuhan akan protein sangatlah penting, terdapat dua macam sumber protein yaitu hewani dan nabati. Kebutuhan protein hewani diperoleh dari hewan ternak yang dimanfaatkan daging atau telurnya sehingga dibutuhkan populasi yang besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia, perkembangan atau perubahan pertumbuhan populasi ternak di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1 Populasi jumlah (000 ekor) ternak di Indonesia tahun 2010 sampai 2014

Jenis ternak 2010 2011 2012 2013 2014* Grow (%) 2013-2014 Sapi Potong 13 582 14 824 15 981 12686 14 703 13.72 Sapi Perah 488 597 612 444 483 8.07 Kerbau 2 000 1 305 1 438 1110 1 321 15.97 Kuda 419 409 437 434 455 4.62 Kambing 16 620 16 946 17 906 18500 19 216 3.73 Domba 10 725 11 791 13 420 14926 15 716 5.03 Babi 7 477 7 525 7 900 7611 7 873 3.33 Ayam Buras 257 544 264 340 274 564 276777 286 538 3.41 Ayam Ras Petelur 105 210 124 636 138 718 146622 154 657 5.20 Ayam Ras Pedaging 986 872 1 177 991 1 244 402 1 344 191 1 481 872 9.29 Itik 44 302 43 488 49 295 12 015 52 775 77.23 Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2014

Catatan : * Angka Sementara

Tabel 1 populasi jumlah ternak di Indonesia dapat dilihat bahwa hampir semua jenis ternak mengalami peningkatan, khusus untuk ayam petelur terjadi peningkatan sebesar 5.2 persen pada tahun 2013 sampai 2014. Peningkatan populasi ternak menyebabkan peningkatan produksi daging dan telur yang dihasilkan.

Telur merupakan sumber protein utama dan murah bagi masyarakat sehingga kebutuhan akan telur sangat tinggi, terdapat berbagai macam jenis telur yang dijual seperti telur ayam buras, telur itik, telur ayam ras dan telur puyuh. Pasokan telur untuk setiap jenis berbeda khusus untuk telur ayam, dan itik memiliki harga jual yang tinggi karena permintaan yang tinggi tetapi pasokan yang sedikit excees demand. Tingginya permintaan dari masyarakat akan telur menjadi sinyal bagi para peternak untuk berusaha dalam peternakan,

(17)

meningkatnya pendapatan masyarakat juga mempengaruhi pola konsumsi masyarakat yang akan lebih memperhatikan kebutuhan makananan bergizi terutama protein hewani. Jumlah penduduk Indonesia yang besar membutuhkan jumlah populasi ternak yang besar untuk memenuhi kebutuhan akan telur sehingga dibutuhkan pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur, perkembangan produksi telur di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah produksi telur (000 ton) di Indonesia tahun 2010 sampai 2014 Jenis 2010 2011 2012 2013 2014* Grow

(persen) Ayam ras 945 637 1 027 846 1 139 949 1 224 402 1 299 199 8.24 Itik 245 039 256 198 275 938 290 369 297 074 5.49 Ayam Buras 175 527 172 215 197 083 194 620 197 391 3.14 Sumber : Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2014

Catatan : * Angka Sementara

Dari data produksi telur di Indonesia sejak tahun 2010 dapat dilihat bahwa secara rata-rata produksi telur ayam ras lebih besar peningkatanya sebesar 8.24 persen, dibandingkan dengan telur itik sebesar 5.49 persen dan ayam buras 3.14 persen. Telur itik dan ayam buras peningkatanya lebih rendah diduga karena itik belum dapat dibudidayakan dalam kandang tertutup seperti ayam buras, cuaca sangat berpengaruh terhadap produksinya, memerlukan waktu dan penanganan khusus, dan secara umum budidaya itik dan ayam buras masih dilakukan dalam skala rumah tangga atau tradisional sehingga teknologi intensif belum diterapkan, sehingga menghasilkan produksi yang belum maksimal dibandingkan dengan budidaya ayam ras petelur.

Peningkatan produksi telur tidak merata disetiap daerah sentra produksi telur, setiap daerah atau propinsi memiliki pertumbuhan yang berbeda bahkan ada yang mengalami penurunan produksi. Khusus untuk daerah DKI Jakarta tidak ada produksi yang dihasilkan karena tidak ada lahan yang cocok untuk budidaya ayam petelur dan juga biaya imbangan untuk usaha lain ada industri lain lebih besar. DKI Jakarta menjadi lokasi atau pasar dari pada konsumsi telur yang diproduksi oleh daerah pertanian seperti Bogor.

Jawa Barat tercatat peningkatan produksi telur yang signifikan mecapai 6.19 persen ini mengindikasikan bahwa permintaan di Jawa Barat juga meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Jawa Barat, sehingga peluang pasar untuk telur ayam masih besar. Jawa Barat juga melakukan pemenuhan kebutuhan telur untuk daerah DKI Jakarta, peluang pasar sangat besar di Jakarta karena daerah menjadi pusat industri dan didukung oleh jumlah penduduk yang sangat padat menjadi potensi yang sangat besar untuk dipenuhi kebutuhan akan telur ayam ras. Produksi terbesar masih terdapat didaerah propinsi Jawa Timur, sehingga penentuan harga tergantung dari

supply telur dari daerah Jawa Timur peningkatan terjadi sebesar 4.00 persen. Jawa Timur sebagai sentra produksi telur juga sebagai pemasok telur untuk kebutuhan telur di daerah jabodetabek dan menjadi pesaing bagi produsen telur daerah Bogor karena harga jual yang murah dibandingkan dengan produksi lokal Jawa Barat khususnya Bogor, diduga juga biaya produksi yang murah dibandingkan dengan Jawa Barat menyebabkan biaya produksi atau harga pokok penjualan menjadi kecil atau telah mencapai skala ekonomi yang

(18)

efisien. Sehingga jika permintaan telur kurang atau kecil sedangkan penawaran telur yang besar menyebabkan barang beralih ke daerah yang mempunyai permintaan tinggi dan harga jual yang tinggi. Produksi telur di Indonesia menurut propinsi sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Produksi telur (000 ton) menurut propinsi tahun 2010 sampai 2013 No Propinsi

Tahun Grow rate

2012 - 2013 (persen) 2010 2011 2012 2013 1 NAD 1 962 2 419 3 640 3 878 25.88 2 SUMUT 74 302 79 204 108 018 111 802 3.32 3 SUMBAR 55 538 60 148 62 687 65 194 4.00 4 Riau 1 748 1 384 2 022 2 120 4.87 5 Jambi 3 848 4 771 4 461 7 332 57,99 6 SUMSEL 47 616 48 726 49 540 51 997 4.96 7 Bengkulu 452 582 576 652 13.25 8 Lampung 40 470 44 878 61 335 82 391 34.33 9 BABEL 580 593 544 599 10.00 10 KEPRI 6 935 7 129 3 425 4 500 31.38 11 D.K.I Jakarta 0 0 - - 0 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Jawa Barat Jawa Tengah D.I Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali NTB NTT KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM SULUT SULTENG SULSEL SULTENG Gorontalo SULBAR Maluku MALUT Papua Barat Papua 103 428 174 884 23 361 209 516 41 581 29 472 9 008 705 16 257 538 28 990 12 164 7 316 4 445 45 903 1 414 1 551 138 285 140 338 752 115 787 179 974 26 111 235 832 57 6263 6 606 1 268 1385 15.613 120 20 286 12 032 7838 5 297 50 003 1.369 1 565 607 348 10 838 494 1.013 120 123 192 071 25 802 270 700 47 455 47 969 1 338 1 164 23 906 209 20 995 12 240 8 552 4 621 60 144 1 126 2 149 638 371 130 705 1.153 127 561 196 488 26.326 281 528 51 397 49 024 1 351 1 164 24 743 653 24 296 12 484 8 979 5 589 74.987 1 405 2 149 647 395 270 731 1.288 6.19 2.30 2.03 4.00 8.31 2.20 1.00 0.00 3.50 212.69 15.94 2.00 5.00 20.96 24.68 24.83 0.04 1.43 6.59 107.44 3.77 11.71 Total produksi 945 635 1 027 845 1 139 946 1 223 718 7.35 Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2013

