• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI CHILDREN FOREST PGROGAMME (CFP) DI DI MI MUHAMMADIYAH KARANGANYAR - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI CHILDREN FOREST PGROGAMME (CFP) DI DI MI MUHAMMADIYAH KARANGANYAR - Test Repository"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI CHILDREN FOREST

PROGRAMME (CFP) DI MI MUHAMMADIYAH

KARANGANYAR

Oleh

DANANG SETIAWAN NIM. 12020160018

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

IMPLEMENTASI CHILDREN FOREST

PROGRAMME (CFP) DI MI MUHAMMADIYAH

KARANGANYAR

Oleh

DANANG SETIAWAN NIM. 12020160018

Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga sebagai pelengkap persyaratan untuk

gelar Magister Pendidikan

Salatiga, 22 Maret 2018

(3)

PROGAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH LEMBAR PERSETUJUAN TESIS

Nama Mahasiswa : DANANG SETIAWAN

NIM : 12020160018

Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Konsentrasi : -

Tanggal Ujian : 26 Maret 2018

Judul Tesis : IMPLEMENTASI CHILDREN FOREST

PROGRAMME ( CFP) DI MI MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

Panitia Munaqosah Tesis

Ketua Sidang : Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag.

Sekretaris : Dr. Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si.

Penguji I : Dr. Imam Sutomo, M.Ag.

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN

“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil

karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak

mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan

sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah

diajukan untuk gelar atau ijasah pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau

perguruan tinggi lainnya.”

Salatiga, 22 Maret 2018

Yang membuat pernyataan

(5)

ABSTRAK

Implementasi Children Forest Programme (CFP) di MI Muhammadiyah Karanganyar.

Program peduli lingkungan Children Forest Programme atau (CFP) merupakan program penghijauan hutan anak-anak. Program ini merupakan salah satu program Organization for Industrial, Spiritual, and Cultural Advancement (OISCA). Penelitian ini difokuskan pada sekolah yang memiliki Children Forest Progamme (CFP). MIM Karanganyar dinilai berhasil menerapkan pendidikan lingkungan dalam kegiatan sehari-hari di sekolah dan menciptakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Penelitian menjawab tiga rumusan masalah petama, bagaimana konsep implementasi CFP di MIM Karanganyar; kedua, bagaimana pola kegiatan CFP di MIM Karanganyar; ketiga, bagaimana implikasi penerapan CFP terhadap perilaku peduli lingkungan di MIM Karanganyar.

Metode Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif untuk memahami fenomena yang terjadi pada subyek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara menyeluruh dan dengan cara deskripsi. Penelitian ini menghasilkan deskripsi serta analisis CFP. Pertama, program peduli lingkungan CFP merupakan program penghijauan hutan anak-anak. Program ini merupakan salah satu program Organization for Industrial, Spiritual, and Cultural Advancement (OISCA); Kedua, pola kegiatan CFP MIM Karanganyar berdasarkan learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk berbuat), learning to be (belajar membentuk jatidiri), learning to live together (belajar untuk hidup bersama dan berdampingan); Ketiga, Implikasi CFP MIM Karanganyar terhadap perilaku peduli lingkungan antara lain: memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan, menjaga dan menginformasikan perlunya melestarikan lingkungan sekolah, rumah tangga, dan masyarakat dengan secara sederhana

(6)

PRAKATA

Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT, yang maha pengasih

dan penyayang, karena hanya dengan rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan judul: “Implementasi Children Forest

Progamme di MI Muhammadiyah Karanganyar”.

Sholawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan kita

Rasulullah SAW, yang telah membawa kita ke jalan yang lurus yaitu agama

Islam, agama yang sangat dicintai Allah SWT.

Penulis menyadari, tersusunnya penelitian ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak. Dan melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Prof. Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag, selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN

Salatiga sekaligus ketua sidang tesis yang selalu memberikan arahan dan

bimbingan dalam penyelesaian studi ini.

3. Dr. Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si selaku Kepala Program Studi S2 PGMI serta

dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, fikiran serta

pengarahan dan motivasi yang luar biasasehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan baik.ang selalu membantu, memberikan

motivasi, arahan, bimbingan, dan tidak henti-hentinya untuk mendorong agar

tesis ini segera diselesaikan.

4. Seluruh dosen, karyawan dan karyawati Program Pascasarjana IAIN Salatiga.

5. Bapak Sugih dan Ibu Hartini (almarhumah) selaku orang tua yang selalu

membimbing dan memberikan motivasi serta adikku Tita Setiyani, S.Psi dan

Satria yang saya sayangi.

6. Riyan Muhammad Shafii, S.Sos.I yang selalu membantu baik tenaga, pikiran,

waktu dan materi dalam proses penyusunan tesis ini.

7. Rekan kerja Tentor Bimbingan Belajar dan Les Privat DSC (Danank Study

(7)

8. Segenap Kepala Madrasah, Guru, Staff, Karyawan MI Muhammadiyah

Karanganyar sebagai lokasi penelitian ini.

9. Teman teman PGMI angkatan 2016 yang selalu mendukungku.

Kepada mereka semua, tiada yang pantas untuk dihaturkan kecuali ucapan

terimakasih, semoga amal baiknya mendapat balasan dari Allah SWT. Setelah

melalui proses yang cukup panjang dan melelahkan, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini. Dan tentunya penelitian ini masih banyak

kekurangan yang harus dikritisi demi perkembangan wacana dan kebaikan

bersama.

Akhirnya penulis memohon kepada Allah SWT, semoga buah karya ini

dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi siapa saja yang membacanya,

terutama Civitas Akademi IAIN Salatiga.

Salatiga, 22 Maret 2018

Penulis,

Danang Setiawan

(8)

DAFTAR ISI

C. Signifikansi Penelitian ... 5

D. Kajian Pustaka ... 6

E. Metode Penelitian ... 17

F. Sistematika Penulisan... ... 21

BAB II KONSEP CHILDREN FOREST PROGRAMME (CFP) ... 22

A. Konsep Children Forest Programme (CFP) ... 22

B. Konsep Children Forest Progamme (CFP) di MIM Karanganyar 25 BAB III POLA KEGIATAN CHILDREN FOREST PROGRAMME (CFP) ... 27

A. Pola Kegiatan Children Forest Programme (CFP) Di MI Muhammadiyah Karanganyar ... 27

B. Opini Guru, Kepala Sekolah Mengenai Children Forest Progamme (CFP) Di MI Muhammadiyah Karanganyar ... 32

BAB IV IMPLIKASI PENERAPAN CHILDREN FOREST PROGRAMME (CFP) TERHADAP PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN ... 35

A. Perilaku Peduli Lingkungan ... 35

B. Implikasi CFP terhadap Perilaku Peduli Lingkungan ... 36

C. Deskripsi Pola Perilaku Pedulian Lingkungan ... 38

(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

DAFTAR SINGKATAN

CFP Children Forest Programme

OISCA Organization for Industrial, Spiritual, and Cultural Advancement

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Observasi CFP

2. Lembar Observasi Kepedulian Lingkungan

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas,

2010).1

Pendidikan Islam merupakan subsistem dalam pendidikan nasional, artinya

tujuan yang akan dicapai sebenarnya merupakan pencapaian dari salah satu atau

beberapa aspek dari tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Islam dalam realitas di

lapangan sebagian sekolah negeri dan atau swasta memberikan ruang lingkup

aspek kognitif lebih dominan, sehingga peserta didik kurang mendapatkan

pengalaman paraktik sesuai realitas kehidupan sehari-hari.Idealnya pelaksanaan

pendidikan Islam dapat mengembangkan tiga domain dalam pendidikan yaitu

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek psikomotorik menekankan pada

pembiasaan untuk melaksanakan akhlaq terpuji dalam kehidupan sehari-hari.

