BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini menjabarkan teori-teori yang mendukung hipotesis dan berguna
dalam menganalisis hasil penelitian. Dalam bagian ini berisi penjelasan teori serta
argumentasi yang disusun sebagai acuan dalam memecahkan masalah serta
hipotesis.
A.Pengertian Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja dalam suatu perusahaan tidak terlepas dari keterkaitanya
untuk mencapai tujuan perusahaan yang utama, yaitu meningkatkan nilai yang
dimiliki oleh suatu peruusahaan. Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan
tentang kondisi finansial perusahaan selama periode waktu tertentu. Untuk
mengukur keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya berfokus pada laporan
keuangan disamping data-data non keuangan lain yang bersifat sebagai
penunjang. Penilaian kinerja menurut Mangkunegara (2000 : 67) Dimana hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Penilaian kinerja menurut Simamora (2004 : 41) Dimana dalam aktifitas
ini kinerja karyawan dievaluasi. Karyawan disodori umpan balik positif dan
masih buruk. Penilaian kinerja membandingkan kinerja pekerjaan seseorang
terhadap tolak ukur atau tujuan yang ditetapkan untuk posisi orang tersebut”.
Menurut Schuler (1999:3) yang diterjemahkan oleh Susan adalah:
“Penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan terstruktur yang
mengatur, menilai, dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan
pekerjaan, perilaku, dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran. Fokusnya adalah
untuk mengetahui seberapa produktif seorang karyawan bisa berkinerja sama atau
lebih efektif pada masa yang akan datang”.
Menurut Mangkupawira (2004:223) : Penilaian kinerja merupakan proses
yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang.
Apabila hal itu dikerjakan dengan benar, ,maka para karyawan, penyedia mereka,
departemen SDM, danakhirnya perusahaan akan menguntungkan dengan jaminan
bahwa upaya para individu, karyawan mampu mengkontribusi pada fokus strategi
perusahaan.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian
kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil
pekerjaan karyawan dan sebagai sarana untuk memperbaiki mereka yang tidak
melakukan tugasnya dengan baik di dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Disamping itu juga untuk menentukan kebutuhan pelatihan kerja secara tepat,
memberikan tanggung jawab yang sesuain kepada karyawan sehingga dapat
dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal ini promosi jabatan atau penetuan
imbalan.
Menurut Mangkuprawira (2004:223) : penilaian kinerja meliputi dimensi
kinerja karyawan dan akuntabilitas. Dalam dunia kompetitf yang mengglobal,
perusahaan - perusahaan membutuhkan kinerja tinggi. Pada waktu yang sama para
karyawan membutuhkan umpan balik kinerja tentang kinerja mereka sebagai
petunjuk untuk mempersiapkan perilaku masa depan. Penilaian kinerja sangat
penting bagi proses merger perusahaan, mengimplementasikan program
pemulihan usaha dan untuk menetukan nilai wajar saham yang ditawarkan di
bursa. Kinerja perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan berupa neraca, laba
rugi, arus kas dan perubahan modal yang secara bersama-sama memberikan suatu
gambaran tentang posisi keuangan perusahaan yang dikeluarkan secara periodik.
Adapun tujuan penilaian kinerja adalah untuk memperbaiki atau
meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi melalui peningkatan SDM
organisasi. Secara lebih spesifik, tujuan dari kinerja sebagaiman dikemukakan
oleh Agus Sunyoto dalam Mangkunegara (1999:1) adalah:
a. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan
kinerja
b. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan sehingga mereka
termotivasi untuk membuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya
c. Memberikan peluang pada karyawan untuk mendiskusikan keinginanan
dan aspirasinya untuk meningkatkan kepedulian terhadap karir pekerjaan
yang diembanya sekarang
d. Mendefinisikan dan merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga
karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya
Adapun kegunaan penilaian kinerja adalah:
a. Sebagai dasar dalam pengambilan keputsan yang digunakan untuk
prestasi, pemberhentian dan besarnya balas jasa.
b. Untuk mengukur sejauh mana seorang karyawan dapat menyelesaikan
pekerjaanya.
c. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja kayawan sehingga dicapai
performance yang baik.
d. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal
kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja
dan pengawasan.
Selain tujuan dan kegunaan penilaian kinerja diatas adapun sasaran penilaian
kinerja yaitu:
1. Membuat analisis kinerja dari waktu yang lalu secara berkesinambungan
dan periodik, baik kinerja karyawan maupun kinerja organisasi.