Jawa Barat termasuk propinsi yang produksi telur ayam ras cukup banyak sekitar 1 936 695 442 produksi telur ayam ras di kabupaten Bogor mencapai 691 479 523 butir menjadi yang tertinggi diantara kabupaten lainya yang ada di Jawa Barat, dikarenakan Bogor adalah lokasi yang strategis untuk usaha peternakan ayam, karena lahan yang masih luas dan infrastruktur yang sudah cukup baik, sehingga biaya transportasi tidak menjadi kendala, dan pengiriman telur akan cepat dan terjaga kualitasnya, tetapi untuk produksi telur ayam buras kabupaten Ciamis menjadi produsen tertinggi mencapai 100 009

(19)

575 butir, dan penghasil telur itik terbanyak adalah kabupaten Karawang sebanyak 269 067 395 butir dikarenakan kabupaten karawang adalah sentra padi Jawa Barat yang memiliki lahan pertanian padi yang luas sehingga para peternak dengan mudah membawa itik mereka kesawah untuk bertelur, memanfaatkan limbah padi sebagai tambahan atau pakan bagi itik mereka karena itik masih dibudidayakan secara tradisional.

Bogor adalah daerah pertanian yang berhubungan langsung dengan daerah industri padat penduduk seperti Jakarta, Tangerang, Bekasi, Depok yang memerlukan kebutuhan telur yang cukup tinggi, sehingga menjadi peluang bisnis yang baik bagi para peternak ayam ras petelur Produksi telur setiap kabupaten atau kota di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Produksi telur (butir) kabupaten dan kota di Jawa Barat tahun 2011 Kabupaten Ayam Ras Ayam Buras Itik Jumlah Bogor 691 479 523 22 025 022 17 721 131 731 225 676 Sukabumi 205 570 046 58 354 680 11 038 164 468 793 459 Cianjur 205 570 046 53 021 269 41 463 407 300 054 722 Bandung 70 522 394 31 828 060 55 081 622 157 432 076 Garut - 23 816 562 23 638 469 47 455 031 Tasikmalaya 61 441 395 26 053 378 16 970 035 104 464 807 Ciamis 99 432 780 100 009 575 45 249 846 244 692 201 Kuningan 138 822 755 8 127 822 7 830 737 154 781 315 Cirebon 5 083 739 20 211 617 42 327 063 67 622 420 Majalenka 21 194 139 14 064 250 11 078 308 46 336 697 Sumedang 11 321 104 8 581 008 5 881 528 25 783 640 Indramayu - 17 989 500 247 463 692 265 453 192 Subang 5 608 440 15 866 454 52 820 285 74 295 180 Purwakarta 14 889 16 14 392 212 27 131 616 56 412 989 Karawang 10 788 458 27 091 821 269 067 395 306 947 673 Bekasi 57 697 138 16 635 221 52 027 344 126 359 703 Bandung Barat 26 109 158 25 425 865 22 791 712 74 326 735 Kota Bogor 93 474 3 660 156 1 614 249 5 367 879 Sukabumi 47 565 024 683 198 753 812 49 002 035 Bandung 294 287 1 605 685 2 881 266 4 781 238 Cirebon 77 116 645 972 590 758 1 313 846 Bekasi 18 447 250 1 275 155 1 535 689 21 258 094 Depok 33 694 261 602 214 10 219 420 44 515 895 Cimahi 10 905 544 658 909 725 1 465 288 Tasikmalaya 12 692 946 9 834 315 4 557 036 27 084 297 Banjar 4 459 333 2 996 736 2 166 079 9 622 148 Total (Jawa Barat) 1 936 695 442 505 342 405 974 810 389 3 416 848 236 Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan Propinsi Jawa Barat tahun 2011

Telur yang diproduksi haruslah sampai dengan cepat kepada konsumen atau perantara penjual sehingga kualitasnya dapat terjaga atau segar diterima oleh konsumen. Konsumsi telur oleh masyarakat indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara maju khusus untuk indonesia konsumsi hanya sebesar 6 513 per kapita per tahun untuk telur ayam ras, sedangkan ayam buras sebesar 2 607 per kapita per tahun dan telur itik sebesar 1 825 per kapita per tahun. Dilihat dari pertumbuhanya telur ayam ras naik secara rata-rata sebesar 1.61 persen sampai tahun 2013 sedangkan telur itik dan ayam buras

(20)

mengalami penurunan karena bernilai negatif. Konsumsi telur Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Konsumsi telur per kapita per tahun di Indonesia tahun 2009 sampai 2013

Jenis 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata Pertumbuhan ( persen) Telur Ayam Ras* 5 840 6 726 6 622 6 518 6 513 1.61

Telur Ayam Buras 3 650 3 702 3 754 2 764 2 607 -7,30 Telur Itik 2 868 2 503 2 816 2 190 1 825 -9,78 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2009-2013.

Keterangan : *) Satu butir telur ayam kampung diperkirakan beratnya sebesar 0,05 Kg

Pada tabel 5 dapet dilihat bahwa telur ayam ras meningkat konsumsinya rata rata sekitar 1.61 persen pada tahun 2013, peningkatan ini menjadi indikator bahwa pola konsumsi meningkat harus didukung dengan peningkatan produksi telur sehingga pada masa depan permintaan/demand side dan sisi penawaran/supply side akan meningkat. Prospek pengembangan usaha peternakan ayam ras petelur sangat bagus untuk dikembangkan terutama di daerah kabupaten Bogor yang cenderung cocok untuk lokasi budidaya karena lokasi lahan kosong yang masih cukup banyak, infrastruktur transportasi yang sudah memadai, sehingga dapat menunjang keberhasilan usaha peternakan ayam ras petelur.

Konsumsi telur secara keseluruhan mengalami fluktuasi tetapi kecenderunganya meningkat pada tahun 2012 konsumsi telur 1 412 78 000. Saat ini dibanding dengan beberapa negara tetangga konsumsi telur masyarakat Indonesia masih sangat rendah yakni 87 butir per tahun per kapita, padahal masyarakat Malaysia rata-rata mengkonsumsi 311 telur per kapita per tahun1. Sementara itu secara keseluruhan konsumsi telur di Jawa Barat sebanyak 299 683 ton, sedangkan kemampuan produksi dari peternak di Jawa Barat hanya 116 302 ton2. Berdasarkan data produksi dan konsumsi maka terjadi kekurangan produksi yang cukup banyak sehingga menjadi peluang untuk melakukan usah peternakan ayam petelur ini. Dari Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat yang telah direncanakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang dipilih untuk pengembangan usaha unggas produksi daging dan telur lebih besar dari 10 persen3.