Penanaman nilai esensial dengan pembelajaran dan pendampingan diperlukan

untuk siswa sebagai individu agar mampu memahami, mengalami dan

mengintegrasikan nilai ke dalam kepribadiannya. Proses pembudayaan dan

pemberdayaan nilai-nilai luhur dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga,

sekolah, dan masyarakat. Madrasah Ibtidaiyah sebagai salah satu jenjang

1

(13)

pendidikan formal memegang peranan penting untuk membangun kesadaran

lingkungan. Peserta didik perlu mendapatkan pengetahuan sikap dan perilaku

sebagai bagian dari internalisasi kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai

landasan untuk melahirkan cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Peserta

didik dapat mengenali lingkungan alam sekitar sekaligus mendapatkan pengertian

bahwa alam semesta ini sangat diperlukan bagi semua makhluk hidup, sehingga

peserta didik terbangun kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan. Peserta didik

perlu untuk mengenali dan menyadari pentingnya nilai peduli lingkungan ini sejak

dini, termasuk kepedulian terhadap hutan. Peserta didik dikenalkan dengan hutan

mini yang disediakan di sekolah sebagai bagian dari penanaman nilai pengetahuan

sekaligus dapat mensinergikan dengan domain afektif dan psikomotorik.

Peserta didik pada jenjang pendidikan dasar secara ilmiah memiliki rasa ingin

tahu yang kuat dan tertarik pada dunia sekitar yang mengelilinya; senang bermain

dan suka bergembira riang; suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal;

mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru; terdorong untuk

berprestasi dan tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak

kegagalan-kegagalan; belajar secara efektif ketika merasa puas dengan situasi belajar dengan

cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajak teman lainnya untuk

mengikuti aktivitas yang dilakukan. Peserta pada jenjang pendidikan dasar ini

memiliki potensi untuk dapat berinteraksi, memahami, merasakan, dan berperilaku

peduli terhadap suatu obyek di lingkungan sekitar. Potensi yang dimiliki ini belum

dapat dimanfaatkan dengan baik oleh sekolah di beberapa tempat termasuk pada

MI Muhammadiyah Karanganyar.

Program peduli lingkungan atau Children Forest Programme (CFP)

(14)

sekolah. Children Forest Programme sebagai bagian dari program Organization

for Industrial, Spiritual andCultural Advancement (OISCA) dengan motto

Lindungilah Hutan dan Bumi Kita Bersama Anak-anak. Progam ini mengajak

kepada seluruh lapisan masyarakat pada umumnya dan dunia pendidikan serta

anak-anak khususnya untuk peduli pada hutan dan lingkungan guna menciptakan

generasi baru yang peduli terhadap kelestarian lingkungan.

MI Muhammadiyah Karanganyar dinilai berhasil menerapkan pendidikan

lingkungan dalam kegiatan sehari-hari disekolah dan menciptakan sekolah yang

peduli dan berbudaya lingkungan melalui kegiatan CFP. Hal ini tidak terlepas dari

kerja sama seluruh warga sekolah. Warga sekolah mengerti, memahami, dan

menerapkan sikap, serta perilaku peduli lingkungan baik sebagai individu maupun

sebagai bagian dari organisasi sekolah. MI Muhammadiyah Karanganyar telah

memberi citra positif terhadap perkembangan pendidikan Islam di Kabupaten

Karanganyar. Kendati tanpa tambahan label Sekolah Unggulan atau sejenisnya,

madrasah ini telah mampu menampakkan citranya sebagai lembaga pendidikan

Islam yang mengutamakan kualitas. MI Muhammadiyah Karanganyar sebagai

lembaga pendidikan dasar dengan sarana pendukung yang lengkap selalu

mengembangkan pola, arah dan peranan pendidikan yang diorganisasikan dalam

empat pilar pendidikan yaitu: learning to know (belajar untuk mengetahui),

learning to do (belajar untuk berbuat), learning to be (belajar membentuk jatidiri),

learning to live together (belajar untuk hidup bersama dan berdampingan). Pilar

tersebut belum sepenuhnya dapat diimplementasikan pada program Children

Forest Progamme CFP. Potensi yang dimiliki oleh MI Muhammadiyah

Karanganyar ini memiliki karakteristik dalam implementasi, pola yang digunakan,

(15)

tidak dimiliki oleh sekolah pada jenjang pendidikan dasar serta dapat menjadi

pedoman untuk sekolah lain memiliki Children Forest Progamme. Berdasarkan

latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian tentang Implementasi Children

Forest Programme (CFP) di MI Muhammadiyah Karanganyar.

B. Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian

dengan judul Implementasi Children Forest Programme (CFP) MI

Muhammadiyah Karanganyar dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a. Progam kegiatan pembentuk karakter pada siswa Madrasah Ibtidaiyyah

dalam bidang kepedulian lingkungan masih rendah;

b. Ciri khas yang dimiliki anak usia pendidikan dasar seperti rasa ingin tahu,

senang bermain dan lebih suka bergembira/riang, suka mengatur dirinya

mengeksplorasi, terdorong untuk berprestasi, belajar dengan cara bekerja,

mengobservasi, berinisiatif, dan mengajak teman lainnya untuk mengikuti

aktivitas yang dilakukan masih belum dimanfaatkan dengan maksimal;

c. Potensi yang dimiliki peserta didik dengan 4 pilar belum dapat

diimplementasikan dengan baik pada CFP;

d. Belum ada pola kegiatan yang dapaat digunakan sebagai panduan untuk

melaksanakan CFP.

2. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada implementasi Children Forest Programme

(CFP) di MI Muhammadiyah Karanganyar.

3. Rumusan Masalah

(16)

b. Bagaimana Pola Kegiatan CFP di MIM Karanganyar?

c. Bagaimana implikasi penerapan CFP terhadap perilaku peduli lingkungan

di MIM Karanganyar?

C. Signifikansi Masalah

1.

Tujuan Penelitian

a. Mendeskripsikan konsep implementasi CFP di MIM Karanganyar;

b. Menganalisispola kegiatan CFP di MIM Karanganyar;

c. Menganalisis implikasi penerapan CFP terhadap perilaku peduli

lingkungan di MIM Karanganyar

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoretis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi

bagi pengembangan khasanah keilmuan dan pengetahuan berkaitan

dengan implementasi pendidikan karakter melalui CFP;

2) Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

kajian untuk penelitian yang sejenis atau penelitian lebih lanjut

yang juga membahas tentang CFP.

b. Manfaat Praksis

1) Bagi Guru

Bagi guru hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan

evaluasi dan masukan dalam rangka pembinaan dan pengawasan

terhadap siswa termasuk diri sendiri untuk lebih menyadari peran

(17)

2) Bagi Kepala Sekolah

Bagi kepala sekolah hasil penelitian ini diharapkan

dapatmenjadi bahan evaluasi dan masukan dalam rangka pembinaan

dan pengawasan terhadap semua warga sekolah berkaitan dengan

pelaksanaan CFP;

3) Bagi Peneliti

Bagi peneliti hasil penelitian diharapkan memberi gambaran

dan wawasan tentang implementasi nilai peduli lingkungan sebagai

salah satu nilai dalam pendidikan karakter di lembaga pendidikan

formal tingkat dasar untuk kemudian menjadi motivasi bagi diri sendiri

dalam menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran tentang

pentingnya sikap, perilaku, dan budaya peduli, sehat, bersih, serta

ramah lingkungan.

D. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Sara Knight, International Journal For Cross-Disciplinary Subjects in

Education (IJCDSE), Forest School as Away of Learning in the Outdoors in

the UK. Jurnal ini membahas proyek sekolah hutan sebagai fasilitas

pembelajaran di luar kelas. Hasil penelitian ini adalah analisis pengalaman

sekolah hutan dalam proses pembelajaran yang berbeda dengan aturan

pemerintihan Inggris.2

Mark Leather,Journal of Outdoor and Environment Education, A

Critique of Forest School, Something Lost in Translation. Jurnal ini membahas

2Sara Knight, “Forest School as Away of Learning in the Outdoors in the UK”, International

(18)

kritik dan pendekatan sekolah hutan sebagai pendidikan di luar kelas di Inggris

Hasil penelitian ini yaitu sekolah hutan berkontribusi dalam pendidikan

lingkungan sampai saat ini dan terus berlanjut di Inggris.3

Deborah Carter, International Journal of Early Childhood Environment

Education, A Nature Based Social Emotional Approach to Supporting Young

Children’s Holistic Develpoment in Classroom with and without Walls: The

Social Emotional Development (SEED) Framework. Jurnal ini membahas

pendekatan sosial emosional berbasis alam untuk mendukung perkembangan

anak usia dini. Hasil penelitian ini yaitu SEED menyediakan progam

pendidikan lingkungan (sekolah hutan) untuk anak usia dini untuk mendukung

kompetensi emosional sosial.

Ko Nomura, International Journal of Educational Development, A

perspective on education for sustainable development: Historical development

of environmental education in Indonesia. Jurnal ini membahas perkembangan

historis pendidikan lingkungan di Indonesia dengan penekanan pada sektor

non-formal, dan menerapkan temuannya pada diskusi tentang pendidikan

untuk pembangunan berkelanjutan.4

Kara Crohn, Matthew Birnbaum, Evaluation and Program Planning,

Environmental education evaluation: Time to reflect, time for change. Jurnal

ini membahas evaluasi dalam pendidikan lingkungan pada keadaan politik

3Mark Leather, “A Critique of Forest School, Something lost

in translation”,Journal of Outdoor and Environment Education, Volume 2, Number 1 (2016), 2-11.

4 Ko Nomura, “A perspective on education for sustainable development: Historical

development of environmental education in Indonesia”, International Journal of Educational Development, Volume 25, Number 2, (2009), 144-148.

(19)

yang berkaitan dengan penghematan di sektor publik dan meningkatnya

keterlibatan warga dalam masalah lingkungan di wilayah mereka.5

Tiwi Kamidin, Azizi Muda, Samsilah Roslan Mohd Majid Konting,

Ecopsychology Elements in Environmental Education as to Strengthen

Attitudes towards the environment. Jurnal ini membahas dampak awal elemen

ekopsikologi dalam pendidikan lingkungan untuk memperkuat sikap terhadap

lingkungan di antara peserta pelatihan guru berdasarkan ranah pembelajaran

afektif.6

2. Kerangka Teori

a. Pendidikan Lingkungan Hidup

Pendidikan yang baik mestinya mampu menghasilkan manusia yang

beradab bukan siswa yang cerdas secara kognitif dan psikomotorik tapi

miskin karakter atau budi pekerti luhur. Upaya penanaman nilai peduli

lingkungan perlu melibatkan semua warga sekolah. Keterlibatan warga

sekolah meliputi perawatan, pemanfaatan, pemeliharaan sarana dan

prasarana serta lingkungan sekolah.

Keterlibatan semua warga sekolah terutama peserta didik dalam

perawatan, pemanfaatan, pemeliharaan sarana dan prasarana serta

lingkungan sekolah sangat diperlukan dalam rangka membangun atau

membentuk karakter peserta didik. Kondisi lingkungan sekolah yang

bersih, indah, dan nyaman dengan melibatkan siswa secara aktif akan

menumbuhkan rasa memiliki, tanggung jawab dan komitmen dalam dirinya

5

Kara Chorhn & Matthew, “Environmental education evaluation: Time to reflect, time for change”, Evaluation and Program Planning,Volume 13, Number 4, (2010), 155-158.

6

Tiwi Kamidin, “Ecopsychology Elements in Environmental Education as to Strengthen

(20)

untuk memelihara semua itu. Seluruh warga sekolah, diharapkan peduli

terhadap lingkungan sekolah, baik fisik maupun sosialnya.7

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,

keadaan, dan makhluk hidup dan perilakunya yang mempengaruhi

kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup

lainnya.8 Lingkungan hidup bagi manusia meliputi segala sesuatu yang ada

di sekitarnya serta suasana yang berbentuk karena terjadinya interaksi di

antara elemen-elemen lingkungan tersebut.9 Nilai peduli lingkungan dapat

diidentifikasi melalui tingkah laku/perbuatan nyata dalam kehidupan

sehari-hari demi kelestarian lingkungan tersebut beserta keberlangsungan

hidup manusia dan makhluk hidup lain. Lingkungan sebagai segala sesuatu

yang ada di sekitar, hidup dan kehidupan manusia tidak pernah terlepas

dari pengaruh lingkungan. Manusia memiliki tuntutan kebutuhan hidup

mendorong manusia beradaptasi dengan lingkungan melalui berbagai cara

sesuai kemampuan, bahkan dorongan ini tidak terbatas pada adaptasi,

melainkan memotivasi memberdayakan melalui penyeimbangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Pendidikan Lingkungan mencakup area yang luas seperti pendidikan

alam, ilmu biologi, konservasi, ekologi, pendidikan energi, lingkungan,

kehutanan, pendidikan global, pendidikan kelautan, sumber daya alam,

pendidikan luar, pendidikan kependudukan, sains dan masyarakat, biologi

sosial, konservasi tanah, pembangunan berkelanjutan, pertanian, botani,

7

Kemendiknas, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011, 69.

8

Yudhi Utomo, Pendidikan Lingkungan Hidup, Malang: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang, 2009, 1-2.

9

(21)

konservasi, pendidikan konservasi, kehutanan penggunaan lahan, industri

kayu, sumber daya alam, pembibitan (hortikultura), penghasutan tanah,

pemahat tanah, pepohonan, pengelolaan margasatwa.10

Nilai peduli lingkungan sebagaimana dimaksud dalam pendidikan

karakter merupakan nilai berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku,

dan kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat

disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek

kepentingan. Nilai dianggap sebagai “keharusan” suatu cita yang menjadi

dasar bagi keputusan yang diambil oleh seseorang. Nilai-nilai itu

merupakan bagian kenyataan yang tidak dapat dipisahkan atau diabaikan.

Setiap orang bertingkah laku sesuai dengan seperangkat nilai, baik nilai

yang sudah merupakan hasil pemikiran yang tertulis maupun yang belum.

Bagi manusia, nilai dijadikan landasan, alasan atau motivasi dalam

menetapkan perbuatannya.11

Hal ini menunjuk pada sifat ideal nilai yang perlu direalisasikan dalam

bentuk fakta yang bersifat nyata pada diri siswa dalam sebuah lembaga

pendidikan. Nilai peduli lingkungan lebih cenderung pada lingkungan alam

yang dimaknai sebagai segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan

manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, dan hewan yang

berada di sekitar manusia yang dengan cara tertentu mempengaruhi

terhadap dan dipengaruhi oleh kehidupan, termasuk tingkah laku manusia

serta kelestariannya sendiri.

10

Kirubakaran Samuel, Environmental Education, Curriculum and Teaching Methods, New Delhi: Sarop and Sons, 2007, 12-13.

