IMPLEMENTASI CHILDREN FOREST
PROGRAMME (CFP) DI MI MUHAMMADIYAH
KARANGANYAR
Oleh
DANANG SETIAWAN NIM. 12020160018
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
IMPLEMENTASI CHILDREN FOREST
PROGRAMME (CFP) DI MI MUHAMMADIYAH
KARANGANYAR
Oleh
DANANG SETIAWAN NIM. 12020160018
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga sebagai pelengkap persyaratan untuk
gelar Magister Pendidikan
Salatiga, 22 Maret 2018
PROGAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Nama Mahasiswa : DANANG SETIAWAN
NIM : 12020160018
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Konsentrasi : -
Tanggal Ujian : 26 Maret 2018
Judul Tesis : IMPLEMENTASI CHILDREN FOREST
PROGRAMME ( CFP) DI MI MUHAMMADIYAH KARANGANYAR
Panitia Munaqosah Tesis
Ketua Sidang : Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag.
Sekretaris : Dr. Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si.
Penguji I : Dr. Imam Sutomo, M.Ag.
PERNYATAAN KEASLIAN
“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil
karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak
mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan
sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah
diajukan untuk gelar atau ijasah pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau
perguruan tinggi lainnya.”
Salatiga, 22 Maret 2018
Yang membuat pernyataan
ABSTRAK
Implementasi Children Forest Programme (CFP) di MI Muhammadiyah Karanganyar.
Program peduli lingkungan Children Forest Programme atau (CFP) merupakan program penghijauan hutan anak-anak. Program ini merupakan salah satu program Organization for Industrial, Spiritual, and Cultural Advancement (OISCA). Penelitian ini difokuskan pada sekolah yang memiliki Children Forest Progamme (CFP). MIM Karanganyar dinilai berhasil menerapkan pendidikan lingkungan dalam kegiatan sehari-hari di sekolah dan menciptakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Penelitian menjawab tiga rumusan masalah petama, bagaimana konsep implementasi CFP di MIM Karanganyar; kedua, bagaimana pola kegiatan CFP di MIM Karanganyar; ketiga, bagaimana implikasi penerapan CFP terhadap perilaku peduli lingkungan di MIM Karanganyar.
Metode Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif untuk memahami fenomena yang terjadi pada subyek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara menyeluruh dan dengan cara deskripsi. Penelitian ini menghasilkan deskripsi serta analisis CFP. Pertama, program peduli lingkungan CFP merupakan program penghijauan hutan anak-anak. Program ini merupakan salah satu program Organization for Industrial, Spiritual, and Cultural Advancement (OISCA); Kedua, pola kegiatan CFP MIM Karanganyar berdasarkan learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk berbuat), learning to be (belajar membentuk jatidiri), learning to live together (belajar untuk hidup bersama dan berdampingan); Ketiga, Implikasi CFP MIM Karanganyar terhadap perilaku peduli lingkungan antara lain: memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan, menjaga dan menginformasikan perlunya melestarikan lingkungan sekolah, rumah tangga, dan masyarakat dengan secara sederhana
PRAKATA
Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT, yang maha pengasih
dan penyayang, karena hanya dengan rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan judul: “Implementasi Children Forest
Progamme di MI Muhammadiyah Karanganyar”.
Sholawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada junjungan kita
Rasulullah SAW, yang telah membawa kita ke jalan yang lurus yaitu agama
Islam, agama yang sangat dicintai Allah SWT.
Penulis menyadari, tersusunnya penelitian ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Dan melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Prof. Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag, selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN
Salatiga sekaligus ketua sidang tesis yang selalu memberikan arahan dan
bimbingan dalam penyelesaian studi ini.
3. Dr. Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si selaku Kepala Program Studi S2 PGMI serta
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, fikiran serta
pengarahan dan motivasi yang luar biasasehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan baik.ang selalu membantu, memberikan
motivasi, arahan, bimbingan, dan tidak henti-hentinya untuk mendorong agar
tesis ini segera diselesaikan.
4. Seluruh dosen, karyawan dan karyawati Program Pascasarjana IAIN Salatiga.
5. Bapak Sugih dan Ibu Hartini (almarhumah) selaku orang tua yang selalu
membimbing dan memberikan motivasi serta adikku Tita Setiyani, S.Psi dan
Satria yang saya sayangi.
6. Riyan Muhammad Shafii, S.Sos.I yang selalu membantu baik tenaga, pikiran,
waktu dan materi dalam proses penyusunan tesis ini.
7. Rekan kerja Tentor Bimbingan Belajar dan Les Privat DSC (Danank Study
8. Segenap Kepala Madrasah, Guru, Staff, Karyawan MI Muhammadiyah
Karanganyar sebagai lokasi penelitian ini.
9. Teman teman PGMI angkatan 2016 yang selalu mendukungku.
Kepada mereka semua, tiada yang pantas untuk dihaturkan kecuali ucapan
terimakasih, semoga amal baiknya mendapat balasan dari Allah SWT. Setelah
melalui proses yang cukup panjang dan melelahkan, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini. Dan tentunya penelitian ini masih banyak
kekurangan yang harus dikritisi demi perkembangan wacana dan kebaikan
bersama.
Akhirnya penulis memohon kepada Allah SWT, semoga buah karya ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi siapa saja yang membacanya,
terutama Civitas Akademi IAIN Salatiga.
Salatiga, 22 Maret 2018
Penulis,
Danang Setiawan
DAFTAR ISI
C. Signifikansi Penelitian ... 5
D. Kajian Pustaka ... 6
E. Metode Penelitian ... 17
F. Sistematika Penulisan... ... 21
BAB II KONSEP CHILDREN FOREST PROGRAMME (CFP) ... 22
A. Konsep Children Forest Programme (CFP) ... 22
B. Konsep Children Forest Progamme (CFP) di MIM Karanganyar 25 BAB III POLA KEGIATAN CHILDREN FOREST PROGRAMME (CFP) ... 27
A. Pola Kegiatan Children Forest Programme (CFP) Di MI Muhammadiyah Karanganyar ... 27
B. Opini Guru, Kepala Sekolah Mengenai Children Forest Progamme (CFP) Di MI Muhammadiyah Karanganyar ... 32
BAB IV IMPLIKASI PENERAPAN CHILDREN FOREST PROGRAMME (CFP) TERHADAP PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN ... 35
A. Perilaku Peduli Lingkungan ... 35
B. Implikasi CFP terhadap Perilaku Peduli Lingkungan ... 36
C. Deskripsi Pola Perilaku Pedulian Lingkungan ... 38
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
CFP Children Forest Programme
OISCA Organization for Industrial, Spiritual, and Cultural Advancement
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Observasi CFP
2. Lembar Observasi Kepedulian Lingkungan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang MasalahPendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas,
2010).1
Pendidikan Islam merupakan subsistem dalam pendidikan nasional, artinya
tujuan yang akan dicapai sebenarnya merupakan pencapaian dari salah satu atau
beberapa aspek dari tujuan pendidikan nasional. Pendidikan Islam dalam realitas di
lapangan sebagian sekolah negeri dan atau swasta memberikan ruang lingkup
aspek kognitif lebih dominan, sehingga peserta didik kurang mendapatkan
pengalaman paraktik sesuai realitas kehidupan sehari-hari.Idealnya pelaksanaan
pendidikan Islam dapat mengembangkan tiga domain dalam pendidikan yaitu
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek psikomotorik menekankan pada
pembiasaan untuk melaksanakan akhlaq terpuji dalam kehidupan sehari-hari.