Sementara perusahaan-perusahaan yang menghasilkan telur masih sangat terbatas dan sedikit. Oleh karena itu peluang untuk mengembangkan dan meningkatkan komoditi telur masih sangat besar di daerah ini. Kelangkaan telur juga dialami perusahaan-perusahaan yang menghasilkan telur karena permintaan melebihi produksi yang dihasilkan perusahaan tiap harinya. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan untuk menambah

1Konsumsi telur Konsumsi telur masyarakat Indonesia tahun 2012.

http://ews.kemendag.go.id/berita/NewsDetail.aspx?v_berita=3207 [20 September 2014]

2Konsumsi dan produksi Telur Jawa Barat. http://www.antarajawabarat.com/lihat/cetak/25210

[20 September 2014]

3Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa

(21)

produktivitasnya terhadap telur ayam ras karena permintaan akan telur lebih banyak pada komoditi ini atau masih besarnya peluang pasar untuk mengembangkan usaha peternakan ayam ras petelur. Telur dan sifat permintaannya yang sangat sesuai dengan perkembangan masa depan. Semakin pentingnya peranan telur ayam ras dalam struktur konsumsi telur, telur ayam ras memiliki sifat permintaan yang income estic demand, bila pendapatan meningkat, maka konsumsi telur juga meningkat. Dimasa yang akan datang, pendapatan per kapita akan meningkat terutama pada negara-negara yang saat ini termasuk berpendapatan rendah dan menengah. Dengan demikian, konsumsi telur juga diperkirakan akan meningkat. Salah satu peternakan lokal yang ada di kabupaten Bogor adalah Perusahaan X telah berdiri sejak tahun 2004 perusahaan melakukan produksinya meningkat.

Perumusan Masalah

Industri peternakan yang menjadi salah satu penopang penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Hal ini dipicu oleh antara lain laju pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan penduduk, yang berarti perlu suplai sumber protein hewani baik dari daging sapi, kerbau, kambing, domba, maupun unggas. Industri peternakan unggas bisa tumbuh 8 persen pada tahun 20104. Indonesia pada saat ini masih mengalami kekurangan ayam petelur karena pertambahan populasi ayam petelur tidak seimbang dengan kebutuhan konsumsi nasional. Dilain pihak kebutuhan masyarakat terhadap telur cenderung semakin meningkat. Salah satu upaya peningkatan produksi ayam petelur dalam negeri yaitu dengan upaya pengembangan usaha. Dengan usaha ini diharapkan menghasilkan pertambahan produksi telur yang tinggi dan efisien sehingga dapat diperoleh telur dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik.

Perusahaan X adalah salah satu peternakan yang bergerak dibidang peternakan khusus ayam petelur yang menghasilkan produk berupa telur. Usaha ini dimilki oleh bapak Aki yang didirikan pada tahun 2004 di daerah rumpin kabupaten Bogor Barat, perusahaan ini sudah cukup lama berdiri sehingga pemilik memutuskan akan melakukan pengembangan usaha dengan penambahan 1 ton telur utuh. Produk utama adalah telur ayam, ayam layer yang siap berproduksi dipelihara pada satu kandang atau dikenal dengan sistem batre artinya, setiap kandang hanya dihuni oleh satu atau dua ekor ayam. Dalam menjalankan usaha ini perusahaan mengeluarkan biaya investasi yang besar untuk membuat kandang semi permanen, kandang batre, peralatan makan dan minum, alat penerangan kandang, dan sarana penunjang produksi yang lain.

Usaha peternakan ini menjual telur ke daerah Jabodetabek. Permintaan yang selalu meningkat dengan produksi yang tetap menajadi peluang bagi perusahaan untuk melakukan pengembangan usaha untuk memenuhi permintaan yang masih ada. Permintaan dari agen atau penyalur telur yang sudah menjadi agen tetap sekitar 4 ton telur utuh per hari sedangkan produksi telur 3 ton per hari masih ada peluang sekitar 1 ton yang harus dipenuhi

(22)

sehingga perusahaan akan melakukan pengembangan usaha dengan cara penambahan input produksi berupa ayam petelur dewasa siap telur (layer) sekitar 16 923 ekor nilai ini didapatkan dari perhitungan dengan berat telur 0.065 gram per buitr, sehingga untuk mencapai satu ton telur dibutuhkan 15 385 ekor dan ditambah 10 persen tingkat kematianya sebesar 1 538 sehingga didapatkan 16 923 ekor ayam. Selain memproduksi produk telur ayam, perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan ayam afkir, yaitu ayam yang sudah menurun produksinya sehingga jika dipertahankan maka secara marginal akan mengalami kerugiaan, sehingga perlu diadakan peremajaan atau pergantian induk petelur, harga jual ayam dalam kondisi ekonomi normal adalah Rp30 000 per ekor ayam, tetapi dalam kondisi tertentu harga ayam dapat meningkat mencapai Rp40 000 per ekor sehingga dalam kondisi seperti ini, keputusan manajerial dalam melakukan penjualan ayam harus tepat karena peningkatkan harga ayam sangatlah tinggi. Kotoran ayam juga menjadi salah satu komponen dalam pemasukan perusahaan, kotoran ayam biasa digunakan untuk pupuk alami bagi pertanian, harga kotoran ayam sekitar Rp5 000 perkarung 50 per kg. Kenaikan harga pakan atau faktor input dan penurunan penurunan harga jual telur atau output produk yang berfluktuasi akan mempengaruhi kondisi finansial perusahaan. Berdasarkan kondisi yang ada maka perlu dilakukan analisis kelayakan perencanaan pengembangan usaha dan analisis nilai pengganti atau Switching value terhadap perubahan yang terjadi pada variabel output dan input.

Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan beberapa permasalahan penelitian yaitu:

1. Bagaimana kelayakan usaha peternakan pada penambahan 16 923 ekor layer jika dianalisis dari aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek menejemen, aspek hukum, dan aspek sosial lingkungan.? 2. Bagaimana kelayakan usaha peternakan pada penambahan 16 923 ekor

layer jika dianalisis dari aspek finansial?

3. Seberapa besar perubahan maksimal pada variabel penurunan harga jual (output) dan peningkatan harga pakan (input) pada penambahan 16 923 ekor sehingga usaha ini tetap layak untuk dilaksanakan?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan usaha peternakan ini dari segi non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek menejemen, dan aspek sosial lingkungan

2. Menganalisis kelayakan secara finansial usaha ayam ras petelur pada Perusahaan X. sesudah dilakukan pengembangan

3. Menguji dengan metode Switching value kelayakan usaha jika terjadi kenaikan harga pakan dan penurunan harga jual?

Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan X sebagai bahan evaluasi untuk merencanakan pengembangan perusahaan peternakan

(23)

ayam ras petelur, dan bermanfaat juga sebagai informasi untuk para investor yang akan berusaha di industri peternakan ayam ras petelur.

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencangkup usaha ayam petelur yang dilakukan oleh Perusahaan X pada penambahan 16 923 ekor ayam petelur, yang terletak di Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Penelitian ini difokuskan pada penilaian kelayakan finansial dan non finansial. Kelayakan non finansial dibatasi pada aspek pasar spek menejemen, aspek hukum, ekonomi, dan aspek sosial lingkungan. Sedangkan kelayakan finansial dibahas dibatasi pada perhitungan laba rugi, kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari NPV, IRR, Net B/C dan tingkat pengembalian atau payback periode. Selain itu juga dilakukan analisis Switching value.

TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Peternakan Ayam Petelur

Banyak orang memelihara hewan dengan berbagai tujuan, seperti ayam, burung, ikan, sapi dan lain sebagainya. Sebutan hewan ternak jika hewan yang dipelihara menimbulkan manfaat bagi pemiliknya, sehingga berdasarkan tujuanya hewan dibagi menjadi dua, yaitu hewan kegemaran dan hewan ternak. Hewan kegemaran dibatasi oleh manfaat yang diberikan terbatas, tetapi hewan ternak memiliki nilai bisnis, artinya hewan ini memiliki timbal balik yang besar bagi pemiliknya, dan dapat dijadikan mata pencaharian (Rasyaf, 2003). Usaha peternakan indonesia berkembang cukup besar karena dapat dilakukan oleh siapa saja dengan skala besar atau kecil yang menjadikan banyak peternakan bermunculan menandakan bahwa bisnis ini menguntungkan. Peternakan ayam petelur adalah bisnis yang mengandalkan telur sebagai benda bisnisnya. Usaha peternakan dapat digolongkan ke dalam beberapa bagian. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/TN.330/6/96, usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan, dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah populasi maksimal 15 000 ekor per periode. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal 65 000 ekor per periode. Sedangkan untuk pengusaha peternakan besar adalah pengusaha yang mebudidayakan ayam dengan jumlah populasi melebihi 65 000 ekor per periode.

Berdasarkan kepres no. 22 tahun 1990 sebagai suatu usaha budidaya ayam petelur dan ayam ras pedaging tidak termasuk pembibitan. Budidaya ayam petelur dilakukan dalam kandang yang harus memenuhi ketentuan atau syarat kandang yang baik sehingga produksi telur akan berjalan dengan baik dan tidak manganggu proses produksi dan tidak menggangu lingkungan sekitar kandang seperti polusi bau yang dihasilkan dalam kegiatan budidaya ini. Letak kandang akan berpengaruh terhadap kondisi ayam. Mustiqoh (2009) dalam penelitiannya mengkategorikan letak kandang yang dekat dengan jalan apabila

(24)

< 180 m, jarak sedang apabila 180 sampai 360 m dan jarak jauh apabila letak kandang > 360 m dari jalan raya, semakin jauh dari jalan raya maka akan semakin baik bagi ayam. Ayam dipelihara pada kandang semi permanen dengan sistem batre, sistem ini dipilih karena lebih efisien dan menguntungkan dibandingkan dengan sistem litter. (Susanto 2014) dalam penelitianya mengemukakan bahwa pemeliharaan ayam ras petelur dengan sistem batre dan

litter menghasilkan hasil yang berbeda dengan uji-t, dan penggunaan kandang batre lebih sedikit dalam konsumsi pakan dibandingkan sistem litter.

Karakteristik Ayam Petelur

Ayam ras petelur adalah jenis ayam unggul yang induk atau nenek moyangnya merupakan ayam impor yang telah mengalami perbaikan genetik melalui proses persilangan dan seleksi dengan tujuan produksi sebagai penghasil telur. Hal tersebut berdasarkan pendapat dari Rahayu et al. (2001), bahwa ayam ras adalah ayam yang induk atau nenek moyangnya merupakan ayam impor. Sedangkan ayam tipe petelur adalah ayam yang dapat menghasilkan relatif banyak telur dalam waktu yang singkat. Suprijatma et al.

(2005) mendefinisikan ayam ras sebagai jenis ayam dari luar negeri yang bersifat unggul sesuai dengan tujuan pemeliharaan karena telah mengalami perbaikan mutu genetik. Secara spesifik, Rasyaf (2008) menyebutkan bahwa ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Persilangan dan seleksi dilakukan cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur unggul seperti sekarang. Dalam setiap persilangan, sifat jelek selalu dibuang dan sifat baik akan dipertahankan, sehingga terciptalah ayam petelur unggul.

Adapun ciri-ciri ayam ras petelur menurut berbagai sumber pustaka yang berhasil dihimpun adalah :

1. Mudah terkejut (nervous) 2. Bentuk tubuh ramping

3. Cuping telinga berwarna putih 4. Kerabang kulit telur berwarna putih

5. Efisien dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur 6. Tidak memiliki sifat mengeram

7. Produksi telur yang tinggi yaitu 200 butir per ekor per tahun, bahkan bisa mencapai 250 – 280 butir per ekor per tahun.

Ayam ras petelur akan pertama bertelur kira-kira pada saat berumur 5 bulan dan akan terus bertelur sampai umurnya mencapai 18 bulan. Pada umumnya, produksi telur terbaik terjadi pada tahun pertama

Menurut Sudarmono (2003) ayam ras petelur mempunyai sifat-sifat unggul yaitu sebagai berikut :

1. Laju pertumbuhan ayam ras petelur sangat pesat pada umur 4.5 sampai 5.0 bulan telah mencapai kedewasaan kelamin dan bobot badan antara 1.6 kg.7 kg, pada waktu itu sebagian dari kelompok ayam tersebut telah berproduksi. Adapun ayam kampung pada umur yang sama, bobot badannya baru mencpai sekitar 0,8 kg kedewasaan kelamin ayam kampung baru dicapai pada umur 7 sampai 8 bulan.

(25)

2. Kemampuan berproduksi ayam ras petelur cukup tinggi yaitu antara 250 sampai 280 butir per tahun, dengan bobot telur antara 50 sampai 60 g per butir. Sedangkan produksi ayam kampung hanya berkisar antara 30 sampai 40 g per butir.

3. Kemampuan ayam ras petelur dalam memanfaatkan ransum pakan sangat baik dan berkorelasi positif. Konversi terhadap penggunaan ransum cukup bagus yaitu setiap 2.2 sampai 2.5 kg ransum dapat menghasilkan 1 kg telur. Dalam hal ini, ayam kampung tidak memiliki korelasi positif dalam memanfatkan ransum yang baik dan mahal. Oleh karena itu, ayam kampung lebih ekonomis bila diberi pakan yang murah.

4. Periode bertelur ayam ras petelur lebih panjang, bisa berlangsung 134 bulan, atau hingga ayam berumur 19 sampai 29 bulan, walaupun ayam ras hanya mengalami satu periode bertelur, akan tetapi periode bertelurnya tersebut berlangsung sangat panjang dan produktif. Hal ini disebabkan karena tidak adanya periode mengeram pada ayam ras petelur tersebut. Sedangkan ayam kampung mengalami periode bertelur berkali-kali, namun satu periode bertelurnya berlangsung sangat pendek, yaitu sekitar 15 hari .periode bertelur ayam kampung terputus-putus. Perbedaan antara ayam kampung (ayam buras) dengan ayam dwiguna petelur (ayam ras) dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Perbandingan produktivitas ayam ras petelur dengan ayam buras

Keterangan Ayam Ras Ayam Buras

Produksi telur (butir per tahun) 200 sampai 250 40 sampai 60 Berat telur(gram) 50 sampai 60 30 sampai 40

Sifat mengeram Hampir tidak ada Ada

Kemampuan berproduksi Tinggi sangat terbatas Sumber: PT. Japfa Comfeed, 2010

Tabel 6 tampak bahwa ayam ras petelur yang merupakan hasil rekayasa genetis berdasarkan karakter unggulnya maka ayam petelur ini lebih memilki telur yang banyak dibandingkan dengan ayam buras. Ayam ras petelur juga biasa diklasifikasikan dengan strain yang berbeda, perbedaan Strain ini mempunyai keunggulan dan kelemahan, dapat dibedakan menurut umur produksi, umur puncak produksi, Food Convertion Rate (FCR) atau kemampuan ayam menghasilkan telur dan FCR. Keputusan penggunaan

strain ayam ditentukan oleh peternak, pada dasarnya teknik pemeliharaan yang baik serta menejemen yang baik adalah hal yang penting dalam melakukan usaha peternakan ini, nilai yang ada pada setiap strain ini adalah perkiraan yang tidak menjadi acuan bagi peternak hanya untuk membandingkan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing sampai masing strain ayam. Performa setiap ayam dapat dilihat pada tabel 7.

