• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 37621bd314 BAB IX09 ASPEK KEUANGAN DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 37621bd314 BAB IX09 ASPEK KEUANGAN DAERAH"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Bab ini berisikan penjelasan mengenai Profil APBD

Kabupaten/Kota, profil investasi dan proyeksi investasi

dalam pembangunan Bidang Cipta Karya, serta strategi

(2)

Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa

kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah

Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan

belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah

meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu

mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana

yang telah terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiscal dalam

mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta

dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang

dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan

minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu

dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah

daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun

langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah. Pembahasan

aspek pembiayaan dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan

bidang Cipta Karya,

b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta

untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

9.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam

peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah

diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini,

Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat

yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional,

serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah,

pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli

Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan

(3)

daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang

ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana

Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi

Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan

Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus

yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan

besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan

daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi

kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang

berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada

standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh

Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan

kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana,

serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber

pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan

Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan

pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat.

Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD

tahun sebelumnya;

b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan

pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari

pemerintah;

e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan

DPRD.

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan

Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 &

Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha

dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat

dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air

(4)

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri

21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,

dan Pendapatan Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan

Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana

Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk

pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria

teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses

pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah

di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan

permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program

percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium

Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

- Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses

pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala

kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang

diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi

diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan

memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:

- kerawanan sanitasi;

- cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan

Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN,

Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit

Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan

usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM

bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah

mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah

dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber

dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan

(5)

a. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan

Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang

Air Minum dan Sanitasi.

b. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan

dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan

infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

c. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB)

dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan

infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

d. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan

swasta (KPS), maupun skema Corporate SocialResponsibility (CSR).

e. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

f. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan

pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana

yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara

terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan

pelayanan bidang Cipta Karya. Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan

RPI2JM pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk

memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kota yang meliputi :

1. Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun;

2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada

3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru

Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPI2JM perlu memperhatikan hasil total

atau produktifitas dan keuntungan yang diperoleh dari penggunaan sumberdaya bagi

masyarakat dan keuntungan ekonomis secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang

menyediakan sumber dana tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil

(6)

9.2 Profil Keuangan Daerah Kabupaten Lombok Tengah

9.2.1 Profil APBD Kabupaten Lombok Tengah

Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) merupakan dokumen rencana keuangan

tahunan pemerintahan daerah, yang memegang peranan strategis, terutama di dalam

pelaksanaan fungsi-fungsi anggaran daerah, yang meliputi fungsi alokasi, distribusi serta

fungsi stabilisasi. Pada fungsi alokasi, belanja daerah dalam APBD dimaksudkan untuk

penyediaan barang dan pelayanan publik yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak dan tidak

dapat disediakan sendiri oleh masyarakat. Sedangkan pelaksanaan fungsi distribusi, belanja

daerah ditekankan untuk penyusunan penganggarannya berpihak kepada masyarakat,

terutama masyarakat miskin yang memerlukan penanganan melalui berbagai program

pembangunan, sehingga menciptakan distribusi pendapatan dan pembangunan yang merata

pada seluruh lapisan masyarakat.

Fungsi stabilisasi dari APBD dilakukan Pemerintah Dearah melalui belanja daerah, diarahkan

untuk menjaga kestabilan perekonomian daerah terutama pada saat perekonomian daerah

sedang lesu, belanja daerah harus bersifat ekspansif untuk memacu perekonomian daerah

yang dapat meningkatkan peranan masyarakat dan swasta, sehingga perekonomian

bergerak cepat dan tumbuh pada setiap sektor usaha yang ada di daerah.

Bagi masyarakat, pemerintah daerah dianggap berhasil, apabila dapat memberikan

pelayanan publik yang memadai dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sehingga pemerintah daerah dituntut untuk mampu mengelola APBD secara efesien, efektif,

relevan, ekonomis dan tanpa kebocoran, untuk dapat menggerakkan dan menciptakan

lapangan kerja baru serta meningkatkan pendapatan.