Penanaman nilai esensial dengan pembelajaran dan pendampingan diperlukan
untuk siswa sebagai individu agar mampu memahami, mengalami dan
mengintegrasikan nilai ke dalam kepribadiannya. Proses pembudayaan dan
pemberdayaan nilai-nilai luhur dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Madrasah Ibtidaiyah sebagai salah satu jenjang
1
pendidikan formal memegang peranan penting untuk membangun kesadaran
lingkungan. Peserta didik perlu mendapatkan pengetahuan sikap dan perilaku
sebagai bagian dari internalisasi kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai
landasan untuk melahirkan cara pandang, berpikir, bersikap dan bertindak. Peserta
didik dapat mengenali lingkungan alam sekitar sekaligus mendapatkan pengertian
bahwa alam semesta ini sangat diperlukan bagi semua makhluk hidup, sehingga
peserta didik terbangun kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan. Peserta didik
perlu untuk mengenali dan menyadari pentingnya nilai peduli lingkungan ini sejak
dini, termasuk kepedulian terhadap hutan. Peserta didik dikenalkan dengan hutan
mini yang disediakan di sekolah sebagai bagian dari penanaman nilai pengetahuan
sekaligus dapat mensinergikan dengan domain afektif dan psikomotorik.
Peserta didik pada jenjang pendidikan dasar secara ilmiah memiliki rasa ingin
tahu yang kuat dan tertarik pada dunia sekitar yang mengelilinya; senang bermain
dan suka bergembira riang; suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal;
mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru; terdorong untuk
berprestasi dan tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak
kegagalan-kegagalan; belajar secara efektif ketika merasa puas dengan situasi belajar dengan
cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajak teman lainnya untuk
mengikuti aktivitas yang dilakukan. Peserta pada jenjang pendidikan dasar ini
memiliki potensi untuk dapat berinteraksi, memahami, merasakan, dan berperilaku
peduli terhadap suatu obyek di lingkungan sekitar. Potensi yang dimiliki ini belum
dapat dimanfaatkan dengan baik oleh sekolah di beberapa tempat termasuk pada
MI Muhammadiyah Karanganyar.
Program peduli lingkungan atau Children Forest Programme (CFP)
sekolah. Children Forest Programme sebagai bagian dari program Organization
for Industrial, Spiritual andCultural Advancement (OISCA) dengan motto
Lindungilah Hutan dan Bumi Kita Bersama Anak-anak. Progam ini mengajak
kepada seluruh lapisan masyarakat pada umumnya dan dunia pendidikan serta
anak-anak khususnya untuk peduli pada hutan dan lingkungan guna menciptakan
generasi baru yang peduli terhadap kelestarian lingkungan.
MI Muhammadiyah Karanganyar dinilai berhasil menerapkan pendidikan
lingkungan dalam kegiatan sehari-hari disekolah dan menciptakan sekolah yang
peduli dan berbudaya lingkungan melalui kegiatan CFP. Hal ini tidak terlepas dari
kerja sama seluruh warga sekolah. Warga sekolah mengerti, memahami, dan
menerapkan sikap, serta perilaku peduli lingkungan baik sebagai individu maupun
sebagai bagian dari organisasi sekolah. MI Muhammadiyah Karanganyar telah
memberi citra positif terhadap perkembangan pendidikan Islam di Kabupaten
Karanganyar. Kendati tanpa tambahan label Sekolah Unggulan atau sejenisnya,
madrasah ini telah mampu menampakkan citranya sebagai lembaga pendidikan
Islam yang mengutamakan kualitas. MI Muhammadiyah Karanganyar sebagai
lembaga pendidikan dasar dengan sarana pendukung yang lengkap selalu
mengembangkan pola, arah dan peranan pendidikan yang diorganisasikan dalam
empat pilar pendidikan yaitu: learning to know (belajar untuk mengetahui),
learning to do (belajar untuk berbuat), learning to be (belajar membentuk jatidiri),
learning to live together (belajar untuk hidup bersama dan berdampingan). Pilar
tersebut belum sepenuhnya dapat diimplementasikan pada program Children
Forest Progamme CFP. Potensi yang dimiliki oleh MI Muhammadiyah
Karanganyar ini memiliki karakteristik dalam implementasi, pola yang digunakan,
tidak dimiliki oleh sekolah pada jenjang pendidikan dasar serta dapat menjadi
pedoman untuk sekolah lain memiliki Children Forest Progamme. Berdasarkan
latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian tentang Implementasi Children
Forest Programme (CFP) di MI Muhammadiyah Karanganyar.
B. Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian
dengan judul Implementasi Children Forest Programme (CFP) MI
Muhammadiyah Karanganyar dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Progam kegiatan pembentuk karakter pada siswa Madrasah Ibtidaiyyah
dalam bidang kepedulian lingkungan masih rendah;
b. Ciri khas yang dimiliki anak usia pendidikan dasar seperti rasa ingin tahu,
senang bermain dan lebih suka bergembira/riang, suka mengatur dirinya
mengeksplorasi, terdorong untuk berprestasi, belajar dengan cara bekerja,
mengobservasi, berinisiatif, dan mengajak teman lainnya untuk mengikuti
aktivitas yang dilakukan masih belum dimanfaatkan dengan maksimal;
c. Potensi yang dimiliki peserta didik dengan 4 pilar belum dapat
diimplementasikan dengan baik pada CFP;
d. Belum ada pola kegiatan yang dapaat digunakan sebagai panduan untuk
melaksanakan CFP.
2. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada implementasi Children Forest Programme
(CFP) di MI Muhammadiyah Karanganyar.
3. Rumusan Masalah
b. Bagaimana Pola Kegiatan CFP di MIM Karanganyar?
c. Bagaimana implikasi penerapan CFP terhadap perilaku peduli lingkungan
di MIM Karanganyar?
C. Signifikansi Masalah
1.
Tujuan Penelitiana. Mendeskripsikan konsep implementasi CFP di MIM Karanganyar;
b. Menganalisispola kegiatan CFP di MIM Karanganyar;
c. Menganalisis implikasi penerapan CFP terhadap perilaku peduli
lingkungan di MIM Karanganyar
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
bagi pengembangan khasanah keilmuan dan pengetahuan berkaitan
dengan implementasi pendidikan karakter melalui CFP;
2) Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
kajian untuk penelitian yang sejenis atau penelitian lebih lanjut
yang juga membahas tentang CFP.
b. Manfaat Praksis
1) Bagi Guru
Bagi guru hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan
evaluasi dan masukan dalam rangka pembinaan dan pengawasan
terhadap siswa termasuk diri sendiri untuk lebih menyadari peran
2) Bagi Kepala Sekolah
Bagi kepala sekolah hasil penelitian ini diharapkan
dapatmenjadi bahan evaluasi dan masukan dalam rangka pembinaan
dan pengawasan terhadap semua warga sekolah berkaitan dengan
pelaksanaan CFP;
3) Bagi Peneliti
Bagi peneliti hasil penelitian diharapkan memberi gambaran
dan wawasan tentang implementasi nilai peduli lingkungan sebagai
salah satu nilai dalam pendidikan karakter di lembaga pendidikan
formal tingkat dasar untuk kemudian menjadi motivasi bagi diri sendiri
dalam menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran tentang
pentingnya sikap, perilaku, dan budaya peduli, sehat, bersih, serta
ramah lingkungan.
D. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Sara Knight, International Journal For Cross-Disciplinary Subjects in
Education (IJCDSE), Forest School as Away of Learning in the Outdoors in
the UK. Jurnal ini membahas proyek sekolah hutan sebagai fasilitas
pembelajaran di luar kelas. Hasil penelitian ini adalah analisis pengalaman
sekolah hutan dalam proses pembelajaran yang berbeda dengan aturan
pemerintihan Inggris.2
Mark Leather,Journal of Outdoor and Environment Education, A
Critique of Forest School, Something Lost in Translation. Jurnal ini membahas
2Sara Knight, “Forest School as Away of Learning in the Outdoors in the UK”, International
kritik dan pendekatan sekolah hutan sebagai pendidikan di luar kelas di Inggris
Hasil penelitian ini yaitu sekolah hutan berkontribusi dalam pendidikan
lingkungan sampai saat ini dan terus berlanjut di Inggris.3
Deborah Carter, International Journal of Early Childhood Environment
Education, A Nature Based Social Emotional Approach to Supporting Young
Children’s Holistic Develpoment in Classroom with and without Walls: The
Social Emotional Development (SEED) Framework. Jurnal ini membahas
pendekatan sosial emosional berbasis alam untuk mendukung perkembangan
anak usia dini. Hasil penelitian ini yaitu SEED menyediakan progam
pendidikan lingkungan (sekolah hutan) untuk anak usia dini untuk mendukung
kompetensi emosional sosial.
Ko Nomura, International Journal of Educational Development, A
perspective on education for sustainable development: Historical development
of environmental education in Indonesia. Jurnal ini membahas perkembangan
historis pendidikan lingkungan di Indonesia dengan penekanan pada sektor
non-formal, dan menerapkan temuannya pada diskusi tentang pendidikan
untuk pembangunan berkelanjutan.4
Kara Crohn, Matthew Birnbaum, Evaluation and Program Planning,
Environmental education evaluation: Time to reflect, time for change. Jurnal
ini membahas evaluasi dalam pendidikan lingkungan pada keadaan politik
3Mark Leather, “A Critique of Forest School, Something lost
in translation”,Journal of Outdoor and Environment Education, Volume 2, Number 1 (2016), 2-11.
4 Ko Nomura, “A perspective on education for sustainable development: Historical
development of environmental education in Indonesia”, International Journal of Educational Development, Volume 25, Number 2, (2009), 144-148.
yang berkaitan dengan penghematan di sektor publik dan meningkatnya
keterlibatan warga dalam masalah lingkungan di wilayah mereka.5
Tiwi Kamidin, Azizi Muda, Samsilah Roslan Mohd Majid Konting,
Ecopsychology Elements in Environmental Education as to Strengthen
Attitudes towards the environment. Jurnal ini membahas dampak awal elemen
ekopsikologi dalam pendidikan lingkungan untuk memperkuat sikap terhadap
lingkungan di antara peserta pelatihan guru berdasarkan ranah pembelajaran
afektif.6
2. Kerangka Teori
a. Pendidikan Lingkungan Hidup
Pendidikan yang baik mestinya mampu menghasilkan manusia yang
beradab bukan siswa yang cerdas secara kognitif dan psikomotorik tapi
miskin karakter atau budi pekerti luhur. Upaya penanaman nilai peduli
lingkungan perlu melibatkan semua warga sekolah. Keterlibatan warga
sekolah meliputi perawatan, pemanfaatan, pemeliharaan sarana dan
prasarana serta lingkungan sekolah.
Keterlibatan semua warga sekolah terutama peserta didik dalam
perawatan, pemanfaatan, pemeliharaan sarana dan prasarana serta
lingkungan sekolah sangat diperlukan dalam rangka membangun atau
membentuk karakter peserta didik. Kondisi lingkungan sekolah yang
bersih, indah, dan nyaman dengan melibatkan siswa secara aktif akan
menumbuhkan rasa memiliki, tanggung jawab dan komitmen dalam dirinya
5
Kara Chorhn & Matthew, “Environmental education evaluation: Time to reflect, time for change”, Evaluation and Program Planning,Volume 13, Number 4, (2010), 155-158.
6
Tiwi Kamidin, “Ecopsychology Elements in Environmental Education as to Strengthen
untuk memelihara semua itu. Seluruh warga sekolah, diharapkan peduli
terhadap lingkungan sekolah, baik fisik maupun sosialnya.7
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya.8 Lingkungan hidup bagi manusia meliputi segala sesuatu yang ada
di sekitarnya serta suasana yang berbentuk karena terjadinya interaksi di
antara elemen-elemen lingkungan tersebut.9 Nilai peduli lingkungan dapat
diidentifikasi melalui tingkah laku/perbuatan nyata dalam kehidupan
sehari-hari demi kelestarian lingkungan tersebut beserta keberlangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lain. Lingkungan sebagai segala sesuatu
yang ada di sekitar, hidup dan kehidupan manusia tidak pernah terlepas
dari pengaruh lingkungan. Manusia memiliki tuntutan kebutuhan hidup
mendorong manusia beradaptasi dengan lingkungan melalui berbagai cara
sesuai kemampuan, bahkan dorongan ini tidak terbatas pada adaptasi,
melainkan memotivasi memberdayakan melalui penyeimbangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan Lingkungan mencakup area yang luas seperti pendidikan
alam, ilmu biologi, konservasi, ekologi, pendidikan energi, lingkungan,
kehutanan, pendidikan global, pendidikan kelautan, sumber daya alam,
pendidikan luar, pendidikan kependudukan, sains dan masyarakat, biologi
sosial, konservasi tanah, pembangunan berkelanjutan, pertanian, botani,
7
Kemendiknas, Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011, 69.
8
Yudhi Utomo, Pendidikan Lingkungan Hidup, Malang: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang, 2009, 1-2.
9
konservasi, pendidikan konservasi, kehutanan penggunaan lahan, industri
kayu, sumber daya alam, pembibitan (hortikultura), penghasutan tanah,
pemahat tanah, pepohonan, pengelolaan margasatwa.10
Nilai peduli lingkungan sebagaimana dimaksud dalam pendidikan
karakter merupakan nilai berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku,
dan kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat
disukai, diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek
kepentingan. Nilai dianggap sebagai “keharusan” suatu cita yang menjadi
dasar bagi keputusan yang diambil oleh seseorang. Nilai-nilai itu
merupakan bagian kenyataan yang tidak dapat dipisahkan atau diabaikan.
Setiap orang bertingkah laku sesuai dengan seperangkat nilai, baik nilai
yang sudah merupakan hasil pemikiran yang tertulis maupun yang belum.
Bagi manusia, nilai dijadikan landasan, alasan atau motivasi dalam
menetapkan perbuatannya.11
Hal ini menunjuk pada sifat ideal nilai yang perlu direalisasikan dalam
bentuk fakta yang bersifat nyata pada diri siswa dalam sebuah lembaga
pendidikan. Nilai peduli lingkungan lebih cenderung pada lingkungan alam
yang dimaknai sebagai segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan
manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, dan hewan yang
berada di sekitar manusia yang dengan cara tertentu mempengaruhi
terhadap dan dipengaruhi oleh kehidupan, termasuk tingkah laku manusia
serta kelestariannya sendiri.
10
Kirubakaran Samuel, Environmental Education, Curriculum and Teaching Methods, New Delhi: Sarop and Sons, 2007, 12-13.