Berdasarkan tujuan pemeliharaan atau biasa disebut tipe ayam, ayam dapat dikelompokan menjadi

1. Tipe petelur

Ayam tipe petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga bewarna putih dan kerabang telur bewarna putih. Karakter lainnya yaitu produksi telur yang dihasilkan tinggi (200 butir per ekor per tahun), efisien dalam

(26)

pengguanaan ransum untuk membentuk telur, dan tidak memiliki sifat mengeram.

2. Tipe pedaging

Karakteristik ayam tipe pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ketubuh, kulit putih dan produksi telur rendah.

3. Tipe Dwiguna

Ayam tipe dwiguna memiliki karakteristik sifat tenang, bentuk tubuh sedang, produksi telur sedang, pertumbuhan sedang dan kulit bewarna coklat.

Tabel 7 Peforma beberapa strain ayam petelur Strain Umur Awal Produksi (minggu) Umur pada Produksi 50 persen (minggu) Puncak Produksi (persen) FCR Kematian ( persen) L. Brown MF402 19- 20 22 92-93 2,3-2,4 2-6 Hisex Brown 20-22 22 91-92 2,36 0,4-3 Bovans White 20-22 21-22 93-94 2,2 5-6 Hubbard Golden 19-20 23-24 90-94 2,2-2,5 2-4 Dekalb Warren 20-21 22,5-24 90-95 2,2-2,4 2-4 Bovans Goldline 20-21 21,5-22 93-95 1,9 6-7 Brown Nick 19-20 21,5-23 92-94 2,2-2,3 4-7 Bovans Nera 21-22 21,5-22 92-94 2,3-2,45 2-5 Bovans Brown 21-22 21-23 93-95 2,25-2,35 2-7 Sumber: PT. Japfa Comfeed, 2010

Pada jenis ayam dibagi menjadi dua tipe yaitu (Rasyaf 2008): 1. Tipe ayam petelur ringan

Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping per kurus dan mata bersinar. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam galurini sulit dicari, tapi ayam petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini

2. Tipe petelur ayam medium

Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun itu, beratnya masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Oleh karena itu ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat, maka ayam ini disebut dengan ayam petelur cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga. Produksi telur cokelat lebih sedikit dari pada telur putih. Selain itu daging dari ayam petelur medium akan lebih laku dijual sebagai ayam pedaging dengan rasa yang enak.

(27)

Telur Ayam

Menurut Sudaryani dan Titik (1994), telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat-zat gizi yang sangat baik dan mudah dicerna. Oleh karenanya telur merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk anak-anak yang sedang tumbuh dan memerlukan protein dan mineral dalam jumlah banyak dan juga dianjurkan diberikan kepada orang yang sedang sakit untuk mempercepat proses kesembuhannya.

Menurut Rasyaf (1990), telur merupakan kumpulan makanan yang disediakan induk unggas untuk perkembangan embrio menjadi anak ayam di dalam suatu wadah. Isi dari telur akan semakin habis begitu telur telah menetas. Telur tersusun oleh tiga bagian utama: yaitu kulit telur, bagian cairan bening, & bagian cairan yang bewarna kuning. Telur mengandung sejumlah ineral penting bagi tubuh seperti zat besi, foor, kalium, sodium, dan magnesium dalam jumlah yang cukup (Haryoto 1996). Telur unggas digunakan manusia sebagai bahan makanan karena cukup lezat dan bergizi tinggi (Rasyaf 1987)

Teknologi Niple dan Filter Air Minum

Menurut Siahaan (2007), sanitasi adalah Beberapa tindakan dalam sanitasi antara lain kebersihan kandang, kebersihan halaman kandang, kebersihan tempat pakan, kebersihan tempat minum, serta kebersihan sumber air ataupun pakan. Niple dan filter adalah salah satu teknologi (biosekuritas) yang mulai digunakan dalam industri peternakan khususnya ayam ras petelur, teknologi ini digunakan dalam instalasi air minum ayam, sehingga air minum dapat terjaga bersih dan tidak tercemar oleh lingkungan kandang. (Parakkasi 1999) dua per tiga bagian dari tubuh hewan adalah air dengan berbagai peranan untuk kehidupan. Menurut Scott et al. (1982), air mempunyai fungsi sebagai berikut: (1) zat dasar dari darah, cairan interseluler dan intraseluler yang bekerja aktif dalam transformasi zat-zat makanan, metabolit-metabolit dan hasil sisa ke dan dari semua sel-sel dalam tubuh, (2) penting dalam mengatur suhu tubuh karena air mempunyai sifat menguap dan spesifik heat, (3) membantu mempertahankan homeostasis dengan ikut dalam reaksi dan perubahan fisiologis yang mengontrol pH, tekanan osmotis, konsentrasi elektrolit. kandungan air dalam tubuh ayam dewasa sebesar 55 persen pada umur 42 minggu.

Kehilangan air tubuh 10 pesen dapat menyebabkan kerusakan yang hebat dan kehilangan air tubuh 20 persen akan menyebabkan kematian (Wahju, 2004). Menurut National Research Council (1994) konsumsi air minum bertambah sekitar 7 persen setiap peningkatan suhu 10O C diatas suhu 21O C. Semakin tinggi suhu lingkungan maka semakin banyak ternak mengkonsumsi air minum. Hal ini akan membantu ternak untuk menurunkan suhu tubuhnya yang meningkat akibat suhu lingkungan yang tinggi.

Air minum dan pakan yang kotor harus segera diganti untuk menghindari terjadinya kontaminasi atau penempelan penyakit (Soejoedono dan Handharyani 2005). Jeffrey (2006) menambahkan bahwa tempat air minum

(28)

dan pakan yang bersih dapat mencegah suatu peternakan terserang virus Avian Influenza. Bahkan menurut Siahaan (2007), tempat pakan yang kotor menyebabkan risiko pemaparan Avian Influenza 5 kali lebih besar dari pada tempat pakan yang bersih (OR=5.00; SK= 1.581- 15.817) sedangkan tempat minum yang kotor menyebabkan risiko pemaparan AI 4.85 kali lebih besar daripada tempat minum yang bersih (OR=4.85; SK= 1.361-17.309).

Air minum ternak haruslah aman dan sehat sehingga produktifitas dapat optimal, karena air minum berperan penting dalam siklus hidup ayam, selain terdaoat berbagai macam penyakit yang dapat masuk melalui air melalui kontaminasi udara. Virus AI pada unggas memiliki kemampuan mempertahankan daya penularannya di lingkungan dengan baik, terutama dipermukaan air. Suspensi virus dalam air mampu bertahan selama lebih dari 100 hari pada suhu 17o C. Pada suhu di bawah -50o C virus AI dapat bertahan sampai dengan waktu yang tidak terbatas (Zudanang 2011).

Niple dan Filter ini mampu menjaga air dari kontaminasi lingkungan kandang secara langsung, sehingga peluang penyakit akibat bakteri dan virus dapat diminimalkan, keuntunagan lain dari teknologi ini adalah air minum selalu tersedia, pemberian vitamin dapat diberikan dengan mudah, mengurangi pekerjaan dalam pembersihan air, mengurangi biaya penggantian instalasi air, dan mengurangi biaya pakan karena tidak ada lagi pakan yang terbuang karena terkena air.