Postur struktur APBD Kabupaten Lombok Tengah Tahun Anggaran 2013 menggambarkan

perkiraan/target pendapatan yang seimbang dengan plafon belanja daerah yaitu target

Pendapatan Daerah sebesar Rp. 114.429.121.133,82 dan realisasinya sebesar Rp.

123.145.732.572,78. Dalam sumber lain dapat dilihat bahwa kebijakan pemerintah

Kabupaten Lombok Tengah mampu mengelola keuangan sehingga tidak terjadi defisit

anggaran antara jumlah pengeluaran dari total pendapatan yang diperoleh, namun bila

realitanya terjadi defisit, maka berdasarkan ketentuan pengelolaan Keuangan Daerah kondisi

tersebut harus ditutupi melalui SILPA. Namun karena penyusunan RAPBD TA. 2013

dilakukan pada saat tahun anggaran sebelumnya masih berjalan maka besaran SILPA belum

dapat diperkirakan sehingga sedapat mungkin harus diupayakan langkah-langkah efisiensi

belanja dengan melakukan pemangkasan plafon belanja. Berikut ini adalah profil pendapatan

(7)

Tabel 9.1 Profil APBD Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2009-2013 (dalam Juta Rupiah)

pendapatan daerah Kabupaten Lombok Timur berada dibawah rencana anggaran pada

tahun-tahun tersebut, kemudian pad tahun 2013 terjadi peningkatan dimana realisasi

anggaran tahun tersebut sebesar Rp. 123.145.732.572,78 lebih besar dari pada rencana

anggarannya yaitu Rp. 114.429.121.133,82.

Pendapatan Daerah Lombok Tengah (x Rp. 1.000.000)

(8)

9.2.2 PERMASALAHAN UTAMA PENDAPATAN DAERAH.

Besaran-besaran plafon target pendapatan daerah yang dianggarkan merupakan besaran

plafon target yang realistis, didasarkan pada pertimbangan aspek-aspek yang mempengaruhi

seperti analisa potensi yang tersedia, variabel-variabel yang menjadi penentuan bobot daerah

dalam formula dana perimbangan, serta langkah-langkah dan strategi kebijakan pelaksanaan

pemungutan dalam rangka mencegah terjadinya kebocoran penerimaan serta

mempertimbangkan makro ekonomi nasional dan daerah. Namun walaupun demikian

perkembangan Pendapatan Daerah juga tidak terlepas dari berbagai

permasalahan-permasalahan yang melingkupinya antara lain yaitu :

9.2.2.1 Dana Perimbangan

Dana Perimbangan untuk Tahun Anggaran 2013 ini, masih belum ada ketetapan

definitifnya sampai dengan penandatangan Nota Kesepakatan tentang KUA dan PPAS

Tahun Aggaran 2013, hal ini karena pemerintah pusat sedang melakukan revisi asumsi

makro ekonomi dalam RAPBN Tahun Anggaran 2013 sebagai dampak dari terjadinya

krisis finansial global, Selain itu juga sebagaimana tahun-tahun anggaran sebelumnya

alokasi DAU sebagai sumber penerimaan paling besar pada kelompok Dana

Perimbangan, peruntukannya masih sebagian besar digunakan untuk membiayai

kebutuhan pengeluaran berupa pembayaran gaji dan tunjangan PNS Daerah (PNSD).

9.2.2.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Penetapan peningkatan rencana plafon target pendapatan yang disepakati bersama

merupakan langkah yang sangat positif dan progresif sebagai upaya untuk menyakinkan

kita akan adanya peningkatan perekonomian daerah yang kondusif. Permasalahan yang

paling krusial pada kelompok pendapatan PAD, antara lain seperti; pemetaan potensi,

pola pemungutan dan mekanisme pengadministrasian, sehingga diperlukan perencanaan

program intesifikasi dan ekstensifikasi PAD yang matang, untuk menjawab

permasalahan utama pada PAD yaitu; bagaimana mengupayakan pencegahan terhadap

adanya kebocoran dalam pelaksanaan pemungutan PAD sehingga realisasi yang

dicapai sesuai dengan target yaitu seratus persen dapat tercapai.