11
Pada dimplementasi nilai peduli lingkungan di tingkat satuan
pendidikan dilakukan berdasarkan grand design (strategi pelaksanaan) dari
Kemendiknas yang tercantum dalam Panduan Pelaksanaan Pendidikan
Karakter di Sekolah. Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di tingkat
satuan pendidikan yang dikemukakan Kemendiknas terdapat program
pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter
dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari di
sekolah. Integrasi tersebut dilakukan melalui kegiatan rutin, spontan, dan
pembudayaan di sekolah.
i. Kegiatan rutin
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara
terus-menerus dan konsisten setiap saat misalnya, piket kelas,
pemeriksaan kebersihan badan setiap hari Senin, dan sebagainya.
ii. Kegiatan spontan
Kegiatan spontan dapat dimengerti bahwa pelaksanaan kegiatan
dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan spontan
biasanya dilakukan berkaitan dengan sikap atau perilaku positif
maupun negatif. Kegiatan spontan terhadap sikap dan perilaku
positif dilakukan sebagai bentuk tanggapan sekaligus penguatan
atas sikap dan perilaku positif siswa. Hal ini dilakukan untuk
menegaskan bahwa sikap dan perilaku siswa yang positif tersebut
sudah baik dan perlu dipertahankan sehingga dapat dijadikan
teladan bagi teman-teman yang lain. Kegiatan spontan terhadap
sikap dan perilaku negatif dilakukan sebagai bentuk pemberian
a. Pembudayaan di Sekolah
Pembudayaan di sekolah memiliki cakupan yang luas, meliputi
ritual, harapan, hubungan, demografi, kegiatan kurikuler, kegiatan
ekstrakurikuler, proses pengambilan keputusan, kebijakan maupun
interaksi sosial antarkomponen di sekolah. Budaya sekolah
merupakan suasana kehidupan sekolah tempat siswa berinteraksi
dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya,
pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antaranggota
kelompok masyarakat sekolah. Interaksi internal kelompok dan
antarkelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta
etika bersama yang berlaku di suatu sekolah. Pengembangan
nilai-nilai pendidikan karakter dalam budaya sekolah ini meliputi
kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor,
tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan siswa dan
menggunakan fasilitas sekolah.12 Secara umum, pendidikan
merupakan interaksi antara faktor-faktor yang terlibat di dalamnya
guna mencapai tujuan pendidikan. Interaksi faktor-faktor tersebut
secara jelas dapat tersaksi dalam proses belajar, yaitu ketika
pendidik mengajarkan nilai-nilai, ilmu, dan keterampilan pada
peserta didik, sementara peserta didik menerima pengajaran
tersebut. Sasaran proses pendidikan tidak sekadar pengembangan
intelektualitas peserta didik dengan memasok pengetahuan
sebanyak mungkin, pendidikan merupakan proses pemberian
pengertian, pemahaman, dan penghayatan sampai pada pengamalan
12
yang diketahuinya. Tujuan tertinggi dari pendidikan adalah
pengembangan kepribadian peserta didik secara menyeluruh
dengan mengubah perilaku dan sikap peserta didik dari yang
bersifat negatif ke positif, dari yang destruktif ke konstruktif, dari
berakhlak buruk ke akhlak
mulia, termasuk mempertahankan karakter baik yang
disandangnya.13
b. Pengertian Empat Pilar Pendidikan
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa dapat
dilakukan melalui peningkatan mutu pendidikan. Perserikatan
Bangsa-Bangsa melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational,
Scientific and Cultural Organization) yang bergerak dibidang
pendidikan, pengetahuan dan budaya mencanangkan empat pilar
pendidikan yakni: (i) learning to Know, (ii) learning to do (iii) learning
to be, dan (iv) learning to live together. Keempat pilar tersebut secara
sinergi membentuk dan membangun pola pikir pendidikan di Indonesia.
Adapun empat pilar tersebut adalah sebagai berikut:
i. Learning to Know
Pilar pertama ini memeliki arti bahwa para peserta didik
dianjurkan untuk mencari dan mendapatkan pengetahuan
sebanyak-banyaknya, melalui pengalaman-pengalaman. Hal ini akan dapat
memicu munculnya sikap kritis dan semangat belajar peserta didik
meningkat. Learning to know selalu mengajarkan tentang arti
pentingnya sebuah pengetahuan, karena didalam learning to know
13
terdapat learning how to learn, artinya peserta didik belajar untuk
memahami apa yang ada di sekitarnya, karena itu adalah proses belajar.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi
dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.
Dari dua pendapat diatas menunjukkan bahwa belajar bukan saja
berasal dari bangku sekolahan saja tetapi belajar dapat terjadi melalui
interaksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya dinilai dari segi
hasilnya saja, melainkan dinilai dari segi proses, bagaimana cara anak
tersebut memperoleh pengetahuan, bukan apa yang diperoleh anak
tersebut.
Learning to know juga mengajarkan tentang atau yang disebut
dengan belajar sepanjang hayat. Arti pendidikan sepanjang hayat (long
life education) adalah bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu
menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan
di sekolah merupakan kelanjutan dalam keluarga. Sekolah merupakan
lembaga tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah
keluarga, sehingga mempengaruhi pribadianak dan perkembangan
sosialnya. Sekolah diselenggarakan secara formal. Di sekolah anak
akan belajar apa yang ada di dalam kehidupan, dengan kata lain
sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan
masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya.14
ii. Learning to Do
Pilar kedua menekankan pentingnya interaksi dan bertindak.
Belajar untuk menerapkan ilmu yang didapat, bekerja sama dalam
sebuah tim guna untuk memecahkan masalah dalam berbagai situasi
dan kondisi. Learning to do berkaitan dengan kemampuan hard skill
dan soft skill. Soft skill dan hard skill sangat penting dan dibutuhkan
dalam dunia pendidikan, karena sesungguhnya pendidikan merupakan
bagian terpenting dari proses penyiapan SDM (Sumber Daya Manusia)
yang berkualitas, tangguh, dan terampil dan siap untuk mengikuti
tuntutan zaman. Peserta didik sebagai hasil dari produk pendidikan
memang harus dituntut memiliki kemampuan soft skill dan hard skill.
iii. Learning to Be
Pilar ketiga artinya bahwa pentingnya mendidik dan melatih
peserta didik agar menjadi pribadi yang mandiri dan dapat mewujudkan
apa yang peserta didik impikan dan cita-citakan. Penguasaan
pengetahuan dan keterampilan (soft skill dan hard skill) merupakan
bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri
sendiri dapat diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan
dan jati diri. Belajar untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma dan
kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang
berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.
Learning to be sangat erat kaitannya dengan bakat, minat,
14
perkembangan fisik, kejiwaan anak serta kondisi lingkungannya. Misal
: bagi siswa yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi
kesempatan cukup luas untuk berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa
yang pasif, peran guru sebagai fasilitator bertugas sebagai petunjuk
arah sekaligus menjadi mediator bagi peserta didik. Hal ini sangat
diperlukan untuk menumbuh kembangkan potensi diri peserta didik
secara utuh dan maksimal. Selain itu, pendidikan juga harus bermuara
pada bagaimana peserta didik menjadi lebih manusiawi, menjadi
manusia yang berperi kemanusiaan.
iv. Learning to Live Together
Pilar terakhir artinya menanamkan kesadaran kepada para
peserta didik bahwa mereka adalah bagian dari kelompok masyarakat.
jadi, mereka harus mampu hidup bersama. Dengan makin beragamnya
etnis di Indonesia, kita perlu menanamkan sikap untuk dapat hidup
bersama. Pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling
menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan di
sekolah. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, sebagai
hasil dari proses pembelajaran, dapat dijadikan sebagai bekal untuk
mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada,
dan sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya.
Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar
merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat (learning to live
together). Untuk itu, pembelajaran di lembaga formal dan non formal
harus diarahkan pada peningkatan kualitas dan kemampuan intelektual
dan soft skill. Dengan kemampuan dan sikap manusia Indonesia yang
demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat
Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat.15
E. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yakni penelitian yang
bertujuan untuk memahami fenomena yang terjadi pada subyek penelitian,
seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara menyeluruh dan
dengan cara deskripsi.16 Penelitian ini menggunakan teknis analisis
deskriptif karena dalam melakukan penelitian tidak menggunakan
angka-angka statistik, melainkan penelitian yang berangka-angkat dari fakta-fakta dan
peristiwa yang konkret, baik alamiah maupun rekayasa.17
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di MIM Karanganyar. Penelitian dilaksanakan
mulai pada 4 Desember 2017 s.d 10 Maret 2018.
3. Sumber Data
Sumber yang memuat informasi atau data tersebut Kepala Madrasah
MIM Karanganyar, guru kelas dan guru pembimbing, orang tua, siswa dan
dokumentasi tentang pelaksanaan CFP di MIM Karanganyar.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dengan menggunakan tiga metode berikut:
a. Observasi
15
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, 2004, 144-146.
16
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, 6.
17
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis
atas fenomena-fenomena yang diteliti.18 Observasi dilakukan untuk
mengamati proses pelaksanaan CFP di MIM Karanganyar tentang
implementasi, pola, dan implikasi penerapan CFP.
b. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.19
Wawancara dilakukan secara langsung antara peneliti dengan
subyek yang diteliti. Wawancara yang dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara tentang pelaksananaan CFP
kepada kepala sekolah, guru, dan peserta didik di MIM tentang
implementasi, pola, dan implikasi penerapan CFP
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang menggunakan data yang
sudah tersedia yang berupa data verbal maupun nonverbal.
Dokumentasi berupa data yang terdapat pada indeks prestasi siswa,
surat-surat, catatan harian, jurnal, kenang-kenangan,
laporan-laporan, dan sebagainya untuk kelengkapan data
penelitian.20Dokumentasi yang digunakan berupa dokumen yang
berkaitan dengan pelaksanaan CFP di MIM Karanganyar.
5. Uji Keabsahan Data
18
Sutrisno Hadi,Metodologi Research, Jilid 2, Yogyakarta: Andi, 2004, 151.
19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, 132.
20
Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif
menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Jadi uji
keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas
interval), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas),
dan conformability (obyektivitas).
a. Uji Kredibilitas
Pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari
nonkualitatif. Kriterium ini berfungsi pertama, melaksanakan
inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan
penemuannya dapat dicapai; kedua, mempertunjukkan derajat
kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh
peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
b. Pengujian Transferability
Sebagai persoalan yang empiris bergantung pada kesamaan
antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan
pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya hendaknya mencari
dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks.
Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan
data deskriptif secukupnya jika ingin membuat keputusan tentang
pengalihan tersebut. Peneliti harus melakukan penelitian untuk
memastikan usaha memverifikasi tersebut. Nilai transfer ini
berkenaan dengan pertanyaan, Penelitian dapat diterapkan atau
digunakan dalam situasi lain. Oleh karena itu, supaya orang lain
dapat memahami hasil penelitian kualitatif ada kemungkinan untuk
membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas,
sistematis, dan dapat dipercaya.
Keteralihan dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara
menyusun (thick description) berdasarkan pada pengetahuan
seseorang peneliti tentang konteks pengertian dan konteks
penerimaan. Peneliti bertanggungjawab terhadap penyediaan dasar
secukupnya yang memungkinkan seseorang merenungkan suatu
aplikasi pada penerima sehingga memungkinkan adanya
pembandingan.
c. Pengujian Dependability
Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian.Konsep kebergantungan lebih luas
dari pada realibilitas, hal tersebut disebabkan peninjauan yang dari
segi bahwa konsep itu diperhitungkan pada realibilitas itu sendiri
ditambah faktor-faktor lainya yang tersangkut. Auditing adalah
konsep bisnis, khususnya di bidang fiskal yang dimanfaatkan untuk
memeriksa kebergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan
baik terhadap proses maupun terhadap hasil atau
keluaran.Penelusuran audit (audit trail) tidak dapat dilaksanakan
apabila tidak dilengkapi dengan catatan-catatan pelaksanaan
keseluruhan proses dan hasil studi.
d. Pengujian Konfirmability
Uji conformability mirip dengan uji dependability, sehingga
pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Pada penelitian
Secara spesifik, teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah triangulasi sumber dan teknik.
Triangulasi sumber berarti bahwa peneliti menguji kredibilitas
data dengan mengecek dan membandingkan data dari satu orang
informan dengan data dari informan lain. Triangulasi sumber
memungkinkan peneliti untuk melakukan pengecekan ulang serta
melengkapi informasi yang diperoleh. Triangulasi pada penelitian
ini untuk melakukan crosscheck data antar informan yang
terkadang terjadi akibat adanya pengaruh subjektivitas,
kepentingan.
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek
(membandingkan) data kepada informan (sumber) yang sama
dengan teknik yang berbeda. Misalnya, membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara serta dokumentasi.Pada
pelaksanaannya menggunakan salah satu atau gabungan dari kedua
teknik triangulasi.21
F. Sistematika Penulisan
BAB I membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, signifikansi
penelitian, kajian pustaka, metode penelitian; BAB II membahas mengenai konsep
children forest programme (CFP); BAB III pola kegiatan children forest programme
(CFP); BAB IV membahas mengenai implikasi penerapan children forest programme
(CFP); BAB V penutup.
21
BAB II
KONSEP
CHILDREN FOREST PROGAMME (CFP)
A. Konsep Children Forest Progamme (CFP) 1. Nama Program dan Arti
Pendidikan tentang lingkungan hidup perlu diajarkan karena dampak dari
pencemaran lingkungan berpengaruh global. Pendidikan peduli lingkungan diharapkan
mampu menanamkan sikap peduli siswa terhadap lingkungan. Sikap peduli tersebut
diharapkan mampu mengubah sikap siswa untuk lebih arif terhadap lingkungan.
Pendidikan tentang lingkungan hidup dapat diajarkan di sekolah dan perlu diajarkan
sejak dini. Kesadaran dan kepedulian manusia terhadap lingkungan tidak dapat
tumbuh begitu saja secara alamiah.22 Salah satu cara dalam upaya mengubah sikap
adalah melalui jalur pendidikan. Masyarakat memiliki masalah-masalah yang dihadapi
dan upaya pendidikan adalah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.23
Children's Forest Program (CFP) memiliki arti progam hutan anak. CFP
adalah program internasional yang mendidik anak-anak dan masyarakat sekitar
tentang lingkungan melalui penanaman pohon dan kegiatan lingkungan lainnya,
pabrik tangan kecil (mengelola sampah menjadi barang yang memiliki nilai jual yang
dilakukan oleh anak-anak setempat), reboisasi, berkah alam, solidaritas masyarakat
dan pertukaran internasional. CFP merupakan salah satu program dari Organization
for Industrial, Spiritual, and Cultural Advancement (OISCA) yang menangani
pelestarian lingkungan hidup dengan mengadakan penghijauan yang melibatkan
anak-anak. OISCA adalahsuatu organisasai nirlaba yang berkerja untuk meningkatkan atau
22
Goleman, Ecological Intelligence: How Knowing the Hidden Impacts of What We Buy Can Change Everything, New York: Broadway Books, 2012, 12.
23
membangun semangat dan kesadaran serta budaya yang lingkup kerjasamanya bertaraf
Internasional.
2. Sejarah
Children Forest Progamme (CFP) merupakan progam di bawa naungan
OISCA yang didirikan pada tanggal 6 Oktober 1961 oleh Dr. Yonosuke Nakano yang
sekaligus terpilih sebagai presiden OISCA pertama, setelah sebelumnya beliau
memprakarsai sejumlah konferensi bertaraf Internasional. Konferensi-konferensi
tersebut kemudian di tindak lanjuti dengan ajakan dari gerakan sosial, keagamaan,
kalangan pengusaha, politikus dari seluruh dunia; terutama negara-negara kawasan
Asia. Perwakilan dari berbagai negara dan kalangan tersebut kemudian bersama-sama
mendiskusikan bermacam-macam persoalan yang ada di dunia dan mencapai mufakat,
bahwa perlu kiranya untuk mendirikan suatu badan organisasi yang berorientasi
obyektif, baik ditinjau dari segi semangat, maupun materinya. Kebutuhan akan
pembangunan kesadaran dan semangat manusia disepakati sebagai landasan yang
kokoh bagi tujuan kerjasama antar bangsa dan manusia sedunia demi tarcapainya
perdamaian dan kehidupan yang harmonis di kemudian hari. Semangat dan kesadaran
manusia merupakan kekuatan dasar yang sangat potensial untuk perdamaian dan
kemakmuran dunia. Konferensi-keoferensi di atas, akhirnya menuntun terbentuknya
OISCA secara resmi dan aksinya bertaraf Internasional yang berkantor pusat di Jepang
untuk mendorong tercapainya cita-cita sesuai motto lindungilah bumi kita bersama
anak-anak.