11

(22)

Pada dimplementasi nilai peduli lingkungan di tingkat satuan

pendidikan dilakukan berdasarkan grand design (strategi pelaksanaan) dari

Kemendiknas yang tercantum dalam Panduan Pelaksanaan Pendidikan

Karakter di Sekolah. Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di tingkat

satuan pendidikan yang dikemukakan Kemendiknas terdapat program

pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter

dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari di

sekolah. Integrasi tersebut dilakukan melalui kegiatan rutin, spontan, dan

pembudayaan di sekolah.

i. Kegiatan rutin

Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara

terus-menerus dan konsisten setiap saat misalnya, piket kelas,

pemeriksaan kebersihan badan setiap hari Senin, dan sebagainya.

ii. Kegiatan spontan

Kegiatan spontan dapat dimengerti bahwa pelaksanaan kegiatan

dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan spontan

biasanya dilakukan berkaitan dengan sikap atau perilaku positif

maupun negatif. Kegiatan spontan terhadap sikap dan perilaku

positif dilakukan sebagai bentuk tanggapan sekaligus penguatan

atas sikap dan perilaku positif siswa. Hal ini dilakukan untuk

menegaskan bahwa sikap dan perilaku siswa yang positif tersebut

sudah baik dan perlu dipertahankan sehingga dapat dijadikan

teladan bagi teman-teman yang lain. Kegiatan spontan terhadap

sikap dan perilaku negatif dilakukan sebagai bentuk pemberian

(23)

a. Pembudayaan di Sekolah

Pembudayaan di sekolah memiliki cakupan yang luas, meliputi

ritual, harapan, hubungan, demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan

ekstrakurikuler, proses pengambilan keputusan, kebijakan maupun

interaksi sosial antarkomponen di sekolah. Budaya sekolah

merupakan suasana kehidupan sekolah tempat siswa berinteraksi

dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya,

pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antaranggota

kelompok masyarakat sekolah. Interaksi internal kelompok dan

antarkelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta

etika bersama yang berlaku di suatu sekolah. Pengembangan

nilai-nilai pendidikan karakter dalam budaya sekolah ini meliputi

kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor,

tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan siswa dan

menggunakan fasilitas sekolah.12 Secara umum, pendidikan

merupakan interaksi antara faktor-faktor yang terlibat di dalamnya

guna mencapai tujuan pendidikan. Interaksi faktor-faktor tersebut

secara jelas dapat tersaksi dalam proses belajar, yaitu ketika

pendidik mengajarkan nilai-nilai, ilmu, dan keterampilan pada

peserta didik, sementara peserta didik menerima pengajaran

tersebut. Sasaran proses pendidikan tidak sekadar pengembangan

intelektualitas peserta didik dengan memasok pengetahuan

sebanyak mungkin, pendidikan merupakan proses pemberian

pengertian, pemahaman, dan penghayatan sampai pada pengamalan

12

(24)

yang diketahuinya. Tujuan tertinggi dari pendidikan adalah

pengembangan kepribadian peserta didik secara menyeluruh

dengan mengubah perilaku dan sikap peserta didik dari yang

bersifat negatif ke positif, dari yang destruktif ke konstruktif, dari

berakhlak buruk ke akhlak

mulia, termasuk mempertahankan karakter baik yang

disandangnya.13

b. Pengertian Empat Pilar Pendidikan

Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa dapat

dilakukan melalui peningkatan mutu pendidikan. Perserikatan

Bangsa-Bangsa melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational,

Scientific and Cultural Organization) yang bergerak dibidang

pendidikan, pengetahuan dan budaya mencanangkan empat pilar

pendidikan yakni: (i) learning to Know, (ii) learning to do (iii) learning

to be, dan (iv) learning to live together. Keempat pilar tersebut secara

sinergi membentuk dan membangun pola pikir pendidikan di Indonesia.

Adapun empat pilar tersebut adalah sebagai berikut:

i. Learning to Know

Pilar pertama ini memeliki arti bahwa para peserta didik

dianjurkan untuk mencari dan mendapatkan pengetahuan

sebanyak-banyaknya, melalui pengalaman-pengalaman. Hal ini akan dapat

memicu munculnya sikap kritis dan semangat belajar peserta didik

meningkat. Learning to know selalu mengajarkan tentang arti

pentingnya sebuah pengetahuan, karena didalam learning to know

13

(25)

terdapat learning how to learn, artinya peserta didik belajar untuk

memahami apa yang ada di sekitarnya, karena itu adalah proses belajar.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi

dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.

Dari dua pendapat diatas menunjukkan bahwa belajar bukan saja

berasal dari bangku sekolahan saja tetapi belajar dapat terjadi melalui

interaksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya dinilai dari segi

hasilnya saja, melainkan dinilai dari segi proses, bagaimana cara anak

tersebut memperoleh pengetahuan, bukan apa yang diperoleh anak

tersebut.

Learning to know juga mengajarkan tentang atau yang disebut

dengan belajar sepanjang hayat. Arti pendidikan sepanjang hayat (long

life education) adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu

menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan

di sekolah merupakan kelanjutan dalam keluarga. Sekolah merupakan

lembaga tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah

keluarga, sehingga mempengaruhi pribadianak dan perkembangan

sosialnya. Sekolah diselenggarakan secara formal. Di sekolah anak

akan belajar apa yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain

(26)

sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan

masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya.14

ii. Learning to Do

Pilar kedua menekankan pentingnya interaksi dan bertindak.

Belajar untuk menerapkan ilmu yang didapat, bekerja sama dalam

sebuah tim guna untuk memecahkan masalah dalam berbagai situasi

dan kondisi. Learning to do berkaitan dengan kemampuan hard skill

dan soft skill. Soft skill dan hard skill sangat penting dan dibutuhkan

dalam dunia pendidikan, karena sesungguhnya pendidikan merupakan

bagian terpenting dari proses penyiapan SDM (Sumber Daya Manusia)

yang berkualitas, tangguh, dan terampil dan siap untuk mengikuti

tuntutan zaman. Peserta didik sebagai hasil dari produk pendidikan

memang harus dituntut memiliki kemampuan soft skill dan hard skill.

iii. Learning to Be

Pilar ketiga artinya bahwa pentingnya mendidik dan melatih

peserta didik agar menjadi pribadi yang mandiri dan dapat mewujudkan

apa yang peserta didik impikan dan cita-citakan. Penguasaan

pengetahuan dan keterampilan (soft skill dan hard skill) merupakan

bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri

sendiri dapat diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan

dan jati diri. Belajar untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma dan

kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang

berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.

Learning to be sangat erat kaitannya dengan bakat, minat,

14

(27)

perkembangan fisik, kejiwaan anak serta kondisi lingkungannya. Misal

: bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi

kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa

yang pasif, peran guru sebagai fasilitator bertugas sebagai petunjuk

arah sekaligus menjadi mediator bagi peserta didik. Hal ini sangat

diperlukan untuk menumbuh kembangkan potensi diri peserta didik

secara utuh dan maksimal. Selain itu, pendidikan juga harus bermuara

pada bagaimana peserta didik menjadi lebih manusiawi, menjadi

manusia yang berperi kemanusiaan.

iv. Learning to Live Together

Pilar terakhir artinya menanamkan kesadaran kepada para

peserta didik bahwa mereka adalah bagian dari kelompok masyarakat.

jadi, mereka harus mampu hidup bersama. Dengan makin beragamnya

etnis di Indonesia, kita perlu menanamkan sikap untuk dapat hidup

bersama. Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling

menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan di

sekolah. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, sebagai

hasil dari proses pembelajaran, dapat dijadikan sebagai bekal untuk

mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada,

dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya.

Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar

merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live

together). Untuk itu, pembelajaran di lembaga formal dan non formal

harus diarahkan pada peningkatan kualitas dan kemampuan intelektual

(28)

dan soft skill. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang

demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat

Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat.15

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yakni penelitian yang

bertujuan untuk memahami fenomena yang terjadi pada subyek penelitian,

seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara menyeluruh dan

dengan cara deskripsi.16 Penelitian ini menggunakan teknis analisis

deskriptif karena dalam melakukan penelitian tidak menggunakan

angka-angka statistik, melainkan penelitian yang berangka-angkat dari fakta-fakta dan

peristiwa yang konkret, baik alamiah maupun rekayasa.17

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di MIM Karanganyar. Penelitian dilaksanakan

mulai pada 4 Desember 2017 s.d 10 Maret 2018.

3. Sumber Data

Sumber yang memuat informasi atau data tersebut Kepala Madrasah

MIM Karanganyar, guru kelas dan guru pembimbing, orang tua, siswa dan

dokumentasi tentang pelaksanaan CFP di MIM Karanganyar.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dengan menggunakan tiga metode berikut:

a. Observasi

15

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, 2004, 144-146.

16

Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, 6.