Analisis Kelayakan Usaha

(Gitinger 1986) dalam mengukur atau menilai suatu proyek berdasarkan pada kriteria penilaian investasi yaitu dengan nilai bersih sekarang, atau Net Present Value (NPV) dan tingkat pengembalian internal atau Iinternal rate of return (IRR). Menurut Sutojo (2000) menyatakan fokus utama dari studi kelayakan suatu proyek terpusat pada empat aspek, yaitu (1) pasar dan prasarana barang atau jasa yang dihasilkan proyek, (2) produksi, teknis, dan teknologi, (3) Menejemen dan Sumber daya Manusia (SDM), (4) keuangan dan ekonomi. Aspek menejemen dan organisasi dari studi kelayakan sangat diperlukan mengiidentifikasi SDM yang diperlukan dengan baik kuantitas dan kualitasnya (Soeharto 2002)

Studi kelayakan dilakukan untuk menentukan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan, studi kelayakan dilakukan sebelum pengambilan keputusan atau pelaksanaan usaha (Kadariah 1976). Penelitian tentang analisis kelayakan dilakukan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan layak baik dari aspek finansial dan non finansial dan seberapa peka atau sensitif jika terjai suatu perubahan yang terjadi dari variabel variabel input atau output, untuk dilakukan pengembangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Astrid (2002) bahwa usaha peternakan itik petelur pada sistem ekstensi, semi intensif, dan intensif layak untuk dijalankan.

Gustriyeni (2007) melakukan analisis kelayakan usaha dengan menggunakan kriteria kelayakan investasi NPV dan IRR dan didapatkan hasil 561.050.879,94 dan IRR sebesar 41 persen, sehingga usaha peternakan X tersebut layak untuk dijalankan, hampir serupa dengan Gustriyeni (2007) Penelitian yang dilakukan Komalasari (2008) melakukan penelitian analisis

(29)

kelayakan usaha pada usaha peternakan ayam broiler di daerah Leuwiliang dengan metode analisis kelayakan menggunakan aspek finansial didapatkan nilai NPV sebesar Rp1 1 481 498 164, Net B/C lebih besar dari satu yaitu 1.59 dan IRR sebesar 30.60 persen. Jangka waktu pengembalian investasi selama 3 tahun 2 bulan 12 hari.

Menurut Salmawati (2009) prospek agribisnis ayam ras petelur dilihat dari sisi penawaran dan permintaan di Indonesia, telur sudah menjadi bahan makanan yang pokok bagi masyarakat indonesia dan kebutuhanya meningkat seiring dengan pendapatan yang meningkat Income Estic Demand sehingga dengan peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan per kapita yang meningkat diduga konsumsi telur dimasa depan juga meningkat. Menurut Christy (2011) melihat kelayakan usaha ayam ras petelur pada Dian Layer Farm di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Dari Hasil perhitungan didapatka hasil NPV sebesar Rp2 359 608 260,73, IRR 71 persen atau lebih besar dari tingkat discount rate 6 persen Net B/C 3.28, PP 2.3 tahun. Analisis

Switching value diperoleh bahwa harga pakan hendakanya tidak naik lebih dari 76 persen dan penurunan produksi tidak lebih dari 37,1 persen sehingga perusahaan masih layak dijalankan. Serli (2013) melakukan penelitian tentang kelayakan usaha peternakan ayam kampung. Penelitian yang dilakukan oleh Serli (2013) menyimpulkan bahwa usaha peternakan ini layak untuk terus diusahakan secara finansial. Masing-masing peneliti menggunakan analisis aspek finansial melalui analisis laba rugi dan kriteria investasi yaitu terdiri dari

Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan

Payback Period (PP). Nilai NPV ang diperoleh Rp13 125 900, IRR 10.53 persen, dan Net B/C 1.23.

Usaha peternakan ayam petelur tidak lepas dari ketidakpastian terhadap perubahan variabel input dan output dimasa datang, sehingga perlu diketahui seberapa peka perubahan tersebut berpengaruh terhadap usaha yang dijalankan metode ayam digunakan adalah dengan analisis Switching value, Nova (2014) dalam penelitianya menganalisis usaha peternakan ayam broiler dengan melakukan analisis Switching value diperoleh hasil bahwa jika terjadi harga jual dan produksi turun sebesar 0.46 persen maka usaha ini tetap layak dijalankan karena nilainya turun dari 15 500 menjadi 14 800 per kg tetapi jika penurunan lebih dari 0.46 persen maka usaha tidak layak. Jika terjadi penurunan produksi terjadi penurunan 0.46 persen sehingga produksi dari 116 520 ekor menjadi 91 590 ekor per tahun tidak layak dijalankan, sedangkan jika terjadi kenaikan harga pakan sebesar 6.86 persen artinya dari 6 000 menjadi 6 800 per kg juga tidak layak untuk dijalankan. Usaha peternakan ini selain dikaji dari aspek finansial dikaji juga dari aspek non finansial yang meliputi aspek pasar, aspek sosial, aspek ekonomi dan lingkungan, aspek menejemen, aspek hukum.

1 Aspek Pasar

Dalam suatu usaha pasar adalah aspek yang sangat penting karena menentukan pendapatan bagi perusahaan sehingga usaha dapat berjalan dan beroperasi kembali, jika produk yang diproduksi tidak bisa diterima oleh pasar atau kalah saing baik kualitas atas harga , maka dapat dikatakan bahwa secara aspek pasar perusahaan tidak layak untuk dijalankan atau perlu dievaluasi kembali. Menurut Kasmir dan Jakfar (2003) aspek pasar

(30)

dan menejemen meneliti seberapa besar pasar yang akan dimasuki dan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menguasainya dan strategi apa yang akan dipilih nantinya. Aspek ini menentukan seberapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, pangsa pasar dari produk. Menurut Nurmalina et al (2010) aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang: permintaan, penawaran, dan perkiraan penjualan dan harga

Hasil penelitian Purbasari (1991) mengemukakan bahwa rantai tataniaga pemasaran produk peternakan ayam petelur berupa telur dan ayam afkir masih lemah sehingga dilakukan sistem pemasaan produk dengan sistem inti plasma yang dilakukan dengan PT Anputraco Ltd dengan harga jual tertentu, sehingga produk dapat diserap pasar.

2. Aspek Teknis

Aspek teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek teknis terdiri dari lokasi proyek, besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, proses produksi serta ketepatan penggunaan teknologi. Indikator penting dalam aspek teknis dapat dikatakan layak jika dilihat dari aspek lokasi usaha. Saputra (2011) dan Karmidi (2012) mengemukkan bahwa jika lokasi usaha sesuai dengan usaha yang dijalankan maka dikatakan layak secara lokasi. Mereka pun mengemukakakan bahwa aspek teknis tidak hanya dilihat dari aspek lokasi budidaya, luasan produksi, letak sumber bahan bakunya, sarana dan prasarana, serta proses budidaya. Usaha peternakan ayam dikatakan layak apabila lokasi cocok dengan kondisi yang diharapakan, jauh dari pemukiman warga, dan akses terhadap lalu lintas atau jalan baik. Kemudahan dalam mendapatkan faktor input seperti ayam layer, Obat-obatan Vaksin Disinfektan (OVD) dan pemeliharaan dilakukan dengan baik atau sesuai dengan proses budidaya yang aman dan benar. Fani (2010) penerapan Good Farming Practice (GFP) pada peternakan dilakukan agar hasil produk dapat terjaga kualitasnya dan meningkatkan kesehjateraan petani. GFP juga merupakan aturan yang dibuat agar para peternak dapat memahami tentang cara budidaya yang baik dengan memperhatikan sungai, air, dan lingkungan sekitar agar tetap dalam kondisi yang baik.