Pada perkembangan program ini, lalu diperkenalkan CFP yaitu pelaksanaan
penghijauan oleh anak-anak usia sekolah dasar sampai menengah, yang dilaksanakan
di negara-negara Asia Pasifik. CFP didirikan pada tahun 1991 sebagai pengalaman
memasukkan berbagai kegiatan untuk melibatkan anak-anak sekolah dan komunitas
lebih dari 30 negara dan wilayah. 4.450 sekolah telah memasukkan CFP dalam
kurikulum pendidikan dan sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang penting. Meskipun
skala program relatif kecil di setiap sekolah, semua anak sekolah secara kolektif
belajar proses pelestarian dan pelestarian lingkungan yang berkelanjutan sebagai
komunitas global. Kegiatan CFP diselenggarakan oleh kepala sekolah, guru
coordinator CFP, dan sukarelawan Internasional OISCA.24
3. Ruang Lingkup
Kegiatan CFP bervariasi dari satu negara ke negara lain. Namun fokus CFP pada
pendidikan keanekaragaman hayati global.
a. Penanaman Bibit Pohon
Siswa menanam pohon yang mudah dijangkau oleh anak-anak, seperti
pohon buah dan bakau. Siswa bertanggung jawab untuk memeliharapohon
setiap hari, seperti menyiram, menghilangkan gulma, dan melindungi mereka
dari hewan. Siswa juga membuat pertanian organik dengan membuat kebun
sayur serta siswa memanen sayuran untuk makan siang sekolah atau keluarga.
b. Pembersihan Lingkungan Anak-anak
Siswa mengambil sampah di lingkungan masyarakat, membuat tempat
untuk mempertahankan lingkungan yang bersih dan alami. Perilaku siswa
tersebut menginspirasi orang tua, guru, dan masyarakat untuk terlibat dalam
tindakan sadar yang ramah lingkungan.
4. Maksud dan Tujuan
24
a. Pelaksanaan program ini bertujuan agar anak-anak sedini mungkin dapat
mencintai, melindungi, memelihara tanaman dan lingkungannya.
b. Membentuk kehidupan dunia yang serasi dan masa depan kehidupan yang damai.
B. Konsep Children Forest Progamme (CFP) di MIM Karanganyar
CFP di MIM Karanganyar menciptakan kondisi yang baik bagi madrasah
untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga madrasah, sehingga di
kemudian hari warga madrasah tersebut dapat turut bertanggungjawab dalam upaya
penyelamatan lingkungan bagi madrasah di Indonesia. Program ini harus berdasarkan
norma-norma kebersamaan, keterbukaan, kejujuran, keadilan dan kelestarian fungsi
lingkungan hidup dan sumber daya alam.
Pelaksanaan CFP di MI Muhammadiyah Karanganyar adalah:
1. Siswa bertanggung jawab terhadap 1 tanaman dalam kegiatan penanaman
tanaman holtikultura dalam pot.
2. Siswa membudidayakan tanaman sayuran dan buah di lahan yang sempit
dengan media pralon/pipa yang disebut dengan sistem ventrikultur. Sistem
ini cocok diterapkan di daerah perkotaan.
3. Menumbuhkan rasa cinta siswa terhadap keanekaragaman hayati atau
biodiversitas dalam Green Wave yaitu kegiatan penghijauan khusus dalam
rangka memperingati Hari Keanekaragaman Hayati (International Day for
Biological Diversity). Green wave mengajak para manusia di bumi untuk
ikut serta berkontribusi dan berpartisipasi pada tanggal 22 Mei dengan
melakukan aksi serentak yaitu menanam satu pohon pada pukul 10 pagi
waktu setempat.
4. Siswa dapat mengikuti kunjungan belajar ke luar negeri. OISCA Training
Karanganyar yang mewakili OISCA Indonesia dalam kunjungan belajar
selama 2 minggu ke Jepang. Dari kurang lebih 1200 siswa-siswi MI
Muhammadiyah Karanganyar yang diseleksi terpilihlah Ananda Maharani
Dean Pramudita sebagai CFP Ambassador 2015.
5. Penanaman Bibit Pohon
Masalah lingkungan utama, seperti penggundulan hutan dan perubahan
iklim, telah muncul dengan cepat. Sudah saatnya, manusia melakukan
hubungan dengan alam dan membangun kembali interaksi yang
berkelanjutan. CFP adalah kampanye penanaman pohon yang unik
menggunakan sistem sekolah dan menampilkan anak-anak sebagai aktor
utama.
6. Pemanfaatan Lahan Sekolah
Menanam di halaman sekolah sebagai area komunitas membuat
pengalaman unik. Dengan memanfaatkan lingkungan sekolah mereka,
mereka menciptakan ruang hijau dan siswa dapat melihat perkembangan
BAB III
POLA KEGIATAN
CHILDREN FOREST PROGRAMME (CFP)
A. Pola Kegiatan Children Forest Programme (CFP) Di MI Muhammadiyah Karanganyar
Program yang sedang digalakkan OISCA saat ini adalah program penghijauan
dan penghutanan kembali. Hingga saat ini OISCA sebagai organisasi
non-pemerintah telah banyak ikut serta dalam menciptakan hutan-hutan rakyat,
khususnya di negara Asia, bekerja sama dengan organisasi swasta lain atau
pemerintah. Program ini sedang berjalan di negara Philipina, Malaysia, Thiland,
Indonesia, Nepal, dan lain negara. Untuk program ini dari Jepang telah banyak
dikirimkan sukarelawan untuk mengorganisir pelaksanaan program penanaman
pohon tersebut. Walau dengan dukungan dana yang sangat terbatas, OISCA masih
mampu mengerahkan gerakan penanaman pohon hingga saat ini.
Usaha tersebut memang masih dalam usaha kecil bila dibandingkan dengan
proses cepatnya penggundulan hutan yang sedang terjadi. OISCA juga memotivasi
dan melibatkan masyarakat pedesaan setempat dimana penghijauan dilakukan,
untuk ikut berpartisipasi secara sukarela. Karena masih banyak anggota
masyarakat yang belum menyadari arti dan pentingnya penanaman pohon dan
memelihara lingkungan.
Melalui program tersebut di atas, dan berbaurnya masyarakat setempat dengan
sukarelawan dari Jepang ataupun dari negara lain yang secara khusus datang untuk
melaksanakan program tersebut, dengan harapan bahwa masyarakat pedesaan
secara bertahap akan menyadari makna penghijauan dan pelestarian alamnya begi
Pada perkembangan program ini, lalu diperkenalkan program Childrens Forest
Program (CFP) yaitu pelaksanaan penghijauan oleh anak-anak usia sekolah dasar
sampai menengah, yang dilaksanakan di negara-negara Asia Pasifik. Untuk
mendukung program CFP ini, di Jepang dipromosikan kepada masyarakatnya
untuk ikut menjadi anggota sukarelawan atau donaturnya.