17

(29)

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis

atas fenomena-fenomena yang diteliti.18 Observasi dilakukan untuk

mengamati proses pelaksanaan CFP di MIM Karanganyar tentang

implementasi, pola, dan implikasi penerapan CFP.

b. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.19

Wawancara dilakukan secara langsung antara peneliti dengan

subyek yang diteliti. Wawancara yang dilakukan dengan

menggunakan pedoman wawancara tentang pelaksananaan CFP

kepada kepala sekolah, guru, dan peserta didik di MIM tentang

implementasi, pola, dan implikasi penerapan CFP

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode yang menggunakan data yang

sudah tersedia yang berupa data verbal maupun nonverbal.

Dokumentasi berupa data yang terdapat pada indeks prestasi siswa,

surat-surat, catatan harian, jurnal, kenang-kenangan,

laporan-laporan, dan sebagainya untuk kelengkapan data

penelitian.20Dokumentasi yang digunakan berupa dokumen yang

berkaitan dengan pelaksanaan CFP di MIM Karanganyar.

5. Uji Keabsahan Data

18

Sutrisno Hadi,Metodologi Research, Jilid 2, Yogyakarta: Andi, 2004, 151.

19

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, 132.

20

(30)

Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif

menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Jadi uji

keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas

interval), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas),

dan conformability (obyektivitas).

a. Uji Kredibilitas

Pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari

nonkualitatif. Kriterium ini berfungsi pertama, melaksanakan

inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan

penemuannya dapat dicapai; kedua, mempertunjukkan derajat

kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh

peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

b. Pengujian Transferability

Sebagai persoalan yang empiris bergantung pada kesamaan

antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan

pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya hendaknya mencari

dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks.

Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan

data deskriptif secukupnya jika ingin membuat keputusan tentang

pengalihan tersebut. Peneliti harus melakukan penelitian untuk

memastikan usaha memverifikasi tersebut. Nilai transfer ini

berkenaan dengan pertanyaan, Penelitian dapat diterapkan atau

digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu, supaya orang lain

dapat memahami hasil penelitian kualitatif ada kemungkinan untuk

(31)

membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas,

sistematis, dan dapat dipercaya.

Keteralihan dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara

menyusun (thick description) berdasarkan pada pengetahuan

seseorang peneliti tentang konteks pengertian dan konteks

penerimaan. Peneliti bertanggungjawab terhadap penyediaan dasar

secukupnya yang memungkinkan seseorang merenungkan suatu

aplikasi pada penerima sehingga memungkinkan adanya

pembandingan.

c. Pengujian Dependability

Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap

keseluruhan proses penelitian.Konsep kebergantungan lebih luas

dari pada realibilitas, hal tersebut disebabkan peninjauan yang dari

segi bahwa konsep itu diperhitungkan pada realibilitas itu sendiri

ditambah faktor-faktor lainya yang tersangkut. Auditing adalah

konsep bisnis, khususnya di bidang fiskal yang dimanfaatkan untuk

memeriksa kebergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan

baik terhadap proses maupun terhadap hasil atau

keluaran.Penelusuran audit (audit trail) tidak dapat dilaksanakan

apabila tidak dilengkapi dengan catatan-catatan pelaksanaan

keseluruhan proses dan hasil studi.

d. Pengujian Konfirmability

Uji conformability mirip dengan uji dependability, sehingga

pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Pada penelitian

(32)

Secara spesifik, teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah triangulasi sumber dan teknik.

Triangulasi sumber berarti bahwa peneliti menguji kredibilitas

data dengan mengecek dan membandingkan data dari satu orang

informan dengan data dari informan lain. Triangulasi sumber

memungkinkan peneliti untuk melakukan pengecekan ulang serta

melengkapi informasi yang diperoleh. Triangulasi pada penelitian

ini untuk melakukan crosscheck data antar informan yang

terkadang terjadi akibat adanya pengaruh subjektivitas,

kepentingan.

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek

(membandingkan) data kepada informan (sumber) yang sama

dengan teknik yang berbeda. Misalnya, membandingkan data hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara serta dokumentasi.Pada

pelaksanaannya menggunakan salah satu atau gabungan dari kedua

teknik triangulasi.21

F. Sistematika Penulisan

BAB I membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, signifikansi

penelitian, kajian pustaka, metode penelitian; BAB II membahas mengenai konsep

children forest programme (CFP); BAB III pola kegiatan children forest programme

(CFP); BAB IV membahas mengenai implikasi penerapan children forest programme

(CFP); BAB V penutup.

21

(33)

BAB II

KONSEP

CHILDREN FOREST PROGAMME (CFP)

A. Konsep Children Forest Progamme (CFP) 1. Nama Program dan Arti

Pendidikan tentang lingkungan hidup perlu diajarkan karena dampak dari

pencemaran lingkungan berpengaruh global. Pendidikan peduli lingkungan diharapkan

mampu menanamkan sikap peduli siswa terhadap lingkungan. Sikap peduli tersebut

diharapkan mampu mengubah sikap siswa untuk lebih arif terhadap lingkungan.

Pendidikan tentang lingkungan hidup dapat diajarkan di sekolah dan perlu diajarkan

sejak dini. Kesadaran dan kepedulian manusia terhadap lingkungan tidak dapat

tumbuh begitu saja secara alamiah.22 Salah satu cara dalam upaya mengubah sikap

adalah melalui jalur pendidikan. Masyarakat memiliki masalah-masalah yang dihadapi

dan upaya pendidikan adalah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.23

Children's Forest Program (CFP) memiliki arti progam hutan anak. CFP

adalah program internasional yang mendidik anak-anak dan masyarakat sekitar

tentang lingkungan melalui penanaman pohon dan kegiatan lingkungan lainnya,

pabrik tangan kecil (mengelola sampah menjadi barang yang memiliki nilai jual yang

dilakukan oleh anak-anak setempat), reboisasi, berkah alam, solidaritas masyarakat

dan pertukaran internasional. CFP merupakan salah satu program dari Organization

for Industrial, Spiritual, and Cultural Advancement (OISCA) yang menangani

pelestarian lingkungan hidup dengan mengadakan penghijauan yang melibatkan

anak-anak. OISCA adalahsuatu organisasai nirlaba yang berkerja untuk meningkatkan atau

22

Goleman, Ecological Intelligence: How Knowing the Hidden Impacts of What We Buy Can Change Everything, New York: Broadway Books, 2012, 12.

23

(34)

membangun semangat dan kesadaran serta budaya yang lingkup kerjasamanya bertaraf

Internasional.

2. Sejarah

Children Forest Progamme (CFP) merupakan progam di bawa naungan

OISCA yang didirikan pada tanggal 6 Oktober 1961 oleh Dr. Yonosuke Nakano yang

sekaligus terpilih sebagai presiden OISCA pertama, setelah sebelumnya beliau

memprakarsai sejumlah konferensi bertaraf Internasional. Konferensi-konferensi

tersebut kemudian di tindak lanjuti dengan ajakan dari gerakan sosial, keagamaan,

kalangan pengusaha, politikus dari seluruh dunia; terutama negara-negara kawasan

Asia. Perwakilan dari berbagai negara dan kalangan tersebut kemudian bersama-sama

mendiskusikan bermacam-macam persoalan yang ada di dunia dan mencapai mufakat,

bahwa perlu kiranya untuk mendirikan suatu badan organisasi yang berorientasi

obyektif, baik ditinjau dari segi semangat, maupun materinya. Kebutuhan akan

pembangunan kesadaran dan semangat manusia disepakati sebagai landasan yang

kokoh bagi tujuan kerjasama antar bangsa dan manusia sedunia demi tarcapainya

perdamaian dan kehidupan yang harmonis di kemudian hari. Semangat dan kesadaran

manusia merupakan kekuatan dasar yang sangat potensial untuk perdamaian dan

kemakmuran dunia. Konferensi-keoferensi di atas, akhirnya menuntun terbentuknya

OISCA secara resmi dan aksinya bertaraf Internasional yang berkantor pusat di Jepang

untuk mendorong tercapainya cita-cita sesuai motto lindungilah bumi kita bersama

anak-anak.