3. Aspek Menejemen

Dalam menilai apakah usaha peternakan peternakan sudah layak dalam aspek menejemen dapat dilihat dari struktur organisasi peternakan. Christy (2011) dalam penelitianya mengemukakan bahwa aspek menejemen yang ada di peternakan Dian Farm sudah baik karena sudah terdapat struktur organisasi yang jelas dan job description setiap pekerja, penambahan pekerja tidak dilakukan karena tenaga kerja yang ada masih dirasa cukup untuk melakukan kegiatan usaha. Nova (2014) usaha yang dijalankan sudah memenuhi kriterian kelayakan dari aspek menejemen karena terdapat struktur organisasi, tetapi ketika dilakukan pengembangan dengan penambahan 20 000 ekor ayam maka tenaga kerja perlu ditambah sebanyak empat orang.

(31)

4. Aspek Hukum

Aspek hukum penting untuk dianalisis karena dapat menentukan keberlanjutan usaha peternakan dimasa yang akan datang, kelayakan dapat dilihat dari ijin masyarakat sekitar, RT/RW, Kepala desa, Kelurahan sampai kepada dinas yang mengeluarkan ijin usaha.Christy (2011) dan Nova (2014) mengatakan bahwa usaha yang dijalankan sudah memiliki ijin dari masyarakat sekitar dan RT/RW.

5. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, devisa negara, peluang kerja dan pengembangan wilayah proyek dilaksanakan. Dalam aspek ini juga dikaji mengenai dampak negatif terhadap lingkungan sekitar yang diakibatkan oleh proyek itu sendiri. Aspek ekonomi mengkaji tentang kontribusi proyek atau usaha yang dijalankan terhadap perekonomian secara keseluruhan. Aspek ekonomi dalam persiapan dan analisis proyek membutuhkan pengetahuan mengenai apakah suatu proyek yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang diperlukan. Dalam aspek ini sudut pandang yang diambil dalaman alisis ekonomi adalah masyarakat secara keseluruhan. Nova (2014) dan Christy (2011) usaha yang dijalankan memiliki dampak yang baik bagi lingkungan sosial sekitar karena dapat menyerap tenaga kerja, dan mampu mengelola limbah yang dihasilkan dari proses budidaya dengan baik, serta dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar maka secara aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan layak untuk dijalankan dan dikembangkan.

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini memiliki persaamaan dan perbedaan dengan sebelumnya. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Christy (2011) adalah sama-sama melakukan kajian tentang kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur. Kelayakan usaha juga dilakukan oleh Nova (2014), Karmidi (2012), Saputra (2011) dan Gustriyeni (2007) yang melakukan penelitian kelayakan usaha tetapi pada usaha ayam broiler. Sherlie (2013) melakukan kelayakan usaha peternakan ayam buras. Sementara Fani (1991) melakukan analisis peternakan ayam ras dengan mengkaji kualitas dan keamanan telur ayam. Purbasari (2010) melakukan penelitian tentang peternakan ayam ras petelur terkait dengan sistem tata niaga atau pemasaran produk. Karmidi (2012) dan Saputra (2011) melakukan analisis kelayakan bisnis pada peternakan ayam brolier yang dilakukan dengan pola kemitraan. Salmawati (2009) menjelaskan bahwa prospek usaha peternakan di indonesia dilihat dari sisi penawaran dan permintaan. Komalasari (2008) melakukan penelitian usaha peternakan X didaerah Leuwiliang dengan menggunakan analisis kelayakan NPV dan PP.

Kajian yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis kelayakan dari aspek finansial dan non finansial, terdapat sedikit perbedaan dengan penelitian terdahulu seperti Christy (2011) melakukan penelitian dilihat dari aspek finansial, non finansial dan dilakukan analisis Switching value. Semua

(32)

perhitungan keuangan dimasukan ke dalam Arus Kas atau Cash Flow yang terdiri dari komponen Inflow sebagai penerimaan dan pengeluaran Outflow.

Hasil arus kas yang diperoleh dilakukan analisis aspek finanasial melalui analisis laba rugi. Penilaian kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV),

Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PP), serta dilakukan analisis Switching value jika terjadi perubahan variabel input atau output dimasa depan.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan landasan atau kumpulan teori-teori yang relevan dengan masalah. Teori konsep kelayakan usaha yang meliputi pengertian kelayakan usaha dari beberapa ahli kelayakan usaha dan aspek-aspek kelayakan usaha yang meliputi aspek kelayakan non finansial dan aspek finansial ketika bisnis dikatakan layak jika memenuhi kriteria kelayakan tersebut. Berikut adalah teori-teori yang dapat digunakan dan relevan dengan penelitian ini.

Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Nurmalina et al. (2009) studi kelayak bisnis merupakan penelahaan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanaknan. Banyak peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan bisnis telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan dan kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat bila bisnis dilakukan. Menurut Gittingger (1986) proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, persiapan dan analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi Noor dan Henry (2009).

Proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang mengunakan sumber untuk mendapatkan manfaat dengan harapan akan mendapatkan keuntungan, menurut Kadariah (1999). Studi kelayakan bisnis adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan berhasil menurut Husnan dan Muhammad (2000). Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah suatu bisnis dapat memberikan manfaat atas investasi yang akan ditanamkan. Menurut Umar (1999) studi kelayakan bisnis adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu investasi dilaksanakan. Hasil kelayakan merupakan perkiraan suatu bisnis menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan. Perkiraan keberhasilkan mungkin dapat ditafsirkan berbeda-beda sesuai dengan pihak yang menjalankan tujuan bisnis. Studi kelayakan bisnis perlu dilakukan sehingga dapat diketahui masalah-masalah yang akan terjadi pada usaha dimasa yang akan datang, sehingga dapat kegagalan atau dampak merugikan kepada usaha yang dijalankan dan tujuan bisnis dapat tercapai

(33)

Menurut Nurmalia et al. (2010) secara umum aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam stui kelayakan bisnis adalah sebagai berikut:

1. Umur ekonomis suatu bisnis merupakan ukuran umum yang sering dipakai, ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada.

2. Umur teknis suatu bisnis merupakan ukuran untuk memudahkan perhitungan, biasanya digunakan untuk bisnis yang besar atau bergerak diberbagai bidang sehingga akan lebih mudah menggunakan umur teknis dari unsur-unsur investasi. Umur teknis biasanya lebih panjang dari umur ekonomis, tetapi tidak berlau jika terjadi keusangan teknologi.

3. Untuk bisnis yang umur ekonomisnya lebih dari 25 tahun biasanya umur bisnis ditentukan selama 25 tahun karena nilai-nilai sesudah 25 tahun jika di discount rate dengan tingkat suku bunga lebih besar dari 10 persen maka present valuenya akan kecil sekali karena DF-nya kecil mendekati nol.

Aspek-Aspek Studi Kelayakan

Dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang dapat menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha dapat berjalan dengan baik. Menurut Kadariah (1999) terdapat enam aspek yang dibahas dalam studi kelayakan, antara lain aspek teknis, aspek manajerial dan administrasi, aspek organisasi, aspek komersial, dan aspek ekonomis. Menurut Gittinger (1986) analisis dan persiapan proyek terbagi menjadi enam aspek yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Menurut kasmir dan jakfar (2003) aspek aspek kelayak usaha terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum dan menejemen, aspek sosial dan lingkungan, dan aspek finansial atau keuangan. Secara umum aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek lingkungan, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan.