2. Membuat evaluasi kebutuhan pelatihan dari para karyawan melalui audit
dirinya. Atas dasar evaluasi kebutuhan pelatihan itu dapat
menyelenggarakan program pelatihan dengan tepat.
3. Menentukan sasaran dari kinerja yang akan datang dan memberikan
tanggungjawab perorangan dan kelompok sehingga untuk periode
selanjutnya jelas apa yang harus diperbuat oleh karyawan, mutu, sarana
dan pasarana yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja karyawan.
B. Saham
Menurut Tandelilin (2007:18) “ saham merupakan surat bukti kepemilikan
atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham
suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan
dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua
kewajiban perusahaan, saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang
cukup populer diperjualbelikan di pasar modal”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa saham merupakan tanda kepemilikan modal
atau penyertaan modal pada suatu perusahaan yang memberikan hak kepada
pemegang saham atas deviden yang diambil dari laba berjalan perusahaan dan
selisih kenaikan harga saham (capital gain) dan hak lainya menurut besar
kecilnya modal yang disetor. Saham diukur berdasarkan jumlah lembarnya
yang merupakan kepemilikan. Saham memiliki hak dan keistimewaan tertentu
yang hanya dapat dibatasi oleh kontrak khusus pada saat saham diterbitkan,
dan ketentuan hukum pemerintah untuk meyakinkan batasan-batasan atau
Ada empat hak yang melekat pada tiap lembar saham :
1. Hak ini meliputi pembagian laba secara proporsional
2. ikut serta dalam manajemen
3. pembagian aktiva bila dilikuidasi dan ikut serta secara proporsional dalam
penerbitan saham baru pada golongan yang sama.
4. Hak istimewa melindungi seorang pemegang saham dari kehilangan
kepemilikan diluar kemauannya.
Adanya hak istimewa pada saham ini akan mencegahperusahaan menambah
penerbitan saham, seperti yang dilakukan pada saat mereka megakuisisi
perusahaan lain, maka hal ini dihilangkan oleh banyak perusahaan.
Keuntungan dari sistem saham adalah kemudahan dalam pemindahan dari
seorang ke orang lain. Perusahaan memiliki kepentingan dalam hal pencatatan
pada buku tambahan (subsidiary ledger) pemegang saham sebagai pedoman
untuk membayar deviden, hak beli saham (stock right), hak pemberian suara
(voting proxies) dan lain-lain.
C. Jenis-Jenis Saham
Jenis-jenis saham dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Saham preferen (preferen stock) saham preferen adalah saham yang
mempunyai kombinasi karakteristik gabungan dari obligasi maupun saham
halnya obligasi, dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti pada
saham biasa.
2. Saham biasa (common stock) saham biasa adalah sekuritas yang
menunjukan bahwa pemehang saham biasa tersebut mempunyai hak
kepemilikan atas aset-aset perusahaan. Oleh karena itu, pemegang saham
mempunyai hak suara (voting rights) untuk memilih direktur ataupun
manajemen perusahaan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS)
3. Saham treasury (treasury stock) Saham treasury adalah saham milik
perusahaan yang sudah pernah beredar kemudian dibeli kembali oleh
perusahaan sebagai treasury yang nantinya dapat dijual kembali. Alasan
perusahaan menjual kembali saham yang telah beredar adalah untuk
diberikan kepada manager atau karyawan di dalam perusahaan,
meningkatkan laba perlembar saham dan dapat mengurangi jumlah saham
secara mayoritas dalam rangka pengambilalih tidak bersahabat (hostile
take over).
D. Return Saham
Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi, return dapat
berupa return realisasi yang udah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi
tetapi diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Jogiyanto,2008). Return saham
adalah sejumlah tingkat keuntungan yang yang diharapkan oleh investor melalui
harga yang telah diinvestasikan melalui saham. Pengertian return saham pada
Capital gain(loss) merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif
dengan harga periode yang lalu. Jika harga saham investasi sekarang relatif lebih
tinggi dari harga saham innvestasi periode yang lalu, berarti terjadi keuntungan
modal (capital gain), sebaliknya terjadi kerugian modal (capital loss)
(jogiyanto,2008).
Rumus return saham adalah sebagai berikut:
Return =(Pt-Pt-1)/Pt-1
E. Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Return Saham
Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh investor dalam memilih
saham adalah kinerja keuangan perusahaan. Dengan demikian, dari sudut pandang
investor, kinerja keuangan yang baik pada suatu perusahaan akan menawarkan
tingkat return yang lebih tinggi dibaningkan dengan perusahaan lain yang
memiliki kinerja keuangan yang lebih buruk. Seperti telah diuraikan bahwa untuk
mendapatkan keuntungan (capital gain) adalah membeli saham ketika harga akan
naik lalu menjualnya ketika harganya akan turun, ada beberapa faktor yang harus
disadari oleh setiap ivestor yang mempengaruhi Return saham. Ada faktor yang
bersifat fundamental ada juga yang bersifat makro seperti tingkat suku bunga,
inflasi,nilai tukar dan faktor lainya.
Faktor fundamental adalah faktor yag berkaitan langsung dengan kinerja
terhadap kenaikan harga saham. Begitu juga sebaliknya, semakin menurun kinerja
emiten maka semakin besar merosotnya harga saham yang diterbitkan dan
diperdagangkan.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham
Menurut Alwi Z iskandar (2008:87) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
Return saham atau tingkat pengembalian, antara lain:
1. Faktor internal:
a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti
pengiklanan, rincian kontak, perubahan harga, penarikan produk baru,
laporan produksi, laporan keuangan produk, dan laporan penjualan.
b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti
pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
c. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director
annoucements) seperti perubahan dan pergntian direktur manajemen,
dan struktur organisasi.
d. Pengumuman pengambilalihan difersifikasi, seperti laporan merger,
investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan disakuisisi,
laporan divestasi dan lainya.
e. Pengumuman investasi (investasi annoucements), seperti melakukan
ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainya.
f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour annoucements), seperti negosiasi
g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba
sebelum akhir tahun fiskal dan seteah akhir tahun fiskal, Earning Per
Share (EPS) dan Dividen Per Share (DPS), Price Earning Ratio (PER),
Net Profit Margin(NPM), Return On Asset (ROA), Return On Equity
(ROE), Price to Book Value (PBV), maupun Economic Value Added
(EVA), dan Market Value Added (MPV) yang nilainya tidak tercantum
dalam laporan keuangan dan lain-lain.
2. Faktor eksternal
a. Pengumuman dari pemeritah seperti perubahan suku bunga tabungan
deposito, kurs valuta asing, inflasi serta berbagai regulasi dan deregulasi
ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b. Pengumuman hukum (legal annoucements), seperti tntutan karyawan
terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan
terhadap manajernya.
c. Pengumuman industri sekuritas (securities annoucements), laporan
pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham
perdagangan, pembatasan atau penundaan trading.
d. Gejolak politik luar negeri dan fliktuasi nilai tukar juga merupakan
faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga
saham di bursa efek suatu negara.
e. Berbagai isu baik dalam negeri maupun luar negeri.
Menurut Mohamad Samsul (2006:335) terdapat banyak faktor yang
Faktor makro ada yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi. Faktor ekonomi
makro (makro ekonomi) terinci dalam beberapa variabel ekonomi misalnya
inflasi, suku bunga, kurs valuta asing, tingkat pertumbuhan ekonomi, harga bahan
bakar minya di pasar internasional,dan indek saham regional. Faktor non ekonomi
mencakup peristiwa politik domestik, peristiwa sosial, peristiwa hukum dan
peristiwa politik internasional. Sementara itu, faktor mikro ekonomi terinci dalam
beberapa variabel misalnya laba per lembar saham, deviden per saham, nilai buku
per saham, Debt to Equity Ratio dan rasio keuangan lainya.
G. PASAR MODAL
Menurut Tandelilin (2006:13) : pasar modal adalah pertemuan antara
pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana
dengan cara memperjualbelikan sekuritas
Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk
memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun.