Pada perkembangan program ini, lalu diperkenalkan CFP yaitu pelaksanaan

penghijauan oleh anak-anak usia sekolah dasar sampai menengah, yang dilaksanakan

di negara-negara Asia Pasifik. CFP didirikan pada tahun 1991 sebagai pengalaman

(35)

memasukkan berbagai kegiatan untuk melibatkan anak-anak sekolah dan komunitas

lebih dari 30 negara dan wilayah. 4.450 sekolah telah memasukkan CFP dalam

kurikulum pendidikan dan sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang penting. Meskipun

skala program relatif kecil di setiap sekolah, semua anak sekolah secara kolektif

belajar proses pelestarian dan pelestarian lingkungan yang berkelanjutan sebagai

komunitas global. Kegiatan CFP diselenggarakan oleh kepala sekolah, guru

coordinator CFP, dan sukarelawan Internasional OISCA.24

3. Ruang Lingkup

Kegiatan CFP bervariasi dari satu negara ke negara lain. Namun fokus CFP pada

pendidikan keanekaragaman hayati global.

a. Penanaman Bibit Pohon

Siswa menanam pohon yang mudah dijangkau oleh anak-anak, seperti

pohon buah dan bakau. Siswa bertanggung jawab untuk memeliharapohon

setiap hari, seperti menyiram, menghilangkan gulma, dan melindungi mereka

dari hewan. Siswa juga membuat pertanian organik dengan membuat kebun

sayur serta siswa memanen sayuran untuk makan siang sekolah atau keluarga.

b. Pembersihan Lingkungan Anak-anak

Siswa mengambil sampah di lingkungan masyarakat, membuat tempat

untuk mempertahankan lingkungan yang bersih dan alami. Perilaku siswa

tersebut menginspirasi orang tua, guru, dan masyarakat untuk terlibat dalam

tindakan sadar yang ramah lingkungan.

4. Maksud dan Tujuan

24

(36)

a. Pelaksanaan program ini bertujuan agar anak-anak sedini mungkin dapat

mencintai, melindungi, memelihara tanaman dan lingkungannya.

b. Membentuk kehidupan dunia yang serasi dan masa depan kehidupan yang damai.

B. Konsep Children Forest Progamme (CFP) di MIM Karanganyar

CFP di MIM Karanganyar menciptakan kondisi yang baik bagi madrasah

untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga madrasah, sehingga di

kemudian hari warga madrasah tersebut dapat turut bertanggungjawab dalam upaya

penyelamatan lingkungan bagi madrasah di Indonesia. Program ini harus berdasarkan

norma-norma kebersamaan, keterbukaan, kejujuran, keadilan dan kelestarian fungsi

lingkungan hidup dan sumber daya alam.

Pelaksanaan CFP di MI Muhammadiyah Karanganyar adalah:

1. Siswa bertanggung jawab terhadap 1 tanaman dalam kegiatan penanaman

tanaman holtikultura dalam pot.

2. Siswa membudidayakan tanaman sayuran dan buah di lahan yang sempit

dengan media pralon/pipa yang disebut dengan sistem ventrikultur. Sistem

ini cocok diterapkan di daerah perkotaan.

3. Menumbuhkan rasa cinta siswa terhadap keanekaragaman hayati atau

biodiversitas dalam Green Wave yaitu kegiatan penghijauan khusus dalam

rangka memperingati Hari Keanekaragaman Hayati (International Day for

Biological Diversity). Green wave mengajak para manusia di bumi untuk

ikut serta berkontribusi dan berpartisipasi pada tanggal 22 Mei dengan

melakukan aksi serentak yaitu menanam satu pohon pada pukul 10 pagi

waktu setempat.

4. Siswa dapat mengikuti kunjungan belajar ke luar negeri. OISCA Training

(37)

Karanganyar yang mewakili OISCA Indonesia dalam kunjungan belajar

selama 2 minggu ke Jepang. Dari kurang lebih 1200 siswa-siswi MI

Muhammadiyah Karanganyar yang diseleksi terpilihlah Ananda Maharani

Dean Pramudita sebagai CFP Ambassador 2015.

5. Penanaman Bibit Pohon

Masalah lingkungan utama, seperti penggundulan hutan dan perubahan

iklim, telah muncul dengan cepat. Sudah saatnya, manusia melakukan

hubungan dengan alam dan membangun kembali interaksi yang

berkelanjutan. CFP adalah kampanye penanaman pohon yang unik

menggunakan sistem sekolah dan menampilkan anak-anak sebagai aktor

utama.

6. Pemanfaatan Lahan Sekolah

Menanam di halaman sekolah sebagai area komunitas membuat

pengalaman unik. Dengan memanfaatkan lingkungan sekolah mereka,

mereka menciptakan ruang hijau dan siswa dapat melihat perkembangan

(38)

BAB III

POLA KEGIATAN

CHILDREN FOREST PROGRAMME (CFP)

A. Pola Kegiatan Children Forest Programme (CFP) Di MI Muhammadiyah Karanganyar

Program yang sedang digalakkan OISCA saat ini adalah program penghijauan

dan penghutanan kembali. Hingga saat ini OISCA sebagai organisasi

non-pemerintah telah banyak ikut serta dalam menciptakan hutan-hutan rakyat,

khususnya di negara Asia, bekerja sama dengan organisasi swasta lain atau

pemerintah. Program ini sedang berjalan di negara Philipina, Malaysia, Thiland,

Indonesia, Nepal, dan lain negara. Untuk program ini dari Jepang telah banyak

dikirimkan sukarelawan untuk mengorganisir pelaksanaan program penanaman

pohon tersebut. Walau dengan dukungan dana yang sangat terbatas, OISCA masih

mampu mengerahkan gerakan penanaman pohon hingga saat ini.

Usaha tersebut memang masih dalam usaha kecil bila dibandingkan dengan

proses cepatnya penggundulan hutan yang sedang terjadi. OISCA juga memotivasi

dan melibatkan masyarakat pedesaan setempat dimana penghijauan dilakukan,

untuk ikut berpartisipasi secara sukarela. Karena masih banyak anggota

masyarakat yang belum menyadari arti dan pentingnya penanaman pohon dan

memelihara lingkungan.

Melalui program tersebut di atas, dan berbaurnya masyarakat setempat dengan

sukarelawan dari Jepang ataupun dari negara lain yang secara khusus datang untuk

melaksanakan program tersebut, dengan harapan bahwa masyarakat pedesaan

secara bertahap akan menyadari makna penghijauan dan pelestarian alamnya begi

(39)

Pada perkembangan program ini, lalu diperkenalkan program Childrens Forest

Program (CFP) yaitu pelaksanaan penghijauan oleh anak-anak usia sekolah dasar

sampai menengah, yang dilaksanakan di negara-negara Asia Pasifik. Untuk

mendukung program CFP ini, di Jepang dipromosikan kepada masyarakatnya

untuk ikut menjadi anggota sukarelawan atau donaturnya.

Pelaksanaan program dilapangan dengan melibatkan sekolah-sekolah tingkat

dasar dan menengah tersebut supaya siswanya ikut berpartisipasi aktif. Sehingga

sedini mungkin kepada para siswa tersebut bisa di perkenalkan akan pentingnya

pelestarian lingkungan.

Kepada siswa hal ini juga bisa dijadikan media pelajaran mengenai buah yang

akan dihasilkan, manfaat kayunya, pelestarian sumber alam dan lain-lain. Karena

mereka sendiri yang menanam, diharapkan mereka akan memotivasi untuk

memelihara dan melihat perkembangan pohon yang ditanamnya, sehingga ini

nantinya akan menjadi hutan sekolah. Secara langsung program ini bisa menjadi

media pendidikan dan promosi penghijauan.

OISCA mengabdi untuk kemanusian dan berpartisipasi menciptakan dunia yang

damai, dimana sesama manusia saling menjalin pengertian sehingga dapat

bekerjasama melalui komunikasi yang benar-benar tulus dari hati ke hati.

