• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KASUS PRE-EKLAMPSI BERAT DI RS Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN R. HARYONO ROESHADI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN KASUS PRE-EKLAMPSI BERAT DI RS Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN R. HARYONO ROESHADI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN KASUS PRE-EKLAMPSI BERAT DI RS Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 1989 -1993

R. HARYONO ROESHADI Bagian Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Di Indonesia diperkirakan setiap tahunnya 20.000 ibu meninggal karena melahirkan, dan kematian ini terutama disebabkan oleh trias klasik: hipertensi dalam kehamilan (30,34%), infeksi (17,38%), dan perdarahan (13,17%).(6) Tingginya angka kematian yang disebabkan hipertensi dalam kehamilan ini masih merupakan masalah dibidang obstetri, dimana sampai saat ini penyebab dari kelainan ini juga belum, diketahui secara pasti, sehingga penanganannyapun masih merupakan kontroversi.(1,7) Keadaan ini tentunya merupakan tantangan bagi kita untuk senantiasa waspada agar dapat mendeteksi secara dini kasus-kasus pre-eklampsi, dan dengan demikian diharapkan risiko yang akan terjadi terhadap ibu dan anak akan dapat dicegah.

Bertitik tolak dari kenyataan diatas, telah dilakukan penelitian di Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RS Dr. Pirngadi Medan yang bertujuan untuk melihat karakteristik penderita, hasil pengobatan, kematian ibu dan perinatal pada penderita pre-eklampsi berat.

BAHAN DAN CARA KERJA

Penelitian ini bersifat retrospektif deskriptif, dengan mengambil bahan dari alatan medik penderita pre-eklampsi berat yang dirawat di RS Dr.Pirngadi Medan selama 5 tahun (1 Januari 1989 sId 31 Desember 1993). Data dikumpulkan secara manual dan selanjutnya dibuat tabulasi untuk melihat angka kejadian, karakteristik penderita dan hasil akhir terhadap ibu dan anak. Pengobatan yang diberikan terhadap semua penderita terdiri dari dua regimen terapi, yaitu: pada periode 1989-1991 dengan regimen I (sulfas magnesikus 20% 4 gram i.v. dan 40% 8 gram i.m.), dan pada periode 1992-1993 dengan regimen II (sulfa5 magnesikus 40% 8 gram i.m.).

Kemaknaan penelitian ini diuji secara statistik dengan "Chi-square test" dengan bantuan program "EPISTAT" memakai komputer, dan dikatakan bermakna jika P < 0,05,

HASIL PENELITIAN

Pada periode 1989 -1993 (5 tahun) dijumpai 674 kasus pre-eklampsi berat dari 17.165 persalinan di RSPM.

(2)

1. Angka Kejadian

Tabel II. Angka kejadian pre-eklampsi berat dan di RS Dr. Pirngadi Medan (1989-1993)

TAHUN JUMLAH KASUS JUMLAH PERSALINAN %

1989 98 3.126 3,1 1990 138 3.496 4,0 1991 135 3.772 3,6 1992 127 3.598 3,5 1993 176 3.173 5,5 JUMLAH 674 17.165 3,9

Dari tabel diatas terlihat bahwa angka kejadian pre-eklamapsi berat di RSPM pada periode 1989-1993 sebesar 3,9%.

2. Pemeriksaan Antenatal

Disebut terdaftar jika melakukan pemeriksaan antenatal 4 kali arau lebih di poliklinik ibu hamil RSPM

Tabel II. Sebaran kasus terdaftar dan tidak terdaftar pada penderita pre-eklampsi berat di RS Dr. Pirngadi Medan (1989-1993)

PAN PEB BUKAN PEB Total %

Terdaftar 59 4.481 4.540 1,3

Tidak Terdaftar 615 12.010 12.625 4,9

JUMLAH 674 16.491 17.165

X2 = 111,9778 ; P<0,01 ; OR = 0,257

Tabel diatas menunjukkan bahwa risiko untuk menderita pre-eklampsi berat lebih kecil pada kelompok terdaftar dibandingkan dengan kelompk tidak terdaftar (OR = 0,257), dan secara statistik sangat bermakna (P<0,01).

