• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1479973106Bab 5 RPI2JM Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1479973106Bab 5 RPI2JM Dairi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB

ASPEK PEMBIAYAAN

Dalam kegiatan pembangunan infrastruktur dan prasarana baru serta pelaksanaan

pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun,

pemerintah Kabupaten Dairi tetap berkomitmen untuk mengalokasikan sebagian

anggaran belanja daerahnya untuk keberlanjutan pembangunan demi kesejahteraan

masyarakatnya. Dengan keterbatasan fiskal yang ada dalam pendanaan pembangunan

infrastruktur permukiman serta program-program kegiatan pembangunan yang telah

direncanakan, pemerintah Kabupaten Dairi dituntut untuk mencari alternatif

pembiayaan dari sumber-sumber lain baik dari sektor swasta maupun menggali

peluang-peluang sebagai potensi investasi baru yang dapat dikembangkan dan

sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan asli daerah.

Tuntutan keadaan tersebut sesuai dengan undang-undang No. 32 tahun 2014

perubahan atas PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota yang mengamanatkan bahwa kewenangan pembangunan termasuk

bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya selama ini lebih merupakan

stimulan bagi daerah dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu,

alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu terus dikembangkan.

Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2-JM ini pada dasarnya adalah bertujuan

(2)

• Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah Kabupaten Dairi dalam

kemampuannya melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya yang telah

direncanakan pada pembahasan bab sebelumnya

• Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan

sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

• Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta

Karya.

Dengan adanya gambaran dan pemahaman tersebut, diharapkan dapat tersusun

langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya untuk

Kabupaten Dairi.

9.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam

peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

Undang-Undang No.32 Tahun 2004Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah

daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Undang-Undang No.33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Untuk mendukung penyelenggaraan

otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan

meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang

Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan

untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran

(3)

Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan. Dana

Perimbangan terdiridari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi

Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan

Kementerian Keuangan.

Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.

Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber

pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga

Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak

dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan

melalui pemerintah pusat.

Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah

dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan

Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerja

sama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur

permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah

infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana

persampahan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan

Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

• Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, dan Pendapatan lain yang Sah.

(4)

• Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan

Pengeluaran.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk

Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Infrastruktur:

Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang

Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya

adalah bidang Infrastruktur Air Minum dan bidang Infrastruktur Sanitasi.

Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan

Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan

Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang

dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker

Tetap Pusat, Satker Unit PelaksanaTeknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal

Tertentu.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup

sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM

meliputi:

• Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan

Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus

bidang Air Minum dan Sanitasi.

• Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan

dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan

infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

• Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama

(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk

(5)

• Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan

swasta (KPS), maupun skemaCorporate Social Responsibility(CSR). • Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

• Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan

pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan

prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan

direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang

sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

9.2. PROFIL ANGGARAN BELANJA DAERAH, PENDAPATAN DAN PEMBIAYAAN

DAERAH KABUPATEN DAIRI

Sampai saat ini kondisi pendapatan daerah Kabupaten Dairi masih sangat bergantung

pada dana perimbangan yang pengalokasiannya dilakukan oleh Pemerintah Provinsi

yang terdiri dari Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya alam, Dana Alokasi Khusus (DAU)

dan Dana Alokasi Khusus (DAK) serta pendapan lain-lain yang sah dalam bentuk

bantuan kontijensi/penyeimbang dari Pemerintah Pusat. Penerimaan pendapan daerah

Kabupaten Dairi selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan realisasi yang

diikuti dengan peningkatan persentase kenaikan pendapatan pada tahun 2013 sebesar

17,41% bila dibandingkan dengan realisasi penerimaan tahun anggaran 2012, yaitu

hanya sebesar Rp.612,56 milyar.

Ringkasan realisasi Anggaran Pendapatan untuk APBD 2013 Kabupaten Dairi adalah

sebesar 17,41% sedangkan realisasi belanja untuk APBD 2013 sebesar Rp. 694,25

Milyar.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Dairi pada tahun 2013 dapat dilihat pada

(6)
(7)
(8)

Gambaran struktur APBD Kabupaten Dairi selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber

data berasal dari dokumen Realiasasi APBD Kabupaten Dairi dalam 5 tahun terakhir

selanjutnya dapat dijelaskan dari komponen-komponen yang dianalisis berdasarkan

format Permendagri No. 13 Tahun 2006 yaitu :

Belanja Daerahyang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

Pendapatan Daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan

Pendapatan lain yang sah.

Pembiayaan Daerahmeliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

Dari data perkembangan Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah Kabupaten Dairi

dalam 5 (lima) tahun terakhir terlihat bahwa realisasi penerimaan pembiayaan untuk

Kabupaten Dairi pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 41.604.627.786,94,- dengan

realisasi pengeluaran pembiayaan sebesarRp. 8.268.724.888,22,-.

9.3. PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

Sumber-sumber pembiayaan sebagai investasi pembangunan bidang Cipta karya di

Kabupaten Dairi didukung oleh banyak sumber baik dari Pemerintah Pusat, Provinsi

Sumatera Utara dan Pemerintah Kabupaten Dairi melalui APBD, selain itu swadaya

masyarakat dan swasta turut mendukung peningkatan perekonomian dan

pembangunan. Dukungan Pemerintah Pusat dan Provinsi masih sangat dibutuhkan

terutama program/ kegiatan strategis pada peningkatan kesejahteraan masyarakat

miskin dan bantuan teknis (Bantek) serta bimbingan teknis (Bintek). Diharapkan dengan

dukungan ini, pembangunan di Kabupaten Dairi menjadi terpacu dan mampu

(9)

9.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari

APBN dan APBD dalam 5 Tahun Terakhir

Pemerintah Kabupaten memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di

daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan

pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan

Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja

Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan

infrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor

Cipta Karya yang ada.

