• Tidak ada hasil yang ditemukan

CHARGER PORTABLE SEBAGAI PENGISIAN BATERAI HANDPHONE DARI SUMBER DAYA DC MENGGUNAKAN METODE BUCK BOOST CONVERTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CHARGER PORTABLE SEBAGAI PENGISIAN BATERAI HANDPHONE DARI SUMBER DAYA DC MENGGUNAKAN METODE BUCK BOOST CONVERTER"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak Charger merupakan piranti yang digunakan dalam pengisian baterai. Charger portable dibuat untuk mengimbangi fungsi piranti elektronika yang praktis yang bisa dibawa kemana-mana, termasuk handphone. Charger portable memanfaatkan sumber daya dc yang lebih banyak dtemukan ditempat-tempat umum karena sifatnya yang praktis. Charger ini mengubah sumber daya dc menjadi dc (dc to dc converter) sesuai tegangan yang dibutuhkan dalam pengisian baterai, yang umum digunakan adalah 5 volt. Dengan menjadikan tegangan dc konstan 5 volt, maka sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan dalam melakukan pengisian. Disinilah fungsi charger portable sebagai dc to dc converter, yakni menjadikan tegangan itu konstan.

Dalam dc to dc converter, yang paling banyak digunakan adalah buck converter, boost converter, dan buck-boost converter. Buck converter bersifat menurunkan tegangan input, boost converter bersifat menaikkan tegangan input dan buck-boost converter memiliki fungsi keduanya. Converter tersebut menghasilkan tegangan konstan sesuai yang diinginkan.

Charger portable dibuat dengan memanfaatkan metode buck converter dan boost converter yang digabung menjadi satu. Dan oleh karena portable, maka digunakan rangkaian yang paling sederhana dengan komponen yang sederhana agar konsumsi daya terhadap charger ini menjadi minim. Hal ini karena daya yang tersimpan dalam baterai dc yang terbatas dan mudah cepat habis.

Untuk menentukan output dari converter mana yang digunakan, buck ataukah boost, maka digunakan sebuah relay dimana ketika tegangan relay cukup untuk menghasilkan tegangan 5 volt maka relay aktif dan memilih output dari buck converter yang digunakan. Tapi jika ternyata output dari buck converter belum bisa menghasilkan output yang diinginkan karena supply dari input kurang, maka output dari boost converter yang digunakan

Kata Kunci : charger, portable, dc to dc converter, buck

converter, boost converter

I. PENDAHULUAN

Handphone merupakan alat komunikasi yang saat ini paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Keberadaan handphone seakan tidak bisa digantian dengan alat komunikasi lainnya karena sifatnya yang praktis dan dapat dibawa kemana-mana.

Penggunaan handphone secara kontinyu tentu mengurangi sumber daya pada baterai yang digunakannya. Untuk itu perlu dilakukan charging

baterai handphone yang biasanya menggunakan adaptor

yang menggunakan sumber daya ac dari jala-jala PLN yang ada di rumah-rumah. Sedangkan pada keadaan tertentu pengguna handphone belum tentu berada di rumah atau di tempat yang menyediakan sumber daya ac. Kalau dibandingkan dengan sumber daya dc, maka sumber daya dc lebih mudah didapatkan di tempat-tempat umum, berupa baterai yang umum dijual di pasaran.

Dengan melihat kondisi tersebut, dibutuhkan sebuah charger portable yang efisien yang dapat memanfaatkan berbagai jenis baterai dc, bahkan mulai tegangan sumber 1,5 volt. Output yang dihasilkan haruslah tetap konsan (5 volt dc), walaupun menggunakan input tegangan dari baterai yang bervariasi, sehingga tidak merusak daya tahan dari baterai

handphone itu sendiri.

Dengan metode yang sudah ada dapat dibuat sebuah dc-dc converter yang nantinya dapat digunakan sebagai charger portable yang dapat digunakan dalam keadaan darurat. Rangkaian ini dibuat seefisien mungkin dengan menggunakan komponen yang sederhana sehingga tujuan pembuatan proyek akhir ini dapat terpenuhi.