Menghimpun orang-orang yang mempunyai gagasan dan semangat yang sejalan

dan saling mendukung. Anggota organisasi sukarela ini, dalam pengabdiannya

mempunyai semangat gotong royong atau bekerjasama dengan perorangan dan

organisasi lain, untuk membutikan pelayanan kemanusiaan tanpa pamrih.

Organisasi ini merupakan jaringan semangat pelayanan dan pengabdian bagi

(40)

gerakannya tanpa pamrih. Kemudian berusaha menyebarkan jaringan kerjasama

Internasional secara ideologi dan lebih bisa berdayaguna.

Kegiatan CFP mencakup seminar lingkungan, kuliah atau presentasi

lingkungan hidup untuk anak-anak dan masyarakat. Kegiatan ini juga

mengkampanyekan pengelolaan hutan, masalah ekologi global dan lingkungan

yang berkelanjutan. Anak-anak belajar berbagai kegiatan yang bermanfaat, seperti

meningkatkan tanaman obat, seperti jamur dan membuat kertas. Anak-anak terlibat

dalam kegiatan CFP akhirnya menginspirasi masyarakat untuk terlibat dalam

kegiatan lingkungan juga. Keluarga mereka mulai menanam pohon di sekitar

rumah mereka dan daerah lain.

CFP mengembangkan green campuss dan mengenalkan pendidikan

lingkungan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih baik. Progam ini

berfokus pada sekolah, anak-anak, guru, manajemen sekolah dan masyarakat

setempat.

Mengembangkan hutan mini dengan menanam berbagai jenis pohon asli yang

sesuai di daerah yang ditunjuk oleh sekolah dan dipelihara untuk jangka panjang.

Mendidik dan menyadarkan siswa dan keluarga serta masyarakat mereka tentang

pentingnya hutan memelihara lingkungan kita. Mempromosikan rasa kasih sayang

terhadap alam melalui pendidikan lingkungan. Memotivasi siswa dalam memulai

jaringan dan memobilisasi masyarakat untuk melakukan kegiatan perlindungan

(41)

Penanaman pohon dilaksanakan CFP dengan criteria sebagai berikut:

1. Sekolah negeri dan swasta

2. Memiliki ruang untuk menanam setidaknya 100 bibit pohon yang

bermanfaat untuk mengembangkan green campuss dan bersedia

memperbaiki pembelajaran.

Sekolah CFP akan melakukan tindakan berikut:

1. Pembentukan komite CFP termasuk kepala sekolah, guru, perwakilan

siswa, staff, keluargan masyarakat.

2. Pemilihan guru CFP yang bertanggungjawab dan berpartisipasi dalam

progam pelatihan pembentukan tim CFP aksi siswa.

Sekolah telah terdaftar untuk progam ini dan progam orientasi dilakukan untuk

kelompok tersebut. Setelah melalui orientasi, anak-anak sekolah dibawa ke alam

untuk mendapatkan paparan tentang penghijauan dan konservasi.

Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan progam ini adalah

menjalin kerjasama dengan para alumni OISCA dan pemerintah. Dengan motto

“Lindungilah Hutan dan Bumi Kita Bersama Anak-anak.” Progam ini mengajak

kepada seluruh lapisan masyarakat pada umumnya dan dunia pendidikan serta

anak-anak khususnya, untuk tetap peduli pada hutan dan lingkungan di muka bumi

ini, guna menciptakan generasi baru yang sangat peduli akan kelestarian

lingkungannya.

Dalam aksinya bersama CFP, siswa-siswi menanam bibit tanaman di

pekarangan sekolah dan sekitarnya. Setiap siswa sangat bersemangat untuk

menanam pohon muda mereka sendiri dan melihatnya tumbuh dengan cinta dan

(42)

menyiapkan pupuk, dan membuat pagar untuk perlindungan tanaman dari

binatang.

Tugas sebenarnya dari penanaman pohon ini adalah memelihara tanaman

tersebut agar tetap hidup. Setiap siswa bertanggung jawab untuk menghilangkan

rumput, penyiraman dan pemberian apresiasi kepada tanaman mereka setiap hari.

Pengalaman seperti ini mengarah pada pengembangan hutan penuh yang akan

memberikan banyak manfaat bagi manusia, hewan dan Ibu Pertiwi. Warisan

berharga yang ditinggalkan oleh satu generasi. Anggaran madrasah untuk upaya

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebesar 20 % dari total anggaran

madrasah.

Di bawah bimbingan tim OISCA Training Centre Karangpandan, siswa-siswi

MI Muhammadiyah Karanganyar melaksanakan berbagai kegiatan di bawah ini

untuk mensukseskan Children Forest Programme.

1. Kegiatan penanaman tanaman holtikultura dalam pot. 1 siswa bertanggung

jawab terhadap 1 tanaman. Kegiatan ini dilaksanakan mulai sekitar tahun

2010.

2. Kegiatan pemanfatan lahan sempit untuk menaman tanaman holtikulturan

dengan media tanam berupa pipa pralon.

3. Pengenalan sistem tanam vertikulture. Sistem pembudidayaan tanaman

sayuran dan buah di lahan yang sempit dengan media pralon/pipa yang

disebut dengan sistem ventrikultur. Sstem ini cocok di terapkan di daerah

perkotaan.

4. Mensukseskan Green Wave sejak tahun 2012. Green Wave adalah kegiatan

penghijauan khusus dalam rangka memperingati Hari Keanekaragaman

(43)

untuk menumbuhkembangkan kecintaan peserta didik MI Muhammadiyah

Karanganyar terhadap keanekaragaman hayati atau biodiversitas

(biodiversity). Pada saat yang sama, dilaksanakan penanaman tanaman

lokal serentak di seluruh penjuru dunia. Ajakan penanaman tanaman lokal

ini dikenal gerakan gelombang hijau (Green Wave). Green wave mengajak

para manusia di bumi untuk ikut serta berkontribusi dan berpartisipasi pada

tanggal 22 Mei dengan melakukan aksi serentak yaitu menanam satu pohon

pada pukul 10 pagi waktu setempat.

5. MI Muhammadiyah Karanganyar berpartisipasi dalam Kegiatan

Penghijauan Gunung Lawu yang diselenggarakan oleh Pemda

Karanganyar, OISCA dan Perhutani di Desa Segoro Gunung Ngargoyoso

Karanganyar.

6. MI Muhammadiyah Karanganyar juga berpartisipasi dalam penanaman

tanaman holtikultura di TK Mutiara Hati Tasikmadu.

7. CFP mengantarkan siswa MIM Karanganyar kunjungan belajar di Jepang.

OISCA Training Centre Karanganyar melaksanakan seleksi siswa-siswi MI

Muhammadiyah Karanganyar yang mewakili OISCA Indonesia dalam

kunjungan belajar selama 2 minggu ke Jepang. Dari kurang lebih 1200-an

siswa-siswi MIM Karanganyar yang diseleksi terpilihlah Ananda Maharani

Dean Pramudita sebagai CFP Ambassador 2015.

B. Opini Guru, Kepala Sekolah Mengenai Children Forest Progamme (CFP) Di MI Muhammadiyah Karanganyar

Keberadaan MI Muhammadiyah Karanganyar sebagai salah satu amal usaha

Muhammadiyah disamping Amal Usaha-amal usaha yang lain. MI

(44)

matang dan tinggal menikmati, namun merupakan hasil perjuangan yang gigih,

dan hasil kerja yang dilakukan persyarikatan dengan tenaga pendidiknya dilandasi

dengan ikhlas, penuh dedikasi, tanggung jawab dan selalu menjunjung tinggi

cita-cita persyarikatan.

Saat ini kehadiran Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Karanganyar

telah memberi citra positif terhadap perkembangan pendidikan Islam di Kabupaten

Karanganyar. Kendati tanpa tambahan label Sekolah Unggulan atau sejenisnya,

madrasah ini telah mampu menampakkan citranya sebagai lembaga pendidikan

Islam yang mengutamakan kualitas.