3. Tempat Tinggal

Tabel III. Sebaran tempat tinggal pada penderita pre-eklampsi berat di RS Dr. Pirngadi Medan (1989-1993)

Tempat Tinggal PEB Bukan PEB Total %

Medan 515 13.897 14.412 3,6

Luar Medan 159 2.594 2.753 5,8

JUMLAH 674 16.491 17.165

X2= 32,4257 ; P < 0,01 ; OR = 0,604

Dari Tabel III diatas terlihat bahwa risiko untuk menderita pre-eklampsi berat lebih kecil pada kelompok yang tinggal di Medan dibandingkan dengan yang tinggal diluar Medan (OR = 0,604), dan secara statistik sangat bermakna (P < 0,01).

(3)

4. Umur

Tabel IV. Sebaran umur penderita pre-eklampsi berat di RS Dr. Pirngadi Medan (1989-1993)

Golongan Umur

(tahun) PEB Bukan PEB Total %

< 20 31 528 559 5,5 20 - 24 229 4.185 5.044 4,5 25 - 29 161 5.031 5.192 3,1 30 – 34 123 3.692 3.815 3,2 ≥ 35 130 2.425 2.555 5,1 JUMLAH 674 16.491 17.165 X2 = 32,4257 ; P < 0,01

Tabel diatas menunjukkan bahwa kejadian pre-eklampsi berat terbanyak pada kelompok umur < 20 tahun (5,5%) dan Kelompok umur ≥ 35 tahun (5,1 %), dan secara statistik sangat bermakna (P < 0,01)

5. Paritas

Tabel V. Sebaran paritas penderita pre-eklampsi berat di RS Dr. Pirngadi Medan (1989 – 1993)

Paritas PEB BUKAN PEB Total %

0 1 – 2 3 - 4 ≥ 5 JUMLAH X2 = 96,6212 ; P < 0,01

Dari tabel diatas terlihat bahwa kejadian pre-eklampsi berat terbanyak pada kelompok paritas 0 (5,8 %) dan kelompok paritas ≥ 5 (4,5 %). Secara statistik sangat bermakna (P < 0,01)

6. Kematian Ibu

tabel VI. Case Fatality Rate (CFR) pre-eklampsi berat di RS Dr. Pirngadi Medan (1989–1993)

Penderita PEB Regimen

Pengobatan Meninggal Hidup Total

%

Regimen I 8 363 371 2,2

Regimen II 6 207 303 2,0

JUMLAH 14 660 674 2,1

X2 = 1,2537 ; P > 0,05

Menurut tabel diatas, pengobatan pre-eklampsi berat dengan memakai regimen I Case fatality rate (CFR) 2,2 %, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan regimen II 2,0%, walaupun secara statistik tidak bermakna (P > 0,05).

(4)

7. Kematian Perinatal

Tabel VII. Angka kematian perinatal pada penderita pre-eklampsi berat di RS Dr. Pirngadi Medan (1989-1993)

Jumlah neonati penderita PEB Regimen

Pengobatan Meninggal Hidup Total

%

Regimen I 70 326 396 17,7

Regimen II 52 265 317 16,4

JUMLAH 122 591 713 17,1

X2 = 117,3085 ; P > 0,05

Dari tabel diatas terlihat bahwa angka kematian perinatal dari penderita yang mendapat pengobatan regimen I 17,7%, sedikit lebih besar dibandingkan dengan regimen II 16,4 %, dan secara statistik tidak bermakna (P> 0,05)

8.Lama Rawatan

Tabel VIII. Sebaran kematian ibu menurut lama rawatan pad penderita pre-eklampsi berat di RS Dr. Pirngadi Medan (1989-1993)

Penderita PEB Lama

Rawatan

(jam Meninggal Hidup Total

%

< 24 10 28 38 71,4

24 – 48 2 104 106 14,3

> 48 2 528 530 14,3

JUMLAH 14 660 674

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar kasus kemaatian ibu pada penderita pre-eklampsi berat hanya sempat dirawat kurang dari 24 jam sebanyak 10 kasus (71,4%).