Seperti dengan bursa efek. Oleh karena itu bursa efek merupakan arti dari pasar
modal secara fisik. Pasar modal juga berfungsi sebagai lembaga perantara
(intermediaries). Fungsi ini menujukan peran penting pasar modal dalam
menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang
membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Dana yang
didapatkan perusahaan melalui penjualan sekuritas (saham) merupakan hasil
perdagangan saham-saham perusahaan yang dilakukan di pasar perdana. Di pasar
itu disebut dengan Initial Publick Offering (IPO) atau penawaran umum. Setelah
sekuritas tersebut dijual oleh perusahaan di pasar modal perdana, barulah
kemudian sekuritas diperjualbelikan oleh investor-investor di pasar reguler atau
dikenal dengan sebutan pasar sekunder. Untuk mewujudkan tujuan tersebut ada 3
aspek mendasar yang ingin dicapai pasar modal Indonesia yaitu :
1. Mempercepat proses penjualan partisipasi masyarakat dalam pemilikan
saham-saham perusahaan.
2. Pemerataan pendapatan masyarakat melalui pemilihan saham.
3. Menggairahkan masyarakat dalam mengerahkan dan menghimpun dana
untuk digunakan secara produktif.
H. Laporan Keuangan dan Eelemen Laporan Keuangan
Menurut Jumingan (2006:4): laporan keuangan merupakan hasil
pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun
dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh
perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keangan perusahaan. Laporan
keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak terdiri
atas neraca, laporan laba rugi, laporan bagian laba yang ditahan atau laporan
modal sendiri, dan laporan perubahan posisi keuangan atau laporan sumber dan
penggunaan dana.
Menurut Purba (2010:27): laporan keuangan adalah laporan yang
meyajikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dijadikan
laporan keuangan berdasarkan IFRS disusun dengan tujuan untuk memberikan
informasi terkait dengan posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan
suatu entitas yang berguna untuk pengambilan keputusan para pemakainya.
Elemen laporan keuangan
Sebagaimana yang dijelaskan pada IAS 1 tentang prensentation of
financial statement laporan keuangan terdiri dari 5 elemen yaitu :
1. Laporan posisi keuangan atau neraca
2. Laporan laba komprehensif
3. Laporan perubahan ekuitas yang menunjukan semua perubahan ekuitan
dan perubahan-perubahan yang muncul dari transaksi-transaksi dengan
pihak pemegang saham dalam kapasitas mereka sebagai pemilik
perusahaan.
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan yang berisi informasi terkait dengan
kebijakan akuntansi yang signifikan dan catatan-catatan penjelasan.
I. Rasio Keuangan
Menurut Simamora (2000:552) : “Analisis rasio menunjukan hubungan di
antara pos-pos yang terpilih dari data laporan keuangan. Rasio memperlihatkan
hubungan matematis di antara satu kuantitas dengan kuantitas lainnya. Hubungan
ini dinyatakan dalam presense, tingkat, maupun proporsi tungal”. Agar
data yang mendasarinya. Rasio merupakan pedoman yang berbedah dalam
mengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan dan mengakan
perbandingan dengan hasil dari tahun-tahun sebelumnya atau
perusahaan-perusahaan lain.
Rasio keuangan menurut Ohlson (1980) dalam Martani (2009:35) adalah :
financial ratio analysis can help investor in making investment decision and
predicting firm’s future. Performance. It can also ge early warning about the
slowdown of firm’s condition.
Salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah dengan
menggunakan analisis rasio keuangan. Melalui rasio-rasio keuangan tersebut,
pemakai informasi keuangan dapat mengetahui kondisi suatu perusahaan dan
investor maupun calon investor dapat menilai apakah manager dapat
merencanakan dan mengimplementasikan setiap tindakan secara konsisten dengan
tujuan memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.
Menurut Soemarso (2005:385-401) analisis rasio dikelompokkan menjadi
5 jenis berdasarkan ruang lingkupnya yaitu :
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibanya
dalam jangka pendek. Rasio likuiditas terdiri dari : current ratio, quick ratio ,
2. Rasio Solvabilitas
Rasio ini mununjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pajang dengan mengukur kemampuan perusahaan melunasi
seluruh kewajibanya. Rasio Solvabilitas terdiri dari Debt Ratio, Debt to
Equity Ratio,Long term Debt to Equity Ratio, Long term Debt to
Capitalization Ratio, time interest Earnet Cash flow interest coverage, Cash
flow to Net Income, and Cash flow Return on Sales.
3. Rasio Aktivitas
Rasio ini mengkur efisisen tidaknya penglolaan sumber dana yang dimiliki
perusahaan dengan menunjukan kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan harta yang dimilikinya. Rasio aktivitas terdiri dari total Asset
Turnover, Fixed Asset Turnover, Account Receivable Turnover, Inventory
Turnover, Average collection period, and Day’s sales in inventory.