CHARGER PORTABLE SEBAGAI PENGISIAN BATERAI

HANDPHONE DARI SUMBER DAYA DC MENGGUNAKAN

METODE BUCK BOOST CONVERTER

Agus Setyawan

1

, Bambang Sumantri, ST.,M.Sc

2

, Agus Indra Gunawan, ST.,M.Sc

2

1Penulis, Mahasiswa Jurusan Teknik Elektronika PENS - ITS 2Dosen Pembimbing, Staf Pengajar di Jurusan Teknik Elektronika PENS - ITS

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Electronics Engineering Polytechnic Institute of Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, INDONESIA

Tel: +62 (31) 594 7280; Fax: +62 (31) 594 6114

(2)

II. DASAR TEORI 2.1 Boost converter

Boost converter adalah jenis dc-dc converter

yang memiliki output tegangan yang lebih besar dari tegangan input.

Gambar 2.1 Rangkaian Dasar Boost Converter

Saklar adalah saklar elektronik yang bekerja secara cepat antara on dan off sehingga menghasilkan

duty cycle secara otomatis mengikuti besar tegangan input. Besarnya duty cycle berubah-ubah sesuai besar input yang diberikan untuk menjaga output agar tetap konstan.

Ketika saklar dalam posisi tertutup, maka diode dalam keadaan reverse, sehingga terjadi penyimpanan muatan oleh induktor.

Gambar 2.2 Boost Converter Kondisi Saklar Tertutup L DT V i L V dt di DT i t i dt di L V dt di dt di L V v d closed L d L L L L d L L d L

Sedangkan ketika saklar dalam kondisi terbuka, maka diode menjadi kondisi tertutup dan induktor akan membuang energinya menuju kapasitor.

Gambar 2.3 Boost Converter Kondisi Saklar Terbuka L DT V V i L V V dt di T D i t i dt di L V V dt di dt di L V V v o d opened L o d L L L L o d L L o d L ) 1 ( ) 1 (

Gambar 2.4 Pengaruh Duty Cycle pada Boost Converter

Besarnya duty cycle akan mempengaruhi nilai tegangan output. Perbandingan duty cycle antara keadaan closed dan open dapat dilihat pada grafik gambar 2.4. Tegangan yang dihasilkan merupakan nilai rata-rata dari keadaan saklar yang open dan

closed. Nilai duty cycle boost converter memenuhi persamaan berikut: RCf D V V D V V o o d o 1 1

Gambar 2.5 Rangkaian Boost Converter dengan

Controller Sederhana

Untuk nilai induktansi yang digunakan adalah sebagai berikut:

f

R

D

D

L

2

)

1

(

2 min DT T ( 1-D )T iL vL OPENED t t Vd Vd Vo iL

(3)

dengan : m in

L

= Nilai Induktansi minimum

D

= Duty cycle

R

= Resistansi

f

= Frekuensi

2.2

Buck converter

Buck converter adalah jenis dc-dc converter

yang memiliki output tegangan yang lebih kecil dari tegangan input.

Gambar 2.6 Rangkaian Dasar Buck Converter

Ketika saklar tertutup, diode dalam keadaan

reverse sehingga sinyal input menuju induktor dan terjadi penyimpanan energi.

Gambar 2.7 Buck Converter Kondisi Saklar Tertutup L V V dt di dt di L V V v o d L L o d L DT L V V i L V V DT i t i dt di o d closed L o d L L L

Sedangkan saat kondisi saklar terbuka diode menjadi forward bias sehingga ada aliran tegangan yang melalui kapasitor.

Gambar 2.8 Buck Converter Kondisi Saklar Terbuka T D L V i L V T D i t i dt di L V dt di dt di L V v o opened L o L L L o L L o L ) 1 ( ) 1 (

Gambar 2.9 Pengaruh Duty Cycle Pada Buck Converter

Seperti halnya boost converter, sinyal duty cycle dapat dibuat dari rangkaian analog dengan memanfaatkan komponen yang sederhana, yakni kapasitor dan transistor.

Gambar 2.10 Rangkaian Buck Converter

dengan Controller Sederhana

Besarnya duty cycle agar tegangan output sesuai yang diharapkan adalah sebagai berikut:

2 8 1 LCf D V V D V V o o d o

Nilai induktansi yang dibutuhkan untuk membuat sebuah buck converter adalah berdasarkan persamaan berikut:

f

R

D

L

2

)

1

(

m in dengan : m in

L

= Nilai Induktansi minimum

D

= Duty cycle

R

= Resistansi

f

= Frekuensi

III. PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Sistem

(4)

Alat ini dirancang dan dibuat dengan menggunakan metode dari rangkaian buck dan boost converter, dimana output dari kedua tipe converter

tersebut terhubung dengan relay untuk mengaktifkan output mana yang akan digunakan.

3.2Relay

Relay yang digunakan adalah relay 5 volt, namun dalam kenyataannya relay ini dapat aktif walaupun tegangan yang diberikan padanya kurang dari 5 volt. Untuk mengantisipasi agar relay tidak aktif saat kondisi yang tidak dibutuhkan, dimana saat tegangan output buck converter kurang dari 5 volt, maka ditambahkan pembatas tegangan agar tegangan output buck converter

yang kurang dari 5 volt tidak dapat mengaktifkan relay.

Gambar 3.2 Rangkaian Pembatas Tegangan Kurang Pada Relay

IV PENGUJIAN SISTEM 4.1 Pengukuran Menggunakan Multitester

Pengujian mengunakan multitester digunakan untuk mengetahui nilai output yang dhasilkan oleh rangkaian charger portable ini dari berbagai input yang diberikan padanya. Nilai output yang diambil adalah tegangan dan nilai arus. Pengukuran di lakukan dengan menggunakan input baterai ukuran AA/1,5 volt.

TB = Tanpa Beban, DB = Dengan Beban

Berdasarkan nilai referensi tegangan yang diinginkan adalah tegangan dc 5 volt dan dengan nilai output yang dihasilkan, dapat dicari nilai error sebagai berikut.

Error (%) = | nilai referensi – nilai output sesungguhnya | x 100% nilai referensi

4.2 Pengukuran Menggunakan Oscilloscope

4.2.1. Pengukuran Terhadap Sinyal yang Bekerja pada Converter.

A. Boost Converter

Gambar 4.3 Sinyal pada Kaki Basis Q1 557 Kaki basis pada Q1 557 adalah sinyal yang berasal dari kaki kolektor Q3 547. Sinyal yang didapatkan adalah sinyal gergaji, dimana hal ini dipengaruhi oleh kapasitor 330pF yang dipasang paralel dengan kaki basis Q1 557. Ketika pertama kali kolektor dari Q3 547 mengalirkan arus, maka tegangan yang terukur pada kaki basis Q1 557 tinggi. Karena ada tegangan yang masuk basis, dimana bila transistor pnp memiliki tegangan basis yang lebih tinggi dari emiternya, maka tegangan akan dialirkan dari emiter menuju kolektor, sehingga basis dari Q2 337 mendapat tegangan dari kolektor Q1 557.

Gambar 4.4 Sinyal pada Kaki Basis Q2 337 Karena mendapat tegangan pada kaki basisnya, untuk transistor npn, ketika tegangan pada basis lebih besar daripada tegangan pada emiter (emiter digroundkan), maka tegangan pada kolektor akan dialirkan menuju emiter. Sedangkan kolektor pada Q2 337 sendiri tidak memiliki tegangan, sehingga kolektor melalui kapasitor 330pF menarik tegangan pada kaki yang terhubung paralel dengan kaki basis Q1 557. Karena ditarik oleh kapasitor, maka tegangan yang masuk kaki basis Q1 557 semakin kecil sehingga menghasilkan sinyal gelombang gergaji. Dalam keadaan ini kapasitor akan terus mengisi hingga Q1 557 tidak lagi aktif karena tegangan pada kaki basisnya tidak cukup kuat untuk membuat transistor aktif (ditarik sepenuhnya oleh kapasitor).

(5)

Gambar 4.5 Sinyal pada Kaki Kolektor Q2 337 Gambar diatas adalah sinyal kolektor Q2 yang terhubung langsung pada induktor (sebagai saklar).

Ketika Q1 557 tidak lagi aktif, maka Q2 337 juga tidak aktif. Dengan demikian kolektor tidak lagi menarik tegangan dari kapasitor. Pada kondisi ini kapasitor melakukan pengosongan energi. Saat energi pada kapasitor sudah habis, Q1 dan Q2 kembali aktif. Hal ini berlangsung kontinyu sehingga dapat dikatakan bahwa Q2 337 adalah sebagai saklar otomatis yang kinerjanya juga dikendalikan oleh Q1 557.