Pelaksanaan program dilapangan dengan melibatkan sekolah-sekolah tingkat
dasar dan menengah tersebut supaya siswanya ikut berpartisipasi aktif. Sehingga
sedini mungkin kepada para siswa tersebut bisa di perkenalkan akan pentingnya
pelestarian lingkungan.
Kepada siswa hal ini juga bisa dijadikan media pelajaran mengenai buah yang
akan dihasilkan, manfaat kayunya, pelestarian sumber alam dan lain-lain. Karena
mereka sendiri yang menanam, diharapkan mereka akan memotivasi untuk
memelihara dan melihat perkembangan pohon yang ditanamnya, sehingga ini
nantinya akan menjadi hutan sekolah. Secara langsung program ini bisa menjadi
media pendidikan dan promosi penghijauan.
OISCA mengabdi untuk kemanusian dan berpartisipasi menciptakan dunia yang
damai, dimana sesama manusia saling menjalin pengertian sehingga dapat
bekerjasama melalui komunikasi yang benar-benar tulus dari hati ke hati.
Menghimpun orang-orang yang mempunyai gagasan dan semangat yang sejalan
dan saling mendukung. Anggota organisasi sukarela ini, dalam pengabdiannya
mempunyai semangat gotong royong atau bekerjasama dengan perorangan dan
organisasi lain, untuk membutikan pelayanan kemanusiaan tanpa pamrih.
Organisasi ini merupakan jaringan semangat pelayanan dan pengabdian bagi
gerakannya tanpa pamrih. Kemudian berusaha menyebarkan jaringan kerjasama
Internasional secara ideologi dan lebih bisa berdayaguna.
Kegiatan CFP mencakup seminar lingkungan, kuliah atau presentasi
lingkungan hidup untuk anak-anak dan masyarakat. Kegiatan ini juga
mengkampanyekan pengelolaan hutan, masalah ekologi global dan lingkungan
yang berkelanjutan. Anak-anak belajar berbagai kegiatan yang bermanfaat, seperti
meningkatkan tanaman obat, seperti jamur dan membuat kertas. Anak-anak terlibat
dalam kegiatan CFP akhirnya menginspirasi masyarakat untuk terlibat dalam
kegiatan lingkungan juga. Keluarga mereka mulai menanam pohon di sekitar
rumah mereka dan daerah lain.
CFP mengembangkan green campuss dan mengenalkan pendidikan
lingkungan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang lebih baik. Progam ini
berfokus pada sekolah, anak-anak, guru, manajemen sekolah dan masyarakat
setempat.
Mengembangkan hutan mini dengan menanam berbagai jenis pohon asli yang
sesuai di daerah yang ditunjuk oleh sekolah dan dipelihara untuk jangka panjang.
Mendidik dan menyadarkan siswa dan keluarga serta masyarakat mereka tentang
pentingnya hutan memelihara lingkungan kita. Mempromosikan rasa kasih sayang
terhadap alam melalui pendidikan lingkungan. Memotivasi siswa dalam memulai
jaringan dan memobilisasi masyarakat untuk melakukan kegiatan perlindungan
Penanaman pohon dilaksanakan CFP dengan criteria sebagai berikut:
1. Sekolah negeri dan swasta
2. Memiliki ruang untuk menanam setidaknya 100 bibit pohon yang
bermanfaat untuk mengembangkan green campuss dan bersedia
memperbaiki pembelajaran.
Sekolah CFP akan melakukan tindakan berikut:
1. Pembentukan komite CFP termasuk kepala sekolah, guru, perwakilan
siswa, staff, keluargan masyarakat.
2. Pemilihan guru CFP yang bertanggungjawab dan berpartisipasi dalam
progam pelatihan pembentukan tim CFP aksi siswa.
Sekolah telah terdaftar untuk progam ini dan progam orientasi dilakukan untuk
kelompok tersebut. Setelah melalui orientasi, anak-anak sekolah dibawa ke alam
untuk mendapatkan paparan tentang penghijauan dan konservasi.
Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan progam ini adalah
menjalin kerjasama dengan para alumni OISCA dan pemerintah. Dengan motto
“Lindungilah Hutan dan Bumi Kita Bersama Anak-anak.” Progam ini mengajak
kepada seluruh lapisan masyarakat pada umumnya dan dunia pendidikan serta
anak-anak khususnya, untuk tetap peduli pada hutan dan lingkungan di muka bumi
ini, guna menciptakan generasi baru yang sangat peduli akan kelestarian
lingkungannya.
Dalam aksinya bersama CFP, siswa-siswi menanam bibit tanaman di
pekarangan sekolah dan sekitarnya. Setiap siswa sangat bersemangat untuk
menanam pohon muda mereka sendiri dan melihatnya tumbuh dengan cinta dan
menyiapkan pupuk, dan membuat pagar untuk perlindungan tanaman dari
binatang.
Tugas sebenarnya dari penanaman pohon ini adalah memelihara tanaman
tersebut agar tetap hidup. Setiap siswa bertanggung jawab untuk menghilangkan
rumput, penyiraman dan pemberian apresiasi kepada tanaman mereka setiap hari.
Pengalaman seperti ini mengarah pada pengembangan hutan penuh yang akan
memberikan banyak manfaat bagi manusia, hewan dan Ibu Pertiwi. Warisan
berharga yang ditinggalkan oleh satu generasi. Anggaran madrasah untuk upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebesar 20 % dari total anggaran
madrasah.
Di bawah bimbingan tim OISCA Training Centre Karangpandan, siswa-siswi
MI Muhammadiyah Karanganyar melaksanakan berbagai kegiatan di bawah ini
untuk mensukseskan Children Forest Programme.
1. Kegiatan penanaman tanaman holtikultura dalam pot. 1 siswa bertanggung
jawab terhadap 1 tanaman. Kegiatan ini dilaksanakan mulai sekitar tahun
2010.
2. Kegiatan pemanfatan lahan sempit untuk menaman tanaman holtikulturan
dengan media tanam berupa pipa pralon.
3. Pengenalan sistem tanam vertikulture. Sistem pembudidayaan tanaman
sayuran dan buah di lahan yang sempit dengan media pralon/pipa yang
disebut dengan sistem ventrikultur. Sstem ini cocok di terapkan di daerah
perkotaan.
4. Mensukseskan Green Wave sejak tahun 2012. Green Wave adalah kegiatan
penghijauan khusus dalam rangka memperingati Hari Keanekaragaman
untuk menumbuhkembangkan kecintaan peserta didik MI Muhammadiyah
Karanganyar terhadap keanekaragaman hayati atau biodiversitas
(biodiversity). Pada saat yang sama, dilaksanakan penanaman tanaman
lokal serentak di seluruh penjuru dunia. Ajakan penanaman tanaman lokal
ini dikenal gerakan gelombang hijau (Green Wave). Green wave mengajak
para manusia di bumi untuk ikut serta berkontribusi dan berpartisipasi pada
tanggal 22 Mei dengan melakukan aksi serentak yaitu menanam satu pohon
pada pukul 10 pagi waktu setempat.
5. MI Muhammadiyah Karanganyar berpartisipasi dalam Kegiatan
Penghijauan Gunung Lawu yang diselenggarakan oleh Pemda
Karanganyar, OISCA dan Perhutani di Desa Segoro Gunung Ngargoyoso
Karanganyar.
6. MI Muhammadiyah Karanganyar juga berpartisipasi dalam penanaman
tanaman holtikultura di TK Mutiara Hati Tasikmadu.
7. CFP mengantarkan siswa MIM Karanganyar kunjungan belajar di Jepang.
OISCA Training Centre Karanganyar melaksanakan seleksi siswa-siswi MI
Muhammadiyah Karanganyar yang mewakili OISCA Indonesia dalam
kunjungan belajar selama 2 minggu ke Jepang. Dari kurang lebih 1200-an
siswa-siswi MIM Karanganyar yang diseleksi terpilihlah Ananda Maharani
Dean Pramudita sebagai CFP Ambassador 2015.