4. Rasio Rentabilitas Profitabilitas
Rasio ini adalah hasil dari berbagai keputusan dan kewajiban yang
dijalankan perusahaan. Analisis rentabilitas membri jawaban akhir tentang
efisien tidaknya perusahaan. Rasio rentabilitas terdiri dari : Gross profit
margin, Net Profit Margin, return on asset, return on equity, and operating
5. Rasio Pasar
Rasio ini mengukur realistis tidaknya harga pasar saham. Rasio pasar
terdiri dari : Deviden Yield, Deviden Per Share, Deviden Payout Ratio, Price
Earning Ratio, Earning Per Share, Book Value Per Share, and Price to Book
Value.
J. Return On Asset
Return On Asset (ROA) merupakan salah satu ratio profitabilitas. Dalam
analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering dilihat, karena dapat
menunjukan kenberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. ROA
mampu mengukur kemanpuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada masa
lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Asset atau
aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan hrta perusahaan, yang diperoleh dari
modal sendiri maupun modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi
aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2001:18) rasio laba bersih terhadap total
aktiva mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak.
Dan menurut Sawir (2005:18) : Return on asset (ROA) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
perusahaan,semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan dan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ROA dalam penelitian ini
adalah mengukur perbandingan antara laba bersih setelah dikuragi beban bunga
dan pajak (Earning After Taxes / EAT) yang dihasilkan dari kegiatan pokok
perusahaan dengan total aktiva (Asset) yang dimiliki perushaan untuk melakukan
aktivitas perusahaan secara keseluruhan dan dinyatakan dalam presentasi.
Kelebihan dan kelemahan Return On Asset adapun kelebihan dan kelemahan
Return On Asset adalah sebagai berikut :
1. Kelebihan ROA diantaranya sebagai berikut:
a. ROA mudah dihitung dan dipahami
b. Merupakan alat pengukur prestasi manajemen yang sensitif terhadap
setiap pengaruh keadaan keuangan perusahaan.
c. Manajemen menitikberatkan perhatianya pada perolehan laba yang
maksimal.
d. Sebagai tolak ukur prestasi manajemen dalam memanfaatkan asset
yang dimiliki perusahaan untuk memperoleh laba.
e. Mendorong tercapainya tujuan perusahaan.
f. Sebagai alat mengevaluasi atas penerapan kebijakan-kebijakan
manajemen.
2. Kelemahan ROA diantaranya sebagai berikut:
a. Kurang mendorong manajemen untuk menambah asset apabila nilai
b. Manajemen cenderung fokus pada tujuan jangka pendek bukan pada
jangka panjang, sehingga cenderung mengambil keputusan jangka
pendek yang lebih menguntungkan tetapi berakibat negatif dalam
jangka panjangnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ROA profitabilitas adalah rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Return on asset
(ROA) termasuk salah satu rasio profitabilitas. Faktor-faktor yang
mempengaruhi rasio return on asset ada beberapa rasio antara lain: rasio
perputaran kas, rasio perputaran piutang, dan rasio persediaan.
K. Return On Equity
Adapun pengertian lebih lanjut Return On Equity (ROE) adalah sebagai
berikut:
Menurut Brigham dan Houston (2010:149) menjelaskan bahwa
pengembalian atas ekuitas biasa (Return On Equity) merupakan rasio
laba bersih terhadap ekuitas biasa yang mengukur tingkat pengembalian
atas investasi pemegang saham biasa.
Menurut James and John (2005:225-226) menjelaskan ROE adalah
pengukuran ringkasan lainya atas kinerja keseluruhan perusahaan adalah
merupakan pengembalian atas ekuitas, rasio ini menunjukan daya untuk
dan sering kali digunakan dalam membandingkan dua perusahaan industri yang
sama.
Sedangkan menurut Agnes Sawir (2001:19) menjelaskan bahwa Return
On Equity (ROE) sebagai berikut:
Rasio ini menunjukan sejauh manakah perusahaan mengelola modal
sendiri (New Worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi
yang telah dilakukan oleh pemilik modal sendiri atau pemegang saham
perusahaan. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba. Semakin besar rasio maka akan menunjukan kemampuan perusahaan yang
semakin baik dan pemegang saham sangat menyukai hal ini, karna ini akan
memberikan informasi yang baik, semakin baik kondisi keuangan perusahaan
dalam memperoleh laba maka akan baik pula pengembalian investasi yang telah
ditanamkan investor.