9.3.2. Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5

Tahun Terakhir

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk

menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus

untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan

pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan

dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami

untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan

kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat

menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.

Salah satu dukungan keuangan perusahaan daerah untuk bidang Cipta Karya di

Kabupaten Dairi adalah PDAM Tirta Nciho Kabupaten Dairi sebagai perusahaan daerah

yang mengelola SPAM untuk pelayanan Kabupaten Dairi, namun sampai saat ini

perusahaan tersebut belum mampu memberikan kontribusi yang berarti dalam

mendukung ketersediaan dana di Kabupaten Dairi, hal disebabkan perusahaan

(10)

9.3.3. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya bersumber dari

Swasta

Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah,

maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta

Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang

berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan

non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No.

67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan

Infrastruktur serta Permen PPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum

Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan

Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU

No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang

Penanaman Modal.

Di Kabupaten Dairi, belum adanya kerja sama antara Pemerintah Daerah dengan pihak

swasta khususnya bidang Cipta Karya. Untuk ke depannya diharapkan agar terjalin

kerja sama dalam menanggulangi kebutuhan masyarakat Kabupaten Dairi dalam

bidang Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk

kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR)

untuk kegiatan non-cost recovery.

9.4. PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan

bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka

(11)

9.4.1. Proyeksi APBD 5 Tahun ke Depan

Proyeksi APBD Kabupaten Dairi dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan

melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun

terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan

dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima

tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi

tahun-tahun sebelumnya.

Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut:

Menentukan presentase pertumbuhan per pos pendapatan

Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhannya dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Keterangan: Y0 =Nilai tahun ini

Y-1=Nilai 1 tahun sebelumnya

Y-2=Nilai 2 tahun sebelumnya

Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiap pos pendapatan yang

terdiri dari PAD, Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH), dan Lain-lain pendapatan yang

sah.

Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun kedepan: Yn=Y0(1+r)n

Setelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai

proyeksi pada 5 tahun ke depan dengan menggunakan rumus proyeksi geometris

sebagai berikut:

Keterangan: Yn =Nilai pada tahun r= % pertumbuhan

(12)

Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah

dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya.

Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan

metode analisisNet Public Savingdan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).

Net Public Saving

Net Public Savingatau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain,

NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS

menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang Cipta Karya. Berdasarkan

proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat

kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun

rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut :

Net Public Saving = Total Penerimaan Daerah – Belanja Wajib

NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK)-(Belanja mengikat+ Kewajiban Daerah)

Belanja Mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh

Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai,

belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang

mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.

Kewajiban Daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan

(13)

Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio)

Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk

menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman

Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan

bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30

Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak

melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;

DSCR =

(PAD+DAU+DBH+DB Belanja Wajib)

Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain

Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan

pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib

memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman

yang bersumber dari Pemerintah.

Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan

keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio(DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus

memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam

(14)

PAD = Pendapatan Asli Daerah

DAU = Dana Alokasi Umum

DBH = Dana Bagi Hasil

DBHDR = DBH Dana Reboisasi

9.5. ANALISIS KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI

PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

9.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan

kegiatan yang ada dalam RPI2-JM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah

dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut:

Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsi

trend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya.

Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhitungan.

Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah berdasarkan analisis.

Hasil identifikasi kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema Kerjasama

Pemerintahdan Swasta.

9.5.2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percepatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk

memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada

dalam RPI2-JM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk

meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena

itu pada bagian ini, Satgas RPI2-JM daerah agar merumuskan strategi peningkatan

investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa

(15)

1. Strategi peningkatan DDUB oleh Kabupaten dan Provinsi;

2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran;

3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;

4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan

pembangunan bidang Cipta Karya;

5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur

permukiman yang sudah ada;

6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.

Partisipasi masyarakat/ swasta, transparansi dalam perencanaan dan akuntabilitas

anggaran serta disiplin anggaran sangat dibutuhkan sehingga pembangunan menjadi

lebih efisien dan efektif. Diharapkan dengan keterlibatan semua komponen masyarakat

dan dukungan dalam pembiayaan akan meningkatkan kemampuan pendanaan

Gambar

Tabel 9.1.Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Dairi APBD 2013

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya atau disingkat sebagai RPI2-JM Cipta Karya adalah dokumen rencana dan program

Keterkaitan RPI2-JM Bidang Cipta Karya dengan RPI2-JM Bidang Pekerjaan Umum dan Dokumen Perencanaan Pembangunan di Daerah.. Sumber: Direktorat Bina

Gambar 1.1 Kedudukan RPI2-JM Bidang Cipta Karya Pada Sistem Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya ... 1-3 Gambar 1.2 Keterkaitan RPI2-JM Bidang Cipta

Keterkaitan RPI2-JM Bidang Cipta Karya dengan RPI2-JM Bidang Pekerjaan Umum dan Dokumen Perencanaan Pembangunan di Daerah. Pada Gambar 1.2 dapat dilihat bahwa arahan kebijakan,

Sedangkan tujuan RPI2-JM adalah sebagai dokumen yang dijadikan acuan dalam perencanaan program dan anggaran serta pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang berasal

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan

Skema Kelompok Pelaksana Tugas dan Tanggung Jawab di Bidang Pengelolaan Infrastruktur Cipta Karya. Lembaga pelaksana RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Dairi adalah

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan