BAB
ASPEK PEMBIAYAAN
Dalam kegiatan pembangunan infrastruktur dan prasarana baru serta pelaksanaan
pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun,
pemerintah Kabupaten Dairi tetap berkomitmen untuk mengalokasikan sebagian
anggaran belanja daerahnya untuk keberlanjutan pembangunan demi kesejahteraan
masyarakatnya. Dengan keterbatasan fiskal yang ada dalam pendanaan pembangunan
infrastruktur permukiman serta program-program kegiatan pembangunan yang telah
direncanakan, pemerintah Kabupaten Dairi dituntut untuk mencari alternatif
pembiayaan dari sumber-sumber lain baik dari sektor swasta maupun menggali
peluang-peluang sebagai potensi investasi baru yang dapat dikembangkan dan
sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan asli daerah.
Tuntutan keadaan tersebut sesuai dengan undang-undang No. 32 tahun 2014
perubahan atas PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota yang mengamanatkan bahwa kewenangan pembangunan termasuk
bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya selama ini lebih merupakan
stimulan bagi daerah dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu,
alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu terus dikembangkan.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM ini pada dasarnya adalah bertujuan
• Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah Kabupaten Dairi dalam
kemampuannya melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya yang telah
direncanakan pada pembahasan bab sebelumnya
• Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan
sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,
• Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta
Karya.
Dengan adanya gambaran dan pemahaman tersebut, diharapkan dapat tersusun
langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya untuk
Kabupaten Dairi.
9.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam
peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
• Undang-Undang No.32 Tahun 2004Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah
daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
• Undang-Undang No.33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Untuk mendukung penyelenggaraan
otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan
meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang
Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan
untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran
• Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan. Dana
Perimbangan terdiridari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi
Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan
Kementerian Keuangan.
• Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
• Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber
pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga
Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak
dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan
melalui pemerintah pusat.
• Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan
Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerja
sama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur
permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah
infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana
persampahan.
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan
Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:
• Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, dan Pendapatan lain yang Sah.
• Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan
Pengeluaran.
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk
Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Infrastruktur:
Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang
Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya
adalah bidang Infrastruktur Air Minum dan bidang Infrastruktur Sanitasi.
• Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan
Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang
dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker
Tetap Pusat, Satker Unit PelaksanaTeknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal
Tertentu.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup
sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM
meliputi:
• Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan
Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus
bidang Air Minum dan Sanitasi.
• Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan
dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.
• Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama
(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk
• Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan
swasta (KPS), maupun skemaCorporate Social Responsibility(CSR). • Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
• Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan
prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan
direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang
sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
9.2. PROFIL ANGGARAN BELANJA DAERAH, PENDAPATAN DAN PEMBIAYAAN
DAERAH KABUPATEN DAIRI
Sampai saat ini kondisi pendapatan daerah Kabupaten Dairi masih sangat bergantung
pada dana perimbangan yang pengalokasiannya dilakukan oleh Pemerintah Provinsi
yang terdiri dari Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya alam, Dana Alokasi Khusus (DAU)
dan Dana Alokasi Khusus (DAK) serta pendapan lain-lain yang sah dalam bentuk
bantuan kontijensi/penyeimbang dari Pemerintah Pusat. Penerimaan pendapan daerah
Kabupaten Dairi selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan realisasi yang
diikuti dengan peningkatan persentase kenaikan pendapatan pada tahun 2013 sebesar
17,41% bila dibandingkan dengan realisasi penerimaan tahun anggaran 2012, yaitu
hanya sebesar Rp.612,56 milyar.
Ringkasan realisasi Anggaran Pendapatan untuk APBD 2013 Kabupaten Dairi adalah
sebesar 17,41% sedangkan realisasi belanja untuk APBD 2013 sebesar Rp. 694,25
Milyar.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Dairi pada tahun 2013 dapat dilihat pada
Gambaran struktur APBD Kabupaten Dairi selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber
data berasal dari dokumen Realiasasi APBD Kabupaten Dairi dalam 5 tahun terakhir
selanjutnya dapat dijelaskan dari komponen-komponen yang dianalisis berdasarkan
format Permendagri No. 13 Tahun 2006 yaitu :
Belanja Daerahyang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
Pendapatan Daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan lain yang sah.
Pembiayaan Daerahmeliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
Dari data perkembangan Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah Kabupaten Dairi
dalam 5 (lima) tahun terakhir terlihat bahwa realisasi penerimaan pembiayaan untuk
Kabupaten Dairi pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 41.604.627.786,94,- dengan
realisasi pengeluaran pembiayaan sebesarRp. 8.268.724.888,22,-.