B. Opini Guru, Kepala Sekolah Mengenai Children Forest Progamme (CFP) Di MI Muhammadiyah Karanganyar
Keberadaan MI Muhammadiyah Karanganyar sebagai salah satu amal usaha
Muhammadiyah disamping Amal Usaha-amal usaha yang lain. MI
matang dan tinggal menikmati, namun merupakan hasil perjuangan yang gigih,
dan hasil kerja yang dilakukan persyarikatan dengan tenaga pendidiknya dilandasi
dengan ikhlas, penuh dedikasi, tanggung jawab dan selalu menjunjung tinggi
cita-cita persyarikatan.
Saat ini kehadiran Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Karanganyar
telah memberi citra positif terhadap perkembangan pendidikan Islam di Kabupaten
Karanganyar. Kendati tanpa tambahan label Sekolah Unggulan atau sejenisnya,
madrasah ini telah mampu menampakkan citranya sebagai lembaga pendidikan
Islam yang mengutamakan kualitas.
Karena gambaran seperti itu sudah terlanjur menjadi penilaian masyarakat
khususnya warga Karanganyar, MI Muhammadiyah sebagai lembaga pendidikan
dasar yang berciri khas Islam kini menjadi tujuan pertama para orang tua untuk
kepentingan pendidikan putra-putrinya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta
didik dari tahun ketahun yang terus meningkat. MI Muhammadiyah Karanganyar
berada di pusat kota Karanganyar. Terletak di lingkungan pendidikan yang
kondusif, lahan yang luas dan bangunan yang representative serta nyaman, MI
Muhammadiyah Karanganyar merupakan madrasah yang sangat mendukung
berjalannya pendidikan yang berkualitas. Puluhan prestasi di tingkat kabupaten,
propinsi maupun nasional baik dalam bidang akademik maupun non akademik
telah di raih MI Muhammadiyah Karanganyar.
Bagi guru yang mendampingi siswa-siswi dalam Children Forest Progamme
(CFP) Di MI Muhammadiyah Karanganyar, melaksanakan kegiatan belajar
mengajar yang menggunakan lingkungan dalam bentuk kegiatan membuat daftar
bagian-bagian utama tumbuhan dan kegunaannya dari hasil pengamatan. Guru
diskusi, simulasi (bermain peran), pengalaman lapangan, curah pendapat, debat,
laboratorium (praktek langsung), penugasan, observasi, dan project percontohan).
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang menggunakan lingkungan dalam
bentuk kegiatan membuat daftar bagian utama tumbuhan (akar, batang, daun,
bunga dan buah/biji) berdasarkan hasil pengamatan.
Sedangkan berdasarkan pendapat kepala sekolah, setelah mendapatkan
instruksi untuk melaksanakan program adiwiayata, MI Muhammadiyah
Karanganyar mulai berbenah. Adapun kegiatan yang sudah dilaksanakan MIM
Karanganyar dalam rangka mensukseskan program adiwiyata dengan bergabung
dalam Children Forest Programme (CFP), dengan tujuan menciptakan kondisi
yang baik bagi madrasah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran
warga madrasah, sehingga dikemudian hari warga madrasah tersebut dapat turut
bertanggungjawab dalam upaya penyelamatan lingkungan bagi madrasah di
BAB IV
IMPLIKASI PENERAPAN CHILDREN FOREST PROGAMME (CFP)
TERHADAP PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN
A. Perilaku Peduli Lingkungan
Perilaku merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek
dengan cara-cara tertentu. Perilaku sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang
dialami oleh individu. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan saling
mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan
timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu
sebagai anggota masyarakat. Peduli lingkungan dipahami sebagai perilaku dan
tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang sudah terjadi.25
Menurut Yaumi siswa diharapkan secara aktif ikut terlibat dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup seperti:
1. Memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan perusakan.
2. Menjaga dan menginformasikan perlunya melestarikan lingkungan sekolah, rumah
tangga, dan masyarakat dengan secara sederhana.26
Sedangkan menurut Daryanto, indikator sikap peduli lingkungan untuk siswa yaitu:
a. Membersihkan lingkungan sekolah.
b. Memperindah kelas dan sekolah dengan tanaman.
25
Aan Komariah, Visionary Leadership Menuju Sekolah yang Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, 102.
26
c. Ikut memelihara taman di sekolah.27
Sedangkan menurut Nenggala berpendapat bahwa indikator seseorang yang
peduli lingkungan adalah :
1. Selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar.
2. Tidak mengambil, menebang atau mencabut tumbuh-tumbuhan yang terdapat di
sepanjang perjalanan.
3. Tidak mencoret-coret, menorehkan tulisan pada pohon, batu-batu, jalan atau
dinding.28
Dari pendapat para tokoh di atas, dapat simpulkan bahwa indikator perilaku
peduli lingkungan sebagai berikut:
1. Memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan perusakan.
2. Menjaga dan menginformasikan perlunya melestarikan lingkungan sekolah, rumah
tangga, dan masyarakat dengan secara sederhana
B. Implikasi CFP Terhadap Perilaku Peduli Lingkungan
Pelaksanaan CFP di MI Muhammadiyah Karanganyar menaruh perhatian besar
terhadap peran penting pendidikan lingkungan dan memasukkannya dalam kebijakan
kurikulumnya. Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan disampaikan kepada para
siswa melalui kurikulum secara terintegrasi. Pengembangan materi, model pembelajaran
dan metode belajar yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada
siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan sehari-hari.
Tujuan CFP di MI Muhammadiyah Karanganyar menurut untuk meningkatkan
kesadaran, kepedulian ketrampilan, sikap, motivasi, dan komitmen untuk bekerja secara
individu dan kolektif terhadap pemecahan permasalahan dan mempertahankan kelestarian
27
Daryanto, Pendidikan Karakter di Sekolah, Yogyakarta: Gaya Medika, 2013, 148
28
lingkungan. Untuk mewujudkan madrasah yang peduli dan berbudaya lingkungan, warga
sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas CFP. Selain itu madrasah juga
diharapkan melibatkan masyarakat disekitarnya dalam melakukan berbagai kegiatan yang
memberikan manfaat baik bagi warga madrasah, masyarakat maupun lingkungannya.
Dalam mewujudkan madrasah yang peduli dan berbudaya lingkungan perlu didukung
sarana dan prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan hidup.
Madrasah sebagai tempat belajar perlu memiliki lingkungan yang bersih dan sehat agar
tercipta suasana belajar yang nyaman. Lingkungan sekolah yang bersih dan sehat tidak
hanya di dalam kelas tetapi juga diluar kelas, seperti di halaman sebagai lokasi CFP.
Halaman madrasah selain di tata keindahannya, juga perlu memperhatikan persyaratan
kesehatan. Halaman sekolah yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman bagi semua warga sekolah.
Pengintegrasian materi dan konsep pendidikan lingkungan hidup di madrasah dapat
dikembangkan dari tingkat manajemen yang dapat dikembangkan melalui kebijakan
membangun madrasah berwawasan lingkungan ataupun dengan melibatkan peran guru
untuk aktif menanamkan konsep dan materi lingkungan kepada siswa mereka. Integrasi
pendidikan ke dalam kurikulum dapat meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan
lingkungan hidup di madrasah. Pengintegrasian pendidikan lingkungan hidup ke dalam
kurikulum sifatnya fleksibel dan bersifat menyeluruh akan tetapi bisa dilakukan secara
parsial atau dijadikan topik saja tanpa mengurangi makna dari tujuan proses
pembelajaran.