DISKUSI

Dari penelitian ini terlihat bahwa kejadian pre-eklampsi berat pada periode 1989 -1993 sebesar 3,9%, dan ini terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh penulis-penulis sebelumnya di RSPM, seperti Yudhiana(8)

(1972 -1974) 0,7%, Hasdiana(2) (1980 -1981) 1,45%, dan Salvina(4) (1984 -1985) 3,74%.

Penderita terdaftar mempunyai risiko yang lebih kecil (1,3 %) untuk menderita pre-eklampsi, ibarat dibandingkan penderita tidak terdaftar (4,9%), sedang penulis lain seperti Salvina (1984 -1985) melaporkan kejadian pre-eklampsi berat pada golongan, terdaftar 1,83 % dan tidak terdaftar 4,89 %. Pangemanan(3) (1986-1990) pada golongan terdaftar 1,42% dan tidak terdaftar 10,30%. Dari sini terlihat bahwa pemeriksaan antenatal penting untuk menurunkan kejadian pre-eklampsi berat, dimana dengan melakukan PAN minimal 4 kali maka risiko untuk menderita pre-eklampsi berat dapat dikurangi.

Kejadian pre-eklampsi berat pada penderita yang tinggal di Medan (3,6%) lebih rendah dari yang tinggal diluar/pinggiran kota (5,8,%), dan penuli& lain, Salvina (1984 -1985) melaporkan kejadian pre-eklampsi berat pada penderita yang tinggal di Medan 3,55% dan diluar/pinggiran kota 4,55% ; Pangemanan (1986-1990) melaporkan yang tinggal di kota 3,08 % dan diluar kota 7,15 % ; dan beberapa penulis menduga bahwa ini sangat erat hubungannya dengan sosial ekonomi, fasilitas kesehatan, pendidikan, komunikasi dan transportasi diluar/pinggiran kota yang masih rendah.

(5)

Beberapa penulis melaporkan ada hubungan antara umur dan kejadian pre-eklampsi, dimana kejadian meningkat pada primigravida muda dan semakin meningkat lagi pada primigravida tua, dan dari penelitian ini diperoleh kejadian pre-eklampsi berat pada penderita yang berumur < 20 tahun 5,5 % dan ≥ 35 tahun 5,1%, sementara Salvina melaporkan pada yang berumur < 20 tahun 6,25% dan ≥

35 tahun 6,25 %. Sedang kejadian pre-eklampsi berat pada paritas 0 5,8 % dan paritas ≥ 4,5%, Salvina (1984 -1985) melaporkan paritas 05,49% dan paritas ≥

55,90%.

Case Fatality Rate (CFR) pada penderita yang mendapat pengobatan sulfas magnesikus regimen I 2,2 % dan ini terlihat lebih tinggi dari yang dilaporkan Salvina (1984- 1985) CFR 0,85% dan dengan pengobatan sulfas magnesikus regimen II terlihat ada penurunan (2,0 %) bila dibandingkan dengan regimen I walaupun secara statistik tidak bermakna (P > 0,05).

Angka kematian perinatal (AKP) pada penderita yang mendapat pengobatan dengan regimen I 17,7 % dan ini lebih rendah dari yang dilaporkan Salvina (1984 -1985) AKP 26,14 % dan dengan pengobatan regimen II terlihat lebih rendah lagi (16,4 %) bila dibandingkan dengan regimen I walaupun secara statistik tidak bermakna (P > 0,05).