9.2.2.3 Lain-Lain Pendapatan Yang Sah

Permasalahan utama pada kelompok Lain-lain Pendapatan Yang Syah, terutama pada

Bagi Hasil Pajak Propinsi, terletak pada porsi alokasi yang belum mencerminkan potensi

yang kita miliki, harus ada peningkatan yang signifikan didalam penetapan plafon

targetnya, dengan memperhatikan potensi yang ada di Kabupaten Lombok Tengah

terutama dari Bagi Hasil Pajak Kendaraan Bermotor dan potensi pada Pajak Bahan

(9)

9.2.3 ESTIMASI PENDAPATAN DAERAH.

9.2.3.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Penetapan Target PAD harus direalisasikan dengan plafon rencana target yang realistis,

dengan didasarkan pada proyeksi setelah melakukan penyusunan profil pendapatan

akan dapat tercapai realisasi penerimaannya sebesar seratus persen, yaitu dengan

melakukan beberapa kebijakan dan program kerja, yang mendorong keberhasilan

upaya-upaya intensifikasi pemungutan terutama pada Retribusi Daerah, serta

melakukan upaya-upaya yang lebih fokus dan intensif pada Pajak Daerah.

9.2.3.2 Dana Perimbangan .

Realisasi penerimaan Dana Perimbangan, diproyeksikan realisasi penerimaannya akan

mencapai seratus persen, mengingat penetapan target yang diterima merupakan

perkiraan-perkiraan yang terukur yang tertuang dalam keputusan Pemerintah Pusat.

9.2.3.3 Lain-lain Pendapatan Yang Sah

Realisasi penerimaan pada lain-lain pendapatan yang sah juga diperkirakan akan

tercapai seratus persen dengan asumsi, sambil menunggu penetapan yang difinitif untuk

tahun anggaran 2013, diproyeksikan alokasi plafon target akan lebih besar dari tahun

(10)

9.2.4 KEBIJAKAN UMUM PENDAPATAN DAERAH.

9.2.4.1 Pendapatan Asli Daerah.

Kebijakan-kebijakan pada upaya pencapaian realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

sesuai dengan target pada akhir Desember 2013, meliputi :

a. Penyusunan anggaran kas pendapatan dari masing-masing SKPD yang menjadi

sumber pendapatan daerah dengan lebih akurat, untuk mempermudah

pemantauan dan langkah-langkah solusi terhadap yang tidak sesuai

pencapaiannya dengan anggaran kas yang telah disusun.

b. Mengintensifkan rapat-rapat koordinasi bidang pendapatan, dengan SKPD untuk

mengoptimalkan pencapaian realisasi target-target Pendapatan yang telah

ditetapkan.

c. Retribusi Daerah sebagai komponen terbesar kontribusinya pada PAD, diupayakan

optimalisasi realisasinya melalui pemberian tambahan penghasilan beban kerja

kepada aparat yang terlibat langsung pada upaya pemungutan retribusi tersebut.

9.2.4.2 Dana Perimbangan

Dengan telah ditetapkannya alokasi plafon Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2012,

baik, DAU, DAK, Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, maka langkah-langkah yang

diperlukan terkait dengan selisih kenaikan Dana Perimbangan yang hanya 6.89 persen

dengan kenaikan Gaji PNS sebesar 20 persen, yaitu dengan mengintesifkan

konsultasi-konsultasi dengan pemerintah pusat, agar ada kebijakan penyediaan dana tambahan

lainnya untuk menutupi kekurangan selisih tersebut sehingga pengalokasian plafon

belanja pada pos-pos lain tidak diperlukan penyesuaian-penyesuaian.