L. Debt to Equity Ratio
Adapun pengertian Debt to Equity Ratio (DER) akan dijelaskan pada
pembahasan ini.
Husnan (2004:70) menjelaskan bahwa “Debt to Equity Ratio menunjukan
perbandingan hutang dengan modal sendiri”
Menurut Horne dan Wachovis (1998:145) : Debt to Equity Ratio is computed
Shareholders Equity”. Debt to Equity Ratiomerupakan perhitungan sederhana
yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham.
Sedangkan menurut Sawir (2000:13) menjelaskan bahwa Debt to Equity
Ratio adalah Rasio yang menggambarkan perbandingan hutang dan ekuitas dalam
pendanaan perusahaan dan menujukan kemampuan modal sendiri perusahaan
tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibanya. kreditur melihat ekuitas atau dana
yng diberikan oleh pemilik sebagai batas pengaman.
Dengan menghimpun dana melalui hutang maka pemegang saham dapat
mengendalikan perusahaan dengan jumlah investasi ekuitas yang terbatas. Rasio
ini dapat menggambarkan potensi manfaat dan resiko yang berasal dari
penggunaan utang.
Menurut Robert ang (1997) DER dapat digunakan untuk melihat struktur
modal suatu perusahaan krena DER yang tinggi menandakan struktur permodalan
usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas.
Semakin tinggi DER mencerminkan resiko perusahaan relatif tinggi karena
perusahaan dalam operasi relatif tergantung terhadap hutang dan perusahaan
memiliki kewajiban untuk membayar bunga hutang akibatnya para investor
cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai DER yang tinggi.
Namun, penggunaan hutang tidak selalu berdampak negatif bagi perusahaan
karena pada kondisi tertentu penggunaan hutang. Perusahaan dengan hutang kecil
sekilas terlihat menguntungkan namun hal ini tidaklah benar, kita perlu
Sedangkan perusahaan yang dalam operasinya menggunakan hutang akan
memiliki EBIT yang sama dalam setiap kondisi. Walaupun dalam penggunaan
hutang ini perusahaan akan dikenakan bunga dalam kondisi usahanya, namun
bunga ini akan dikurangi dengan EBIT (total aktiva) untuk mendapatkan laba
kena pajak. Bunga ini juga dapat menjadi pengurang pajak, penggunaan utang
akan mengurangi kewajiban pajak dan menyisakan laba operasi yang lebih besar
bagi investor perusahaan.
Penelitian Terdahulu
Penelitan-penelitian yang menyangkut pengaruh kinerja terhadap
perusahaan sudah banyak dilakukan baik di kalangan akademis maupun di
kalangan praktiisi ekonomi, begitu pula penelitian mengenai pengaruh kinerja
keuangang terhadap Return saham. Namun ternyata ada beberapa penelitian yang
hasilnya beragam. Ada yang menyatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap return saham, tetapi ada pula yang menyatakan terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan oleh teapon (2009)
yang meneliti pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA),
Return On Equity (ROE), dan Price to Book Value (PBV) terhadap harga saham
pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
Hasil penelitianya mengemukakan bahwa DER,ROA,ROE, dan PBV
memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham. Raharjo
dalam Teapon (2009) meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham
2003. Dalam penelitianya yang meneliti delapan rasio menemukan bahwa Return
On Asset (ROA), dan Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap return saham. Hakim (2006) juga melakukan penelitian mengenai
perbandigan kinerja keuangan perusahaan dengan metode ROA, EVS dan
pengaruhnya terhadap return saham yang bergabung dalam indeks LQ 45 di
Bursa Efek Jakarta. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil terdapat pengaruh
secara sigifikan kinerja keuangan yang diukur dengan metode ROA terhadap
return saham, dan tidak terdapat pengaruh signifikan dengan metode EVA. Hal
ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh basuki dalam teapon (2009)
yang melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap
return saham pada perusahaan. Penelitianya menggunakan periode pengamatan
selama satu tahun yaitu tahun 2003. Dari penelitianya ditemukan bahwa
DER,ROA,ROE,PBV tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return
M. Model Penelitian dan Hipotesis
Gambar 2.1
Model penelitian
H1
H2
H3
1. ROA dan Return saham