Karena gambaran seperti itu sudah terlanjur menjadi penilaian masyarakat

khususnya warga Karanganyar, MI Muhammadiyah sebagai lembaga pendidikan

dasar yang berciri khas Islam kini menjadi tujuan pertama para orang tua untuk

kepentingan pendidikan putra-putrinya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta

didik dari tahun ketahun yang terus meningkat. MI Muhammadiyah Karanganyar

berada di pusat kota Karanganyar. Terletak di lingkungan pendidikan yang

kondusif, lahan yang luas dan bangunan yang representative serta nyaman, MI

Muhammadiyah Karanganyar merupakan madrasah yang sangat mendukung

berjalannya pendidikan yang berkualitas. Puluhan prestasi di tingkat kabupaten,

propinsi maupun nasional baik dalam bidang akademik maupun non akademik

telah di raih MI Muhammadiyah Karanganyar.

Bagi guru yang mendampingi siswa-siswi dalam Children Forest Progamme

(CFP) Di MI Muhammadiyah Karanganyar, melaksanakan kegiatan belajar

mengajar yang menggunakan lingkungan dalam bentuk kegiatan membuat daftar

bagian-bagian utama tumbuhan dan kegunaannya dari hasil pengamatan. Guru

(45)

diskusi, simulasi (bermain peran), pengalaman lapangan, curah pendapat, debat,

laboratorium (praktek langsung), penugasan, observasi, dan project percontohan).

Melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang menggunakan lingkungan dalam

bentuk kegiatan membuat daftar bagian utama tumbuhan (akar, batang, daun,

bunga dan buah/biji) berdasarkan hasil pengamatan.

Sedangkan berdasarkan pendapat kepala sekolah, setelah mendapatkan

instruksi untuk melaksanakan program adiwiayata, MI Muhammadiyah

Karanganyar mulai berbenah. Adapun kegiatan yang sudah dilaksanakan MIM

Karanganyar dalam rangka mensukseskan program adiwiyata dengan bergabung

dalam Children Forest Programme (CFP), dengan tujuan menciptakan kondisi

yang baik bagi madrasah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran

warga madrasah, sehingga dikemudian hari warga madrasah tersebut dapat turut

bertanggungjawab dalam upaya penyelamatan lingkungan bagi madrasah di

(46)

BAB IV

IMPLIKASI PENERAPAN CHILDREN FOREST PROGAMME (CFP)

TERHADAP PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN

A. Perilaku Peduli Lingkungan

Perilaku merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek

dengan cara-cara tertentu. Perilaku sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang

dialami oleh individu. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling

mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan

timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu

sebagai anggota masyarakat. Peduli lingkungan dipahami sebagai perilaku dan

tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di

sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam

yang sudah terjadi.25

Menurut Yaumi siswa diharapkan secara aktif ikut terlibat dalam rangka

pengelolaan lingkungan hidup seperti:

1. Memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan

menanggulangi pencemaran dan perusakan.

2. Menjaga dan menginformasikan perlunya melestarikan lingkungan sekolah, rumah

tangga, dan masyarakat dengan secara sederhana.26

Sedangkan menurut Daryanto, indikator sikap peduli lingkungan untuk siswa yaitu:

a. Membersihkan lingkungan sekolah.

b. Memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman.

25

Aan Komariah, Visionary Leadership Menuju Sekolah yang Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, 102.

26

(47)

c. Ikut memelihara taman di sekolah.27

Sedangkan menurut Nenggala berpendapat bahwa indikator seseorang yang

peduli lingkungan adalah :

1. Selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar.

2. Tidak mengambil, menebang atau mencabut tumbuh-tumbuhan yang terdapat di

sepanjang perjalanan.

3. Tidak mencoret-coret, menorehkan tulisan pada pohon, batu-batu, jalan atau

dinding.28

Dari pendapat para tokoh di atas, dapat simpulkan bahwa indikator perilaku

peduli lingkungan sebagai berikut:

1. Memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan

menanggulangi pencemaran dan perusakan.

2. Menjaga dan menginformasikan perlunya melestarikan lingkungan sekolah, rumah

tangga, dan masyarakat dengan secara sederhana

B. Implikasi CFP Terhadap Perilaku Peduli Lingkungan

Pelaksanaan CFP di MI Muhammadiyah Karanganyar menaruh perhatian besar

terhadap peran penting pendidikan lingkungan dan memasukkannya dalam kebijakan

kurikulumnya. Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan disampaikan kepada para

siswa melalui kurikulum secara terintegrasi. Pengembangan materi, model pembelajaran

dan metode belajar yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada

siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan sehari-hari.

Tujuan CFP di MI Muhammadiyah Karanganyar menurut untuk meningkatkan

kesadaran, kepedulian ketrampilan, sikap, motivasi, dan komitmen untuk bekerja secara

individu dan kolektif terhadap pemecahan permasalahan dan mempertahankan kelestarian

27

Daryanto, Pendidikan Karakter di Sekolah, Yogyakarta: Gaya Medika, 2013, 148

28

(48)

lingkungan. Untuk mewujudkan madrasah yang peduli dan berbudaya lingkungan, warga

sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas CFP. Selain itu madrasah juga

diharapkan melibatkan masyarakat disekitarnya dalam melakukan berbagai kegiatan yang

memberikan manfaat baik bagi warga madrasah, masyarakat maupun lingkungannya.

Dalam mewujudkan madrasah yang peduli dan berbudaya lingkungan perlu didukung

sarana dan prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan hidup.

Madrasah sebagai tempat belajar perlu memiliki lingkungan yang bersih dan sehat agar

tercipta suasana belajar yang nyaman. Lingkungan sekolah yang bersih dan sehat tidak

hanya di dalam kelas tetapi juga diluar kelas, seperti di halaman sebagai lokasi CFP.

Halaman madrasah selain di tata keindahannya, juga perlu memperhatikan persyaratan

kesehatan. Halaman sekolah yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai macam

penyakit sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman bagi semua warga sekolah.

Pengintegrasian materi dan konsep pendidikan lingkungan hidup di madrasah dapat

dikembangkan dari tingkat manajemen yang dapat dikembangkan melalui kebijakan

membangun madrasah berwawasan lingkungan ataupun dengan melibatkan peran guru

untuk aktif menanamkan konsep dan materi lingkungan kepada siswa mereka. Integrasi

pendidikan ke dalam kurikulum dapat meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan

lingkungan hidup di madrasah. Pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup ke dalam

kurikulum sifatnya fleksibel dan bersifat menyeluruh akan tetapi bisa dilakukan secara

parsial atau dijadikan topik saja tanpa mengurangi makna dari tujuan proses

pembelajaran.

Gambar

Gambar 4.1 Implementasi CFP di MI Muhammadiyah Karanganyar

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan dilakukan untuk menganalisa karakteristik dasar dari briket arang yang dihasilkan yaitu nilai kalor (heating value), kadar air (moisture), kadar abu

[r]

salah satu alat bukti adalah bukti tertulis (tulisan), selanjutnya diperkuat lagi pada pasal 1874 KUH Perdata yang menyatakan bahwa salah satu bukti tulisan juga

Maka, berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini mengkaji tentang kemampuan mengajar guru geografi berdasarkan standar proses, sehingga dapat diketahui berapa jumlah

[r]

Aktivitas membaca dilakukan pembaca dalam rangka: (a) menginginkan informasi untuk tujuan-tujuan tertentu, atau karena ingin tahu tentang beberapa topik; (b)

Keuntungan biodisel minyak jelantah dibandingkan dengan bahan bakar solar adalah biodiesel mempunyai kadar belerang yang jauh lebih kecil (sangat ramah lingkungan karena

(2) Core Stability Exercise merupakan kemampuan untuk mengendalikan posisi dan gerakan sentral pada tubuh yang aktifitasnya akan membantu memelihara postur yang baik dalam