9.2.4.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah

Langkah-langkah yang diupayakan pada Kebijakan pendapatan pada Lain-lain

Pendapatan yang Sah, ditekankan pada adanya alokasi plafon definitif yang lebih awal

dari pemerintah Propinsi, sehingga memudahkan arah pengalokasian belanja agar dapat

(11)

9.3 Kondisi Umum Belanja Daerah

Pada Belanja Langsung Tahun Anggaran 2012, mengalami kenaikan dibandingkan tahun

sebelumnya dengan sebaran kenaikan merata pada semua plafon belanja langsung SKPD.

Secara diagram dapat disimak perkembangan lima tahun terakhir (Tahun Anggaran 2009,

2010, 2011, 2012 dan 2013 untuk alokasi belanja gaji dan tunjangan, bantuan sosial, bagi

hasil, bantuan keuangan, belanja tidak terduga, belanja langsung umum, urusan wajib serta

urusan pilihan.

9.3.1 Permasalahan Utama Belanja Daerah

Belanja sebagai instrumen pelaksanaan fungsi-fungsi Anggaran Daerah terutama fungsi

alokasi yang menekankan pada penciptaan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan

pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efektifitas, dan efesiensi perekonomian, belum

sepenuhnya dapat di-disain dan dirumuskan secara lebih kongkret kedalam Rencana Kerja

Anggaran (RKA). Perumusan-perumusan disain kegiatan belum sepenuhnya dapat

menerjemahkan tema dan agenda yang menjadi isu-isu pembangunan nasional, maupun

global yang singkron dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Permasalahan

mendasar lainnya didalam belanja daerah, belum adanya Standar Pelayanan Minimal (SPM)

yang menjadi ketentuan didalam penentuan mutu dan jenis pelayanan yang harus diberikan

kepada masyarakat sebagaimana diamanatkan di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 6 Tahun 2006. Permasalahan yang tidak kalah pentingnya, juga terkait dengan Sistim

Informasi Keuangan Daerah (SIKD), dimana agar dapat terlaksananya proses penyusunan,

pelaksanaaan, pengawasan dan pertanggungjawaban APBD yang transparan dan akuntabel

harus dapat terintegrasi dalam sebuah sistim sofware dan hal tersebut masih terus dalam

penyempurnaan.

9.3.2 Kebijakan Umum Belanja Daerah

Belanja daerah yang terbagi kedalam dua kelompok belanja meliputi : belanja Tidak

Langsung dan belanja Langsung mempunyai karakteristik atau definisi masing-masing

sebagamana diatur didalam ketentuan yang berlaku, pada kelompok belanja Tidak Langsung

merupakan kelompok belanja yang penganggarannya tidak terkait langsung dengan

pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok ini meliputi penganggaran untuk belanja

pegawai berupa gaji dan tunjangan serta penghasilan tambahan lainnya, belanja bantuan

sosial, belanja bantuan keuangan, belanja bagi hasil dan belanja tak terduga. Sedangkan

kelompok belanja Langsung merupakan kelompok belanja yang penganggarannya terkait

langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Pelaksanaan program dan kegiatan

didasarkan pada : Tugas Pokok dan Fungsi dari SKPD berdasarkan landasan hukum

pembentukannya yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 03 tahun 2008 tentang Struktur

(12)

Kebijakan belanja Tidak Langsung diarahkan untuk penganggaran penyelesaian

tagihan-tagihan atas gaji dan tunjangan PNS Daerah, kebijakan belanja bantuan sosial, dilakukan

dengan penyempurnaan didalam pengalokasian belanja bantuan keuangan kepada

Pemerintah Desa, dengan berpedoman pada formulasi yang diatur didalam Peraturan

Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Formulasi Alokasi Dana Desa (ADD)

didalam PP 72 Tahun 2005, ditetapkan Alokasi Dana Desa sebesar 10 persen dari Dana

Perimbangan yang diterima pemerintah daerah yang meliputi; Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil

Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum (DAU) setelah dikurangi plafon belanja pegawai

didalam APBD. Pada alokasi belanja bantuan sosial diupayakan adanya pengurangan jumlah

plafon anggaran serta diupayakan pengalokasiannya lebih ditekankan pada pelaksanaan

program kegiatan yang secara akun belanja merupakan belanja bantuan sosial.