Jika diamati bentuk gelombang yang dihasilkan, maka setiap nilai input yang berbeda akan menghasilkan bentuk sinyal yang berbeda. Semakin tinggi nilai tegangan input, maka nilai duty cycle semakin kecil, sehingga jika input terus diperbesar, maka tidak ada duty cycle yang dihasilkan sehingga nilai output akan sama dengan nilai input.

Saat Q1 dan Q2 aktif maka saklar dalam posisi terhubung dan diode dalam kondisi reverse, sehingga indukor melakukan pengisian. Sedangkan saat transistor idak aktif maka saklar dalam kondisi open dan diode menjadi forward bias. Dalam kondisi ini induktor mengalirkan muatan yang tersimpan olehnya menuju kapasitor 100uF.

Besarnya nilai frekuensi yang bekerja pada saklar tersebut adalah tergantung dari nilai RC seri yang bekerja pada rangkaian tersebut, yakni resistor 33k dan kapasitor 330pF.

RC

f

2

1

dengan:

f

= Frekuensi

R

= Resistansi

C

= Kapasistansi

Untuk Q3 547, bekerja sebagai penyalur sinyal ke Q1 557, dimana kaki kolektor Q3 terhubung dengan basis Q1. Kinerja dari transistor ketiga ini juga dikendalikan oleh transistor keempat Q4 547 sebagai detektor tegangan. Detektor tegangan ini penting, karena saklar yang dibuat bekerja hanya dengan menggunakan rangkaian analog dengan komponen sederhana tanpa kontrol otomatis (berupa IC mikrokontroler). Detektor

tegangan ini akan menonaktifkan kinerja dari Q3 547 saat tegangan output sudah mencapai 5 volt, yakni dengan cara menarik tegangan pada basis Q3 menuju

ground. Ketika Q3 tdak aktif, maka tidak ada tegangan yang masuk Q1, sehingga saklar menjadi off.

Gambar 4.7 Sinyal pada Kaki Kolektor Q3 547 Gambar di atas adalah gambar sinyal pada kaki kolektor Q3 yang terhubung dengan Q1. Sinyal berbentuk gelombang gergaji karena ada kondisi dimana tegangan pada kaki basis Q3 ditarik oleh Q4 menuju ground, yakni saat tegangan output yang dihasilkan sudah mencapai 5 volt.

B. Buck Converter

Gambar 4.9 Sinyal pada Kaki Basis Q1 547 Kaki basis pada Q1 547 pada buck converter mempunyai bentuk sinyal seperti gambar di atas (b,c,d sinyal digeser kebawah pada oscilloscop). Kenaikan tegangan pada basis Q1 547 disebabkan karena proses pengosongan kapasitor yang muatannya dialirkan ke basis Q1 547. Jika dilihat dari bentuk sinyal, maka saat kapasitor tidak membuang energinya pada transistor, tegangan yang mengalir pada basis transistor cukup kecil. Hal ini berarti tegangan pada basis tidak cukup kuat untuk membuat transistor menjadi aktif.

Ketika terjadi pengosongan energi kapasitor ke basis transistor, barulah transistor menjadi aktif. Karena emitter dari Q1 547 ini terhubung pada output buck converter, dimana nilai tegangan emitter lebih besar daripada nilai tegangan basis, maka tidak ada arus yang mengalir dari kolektor ke emitter. Aktifnya transistor justru membuat nilai tegangan pada transistor Q1 547 menjadi turun.

(6)

Gambar 4.11 Sinyal pada Kaki Kolektor Q1 547 / Basis Q2 327

Bentuk sinyal yang dihasilkan oleh Q1 547 pada kaki kolektornya seperti gambar diatas. Saat tegangan naik, maka tegangan pada kaki kolektor Q1 ini dapat mengaktifkan Q2 karena kolektor dari Q1 terhubung dengan basis Q2 secara langsung. Sedangkan saat tegangan pada posisi low, Q2 tidak dapat aktif karena nilai tegangan terlalu kecil.

Gambar 4.12 Sinyal pada Kaki Kolektor Q2 327 Sinyal yang dihasilkan oleh kolektor Q2 seperti tampak pada gambar di atas. Semua sinyal tersebut digeser kebawah pada layar oscilloscop, nilai lembah adalah posisi ground, sedangkan nilai puncak adalah nilai tegangan tertinggi yang dihasilkan. Sinyal yang dihasilkan adalah pulsa PWM yang dihubungkan pada buck converter sebagai saklar.