1. Aspek Pasar dan Pemasaran

Dalam suatu usaha pasar adalah aspek yang sangat penting karena menentukan pendapatan bagi perusahaan sehingga usaha dapat berjalan dan beroperasi kembali, jika produk yang diproduksi tidak bisa diterima oleh pasar atau kalah saing baik kualitas atas harga, maka dapat dikatakan bahwa secara aspek pasar perusahaan tidak layak untuk dijalankan atau perlu dievaluasi kembali. Menurut Kasmir dan Jakfar (2010) aspek pasar dan menejemen meneliti seberapa besar pasar yang akan dimasuki dan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menguasainya dan strategi apa yang akan dipilih nantinya. Aspek ini menentukan seberapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, pangsa pasar dari produk. Menurut Nurmalina et al. (2010) aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang:permintaan, penawaran, perkiraan penjualan dan harga.

2. Aspek Teknis

Aspek teknis suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembagunan bisnis secara teknis dan bagaimana bisnis beroperasi setelah bisnis dibangun juga berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek

(34)

teknis terdiri dari lokasi proyek, besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan

equipment, proses produksi serta ketepatan penggunaan teknologi. a. Lokasi Proyek atau Bisnis

Beberapa variabel yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi bisnis dibedakan dalam dua golongan besar, yakni variabel utama dan variabel bukan utama Penggolongan ke dalam kedua kelompok tersebut tidak mengandung kekakuan, artinya dimungkinkan untuk berubah golongan sesuai dengan ciri utama output dan bisnis yang bersangkutan. Variabel utama antara lain ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Sedangkan, varibel bukan utama yaitu hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat, dan rencana masa depan perusahaan b. Luas Produksi

Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk, mencapai keuntungan yang optimal. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan, tersedianya kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan menejemen perusahaan, kemampuan adanya perubahan teknologi produksi dimasa yang akan datang

c. Proses produksi

Proses produksi adalah tahapan-tahapan kegiatan produksi dalam menghasilkan suatu output yang siap jual atau dipasarkan. Proses produksi dikenal adanya 3 jenis proses yaitu proses produksi yang terputus-putus (intermiten), kontinu dan kombinasi. Dalam hal ini sistem kontinu akan lebih baik digunakan karena lebih mampu menekan resiko kerugian akibat fluktuasi harga dan efektivitas tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem terputus. Kecuali untuk kegiatan budidaya tanaman semusim yang umumnya mengacu kepada proses produksi yang terputus-putus.

d. Layout

Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan. Kriteria yang dapat digunakan untuk evaluasi layout khususnya pabrik antara lain adanya konsentrasi dengan teknologi produksi, adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses yang lain, penggunaan ruangan yang optimal, kemudahan dalam melakukan penyesuaian maupun untuk ekspansi, minimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja.

e. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment

Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang di inginkan dan manfaat ekonomi 15 yang diharapkan, di samping kriteria-kriteria yang lain sperti ketepatan jenis teknologi, keberhasilan

(35)

penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang memiliki ciri-ciri yang mendekati lokasi dengan lokasi bisnis, kemampuan pengetahuan penduduk (masyarakat) setempat dan kemungkinan pengembangannya, pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan. Selain itu, perlu diperhatikan penggunaan teknologi yang tepat baik dalam penggunaan potensi ekonomi lokal dan kesesuaian dengan kondisi sosial budaya setempat. Pemilihan mesin dan peralatan serta jenis teknologi mempunyai hubungan yang erat sekali. Apabila pengadaan teknologi tidak terpisah dari mesin yang ditawarkan, maka praktis jenis teknologi, mesin dan peralatan yang akan dipergunakan telah menjadi satu (Nurmalina et al. 2010). 3. Aspek Menejemen

Aspek Menejemen mempelajari tentang menejemen dalam masa pembangunan dan menejemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis tersebut, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis tersebut, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan bisnis. Nurmalina et al. (2010) menjelaskan aspek menejemen dalam operasi harus dapat dikelola dengan baik, seperti struktur organisasi bisnis, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan dan penentuan anggota direksi dan tenaga-tenaga inti.

4. Aspek Hukum

Aspek hukum adalah mempelajari tentang bentuk badan hukum yang akan digunakan. Aspek hukum dalam suatu usaha akan mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain (Nurmalia et al. 2010). Studi aspek menejemen meliputi penyususnan rencana kerja, siapa yang terlibat, bagaimana mengawasi dan pelaksanaan usaha, jenis-jenis pekerjaan, struktur organisasi dan pengadaaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Umar 2005).

5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Aspek sosial lingkungan terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, devisa negara, peluang kerja dan pengembangan wilayah yang proyek dilaksanakan. Dalam aspek ini juga dikaji mengenai dampak negatif terhadap lingkungan sekitar yang diakibatkan oleh proyek itu sendiri. Aspek ekonomi mengkaji tentang kontribusi proyek atau usaha yang dijalankan terhadap perekonomian secara keseluruhan. Aspek ekonomi dalam persiapan dan analisis proyek membutuhkan pengetahuan mengenai apakah suatu proyek yang diusulkan akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang diperlukan. Dalam aspek ini sudut pandang yang diambil dalaman alisis ekonomi adalah masyarakat secara keseluruhan. Aspek finansial berkaitan dengan pengaruh secara finansial terhadap proyek yang sedang dilaksanakan. Hal ini menggambarkan keuntungan atau manfaat yang diterima perusahaan secara internal dari adanya proyek tersebut. Aspek finansial juga digunakan untuk mengetahui perkiraan pendanaa dan

Gambar

Tabel 1  Populasi jumlah (000 ekor) ternak di Indonesia tahun 2010 sampai  2014
Tabel 3 Produksi telur (000 ton) menurut propinsi tahun 2010 sampai 2013
Tabel 4 Produksi telur (butir) kabupaten dan kota di Jawa Barat tahun 2011
Tabel 6 Perbandingan produktivitas ayam ras petelur dengan ayam buras
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara spesifik penelitian ini akan melihat pola pembelajaran berbasis multimedia yang diterapkan pada jenjang menengah di sekolah dasar dengan mengambil subyek materi

Batuan beku dalam terbentuk pada masa lalu dapat muncul di permukaan sebagai hasil dari proses erosi material yang menutupinya..

Pada gangguan 2 fasa-netral d2 sangat terlihat awal dan akhir dari gangguan yang diberikan, pada d1 belum terlihat akhir dari gangguanya, dan pada d3,d4 akhir dari

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang kambing (K) dan pupuk NPK Phonska (P) berbeda sangat nyata, sedangkan interaksinya (KxP) berbeda

Untuk ZOM 126 Denpasar, hubungan antara PMH dengan masing-masing nilai Indonesia SSTA, Nino3.4 SSTA, dan IODM SSTA bulan Juni disajikan pada gambar 5... 3.5 Simulasi

Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Warmadewa (PSPD Unwar) http://www.warmadewa.ac .id/fakultas/fak- kedokteran/. Kampus Universitas Warmadewa,

menghubungkan topik- topik dalam satu materi, menuliskan prosedur yang sesuai dengan konsep dalam satu materi. Memahami bagaimana ide-ide matematika berhubungan dan

Mobil puskesmas keliling ini tidak hanya dapat digunakan hanya di wilayah pesisir pantai Kab tuban saja melainkan dapat juga digunakan untuk wilayah pesisir lainnya