• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - ANALISIS MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERADAP KEMUNGKINAN FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-2015 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - ANALISIS MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERADAP KEMUNGKINAN FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-2015 - repository perpustakaan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean China Free Trade Area) pada 1 Januari 2010 lalu kemudian berlaku AFTA (Asean Free Trade Area) pada tahun 2015. Hal ini dapat memicu persaingan tidak hanya pada perusahaan domestik, namun juga dengan perusahaan di seluruh dunia. Bagi perusahaan yang telah memiliki bisnis yang kuat dan berpengalaman akan mendapatkan keuntungan dari perdagangan bebas ini. Perusahaan yang masih berskala kecil atau berskala nasional kemungkinan akan mengalami kesulitan jika tidak memiliki strategi untuk bersaing dengan perusahaan asing, sehingga resiko mengalami financial distress akan semakin besar.

Financial distress adalah suatu kondisi dimana perusahaan

(2)

terjadinya kebangkrutan. Ada banyak pihak yang akan terkena dampak dari permasalahan keuangan ini. Tidak hanya dari pihak perusahaan, tetapi juga dari pihak stakeholders dan shareholders perusahaan. Salah satu penyebab kondisi financial distress yaitu ketika perusahaan memiliki susunan asset yang tepat dan struktur keuangan yang baik namun demikian, dikelola dengan buruk. Pengelolaan yang buruk tersebut dapat disebabkan karena adanya konflik keagenan antara manajer dan pemegang saham (Fuad, 2014).

Good Corporate Governance merupakan salah satu elemen kunci meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi hubungan antara manajemen perusahaan, dewan direksi, para pemegang saham dan stakeholders lainnya (Achmad dan Deviacita, 2012). Pemegang saham sebagai pemilik tentunya mengharapkan agar manajer bertindak secara profesional dalam mengelola perusahaan, dan setiap keputusan yang diambil hendaknya memperhatikan kepentingan para pemegang saham. Salah satu cara yang digunakan untuk mengendalikan perilaku para manajer demi melindungi pemegang saham adalah dengan mekanisme corporate governance (Fuad, 2014). Penerapan mekanisme corporate governance yang baik akan meminimalkan resiko perusahaan mengalamai kondisi financial distress (kesulitan keuangan).

(3)

sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Jika tata kelola perusahaan baik, bisnis diharapkan dapat menjadi lebih berkembang dan dapat mengatasi persaingan yang semakin hari semakin ketat yang diharapkan akan berdampak secara langsung pada kelangsungan hidup perusahaan (Mayangsari, 2015).

(4)

masalah corporate governance menarik untuk dikaitkan dengan kesulitan keuangan sejak krisis finansial pada tahun 1997 (Bodroastuti, 2009).

(5)

investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan. Menurut Muharam dan Triwahyuningtias (2012) masalah tentang keagenan biasanya berhubungan dengan struktur kepemilikan perusahaan yang bersangkutan. Struktur kepemilikan perusahaan terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.

Menurut Nur'aeni (2010) dalam Mayangsari (2015) kepemilikan manajerial adalah proporsi saham biasa yang dimiliki oleh pihak manajemen yang secara aktif terlibat dalam pengambilan keputusan perusahaan. Kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan akan menimbulkan peningkatan efektivitas aktivitas monitoring perusahaan. Selain kepemilikan manajerial struktur kepemilikan yang lain adalah kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional akan membuat manajer memfokuskan perhatian pada kinerja perusahaan, sehingga dapat mengurangi tindakan manajer perusahaan yang mementingkan diri sendiri (Merkusiwati dan Putri, 2014).

(6)

Peran komisaris diharapkan akan meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dan pemegang saham (Wardhani, 2006).

Penelitian tentang analisis mekanisme good corporate governance terhadap financial distress, terkait dengan penggunaan variabel kepemilikan manajerial telah dibuktikan oleh beberapa peneliti, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Purwanto dan Hanifah (2013) yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap financial distress. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kondisi financial distress. Penelitian Fuad (2014) menunjukkan hasil yang sama bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap financial distress. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Widyasaputri (2012) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap financial distress. Penelitian ini menyatakan besar kecilnya kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap financial distress.

(7)

terjadinya kondisi financial distress pada perusahaan. Penelitian Achmad dan Deviacita (2012) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap financial distress. Sedangkan penelitian menurut Hadi (2014) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap financial distress. Kemudian terkait dewan direksi, penelitian yang menguji ukuran dewan direksi terhadap financial distress antara lain yang dilakukan oleh Hadi (2014) bahwa ukuran dewan direksi tidak berpengaruh terhadap financial distress hal ini dikarenakan dengan ukuran dewan direksi yang kecil maka akan membuat keputusan dewan direksi menjadi semain efektif dan efisien. Hal yang sama juga disimpulkan dalam penelitian Widyasaputri (2012) yang menjelaskan bahwa ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap financial distress. Sedangkan Mayangsari (2015) meneliti bahwa ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh negatif terhadap financial distress.

(8)

dewan komisaris tidak efektif dalam menjalankan tugas monitoringnya sehingga kinerjanya justru menurun, yang berakibat pada meningkatnya kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Sedangkan menurut Widyasaputri (2012) ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap financial distresss.

(9)

perusahaan tersebut kurang mampu mengelola aset mereka sehingga membutuhkan pendanaan eksternal.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut

1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap financial distress?

2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap financial distress?

3. Apakan ukuran dewan direksi berpengaruh negatif terhadap financial distress?

4. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap financial distress?

1.3. Pembatasan Masalah

Permasalahan penelitian ini dibatasi pada:

1. Objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang dipublikasikan periode 2013-2015.

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahun 2013-2015.

(10)

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan penelitian adalah untuk :

1. Menemukan bukti empiris bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap financial distress.

2. Menemukan bukti empiris bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap financial distress.

3. Menemukan bukti empiris bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh negatif terhadap financial distress.

4. Menemukan bukti empiris bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap financial distress.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti selanjutnya, sebagai referensi dalam penelitian tentang financial distress.

1.5.2. Bagi Akademik

(11)

1.5.3. Bagi Peneliti

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Pengadaan pada Dinas Kelautan dan Per ikanan Kota Bandar Lampung akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket peker jaan pengadaan bar

[r]

Permasalahan yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah mengenai hubungan antara suku bunga Bank Indonesia, kurs dolar terhadap rupiah dan inflasi dengan menggunakan

maupun retak dan relatip bersih, meskipun dari hasil pemeriksaan visual untuk 144 lubang tabung bagian dalam dan tabung dinding luar serta buffle- buffle penukar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengelompokkan Kabupaten-kabupaten berdasarkan tingkat kesejahteraan sosial ekonomi rumah tangga di Provinsi Sulawesi Selatan.. Pada

output loadcell yang digunakan setelah dilakukan pengujian awal dapat dilihat pada

4.2 Perlakuan terhadap karyawan yang mengalami lebih bayar pada bulan Januari - Agustus setelah adanya penerapan perhitungan PTKP 2016. Dengan adanya perubahan besaran PTKP yaitu

tersedia dengan baik sehingga belum dilakukan penataan dan pemeliharaan terhadap ruang terbuka hijau dan taman jalan ini. Selain itu pula banyaknya alih fungsi ruang terbuka