9.3. PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
Sumber-sumber pembiayaan sebagai investasi pembangunan bidang Cipta karya di
Kabupaten Dairi didukung oleh banyak sumber baik dari Pemerintah Pusat, Provinsi
Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten Dairi melalui APBD, selain itu swadaya
masyarakat dan swasta turut mendukung peningkatan perekonomian dan
pembangunan. Dukungan Pemerintah Pusat dan Provinsi masih sangat dibutuhkan
terutama program/ kegiatan strategis pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
miskin dan bantuan teknis (Bantek) serta bimbingan teknis (Bintek). Diharapkan dengan
dukungan ini, pembangunan di Kabupaten Dairi menjadi terpacu dan mampu
9.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari
APBN dan APBD dalam 5 Tahun Terakhir
Pemerintah Kabupaten memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di
daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan
pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan
Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja
Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan
infrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor
Cipta Karya yang ada.
9.3.2. Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5
Tahun Terakhir
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk
menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus
untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan
pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan
dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami
untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan
kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat
menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
Salah satu dukungan keuangan perusahaan daerah untuk bidang Cipta Karya di
Kabupaten Dairi adalah PDAM Tirta Nciho Kabupaten Dairi sebagai perusahaan daerah
yang mengelola SPAM untuk pelayanan Kabupaten Dairi, namun sampai saat ini
perusahaan tersebut belum mampu memberikan kontribusi yang berarti dalam
mendukung ketersediaan dana di Kabupaten Dairi, hal disebabkan perusahaan
9.3.3. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya bersumber dari
Swasta
Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah,
maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta
Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang
berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan
non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No.
67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan
Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum
Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU
No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal.
Di Kabupaten Dairi, belum adanya kerja sama antara Pemerintah Daerah dengan pihak
swasta khususnya bidang Cipta Karya. Untuk ke depannya diharapkan agar terjalin
kerja sama dalam menanggulangi kebutuhan masyarakat Kabupaten Dairi dalam
bidang Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk
kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR)
untuk kegiatan non-cost recovery.
9.4. PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka
9.4.1. Proyeksi APBD 5 Tahun ke Depan
Proyeksi APBD Kabupaten Dairi dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan
melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun
terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan
dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima
tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi
tahun-tahun sebelumnya.
Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut:
Menentukan presentase pertumbuhan per pos pendapatan
Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhannya dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Keterangan: Y0 =Nilai tahun ini
Y-1=Nilai 1 tahun sebelumnya
Y-2=Nilai 2 tahun sebelumnya
Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiap pos pendapatan yang
terdiri dari PAD, Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH), dan Lain-lain pendapatan yang
sah.
Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun kedepan: Yn=Y0(1+r)n
Setelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai
proyeksi pada 5 tahun ke depan dengan menggunakan rumus proyeksi geometris
sebagai berikut:
Keterangan: Yn =Nilai pada tahun r= % pertumbuhan
Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah
dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya.
Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan
metode analisisNet Public Savingdan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).
Net Public Saving
Net Public Savingatau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain,
NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS
menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang Cipta Karya. Berdasarkan
proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat
kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun
rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut :
Net Public Saving = Total Penerimaan Daerah – Belanja Wajib
NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK)-(Belanja mengikat+ Kewajiban Daerah)
Belanja Mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh
Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai,
belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang
mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.
Kewajiban Daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan
Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio)
Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk
menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman
Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan
bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30
Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak
melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;
DSCR =
(PAD+DAU+DBH+DB Belanja Wajib)
Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain
Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.
Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib
memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman
yang bersumber dari Pemerintah.
Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan
keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio(DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus
memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam
PAD = Pendapatan Asli Daerah
DAU = Dana Alokasi Umum
DBH = Dana Bagi Hasil
DBHDR = DBH Dana Reboisasi
9.5. ANALISIS KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI
PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
9.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan
kegiatan yang ada dalam RPI2-JM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah
dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut:
Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsi
trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya.
Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhitungan.
Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah berdasarkan analisis.
Hasil identifikasi kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema Kerjasama
Pemerintahdan Swasta.
9.5.2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam rangka percepatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk
memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada
dalam RPI2-JM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk
meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena
itu pada bagian ini, Satgas RPI2-JM daerah agar merumuskan strategi peningkatan
investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa
1. Strategi peningkatan DDUB oleh Kabupaten dan Provinsi;
2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran;
3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;
4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan
pembangunan bidang Cipta Karya;
5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur
permukiman yang sudah ada;
6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.
Partisipasi masyarakat/ swasta, transparansi dalam perencanaan dan akuntabilitas
anggaran serta disiplin anggaran sangat dibutuhkan sehingga pembangunan menjadi
lebih efisien dan efektif. Diharapkan dengan keterlibatan semua komponen masyarakat
dan dukungan dalam pembiayaan akan meningkatkan kemampuan pendanaan