BAB V KESIMPULAN

1. Converter yang dibuat dapat menghasilkan tegangan keluaran yang berkisar pada 5volt dc, dengan error 0% s/d 6% pada kondisi tanpa beban, dan 2 s/d 18% pada kondisi dengan beban.

2. Nilai arus keluaran berkisar dari 140mA s/d 240mA, dengan boost converter justru memiliki arus yang lebih besar, kecuali untuk masukan satu buah baterai.

3. Pada buck converter saat tegangan masukan turun, maka memungkinkan perubahan kinerja dari buck

menjadi boost converter dan arus justru lebih besar.

4. Nilai efisiensi yang baik dimiliki masing-masing

converter dengan masukan yang kecil (satu baterai untuk boost converter, lima baterai untuk buck converter), karena hampir seluruh daya masukan sama dengan daya keluaran.

5. Efisiensi converter dengan beban dan tanpa beban hampir sama (dengan beban sedikit lebih besar, kecuali untuk boost converter dengan 1 atau 2 masukan baterai.

6. Semakin besar tegangan masukan, nilai efisiensi menjadi lebih kecil, karena tidak langsung semua daya masukan menjadi daya keluaran (tegangan masukan makin besar, namun tegangan keluaran tetap).

DAFTAR PUSTAKA

[1] http://talkingelectronics.com/

[2] Dr. Zainal Salam. Version 3-2003. “Power Electronics and Drives”.UTM-JB

[3] Michael Day, Bill John. March 16-31, 2007. “EE Times-Asia”, www.eetasia.com

[4] Ali Emadi, Alireza Khaligh, Zhong Nie, Young Joo Lee. 2009. "Integrated Power Elektronic Converters and Digital Control", CRC Press,Taylor & Francis Group,LLC.

Gambar

Gambar 2.1 Rangkaian Dasar Boost Converter  Saklar  adalah  saklar  elektronik  yang  bekerja  secara  cepat  antara  on  dan  off  sehingga  menghasilkan  duty  cycle  secara  otomatis  mengikuti  besar  tegangan  input
Gambar 2.8 Buck Converter Kondisi Saklar  Terbuka  TD L Vi L VTDitidtdiLVdtdidtdiLVvoopenedL oLLLoLLoL )1()1(
Gambar 3.2 Rangkaian Pembatas Tegangan  Kurang Pada Relay
Gambar 4.5 Sinyal pada Kaki Kolektor Q2 337  Gambar  diatas  adalah  sinyal  kolektor  Q2  yang  terhubung langsung pada induktor (sebagai saklar)
+2

Referensi

Dokumen terkait

perencanaan perawatan yang dihasilkan nantinya akan digunakan sebagai pedoman untuk pelaksanaan perawatan pada Mesin Bubut tersebut agar berfungsi dengan baik dan

2XW 2I 7DLZDQ PHUXSDNDQ VDODK VDWX WHRUL SHUVHEDUDQ $XVWURQHVLD \DQJ SDOLQJ SRSXOHU GLLNXWL ROHK NDODQJDQ SHQHOLWL PDQXVLD SHQGXNXQJ GDQ EXGD\D $XVWURQHVLD KLQJJD NLQL 3RSXOHUQ\D

Adapun analisis instrument tes dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif, dengan mengambil data hasil belajar siswa melalui tes yang diberikan setelah

Presiden Habibie yang memerintah dalam waktu singkat lebih memfokuskan pada pemulihan ekonomi dengan mengimplementasikan paket kebijakan reformasi ekonomi yang disyaratkan oleh IMF

Kepercayaan dalam suatu agama yang diterima berdasarkan pengetahuan atau keyakinan sendiri, memang tidak seluruhnya dapat diteliti dan pengetahuan atau keyakinan sendiri,

Pengujian sistem kontrol dilakukan dengan cara memberikan kecepatan angin yang berubah-ubah pada turbin angin, ketika terdapat perubahan kecepatan angin maka kontrol PID

Sumberdaya tereka batuan pembawa kalium secara keseluruhan sebesar 237.916.220 ton.Batuan pembawa kalium di daerah penyelidikan memenuhi syarat untuk kebutuhan K

2.2.1 Siswa bersedia belajar materi Bahasa Arab yang ditentukan guru 2.3.1 Siswa dapat membuat kalimat sempurna dengan menggunakan kaidah3. 3.3.3 Menerjemahkan kalimat dari