Kematian ibu sebagian besar terjadi pada penderita pre-eklampsi berat yang dirawat kurang dari 24 jam yaitu 10 kasus (71,4%) dan ini sangat erat hubungannya dengan keadaan penderita saat masuk yang sudah sangat kritis sehingga pertolongan yang diberikan tidak dapat membantu. Simanjuntak(5) mengatakan bahwa pelayanan obstetri rujukan merupakan mata rantai yang penting dan kadang-kadang menjadi faktor penentu dari hasil akhir kehamilan dan persalinan.

KESIMPULAN

Angka kejadian pre-eklampsi berat di RSPM selama periode 1989-1993 sebesar 3,9% dan angka kejadian lebih tinggi pada penderita yang tidak terdaftar dan yang tinggal diluar/pinggiran kola. Penderita dengan umur kurang dari 20 tahun dan 5 tahun atau lebih mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk menderita pre-eklampsi berat. Terlihat ada sedikit penurunan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal pada penderita yang mendapat pengobatan sulfas magnesikus regimen II walaupun masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang dilaporkan penulis sebelumnya di RSPM.

Kepustakaan

Dekker: Patogenesis of pre-eclampsia. A hypothesis. Clin Obstet Gynecol 35 : 2 : 317-37,1992.

Hasdiana H : Evaluasi pengobatan pre-eklampsi berat dan eklampsi dengan sulfas magnesikus. Disampaikan pada Diskusi Panel HDK KOGI-V Bandung, 1982. Pangemanan: Tinjauan pre-eklampsi berat di RSU Palembang selama 5 tahun

(1986-1990). Disampaikan pada simposium HDK PTP-VII POGI Jakarta.

Salvina M : Tinjauan kasus pre-eklampsi, berat dan eklampsi di RSPM tahun 1984-1985. Tesis, 1987

Simanjuntak P: Perawatan lanjutan pasca rujukan penderita EPH-Gestosis. Disampaikan pada Simposium EPH-Gestosis KOGI-IX di Jakarta, 1993.

(6)

Soedigdomarto : Yayasan Safe Motherhood : sebuah pemikiran.Maj Obstetri Ginekol Indon 3 : 1 : 459-66, 1993.

Willem : The etiology of pre-eclampsia: A hypothesis. Obstet Gynecol 50 : 4 : 495-9,1977.

Gambar

Tabel II. Angka kejadian pre-eklampsi berat dan di RS Dr. Pirngadi Medan (1989- (1989-1993)
Tabel IV. Sebaran umur penderita pre-eklampsi berat di RS Dr. Pirngadi Medan  (1989-1993)
Tabel VII. Angka kematian perinatal pada penderita pre-eklampsi berat di RS Dr.  Pirngadi Medan (1989-1993)

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 2013 angka kematian ibu yang tercatat di Kabupaten Pekalongan berdasarkan laporan dari bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan kabupaten Pekalongan

Kadar TSS dalam air limbah bekas pencucian jeans tergolong sangat tinggi, dengan menggunakan unit koagulasi flokulasi dibantu variasi koagulan, yakni tawas 50

Berdasarkan uji simultan (uji f) dapat diketahui bahwa variabel Konflik (X1) dan Stres (X2) berpengaruh signifikansi secara simultan terhadap Kinerja Karyawan (Y)

Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa minyak dedak padi yang memiliki nilai viskositas yang tinggi bisa diturunkan dengan dicampurkan

Sifat-sifat dasar operator akan disajikan sebagai dasar untuk pengembangan lanjutan, yang sebelumnya sebagian sudah disajikan di dalam beberapa tulisan antara

Virus merupakan unit elemen yang masih menunjukkan tanda kehidupan, sehingga virus dapat juga didefinisikan sebagai organisme tanda kehidupan, sehingga virus dapat

Gambar- gambar yang dilukis ataupun tulisan yang dituangkan pada angkutan becak, agaknya bukan hanya sekedar lukisan atau gambar biasa saja, namun dibaliknya terkandung maksud-maksud

Divisi Pembiayaan Syariah I mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan rencana, prosedur standar operasional, pengoordinasian penyusunan petunjuk teknis, pengoordinasian