Return on asset (ROA) atau tingkat keuntungan merupakan kemampuan
sebuah perusahaan untuk menghasilkan laba (ROA) pada tingkat penjualan
tertentu dalam suatu periode. Perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik
akan lebih sedikit meminjam uang walaupun mempunyai kesempatan untuk
meminjam uang lebih banyak. Hal ini sejalan dengan pecking order theory
dimana perusahaan akan menggunakan pendanaan internal terlebih dahulu ROA
ROE
DER
dibanding dengan pendanaan eksternal karena perusahaan yang memiliki tingkat
ROA yang tinggi akan menghasilkan laba ditahan bagi perusahaan
H1: Diduga Return On Asset (ROA) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham
2. ROE dan Return saham
Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh terhadap return saham, seperti
penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti berikut ini : ROE
menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang
diperoleh dari pemegang saham. Dalam memprediksi ROE masa depan
berdasarkan informasi ROE masalalu memang bisa membantu investor tapi itu
informasi tentang ekspetasi investor atas Earning dan dividen perusahaan juga
penting untuk menentukn nilai intrinsik saham perusahaan sehingga investor bisa
membuat keputusan investasi yang tepat. Dengan kata lain,data X masalalu
mungkin bisa dipakai sebagai indikator pertumbuhan perusahaan dimasa yang
akan datang, tapi investor harus selalu berhati-hati terhadap kemungkinan X yang
akan datang terjadi di masa yang akan datang (Tandelilin,2001:240).
Semakin tingkat ROE menunjukan semakin efisien perusahaan menggunakan
modal sendiri untuk menghasilkan laba. Keterkaitan antara ROE dengan harga
saham dikemukakan oleh Hinggins (1990:59) dalam Suchitra (2006) menjelaskan
bahwa adanya hubungan yang positif antara ROE dan harga saham perusahaan
yang dapat meningkatkan nilai buku saham perusahaan, jadi antara ROE dengan
harga saham juga akan tinggi. Hal ini akan mempengaruhi return saham yang
akan diterima oleh pemegang saham.
H2: Diduga Return On Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham
3. DER dan Return Saham
Menurut Sutrisno (2000:249) dengan menggunakan dana hutang maka apabila
perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka
pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat. Kreditur melihat ekuitas atau
dana yang diberikan oleh pemilik sebagai batas pengaman.
Dengan menghimpun dana melalui hutang maka pemegang saham dapat
mengendalikan perusahaan dengan jumlah investasi ekuitas yang terbatas. Rasio
ini dapat menggambarkan potensi manfaat dan resiko yang berasal dari
penggunaan hutang.
Penggunaan hutang tidak selalu berdampak negatif bagi perusahaan karena
pada kondisi tertentu penggunaan hutang. Perusahaan dengan hutang yang kecil
sekilas terlihat menguntungkan namun hal ini tidaklah benar, kita perlu
mmpertimbangkan jumlah uang yang akan diinvestasikan oleh pemegang saham.
Sedangakan perusahaan yang dana opersinya menggunakan hutang akan memiliki
EBIT yang sama dalam setiap kondisi. Walaupun dalam penggunaan hutang ini
perusahaan akan dikenakan denda bunga dalam kodisi usahanya namun bunga ini
akan dikurangi dengan EBIT untuk mendapatkan laba kena pajak. Bunga ini juga
pajak dan menyisakan laba laba operasi yang lebih besar bagi investor
perusahaan.
Seperti yang telah diungkapkan Houston dan Brigham (2001:85) penggunaan
hutang (laverage) akan menaikan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh
pemegang saham karena dua sebab:
1. Karena bunga dapat dikurangkan dalam menghitung laba karena pajak
maka penggunaan hutang mengakibatkan tagihan pajak lebih rendah dan
menyisakan lebih banyak laba operasi yang tersedia bagi investor.
2. Jika tingkat pengembalian yang diharapkan atas aktiva (FBIT/Total
Aktiva) melebihi suku bunga hutang, maka perusahaan pada umumnya
dapat menggunakan hutang untuk membeli aktiva, membayar bunga atas
hutang. Jadi dengan penggunaan hutang yang baik maka hal tersebut akan
berpengaruh pada pengembalian yang baik juga bagi pemegang saham.
H3: Diduga Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan
N. Kerangka Pikir Pelitian
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
KINERJA KEUANGAN
ROA ROE DER