Kebijakan Belanja Langsung di Tahun Anggaran 2012 diarahkan sebagai pelaksanaan

program dan kegiatan berdasarkan pembagian urusan dan berdasarkan SKPD. Adapun

Alokasi dana terbesar pada urusan pendidikan, Arah kebijakan penganggaran urusan wajib

pendidikan difokuskan pada peningkatan, pemerataan dan kualitas pendidikan khususnya

terkait dengan wajib belajar 9 tahun, meningkatkan ketersediaan gedung sekolah yang

standar, buku pelajaran, dan alat peraga yang memadai, guru yang lebih sejahtera dengan

kompetensi yang meningkat, mendorong peningkatan kapasitas manajemen

sekolah/pendidikan yang lebih kuat, partisipatif dan akuntabel, mendorong pemerataan dan

peningkatan kualitas pendidikan pada jenjang pendidikan menengah terutama SMK untuk

menyiapkan tenaga kerja yang lebih produktif, serta meningkatkan pemberantasan buta huruf

yang diintegrasikan dengan upaya meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan.

Alokasi dana kedua terbesar urusan wajib yaitu pada urusan wajib pekerjaan umum,

walaupun pada tataran nominal plafon urusan pekerjaan umum mempunyai jumlah plafon

terbesar namun secara substansi pengalokasian penyediaan plafon yang menangani

prioritas pembangunan berdasarkan RKPD berjumlah secara keseluruhan lebih rendah dari

penyediaan alokasi dana untuk urusan pendidikan. Hal tersebut terjadi dikarenakan di dalam

plafon urusan pekerjaan umum juga terdapat penyediaan penganggaran yang merupakan

penyediaan anggaran untuk kebijakan-kebijakan yang bersinergi dan tersingkronisasi berupa

penyediaan dana pembangunan BIL.

Adapun sebaran plafon urusan pekerjaan umum, tersebar pada 15 program, difokuskan

untuk mewujudkan ketersediaan jalan dengan kondisi yang dapat mendukung program

strategis kabupaten dimana pada tahun 2012 diprioritaskan untuk pengembangan pariwisata,

selain itu juga diarahkan bagi kelancaran arus barang dan orang dengan prioritas perbaikan

jalan kabupaten, meningkatkan upaya pemeliharaan infrastruktur irigasi untuk

mempertahankan layanan air irigasi dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas

(13)

Alokasi terbesar ketiga pada urusan wajib kesehatan, dengan fokus pada peningkatan

pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat khususnya kelompok penduduk

resiko tinggi, peningkatan ketersediaan sumberdaya kesehatan yang cukup, mengutamakan

pencegahan dan promosi kesehatan dengan mengembangkan desa siaga, penguatan

manajemen terutama surveilance penyakit agar laporan cepat dan tepat. Sasaran program

urusan kesehatan diarahkan; pada pembangunan 1 puskesmas baru dan peningkatan

puskesmas lama sebanyak 17 dan 1 unit peningkatan menjadi puskesmas plus.

pembangunan polindes 3 unit,polindes menjadi puskesdes sebanyak 5 unit, pembangunan

Gambar

Tabel 9.1 Profil APBD Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2009-2013 (dalam Juta Rupiah)

Referensi

Dokumen terkait

RencanaTerpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah(RPI2-JM) Bidang Cipta Karya, sebagai upaya mewujudkanketerpaduan pembangunan di

RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020 8 serta mekanisme penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Bab 2 Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur

Keterkaitan RPI2-JM Bidang Cipta Karya dengan RPI2-JM Bidang Pekerjaan Umum dan Dokumen Perencanaan Pembangunan di Daerah. Pada

Keterkaitan RPI2-JM Bidang Cipta Karya dengan RPI2-JM Bidang Pekerjaan Umum dan Dokumen Perencanaan Pembangunan di Daerah.. Sumber: Direktorat Bina

Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah ... Hubungan Kerja Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kota Binjai ... Langkah Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya ... Konsep

RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karanganyar merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang disusun oleh

kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM meliputi :.5. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada